BAB I
Ekonomi Pembangunan Syariah adalah konsep yang mempelajari dan menganalisis
proses pembangunan dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta mengidentifikasi
dan merekomendasikan kebijakan pembangunan berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah.
Empat konsep dasar yang menjadi basis ekonomi pembangunan syariah:
A. Filosofi dasar ekonomi pembangunan syariah:
1. Tauhid : Konsep yang didasarkan pada ketundukan pada aturan Allah
Swt. Konsep ini harus diarahkan kepada upaya untuk melaksanakan segala
ketentuan-Nya. Konsep ini terbagi ke dalam tiga jenis:
a. Tauhid Rububiyah : Konsep tauhid yang mengajarkan bahwa
Allah Swt. merupakan pencipta dari segala sesuatu, baik alam semesta,
bumi, maupun isinya.
b. Tauhid Uluhiyah : Konsep tauhid yang mengajarkan bahwa
Allah Swt. adalah pemilik sistem kehidupan yang harus diikuti tanpa
kecuali.
c. Tauhid Asma Wa Sifat : Konsep tauhid yang mengajarkan bahwa
Allah Swt. mempunyai nama-nama yang indah yang melambangkan
sifat-sifat dan kekuasaan yang ada pada-Nya.
2. Khalifah : Konsep yang didasarkan pada kualitas SDM, karena esensi
kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang dimiliki oleh
bangsa tersebut. Dalam Islam, manusia memiliki dua tugas, yaitu sebagai
‘abdullah (hamba Allah) dan sebagai khalifatullah fil ard (wakil Allah di bumi
yang bertugas untuk memakmurkannya).
3. Tazkiyah : Konsep pembangunan yang sering disebut dengan kerangka
jalan. Dalam prinsipnya, mempunyai tiga fokus utama, yaitu keadilan,
keseimbangan, dan ketundukan penuh terhadap aturan Allah Swt. konsep ini
tidak hanya berfokus pada fisik material saja, tetapi juga dikaitkan dengan aspek
moral spiritual.
B. Aspek ekonomi pembangunan syariah: Fisik material dan moral spiritual.
C. Fokus utama ekonomi pembangunan syariah: manusia dan kesejahteraan sosial.
D. Peran negara
BAB II
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan produk nasional bruto di suatu negara.
Dalam konvensiona, indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
adalah:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) : Nilai barang dan jasa yang dihitung
berdasarkan produksi yang dihasilkan oleh warga negara asli maupun warga
negara asing di negara tersebut.
2. Produk Nasional Bruto (PNB) : Nilai barang dan jasa yang dihitung
berdasarkan produksi yang hanya dihasilkan oleh warga negara asli yang berada
di negara tersebut ataupu di luar negeri.
3. PDB per kapita : Total PDB dibagi banyaknya jumlah
penduduk di negara tersebut.
Kritikan terhadap pertumbuhan ekonomi konvensional:
1. Abai terhadap sharia compliance: pertumbuhan yang tidak memerhatikan aspek
halal dan haram, maupun aspek-aspek kesesuaian syariah lainnya.
2. Trade off: pertumbuhan yang selalu berbanding terbalik dengan distribusi
sehingga menyebabkan pertumbuhan yang terjadi hanya bisa dinikmati oleh
orang-orang tertentu.
3. Oritentasi material progress
4. Abai terhadap manfaat dan kualitas perekonomian: indikator yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan dalam konvensional dianggap hanya
mencerminkan nilai ekonomi, bukan nilai manfaat.
Konsep pertumbuhan ekonomi syariah adalah menyelarraskan antara pertumbuhan
ekonomi dengan distribusi yang bisa tumbuh secara bersama-sama. Konsep ini
tercermin dalam instrumen sektor riil, keuangan syariah, dan ZISWAF. Untuk
memudahkan pemahaman, penulis menggunakan analogi.
Analogi tersebut adalah perekonomian dianggap sebagai sebuah mesin, dimana mesin
tersebut membutuhkan oli agar terus bekerja dan membutuhkan pembuangan yang tepat
agar tidak panas dan mudah rusak. Sektor riil merupakan mesin dari perekonomian,
dimana membutuhkan keuangan syariah agar sektor riil tersebut terus bekerja dan
membutuhkan penyaluran yang tepat, yaitu ZISWAF.
Dalam perspektif Islam, ada 3 faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi:
1. Investible resources
Segala sumber daya yang dapat digunakan untuk menggerakan roda
perekonomian. Sumber daya tersebut mencakup pada Sumber Daya Alam,
Sumber Daya Manusian, dan Sumber Daya Modal.
