Anda di halaman 1dari 34

LOGBOOK

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun oleh :
Latifah Nur Liestiyani
P27220021311

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021

Aktivitas 1.

Tuliskan ringkasan kasus !

Seorang laki-laki Tn.Y usia 35 tahun dirawat di ruang hemodialisa setelah


mengeluh bengkak pada kaki kanan sejak 3 hari yang lalu. Kesadaran
composmentis, TD = 159/108 mmHg, N = 82x/menit RR = 20x/menit, S =
36,5 ºC, CRT < 2 detik, pola minum sehari ± 2 gelas = 300cc, pasien
kencing hanya sedikit ± 200cc, BB sebelumnya 56,7 Kg. BB post HD 57,1
Aktivitas 2.
Gambarkan dalam bentuk skema Clinical Pathway Kasus
(NANDA NIC NOC, 2015)

Aktivitas 3.
Identifikasi dan tuliskas fokus data yang didapat dari pengkajian !

Data Subjektif :
a. Klien mengatakan kaki kanan agak bengkak
b. Klien mengatakan mempunyai riwayat gagal ginjal
c. Klien mengatakan susah tidur di malam hari dan khawatir akan
penyakitnya. Takut jika kondisinya bertambah buruk

Data Objektif :
a. Keadaan umum cukup
b. Pola minum sehari ± 2 gelas = 300cc
c. Klien kencing hanya sedikit ± 200cc
d. TD = 159/108 mmHg, N = 82x/menit
RR = 20x/menit, S = 36,5
e. Terdapat sedikit bengkak di kaki kanan
f. BB sebelumnya 56,7 Kg. BB pre HD 57,1 Kg
Aktivitas 4.

Identifikasi jenis pemeriksaan diagnostik dan data tambahan yang diperlukan


untuk

melengkapi data pengkajian di atas !

Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan


adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :

- ureum dan kreatinin

- hemoglobin

- hematokrit

Aktivitas 5.
Tuliskan Analisis Data Penunjang / Data Diagnostik !

Jenis Keterangan
Nilai normal Satuan Hasil
pemeriksaan hasil
Ureum 10-50 mg/dl 196 -
Kreatinin 0,6-1,1 mg/dl 7,19 -
Hemoglobin > 13 mg/dl 10 -
Hematokrit 32,2 % 40-54
Aktivitas 6.
Tuliskan diagnosa keperawatan sesuai prioritas !
1. Gangguan keseimbangan cairan b.d ketidakefektifan mekanisme
regulasi d.d hipervolemia (D.0022)
2. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit progresif (D.0080)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan (D.0055)

