Anda di halaman 1dari 5

engendalian diri (mujāhadah an-nafs) adalah perilaku upaya untuk tetap berada dalam setiap

kebaikan dan terhindar dari sifat-sifat yang dapat membinasakan dirinya, orang lain, maupun
lingkungan. Berbaik sangka (husnuzzan) adalah sifat di mana orang lain dipandang sebagai sesuatu
yang baik dan harus diperlakukan dengan baik, kecuali jika diketahui dengan fakta bahwa orang
tersebut harus diwaspadai dan diperingati.

I. Pengendalian Diri
A. Memahami Makna Pengendalian Diri.
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujahadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku
yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam
literatur Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah
satu
sarana mengendalikan diri. Pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga
dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt.

B. Ayat-Ayat al-Qur’an tentang Pengendalian Diri


Q.S. al-Anfal/8:72

a. Lafal Ayat dan Artinya

‫ك‬ َ ‫صرُوا ُأو ٰلَِئ‬


َ َ‫آووْ ا َون‬ َ َ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَ ُدوا بَِأ ْم َوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذين‬
‫ْض ۚ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُهَا ِجرُوا َما لَ ُك ْم ِم ْن َواَل يَتِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء َحتَّ ٰى يُهَا ِجرُوا ۚ َوِإ ِن‬ ٍ ‫ضهُ ْم َأوْ لِيَا ُء بَع‬
ُ ‫بَ ْع‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
ٌ ‫ِّين فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر ِإاَّل َعلَ ٰى قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬
ِ ‫صرُو ُك ْم فِي الد‬ َ ‫ا ْستَ ْن‬
Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.
Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

b. Hukum Tajwid
Surat al-Anfal/8:72
Lafal Hukum Tajwid

َ‫ِإ َّن الَّ ِذين‬ Ghunnah Masyaddah karena huruf nun bersyaddah

Mad Tabi’i karena huruh ha berharakat fattah dan diikuti alif


‫َوهَا َجرُوا‬
‫َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم‬ Ikhfa karena nun mati bertemu fa

ِ ‫يل هَّللا‬
ِ ِ‫َسب‬ Muraqqaqah karena lafaz Allah didahului oleh huruf lam berharakat
kasrah
‫َأوْ لِيَا ُء‬ Mad wajib muttashil karena ada mad thabi'i bertemu hamzah dalam
satu kata

‫اجرُوا‬ ِ َ‫َولَ ْم يُه‬ Idzhar safawi karena mim mati bertemu ya

‫َش ْي ٍء َحتَّ ٰى‬ Idzhar halqi karena kasrah tanwin bertemu ha

‫فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر‬ Al syamsiyah karena alif lam bertemu huruf nun

‫قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم‬ Iklab karena kasrah tanwin bertemu dengan huruf ba

ٌ ‫َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬


‫ق‬ Idgham Mutamassilain karena mim mati bertemu mim

‫َوال َّل‬ Mufakhkhamah karena lafaz Allah bertemu huruf wawu yang
berharakat fattah

c. Kandungan Ayat
Berbagai bentuk serangan, intimidasi, dan kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
Mekah telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin berhijrah meninggalkan
rumah dan kampung halaman mereka di Mekah menuju Madinah.

Dari sudut kemanusiaan, peristiwa hijrah merupakan implementasi dari ajaran agama Islam
mengenai

pentingnya menghormati, menjaga, dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Firman Allah Swt.
pada ayat di atas yang melukiskan bahwa kaum Muhajirin dan Anśar saling lindung-melindungi satu
sama lainnya, sungguh mengagumkan. Itulah wujud dari persaudaraan.

C. Hadis tentang Pengendalian Diri


Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

ُ ِ‫ ِإنَّ َما ال َّش ِدي ُد الَّ ِذى يَ ْمل‬، ‫ْس ال َّش ِدي ُد بِالصُّ َر َع ِة‬
‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد‬ َ ‫ لَي‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ب‬ َ ‫ْالغ‬
ِ ‫َض‬
“Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang perkasa
adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

D. Perilaku Mulia Tentang Pengendalian Diri


Beberapa perilaku mulia Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs) antara lain sebagai berikut :

1. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang tidak suka terhadap
kamu.
2. Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita.
3. Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya
memperbaiki diri dan lingkungan.
4. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka
kepada kita.
5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan tidak merusak nikmat
tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya,
berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.

II. Prasangka Baik


A. Memahami Makna Berprasangka Baik
Prasangka baik atau Husnussan berasal dari kata Arab yaitu Husnu yang artinya baik, dan san yang
artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal
dengan istilah husnusan.

