Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

EKTOPARASIT PADA KUCING


Untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran : Riset
Guru Pembimbing : Anggun Permatasari S.Sy

KELAS X BAHASA

Disusun oleh :
1. Asti Septiani Rahmadani
2. Devi Aulia Latifah
3. M Fahmi Hidayatulloh
4. Nathasya Maulida Azizah
5. Renal Prasetia

MAN 1 KOTA TASIKMALAYA


Cibeureum, Awipari, Tasikmalaya
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Ektoparasit
pada Kucing” tepat pada waktunya. Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal
penelitian ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca.

Tasikmalaya,18 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Perumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Jenis Ektoparasit pada Kucing......................................................................3
B. Gejala Kucing bila Terkena Ektoparasit..........................................................4
C. Perbedaan Tingkat Prevalensi pada Kucing Kampung Liar dan Peliharaan.............4
BAB III PENUTUP................................................................................................................5
A. Saran........................................................................................................5
B. Simpulan..................................................................................................5
C. Contoh Gambar..........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis
keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti
persia, siam, manx, dan sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan
hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah
kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.
Kucing dalam bahasa latinnya Felis Silvertis Catus, adalah sejenis karnivora. Kata
"kucing" biasanya merujuk kepada "kucing" yang telah dijinakkan, tetapi bisa juga merujuk
kepada "kucing besar" seperti singa dan harimau. Kucing telah berbaur dengan kehidupan
manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dengan ditemukannya kerangka kucing di Pulau
Siprus. Sejak zaman 3.500 SM, orang Mesir Kuno telah menggunakan kucing untuk
menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang menyimpan hasil panen.

Kucing liar (Felis silvestris) adalah pemangsa berukuran kecil yang berasal dari Eropa,
Asia bagian barat, dan Afrika. Binatang ini adalah pemburu mamalia kecil seperti tikus,
burung, dan makhluk lain yang berukuran serupa. Kucing liar adalah salah satu pemanjat yang
baik dan sering menangkap mangsanya di tanah. Kucing betina biasanya akan melahirkan
anak antara 2 hingga 3 ekor yang kemudian dirawat oleh sang induk hingga berumur sekitar 5
bulan. Spesies ini memiliki subspesies yang dibagi berdasarkan daerah-daerah yang berbeda.
Kadang-kadang kucing ini dianggap sebagai kucing rumah (Felis silvestris catus).

Di lingkungannya, kucing liar beradaptasi di habitat yang bervariasi, antara lain di kawasan
sabana, hutan terbuka, dan stepa. Meskipun keturunannya yang dijinakkan menunjukkan
variasi yang mencolok terhadap ukuran dan warnanya, individu-individu liar cenderung
berwarna cokelat sedang dengan belang-belang hitam. Pada umumnya ukuran kepala kucing
liar lebih lebar dan bulu ekornya lebih tebal dari kebanyakan kucing rumah. Panjang kucing
ini umumnya antara 45 sampai 80 cm dengan berat antara 3 sampai 8 kilogram. Adapun
tingginya rata-rata 35 cm dengan panjang ekor kira-kira 21-35 cm. Subspesies kucing liar
Afrika cenderung lebih kecil ukurannya dan berwarna coklat lebih terang.

Kucing liar sangat penakut. Kucing liar cenderung menghindari kehadiran manusia dan
selalu hidup menyendiri. Kucing ini memiliki daerah kekuasaan sekitar 3 km².

Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Institut Kanker Nasional Amerika Serikat
menyatakan bahwa kucing liar diperkirakan merupakan nenek moyang kucing rumah.
Diperkirakan kucing liar pernah dijadikan sebagai hewan peliharaan oleh sekelompok
manusia kira-kira 10.000 tahun lalu di suatu tempat di Timur Dekat. Diperkirakan pula Felis
silvestris memiliki keturunan dekat dengan Felis margarita.

1
Kendala yang dihadapi pemelihara kucing adalah masalah ektoparasit. Ektoparasit (bahasa
Yunani kuno: ecto- berarti di luar) adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya.
Ektoparasit hidup di permukaan tubuh inang atau bagian-bagian lain yang mudah dijangkau.
Caplak, kutu, pinjal, tungau, lalat, dan nyamuk merupakan ektoparasit pada manusia dan
hewan yang sering ditemukan. Selain itu, beberapa jenis cacing daun, lintah, dan krustasea
hidup sebagai ektoparasit pada ikan.