Aktivitas 7.
Tuliskan rencana tindakan keperawatan !
Tujuan keperawatan
Masalah Intervensi
dan
Keperawatan Keperawatan
kriteria hasil
Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama 3 x Observasi
24 jam: 1. Pemeriksaan tanda dan
Fluid balance gejala hipervolemia (mis.
Dengan pemberian Ortopnea, dyspnea, edema,
intervensi keperawatan JVP/CVP meningkat, reflek
yang diharapkan status hepatojegular positif, suara
keseimbangan cairan napas tambahan)
dapat ditingkatkan dengan 2. Identifikasi penyebab
kriteria hasil : hipervolemia
1. Tekanan darah dalam 3. Monitor status hemodinamik
batas normal (120/80 (mis. Frekuensi jantung,
mmHg) tekanan darah, MAP,CVP,
2. Denyut nadi radial PAP, PCWP, CO, CI), jika
dalam batas normal tersedia
(60-100x/menit) 4. Monitor intake dan output
3. Keseimbangan intake cairan
dan output dalam 24 5. Monitor tanda
jam hemokonsentrasi (mis. Kadar
4. Berat badan stabil natrium, BUN, hematocrit,
5. Turgor kulit tidak berat jenis urine)
mengilap dan tegang 6. Monitor tanda peningkatan
6. Kelembaban tekanan onkotik plasma (mis.
membrane mukosa Kadar protein dan albumin
7. Hematokrit dan meningkat)
Nitrogen urea darah 7. Monitor kecepatan infus
(BUN) dalam rentang secara ketat
normal hematokrit (40- 8. Monitor efek samping deuretik
54%) dan BUN (7-20 (mis. Hipotensi ortostatik,
mg/dl hivopolemia,hypokalemia,
8. Tidak ada distensi hyponatremia)
vena leher Terapeutik
9. Tidak ada edema 1. Timbang berat badan setiap
perifer hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan
garam
3. Tinggikan kepala tempat
tidur 30- 400
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5 Ml/kg/jam
dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam
sehari
3. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara mengatasi
cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
deuretik
2. Kolaborasi penggatian
kehilangan kalium akibat
diuretic
3. Kolaborasi pemberian
continuos renal replacement
therapy (CRRT)
Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi teknik relaksasi yang
ansietas menurun dengan pernah efektif digunakan
kriteria hasil : 2. Identifikasi kesediaan,
1. Verbalisasi kemampuan, dan penggunaan
kebingungan menurun teknik sebelumnya
2. Verbalisasi khawatir 3. Periksa ketegangan
akibat kondisi yang otot,frekkuensi nadi, tekanan
dihadapi menurun darah, dan suhu sebelum dan
3. Perilaku gelisah sesudah latihan
menurun 4. Monitor respons terhadap terapi
4. Perilaku tegang relaksasi
menurun Terapeutik
5. Keluhan pusing 1. Ciptakan lingkungan tenang
menurun dan tanpa gangguan dengan
6. Anoreksia menurun pencahayaan dan suhu ruang,
7. Palpitasi menurun nyaman.
8. Diaforesis menurun 2. Berikan informasi tertulis tentang
9. Tremor menurun persiapan dan prosedur teknik
10. Pucat menurun relaksasi
11. Konsentrasi membaik 3. Gunakan pakaian longgar
12. Pola tidur membaik 4. Gunakan nada suara lembut
13. Frekuensi pernapasan dengan irama lambat dan
membaik berirama
14. Frekeunsi nadi 5. Gunakan relaksasi sebagai
membaik strategi penunjang dengan
15. Tekanan darah analgetik atau tindakan medis
membaik lain, jika sesuai
16. Kontak mata Edukasi
membaik 1. Jelaskan tujuan, manfaat,
17. Pola berkemih batasan, dan jenis relaksasi yang
membaik tersedia (mis: music, meditasi,
18. Orientasi membaik napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis, Napas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Tidur
kualita dan intervensi keperawatan Observasi
kuantitas waktu selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan
tidur Gangguan pola tidur tidur
pasien teratasi dengan 2. Identifikasi fak tor penganggu
kriteria hasil : tidur
1. Keluhan sering terjaga 3. Identifikasi makanan dan
menurun minuman yang
2. Keluhan tidak puas tidur mengganggu tidur
menurun 4. Mengidentifikasi obat tidur
3. Keluhan sulit tidur yang dikonsumsi
mnurun Terapeutik
4. Keluhan pola tidur 1. Modifikasi lingkungan
berubah menurun 2. Batasi waktu tidur siang
5. Keluhan istirahat tidaak 3. Fasilitasi
cukup menurun menghilangkan stres
6. Kemampuan aktivitas sebelum tidur
meningkat 4. Tetapkan jadwal rutin tidur
5. Lakukan prosedur untuk
eningkatkan kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan unruk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
tidurcukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
tidur
Aktivitas 8.
Tuliskan Implementasi tindakan keperawatan !

Hari/tanggal Dx Implementasi Respon TTD


Jumat / 19 1 1.Mengkaji status hemodinamik DS :
November pasien - pasien bersedia
2021 2.Mengkaji tanda dan gejala DO :
08.00 WIB hipervolemia - TTV :
TD = 159/108 mmHg, N = 82x/menit
RR = 20x/menit, S = 36,5
- CRT < 2
- tidak ada sianosis
- terdapat edema pada kaki sebelah kanan pasien; pitting
edema derajat I
- balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) + makan (100 cc)
+ Air Metabolisme (5cc x 56,7 = 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (200cc) + feses (100 cc) + IWL (15 cc x
56,7 = 850,5) = 1150,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1150,5 = 333 cc (+)
10.00 3 Mengkaji pola tidur pasien DS :
- pasien mengatakan bersedia
- pasien mengatakan selama sakit sering tidak bisa tidur
dikarenakan cemas memikirkan tentang penyakitnya dan
takut jika kondisinya memburuk

DO :
Pasien tampak lesu dan terdapat sedikit kantung mata//
13.30 1 Mengedukasi pasien agar mengatur DS :
jumlah cairan (minum) yang masuk - pasien mnegatakan bersedia
ke tubuh pasien - pasien mengatakan mengerti dan faham mengenai
edukasi yang diberikan

DO :
- pasien tampak paham akan edukasi yang disampaiakan
17.00 2 Monitor tanda-tanda ansietas DS :
- pasien mengatakan pasien merasa cemas akan
penyakitnya
- pasien takut jika kondisinya bertambah buruk

DO :
Pasien tampak cemas dan gelisah
Pasien tampak sedikit bingung
18.30 2 Menciptakan lingkungan tenang dan DS :
nyaman - Pasien mengatakan mengatakan mengerti mengenai
teknik relaksasi yang akan dilakukan
Menjelaskan mengenai tujuan dan - Pasien bersedia untuk melakukan teknik relaksasi
manfaat relaksasi untuk mengurangi guided imagery
kecemasan
DO :
- pasien mengerti teknik relaksasi guided imagery yang
akan dilakukan
- telah dilakukan teknik relaksasi guided imagery
19.00 2 Mengkaji respon pasien setelah DS : pasien mengatakan masih merasa cemas
dilakukan tindakan relaksasi guided
imagery DO : pasien tampak masih cemas, bingung dan gelisah
sudah sedikit berkurang
21.00 3 Memodifikasi ruangan dengan DS :
meredupkan lampu Pasien mengatakan bersedia
DO :
Anjurkan kepada pasien untuk Pasien tampak bersiap untuk tidur
mencukupi kebutuhan tidurnya Pasien mengikuti anjuran dari perawat
00.00 1 Memberikan injeksi Furosemid 20 DS :
mg/2ml sesuai advice dokter Pasien mengatakan bersedia

