NIM : 2101032014
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Asuhan keperawatan pada klien Tn. N dengan Efusi Pleura (D) di Ruang Melati Rumah
Sakit Paru Jember.
Telah dilaksanakan pada tanggal 18 April 2022 sampai 20 April 2022 di Ruang Melati
Rumah Sakit Paru Jember.
Oleh
NIM :2101032014
Pembimbing Ruangan
A. Konsep Efusi
1. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Dean, E.
2014).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Ayni, 2019).
Beradasrkan 2 teori diatas dapat disimpulkan, efusi pleura adalah kondisi paru
bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang
pleura.
2. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini
disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Ayni, 2019):
a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1) Penyebab efusi pleura:
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
(3) Abses paru
(4) Perforasi esophagus
(5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
(1) Karsinoma paru
(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder
(3) Karsinoma mediastinum
(4) Tumor ovarium
(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva 9
(6) Gagal hati
(7) Gagal ginjal
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
( 10) Emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena kava superior, tumor
dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru dan
tuberkulosis.
3. Klasifikasi
Menurut Ayni, (2019) Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Efusi pleura transudat Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa
membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh
faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat.
4. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang bergerak dalam
pemafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah pekak
kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi daerah ini
didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc - 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan yang sedikit
ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah
bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis
dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik
pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan
kebanyak:an diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi
oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada
pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak rnikrovili disekitar sel-sel mesofelial.
Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik
dan tekanan osmotic koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa
hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobak:terium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini ak:an timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening ak:an
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran ak:an meningkat yang
akhimya dapat menimbulkan ak:umulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan
terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang
robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi ak:ibat tuberkolusa paru adalah merupak:an eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan
aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa juga
hemarogik.
Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500-2000.
Mula-rnula yang dorninan adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
lirnfosit, Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya
cairan efusi bukanlah karena adanya bak:teri tubukolosis, tapi karena akibat adanya
efusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama
pemapasan tidak: teratur, frekuensi pemapasan meningkat, pergerak:an dada
asimetris, dada yang lebih cembung, frernitus raba melemah, perkusi redup. Selain
hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun (Ayni, 2019).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu:
a. Tirah baring Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi
pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan
1 jam kemudian.
c. Antibiotic Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya
infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat
melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD) Water seal drainage (WSD) adalah suatu system
drainase yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura atau rongga pleura.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,
dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairan efusi dengan
lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam
jumlah kecil.
d. Torak:osentesis, yaitu tindak:an untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa
menggunak:an jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk
menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak: dapat ditentukan penyebabnya, mak:a
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g. Torak:otomi, biasanya dilak:ukan untuk membantu menemukan penyebab efusi
pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada
sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak: dapat ditentukan.
8. Komplikasi
a. Fibrotorak:s Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak: ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotorak:s meluas
dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan - jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan membran - membran pleura tersebut.
b. Atalektasis lektasis adalah pengembangan paru yang tidak: sempuma yang
disebabkan oleh penekanan ak:ibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru Fibrosis paru merupak:an keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul ak:ibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan
dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
d. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
9. Pathway
- TB Paru
- Gangguan ginjal - Jantung - Sirosis
- Bronkiektasis
- Tumor mediastinum
- Infeksi - Pneumonia
- Abses, amoeba
- Sinrom vena cava superior ..
- Adanya peningkatan - Tekanan osmotic
koloid
,, ... tekanan hidrostatik
I
cairan di rongga pleura berlebih
Transudat, eksudat, - Adanya transudat - Transudat
l
hemoragic
I Adanya eksudat
I
� Penumpukan cairan
Defisit pengetahuan
pada rongga pleura
I
... I ...
I Drainase
I Penurunan ekspansi
paru
Peradangan pada
rongga pleura
terhdap tindakan
' Sesak Nafas Nyeri .:: Hipertermi
>:
Resiko tinggi
drainase dada
��
Penekanan struktur Penurunan
I I
Nyeri akut
abdomen Suplai o2
'
Resiko Infeksi
'
t
Anoreksia Pola nafas Lemah, lelah
Tidak Efektif
l
lntoleransi
Aktivitas
Nause
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan
berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bemafas serta
batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali
dengan adanya tanda -tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita
penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1} Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat.
2} Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
3} Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, mrnum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
4} Pola nutrisi dan metabolisme.
pasien dengan effusi pleura akan mengalarni penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
7} Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
3} Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada.
4} Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) hams
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi
darah.
4) Sistem Pencemaan
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar,
tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu
juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai
normalnya 5-35 kali per menit.
c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disarnping itu
juga diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau sornnolen atau
comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.Selain itu
fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
6} Sistem Muskuloskeletal Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema
peritibial.Selain itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat
perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime. Dengan
inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7} Sistem Integumen Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada
tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak
cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport oksigen. Pada palpasi
perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
Kemudian tekstur kulit (halus-lunakkasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan standard
intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan harnbata upaya nafas. (D.0005)
1} Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas
membaik.
