Anda di halaman 1dari 5

KEGAWATDARURATAN TRAUMA ABDOMEN

Maiza Dwi Lestari


2020

Abstrak

Trauma merupakan suaru cedera fisik dan psiskis ataupun kekerasan yang
dapat mengakibatkan cedera. Trauma abdomen sendiri merupakan cedera yang
terjadi pada area abdomen, dan cedera ini dapat berupa trauma tajam dan trauma
tumpul. Kecelakaanlah yang merupakan penyebab tersering yang membuat
seseorang trauma abdomen. Dimana biasanya orang yang mengalami trauma
abdomen memiliki tanda dan gejala antara lain; laserasi,hipotensi,nyeri, mual
muntah, perdarahan dan lainnya.

A. Pendahuluan
Abdomen merupakan bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak di antara
toraks dan pelvis, dimana rongga ini berisi viscera dan dibungks oleh dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari otot-otot abdomen, columna vetebralis dan
ilium (Wijaya, 2019, p. 190). Sedangkan trauma merupakan suatu masalah
kesehatan yang cukup serius karena sering terjadi pada subjek usia muda (Irma &
Fuad, 2019, p. 57). Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat, 2010) .
Trauma abdomen merupakan suatu cedera pada bagian abdomen, dan dapat
berupa trauma tumpul maupun tajam serta trauma yang disengaja ataupun tidak
disengaja, trauma perut ini merupakan luka pada isi rongga perut dan dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganannya lebih
bersifat kedaruratan (Wijaya, 2019, p. 190)
Trauma abdomen sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu trauma tumpul
abdomen dan trauma tembus abdomen. Pada 3/4 kasus trauma tumpul abdomen
kecelakaan lah merupakan hal yang tersering dan banyak ditemukan menjadi
penyebabnya diikuti juga oleh jatuh sebagai penyebab yang tersering (Guillon,
2011; Irma & Fuad, 2019, p. 58).
B. Manifestasi Klinis Pada Trauma Abdomen
Manifestasi klinis yang timbul pada pasien trauma abdomen (Wijaya, 2019, p.
194)
a. Laserasi, memar, ekimosis
b. Hipotensi
c. Tidak adanya bising usus
d. Hemoperitoneum
e. Mual dan muntah
f. Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pada auskultasi pembuluh darah,
biasnaya pada arteri karotis )
g. Nyeri
h. Pendarahan
i. Penurunan kesadaran
j. Sesak
k. Tanda Kehrs merupakan nyeri sebelah kiri yang disebabkan oleh
perdarahan limfa, tanda ini ada saat pasien dalam pososi recumbent

C. Klasifikasi
Dalam buku (Nugroho et al., 2016, pp. 129–130) menyatakan bahwa trauma
dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen
Hal ini disebabkan oleh trauma non-penetrasi, kontusio dinding abdomen
ini tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi ekimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat meyeripai
tumor
b. Laserasi
Jika kita terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus ringga
abdomen harus di eksplorasi, atau jika terjadi karena trauma penetrasi
Trauma abdomen ialah terjadinya ayau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imunologi, serta gangguan faal berbagai organ
Trauma pada isi abdomen terdiri dari ;
a) Perforasi organ viseral intraperitonium ; cedera pada isi abdomen
mungkin disertai dengan bukti bahwa adanya cedera pada dinding
abdomen
b) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen ; luka yang terjadi pada
abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli beda
c) Cedera thoraks abdomen ; setiap luka yang tejadi pada thoraks yang
mungkin dapat menembus sayap kiri diafagma atau sayap kanan dan
hari harus di eksplorasi

D. Patofisiologi
Dalam buku (Nugroho et al., 2016, p. 130) jika suatu kekuatan eksternal
dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayan,
kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma ini
merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh, dimana beratnya trauma yang terjadi ini berhubungan
dengan kemampuan objek yang ditubruk untuk menahan tubuh, maka tempat
dimana benturan itu terjadi akan membuat pergerakan dari jaringan tubuh yang
dapat menimbulkan disrupsi jaringan, hal ini merupakan karakterisktik dari
permukaan yang menhentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas dari jaringan tubuh,
elastisitas ini merupakan kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya sedangkan viskositas sendiri merupakan kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan, toleransi tubuh juga dalam
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut, beratnya trauma yang
terjadi juga tergantung pada seberapa jauh gaya yang akan dapat melewati ketahan
jaringan dan ada juga komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya
trauma ialah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan,dimana hal tersebut
dapat terjadi cidera pada organ intra abdominal yang disebabkan oleh beberapa
mekanisme, antara lain:(Nugroho et al., 2016, pp. 130–131)
a. Meningkatnya tekanan intra abdomen yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pegaman
yangletaknya tidak benar dan dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vetebrae atau struktur tulang dinding thoraks
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ pada pedikel vaskuler

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien trauma abdomen :(Nugroho et al., 2016,
pp. 133–134)
a. Foto thoraks ; untuk melihat adanya trauma pada thoraks
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Plain abdomen foto tegak
d. Pemeriksan urine rutin ; untuk mengetahui adanya trauma pada saluran
kemih jika dijumpai hematuria
e. VP (Intravenous Pyelogram)
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) ; untuk membantu menemukan ada
atau tidak cairan usus dalam rongga perut
g. USG dan CT Scam

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis yang dilakukan pada pasien trauma abdominal ;
(Nugroho et al., 2016, p. 135)
1) Abdominal paracentesis ; untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, yang merupakan indikasi dari laparatomi
2) Pemeriksaan laparoskopi ; untuk mengetahui secara langsung
penyebab abdomen akut
3) Pemasangan NGT ; untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada truma abdomen
4) Pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
5) Laparatomi
DAFTAR PUSTAKA

Guillon, F. (2011). Epidemiology of Abdominal Trauma. Spinger Verlag.


Irma, L., & Fuad, P. E. I. (2019). Modalitas Diagnostik Pada Kasus
Kegawatdaruratan Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal Gawat Darurat, 1(2),
57–64.
Nugroho, T., Putri, B. T., & Putri, D. K. (2016). Teori Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat (1st ed.). Nuha Medika.
Sjamsuhidajat, W. de J. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Wijaya, A. S. (2019). Keperawatan Darurat Dasar. CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai