TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknologi
Oleh :
JENNY PRATIWI
11455201585
i
LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
Tugas Akhir yang tidak diterbitkan ini terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan terbuka untuk umum dengan
ketentuan bahwa hak cipta ada pada penulis. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat,
tetapi pengutipan atau ringkasan hanya dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah
pengutipan yang berlaku.
Penggandaan atau penerbitan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus
memperoleh izin dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Perpustakaan yang meminjamkan Tugas Akhir ini untuk anggotanya
diharapkan untuk mengisi nama, tanda peminjaman dan tanggal pinjam.
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa didalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh saya maupun orang lain untuk keperluan lain dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak memuat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali disebutkan dalam referensi dan di dalam daftar pustaka.
Saya bersedia menerima sanksi jika pernyataan ini tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
Jenny Pratiwi
11455201585
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena, Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
(QS Al-‟Alaq : 1-5)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri”
(Q.S Ar-Rad : 11)
“Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(Q.S At-Taubah[9] : 40)
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain) dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap ”.
(Q.S Al-Insyirah ayat: 7-8)
Alhamdulillah wa syukrulillah kusembahkan kepadaMu ya Allah. Tuhan yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Maha Merajai, Maha Suci, Maha yang memberi keselamatan, Maha
memberi Keamanan, Maha Pengatur, Maha Gagah , Maha memiliki Kebesaran dan memiliki nama
nama yang baik itu. Atas takdir-Mu ya Allah, hamba bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar. Atas Ridho dan pertolongan Mu ya Allah, hamba dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi walau banyak rintangan- rintangan yang menghadapi . Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal untuk masa depan dalam meraih cita-cita hamba. Dan Segala syukur
kepada-Mu ya Rabb, karena sudah menghadirkan orang-orang berarti disekeliling hamba, yang
selalu memberikan semangat dan doa, sehingga skripsi hamba ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ya Allah ya Rabb, hamba-Mu meminta kepada-Mu tunjukanlah jalan lurus dan angkatlah
derajat hamba namun derajat baik yang Engkau Ridhoi sehingga hamba dapat menjalankan apa
yang Engkau perintah ya Allah. Dan jikalau Engkau angkat derajat hamba, jauhkanlah hamba dari
perkara-perkara yang mebuat celaka yaitu sifat kikir, mengikuti hawa nafsu dan berbangga diri.
Untuk karya yang sederhana ini, maka saya persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda
tercinta dan tersayang. Terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya dalam
kandungan ,lahir dan sampai sekarang ini. Terimaksih juga atas limpahan doa yang tak
berkesudahan, serta segala hal yang telah Ayahanda dan Ibunda lakukan untuk saya, yang
merangkul saya dengan penuh ketulusan yang mana hujan tak membuat dingin, panas tak membuat
menyerah dan sakit tak membuah berhenti. Ribuan terimakasih untuk mu Ayahanda dan ibunda .
Maafkan anakmu ini, karena apapun yang saya dapatkan hari ini, sampai kapanpun belum mampu
vi
membayar semua yang kalian berikan selama ini. Ayah dan ibu semoga Allah memberikan saya
kesempatan untuk membahagaikan kalian berdua. Aamiin ya Robbal Alamin.
Untuk kakak saya Pramita Utari S.pd dan Abang saya Panji Mustaqim tersayang, tiada
waktu yang paling berharga dalam hidup selain menghabiskan waktu dengan kalian. Namun
sayang, jarak sering memisahkan kita, kita jarang bersama tapi saya merasakan ikatan kasih sayang
persaudaraan yang kuat diantara kita. Kalian adalah tempat saya berlari ketika saya merasa tidak
ada yang memahami diluar rumah. Terimaksih atas bantuan dan semangat dari kalian, semoga awal
kesuksesan saya ini dapat membanggakan kalian.
Terimaksih juga yang tak terhingga untuk Ibu Nanda Putri Miefthawati, B.Sc.,M.Sc
selaku dosen pembimbing I dan Bapak Oktaf Brilian Kharisma, S.T., M.T selakuk Pembimbing II.
Bapak dan ibu sudah menjadi orang tua kedua saya dikampus yang selalu berlaku baik dan
bijaksana, yang selalu membantu memberikan inspirasi, motivasi, dan kesabaran memberikan
arahan maupun kritikan kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga kehidupan
bapak dan Ibu dimudahkan dan diberkahi selalu oleh Allah Subhana wa Taala.
Ucapan terimakasih ini saya persembahkan juga untuk seluruh teman-teman saya di
Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2014 beserta seluruh keluarga Teknik Elektro Uin Suska
Riau. Terimakasih untuk memori yang kita rajut setiap harinya atas tawa yang setiap hari kita
miliki dan atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah saya menjadi lebih berwarna dan
berarti.
Untuk semua pihak yang saya sebutkan maupun yang terlewat saya sebutkan saya
mengucapkan terimakasih dan maaf mungkin selama ini ada kata dan sikap saya yang kurang
berkenan mohon dimaafkan. Semoga Allah senantiasa membalas setiap kebaikan kalian. Serta
dimudahkan segala urusan selalu oleh Allah Subhana Wa Ta‟ala.
Saya menyadari bahwa hasil karya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi saya
harap isinya tetap memberi manfaat sebagai ilmu dan pengetahuan bagi para pembacanya.
*Untuk para-para pejuang skripsi
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu, jangan terlena dengan kebahagian, di waktu luang dan
waktu sehat. tertawa dan bahagialah sewajarnya. Karena setiap waktu itu berharga.
Ingat !
Menunda mengerjakan skripsi 1 hari itu bagai menunda waktu Wisuda 1 semester.
Saya bisa memberi pesan seperti ini saya pernah lalai karena terlena dan pernah dimasa sulit.
Sesungguhnya Allah bersama orang beriman, bersabar, terus berusaha dan berdoa.
vii
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS
DARI LIMBAH CAIR PKS PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA V SEI PAGAR
JENNY PRATIWI
NIM : 11455201585
ABSTRAK
Palm Oil Mill Effluent (POME) memiliki kandungan COD dan BOD yang tinggi, sehingga sangat berbahya
dibuang langsung ke lingkungan. Tingkat kandungan COD yang tinggi pada POME memiliki kandungan
biogas yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui rancangan dan kelayakan dari pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg)
dari limbah cair kelapa sawit di PKS PTPN V Sei Pagar, dimana perancangan PLTBg akan dilakukan pada
tahun 2025, dan umur proyek mencapai 20 tahun. Dengan kapasitas 30 ton/jam menghasilkan produksi
menghasilkan prosuksi TBS sebesar 683,25 ton/hari sehingga jumlah POME yang didapatkan sebesar 420
m3/hari dengan COD 19714,09 kg/hari, sehingga menghasilkan biogas sebesar 5899,4 Nm3CH4/hari.
Berdasarkan perhitungan analisis perancangan biogas yang dihasilkan menggunakan tiga digester anaerob
jenis Continious Strirred Tank Reaktor (CSTR) dengan volume masing-masing tangki sebesar 4000 m3. Dan
teknologi pengolahan pemurnian H2S yang digunakan Water Srubber dan H2O menggunakan sistem
dehumidifier serta konversi listrik menggunakan gas engine sehingga menghasilkan energi listrik sebesar
1,07 MW. Dilihat dari segi keekonomian ,kelayakan investasi pembangunan PLTBg senilai Rp
40.813.265.158 dengan rata-rata pendapatan tahunan senilai Rp 9.031.820.455 akan mendapatkan payback
period selama 4,5 tahun. Sehingga dapat dikatakan PLTBg dari limbah cair kelapa sawit di PKS PTPN V
Sei Pagar layak untuk dilanjutkan.
Kata kunci : Biogas, Listrik , POME,digester anaerobik, CSTR, Studi Kelayakan., energi listrik,,
viii
DESIGN OF BIOGAS POWER PLANT FROM LIQUID WASTE
PTPN V SEI PAGAR PALM OIL MILL
JENNY PRATIWI
SIN : 11455201585
ABSTRACT
Palm Oil Mill Effluent (POME) contain high BOD and COD,so it is very dangerous to the environment. A
high level of content of COD on POME biogas contain high, so it can be used as fuel for power plants. The
purpose of this research is to know the design and feasibility of biogas power station (PLTBG) of liquid
waste oil palm in PKS PTPN V Sei Pagar, the design of PLTBG will begin in the year 2025, and the time
the project reaches 20 years.with a capacity of 30 tons/hour, it produces 683,25 tons/day of fresh fruit
bunches so getting the number of POME of 420 m3/day, with 19714,09 kg COD/day, producing biogas of
5899,4 Nm3 CH4/day. Based on the calculation of biogas design analysis generated using three anaerobic
digester continious Storage Tank Reaktor (CSTR) type with volume of each tank is 4000 m3 . and H2S
purification processing teknology used in water scrubber and H 2O using a dehumidifier system electricity
conversion using a gas engine produces electricity of generated is 1,07 MW. In terms of economics, the
feasibility of investing in the contruction of PLTBg worth Rp 40.813.265.158 with an average annual
income of Rp 9.031.820.455 will get a payback period of 4,5 years. So it can be said to be PLTBG from
liquid waste oil palm in PKS PTPN V Sei Pagar worthy to continue.
