JARINGAN KOMPUTER
KELAS ELB
Anggota Kelompok:
Atanasius Parna Simanihuruk (20/462076/PA/20048)
Dandy Zicky Divaldy (20/459173/PA/19834)
Evandi Pradavi (20/455379/PA/19594)
Rifqi Allam Shabri (20/462094/PA/20066)
Syafira Syahda Nirmala (20/455389/PA/19604)
Wahyu Afriza (20/459189/PA/19850)
IV. Pembahasan
Topologi jaringan di atas menggunakan konsep subnetting 3 LAN dengan dengan
pengisian IP berdasarkan tata cara DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol).
Subnetting adalah proses membagi alamat IP pada suatu jaringan dengan subnet-subnet
yang lebih kecil. Tujuannya untuk mempermudah pengalokasian alamat-alamat IP agar
tidak menyia-nyiakan penggunaan IP dan mengoptimalkan kerja jaringan agar lebih cepat
karena tidak terpusat pada jaringan besar. Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP)
adalah protokol manajemen jaringan yang digunakan untuk mengotomatisasi proses
konfigurasi perangkat pada jaringan IP, sehingga memungkinkan mereka untuk
menggunakan layanan jaringan seperti DNS, NTP, dan protokol komunikasi apa pun
berdasarkan UDP atau TCP. Server DHCP secara dinamis memberikan alamat IP dan
parameter konfigurasi jaringan lainnya ke setiap perangkat di jaringan sehingga mereka
dapat berkomunikasi dengan jaringan IP lainnya. DHCP adalah bagian penting dari solusi
DDI (DNS-DHCP-IPAM). Saat perangkat menginginkan akses ke jaringan yang
menggunakan DHCP, perangkat akan mengirimkan permintaan alamat IP yang diambil
oleh server DHCP. Server merespon dengan mengirimkan alamat IP ke perangkat,
kemudian memantau penggunaan alamat dan mengambilnya kembali setelah waktu yang
ditentukan atau saat perangkat dimatikan. Alamat IP kemudian dikembalikan ke
kumpulan alamat yang dikelola oleh server DHCP untuk dipindahkan ke perangkat lain
saat mencari akses ke jaringan. Sementara pendelegasian alamat IP adalah fungsi utama
protokol, DHCP juga menetapkan berbagai parameter jaringan terkait termasuk subnet
mask, alamat gateway default, dan server nama domain (DNS). DHCP adalah standar
IEEE dari peningkatan protokol lama yang dibangun di atas BOOTP (protokol bootstrap)
yang lebih lama, yang telah usang karena hanya berfungsi pada jaringan IPv4.
Pada bagian ini, port FastEthernet0/1 dialokasikan dengan alamat IP unicast kelas
C yang diperuntukkan untuk jaringan berskala kecil. IP 192.168.1.5 pada router
digunakan sebagai gateway address bagi client. Subnet mask yang digunakan adalah
subnet/29 255.255.255.248 yang dapat menampung sebanyak 6 client.
Port Fast Ethernet 0/1 di-setting dengan mode half duplex sehingga hanya dapat
berkomunikasi secara 1 arah di satu waktu dan kecepatan traffic maksimalnya hingga
100Mbps.
Gambar4. Ethernet 0/1/0 yang terhubung ke Ruang Dosen
Untuk ke ruang dosen port yang digunakan bukan lagi FastEthernet melainkan
port Ethernet 0/1/0. Port tersebut juga dialokasikan dengan alamat IP unicast kelas C
yang diperuntukkan untuk jaringan berskala kecil. IP 192.168.2.5 pada router digunakan
sebagai gateway address bagi client. Subnet mask yang digunakan adalah subnet/29
255.255.255.248 yang dapat menampung sebanyak 6 client.
Port Ethernet 0/1/1 di-setting dengan mode half duplex sehingga hanya dapat
berkomunikasi secara 1 arah di satu waktu dan kecepatan traffic maksimalnya hanya
10Mbps.