Kelas : X MIPA 1
No.Urut : 10
NISN/NIS : 054884128/2117506
2. Teori Ksatria
Pengertian Teori Ksatria menyatakan bahwa masuknya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa orang-orang
India dari kasta Ksatria. Teori yang dikemukakan Prof. Dr. J.L.
Moens ini berargumen bahwa sekitar abad 4-6 M kerap
terjadi peperangan sehingga kasta Ksatria, yang terdiri dari
kaum bangsawan dan prajurit mengalami kekalahan.
Kekalahan sebagian kasta Ksatria dalam peperangan, menurut
teori Ksatria, mendorong orang Ksatria melarikan diri dan
mencari daerah baru hingga ke nusantara.
Tokoh Teori Ksatria dicetuskan oleh ilmuwan bernama Cornelis
Christian Berg atau C.C. Berg. Menurutnya, agama Hindu di
Indonesia disebarkan oleh golongan ksatria atau golongan
prajurit yang dulunya memegang kekuasaan di wilayah India.
Adapun yang menentang teori ini adalah dua orang ahli
sejarah yaitu Frederik David Van Bosch dan Nicholas Johanes
Krom.
Bukti Yang Memperkuat 1)Jiwa Semangat dan Berani Untuk Menaklukan Suatu
Teori Wilayah
Kelompok perwira atau prajurit pasti memiliki keberanian dan
semangat yang sangat tinggi dalam menjalani aktivitasnya
terutama ketika menaklukan suatu wilayah. Oleh sebab itu,
mereka termasuk ke dalam kasta Kesatria (dalam ajaran
Hindu). Hal seperti itulah yang menjadi faktor pendukung
kebenaran teori Kesatria.
2)Kehancuran Kerajaan-Kerajaan di India Selatan
Faktor pendukung berikutnya adalah kerajaan-kerajaan di
India Selatan mulai mengalami kehancuran dan mereka yang
kalah dalam peperangan mulai mencari tempat tinggal untuk
bertahan hidup. Hingga akhirnya mereka memilih Nusantara
(Indonesia) untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.
Kelebihan Teori •Pertama, golongan kstaria memiliki semangat berpetualang
untuk menaklukkan daerah lain.
•Kedua, berdasarkan pendapat dari CC Berg, yakni para
ksatria turut terlibat konflik di Indonesia. Mereka mendukung
salah salah satu pihak, dan apabila berhasil memenangkan
peperangan maka akan menerima hadiah. Contohnya seperti
dinikahkan dengan seorang putri kerajaan dan sebagainya.
•Ketiga, L. Moens berpendapat bahwa para ksatria melarikan
diri dari peperangan yang berlangsung di India. Mereka
kemudian mendirikan kerajaan baru di Indonesia pada abad
ke 5.
Kelemahan Teori •Golongan ksatria tidak menguasai bahas Sansekerta dan
huruf Pallawa, sementara beberapa peninggalan kerajaan-
kerajaan Hindu Budha memuat isi menggunakan bahasa dan
huruf tersebut.
•Tidak terdapat bukti tertulis bahwasanya telah terjadi
tindakan kolonialisme yang dilakukan oleh para ksatria dari
India.
•Tidak ditemukan bukti peninggalan prasasti yang
menggambarkan penaklukan kerajaan di Indonesia oleh
kerajaan-kerajaan yang berasal dari India.
3. Teori Waisya
Pengertian Teori Waisya menyatakan bahwa golongan Waisya yang
punya peran besar dalam menyebarkan agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha. Orientalis Prof. Dr. N.J. Krom,
pengusung teori Waisya berpendapat, golongan yang terdiri
dari pedagang, petani, dan pemilik tanah tersebut sudah
mengenal agama Hindu-Buddha.
Kedatangan golongan Waisya ke Indonesia, kata Krom, juga
memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
pada rakyat Indonesia di samping berdagang. Golongan ini
diyakini menetap sementara waktu dan tidak jarang juga
menetap permanen di nusantara, lalu menikah dengan
penduduk setempat.
Tokoh Penemu teori Waisya bernama Nicolaas Johannes Krom, ia
lahir pada 5 September 1883 dan merupakan seseorang
berdarah Belanda yang ahli dalam bidang kesusastraan
klasik. Ia mendapatkan gelar Doktor pada tahun 1908. Dua
tahun setelah mendapatkan gelar Doktor, N.J. Krom
mendapatkan sebuah jabatan di Commissie in Nederlandsch
Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en
Madoera yang terletak di Hindia Belanda (Jawa). Ia
mendapatkan jabatan sebagai ketua setelah menggantikan
J.L.A Brandes yang telah meninggal dunia.
Bukti Yang Memperkuat Interaksi Kasta Waisya
Teori Pada saat itu, banyaknya para pedagang yang berasal dari
India membawa ajaran agama Hindu dan kebudayaan-
kebudayaan dari masyarakat Hindu. Mereka mulai
melakukan interaksi dengan sesama pedagang (baca:
pedagang dari India) dan masyarakat lokal untuk menjual
barang dagangannya. Interaksi yang berjalan dengan baik
bisa membuat barang dagangan cepat laris terjual.
Terdapat Kampung Keling yaitu
perkampungan para pedagang India Indonesia yang terdapat
di beberapa daerah Indonesia antara lain Jepara Medan
Aceh dan Malaka.