2. Sumber Daya Manusia dan enterpreneurship
Faktor yang menjadi penggerak sektor riil.
3. Teknologi dan inovasi
Teknologi akan melahirkan efisiensi, dan basis teknologi ini adalah inovasi.
Konsep kesejahteraan dalam islam adalah terintegrasinya antara pertumbuhan ekonomi
dengan distribusi. Merujuk pada QS. 106: 1 – 4, indikator kesejahteraan ada 4, yaitu:
1. Sistem nilai Islam
Kesejahteraan akan muncul ketika nilai Islam menjadi panglima dalam
kehidupan suatu bangsa. Kesejahteraan tidak akan dicapai jika kita masih
menentang aturan Allah.
2. Kekuatan ekonomi
Kesejahteraan tidak akan dicapai jika sektor riil tidak berjalan sama sekali. Inti
dari kegiatan ekonomi yaitu tergantung pada sektor riil, yaitu bagaimana
memperkuat industri dan perdagangan.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar dan sistem distribusi
Kesejahteraan tidak akan dicapai jika ada masyarakat yang belum mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya. Sehingga, sistem distribusi yang baik - yaitu
sistem yang menjamin rendahnya angka kemiskanan dan kesejangan, serta
menjamin bahwa perputaran rodal perekonomian dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat - memegang peran penting dalam menentukan kualitas
kesejahteraan.
4. Keamanan dan ketertiban sosial
Kesejahteraan tidak akan dicapai jika friksi dan konflik destruktif antara
kelompok dan golongan masyarakat tidak dapat dicegah ataupun dimimalisir.
Aspek yang menjadi prasayat kesejahteraan:
1. Aspek Kedaulatan Ekonomi : Aspek yang dapat dicapai jika kebijakan
yang dijalankan berbasis pada maslahah. Maslahah adalah suatu konsep yang
mendasarkan pada aspek manfaat dan berkah. Maslahah akan dicapai jika
terpenuhinya dua syarat, yaitu harus sesuai dengan maqashid syariah dan
didasarkan pada simpul terlemah masyarakat.
2. Aspek Tata Kelola Perekonomian : harus transparansi (keterkaitan antara
keterbukaan dan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi),
profesionalitas (keterkaitan dalam efesiensi dan ekfetivitas dalam pengeloaan
perekonomian untuk mencapai tujuan), serta akuntabilitas (keterkaitan dengan
pertanggungjawaban yang meliputi aspek administratif dan aspek etika)
BAB III
Distribusi adalah alat untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan aset
dan kekayaan, agar kesenjangan yang muncul akibat perbedaan kemampuan
manusia dapat diminimalisir.
Prinsip-prinsip distribusi:
1. Usaha yang dilakukan : Setiap pendapatan yag diperoleh adalah
hasil usaha yang dijalankannya dengan cara yang halal.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar : Kebutuhan dasar yang diusung oleh
Imam Asy-Syaitibi merupakan maqashid al-syariah, yang meliputi
dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.
3. Perputaran harta yang merata : Akses terhadap sumber-sumber harta
dan kekayaan harus dibuka selebar mungkin dan setiap kelompok dalam
masyarakat harus diberikan kesempatan yang sama.
4. Hak orang lain. : Pada harta seseorang, terdapat “bagian”
yang menjadi milik mutlak orang lain, yaitu kelompok fakir miskin, baik
yang meminta maupun yang tidak meminta.
Tujuan kebijakan distribusi dalam Islam:
1. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
2. Menjamin keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan
3. Mengeleminasi kesenjangan ekstrim antarkelompok masyarakat
Pendekatan distribusi dalam pandangan ekonomi konvensional:
1. Pasca produksi : Distribusi yang terjadi ketika kegiatan produksi barang
dan jasa telah selesai. Sering disebut juga dengan distribusi fungsional.
Distribusi ini erat kaitannya dengan return yang diterima oleh masing-
masing faktor produksi.
2. Redistribusi : Distribusi yang dijalankan melalui kebijakan transfer
payment dengan mekanisme government to people transfer.
Pendekatan distribusi dalam pandangan ekonomi syariah:
1. Pra produksi :Distribusi yang terkait dengan perencanaan kegiatan
ekonomi, baik skala makro maupun mikro.
2. Pasca produksi :Distribusi yang terjadi ketika kegiatan produksi barang
dan jasa telah selesai. Sering disebut juga dengan distribusi fungsional.