ix
KATA PENGANTAR
Jenny Pratiwi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
LEMBAR HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR RUMUS .................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... I-6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... I-6
1.4 Batasan Masalah ............................................................................ I-6
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... I-7
xii
2.6.2 Komponen Digester ............................................................. II-15
2.6.3 Waktu Digestifikasi .............................................................. II-16
2.7 Analisa Teknis Perancangan PLTBg ............................................. II-19
2.7.1 Analisis Potensi Listrik Biogas Limbah Cair (POME) ........ II-19
2.7.2 Desain Digester CSTR ......................................................... II-21
2.7.3 Kolam Penampungan Sedimentasi....................................... II-22
2.7.4 Pengolahan Biogas PLTBg .................................................. II-24
2.7.5 Flare Biogas ......................................................................... II-27
2.7.6 Sistem Pembakaran dengan Gas Engine .............................. II-28
2.8 Analisis Ekonomi PLTBg.............................................................. II-29
2.8.1 Biaya Investasi Unit PLTBg ................................................ II-29
2.8.2 Biaya Operasional dan Pemeliharaan PLTBg ...................... II-30
2.8.3 Biaya Produksi Biogas dan Listrik ....................................... II-31
2.8.4 Perhitungan Pendapatan ....................................................... II-32
2.9 Analisis Finansial .......................................................................... II-32
2.9.1 Cash Flow(CF) .................................................................... II-33
2.9.2 Net Present Value (NPV) ..................................................... II-33
2.9.3 Payback Period(PBP) .......................................................... II-34
2.10 SketchUp ........................................................................................ II-34
2.10.1 Tampilan SketchUp ............................................................ II-35
2.10.2 Tools SketchUp .................................................................. II-35
xiii
3.4 Perancangan PLTBg ...................................................................... III-4
3.4.1 Pengolahan Awal ................................................................. III-4
3.4.2 Perhitungan Potensi Energi Pada Limbah Cair .................... III-4
3.4.3 Analisis sistem Bio-digester................................................. III-5
3.4.4 Menentukan Teknologi Pegolahan Biogas .......................... III-5
3.4.5 Menentukan sistem konversi Biogas menjadi Listrik .......... III-5
3.5 Analisa Teknis PLTBg .................................................................. III-6
3.6 Analisa Ekonomi PLTBg .............................................................. III-6
3.7 Analisa Kelayakan Finansial......................................................... III-7
3.7.1 Cash Flow(FC) ..................................................................... III-7
3.7.2 Net Present Value (NPV) ..................................................... III-7
3.7.3 Payback Period (PBP) ......................................................... III-8
3.8 Layout 3D PLTBg Limbah Cair .................................................... III-8
xiv
BAB IV HASIL DAN ANALISA
5.1 Kesimpulan .................................................................................... V-1
5.2 Saran ............................................................................................. V-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia ....................................... II-5
2.2 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah PKS ............................................ II-10
2.3 Layout Proses Pengolahan Limbah PKS PTPN V Sei Pagar ......................... II-11
2.4 Skema Konversi Energi.................................................................................. II-12
2.5 Kolam Tertutup .............................................................................................. II-14
2.6 Continous Strirred Tank Reactor (CSTR) ...................................................... II-14
2.7 Waktu Digestifikasi dan Suhu........................................................................ II-17
2.8 Instrumentasi Pada Reaktor............................................................................ II-21
2.9 Scrubber H2S ................................................................................................................................................ II-23
2.10 Dehumdifier Biogas ...................................................................................... II-27
2.11 Flare Biogas ................................................................................................... II-27
2.12 Gas engine ...................................................................................................... II-28
2.13 Tampilan SketchUp ........................................................................................ II-35
2.14 Toolbar SketchUp .......................................................................................... II-36
3.1 Diagram Tahapan Penelitian .......................................................................... III-1
3.2 Diagram Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas ............................ III-4
3.3 Diagram Ekonomi PLTBg ........................................................................................ III-6
4.1 Layout Pengolahan Limbah Cair PKS PTPN V Sei Pagar ............................ IV-1
4.2 Layout PLTBg POME PKS PTPN V Sei Pagar Tampak Depan ................... IV-28
4.3 Layout PLTBg POME PKS PTPN V Sei Pagar Tampak Samping ............... IV-28
4.4 Layout PLTBg POME PKS PTPN V Sei Pagar Tampak Atas ...................... IV-29
4.5 Layout PLTBg POME PKS PTPN V Sei Pagar Tampak Belakang .............. IV-29
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbandingan Kolam Tertutup dan CSTR ................................................... II-3
2.2 Kandungan Nilai Kalor Limbah Kelapa Sawit ............................................ II-6
2.3 Karateristik POME Tanpa Diolah dan Baku Mutu Sesuai Peraturan .......... II-8
2.4 Komposisi Biogas ........................................................................................ II-9
2.5 Perkiraan Waktu Pada Bakteri Limbah Cair ............................................... II-18
2.6 Menghitung Potensi Energi Listrik dari POME .......................................... II-20
2.7 Asumsi Parameter Operasi .......................................................................... II-20
2.8 Dimensi Absorber dan Stripper Pemurnian Biogas Water Scrubberi ......... II-24
2.9 Dimensi Absorber dan Kolom Regenerasi Pemurnian Biogas MEA .......... II-25
2.10 Dimensi Absorber dan Kolom Regenerasi Pemurnian Biogas DEA .......... II-25
2.11 Dimensi Kolom Adsorpsi Pemurnian Biogas pressure swing adsorption .. II-26
2.12 Dimensi Menara Destilasi Pemurnian Biogas cryogenic Separation .......... II-26
2.13 Tools SketchUp ........................................................................................... II-36
4.1 Produksi PKS PT. Perkebunan Nusantara Sei Pagar (TBS/Ton) ................ IV-3
4.2 Data Laporan Tahunan COD Limbah Cair ................................................. IV-3
4.3 Data Laporan POME pada Bulan Oktober 2019 ......................................... IV-4
4.4 Hasil Analisa Parameter input ..................................................................... IV-6
4.5 Perbandingan Kolam Tertutup dan CSTR ................................................... IV-8
4.6 Hasil Analisis Perhitungan Teknis PLTBg ...................................................... IV-14
4.7 Analisis Teknis ....................................................................................................... IV-15
4.8 Biaya Investasi PLTBg .......................................................................................... IV-17
4.9 Biaya Operasional dan Pemeliharaan..................................................................... IV-19
4.10 Total Cash Flow Benefit ........................................................................................ IV-23
4.11 Total Cash Flow Cost ............................................................................................. IV-25
4.12 Total Nilai Net Present Value ................................................................................ IV-26
xvii
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
2.1 Px ................................................................................................................... II-19
2.2 Bahan Baku Harian ........................................................................................ II-20
2.3 Aliran Limbah Cair Harian ............................................................................ II-20
2.4 COD Loading ................................................................................................ II-20
2.5 Produksi CH4 ................................................................................................. II-21
2.6 Kapasitas pembangkit .................................................................................... II-21
2.7 Volume Kerja Tangki ................................................................................... II-22
2.8 Volume Tangki CSTR Over Design .............................................................. II-22
2.9 Biaya Penyusutan Modal ............................................................................... II-31
2.10 Biaya Produksi Biogas ................................................................................... II-31
2.11 Biaya Penyusutan Modal ............................................................................... II-31
2.12 Biaya Pendapatan ........................................................................................... II-32
2.13 Cash flow Benefit (CFB) ................................................................................ II-33
2.14 Present Worth Function (PWF) ..................................................................... II-33
2.15 Cash Flow Cost(CFC) ................................................................................... II-33
2.16 Net Present Value (NPV)............................................................................... II-34
2.17 Payback Periode(PBP) .................................................................................. II-34
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
dengan jumlah kalori sekitar 2637-4554 kkal/kg, cangkang (shell) sebanyak 65 kg
(6,5%/ton) dengan kalori 4105-4802 kkal/kg, tandan kosong (empty fruit bunch) sebanyak
230 kg (23%/ton) dengan kalori 2492 kkal/kg, sedangkan limbah cair atau Palm Oil Mill
Effluent (POME) sekitar 600-700 kg, (60%/ton). Jadi limbah kelapa sawit lebih banyak
menghasilkan limbah cair dibandingkan limbah padat. Berarti limbah cair lebih banyak
menimbulkan efek negatif bagi lingkungan[3].
Limbah cair pabrik kelapa sawit yang berada dalam kolam berdampak negatif
bagi lingkungan. Pada umumnya kolam limbah yang dibiarkan terbuka dapat
menyebabkan rawan meluap saat hujan ataupun terjadi resapan kedalam tanah. Selain itu
limbah cair juga dapat berfermentasi pada kolam terbuka menghasilkan gas methana (CH4)
yang terlepas ke udara dan atmosfer secara langsung. United Nation FrameWork
Convention On Climate Change (UNFCCC) , badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang menangani perubahan iklim, mencatat gas methana memiliki tingkat emisi 24 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan gas karbon (CO2). Maka perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum limbah dibuang ke lingkungan[3].
Provinsi Riau merupakan provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang
sangat luas dan juga memiliki Pabrik kelapa sawit yang berpotensi cukup besar dalam
mendukung kemandirian energi nasional. Beberap pabrik kelapa sawit yang ada di Provinsi
Riau masih belum memanfaatkan limbah cair secara baik. Karena sebagian pabrik kelapa
sawit menangani limbah cair dengan cara mengalirkan kekolam terbuka dengan alasan
mempermudah proses operasinya. Salah satu Pabrik Kelapa Sawit tersebut adalah PKS Sei
Pagar merupakan cabang PT Perkebunan Nusantara V (Persero) yang beralamat di Hang
Tuah, Perhentian Raja, Kampar. [3].
Permasalahan yang sering terjadi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara V Kebun Sei Pagar yaitu belum memanfaatkan limbah cair sebagai sumber
energi listrik ketika terjadi defisit listrik. Pembangkitan masih memanfaatkan limbah padat
berupa cangkang (shell) dan serabut (fiber) untuk bahan bakar boiler sebagai sumber
energi. Uap yang dihasilkan boiler kemudian diteruskan stasiun power plant yang mana
digunakan untuk memutar sudut-sudut turbin uap. Turbin Uap merupakan alat pembangkit
tenaga listrik yang dipakai sebagai penggerak seluruh peralatan dan penerangan dipabrik.
Dan PKS Sei Pagar menggunakan pembangkit candangan genset yang berfungsi sebagai
sumber listrik yang menggunakan penggerak motor bakar dengan bahan bakar solar. Selain
itu pada awal tahun 2019 PTPN V mengkonfirmasi partner dari PLN untuk mengirim daya
I-2
tambahan ke PKS PTPN V Sei Pagar agar memenuhi kebutuhan listrik dipabrik dan
domestic (perumahan) dalam jumlah yang diperlukan. Hal inilah yang menyebabkan perlu
adanya pembangkit energi baru terbarukan dengan memenfaatkan biogas dari limbah cair
kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang diperlukan.
Perkiraan jumlah energi yang bisa dihasilkan oleh proyek konversi POME
menjadi energi akan mendasari tahapan perancangan pembangkit listrik tenaga biogas
(PLTBg). Hasil dari pengumpulan data sekunder yang didapatkan dari Pabrik Kelapa
Sawit PTPN V Sei Pagar yaitu pabrik memiliki kapasitas olah 30 ton TBS per jam , dalam
setahun beroperasi selama 6000 jam per tahun dan 300 hari pertahun dengan rasio sebesar
0,7 dan jumlah produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang direncanakan awal pengoperasian
pada tahun 2025 sebesar 204.975,95 ton/tahun serta COD rata-rata sebesar 46.938,32
mg/liter[4]. Data asumsi-asumsi tersebut digunakan untuk menghitung potensi maka
menghasilkan kapasitas pembangkit sebesar 1,07 MW.
Jumlah seluruhnya pemakaian listrik di PT Perkebunan Nusantara V kebun dan
PKS Sei Pagar pada tahun 2018 selama setahun sebesar 3.782.744 kWh dengan nilai rata-
rata harian didapat sebesar 12.609 kWh. Total beban tersebut dicover oleh stasuin power
plant dengan memanfaatkan uap boiler berbahan cangkang dan fiber dengan total daya
rata-rata perhari dalam setahun sebesar 10.908 kWh dan kekurangan selebihnya dibantu
oleh genset yang memakai bahan baku solar dengan daya sebesar 572 kWh[3]. Jika dilihat
dari potensi sebesar 1,07 MW tersebut, dapat mengcover kebutuhan beban pemakaian
listrik di PKS PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar. Dengan potensi tersebut sangat
besar peluang energi yang dihasilkan dari penguraian biomassa untuk memproduksi biogas
yang dapat dijadikan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg)[4].
Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Sei Pagar telah merencanakan pembangunan
PLTBg, pimpinan PTPN V Jatmiko mengemukakan tengah merencanakan membangun
PLT Biogas ketiga di Sei Pagar, Riau. Sebelumnya PTPN V telah membangun PLT Biogas
pertama di lingkungan BUMN Perkebunan berlokasi PKS Tandun dengan daya 1,2
megawatt. Dan PTPN V juga telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi PLTBg resmi beroperasi di Pabrik Kelapa Sawit Terantam milik PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) V di Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Ia
menyebutkan bahwa sinergi dengan BPPT dalam pembangunan pilot plan Biogas yang
dimulai dengan penandatanganan MoU pada 2016, dilanjutkan dengan pembangunannya
pada 2017. PLT Biogas Teratam merupakan project kedua di PTPN V[5].
I-3
Didalam melakukan perancangan pembangkit listrik biogas, peneliti memilih
metode pengolahan konversi limbah cair kelapa sawit (POME) menjadi biogas
mengunakan proses pengolahan secara anaerobik. Alasan utama memilih proses anaerobik
adalah kemampuannya dalam menghasilkan biogas dengan baik. Proses aerobik tidak
mengkonversi zat organik menjadi metana, menghasilkan lebih banyak lumpur dan
mengolah limbah tidak tuntas. Sebaliknya, proses anaerobik menghasilkan metana dan sisa
limbah cair yang kaya nutrisi seperti nitrogen dan fosfor[6].
Metode anaerobik juga sudah dilakukan pada penelitiaan sebelumnya pada
penelitian yang berjudul Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Berbahan Limbah
Cair Kelapa Sawit Beliau melakukan penelitian di PT. Sari Lembah Subur Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan metode anerobik dengan jenis
digester Complete Mix[8]. Dan penelitian sebelumnya tentang Small Renewable Energy Biogas
Limbah Cair (Pome) Pabrik Kelapa Sawit Menggunakan Tipe Covered Lagoon Solusi Alternatif
Defisit Listrik Provinsi Riau[19].
Pada penelitian ini metode anaerobiknya menggunakan digester Continious
Strireed Tank Reaktor (CSTR) . Keunggulan dari digester tipe ini dijelaskan pada
penelitian Konversi POME menjadi Biogas menyebutkan CTSR merupakan teknologi
karena teknologi penguraian anaerobik yang dapat menangani limbah dengan kandungan
minyak yang tinggi. Pengolahan POME menggunakan teknologi digester anaerobik tipe
Continious Strirred Tank Reaktor (CSTR) ini dapat beroperasi pada suhu mesofilik atau
termofilik dan beroperasi secara kontinyu sehingga produksi energi biogas yang dihasilkan
tinggi dibandingkan teknologi kolam tertutup. Serta CTSR ini juga relatif mudah
dioperasikan dan dipelihara serta lebih ekonomis dibandingkan dengan sistem yang lain,
sehingga cocok untuk agribisnis[6].
Pada penelitian PLTBg ini untuk mengitung potensi dari POME untuk diubah
menjadi energi mengacu pada penelitian konversi POME menjadi biogas yang mana buku
ini mendapat dukungan melalui United States Agency for International Development
(USAID) yang dipertanggung jawabkan oleh Winrock International. Dan untuk standar
perancangan, komponen-komponen pembangkit listrik dibeli disitus jual beli online
Alibaba.com.
Dengan adanya kemajuan teknologi membuat penulis tertarik untuk
menambahkan layout pembangkit listrik tenaga biogas kedalam desain 3D dari SketchUp.
Pembuatan disain ke bentuk 3D dapat menunjukan rancangan hasil yang lebih jelas
I-4
realistis dan lebih menarik, sehingga rancangan lebih terlihat menyerupai keadaan yang
sebenarnya daripada 2D. SketchUp adalah pemodelan 3D Program untuk berbagai aplikasi
seperti arsitektur, sipil, mekanikal, film serta video game desain. Ini juga mencakup fitur-
fitur untuk memfasilitasi model penempatan di Google Earth. Aplikasi ini dirancang untuk
lebih mudah digunakan dibanding dengan software yang lainnya. Kelebihan dari Sketchup
Pro 2016 adalah kemudahan dan kecepatan dalam mengoperasikannya serta tidak serumit
software lain untuk menghasilkan gambar 3D, gambar yang dihasilkan pun tidak kalah
menarik dari software lain yang ada saat ini seperti 3Ds Max, degsin Grafis, Lumion dan
yang lain[9].
Dari penjelasan diatas, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara V
Kebun dan PKS Sei Pagar yang beralamat di Hang Tuah, Perhentian Raja, Kampar yang
diperkirakan memiliki potensi penulis memiliki kesempatan merancang suatu Pembangkit
Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) dari limbah cair pabrik kelapa sawit. Selain mengurangi
pengunaan bahan bakar minyak bumi, juga mengurangi penyebab pencemaran lingkungan
hidup. Studi peneletian ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan bagi pihak PT.
Perkebunan Nusantara V Kebun dan PKS Sei Pagar yang beralamat di Hang Tuah,
Perhentian Raja, Kampar sebelum memutuskan untuk membangun PLTBg .
Penelitian ini diupayakan untuk dapat mencapai tujuan sebaik mungkin sehingga
dapat dijadikan acuan referensi untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di Indonesia,
khususnya Provinsi Riau, karena Riau merupakan Provinsi penghasil minyak terbesar di
Indonesia, baik itu minyak bumi ataupun minyak kelapa sawit. Maka dari itu penelitian ini
menyimpulkan perancangan pembangkit yang mengkaji aspek ekonomi dari proyek
pembangunan PLTBG di PT. Perkebunan Nusantara V Kebun dan PKS Sei Pagar yang
beralamat di Hang Tuah, Perhentian Raja, Kampar. Dari penjelasan latar belakang di atas,
maka penulis mengangkat judul “Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Dari
Limbah Cair (POME) PKS”. Fokus penelitian ini adalah menghitung potensi pembangkit
listrik tenaga biogas yang membahas kajian teknik dan ekonomi serta dilengakapi desain
3D.
I-5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dapat dilihat Dari latar belakang di atas, maka penelitian dapat
dirangkum dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Berapa besar potensi limbah cair kelapa sawit POME (Palm Oil Mill Effluent) di
PT. Perkebunan Nusantara V Kebun dan PKS Sei Pagar untuk dikonversikan
menjadi sumber energi listrik ?
2. Bagaimana merancang PLTBg berdasarkan potensi sumber bahan baku limbah
cair kelapa sawit yang tersedia dengan aspek teknis dan ekonomi pembangunan?
3. Bagaimana menghasilkan rancangan PLTBg dalam bentuk tiga dimensi (3D)?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis besar potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari sumber bahan baku limbah cair
PKS Sei Pagar
2. Menghasilkan perancangan PLTBg dengan menganalisis teknis dan ekonominya
3. Menghasilkan layout perancangan PLTBg ke dalam bentuk 3D SketchUp.
I-6
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai acuan referensi sarana informasi PT. Perkebunan Nusantara V Kebun dan
PKS Sei Pagar mengenai perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
(PLTBg) untuk perusahaan.
2. Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai biogas dan pemanfaatannya
untuk PLTBg
3. Membantu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) oleh gas methana (CH4) dan
gas bahaya lainnya yang terdapat pada limbah cair.
I-7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Analisa Potensi Energi Listrik dan pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Dari
Limbah Cair kelapa sawit (POME) (Studi Kasus PT Agro Masang Perkasa Unit POM).
Beliau melakuk an penelitian bertujuan untuk menghitung potensi energi listrik dengan
melakukan analisa dari parameter input dan parameter operasi serta menghitung potensi
pengurangan emisi GRK berdasarkan pada dua kondisi yaitu akibat mengganti/substitusi
bahan bakar fosil dan akibat pembakaran gas metana. Hasil perhitungan menunjukan
potensi listrik dari limbah cair kelapa sawit PT AMP POM adalah sebesar 11.658
MWh/tahun atau sebesar 1,45 MW yang mampu dibangkitkan oleh pembangkit listrik dan
pemanfaatan limbah cair mampu mereduksi emisi hingga mencapai 41.451,25 tCO2/tahun.
Dari Hasil analisa potensi yang positif maka limbah cair kelapa sawit PT AMP POM
berpotensi untuk dimanfaatkan [12].
Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Berbahan Limbah Cair Kelapa
Sawit Beliau melakukan penelitian di PT. Sari Lembah Subur Kabupaten Pelalawan
Provinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan dan
kelayakan dari pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBG) dari limbah cair kelapa sawit di
PT. SLS, dimana perancangan PLTBG akan di lakukan pada tahun 2020, dan usia proyek
mencapai 20 tahun. Biogas yang dihasilkan ini menggunakan metode anaerob dengan
jenis digester Complete Mix, dan teknologi pemurnian yang digunakan Water Scrubber
sehingga menghasilkan listrik sebesar 1,41 MWe. Berdasarkan Analisa ekonomi, biaya
3
produksi pada PLTBG ini yaitu sebesar Rp. 534,35/ m dan pendapatan sebesar Rp.
14.719.085.330,25/tahun. Kelayakan PLTBG ini dengan Net Present Value (NPV) sebesar
Rp. 434.517.162.793, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 10,67% dan Payback Periode
(PBP) 4,61 tahun[8].
Analisis Potensi Pembangkit Listrik Biogas Berbasis Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit Studi Kasus PKS PT Intan Sejati Andalan, Riau. Metode yang digunakan dengan
melakukan pengujian laboratorium untuk mendapatkan kadar organik yang terkandung
dalam limbah cair di PKS ISA, kemudian melakukan perhitungan daya listrik
dibangkitkan, dengan melihat fluktuasi produksi dan proyeksi dimasa depan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ISA POM memiliki kinerja yang baik dengan kapasitas
terpasang 60 ton/jam, dan ketersediaan tanaman lebih dari 99%. Rata-rata POME aliran
22,55 m 3/jam dengan 33-45 ºC, maka dapat disimpulkan bahwa potensi dari pemanfaatan
POME menghasilkan daya cukup untuk memenuhi kebutuhan energi listrik[3].
II-2
Menurut penelitian tentang Small Renewable Energy Biogas Limbah Cair (Pome) Pabrik
Kelapa Sawit Menggunakan Tipe Covered Lagoon Solusi Alternatif Defisit Listrik Provinsi Riau.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung total kapasitas produksi pabrik
kelapa sawit wilayah Provinsi Riau, limbah padat dan cair berupa biogas CH (Metana) yang
4
dihasilkan yang dapat diolah menjadi energi listrik alternatif. Hasil yang didapatkan berupa energi
listrik yang mampu dibangkitkan 434.54 MW, dengan produksi energi listrik 2.476.849.990
kWh/tahun[19].