DO:
Furosemide 20mg/2ml telah diberikan melalui jalur intra
vena
02.30 3 Mengobservasi pasien DS :
Pasien mengatakan terbangun dan tidak bisa tidur lagi

DO :
Pasien tampak melamun dan tidak tidur
Sabtu, 20 3 Mengkaji pola tidur pasien DS :
November Pasien mengatakan semalam belum bisa tidur nyenyak
2021
07.30 DO :
Pasien tampak lesu
08.00 1 Mengkaji hemodinamik pasien DS :
Pasien mengatakan bersedia

DO :
- TTV : TD = 140/95 mmHg, N = 90x/menit, RR =
20x/menit, S= 36,1ºC
- CRT < 2detik
- tidak ada sianosis
08.00 1 Mengkaji tanda dan gejala DS :
hipervolemi - pasien mengatakan bersedia
- pasien mengatakan bengkak pada kaki kanannya sudah
berkurang

DO :
- Edema pada kaki kanan pasien sudah berkurang, pitting
edema derajat I
- balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) + makan (100 cc)
+ Air Metabolisme (5cc x 56,7 = 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (300cc) + feses (100 cc) + IWL (15 cc x
56,7 = 850,5) = 1250,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1150,5 = 233 cc (+)
08.00 1 Memberikan injeksi Furosemid 20 DS :
mg/2ml sesuai advice dokter Pasien mengatakan bersedia

DO:
Furosemide 20mg/2ml telah diberikan melalui jalur intra
vena
14.00 1 Menganjurkan pasien untuk DS :
mengatur jumlah cairan yang masuk Pasien mengatakan bersedia dan sudah paham
kedalam tubuhnya sesuai saran mengenai edukasi yang diberikan
dokter
DO :
Pasien kooperatif dan paham mengenai anjuran yang
diberikan
17.00 2 Mengkaji ansietas pada pasien DS :
Pasien mengatakan masih merasa sedikit cemas

DO :
Pasien tampak sedikit cemas, dan sudah tidak bingung
Menganjurkan pasien untuk DS :
melakukan terapi relaksasi dzikir Pasien mengatakan bersedia
Pasien mengatakan cemas sudah sedikit berkurang
DO :
Pasien kooperatif dalam mengikuti instruksi yang
diberikan
Pasien tampak lebih tenang
21.00 3 Memodifikasi ruangan DS :
Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan bersedia
menghilangkan stress dan
kecemasan sebelum tidur DO :
Memfasilitasi pasien untuk berdoa Pasien tampak bersiap untuk tidur dan mengikuti anjuran
dan berdzikir perawat
00.00 1 Memberikan injeksi Furosemid 20 DS :
mg/2ml sesuai advice dokter Pasien mengatakan bersedia

DO:
Furosemide 20mg/2ml telah diberikan melalui jalur intra
vena
02.30 3 Mengobservasi pasien DS : -
DO : Pasien tampak tertidur

Minggu, 21 Mengkaji hemodinamik pasien DS :


November Pasien mengatakan bersedia
2021
07.30 DO :
- TTV : TD = 130/85 mmHg, N = 80x/menit, RR =
20x/menit, S= 36,3ºC
- CRT < 2detik
- tidak ada sianosis
3 Mengkaji pola tidur pasien DS :
07.30 Pasien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak dan hanya
terbangun sekali kemudian dapat tertidur lagi

DO :
Pasien tampak segar
08.00 1 Mengkaji tanda dan gejala DS :
hipervolemi Pasien mengatakan bengkak sudah sangat berkurang
Pasien mengatakan BAK lancar

DO :
Edema pada kaki pasien sudah sangat berkurang
Pitting edema –
balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) + makan (100 cc)
+ Air Metabolisme (5cc x 56,7 = 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (450cc) + feses (100 cc) + IWL (15 cc x
56,7 = 850,5) = 1400,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1400,5 = 83 cc (+)
1 Memberikan injeksi Furosemid 20 DS :
mg/2ml sesuai advice dokter Pasien mengatakan bersedia

DO:
Furosemide 20mg/2ml telah diberikan melalui jalur intra
vena
14.00 2 Mengkaji ansietas pasien DS :
Pasien mengatakan cemas sudah berkurang
Pasien juga rutin melakukan relaksasi yang sudah di
ajarkan
DO :
Pasien tampak tenang, nyaman, tidak bingung dan
gelisah
Aktivitas 9.
Tuliskan Analisis Tindakan Kolaburatif !