Distribusi ini erat kaitannya dengan return yang diterima oleh masing-
masing faktor produksi
3. Redistribusi :Dalam Islam, redistribusi tidak hanya terkait dengan
transfer payment dengan mekanisme government to people transfer,
melainkan melibatkan tiga parameter, yaitu parameter wajib (melalui
zakat), parameter sukarela (melalui infak, sedekah, dan wakaf), serta
parameter larangan (melalui riba dan zalim).
Positive Measure: instrumen yang menjamin adanya aliran minimal kekayaan
dari kelompok mampu kepada kelompok tidak mampu. Instumen utamanya
adalah zakat. Selain itu, waris, voluntary measure, dan prohibitive measure.
1. Zakat, terdiri dari zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah zakat
yang dikeluarkan di bulan ramadhan hingga menjelang idul fitri. Zakat
ini dilaksanakan oleh siapa saja yang mempunyai kelebihan makanan
pokok. Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan bagi mereka yang
mempunyai harta berlebih. Zakat ini sangat tergantung pada nishab dan
BAB IV
Kemiskinan merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang individu dimana
mereka tidak mempunyai kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang nyaman, baik dari sisi ekonomi, sosial, psikologi, maupun spiritual.
Standar kemiskinan menurut BPS, dilihat dari dua pondasi, yaitu Garis Kemisikinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Standari
kemiskinan menurut GKM adalah minimal 2100 kkal dan menurut GKBM
berdasarkan konsumsi sejumlah komoditas bukan makanan, yaitu 47 komoditas
untuk pedesaan dan 51 komoditas untuk perrkotaan.
Menurut Todaro dan Smith (2012) ada 2 jenis kemiskinan, yaitu:
1. Kemisikinan Absolut : Kemiskinan yang diukur dari ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar, dimana kebutuhan ini dihitung dengan monetary
value tertentu sebagai batasannya.
2. Kemiskinan Relatif : Kemiskinan yang diukur berdasarkan
perbandingan antarkelompok dalam masyarakat, dimana suatu kelompok
dianggap relatif lebih miskin dibanding kelompok lainnya.
Menurut Suharto (2009), ada 4 faktor penyebab kemiskinan, yaitu:
1. Faktor Individual : Seseorang menjadi miskin karena masalah pribadi,
seperti cacat permanen.
2. Faktor Sosial : Seseorang menjadi miskin karena adanya diskriminasi
3. Faktor Kultural : Seseorang menjadi miskin karena kebudayaan yang
malas
4. Faktor Struktural : Seseorang menjadi miskin karena kebijakan ekonomi
yang tidak adil.
Macam-macam kebutuhan pokok dalam pandangan Islam, yaitu:
1. Dapat melaksanakan ibadah
2. Terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan
3. Hilangnya rasa takut
Cibest Quadrant adalah kuadran yang membagi kesejahteraan ke dalam 4 kategori
berdasarkan pemenuhan kebutuhan material dan spiritual. Pembagian kuadran
didasarkan pada kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan material
dan spiritual. Rumah tangga dipilih sebagai unit analisis karena menurut Islam, RT
merupakan unit terkecil dalam lingkup masyarakat.
1. Kuadran I adalah kuadran dimana rumah tangga disebut sejahtera karena
mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.
2. Kuadran II adalah kuadran dimana rumah tangga disebut miskin material
karena hanya mampu memenuhi kebutuhan spiritual saja.
3. Kuadran III adalah kuadran dimana rumah tangga disebut miskin spiritual
karena hanya mampu memenuhi kebutuhan material saja.
4. Kuadran IV adalah kuadran dimana rumah tangga disebut miskin absolut
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
Kebutuhan material dalam pandangan Cibest mencakup makan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan kebutuhan spiritual menurut
Cibest mencakup shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan
kebijakan pemerintah.
Tipologi Kaum Dhuafa dibagi ke dalam 4 tipe berdasarkan kemampuan berusaha
dan kemauan berusaha (Baga dan Beik, 2011) :
BAB V
Indeks Kemiskinan Umum, merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemiskinan. Saat ini ada beberapa indeks yang paling umum
digunakan, yaitu:
1. Headcount Index untuk menghitung jumlah penduduk miskin
2. Poverty gap dan income gap ratio untuk mengukur tingkat kedalaman
kemiskinan
3. Sen index dan FGT (Foster, Greer, and Thorbecke) index untuk mengukur
tingkat keparahan kemiskinan.
