PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor
pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1986).
belakangi oleh letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis, sehingga
keadaan cuaca, tanah dan sumber daya lainnya di setiap daerah di Indonesia
perkenomian Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Sektor ini telah berkontribusi
tidak hanya pada aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial. Kinerja sektor pertanian
salah satu sub sektor yang berperan penting dan strategis dalam pembangunan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, perolehan
nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam
secara berkelanjutan. Hingga saat ini, karet dan kelapa sawit menjadi komoditas
andalan dan unggulan Indonesia. Dua komoditas ini memberi sumbangan pada
sisi penerimaan devisa negara dari ekspor sebesar US$ 7,57 miliar dari komoditas
karet dan olahannya, serta US$ 12,37 miliar dari CPO (2007).
Bruto (PDRB) dan kontribusi pasar. Peran penting lainnya adalah dalam
jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin
umumnya, dan sektor pertanian pada khususnya (Michael, 2000). Pertanian tidak
yang cukup lama dalam proses produksi, biaya produksi, tekanan jumlah
penduduk, dan sistem usaha tani. Proses produksi berjalan cukup lama terutama
lainya sebagainya.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat, daerah ini berada di bagian Timur Sumatera Barat. Perekonomian
Kabupaten Lima Puluh Kota didominasi oleh sektor pertanian. Jika dilihat secara
sampai tahun 2015 masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian
Kabupaten Lima Puluh Kota juga merupakan sumber mata pencarian terbesar dari
pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 88.724 orang, dimana jumlah tenaga
kerja laki-laki sebanyak 50.529 orang dan tenaga kerja wanita sebanyak 38.195
jenis komoditi diantaranya gambir, karet, kayu manis dan kakao. Dari beberapa
macam jenis komoditi tersebut yang menjadi komoditi unggulan adalah tanaman
untuk bahan baku pabrik untuk industri hilir seperti ban, bola, sepatu karet, sarung
tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet dan lain lain.
Komoditi karet merupakan salah satu komoditi prioritas yang dipilih oleh
pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, karena berdasarkan cuaca dan kondisi
iklim di Kabupaten Lima Puluh Kota tergolong pada tipe tropis basah dengan
musim hujan dan kemarau yang silih berganti sepanjang tahun. Kabupaten Lima
puluh Kota merupakan daerah yang memiliki luas area sebesar 3.354,30 km².
Perekonomian Kabupaten Lima puluh Kota bertumpu pada sektor pertanian dan
perkebunan.
Tabel 1.1
Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan Karet
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015
Kecamamatan Produktif Belum Jumlah Produksi
(Ha) Produktif (Ha) (Ton)
(Ha)
Gunung Omeh 13.5 13.55
Suliki 24 36 60 25.56
Bukik Barisan 944 171 1.115.00 131.4
Guguak 102 58 160 45.24
Mungka 75 55 130 40.25
Payakumbuh 5 16 21 12.25
Akabiluru 189 80 269 63.39
Luak 3 3 6 2.86
Situjuah Limo Nagari 35 31 66 25.75
Lareh Sago Halaban 425 602 1027 468.8
Harau 92 86 178 69.95
Pangkalan Koto Baru 3712 5423 9.135.00 5.492.91
Kapur XI 410 5232 5.642.00 5.357.10
Sumber : BPS Kabupaten 50 Kota, Tahun 2015
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kecamatan Pangkalan Koto Baru
merupakan kecamatan yang memiliki lahan karet produktif terluas dan total
keseluruhan lahan karet yang juga terluas dari kecamatan lainnya. Luas lahan di
Barisan.
Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Nagari Koto Alam
memiliki luas wilayah sebesar 5.875 Ha dan memiliki jumlah penduduk sebanyak
3.063 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang termasuk dalam angkatan kerja
berjumlah 1.373 orang, dimana dari jumlah penduduk yang merupakan angkatan
kerja tersebut, sebagian besar berprofesi sebagai petani, jumlah petani di Nagari
Koto Alam sebanyak 651 orang atau sebesar 47,41% angkatan kerja yang
Nagari Koto Alam tanahnya sangat cocok untuk lahan tanaman karet.
tanaman tidak tahan terhadap genangan air sehingga petani menanamnya terutama
di lereng-lereng bukit.