Dilakukan tindakan kolaboratif :


1. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus NaCl 0,9
% 15 tpm
2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapii obat
Furosemide parenteral 20mg/12 jam
Aktivitas 10.
Tuliskan evaluasi keperawatan !
Hari / No.Dx Evaluasi Tanda
Tanggal Tangan
Jumat / 19 1 S : Pasien mengatakan terdapat edema pada
November kaki sebelah kanan
2021
O:
- terdapat edema pada kaki sebelah kanan
pasien; pitting edema derajat I
- balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) +
makan (100 cc) + Air Metabolisme (5cc x 56,7
= 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (200cc) + feses (100 cc) + IWL
(15 cc x 56,7 = 850,5) = 1150,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1150,5
= 333 cc (+)

A : masalah hipervolemia pasien belum


teratasi
P:
- monitorkecepataninfussecaraketat
- monitor tanda gejala hipervolemia
- anjurkan pasien untuk memperhatikan intake
cairannya
- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat diuretik

Jumat / 19 2 S:
November - Pasien mengatakan pasien merasa cemas
2021 akan penyakitnya
- Pasien takut jika kondisinya bertambah
buruk
O:
- Pasien tampak cemas dan gelisah
- Pasien tampak sedikit bingung
A : Masalah kecemasan pasien belum teratasi
P:
- Anjurkan pasien untuk melakukan
manajemen cemas yang diajarkan perawat
- Kolaborasi dengan ahli untuk terapi lanjut
Jumat / 19 3 S:
November - Pasien mengatakan selama sakit sering
2021 tidak bisa tidur dikarenakan cemas
memikirkan tentang penyakitnya
- Pasien mengatakan takut jika kondisinya
memburuk
O:
- Pasien tampak lesu dan terdapat sedikit
kantung mata
A : Masalah gangguan pola tidur pasien belum
teratasi
P:
- Ciptakan kondisi nyaman untuk pasien
- Anjurkan pasien untuk melakukan sleep
hygiene
- Kolaborasi dengan ahli untuk terapi lanjut
Jumat / 20 1 S:
November pasien mengatakan bengkak pada kaki
2021 kanannya sudah berkurang

O:
- Edema pada kaki kanan pasien sudah
berkurang, pitting edema derajat I
- balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) +
makan (100 cc) + Air Metabolisme (5cc x 56,7
= 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (300cc) + feses (100 cc) + IWL
(15 cc x 56,7 = 850,5) = 1250,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1150,5
= 233 cc (+)

A : masalah hipervolemia pasien teratasi


sebagian
P:
-
monitorkecepataninfussecaraket
at
- monitor tanda gejala hipervolemia
- anjurkan pasien untuk memperhatikan intake
cairannya
- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat diuretik
Sabtu/ 20 2 S : Pasien mengatakan masih merasa sedikit
November cemas
2021 O :Pasien tampak sedikit cemas, dan sudah
tidak bingung
A : Masalah cemas pasien teratasi sebagian
P:
- Fasilitasi pasien untukmengungkapkan
kecemasan
- Anjurkan untuk menerapkan terapi
relaksasi yang diajarkan oleh perawat

Sabtu / 20 3 S:
November - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
2021 nyenyak namun masih sering terbangun
dimalam hari
- Pasien mengatakan terbangun karena
mengalami cemas terkait kondisinya
O:
- Pasien tampak lesu
- Pasien tampak gelisah
A : Masalah gangguan pola tidur pasien
teratasi sebagian
P : Anjurkan pasien untuk menerapkan apa
yang diajarkan perawat
Minggu/ 21 1 S:
November - Pasien mengatakan bengkak sudah sangat
2021 berkurang
- Pasien mengatakan BAK lancar

O:
Edema pada kaki pasien sudah sangat
berkurang
Pitting edema –
balance cairan :
Intake : infus (800 cc) + minum (300 cc) +
makan (100 cc) + Air Metabolisme (5cc x 56,7
= 283,5) = 1483,5 cc
Output : urine (450cc) + feses (100 cc) + IWL
(15 cc x 56,7 = 850,5) = 1400,5 cc
Balance cairan : intake-output :1483,5-1400,5
= 83 cc (+)

A : masalah hipervolemia pasienteratasi


sebagian
P:
-
monitorkecepataninfussecaraket
at
- monitor tanda gejala hipervolemia
- anjurkan pasien untuk memperhatikan intake
cairannya
- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat diuretik
Minggu/ 21 2 S:
November - Pasien mengatakan cemas sudah
2021 berkurang
- Pasien juga rutin melakukan relaksasi yang
sudah di ajarkan
O :Pasien tampak tenang, nyaman, tidak
bingung dan gelisah
A : Masalah cemas pasien teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien supaya tidak
timbul masalah berulang
Minggu/ 21 3 S :Pasien mengatakan sudah dapat tidur
November nyenyak dan hanya terbangun sekali
2021 kemudian dapat tertidur lagi
O :Pasien tampak segar
A : Masalah gangguan pola tidur pasien
teratasi
P : Pertahankan kualitas dan kuantitas tidur
pasien
Aktivitas 11.
Tuliskan evaluasi diri anda setelah melakukan asuhan keperawatan pada kasus
ini!
Setelah saya melakukan asuhan keperawatan sesuai kasus trigger 6 yaitu CKD, saya
menjadi lebih mengetahui bagaimana cara melakukan proses asuhan keperawatan
pada pasien CKD dari awal hingga akhir. Dan juga, lebih mengetahui mengenai
tindakan-tindakan keperawatan berbasis EBP (Evidence Based Practice) yang dapat
di implementasikan pada pasien CKD.

Nama Mahasiswa Nama Nama


Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Latifah Nur Liestiyani DR. Rita Benya Adriani, Juanita Erfin Juwandari
S.Kp.,M.Kes S.Kep.,Ns.

Tanda Tangan Tanda Tangan Tanda Tangan

Tanggal Tanggal Tanggal


LAPORAN ANALISIS SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN 1

Analisis Sintesis Tindakan Guided Imagery Pada Tn.X


Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Cakra Husada

Hari : Jumat
Tanggal : 19 November 2021
Jam : 09.00
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh cemas dan khawatir akan penyakitnya, takut jika kondisinya
bertambah buruk.
B. Diagnosis Medis
Chronic Kidney Disease (CKD).
C. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif (D.0080)
D. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan
DO :
- TTV : TD = 159/108 mmHg; N = 82x/menit; RR = 20x/menit; S=36,5ºC
- klien tampak gelisah dan bingung
DS :
- Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal
- Klien mengatakan susah tidur dimalam hari karena khawatir akan penyakitnya,
takut jika kondisinya memburuk.
E. Dasar Pemikiran
Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari perkembangan kerusakan
ginjal dan bersifat irreversible. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal
yang paling banyak digunakan di dunia termasuk di Indonesia. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit ginjal kronik, di antaranya adalah
hemodialisis. Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan
sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit
ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal
ginjal kronik (GGK). Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki
kelainan biokimia darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis (Zees & Lapradja, 2021).
Terapi hemodialisis dapat membantu pasien gagal ginjal terminal untuk bertahan
hidup dan mempertahan status kesehatan mereka namun pada saat yang sama
proses hemodialisis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi fisik, mental,
sosial dan ekonomi karena pasien harus mengubah diet dan gaya hidup mereka,
patuh terhadap terapi pengobatan, keharusan untuk menjalani terapi
hemodialisis dan perlu adanya perhatian khusus terhadap berbagai gejala dan
kualitas hidup pasien hemodialisis serta membantu pasien untuk bisa
beradaptasi dengan kondisi penyakitnya (Toding & Masfuri, 2021).
Menurut Smeltzer, dalam Tokala (2015) dalam jurnal Hubungan antara lamanya
menjalani hemodialisis dengan tingkat kecemasan pada pasien dengan penyakit
gagal ginjal kronik, pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
sering mengalami masalah baik biologis maupun masalah psikososial yang
muncul dalam kehidupan. Akibatnya, mereka juga mengalami masalah
psikososial, seperti kecemasan, depresi, isolasisosial, kesepian, tidak berdaya,
dan putus asa (Toding & Masfuri, 2021).
Salah satu masalah yang dialami oleh pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa adalah kecemasan, yaitu kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
terhadap penilaian individu yang subjektif, serta tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Maka dari itu, salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah kecemasan tersebut adalah tindakan guided imagery.
F. Prinsip Tindakan Keperawatan
SOP pemberian tindakan guided imagery untuk mengatasi masalah keperawatan
kecemasan adalah :
1. Pengertian
Guided imagery merupakan salah satu terapi non farmakologis yang banyak
digunakan dalam mengatasi berbagai gejala yang dialami oleh pasien
hemodialisis. Guided imagery bertujuan untuk memberdayakan pasien,
meningkatkan relaksasi pada pasien, membimbing pasien ketempat dimana
pasien merasa aman dan nyaman yang nantinya dapat membatu untuk
berbagai keluhan fisik dan psikologis pasien.
2. Manfaat
a. Menurunkan tingkat kecemasan
b. Meningkatkan kualitas tidur
c. Menurunkan kelelahan pada pasien hemodialisis