Beberapa jenis ektoparasit bertindak sebagai vektor bagi patogen (misalnya virus).
Serangan ektoparasit (disebut infestasi) dalam jumlah besar dapat menyebabkan anemia,
mengganggu sistem imun, iritasi, gangguan kulit, mengurangi pertumbuhan berat badan,
penyumbatan lubang tubuh, dan mendukung terjadinya infeksi sekunder pada inang yang
ditempatinya.

B. Perumusan Masalah

1) Apa saja jenis-jenis ekstoparasit pada kucing kampung?


2) Apa saja gejala-gejala kucing bila terkena ektoparasit?
3) Apakah ada perbedaan tingkat prevalensi pada kucing kampung liar dan peliharaan?

C. Tujuan

1) Mengetahui jenis-jenis ekstoparasit pada kucing kampung.


2) Mengetahui gejala-gejala kucing bila terkena ektoparasit.
3) Mengetahui perbedaan tingkat prevalensi pada kucing kampung liar dan peliharaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Ektoparasit pada Kucing Kampung

1. Cacing Gelang

Salah satu parasit yang paling umum menyerang kucing adalah cacing gelang. Hampir
semua kucing terinfeksi dengan penyakit ini satu kali selama hidupnya yang umumnya saat
masih anak kucing (kitten). Penularan ini dapat terjadi karena tidak sengaja menelan telur
cacing gelang atau memakan tikus yang menjadi inang larva. Selain itu, infeksi dari gangguan
ini juga dapat terjadi melalui air susu induknya.

Cacing gelang dapat masuk ke tubuh kucing melalui banyak cara. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mencegahnya adalah selalu menjaga kebersihan tempat tinggal dan
memastikan kucing peliharaan kamu tidak makan hewan liar yang mungkin menjadi inang
cacing gelang. Proses pengendalian parasit yang efektif juga dapat dilakukan untuk mengatasi
kemungkinan infeksi baru terjadi. Kamu juga dapat memberikan obat cacing sesuai dengan
resep dari dokter hewan.

2. Kutu

Jenis parasit lainnya yang kerap menyerang kucing adalah kutu. Parasit eksternal ini akan
didiagnosis pertama kali saat kamu melihat hewan peliharaanmu berulang kali menggigit,
menjilat, dan menggaruk bulu serta kulitnya. Terkadang, kamu mungkin benar-benar melihat
kutu kecil berwarna coklat bergerak di antara bulu kucing. Gigitan dan jilatan tersebut dapat
menimbulkan bercak rambut rontok, kerak kecil, dan kulit yang merah serta teriritasi.

Untuk mengendalikan parasit pada kucing ini, kamu harus menghentikan


perkembangbiakannya. Beberapa lokasi tempat kucing kerap menghabiskan waktunya benar-
benar harus dijaga kebersihannya, seperti karpet dan tempat tidurnya. Cobalah untuk lebih
sering menyedot debu di area tersebut dan lebih sering mencuci tempat tidurnya guna
mengurangi jumlah kutu yang akan berkembang biak di dalam rumah.

Itulah beberapa jenis parasit yang kerap menyerang kucing. Sebagai pemilik kucing, kamu
harus benar-benar menjaga hewan peliharaan dengan melakukan pencegahan dari kedua
gangguan tersebut. Dengan cara itu, kamu dapat memastikan kucing peliharaan tetap sehat
sehingga risiko terserang parasit menjadi lebih kecil.

3
3. Pinjal

Pinjal banyak ditemukan pada kucing, hampir semua kucing yang dibiarkan hidup di luar
rumah selalu ditemukan pinjal di rambutnya. Pinjal hidup di permukaan tubuh kucing, pinjal
dewasa dan bertelur di kulit, menghisap darah kucing. Telur dapat jatuh ke lingkungan,
sehingga pemberantasan pinjal pada kucing juga harus dipikirkan juga memberantas pinjal
yang ada di lingkungan sekitar kucing. Beberapa kucing tidak menunjukkan gejala yang
menyolok ketika ada pinjal dalam tubuhnya. Namun beberapa kucing dapat menyebabkan
reaksi iritasi yang berlebihan, rambut rontok, dan terjadi keradangan hebat, yang selanjutnya
diikuti infeksi sekunder bakteri, keparahan tergantung pada sensitivitas individual dari kucing.
Kucing yang terserang pinjal harus segera diobati, untuk menghindari problema merugikan
lainnya yang disebabkan oleh pinjal.