Seperti halnya di Nagari Koto Alam, sektor pertanian sangat penting peranannya
sebagai sumber pendapatan yang utama bagi masyarakat petani, umumnya para
karet, baik itu laki-laki maupun perempuan. Permasalahan yang dihadapi petani
karet di Nagari Koto Alam tersbut saat ini tidak hanya pada produktivitas yang
rendah tetapi petani juga dihadapkan kepada harga jual karet yang selain rendah
pendapatan dari usahatani karet tersebut. Namun petani karet di Nagari Koto
Alam tersebut sampai saat ini tetap semangat melakukan kegiatan usaha taninya.
pedesaan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya keluarga petani yang
belum dapat mencapai taraf hidup keluarga sejahtera, hal tersebut disebabkan
seluruh uang atau hasil material lainya yang dicapai dari penggunaan kekayaan
atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Suharta dan Patong (2005) menyatakan
biaya produksi, dapat membayar modal yang ditanamkan dan dapat membayar
Salah satu faktor untuk melihat berapa besar pendapatan petani karet
adalah luas lahan. Luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani sangat
berpengaruh pada produksi usaha tani yang akhirnya akan menentukan tingkat
usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha
pertanian. Sering kali dijumpai makin luas lahan yang dipakai dalam usaha
sesuatu yang sangat penting dalam proses prosuksi ataupun usaha tani dan usaha
apabila luas lahan semakin luas maka produksi akan semakin besar, sebalikya
apabila luas lahan semakin sempit maka produksi akan semakin sedikit.
adalah faktor jam kerja. Hasil penelitian Wicaksono (2011) mengatakan, faktor
jam kerja didalam suatu usaha memiliki hubungan langsung dengan pendapatan,
Jam kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang
Selain faktor luas lahan dan jam kerja, faktor harga juga dapat
setiap waktu. Ketika harga karet tinggi maka pendapatan petani karet diduga juga
meningkat karena output yang dihasilkan juga meningkat, tetapi jika harga karet
antara lain adalah harga barang bersangkutan, harga barang subtitusi atau
komplementerrnya, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan elastisitas
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor untuk melihat berapa besar
pendapatan petani karet. Pendidikan merupakan salah satu hal yang membuat
masyarakat bersaing dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi
(Buranda, 2015).
non formal besar sekali pengaruhnya terhadap penyerapan ide-ide baru, sebab
luas, sehingga petani tidak mempunyai sifat yang tidak terlalu tradisional. Jadi
pola pikir seseorang dalam menentukan keputusan menerima inovasi baru, karena
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan dapat berpikir lebih baik
usahataninya.
pendapatan seorang petani. Karena tingkat partisipasi kerja ditentukan oleh faktor
usia produktif atau tidak, sehingga produktivitas pekerja yang dalam usia
produktif (15-50 tahun) akan meningkat yang disebabkan oleh kondisi fisik yang
masih baik dan tenaga masih kuat, dan apabila usia pekerja menjelang tua maka
tingkat produktivitas kerja pun akan semakin menurun karena leterbatasan faktor
Lima Puluh Kota di dominasi oleh sektor pertanian, salah satunya yakni subsektor
Lima Puluh Kota. Salah satu Nagari menghasilkan karet terbesar di Kecamatan
ini yakni Nagari Koto Alam, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai
petani karet. Namun demikian belum diketahi secara pasti faktor-faktor apa saja
faktor yang mempengaruhi pendapatan petani karet di Nagari Koto Alam adalah
luas lahan, jam kerja, harga, pendidikan dan usia dalam judul penelitian “Analisis
Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi Kasus: Nagari
Koto Alam)”.
Dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji
2. Bagaiman pengaruh luas lahan, jam kerja, harga, pendidikan dan usia
pertanian.
Koto Alam.
ekonomi.
Pada penulisan ini yang akan dibahas hanya pendapatan petani karet di
Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota dengan daerah
studi kasus di Nagari Koto Alam. Sehingga luas lahan, jam kerja, harga,
pendidikan dan usia yang dihitung hanyalah yang berasal dari petani Nagari
Koto Alam.
Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari: Bab I
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan latar belakang penelitian, dari latar belakang
yang telah diuraikan maka diperoleh rumusan masalah yang menjadi fokus dalam
dalam melakukan penelitian. Dari lamdasan teori dan penelitian terdahulu tersebut
defenisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, ruang
Dalam bab ini memuat hasil dan pembahasan dari analisa data yang telah
diteliti serta merumuskan kebijakan apa yang perlu dan bisa diambil dalam
penelitian ini.
BAB VI : PENUTUP