Indeks Kemiskinan Model Islam dikenal dengan Indeks Cibest. Langkah-langkah
perhitungan indeks Cibest adalah sebagai berikut:
1. Hitung nilai MV telebih dahulu. Nilai MV bisa didapatkan berdasarkan dari
survey, nishab zakat penghasilan, atau dengan menggunakan Garis
Kemiskinan (GK) resmi yang disesuaikan dengan basis keluarga. Untuk nilai
SV (Garis Kemiskanan Spiritual) adalah sama dengan 3.
2. Hitung nilai SH dan pendapatan bulanan keluarga.
3. Tempatkan setiap keluarga yang diamati ke dalam kuadran Cibest.
4. Hitung semua indeks.
BAB VI
Dalam pandangan Islam, peran negara dalam mebuat kebijakan harus berorientasi
pada kelompok tidak mampu karena jika kelompok lemah terbela dan
terberdayakan dengan baik, maka kelompok elite masyarakat pasti akan
menikmati pula kemajuan ekonomi yang ada.
Dalam perspektif ekonomi syariah, peran negara atau pemerintah dalam
perekonomian ada 3, yaitu:
1. Peran Ideologi : Peran ini sangat terkait dengan ideologi
ekonomi yang dianut oleh suatu negara, yang memengaruhi pola dan
bentuk kebijakan yang diambil oleh negara tersebut.
2. Peran Pembangunan : Peran ini terkait dengan tugas pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan di segala bidang, mulai dari SDM,
infrastruktur, dan lain-lain.
3. Peran Kesejahteraan : Peran ini terkait dengan perwujudan
kesejahteraan masyarakat, baik secara material maupun spiritual. Selain
itu, meminimalisir angka kemiskinan, baik kemiskinan material, spiritual,
maupun absolut.
Dalam perspektif Islam, fungsi negara ada 3, yaitu:
1. Fungsi Alokasi : Fungsi negara dalam
mengalokasikan sumber daya alam ataupun sumber daya keuangan.
Pemerintah harus menjamin bahwa sumber daya tersebut sudah
teralokasikan dengan baik dan dapat diakses oleh setiap lapisan
masyarakat. (Government to people transfer)
2. Fungsi Distribusi : Fungsi negara dalam menjamin
bahwa pendapatan dan kekayaan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. (People to people transfer)
3. Fungsi Stabilitas dan Perlindungan : Fungsi negara dalam
menciptakan stabilitas sosial ekonomi dan memberrikan perlindungan
serta jaminan keamanan terhadap berbagai macam ancaman, baik dalam
negeri maupun luar negeri.
Karakteristik sektor publik menurut Sadeq (2009) ada 5, yaitu:
1. Tidak terjangkau dan tidak mampu diatur oleh swasta.
2. Tidak menghasilkan keuntungan pada tahap awal pembangunan ekonomi.
3. Tidak mampu ditangani swasta karena tantangan keamanan yang berat.
4. Tidak kompetitif karena karakteristik yang unik dari operasionalnya,
barangnya, dan jasanya.
5. Sektor publik bergerak berdasarkan keputusan politik.
Bentuk intervensi pemerintah dalam kegiatan perekonomian, sekurang-kurangnya
ada 5, yaitu:
1. Menjadi pelaku langsung perekonomian.
2. Sebagai regulator perekonomian
3. Sebagai pengawas kegiatan perekonomian dan dapat memberikan koreksi
apabila perekonomian tidak berjalan sesuai koridor konstitusi yang berlaku.
4. Intervensi melalui instrumen pajak, subsidi, dan instumen kebijakan lainnya
apabila diperlukan
5. Sebagai ujung tombak diplomasi ekonomi dan pemasaran produk dalam
negeri ke pasar internasional.
Kebijakan pemerintah dalam perekonomian:
Muhammad Izet Budiansyah | H54150015
Ekonomi dan Pembangunan Syariah (EKS334)
HAD KIFAYAH
Hasil perhitungan Had Kifayah menunjukan bahwa rata-rata Had Kifayah di Indonesia
mencapai Rp3.011.142,00 per keluarga per bulan, sedangkan Had Kifayah perorangan
mencapai Rp772.088,00 per kapita per bulan. Jawa Tengah memiliki nilai Had Kifayah
terendah dengan nilai Rp2.791.147,00 per keluarga per bulan atau Rp715.679,00 per kapita per
bulan. Sementara itu, nilai Had Kifayah tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
Rp3.363.105,00 per keluarga per bulan atau Rp862.335,00 per kapita per bulan.