Berdasarkan dari penelitian–penelitian sebelumnya penelitian ini memilih
pengolahan POME secara anaerobik menggunakan digester anaerobik jenis Continious
Strirred Tank Reaktor (CSTR) pada Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei
Pagar di PTPN V Riau. Teknologi digester anaerobik tipe Continious Strirred Tank
Reaktor (CSTR) ini dapat beroperasi pada suhu mesofilik atau termofilik. Peneliti
menggunakan digester tipe ini karena pada Penguraian CTSR dan kolam tertutup cocok
untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit. Karena kedua teknologi penguraian anaerobik
ini dapat menangani limbah dengan kandungan padatan dan minyak yang tinggi. Dan
CTSR ini juga relatif mudah dioperasikan dan dipelihara serta lebih ekonomis
dibandingkan dengan sistem yang lain[6]. Adapun perbedaan kolam tertutup dan sistem
tangki CSTR antara lain:
Tabel 2.1. Perbandingan Kolam Tertutup dan CSTR[6]
Dengan adanya kemajuan zaman dan teknologi saat ini membuat penulis tertarik u
ntuk menambahkan la yout pembangkit listrik tenaga biogas kedalam desain 3D.
Pembuatan desain ke bentuk 3D dapat menunjukan rancangan hasil yang lebih jelas
realistis dan lebih menarik, sehingga rancangan lebih terlihat menyerupai keadaan yang
sebenarnya.
II-3
2.2 Perkembangan Produksi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan komoditas andalan bagi pendapatan nasional dan devisa
negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor komoditas perkebunan, pada
tahun 2014 total ekspor dari perkebunan mencapai US$ 28,324 milyar atau setara dengan
Rp. 367,040 triliun (asumsi 1 US$ = Rp. 13.000,00,-). Kontribusi sub sektor perkebunan
terhadap perekonomian nasional semakin meningkat pertahunnya. Produksi dan luas area
kelapa sawit, menurut status pengusahaan tahun 1970 – 2015 menyebutkan pada tahun
2016 total luas area (Ha) 11.672.861 Hektar, dan total produksi (ton) 33.500.691 ton.
Untuk luas area dan produksi kelapa sawit khusus Riau pada tahun 2016 adalah 2.262.095
Hektar, total produksi 7.717.612 ton[13].
Perkebunan kelapa sawit dengan luas area 8,9 hektar menghasilkan 23 juta ton
Crude Palm Oil (CPO). Didalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang
memproduksi minyak kelapa sawit menghasilkan output dalam berbentuk limbah padat
dan cair, dalam hal ini akan dibahas limbah cair atau disebut POME (Palm Oil Mill
Effluent). Limbah cair kelapa sawit mengandung unsur biogas terdiri dari 50-70% metana,
25-45% karbon dioksida. Jika pengolahan POME tidak terkendali, metana di dalam biogas
akan langsung terlepas ke atmosfir sebagai gas rumah kaca, dan metana ini lebih
berbahaya 21 kali lipat dibandingkan dengan karbon dioksida. Untuk mengolah limbah
dengan dibangunnya sebuah sistem pembangkit listrik berbasis limbah cair kelapa sawit
dengan bahan bakar biogas dalam pemanfaatannya. Untuk proyeksi daya dari POME
berdasarkan kapasitas PKS di Indonesia 60 tonTBS/jam menghasilkan POME 63 m3/jam
potensi daya 3,2 MWe [6].
Pada pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit melibatkan proses
ekstraksi minyak, pencucian, dan pembersihan di pabrik menghasilkan limbah cair kelapa
sawit atau palm oil mill effluent (POME). Dalam ekstraksi terdapat 3 langkah proses yang
menghasilkan POME:
1. Sterilisasi pada tandan buah segar.
2. Proses perjernihan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yaitu
pemerasan, memisahkan, dan penjernihan.
3. Pemerasan tandan kosong [6].
II-4
Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia dalam dilihat pada Gambar 2.1.
sebagai berikut :
II-5
2. Cangkang
Limbah Padat cangkang bagian paling keras pada komponen buah kelapa sawit,
cangkang merupakan hasil olah dari pemrosesan kernel inti buah kelapa sawit memiliki
bentuk seperti tempurung buah kelapa dan setiap kg cangkang mengandung nilai kalor +/-
2655 kCal [15]. Adapun manfaat dari cangkang kelapa sawit selain bagi industri, usaha,
dan rumah tangga, juga sebagai karbon aktif, arang, papan partikel, campuran pengeras
jalan di sekitaran lokasi pabrik, bahan bakar ketel uap, bahan campuran untuk pakan ternak
[14].
3. Pelepah
Pohon kelapa sawit dengan usia 7-8 tahun memiliki panjang pelepah -/+ 5-6
meter. Dengan pangkal pelepah memiliki lebar -/+ 7-8 cm. Pemanfaatan pelepah sendiri
bisa digunakan sebagai “fiber board” untuk bahan baku mebel, kursi, meja dan lemari.
Juga sebagai bahan bakar energi terbarukan dalam teknologi gasifikasi pembangkit
listrik tenaga gas dari pembakaran limbah pelepah kelapa sawit [16].
4. Fiber (Serat)
Serat merupakan limbah sisa perasan buah sawit berupa serabut seperti
benang yang diproduksi dari stasiun fiber cyclone setelah melewati proses ekstraksi
melalui unit screw press. Bahan ini mengandung protein -/+ 4% dan serat -/+ 36%, serta
mempunyai kalor 2.637 Kkal.kg sampai 4.554 Kkal/kg [17]. dikarenakan memiliki nilai
kalor yang tinggi, maka digunakan sebagai sumber bahan bakar boiler untuk sumber
energi listrik. Kandungan nilai kalor pada bagian fiber, cangkang, tandang kosong,
pelepah kelapa sawit bisa dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kandungan Nilai Kalor Limbah Kelapa Sawit [17].
II-6
2.3.2 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME)
Limbah cair merupakan hasil limbah dari produksi di PKS yang lebih besar bila
dibandingkan dari hasil limbah padat dan POME mempunyai kandungan senyawa
kompleks tinggi seperti, karbohidrat, protein, mineral, lemak. Pengolahan tandan buah
segar kelapa sawit untuk produsi minyak kelapa sawit menghasilkan beberapa macam
jenis limbah. Dari mulai proses ekstraksi minyak, kemudian pencucian, dan pembersihan
di pabrik. Hasil dari proses ini adalah limbah cair kelapa sawit yang dikenal POME[6].
Pada pabrik kelapa sawit menghasilkan 0,7-1 m3 POME untuk setiap 1 ton
tandan buah segar yang melalui proses pengolahannya. POME baru umumnya
menghasilkan panas (suhu 60-80 ºC), bersifat asam (Ph 3,3-4,6), kental, berwarna
kecoklatan dengan kandungan padatan, minyak dan lemak, chemical oxygen demand
(COD), dan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi [6]. POME mengandung
unsur biogas yang berbahaya jika dibuang begitu saja ke aliran sungai maka akan
sangat berdampak fatal bagi ekosistem sungai itu sendiri dan lingkungan sekitar tanpa
melalui proses standart baku mutu air bersih limbah cair kelapa sawit. Hal ini merupakan
salah satu tantangan bagi perusahaan untuk menggunakan sistem teknologi yang
efisien dan lebih efektif pastinya. Proses yang paling konvensional adalah dengan
mendiamkan POME tersebut dikolam agar terurai oleh mikroba secara alami [18].
Semakin lama kini telah terjadi perkembangan pemikiran dimana limbah yang
dulunya dikategorikan sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan
selayaknya harus ditanggulangi (end-of-pipe), strategi pengolahan lingkungan didasarkan
pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach), akibat terbatasnya
daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran ke arah pendekatan
mengolah limbah terbentuk (end-of- pipe treatment). Pendekatan ini terfokus pada
pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Namun pada kenyataannya pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap
terjadi dan cenderung terus berlanjut, karena dalam prakterknya pendekatan melalui
pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala. Seperti:
1. Bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah tersebut terbentuk.
2. Tidak efektif dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan karena
mengolah limbah hanyalah mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari
satu media ke media lain.
II-7
3. Biaya investasi dan operasi pengolahan dan pembuangan limbah mahal, yang
mengakibatkan biaya proses produksi meningkat dan harga jual produk juga
naik. Hal ini menjadi salah satu alasan pengusaha untuk tidak memasang alat
pengolah limbah atau mengoperasikan sekedarnya saja.
4. Peraturan perundang – undangan yang menetapkan persyaratan limbah yang
boleh dibuang setelah dilakukan pengolahan pada umumnya cenderung untuk
dilanggar bila pengawasan dan penegak hukum lingkungan tidak efektif
dijalankan [14].
Pada tabel 2.2 dijelaskan standart baku mutu limbah cair kelapa sawit yang
dialirkan kesungai, serta kadar senyawa terkandung dalam limbah cair kelapa sawit
sebelum memulai treatment pengolahan [6]. Sedangkan karateristik POME tanpa diolah
dan baku mutu sesuai peraturan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Karateristik POME Tanpa Diolah dan Baku Mutu Sesuai Peraturan [6]
COD merupakan ukuran total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi semua
zat organik yang bersifat biologis maupun yang tidak bereaksi (inert) menjadi karbon
dioksida dan air. Oleh sebab itu, nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD. Sementara
BOD merupakan ukuran jumlah oksigen yang dikonsumsi bakteri ketika menguraikan zat
organik dalam kondisi aerobik.[6]
II-8
2.4 Potensi dan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit
1. Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (POME)
Memanfaatkan limbah cair adalah salah satu cara bijak untuk menangani
persoalan linggkungan. Pemanfaatan limbah cair dapat dikonversikan menjadi energi
listrik. Komponen terbesar yang terkandung dalam biogas adalah CH4 (55% - 70%) dan
CO2 (30% - 45%) serta jumlah kecil nitrogen dan hidrogen sulfida. Apabila kandungan
gas metan dalam biogas lebih dari 50%, biogas tersebut layak digunakan sebagai
bahan bakar karena bersifat mudah meledak dan terbakar. Gas metan memiliki nilai
kalor 50,1 MJ/kg.. Jika densitas metan 0,717 kg/m3 , gas 1 m3 metana, akan memiliki
energi sebesar 35,9 MJ atau sekitar 10 kWh, dengan asumsi efisiensi konversi biogas
menjadi listrik 33%. [19]. Kandungan yang terdapat dalam biogas mempengaruhi sifat dan
kualitas biogas sebagai bahan bakar, seperti pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.4 Komposisi Biogas [19]
II-9
Berikut adalah perbandingan penguraian antara anaerobik dan aerobik terlihat
pada Gambar 2.4.
II-10
keluar dari proses anaerobik ini sekitar 3000 ppm dengan pH antara 5-6. Bak
anaerobik ini merupakan bak terbuka dan dikatakan berproses anaerobik karena
kedalaman baknya yang sampai 4 meter.
c. Proses terakhir adalah aerobik yang diakomodasikan dalam 4 buah bak (pond).