3. Persiapan
a. Persiapan pasien ( jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien)
b. Rekaman relaksasi guided imagery (musik)
c. Tempat tidur atau kursi yang nyaman
4. Pelaksanaan
a. Lakukan cuci tangan
b. Ucapkan salam
c. Lakukan identifikasi pasien
d. Jaga privasi pasien
e. Atur posisi pasien (bisa dengan tidur di tempat tidur atau dengan
posisi duduk)
f. Minta klien untuk menutup mata
g. Minta klien untuk melakukan nafas dalam pelan-elan 3-5 kali sampai
klien merasa rileks
h. Nyalakan musik instrumen atau musik lain yang menenangkan
i. Minta klien untuk membayangkan bahwa saat ini klien sedang berada
di tempat yang disukai (misal pantai, gunung, taman, dll) bersama
dengan orang yang dicintai
j. Minta klien untuk menikmati bayangan yang diciptakannya
k. Jika klien tidak dapat menciptakan bayangan, berikan sensasi yang
dapat menimbulkan suasana rileks, misalnya dengan mendengarkan
suara air gemercik atau dengan hal lain yang disukai klien
l. Jika klien menunjukkan tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman,
hentikan latihan
m. Setelah 20-30 menit, minta pasien untuk nafas dalam sapai rileks, lalu
mulai kembali teknik guided imagery. Lalu mulai kembali ke kondisi
sekarang untuk mengakhiri terapi guided imagery
n. Minta pasien untuk membuka mata dan menceritakan apa yang
dilihat, dicium, dan dirasakan
5. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan
b. Rencana tindak lanjut
c. Dokumentasi
G. Analisis Tindakan
Pada pasien CKD yag menjalani hemodialisa tentunya mengalami berbagai
masalah salah satunya adalah masalah kecemasan dikarenakan pasien harus
beradaptasi dengan terapi hemodialisa, komplikasi yang terjadi, perubahan
peran dalam keluarga dan perubahan gaya hidup yang harus dijalani, maka dari
itu salah satu cara untuk mengatasi kecemasan tersebut adlah dengan
menelakukan teknik relaksasi guided imagery. Teknik relaksasi guided imagery
menghasilkan peningkatan aktivitas parasimpatis tubuh yang mengarah pada
beberapa perubahan dalam reaksi fisiologis, selain itu terapi ini juga bisa
membuat pasien untk lebih berpikiran positif, menghindari fokus pad
penyakitnya, mengurangi pikiran dan emosi negatif terkait segala kondisinya dan
lebih berfokus terhadap hal-hal yang menyenangkan, sehingga dapat
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Teknik relaksasi ini juga berperan
penting dalam menurunkan kecemasan dan depresi bahkan juga gangguan tidur
pada pasien CKD. Dengan terapi relaksasi guided imagery ini pasien akan lebih
banyak melakukan komunikasi dengan perawat dan keluarga sehingga hal ini
dapat membuat pasien tidak merasa sendirian sehingga dapat menurunkan
tingkat kecemasan pasien.
Pembentukan imajinasi pada terapi guided imagery yang menyenangkan akan
diterima oleh berbagai alat indera kemudian rangsangan tersebut dijalankan
kebatang otak menuju sensor thalamus. Di korteks cerebri rangsangan akan
dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak
mengenali objek dan arti kehadiran rangsangan tersebut. Bayangan imajinasi
yang disukai dan menyenangkan dianggap sebagai sinyal penting dan disimpan
dimemori. Rangsangan yang disukai memori akan dimunculkan kembali
dianggap sebagai suatu persepsi dari pengalaman sensori yang sebenarnya.
Pengalaman sensori tersebut dapat merilekskan pikiran dan meregangkan otot-
otot sehingga cemas yang dirasakan menjadi berkurang (Sarsito, 2015) dalam
(Zees & Lapradja, 2021)
H. Bahaya Dilakukannya Tindakan
1. Bahaya
Bila tidak saling percaya antara perawat dengan pasien dan pasien tidak
kooperatif, maka relaksasi tidak akan efektif.
2. Pencegahan
Bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur sebelum memulai tindakan,
dan lakukan tindakan sesuai prosedur.
I. Tindakan Keperawatan Lain yang Dilakukan
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang, nyaman.
2. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
J. Hasil yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan
S : pasien mengatakan kecemasan sedikit berkurang setelah melakukan
relaksasi
O : pasien tampak lebih tenang dan tidak bingung
TTV : TD = 140/90 mmHg; N = 82x/menit; RR = 20x/menit; S=36,5ºC
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang, nyaman.
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
K. Evaluasi Diri
Tindakan terapi relaksasi guided imagery telah dilakukan sesuai dengan SOP
L. Daftar Pustaka
Toding, D., & Masfuri. (2021). Efektivitas Penerapan Intervensi Berbasis
Adaptasi dan Guided Imagery pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,
12(April), 34–39. http://forikes-ejournal.com/index.php/SF
Zees, R. F., & Lapradja, L. (2021). Efektifitas Terapi Guide Imagery Terhadap
Kecemasan Pasien Hemodialisa. Jambura Health and Sport Journal, 3(1),
32–41. https://doi.org/10.37311/jhsj.v3i1.9863

Nama Mahasiswa Nama Pembimbing Akademik (CT) Nama Pembimbing Klinik (CI)
Latifah Nur Liestiyani DR. Rita Benya Adriani, S.Kp.,M.Kes Juanita Erfin Juwandari S.Kep.,Ns.
P27220021311 NIP.19590208 198002 0 001

Tanda Tangan Tanda Tangan Tanda Tangan


Tanggal Tanggal Tanggal
LAPORAN ANALISIS SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN 2

Tindakan Terapi Minyak Essensial Lavender sebagai Evidence Based Nursing untuk
Mengurangi Nyeri kanulasi AV Fistula Pada Tn.X
Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Cakra Husada

Hari : Jumat
Tanggal : 19 November 2021
Jam : 09.00
M. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada lokasi penusukan jarum hemodialisa
(arteriovenous fistula)Diagnosis Medis
Chronic Kidney Disease (CKD).

N. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (arteriovenous fistula) (D.0077)

O. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan


DS :
Pasien mengatakan nyeri pada lokasi penusukan jarum hemodialisa
(arteriovenous fistula)
/
Pengkajian nyeri :
P : insersi jarum hemodialisa
Q : tertusuk-tusuk
R : rasa sakit berada pada satu titik (brachialis)
S:5
T : terus menerus

DO :
- TTV : TD = 159/108 mmHg; N = 82x/menit; RR = 20x/menit; S=36,5ºC
- klien tampak meringis kesakitan

P. Dasar Pemikiran
Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari perkembangan kerusakan
ginjal dan bersifat irreversible. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal
yang paling banyak digunakan di dunia termasuk di Indonesia. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit ginjal kronik, di antaranya adalah
hemodialisis. Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan
sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit
ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal
ginjal kronik (GGK). Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki
kelainan biokimia darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis (Zees & Lapradja, 2021).
Proses hemodialisa membutuhkan akses vaskuler untuk mengalirkan darah
keluar dari tubuh menuju dialyzer dan dari dialyzer menuju tubuh kembali setelah
dilakukan penyaringan. Arteriovenous fistula (AVF) adalah salah satu elemen
yang tidak dapat dihindari dalam merawat pasien yang menjalani hemodialisis.
Tindakan kanulasi hemodialisa akan memberikan respon ketidaknyamanan
akibat tusukan jarun dengan ukuran besar (15-17 gouge) yang menembus
jaringan kulit dan pembuluh darah sehingga akan menstimulasi serabut syaraf
sensoris yang menimbulkan nyeri (Sabitha, Khakha Mahajen, et al, 2008 dalam
Arifiyanto, 2015).
Ini adalah masalah permanen bagi pasien yang menjalani hemodialisis. Nyeri
tusukan AVF adalah masalah nyata bagi pasien. Kanulasi AVF adalah sumber
rasa sakit karena pengulangan seperti tindakan, dua hingga tiga kali per minggu
(Efendi, 2020).
Nyeri dapat diatasi dengan pengobatan secara farmakologi dan non-
farmakologi. Salah satu pengobatan non farmakalogi adalah terapi
komplementer terapi yang berkembang dalam system perawatan kesehatan saat
ini. Penggunaan pengobatan komplementer mengurangi komplikasi dan
mengurangi kebutuhan analgesic sintetis. Pengobatan komplementer untuk
mengurangi nyeri salah satunya dengan minyak essensial/aromatherapy (Efendi,
2020).
Q. Prinsip Tindakan Keperawatan
SOP pemberian tindakan terapi minyak essensial lavender untuk mengurangi
nyeri kanulasi AV Fistula adalah :
6. Pengertian
Aromaterapi Lavender merupakan praktek terapi menggunakan minyak
atsiri yang diekstrak dari tanaman, pohon dan bunga. Lavender punya efek
menenangkan, memberikan keseimbangan, rasa nyaman, rasa
keterbukaan dan keyakinan. Selain itu juga dapat mengurangi rasa
tertekan, stress, emosis yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan
kepanikan serta bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri dan dapat
memberikan efek relaksasi (Efendi, 2020).
7. Manfaat
d. Meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spiritual
e. Menurunkan nyeri dan kecemasan
f. Membuat tubuh menjadi lebih rileks
g. Memberikan efek stimulasi
h. Memberikan sensasi yang menenangkan diri, otak, dan keseimbangan
stress yang dirasakan
i. Memberikan relaksasi pada pikiran dan fisik sehingga dapat menurunkan
rasa nyeri
8. Persiapan
d. Persiapan pasien ( jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien dan pastikan pasien menyetujui penggunaan min/yak
essensial lavender)
e. Minyak esensial lavender
f. kassa
9. Pelaksanaan
o. Lakukan cuci tangan
p. Ucapkan salam
q. Lakukan identifikasi pasien
r. Jaga privasi pasien
s. Atur posisi pasien (bisa dengan tidur di tempat tidur atau dengan
posisi duduk)
t. Lakukan intervensi ini 5 menit sebelum pasien dilakukan pemasangan
insersi AV Fistula
u. Oleskan minyak esensial lavender pada kulit yang akan dilakukan
penusukan
v. Letakkan kassa yang sudah ditetesi minyak esensial lavender
(sebanyakk 3 tetes)
w. Lakukan desinfeksi pada area kulit yang telah diolesi minyak esensial
lavender
x. (dilakukan tindakan penusukan AV Fistula)
y. Lakukan pengukuran skala nyeri pasien menggunakan numeric rating
scale
10. Terminasi
d. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan
e. Rencana tindak lanjut
f. Dokumentasi

