Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

EFUSI PLEURA

1. Definisi

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Muttaqin, 2019).

Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga pleura yang
dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Nair & Peate, 2018).

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan berlebih didalam rongga pleura, rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul didalam rongga pleura adalah darah, nanah,
cairan seperti susu dan cairan mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah di dalam
rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Dalam keadaan normal cairan
pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (Irianto, 2016).

2. Etiologi

Efusi pleura diakibatkan oleh kelebihan cairan dapat berupa cairan rendah protein
(transudatif) atau kaya protein (eksudatif). Penyebab paling umum efusi pleura
transudatif (cairan encer) meliputi gagal jantung, emboli paru, sirosis, dan bedah jantung
pascaoperasi. Sementara itu efusi pleura eksudatif (cairan protein) paling sering
disebabkan oleh pneumonia, kanker, emboli paru, penyakit ginjal, dan penyakit
inflamasi.

Selain dua penyebab utama diatas penyebab efusi pleura lain yang kurang umum antara
lain tuberkulosis, penyakit autoimun, perdarahan (karena trauma dada), chylothorax
(karena trauma), infeksi dada dan perut, efusi pleura abses
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

(karena paparan asbes), sindrom Meig (karena tumor ovarium jinak), dan sindrom
hiperstimulasi ovarium. Obat-obatan tertentu, operasi perut, dan terapi radiasi juga dapat
menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura dapat terjadi pada beberapa jenis kanker
termasuk kanker paru-paru, kanker payudara, dan limfoma (Imelda, et. al., 2017).

3. Patofisiologi

Efusi pleura terjadi akibat perubahan keseimbangan cairan dan protein di dalam rongga
pleura. Normalnya, cairan pleura terbentuk secara perlahan melalui proses penyaringan
dari pembuluh darah kecil yang disebut kapiler darah. Proses penyaringan ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan osmotik antara plasma darah dan jaringan cair di
sekitar membran pleura. Cairan ini kemudian masuk ke dalam rongga pleura melalui
sel-sel membran pleura yang disebut sel-sel mesotelial. Selain itu, cairan pleura juga
dapat mengalir melalui jaringan pembuluh limfatik yang terdapat di sekitar pleura.

Secara umum, efusi pleura yang disebabkan oleh penyakit pada pleura memiliki
karakteristik yang mirip dengan plasma darah (eksudat), sementara efusi yang terjadi
dalam pleura yang normal memiliki karakteristik yang mirip dengan ultrafiltrat plasma
(transudat). Pleura yang mengalami pleuritis menyebabkan efusi pleura dengan cara
meningkatkan permeabilitas pleura parietalis (lapisan luar pleura) yang terjadi akibat
peradangan atau keberadaan tumor (neoplasma) (Dewi & Fairuz, 2020).

4. Tanda dan Gejala

Menurut Saferi & Mariza (2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura
yang berdasarkan dengan penyebabnya adalah :

a) Sesak napas
b) Batuk
c) Rasa berat pada daerah dada
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

d) Bising jantung yang disebabkan payah jantung


e) Lemas yang progresif
f) Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
g) Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
h) Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
i) Demam mengigil yang disebabkan empyema
j) Asites pada penderita serosis hati
k) Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita sindrom
meig.

5. Diagnosa Medis

Diagnosis efusi pleura dicurigai pada pasien dengan keluhan sesak napas, nyeri dada,
dan batuk serta riwayat komorbid seperti pneumonia, gagal jantung kongestif,
keganasan dan lainnya. Pada diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang dan
penentuan jenis cairan efusi pleura, serta penentuan penyebab efusi pleura (Wiryansyah,
2019).

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Rontgen Toraks : dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana hasil
pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b) CT Scan Toraks : CT scan dapat memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi
dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau
tumor.
c) USG Toraks : membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam
jumlah kecil.
d) Torakosentesis : yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa
menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk
menentukan penyebabnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

e) Biopsi : jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka


dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
f) Bronkoskopi : pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g) Torakotomi : membantu menemukan penyebab efusi pleura, yaitu dengan
pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20% penderita,
meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura
tetap tidak dapat ditentukan.