Luas total unit aerobik ini adalah 75 x 40 m2 dengan kedalaman 1,5 meter. Waktu
Tinggal Td= 60 hari (bila dihitung dari pembagian volume dengan debit diperoleh
Td 62,5 hari). Proses aerobik dianggap dapat terlaksana hanya dengan kontak
udara di permukaan kolam, tanpa aerator mekanik atau blower. BOD limbah
yang keluar dari unit ini sekitar 200 - 230 ppm dengan pH sekitar 7. Dalam
pengoperasiannya direncanakan sebagian dari air limbah yang keluar dari unit
anaerobik dipergunakan untuk menyiram tanaman [20]
Gambar 2.3. Layout Proses Pengolahan Limbah PKS PTPN V Sei Pagar[4]
II-11
flare
Boiler dan
Sistem bio-digester
turbin uap
Kolam Sistem
sedimentasi instrumentasi listrik
dan kontrol
Sistem
Pengolahan biogas pembakaran
2.6 Bio-Digester
Setelah pengolahan awal POME dipompa ke bio-digester untuk menghasilkan
biogas. Biogas sangat besar berpotensi di Indonesia mulai dari proses pengomposan
kotoran ternak dan limbah pertanian, pengolahan limbah cair dan residu proses produksi
CPO. Untuk memperoleh biogas dari bahan organik tersebut diperlukan suatu peralatan
yang disebut digester anaerobik (tanpa udara)[6].
Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut digester.
Pada digester terjadi proses penguraian material organik yang terjadi secara anaerobik
(tanpa oksigen). Pada umumnya, biogas dapat terbentuk pada hari ke 4–5 setelah digester
diisi .Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:
1. Kelompok bakteri fermentatif, yaitu dari jenis steptococci, bacteriodes,dan
beberapa jenis enterobactericeae.
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu desulfovibrio.
3. Kelompok bakteri metana, yaitu dari jenis mathanobacterium, mathanobacillus,
methanosacaria, dan methanococcus.
II-12
1. Filter Anaerobik
Filter anaerobik menggunakan “carrier” yang terbuat dari plastik tempat
mikroorganisme aktif melekat dan mencegah terdorong keluar dari sistem. Filter anaerobik
dapat menghasilkan biogas yang berkualitas sangat tinggio dengan kandungan metana
hingga 85%[6].
2. Fluidized and Expanded Beds
Pada fluidized and expanded beds, mikroorganisme menarik partikel-partikel
kecil sehingga membentuk koloni. Sistem ini mempunyai aliran kuat keatas yang
menyebabkan partikel partikel mengambang sehingga mikroorganisme melakukan kontak
dengan substrat[4].
3. Uplow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
Reaktor Uplow anaerobic sludge blanket memungkinkan mikroorganisme tumbuh
secara berkelompok sehingga mikroorganisme tetap berada dalam reaktor meskipun arus
subtrat yang masuk cukup kuat. Sistem ini memompakan limbah masuk kedalam reator
dengan cukup kencang sehingga terjadi prose pengadukan dan terjadi kontak antara
mikroorganisme dengan subtrat[4].
4. Expanded Granula Sludge Bed (EGSB)
Reaktor expanded granula sludge bed mirip dengan reaktor UASB, tetapi dengan
tingkat kecepatan aliran keatas yang lebih tinggi untuk memungkinkan air melewati
tumpukan lumpur. Desain ini cocok untuk konsentrasi COD kurang dari 1 sampai 2 g
COD/I atau untuk air limbah yang mengandung partikel tersuspensi yang tidak mudah
terbiodegradasi[4].
5. Kolam Tertutup
Kolam tertutup yang dilengkapi dengan mekanisme pengadukan dan merupakan
kolam yang dilengkapi dengan membran penutup yang kuat untuk menyimpan biogas
(Gambar 2.5). Kolam Anaerobik umumnya memiliki kontak bakteri ke subtrat yang kurang
baik, dengan tingkat pengolahan yang sangat rendah. Metode ini memerlukan waktu
retensi hidrolik antara 20-90 hari dan membutuhkan area yang besar. Pada umumnya untuk
kapasitas pengolahan limbah yang sama, investasi modal kolam tertutup lebih rendah
dibandingkan sistem tangki/CSTR, namun membutuhkan area yang lebih luass. Desain ini
biasanya digunakan untuk menangani limbah dengan kndungan padatan kurang dari 3%,
dan beroperasi pada kisaran suhu mesofilik. Operator limbah harus menghilangkan padatan
berserat didalam limbah sebelum proses penguraian dapat dilakukan[6].
II-13
Gambar 2.5. Kolam Tertutup[6].
6. Continous Stirred Tank Reactor (CSTR)
Continous strirred tank ractor, juga dikenal sebagai reaktor kontak, biasanya
berbentuk silinder yang terbuat dari beton atau logam dengan rasio diameter dan tinggi
silinder yang kecil (Gambar 2.6). Sistem ini dilengkapi dengan thickener, clarifier, atau
dissolved air floatation (DAF) untuk memekatkan biomassa, CSTR dapat beroperasi pada
suhu mesofilik maupun termofilik. Pengadukan dalam CSTR dapat dilakukan secara
mekanik, hidrolik, maupun injeksi gas. CSTR dapat mengakomosi berbagai padatan dalam
rentang yang besar. Selain itu, CSTR juga dapat memproses campuran dari berbagai jenis
limbah. Desain ini umumnya digunakan untuk limbah dengan kandungan padatan 3-10%.
Hanya saja CSTR memerlukan biaya modal dan operasional yang lebih tinggi
dibandingkan kolam tertutup untuk memelihara stabilitas dan keandalan produksi
biogas[4].
II-14
Kandungan padatan dan minyak yang tinggi dalam limbah keluaran pabrik kelapa
sawit, maka pengolahan menggunakan filter anaerobik, fluidized bed, UASB, atau EGSB
lebih sulit untuk dilakukan. Kandungan minyak dan padtan yang tinggi dalam POME harus
dihilangkan terlebih dahulu sebelum massuk ke sistem tersebut, sehingga memelurkan
fasilatas pengolahan awal yang lebih banyak. Konsekuensinya, sistem pengolahan limbah
tersebut akan menghasilkan biogas yang lebih sedikit. Pabrik pengolahan kelapa sawit
biasanya menggunakan teknologi kolam tertutup atau CSTR untuk mengkonversi POME
menjadi biogas. Kedua teknologi penguraian anaerobik ini dapat menangani limbah
dengan kandungan padatan dan minyak yang tinggi yang digunakan untuk mengkonversi
POME menjadi biogas, tergantung pada kebutuhan dan kondisi dari pabrik kelapa sawit.
II-15
a. Pengadukan mekanis,
b. Sirkulasi substrat biodigester, atau
c. Sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa.
5. Saluran gas. Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk
menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa
bisa disambung dengan pipa baja antikarat.
6. Tangki penyimpan gas.Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki
bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor
(fixeddome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor
dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S Removal
untuk mencegah korosi. pada gambar 2.5 dan 2.6 di jelaskan posisi dari
komponen komponen pada sebuah digester di lihat dari jenis digesternya.
II-16
Gambar 2.7 Waktu Digestifikasi Dan Suhu [21].
2. Rasio C/N
Untuk menentukan bahan organik digester dengan melihat rasio/perbandingan
antara Karbon (C) dan Nitrogen (N). Beberapa percobaan menunjukkan bahwa
metabolisme bakteri anaerobik akan baik pada rasio C/N antara 20-30. Jika rasio C/N
tinggi, Nitrogen akan cepat dikonsumsi bakteri anaerobik guna memenuhi kebutuhan
proteinnya, sehingga bakteri tidak akan bereaksi kembali saat kandungan Karbon tersisa.
Jika rasio C/N rendah, Nitrogen akan terlepas dan berkumpul membentuk amoniak
sehingga akan meningkatkan nilai PH bahan. Nilai PH yang lebih tinggi dari 8,5 akan
dapat meracuni bakteri anaerobik. Untuk menjaga rasio C/N, bahan organik rasio tinggi
dapat dicampur bahan organik rasio C/N rendah.
Ada dua kali retensi yang signifikan dalam digester anaerobik, yaitu: padatan
waktu retensi (SRT) dan waktu retensi hidrolik (HRT). SRT adalah rata-rata waktu bakteri
(padatan) berada di digester anaerobik. HRT adalah waktu yang dibutuhkan air limbah atau
lumpur dalam digester anaerobik.
Waktu generasi, yaitu: waktu yang dibutuhkan untuk populasi bakteri
berkembang. Pembentuk bakteri metana relatif lebih panjang dibandingkan dengan bakteri
aerob dan anaerob fakultatif bakteri lihat pada tabel 2.5. SRT khas untuk digester
anaerobik adalah lebih dari 12 hari. sedangkan bila waktunya kurang dari 10 hari tidak
dianjurkan, karenapada penahanan kurang dari 10 hari perkembangan bakteri didalam
digester belum terbentuk secara sempurna. SRT tidak terlau dipengaruhi oleh sifat air
limbah atau lumpur di dalam digester, kecuali air limbah atau lumpur beracun bagi bakteri.
II-17
Nilai SRT yang tinggi menguntungkan untuk digester anaerobik. Nilai yang tinggi
pada SRT dapat memaksimalkan kapasitas penghapusan, mengurangi volume digester, dan
menyediakan penyangga kapasitas untuk perlindungan terhadap efek dari beban kejut dan
senyawa beracun di air limbah dan lumpur. nilai SRT tinggi juga membantu untuk
mengizinkan biologis aklimatisasi untuk senyawa beracun. nilai yang tinggi pada SRT
dapat dicapai melalui dua langkah yaitu: volume digester dapat ditingkatkan, dan
konsentrasi bakteri (padatan) dapat ditingkatkan.
Tabel 2.5 Perkiraan Waktu Pada Bakteri Limbah Cair[22]
Perkiraan waktu
No Bakteri Fungsi
generasi
pembentukan flok dan degradasi
Aerobic
1 organik larut dalam lumpur aktif dan 15-30 menit
organotrophs
trickling proses penyaring
pembentukan flok dan degradasi
Facultative
organik larut dalam lumpur aktif dan
anaerobic 15-30 menit
2 trickling proses filter, hidrolisis dan
organotrophs
degradasi organik di digester anaerobic
3 Nitrifying bacteria Oksidasi NH4 dan NO2 di lumpur aktif 2-3 hari
4 Methane-forming
Produksi metana di dalam digester 3-30 hari
bacteria
Konversi padatan volatil untuk produk gas dalam digester anaerobik dikendalikan
oleh HRT. Nilai HRT mempengaruhi laju dan luasnya produksi metana. Dari semua
operasional kondisi dalam sebuah digester anaerobik, misalnya, suhu, padatan konsentrasi,
dan padatan volatil isi dari lumpur pakan, HRT merupakan operasional yang penting dalam
mempengaruhi konversi padatan volatil untuk produk gas.
Pada hari ke 1 – 24 terdapat beda nyata atau memberikan pengaruh terhadap
volume produksi biogas limbah cair kelapa sawit antara, kondisi thermophilic dan pada
kondisi mesophilic, hal ini disebabkan karena pada hari tersebut telah berlangsung lag
phase dan log or exponential growth phase, dimana pada fase-fase tersebut bakteri dalam
merombak bahan-bahan organik untuk menghasilkan biogas membutuhkan makanan untuk
pertumbuhan selnya. Sedangkan pada hari ke 25 – 70 telah berlangsung stationary phase,
dimana pada hari tersebut makanan hampir habis dan kematian bakteri akan terus
meningkat sehingga tercapai suatu keadaan dimana jumlah bakteri yang mati dan tumbuh
mulai berim bang. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan tandan kosong kelapa
sawit memberikan pengaruh sampai pada hari ke 24 sedangkan pada hari ke 25 – 70 tidak
memberikan pengaruh terhadap volume produksi biogas limbah cair kelapa sawit [23].