2} Kriteria hasil
a} Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun
d) Otopnea menurun
3} Intervensi
Observasi
a} Monitor pola nafas (frekuensi, kedalarnan, usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing , ronchi
kering)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jawthrust jika
Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemia,
neoplasma) (D.0077)
1) Tujuan:
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Melakukan aktvitas secara bertahap
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
1) Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu kembali membaik
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Suhu tubuh membaik
3) Intervensi
Observasi
a) ldentifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeuik
a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan)
b) Longgarkan atau lepas pakaian
c) Berikan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4. Implementasi
s. Evaluasi
Keperawatan Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan serta
ketepatan ntervensi keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan
balik rencanaa keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan
terebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas Klien
Nama :TN.N Suami I Istri I Orang tua :
Umur : 59Th Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Laki laki Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Alamat : Puger - Jember
Suku I Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan Nama : Ny. K
Pekerjaan : Petani Alamat : Puger - Jember
Status : Kawin Sumber Biaya : BPJS
Alamat : Puger - Jember
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, sesak semakin memberat disertai batuk
dan nyeri dada bagian kanan. Kemudian keluarga klien membawa ke Rumah Sakit balung
Jember 1 minggu yang lalu.dan mrs dan diambil cairan pleuranya total 3000 cc. Pada tanggal 15
April 2022 jam 9.00WIB dibawa ke RS Paru. Saat pengkajian klien mengatakan sesak nafas,
batuk, nyeri dada bagian kanan, nyeri seperti cekot-cekot, nyeri skala 6, nyeri hilang timbul dan
klien sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga klien membawa klien ke UGD Rumah Sakit Paru Jember pada tanggal 15 April 2022
jam 9.00WIB.
Terapi yang telah diberikan:
Terapi yang telah diberikan di UGD lnfus PZ 7 tpm, lnjeksi antrain lgr IV, Injeksi omeprazole
40mg. Pemasangan IPC di ok paru
Riwayat Pemakaian Obat: Klien mengatakan jika sakit sering minum jamu dari pada obat yang
diberikan petugas kesehatan.
Genogram:
n
Keterangan :
Laki - laki
merrrrrggal 0 Perempuan � Laki-laki meninggal Perempuan
0
/ Klien -- Garis keturunan - · - · - · - · - · - · - · Tinggal
serumah
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : klien tidak dapat melakukan tugas hariannya
yaitu sebagai kepala rumah tangga karena klien sakit.
4. Masalah yang mempengaruhi pasien? : klien selalu menanyakan apakah penyakitnya akan
sembuh, dan kapan selang IPC nya di lepas.
3x sehari 3x sehari
• Frekuensi makan : ...x/hari
l porsi l/2porsi dimakan sedikit2
• Porsi makan yang dihabiskan
4. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : dibantu sebagaian
Berpakain : dibantu sebagaian
Toileting : dibantu sebagian
Mobilisasi di tempat tidur : dibantu sebagian
Berpindah : dibantu sebagian
Ambulasi : dibantu sebagian
Respon tubuh terhadap aktifitas: badan terasa lemas dan nyeri perut dan nyeri bagian yang
terpasang wsd.
- Citra Tubuh : Klien mengatakan tidak memiliki masalah pada tubuhnya yang
mempengaruhi kesehatan
- ldentitas Diri: Klien mengatakan sebagai swami dan bertanggung jawab terhadap istri dan
anaknya.
- Harga diri: Klien mengatakan tidak mampu mengatasi masalah penyakitnya tanpa bantuan
medis dan dukungan dari keluarga terdekat.
- Ideal Diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera beraktivitas seperti semula.
- Peran Diri: Klien mengatakan sebagai swami dari istri dan memiliki 2 anak .
Klien mengatakan merasa cemas terhadap kondisinya.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan I penampilan umum : lemah, wajah menahan nyeri.
Kesadaran : Composmentis G CS : 456
BB sebelum sakit : 57Kg TB : 150Cm
BB saat ini : 57 Kg
Tanda- tanda Vital :
TD : 130/90 mmHg Suhu : 36,2°C
N : 88 x/mnt RR : 24 x/mnt I ireguler
SP02 : 93%
3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: Bentuk dada normal chest, Inspeksi: tidak terlihat ictus cordis di ics
tidak ada ruam, pergerakan dada 5
tertinggal sisi kanan, terdapat retraksi Palpasi: iktus cordis tak teraba Perkusi:
dada, terdapat pemafasan cuping hidung batas atas ICS II S, Batas kiri MCL ICS
Terpasang IPC.sebelah kanan., cairan VII S, Batas kanan PSL ICS V D
keluar 400 cc kemerahan. Auskultasi S 1 S2 tunggal
Palpasi: ada nyeri tekan
Perkusi: redup I pekak inferior dextra
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+
menurun pada V2 lapang paru kanan,
wheezing -, ronchi -.