Secara istilah husnussan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah
diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’ussan), yaitu menyangka
orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Dalam ilmu akhlak, ¥usnu§§an
dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu husnussan kepada Allah Swt. husnussan kepada diri
sendiri, dan husnussan kepada orang lain.

B. Ayat-Ayat al-Qur’an tentang Prasangka Baik


Q.S. al-Hujurat/49:12
a. Lafal Ayat dan Artinya

ُ ‫ْض الظَّنِّ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل ت ََج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬


‫ض ُك ْم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬
‫بَ ْعضًا ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ تَ َّوابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di
antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

b. Hukum Tajwid
Surat al-Hujurat/49:12
Lafal Hukum Tajwid

‫آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا‬ Qalqalah karena haruf jim berharakat sukun

‫ِإ ْث ٌم ۖ َواَل‬ Idgham bighunnah karena huruf mim berharakat dhummah tanwin
bertemu wawu

ُ ‫يَ ْغتَبْ بَ ْع‬


‫ض ُك ْم‬ Idgham mutamatsilain karena ha mati bertemu ba

‫ض ُك ْم بَ ْعضًا‬
ُ ‫بَ ْع‬ Ikfa safawi karena mim mati bertemu ba

‫ض ُك ْم بَ ْعضًا‬
ُ ‫بَ ْع‬ Mad iwadh karena ada fattah tanwin terletak pada waqaf (berhenti)

‫تَ َّوابٌ َر ِحي ٌم‬ Idgham bilaghunnah karena huruh ha berharakat dhommah tanwin
bertemu ra

c. Kandungan Ayat
Pada ayat di atas Allah Swt. menegaskan dua hal pokok. Pertama, bahwa sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara. Kedua, jika terdapat perselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh
Allah Swt. untuk melakukan iślah (upaya perbaikan atau perdamaian).

Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah yang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak
dianggap beriman kecuali jika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia
menyayangi dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)

Selain itu Rasulullah saw. juga menegaskan, “Seorang muslim adalah orang yang lidah dan
tangannya tidak menyakiti muslim lain, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan
semua larangan Allah.” (H.R. Bukhari)

C. Hadis tentang Prasangka Baik


Rasulullah saw. bersabda:

َّ
‫الظن أكذب الحديث‬ َّ ،‫والظن‬
‫فإن‬ َّ ‫إياكم‬
“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah
perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)

D. Perilaku Mulia Prasangka Baik


Prasangka Baik (Husnussan)

1. Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang lain dalam bentuk ucapan
atau pemberian hadiah.
2. Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun pendapat tersebut berlawanan
dengan keinginan kita.
3. Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang datang ke rumah kita.
4. Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di lingkungan rumah, sekolah, ataupun
masyarakat.
5. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh tanggung jawab.

III. Persaudaraan
A. Memahami Makna Persaudaraan
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena
faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan
yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama
manusia makhluk Allah Swt.).

Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu
mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum An¡ar, serta menjalin hubungan
persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.

B. Ayat-Ayat al-Qur’an  Persaudaraan


Q.S. al-Hujurat/49:10
a. Lafal Ayat dan Artinya

َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأخَ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

b. Hukum Tajwid
Surat al-Hujurat/49:10
Lafal Hukum Tajwid
‫ِإنَّ َما‬ Ghunnah karena ada nun bertanda baca tasydid

َ‫ْال ُمْؤ ِمنُون‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu salah satu huruf
qomariyah yaitu huruf mim

‫ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُو‬  Ikhfa' haqiqi karena ada tanwin bertemu salah satu huruf ihfa', yaitu
huruf fa'

‫َأ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬ Idhar syafawi karena ada mim mati bertemu huruf wawu

َ ‫َواتَّقُوا هَّللا‬ Tafhim karena ada lam jalalain didahului huruf berharokat dhommah

َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ Idhar syafawi karena ada mim mati bertemu huruf ta', dan mad arid
lis-sukun karena sebelum waqof ada mad thobi'i

C. Hadis tentang Persaudaraan


Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

‫ َمثَ ُل ْال َج َس ِد ِإ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َساِئ ُر‬،‫َمثَ ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم‬
‫ ْال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َو ْال ُح َّمى‬.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling
menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada
semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.” (H.R. Muslim)

D. Perilaku Mulia Persaudaraan


Persaudaraan (Ukhuwwah)

1. Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau terkena musibah.


2. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan kembali bersatu.
3. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya, dan agama yang
dianutnya.
4. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat merugikan orang
lain.
5. Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.

Anda mungkin juga menyukai