R. Analisis Tindakan
Pengobatan komplementer untuk mengurangi nyeri salah satunya dengan
minyak essensial/aromatherapy. Aroma yang berasal dari aromatherapy bekerja
mempengaruhi emosi seseorang dengan limbik dan pusat emosi otak. Bau yang
berasal dari aromatherapy diterima oleh reseptor hidung kemudian dikirimkan ke
bagian medulla spinalis di otak, didalam hal ini kemudian akan meningkatkan
gelombang-gelombang alfa diotak dan gelombang-gelombang alfa inilah yang
membantu untuk merasa relaks (Afriani, 2019) dalam (Efendi, 2020).
Aromatherapy lavender adalah salah satu metode yang bisa digunakan
dalam aroma lavender terdapat linalool dan linalyl acetate yang ada di tanaman
ini dapat merangsang sistem saraf parasimpatis. Selain itu, linalyl asetat memiliki
efek narkotik dan linalool bertindak sebagai obat penenang (Aliasgharpour,
2016) dalam (Efendi, 2020).
Penerapan topical minyak essensial lavender dalam mereda nyeri
dikaitkan dengan aktivitas antimikarinik atau penyumbatan saluran (CA2+, NA+),
blok arus natrium pada serabut saraf yang menstranmisikan nyeri sehingga
memblokir pesan nyeri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jager et al
menunjukkan bahwa
kandungan lilil asetat dan linalool lavender diserap melalui kulit 5 menit setelah
dipijat dan dapat dilihat aliran darah. Aplikasi topical lavender dapat
meningkatkan sirkulasi darah, dan kandungan linaloolnya dapat menurun kan
tonus otot dan menciptakanan efek penenang (Ghods, et al, 2015) dalam
(Thenmozhi et al., 2020).
Maka dari itu terapi pemberian aromaterapi minyak esensial lavender
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa efektif untuk
mengatasi nyeri akibat pemasangan Arteriovenous (AV) Fistula.
S. Bahaya Dilakukannya Tindakan
1. Bahaya
Bila tidak saling percaya antara perawat dengan pasien dan pasien tidak
kooperatif, maka relaksasi tidak akan efektif.
2. Pencegahan
Bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur sebelum memulai tindakan,
dan lakukan tindakan sesuai prosedur.

T. Tindakan Keperawatan Lain yang Dilakukan


5. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang, nyaman.
6. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
7. Anjurkan mengambil posisi nyaman
8. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih

U. Hasil yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan


S : pasien mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan pemberian minyak
esensial lavender
Pengkajian nyeri :
P : insersi jarum hemodialisa
Q : tertusuk-tusuk
R : rasa sakit berada pada satu titik (brachialis)
S:3
T : terus menerus

O : pasien tampak lebih tenang dan rileks


TTV : TD = 140/90 mmHg; N = 82x/menit; RR = 20x/menit; S=36,5ºC
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang, nyaman.
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih

V. Evaluasi Diri
Tindakan terapi pemberian terapi minyak essensial lavender sebagai evidence
based nursing untuk mengurangi nyeri kanulasi AV Fistula telah dilakukan sesuai
dengan SOP

W. Daftar Pustaka
Efendi, A. (2020). Terapi Minyak Essensial Lavender Sebagai Evidence Based
Nursing Untuk Mengurangi Nyeri Kanulasi Av-. Prosiding Seminar Nasional
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1–5.

Thenmozhi, P., in, K. P.-I. J. of A., & 2020, undefined. (2020). Effectiveness of
Lavender Oil Application on Pain during Arteriovenous Fistula Puncture.
Journalijanr.Com, 3(1), 37–43.
http://journalijanr.com/index.php/IJANR/article/view/30101

Zees, R. F., & Lapradja, L. (2021). Efektifitas Terapi Guide Imagery Terhadap
Kecemasan Pasien Hemodialisa. Jambura Health and Sport Journal, 3(1),
32–41. https://doi.org/10.37311/jhsj.v3i1.9863

Nama Mahasiswa Nama Pembimbing Akademik (CT) Nama Pembimbing Klinik (CI)
Latifah Nur Liestiyani DR. Rita Benya Adriani, S.Kp.,M.Kes Juanita Erfin Juwandari S.Kep.,Ns.
P27220021311 NIP.19590208 198002 0 001

Tanda Tangan Tanda Tangan Tanda Tangan

Tanggal Tanggal Tanggal

Anda mungkin juga menyukai