4. Tungau

Tungau yang sering menyerang kucing dan sangat merugikan adalah Sarcoptes, Notoedres,
Cheyletiella, Demodex. Infeksi tungau Sarcoptes sering disebut skabies, menyebabkan rasa
gatal yang luar biasa pada kucing, merupakan penyakit kulit yang sangat mengganggu
kenyamanan kucing. Penyakit ini juga sering menyerang pada anjing. Tungau ini membuat
terowongan di dalam kulit kucing, mereka hidup dan bertelur dalam terowongan tersebut,
tungau tidak terlihat di permukaan kulit. Pada beberapa kucing pada awalnya tidak
memperlihatkan adanya gejala gatal, sehingga pemilik kucing tidak menyadari hal tersebut.
Namun setelah itu, kucing akan menunjukkan gejala gatal luar biasa, dan selanjutnya terus
berkembang sehingga mengganggu kenyamanan kucing.

B. Gejala Kucing bila Terkena Ektoparasit

1) Reaksi iritasi yang berlebihan, rambut rontok, dan terjadi keradangan hebat, yang
selanjutnya diikuti infeksi sekunder bakteri, keparahan tergantung pada sensitivitas
individual dari kucing.
2) Gejala yang terlihat adalah telinga nampak kotor, dan bila melanjut dapat
mengeluarkan cairan berbau, bernanah, dan ada kalanya kucing menggelengkan
kepalanya pada salah satu sisi tergantung telinga kanan atau kiri yang terserang.
3) Gejala umum yang terlihat adalah pada awalnya tidak menimbulkan gejala, tetapi
selanjutnya kucing menunjukkan rasa gatal, sering berusaha menggaruk, atau
kadang-kadang sering menggosok-gosokkan bagian tubuhnya ke benda2 keras yang
ada di sekitarnya.

C. Perbedaan Tingkat Prevalensi pada Kucing Kampung Liar dan Peliharaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing kampung liar lebih rentan terkena ektoparasit
daripada kucing kampung peliharaan. Hal itu dikarenakan kondisi lingkungannya yang
berbeda beserta makanan yang di konsumsi.

4
BAB III

PENUTUP

A. Saran

Kucing yang terserang ektoparasit seperti pinjal, kutu, tungau dapat diobati dengan
berbagai obat anti ektoparasit yang ada. Dengan pengobatan yang tepat, ektoparasit yang me-
nyerang kucing dapat teratasi. Namun untuk menangani infeksi tungau, kadang memerlukan
kesabaran dari pemilik, karena tungau tinggal di dalam kulit sehingga pengobatan tidak mu-
dah dan membutuhkan waktu yang lama.  

Untuk mencegah agar kucing terhindar dari serangan parasit baik endoparasit maupun
ektoparasit, pemilik kucing harus terus merawat dan memperhatikan hewan kesayangan
dengan baik. Kucing harus diberikan pakan dengan kualitas baik, perawatan grooming rutin,
dan diberikan obat cacing secara rutin sehingga bisa terhindar dari serangan cacing yang bisa
masuk ke dalam tubuh kucing dengan berbagai cara. Dengan grooming rutin kucing akan
terhindar dari berbagai penyakit ektoparasit yang dapat menyerang kucing, yang berakibat
sangat merugikan. 

Yang tidak kalah pentingnya adalah pemilik kucing harus terus menyayangi kucingnya,
karena dengan kasih sayang yang tulus, kucing akan selalu bahagia yang akan menjaga respon
imunnya selalu baik dan terhindar dari berbagai penyakit.

B. Simpulan

Ektoparasit dapat menyebabkan ketidaknyamanan terhadap kucing yang mengakibatkan


kucing tersebut mengalami stres dan berakibat fatal bila tidak ditangani lebih lanjut. Sebagai
pemilik kucing kita harus memperhatikan tingkah laku kucing apakah tingkahnya normal atau
sebaliknya, bila kucing tidak bertingkah seperti kucing pada umumnya segera tangani ke
orang yang lebih ahli seperti dokter hewan, atau berkunjung ke toko hewan untuk memastikan
apakah ada kondisi serius pada kucing atau tidak takutnya sang kucing terkena ektoparasit.

5
C. Contoh Gambar

Gambar, contoh jenis-jenis ektoparasit pada kucing.

Gambar, contoh kucing yang terpapar ektoparasit.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kucing&tableofcontents=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Kucing_liar

https://id.wikipedia.org/wiki/Ektoparasit

https://www.halodoc.com/artikel/beragam-parasit-pada-kucing-peliharaan-yang-perlu-
diwaspadai

http://eprints.umm.ac.id/20881/

https://www.purina.co.id/artikel/kucing/kesehatan/gejala/penyakit-parasit-pada-kucing

https://kucingpedia.com/parasit-pada-kucing/

https://ilmuveteriner.com/ektoparasit-yang-dapat-menyerang-kucing/

https://www.kucingklik.com/parasit-pada-kucing/

Anda mungkin juga menyukai