II-18
Dalam degradasi COD limbah cair dari pabrik kelapa sawit dalam proses
pembentukan biogas Hasil penelitian menunjukkan penurunan COD pada hari ke 6, 12, 18
dan 24 berturut-turut sebesar 5090, 4099, 8015, 762 dan 1086 mg/L yang diikuti dengan
peningkatan akumulasi volume biogas sebesar 0.004, 0.009, 0.011 dan 0.012 L, proses
anaerob berlangsung selama 24 hari dengan nilai pH 4 – 6 sehingga disimpulkan bahwa
nilai pH 6 pada digester mampu menghasilkan metana.[24].
HRT berhubungan dengan volume digester dan volume substrat yang masuk per
satuan waktu, meningkatnya organic loading rate akan mengurangi HRT, waktu retensi
harus cukup lama untuk memastikan bahwa jumlah mikroorganisme yang keluar bersama
dengan efluen tidak lebih tinggi dari jumlah mikroorganisme yang direproduksi. HRT yang
singkat memberikan laju aliran substrat yang baik, namun hasil gas yang diperoleh akan
lebih rendah. Dengan mengetahui HRT yang ditargetkan, jumlah input substrat dan laju
dekomposi si substrat maka dapat dibuat perhitungan untuk volume tangki digesternya.
Dimana:
Px = variabel tidak tetap (banyak tahun)
Pa = nilai variabel yang akan diprediksi (total jumlah TON TBS dalam periode tahun)[8].
II-19
Tabel 2.6. Menghitung Potensi Energi Listrik dari POME[6]
Perhitungan ini didasarkan pada beberapa asumsi parameter operasi. Tabel 2.7.
dibawah ini merinci asumsi tersebut:
Tabel 2.7 Asumsi Parameter Operasi[6].
Berdasarkan karakteristik limbah cair PKS dan asumsi yang tercantum diatas
dapat dilakuakan perhitungan potensi daya. Berikut merupakan cara tahap perhitungan
potensi energi listrik :
( ) (2.2)
( )
(2.3)
( )= (2.4)
II-20
( ) (2.5)
dimana :
Bahan baku harian : Produksi perhari (ton TBS/hari)
Aliran limbah cair harian : Limbah cair yang dihasilkan (m3/hari)
COD loading : Kandungan COD (kg COD/hari)
Produksi CH4 : CH4 yang dihasilkan dari COD (Nm3CH4/hari)
Kapasitas pembangkit : (MWe)
Rasio POME : Rasio volume POME yang di hasilkan per TBS yang diolah
POME : TBS (m3 POME) : (ton TBS) [6].
CODeff : Nilai efesiensi penyisihan COD yang akan diubah menjadi metana adalah
sebesar 90% , dimana nilai CODeff 90% merupakan nilai dengan produksi
biogass tertinggi.
( ) (2.6)
Geneff : Nilai efesiensi dari gas engine diperoleh berdasarkan kapasitas gas engine
dan ketersediaan barang dipasaran.
= [35] (2.7)
keterangan:
Q : volume bahan baku
HRT :Waktu digestifikasi [35]
Keterangan:
Continious Stirred over Design : 20% arau (100/8)
Volume : Volume tangki (m3)
II-22
2.7.4 Pengolahan Biogas PLTBg
Setelah proses pengolahan awal dan biogas telah terkumpul didalam digester
kemudian dialirkan dan diproses lebih lanjut kedalam sistem pengolahan biogas atau
dibakar didalam flare. Berikut merupakan komponen PLTBg pada pengolahan biogas:
II-24
ethanolamin (MDEA) serta senyawa alkali seperti sodium, potassium dan kalsium
hidroksida. Alasan pemilihan MEA dan DEA adalah kondisi proses yang dapat dilakukan
pada suhu lingkungan dan tekanan 1 bar, namun untuk proses regenerasi absorben, proses
membutuhkan panas hingga suhu 90-120°C. Hal ini sangat menguntungkan saat aplikasi di
lapangan untuk skala kecil[28].
Tabel 2.9 Dimensi Absorber dan Kolom Regenerasi Pemurnian Biogas MEA[28].
Kapasitas Jumlah Biogas Kolom Regenerasi
No. Absorber
(ton/hari) (m3/hari)
1 4 300 D= 5,40 cm; H= 1,44 m D= 1,36 m;H= 2,72 m
Tabel 2.10 Dimensi Absorber dan Kolom Regenerasi Pemurnian Biogas DEA[28]
No. Kapasitas Jumlah Biogas Kolom Regenerasi
Absorber
(tson/hari) (m3/hari)
1 4 300 D= 6,14 cm;H= 1,44 m D=2,00 m;H=4,00 m
II-25
Tabel 2.11 Dimensi Kolom Adsorpsi Pemurnian Biogas pressure swing adsorption[28]
II-26
oksigen. Biogas yang berkualitas tinggi dengan kelembaban relatif dibawah 80%
meningkatkan efesiensi mesin dan mengurangi konsumsi bahan bakar gas[6].
Flare digunakan diindustri proses atau pabrik untuk membakar kelebihan gas.
Dengan alasan keamanan, pembangkit listrik tenaga biogas harus memasang flare untuk
membba kar kelebihan biogas (Gambar2.15), terutama pada saat biogas tidak bisa
diumpankan ke gas engine atau peralatan pembakaran lainnya. Umumnya hal ini terjadi
saat puncak panen tandan buah segar, yang menyebabkan kelebihan produksi biogas.
Kelebihan produksi meningkatnya laju alir biogas melebihi batas maksimum biogas yang
dapat masuk ke gas engine. Flare juga digunakan saat gas engine sedang tidak beroperasi
dalam masa pemeliharaan, instalasi biogas tanpa gas engine atau boiler harus
II-27
menggunakan flare secara terus-menerus untuk membakar biiogas. Operator tidak boleh
melepaskan kelebihan biogass secara langsung ke atmosfer karena sifatnya yang mudah
terbakar pada konsentrasi tinggi. Selain itu, pelepasan biogas secara langsung juga berarti
pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer seperti layaknya dipenggunaan kolam limbah
terbuka[6].
II-28
2.8 Analisis Ekonomi PLTBg
Analisis ekonomi proyek merupakan suatu kajian secara ekonomi apakah suatu
rencana proyek akan dapat diwujudkan dengan porsi yang layak secara ekonomi. Analisis
ekonomi kelayakan pemanfaatan limbah cair sebagai bahan baku biogas untuk pembangkit
listrik dilakukan dengan memperhitungkan Payback Period(PBP), Net Present Value
(NPV). Analisis ekonomi ini digunakan untuk mengetahui karakteristik financial
pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Limbah Cair kelapa sawit.
II-29
2. Biaya Pengolahan Sludge
Biaya ini merupakan biaya investasi bak penampungan sludge, bak ini digunakan
untuk menampung sludge yang dihasilkan dari digester sebelum jual. Sludge yang
dihasilkan digester ini sebesar 30% dari jumlah bahan baku[21].
3. Biaya Investasi Scrubber H2S
Biaya Investasi pemurnian biogas ini terdiri dari sistem kontrol, pemasangan dan
tenaga kerja, Jenis pemurnian biogas yang digunakan yaitu jenis water scrubber,
berdasarkan penelitian Wahyu dkk pada tahun 2012 biaya investasi pada pemurnian
biogas sebesar U$ 139.207,25[28].
4. Biaya investasi Dehumdifiier
Biaya Investasi Dehumidifier ada penelitian ini memakai Cylone yang dipakai
pada penelitian ini. Berdasarkan pada penelitian kajian tekno upgranding biogas Biaya
investasi dehumidifier pada pengolahan biogas sebesar Rp 630.535.500[38].
5. Biaya Investasi Flare, blower, dan gas holder
Biaya Investasi kelebihan biogas yang harus dibakar sebagai persyaratan
keamanan pengoperasian sistem menggunakan flare. Berdasarkan penelitian pada tahun
2019. Biaya investasi pada flare dilengkapi blower dan biogas holder dengan kapasitas
pabrik 30 ton/jam sebesar RP 1.852.580.250[38]
6. Biaya Investasi Produksi Listrik
Merupakan jumlah dari semua biaya investasi yang telah di keluarkan oleh
investor. Di mulai dari biaya investasi di bidang produksi biogas sampai dengan biaya
investasi di sektor produksi listrik.
II-30
2. Biaya O&M Tenaga Kerja
Biaya O&M biogas handling terdiri dari biaya tenaga kerja untuk mengoperasikan
kompresor, biaya pemeliharaan dan penggantian sparepart. Dalam penelitian ini
ditentukan biaya O&M pertahun sebesar 10,2% dari biaya investasi biogas storage system
[21].
3. Biaya Operasional dan Pemeliharaan Sistem Pembangkit Listrik
Biaya operasional dan pemeliharaan sistem pembangkit listrik terdiri dari biaya
tenaga kerj dan pemeliharaan, biaya pemeliharaan ini meliputi minyak pelumas, filter,
baterai, busi dan komponen lainya pada proses konversi listrik. Biaya perawatan sistem
pembangkit listri atau gas engine ini sebesar Rp.110,4/kWh [21].
[7] (2.21)
Dan untuk jumlah produksi biogas pertahunnya dapat di hitung dengan persamaan.
[7] (2.23)
II-31
2.8.4 Perhitungan Pendapatan
Pendapatan pada pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah cair kelapa sawit di
ini berasal dari penjualan listrik, sedangkan sludge digunakan untuk pupuk organik di
perkebunan perusahaan langsung. Sama seperti perhitungan komponen biaya, perhitungan
komponen pendapatan dilakukan terhadap jenis teknologi yang akan dipakai. Adapun
beberapa pendapatan dari energi listrik yang dihasilkan ialah sebagai berkut :
1. Pendapatan penjualan listrik
Pendapatan melalui penjualan listrik dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Penjualan listrik = Produksi listrik (kWh) x Tarif listrik (Rp) (2.24)
II-32
3. Memungkinkan analisis dengan menbandingkan program secara luas dalam
lapangan yang berbeda.
Perhitungan menggunakan metode Cost Benefit Analysis memiliki beberapa
parameter antara lain yaitu, Cash Flow (CF), Net Present Value (NPV), dan Payback
Period.
PWF (1 i ) -n (2.26)
CFC = Biaya Investasi × PWF (2.27)
II-33
ekonomi atau tidak, dan kriteria kelayakan tersebut dinilai berdasarkan indikasi jika nilai
NPV > 0 maka investasi tersebut menguntungkan atau layak untuk dibangun, namun jika
NPV < 0 maka investasi tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak. NPV merupakan
hasil pengurangan antara Cash Flow Benefit (CFB) dan Cash Flow Cost (CFC)[36].