Teori Waisya mudah diterima oleh akal karena dalam
kehidupan faktor ekonomi menjadi sangat penting dan
Perdagangan merupakan salah satu kegiatan berekonomi,
kegiatan perdagangan dianggap mempermudah para
pedagang asing untuk berinteraksi dengan orang dari
berbagai daerah
Kelebihan Teori Kelebihan Teori Waisya
Salah satu kelebihan teori waisya sudah disebutkan diatas,
adanya interaksi antara pedagang dari India maupun Arab
dengan penduduk/masyarakat dalam transaksi jual beli yang
dilakukan. Interaksi tersebut merupakan fakta yang tidak
dapat dibantah. Karena keberadaan pedagang-pedagang
tersebut sudah dibuktikan, contohnya pada masa kerajaan
Sriwijaya di Pulau Sumatera yang memiliki letak strategis
sebagai jalur perdagangan para pedagang asing.
Kelemahan Teori Kelemahan Teori Waisya
Teori waisya juga memiliki kelemahan, yaitu golongan
pedagang (waisya) tidak bisa menguasai huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Karena kemampuan ini hanya dimiliki
oleh kaum brahmana (golongan kelas pertama agama
Hindu). Sementara banyak peninggalan sejarah kerajaan-
kerajaan Hindu berupa prasasti yang memuat huruf Pallawa
dan bahasa Sanskerta.
4. Teori Sudra
Pengertian Sudra dalam KBBI adalah golongan atau
kasta yang terendah (dalam masyarakat
yang beragama Hindu). Secara etimologis
sudra dari bahasa Sanskerta śūdra adalah
warna dalam agama Hindu di India dan
daerah-daerah lainnya. Sudra adalah
golongan masyarakat yang melaksanakan
profesi dengan mengandalkan kekuatan
jasmani, ketaatan, dan serta bakat
ketekunannya. Teori sudra adalah salah satu
teori yang menyatakan atau berpendapat
tentang masuknya agama dan kebudayaan
Hindu Budha di Indonesia. Teori ini
dikemukakan oleh Van Faber.Teori Sudra
menerangkan bahwa agama Hindu masuk ke
wilayah Nusantara ini dibawa oleh para
golongan Sudra atau disebut juga sebagai
Budak. Seperti yang telah diketahuinya,
Sudra adalah salah satu kasta yang paling
rendah di dalam agama Hindu.Alasan
mengapa golongan sudra yang menyebarkan
agama Hindu ke Indonesia adalah mereka
ingin merubah nasib. Mereka menginginkan
kehidupan yang lebih layak dan lebih baik.
Oleh sebab itu, golongan sudra memilih
meninggalkan India dan pergi ke daerah lain.
Tokoh Teori ini dikemukakan oleh seorang pria
yang merupakan keturunan dari Jerman dan
Belanda bernama Godfried Hariowald Von
Faber. Pria ini lahir di daerah Surabaya
tanggal 1 Desember tahun 1899.Godfried
Hariowald Von Faber adalah salah satu
tokoh pecinta budaya, pada tahun 1933
dirinya berhasil membentuk sebuah
perkumpulan sejarah kota. Beberapa tahun
kemudian, dia diangkat menjadi seorang
direktur di Museum Oost Java yang didirikan
di daerah Jawa Timur.Mereka menetap dan
terjadilah asimilasi dan akulturasi dengan
penduduk sekitar. Lambat laun masyarakat
yang pada awalnya memeluk Animisme dan
Dinamisme berganti memeluk agama Hindu
atau Buddha.
Bukti Yang Memperkuat Teori Tujuan utama dari golongan sudra yaitu
meninggalkan daerah asalnya (India) guna
memperoleh penghidupan yang layak, dan
kedudukan yang lebih baik lagi dalam
memperbaiki keadaannya. Sehingga jika
mereka berpindah ke negara lainnya
tentunya, mengharapkan keinginan dalam
mewujudkan tujuan utamanya yakni
mendapatkan penghidupan lebih baik bukan
untuk menyebarkan ajaran agama Hindu.
Kelebihan Teori Kelebihan teori sudra juga dilihat dari sudut
pandang mengenai kepergian mereka dari
India untuk memperoleh kehidupan yang
layak. Hal ini karena kasta sudra merupakan
golongan tersisih, sehingga kepergian
merupakan hal yang nyata. Jika kita analisis,
kaum sudra bisa saja pergi dengan mengikuti
para kaum kesatria yang kalah dalam
peperangan di India dan memilih
meninggalkan wilayah India untuk
membentuk kerajaan baru. Tersisihnya
golongan sudra dalam kasta di agama Hindu
merupakan dasar teori sudra yang
dikemukakan oleh Von Faber.kemungkinan
besar para golongan Sudra ini bermigrasi ke
Nusantara, karena memang kehidupan
mereka di India cukup memperihatinkan bila
dibandingkan dengan kasta-kasta lainnya.
Golongan Sudra ini kemudian pergi untuk
mencari kehidupan yang lebih baik ditempat
lain dengan melakukan migrasi. Migrasi
inilah yang mendorong golongan Sudra
sampai ke Nusantara
Kelemahan Teori -Kaum Sudra tidak menguasai Bahasa
Sansekerta dan karakter Pallawa
-Kasta Sudra umumnya tidak mempunyai
pengetahuan / pendidikan
-Tujuan mereka meninggalkan India
bukanlah untuk menyebarkan agama,
melainkan untuk memperoleh kehidupan
dan kedudukan yang lebih layak.
-Golongan sudra tidak mengetahui seluk
beluk ajaran agama Hindu apalagi menguasai
bahasa Sanskerta yang digunakan di dalam
kitab suci agama Hindu yakni Weda.
-dalam sistem kasta agama Hindu, kaum
sudra adalah yang paling rendah, sehingga
tidak mungkin mereka menyebarkan agama
Hindu yang hanya dikuasai oleh golongan
brahmana