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Rozak & Clara (2010), Tujuan pengobatan efusi pleura yakni guna
mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang mendasarinya guna mencegah
terjadinya akumulasi cairan kembali. Pengobatan juga bisa meredakan gejala seperti
ketidaknyamanan, sesak napas, dan penurunan fungsi sistem pernapasan. Terapi yang
spesifik diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasarinya :

a) Torasentesis dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura,


mengambil sampel untuk analisis, serta meredakan sesak napas.
b) Pemasangan tabung dada (chest tube) dan sistem drainase air mungkin
diperlukan untuk mengalirkan cairan dan mengembangkan kembali paru-paru.
c) Pleurodesis kimia adalah prosedur di mana obat diberikan ke dalam rongga
pleura untuk membentuk adhesi dan mencegah akumulasi cairan berlebihan.
d) Pemberian obat-obatan, pemberian antibiotik diperlukan jika efusi pleura
disebabkan oleh infeksi bakteri, untuk mengatasi agen penyebabnya.
e) Modalitas pengobatan lainnya, termasuk bedah pleurektomi (tindakan
membuang pleura parietal), atau implantasi pleuroperitoneal shunt.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

8. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Sari, et. al. (2022), tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien
efusi pleura antara lain yaitu :

a) Memposisikan klien semi fowler yaitu dengan posisi setengah duduk dengan
posisi 45֯o yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman.
b) Melakukan latihan napas dalam yang bertujuan untuk membebaskan dari
gangguan ventilasi.
c) Memonitor pola napas, suara napas tambahan, kecepatan, kedalaman dan
kesulitan saat bernapas.
d) Berkolaborasi pemberian terapi obat jika agen penyebab efusi pleura adalah
kuman atau bakteri maka dapat menggunakan antibiotik.
e) Monitor keluhan sesak napas pasien termasuk kegiatan yang dapat
meningkatkan rasa sesak napas pada pasien.

9. Komplikasi

a) Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan - jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan membran - membran pleura tersebut.

b) Atalektasis

Alektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan


oleh penekanan akibat efusi pleura.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

c) Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat


paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.

d) Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan


ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.

e) Empiema

Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang


mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam
rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau
lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa
sakit (Morton, 2012).

10. Prognosis

Prognosis efusi pleura tergantung pada penyebabnya. Efusi jinak dapat


disembuhkan, namun jika penyebabnya adalah keganasan, prognosisnya sangat
buruk. Ciri lain dari efusi pleura adalah kekambuhan yang juga dapat terjadi
pada penyakit jinak seperti lupus, uremia, dan artritis reumatoid. Jika efusi
pleura tidak terkuras, dapat menyebabkan dispnea dan bahkan empiema (Imelda,
et. al., 2017).
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

11. Diagnosis Keperawatan

1) Pola napas tidak efektif


2) Bersihan jalan napas tidak efektif
3) Nyeri Akut
4) Hipertermia
5) Intoleransi aktivitas

12. Rencana Keperawatan


1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan jalan napas
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Mekonium (pada neonatus) menurun
Intervensi :
Manajemen Jalan Napas
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
wheezing, ronchi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu


- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
- Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
2) Pola Napas Tidak Efektif
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pola napas
membaik, dengan kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Penggunaan otot bantu napas menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Frekuensi napas membaik
- Kedalaman napas membaik
Intervensi :
Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbabatan jalan napas
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru


- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3) Nyeri Akut
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun, dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi membaik
Intervensi :
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Idenfitikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan


- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Hipertermia
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan termoregulasi
membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
Imtervensi :
Manajemen Hipertermia
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, paparan
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Pantau suhu tubuh
- Pantau kadar elektrolit
- Pantau halluaran urin
- Pantau komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, perut, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi memberikan cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
5) Intoleransi Aktivitas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Keluhan Lelah menurun
- Dispnea saat aktivitas menurun
- Dispnea setelah aktivitas menurun
- Frekuensi nadi membaik
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Intervensi :
Manajemen Energi
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, H., & Fairuz, F. (2020). Karakteristik Pasien Efusi Pleura Di Kota Jambi. Jambi
Medical Journal, 8(1), 54-59.

Imelda, P., Gabriella Berta, B., & Tri, U. S. (2017). Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro
pada tahun 2015. Jurnal Agromedicine, 4(1), 25-32.

Irianto, K. (2016). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.

Morton. (2012). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 dan 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Muttaqin, A. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nair, M., & Peate, I. (2018). Patophysiology for Nurses at a Glance. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Rozak, F., & Clara, H. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi
Pleura. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 6(1), 87-101.

Saferi & Mariza. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1 : Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, E. P., Khairsyaf, O., & Russilawati, R. (2022). Prosedur Diagnosis pada Efusi Pleura
Unilateral dengan Pleuroskopi: Laporan Kasus. Syifa'MEDIKA: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, 12(2), 113-127.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Wiryansyah, O. A. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Efusi Pleura di Rumah Sakit


Pusri Palembang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 9(17), 78-87.

Anda mungkin juga menyukai