Berikut persamaan rumus yang digunakan untuk menghitung nilai NPV :
∑ (2.28)
2.10 SketchUp
SketchUp (Trimble SketchUp) merupakan pemodelan 3D Program yang berguna
diberbagai aplikasi seperti arsitektur, sipil, mekanikal, film serta video game desain. Ini
juga mencakup fitur-fitur untuk memfasilitasi model penempatan di Google Earth.
Aplikasi ini dirancang untuk lebih mudah digunakan dibanding dengan software yang
lainnya[9].
Sketchup Pro 2016 menawarkan semua alat yang dibutuhkan untuk menghasilkan
hasil profesional dan berkualitas bahkan untuk Pemula / Peserta / Anda. Tutorial membawa
Peserta melalui beberapa penggunaan dasar Sketchup Pro 2016. Kelebihan dari Sketchup
Pro 2016 adalah kemudahan dan kecepatan dalam mengoperasikannya serta tidak serumit
software lain untuk menghasilkan gambar 3D, gambar yang dihasilkan pun tidak kalah
menarik dari software lain yang ada saat ini seperti 3Ds Max, degsin Grafis, Lumion dan
yang lain. Adapun kelebihan Sketchup antara lain :
1. Interface yang menarik dan simple.
2. Mudah digunakan oleh golongan pemula sekalipun.
3. Banyak open source dan plugin yang mendukung kinerja Sketchup.
4. Terdapat fitur import file keektensi seperti 3ds,dwg,pdf,jpg dll.
5. Apli kasi ringan dijalankan untuk komputer berbasis standard [9].
II-34
2.10.1 Tampilan Sketcup
11
Move: Untuk memindahkan objek.
II-36
16 Offset: Menduplikasi garis objek yang disesuaikan.
II-37
Look Around: Pivot kamera (pandangan Anda) dari titik
30
stasioner.
II-38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Tahapan Perencanaan
1. Studi Literatur
2. Studi Pendahuluan
3. Identifikasi Masalah
4. Penentuan Judul
5. Rumusan Masalah
6. Tujuan Masalah
Data Sekunder
1. Data produksi Tandan Buah Segar pabrik kelapa sawit
PKS PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
2. Data COD PKS PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
Analisis Ekonomi
Analisis Teknis
1. Biaya investasi PLTBg
1. Analisa Perhitungan Produksi Biogas
2. Biayab O&M PLTBg
2. Analisa Perhitungan Produksi Biogas 3. Biaya Produksi listrik
4. Perhitungan Biaya Pendapatan
Analisis Finansial
1. Cost Flow
2. Net Present Value (NPV)
3. Payback Periode (PP)
Selesai
III-1
3.2 Tahapan Perencanaan
Tahapan Perencanaan pada penelitian ini dimulai dengan tahap studi literatur yang
berkaitan dengan penelitian, melakukan studi pendahuluan, mengidentifikasi masalah,
mencari rumusan masalah dan menetapkan masalah.
III-2
3.2.5 Rumusan Masalah
Beberapa pertanyaan yang akan dijawab pada hasil penelitian ini yaitu berapa
besar potensi limbah cair kelapa sawit Palm Oil Mill Effluent (POME) di PKS PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar, Riau untuk dikonversikan menjadi sumber energi
listrik dan bagaimana merancang PLTBg berdasarkan potensi sumber bahan baku limbah
cair kelapa sawit yang tersedia dengan aspek teknis dan ekonomi pembangunan serta
Bagaimana menghasilkan rancangan PLTBg dalam bentuk tiga dimensi (3D)
III-3
3.4 Perancangan PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit
III-4
3.4.3 Analisis Sistem Bio-Degester
Sistem Bio-Digester terdiri dari proses pengolahan awal, bio-digester, dan kolam
sedimentasi. Pada pengolahan awal sebuah sistem pendingin berfungsi untuk menurunkan
suhu POME. Dan penelitian ini menggunakan bio-digester berupa tangki yaitu Continous
strirred tank ractor (CSTR) yang mana nantinya ditentukan kapasitas tangki yang
dibutuhkan sesuai jumlah limbah cair kelapa sawit harian. Oleh karena itu, untuk
menentukan kapasitas tangki dibutuhkan berapa volume kerja dengan menggunakan
persamaan 2.7-2.20. Serta kolam sedimentasi untuk menampung lumpur dan padatan hasil
dari uraian limbah cair yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
III-5
sesuai dengan kapasitas pembangkit yang dihasilkan. Untuk mencari kapasitas pembangkit
menggunakan persamaan 2.6. Berdasarkan teknologi yang ada dipasaran efesiensi gas
engine yang didapat yaitu 42%.
III-6
3.7 Analisis Kelayakan Finansial
3.7.1 Cash Flow (CF)
Didalam menjalankan sebuah aktivitas atau sebuah proyek, tentunya akan
menimbulkan sejumlah biaya untuk menjalankan proyek tersebut, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Disisi lain akibat dari pelaksanaan proyek tersebut akan timbul
juga manfaat atau keuntungan yang didapatkan, dengan demikian didalam sebuah proyek
akan selalu timbul sejumlah uang pemasukan dan uang pengeluaran. Uang masuk dan uang
keluar inilah yang dinamakan Cash Flow (aliran uang). Cash Flow terbagi dua yaitu Cash
Flow Benefit (aliran uang masuk) dan Cash Flow Cost (aliran uang keluar) .
1. Cash Flow Benefit (CFB)
Cash Flow Benefit adalah aliran uang yang masuk disetiap tahun selama sistem
berjalan atau umur proyek. Aliran uang yang masuk disetiap tahun dihitung berdasarkan
nilai rata-rata suku bunga yang ada pada tahun pertama pelaksanaan proyek. Cash Flow
Benefit dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan (2.26).
2. Cash Flow Cost (CFC)
Cash Flow Cost adalah aliran uang yang keluar disetiap tahun selama umur
peralatan atau jangka investasi proyek. CFC juga dipengaruhi oleh Present Worth Function
(PWF) yaitu nilai faktor bobot sekarang dengan variabel nilai suku bunga yang tersedia.
Untuk mengetahui nilai PWF dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan (2.27),
dan untuk mengetahui nilai CFC dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan
(2.28).
III-7
3.7.3 Payback period (PBP)
Waktu pengembalian modal merupakan jumlah yang diperlukan dari tahun untuk
memulihkan semua biaya investasi. PBP dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.30).
III-8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perancangan yang dilakukan melalui proses konversi pome menjadi biogas dan
konversi biogas mejadi listrik mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg)
Limbah Cair/POME sebagai energi listrik di Pabrik Kelapa sawit PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar. Dengan kapasitas olah 30 ton/jam PKS PT. Perkebunan Nusantara
V Sei Pagar memproduksi TBS sebesar 683,25 ton/hari, sehingga didapatkan jumlah aliran
POME yang didapatkan sebesar 420 m3/hari. Hasil analisa penelitian diatas didapatkan
beberapa kesimpulan mengenai PLTBg dari limbah cair kelapa sawit pada PKS PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar antara lain :
1. Potensi jumlah limbah cair POME sebesar 420 m3/hari dengan COD sebesar
19714,09 kg COD/hari dapat menghasilkan metana sebesar 6.209,9 m3CH4/hari.
Dengan jumlah biogas yang dihasilkan dapat menghasilkan listrik sebesar 1,07
MW
2. PLTBg limbah cair POME menggunakan digester yang digunakan yaitu jenis
anaerob dengan tipe Continious Strogge Tank Reaktor (CSTR) menggunakan tiga
tangki dengan volume masing-masing tangki sebesar 4000 m3.
3. Pengolahan Biogas sebelum memasuki gas engine menggunakan pemurnian H2S
menggunakan Water Scrubber ini memiliki tingkat kemurnian sebesar 95% ,
sehingga biogas yang dihasilkan dari tingkat kemurnian ini sebesar 5899,4 m3
CH4/hari. Pengolahan selanjutnya kandungan H2O dibersihkan dengan teknologi
dehumidifier.
4. Besar produksi listrik harian yang dihasilkan 27676,44 kWh/hari dan sistem
konversi listrik pada PLTBG ini menggunakan gas engine berkapasitas 2 x
600kW.
5. Analisa teknis dari limbah cair kelapa sawit PKS PTPN V Sei Pagar
menghasilkan produksi gas metana sebesar 1.976.299 m3 CH4/tahun dan produksi
listrik tahunan sebesar 9.271.607,4 kWh/tahun
V-1
6. Berdasarkan hasil dari perhitungan analisa ekonomi maka biaya investasi senilai
Rp 40.813.265.158, biaya operasional dan pemeliharaan didapat senilai Rp.
2.761.382.153, dan biaya pendapatan yang diperoleh senilai Rp. 14.602.781.660.
Sehingga hasil dari analisis finansial Cash Flow Benefit yang dihasilkan senilai
Rp 180.636.409.134 dan rata-rata pertahun senilai Rp 9.031.820.455. Cash Flow
Cost rata rata pertahunnya senilai Rp 1.721.721.772. Dan NPV selama proyek
senilai Rp. 94.139.378.999 Serta Payback Periode yang didapat yaitu 4,5 tahun <
20 tahun berarti penelitian ini dapat dikatakan layak.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya ialah :
1. Penelitian selanjutnya pada perancangan dapat menjelaskan spesifikasi komponen
komponen kecil PLTBg secara jelas.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengkaji kajian teknis dan ekonomi dapat
menggunakan modelling atau software agar mendapatkan hasil yang maksimal
dan praktis.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kholik. Imam. 2015. Pemananfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan
Untuk Mendukung Subtitusi BBM. ISSN 1411-7010 : Volume (19) No (2)
[2] Fitri. Aulia. 2017. Metanogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)
Pada Temperatur 55oC: Pengaruh Variasi Pengadukan Terhadap Produksi
Biogas Menggunakan Reaktor Batch. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Sumatra Utara. Skripsi. Sumatra Utara.
[3] Wibowo. A. 2015. Analisis Potensi Pembangkit Listrik Biogas Berbasis Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus Pks PT Intan Sejati Andalan Riau. ISSN
2088 – 3676: Volume (3). No (2)
[4] PTPN V Sei Pagar.2018.laporan pengolahan dan pemantauan lingkungan PKS Sei
Pagar.Riau
[5] Newswire.04 Maret 2019. Pembangkit Listrik Biogas PTPN V Resmi Beroperasi.
Bisnis.com,
Jakarta.Tersedia:https://ekonomi.bisnis.com/read/20190304/99/895992/
pembangkit-listrik-biogas-ptpn-v-resmi-beroperasi
[6] Rahayu, Sri. Dkk. (2015). Konversi Pome Menjadi Biogas Pengembangan Proyek
di Indonesia. United States Agency for International Development
(USAID). Winrock Internasional. Amerika Serikat.
[7] Mujianto, Dendi Tekat. (2017). Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas Berbasis Limbah Cair Kelapa Sawit (POME) Di PT. Sumber Sawit
Sejahtera Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Universitas Islam Negeri Sultan
Sarif Kasim. Skripsi. Pekanbaru.