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
4. Abdomen:
lnspeksi : Bentuk abdomen flat, tidak ada ruam,
Auskultasi : bunyi bising usus l 5x/menit
Ll
Palpasi : nyeri tekan tidak ada , tidak teraba pembesaran hepar atau mengeras.
Perkusi: timpani
5. Tulang belakang : tidak ada kelainan bentuk tulang seperti lordosis, kiposis, skoliosis
6. Ekstrirnitas:
Kekuatan otot 5555\5555
5555 5555 II I
Tidak ada edem di kaki sebelah kiri dan kanan. �
J. Pemeriksaan Diagnostik
Radiolozi & Laboratorium
Tgl Jenis Hasil
Pemeriksaan
15/04/2022 ThorakPA - Cor:batas kanan jantung tertutup perselubungan
- Pulmo : tak tampak infiltrate di paru kiri,non visiaJisidparu
kanan perselubungan hemigen di hemithorak kanan bawah
hinzza atas menutupi hemidiafrakma cinus
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
K. Terapi
Nama Obat Rute Dosis
1. lnfus Asering 14 IV 1500cc/24jam
TPM
2. lnj Antrain IV 3 x lgr
3. Inj Ceftriaxon IV 3 x lgr
4. IPC Keluar 400 cc
kemerahan
OS:
Klien mengatakan sesak, dada terasa berat
DO:
Dyspneu
Perkusi redup I pekak inferior kanan
Terdapat retraksi dada
Terdapat pemafasan cuping hidung
TD : 130/90 mmhg
Suhu: 36,2 C
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
SP02 : 93% tanpa oksigen
2 Nyeri akut b.d penyidera fisik ( terpasang IPC) Tunas
DS:
Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan pada bekas Iuka
operasi.
DO:
P: Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan
bila bergerak.
Q: Klien mengatakan nyeri seperti cekot-cekot
R : Klien mengatakan nyeri pada dada bagian kanan(luka
IPC)
S : Klien mengatakan nyeri skala 6
T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul
TD : 130/90 mmhg
Suhu: 36,2 C
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
SP02 : 93% tanpa oksigen
Wajah tampak menahan nyeri
DS:
Klien rnenanyakan tentang kondisinya pada perawat
DO:
Tampak cemas
Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
TD : 130/90 mmhg
Suhu: 36,2 C
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
SP02 : 93% tanpa oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Tidak ada otot bantu pernafasan Auskultasi bunyi nafas memberikan ruang yang lebih besar
- Perkusi sonor 2. Terapeutik untuk prtukaran oksigen
- Sa 02=96- 100 % Posisikan klien sernifowler 3. Edukasi
Berikan rninum hangat Mernotivasi klien melakukan cara-cara
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu mengurangi sesak secara mandiri
Berikan oksigen sesuai kebutuhan 4. Kolaborasi
3. Edukasi Pemberian bronchodilator, mukolitik dan
Jelaskan penyebab, periode dan perrucu eskpektoran dapat melebarkan saJuran
sesak nafas nafas agar lebih adekuat dalam
- Ajarkan teknik dan relaksasi nafas daJam pemenuhan kebutuhan oksigen
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Medis kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika
perlu,pemberian oksigen
18/04/2022 Nyeri ak:ut b.d Setelah dilak:ukan tindak:an 1. Observasi 1. Observasi
Jam 09.30 penyidera keperawatan selama 3x24 jam, - Identifikasi lokasi, karak:teristik., durasi, - Untuk mengetahui status nyeri dan factor Tunas
WIB fisik.(pemasangan nyeri akut menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang memperberat nyeri
!PC) Kriteria Basil: - Identifikasi skala nyeri Untuk mengetahui keadaan umum dan
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal tanda vital, mengidentifikasi intervensi
DX2 - Meringis kesakitan menurun - ldentifikasi factor yang memperberat dan selanjutnya
- Sikap protektif menurun memperingan nyeri 2. Terapeutik
- Gelisah menurun - Observasi TTY Melatih melakukan secara meredakan
- Nyeri bekas Iuka pemasangan 2. Terapeutik nyeri
IPC menurun Berik.an teknik nonfarmakologis untuk - Meningkatkan kenyamanan maka
- TTY mengurangi nyeri (mis. Aroma terapi, menurunkan skala nyeri
TD: 120/80-130/90mmhg terapi music, teknik imajinasi terbimbing) 3. Edukasi
N: 60- 100 Control lingkungan yang memperberat - Memotivasi klien melakukan cara-cara
x/mnt RR: 16 - rasa nyeri (posisi kaki klien yang tidak mengurangi nyeri secara mandiri
20X/mnt S: 36- pas/tidak nyaman) 4. Kolaborasi
37,SC
- Mampu mereduksi nyeri dengan - Fasilitasi istirahat tidur - Analgetik salah satu cara mengurangi
teknik nonfarmakologi 3. Edukasi nyeri melalui terapi farmakologi
- Klien menyatakan nyeri - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
berkurang nyen
- Skalanyeri 0-3 Ajarkan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik. non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
Medis : kolaborasi pemberian analgetik