[8] Pramita, Wetar. 2017. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Berbahan
Limbah Cair Kelapa Sawit Beliau melakukan penelitian di PT. Sari Lembah Subur
Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Universitas Islam Negeri Sultan Sarif
Kasim. Skripsi. Pekanbaru.
[9] Student Teknology Assistance Center. 2018. Tutorial SketchUp Pro 2016-2018,
Kendari, Sulawesi Tenggara
[10] Febijanto, Irhan. 2017. Pemanfaatan Gas Methana Dari Limbah Cair. Volume
(6). Serpong, Tanggerang Selatan.
1
[11] Marolop, Guntar. Dkk. (2017). Estimasi Potensi Biogas dari Palm Oil Mill
Effluent (POME) pabrik kelapa sawit di Provinsi Jambi. Volume (2). No (2).
Universitas Batanghari.
[12] Jamil, Ezra. 2017. Analisa Potensi Energi Listrik Dan Pengurangan Emisi Gas
Rumah Kaca Dari Limbah Cair Kelapa Sawit (POME) (Studi Kasus PT AGRO
Masang Perkasa Unit POM). Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim.
Skripsi. Pekanbaru.
[13] Edi Subiyantoro, M. 2015. Statististik Perkebunan Indonesia Kelapa Sawit Palm
Oil 2014-2016. Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.
[14] 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. Jakarta
[15] Sihombing, Valdo. (2014). Analisis Perhitungan Ekonomi dan Potensi
Penghematan Energi Listrik pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Pabrik
Kelapa Sawit PT. X. Teknik Elektro. Vol. 2. No. 2. April 2014. Itenas. Bandung.
[16] (2009). Laporan Akhir “Kajian Inventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di
Kabupaten Pelalawan Tahun 2009”. hal: 422-423. Dinas Perkebunan Kabupaten
Pelalawan.
[17] Natsir, M. Dkk. (2013). Analisis Biaya Produksi Listrik Per Kwh
Menggunakan Bahan Bakar Biogas Limbah Cair Kelapa Sawit (Aplikasi pada
PLTBGS PKS Tandun). Vol. 3 No. 1. Universitas Sumatera Utara. Medan.
[18] 2016). Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas. Modul Keuangan
Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih. USAID
[19] Safrizal. (2015). Small Renewable Energy Biogas Limbah Cair (POME) Pabrik
Kelapa Sawit Menggunakan Tipe Covered Lagoon Solusi Alternatif Defisit Listrik
Provinsi Riau. Volume 6, no.1. Pekanbaru
[20] Rahardjo. P. N. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan ISSN 1441-1318X, Jakarta. 15
[21] Sulistyo, Agung. 2010. Analisis Pemanfaatan Sampah Organik Di Pasar Induk
Kramat Jati Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Biogas. Tesis. Fakultas Teknik
Program Magister Teknik Elektro Depok Universitas Indonesia.
[22] Gerardi. M. H. 2003. The Microbiology Of Anaerobic Digesters. Includes
Bibliographical References And Index. Isbn 0-471-20693-8 (Cloth). United States
Of America
2
[23] Kahar. A, Dkk. 2014. Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk
Meningatkan Produksi Biogas Pada Pengolahan Air Limbah Secara Anaerobik.
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Jurnal Purifikasi.
Vol (1). No (14)
[24] Widarti. N. B. Dkk. 2015. Degradasi COD Limbah Cair Dari Pabrik Kelapa
Sawit Dalam Proses Pembentukan Biogas. Jurnal Integrasi Proses. Vol(5). No(3)
[25] Farizal. dkk. 2014. Model Peramalan Konsumsi Bahan Bakar Jenis Premium Di
Indonesia Dengan Regresi Linier Berganda. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.
13, No. 2, Des 2014 ISSN 1412-686. Universitas Indonesia, Depok.
[26] Trisakti. B. Dkk. 2013.Perancangan Prototipe Bioteaktor Untuk Pengolahan
Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit (Lcpks) Secara Aerobik. Jurnal Teknik
Kimia.Vol.(2).No.(4)
[27] Nadliriyah. N, Dan Triwikantoro. 2013. Pemurnian Produk Biogas Dengan
Metode Absorbsi Menggunakan Larutan Ca (Ho)2. Jurnal Sains Dan Seni Pomitr
Vol (2). No(1). Institut Teknologi Sepuluh November.
[28] Wahyu, Akhwari, Moh Fahrurrozi dan Muslikhin Hidayat. 2012. Studi Tekno-
Ekonomi Pemurnian Biogas dari Limbah Domestik. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
[29] Hafidh. A. A. 2010. Cost-Benefit Analysis. Fakultas Ilmu Sosisal Dan Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta
[30] Dewi. K. dkk. 2010. Studi Kelayakan Investasi Dari Aspek Finansial Untuk
Pendirian Naya Salon Denpasar
[31] Pratiwi, Dhian Budi dan Rahma Muliapakarti. 2011. Perancangan Pabrik Etanol
Dari Singkong Kering (Gaplek) dengan Proses Enzimatis Kapasitas 140
Kl/Tahun.Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Kimia FakultasTeknik
Universitas Sebelas Maret.
[32] Bank Indonesia.2019. Suku Bank Sentral Republik Indonesia. http://www.bi.go.i(
November 2019).
[33] Waskito, Didit. 2011. Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Dengan
Pemanfaatan Kotoran Sapi Dikawasan Usaha Peternakan Sapi. Tesis. Fakultas
Teknik Program Magister Teknik Manjemen Energi dan Ketenagalistrikan
Salemba Universitas Indonesia
3
[34] Peters, M.S and Timmerhause K.D. 2003. Plant Design and Economics for
Chemical Engineers. Mc Graw Hill Book Company. New York
[35] Brownell,L.E Young E.H.1959. Process Equitment Design.Wiley Eastern ltd.New
Delhi & Mc Cabe, W.L, Smith, J.M.,1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid I. Edisi
Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta. Didalam penelitian “Harahap, Fitri M.2009.
Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Listrik
dengan Kapasitas 237.600 MWh/tahun. Departemen Teknik Kimia. Fakultas
Teknik. Universitas Sumatra Utara. Medan”
[36] Giatman. M, “Ekonomi Teknik”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011.
[37] Mekel. N. Alferd, 2019. Modul AutoCAD . Jurusan Teknik Mesin. Politeknik
Negeri Manado
[38] Sugiyono. Agus. Dkk.2019. Kajian Tekno Ekonomi Upgranding Biogas Berbasis
POME dengan Teknologi Water Scrubber. Jurnal teknologi rekayasa. Vol 4, no.
1. e-ISSN 2548-8678. Tanggerang Selatan
[39] Kencana Bayuaji. 2016. Biogas Power Plant Market Development & Tecnology
Overview. USAID-Indonesia Clean Energy Development II. Belitung
4
LAMPIRAN A
I. LAPORAN
II.
III.
IV.
2017
V.
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Asli : BLH-Kampar
Tembusan : BLH-RIAU (c/q Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan)
: Transformasi Bisnis c/q Lingkun gan
: S.SGH
: Pertinggal
1
PT. Perkebunan Nusantara – V
2
PT. Perkebunan Nusantara – V
LAPORAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
3
PT. Perkebunan Nusantara – V
4
PT. Perkebunan Nusantara – V
5
PT. Perkebunan Nusantara – V
6
LAPORAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
PKS : PKS - Sei Pagar
Bulan : Juni 2017
II KEGIATAN PENGOLAHAN Satuan Bulan Ini
1. Jumlah TBS diolah Kg 9.444.259
TBS Bersertifikat RSPO
TBS Non Sertifikat RSPO 9.444.259
2. Jumlah Jam Mengolah Efektif Jam
3. Produksi Minyak Sawit (CPO) Kg 1.804.139
Minyak Sawit (CPO) Bersertifikat RSPO
Minyak Sawit (CPO) Non Sertifikat RSPO 1.804.139
4. Produksi Inti Sawit (Kernel) Kg 550.684
Inti Sawit (Kernel) Bersertifikat RSPO
Inti Sawit (Kernel) Non Sertifikat RSPO 550.684
5. Jumlah Arus Listrik Dipakai KWH 239.030
6. Jumlah Uap Dipakai Ton 6.763
7
PT. Perkebunan Nusantara – V
8
PT. Perkebunan Nusantara – V
9
PT. Perkebunan Nusantara – V
LAPORAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
10
PT. Perkebunan Nusantara – V
11
PT. Perkebunan Nusantara – V
12
PT. Perkebunan Nusantara – V
VI.
13
VII. LAPORAN
VIII.
IX.
X.
2018
XI.
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Asli : BLH-Kampar
Tembusan : BLH-RIAU (c/q Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan)
: Transformasi Bisnis c/q Lingkungan
: S.SGH
: Pertinggal
14
PT. Perkebunan Nusantara – V
15
PT. Perkebunan Nusantara – V
16
PT. Perkebunan Nusantara – V
17
PT. Perkebunan Nusantara – V
18
PT. Perkebunan Nusantara – V
19
PT. Perkebunan Nusantara – V
20
PT. Perkebunan Nusantara – V
21
PT. Perkebunan Nusantara – V
22
PT. Perkebunan Nusantara – V
23
PT. Perkebunan Nusantara – V
24
PT. Perkebunan Nusantara – V
25
PT. Perkebunan Nusantara – V
26
LAMPIRAN B
Cash Flow Benefit
1 -1
1. CFB = Benefit (1 + i)
28
PERHITUNGAN PRESENT WORTH FUNCTION (PWF)
29
1
PWF
(1 i)n
1
PWF7 0,71
(1 0,05 ) 7
9. Present Worth Function Tahun ke-8
1
PWF
(1 i)n
1
PWF8 0,68
(1 0,05 ) 8
10. Present Worth Function Tahun ke-9
1
PWF
(1 i)n
1
PWF9 0,64
(1 0,05 ) 9
11. Present Worth Function Tahun ke-10
1
PWF
(1 i)n
1
PWF10 0,61
(1 0,05 ) 10
12. Present Worth Function Tahun ke-11
1
PWF
(1 i)n
1
PWF11 0,58
(1 0,05 ) 11
13. Present Worth Function Tahun ke-12
1
PWF
(1 i)n
1
PWF12 0,56
(1 0,05 ) 12
14. Present Worth Function Tahun ke-13
1
PWF
(1 i)n
1
PWF13 0,53
(1 0,05 ) 13
15. Present Worth Function Tahun ke-14
1
PWF
(1 i)n
30
1
PWF14 0,51
(1 0,05 ) 14
16. Present Worth Function Tahun ke-15
1
PWF
(1 i)n
1
PWF15 0,48
(1 0,05 ) 15
17. Present Worth Function Tahun ke-16
1
PWF
(1 i)n
1
PWF16 0,46
(1 0,05 ) 16
18. Present Worth Function Tahun ke-17
1
PWF
(1 i)n
1
PWF17 0,44
(1 0,05 ) 17
31
LAMPIRAN C
32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP