Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karena disuruh buat penyetaraan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan “Kepemimpinan Dasar”?
2. Bagaimana sejarah tentang paskibra?
3. Bagaimana sejarah bendera merah putih?
4. Apa makna lambang dan atribut sekolah?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui dasar dasar kepemimpinan serta sejarah tentang paskibra dan
bendera merah putih dan makna lambang dan atribut sekolah agar menjadi seorang
paskibraka yang terampil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPEMIMPINAN DASAR
Kerakyatan/kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu
keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi
untuk "memimpin" atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi.
Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo pada hakikatnya merupakan sesuatu yang
melekat di dalam diri seorang pemimpin. Sesuatu tersebut adalah berupa sifat-sifat
tertentu. Seperti kepribadian atau personality, kemampuan atau ability dan
kesanggupan atau capability. Awal kata pemimpin menurut KBBI daring adalah
pimpin, artinya orang yang memimpin. Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang
yang memiliki kemampuan memimpin, mempengaruhi orang lain dan kelompoknya.
Menurut Modern Dictionary of Sociology, pemimpin adalah seseorang yang memiliki
peranan atau posisi dominan dan berpengaruh dalam kelompoknya. Pemimpin
merupakan orang yang dapat mengatur atau mempengaruhi anggotanya untuk
menjalankan kepentingan bersama. Perbedaannya dengan ketua atau kepala. Mereka
belum tentu dapat memiliki sifat kepemimpinan dari seorang pemimpin. Pemimpin
tidak dilihat dari gendernya karena pemimpin harus memiliki sifat integritas, bersikap
logalitas dengan organisasi atau kubunya, berkomitmen kuat, mampu transparan
dengan organisasi maupun anggotanya. Kalau pemimpin adalah orang yang memiliki
kemampuan memimpin, kepemimpinan adalah gaya dan karakter seorang pemimpin.
Secara garis besar, peran seorang pemimpin adalah bertanggung jawab penuh dalam
menggerakkan dan memotivasi anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
bersama. Selain itu pemimpin juga berperan sebagai pencetus ide, penyemangat
kelompok, pengarah anggota, mengaktifkan anggota, mengawasi kegiatan, dan
mengayomi anggotanya. Pemimpin terbagi atas 3 yaitu pemimpin aspiratif, pemimin
tangan besi dan pemimpin bebas namun tetap dikendalikan.

Dilansir dari buku Budaya Organisasi, Dr. Yusuf Hadijaya, M.A, (2020:23),
berikut hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dari sebuah organisasi:
 Memimpin Organisasi
Sesuai namanya, pemimpin organisasi tentu harus memimpin organisasi
dengan baik dan benar. Pemimpin organisasi harus mampu mengarahkan dan
menyatukan para bawahan dengan aneka ragam karakter demi mencapai
tujuan bersama.
 Menyusun dan Menetapkan Strategi
Agar dapat berjalan dengan baik, maka suatu organisasi membutuhkan strategi
yang tepat, baik dari sisi pemasaran, keuangan, sumber daya, dan lain-lain.
Seorang pemimpin harus mampu menyusun strategi yang dibutuhkan oleh
organisasinya. Meski begitu, pemimpin harus terbuka dengan ide dan saran
dari bawahannya. Setelah menyusun strategi dan menerima masukan dari
bawahannya, ia juga harus mengambil keputusan akhir untuk menetapkan
strategi yang akan dijalankan. Seorang pemimpin harus berani mengambil dan
menerima risiko dari setiap keputusan diambilnya.
 Mengelola Organisasi
Pemimpin organisasi juga harus mampu mengelola organisasi atau divisi yang
dipimpinnya agar bisnis bisa tetap berjalan dengan lancar. Untuk mengelola
organisasi, seorang pemimpin harus terlebih dahulu bisa mengelola waktunya
sendiri dengan benar agar tidak kelimpungan saat mengelola organisasi.
 Menentukan Skala Prioritas
Karena waktu sehari sangatlah terbatas, yaitu 24 jam saja, maka seorang
pemimpin organisasi harus mampu menentukan skala prioritas baik untuk
organisasinya maupun dirinya sendiri.
 Menciptakan Budaya Organisasi
Setiap organisasi membutuhkan budaya organisasi agar bisa mengimbangi
setiap kemajuan yang muncul di pasaran. Untuk itu, seorang pemimpin harus
menciptakan sebuah budaya organisasi, memahaminya, dan mengamalkannya
dengan benar. Setelah itu, barulah ia bisa memerintahkan para bawahan untuk
mengamalkan budaya tersebut.

Beberapa manfaat menjadi seorang pemimpin yaitu:

1. Menjadi berani untuk mengambil keputusan, sekalipun keputusan itu adalah tentang
kehidupan pribadi
Terbiasa menjadi pemimpin, dapat menjadikan terbiasa mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan tim. Karena telah terbiasa, maka mengambil keputusan
untuk kehidupan pribadi menjadi tidak begitu sulit lagi.
2. Kenal dengan kepribadian semua orang
Saat memimpin sekelompok orang tentu maka kita akan bertemu dengan kepribadian
yang berbeda satu sama lain. Ada yang suka ngambek, bikin kesal, cuek, ramah
bahkan mungkin yang suka bikin lelucon dalam tim, dengan begitu tidak akan sulit
lagi untuk menghadapi berbagai jenis orang dalam kehidupan sehari-hari
3. Keahlian mengelola tim
Setiap pemimpin pastinya memerlukan kepercayaan dari setiap anggotanya. Tidak
cukup hanya berbicara, kepercayaan mereka adalah tongak penting dalam
kepimpinan. Dengan menjadi seorang pemimpin, maka kita akan mudah dipercayai
dalam melakukan sesuatu.
4. Menjadi sosok yang suka menolong dan peka
Membantu setiap anggota adalah kewajiban seorang pemimpin. Dengan menjadi
seorang pemimpin maka akan menjadikan kita sosok yang suka menolong dan peka
terhadap setiap hal yang terjadi di sekitar kita.
5. Ahli dalam menentukan strategi
Menjadi seorang pemimpin diharuskan bisa membuat strategi dan visi untuk
menentukan langkah selanjutnya. Jika sudah terbiasa membuat strategi dan visi, pasti
tidak akan sulit lagi dalam menentukan tujuan hidup yang kita inginkan.
6. Paham arti kegagalan dan keberhasilan
Dalam memimpin sebuah tim pasti kita akan merasakan kadang kala, rencana yang
dibuat tidak berhasil ataupun yang diharapkan tidak terjadi. Ini semua mengajarkan
tentang arti kegagalan dan keberhasilan dalam hidup yang sebenarnya

B. SEJARAH PASKIBRA
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibu kota Indonesia
dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang
ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein
Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung
Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa
sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh
penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang
bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya
bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari
berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta, salah satunya Siti Dewi
Sutan Assin. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun
1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi
menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17
Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai
tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan
mahasiswa yang ada di Jakarta.

Pada tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil Presiden Soeharto untuk


menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari
pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi
pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

Pasukan 17 / pengiring (pemandu),


Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
Pasukan 45 / pengawal
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17
Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar
hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota
Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana
semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI
(Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan
anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak
mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang
mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para
pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan
sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara
penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi
oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera
duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera
Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17
Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas
mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun
1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah
air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap
provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu
nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari
PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti
bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka
disebut Paskibraka. Paskibra sekolah didirikan pertama kali di Jakarta utara pada
tahun 1984 oleh Supratfo. Namun pada tahun 1983 Jakarta Timur sudah mendahului
Jakarta Utara. Paskibra sekolah di kabupaten Bone dibentuk pada tanggal 8 November
2009.

C. SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH


Warna merah dan putih pada bendera, sebenarnya telah digunakan sejak zaman
kerajaan. Kerajaan Pertama ialah Majapahit yang berpusat di Jawa Timur yang
menjadikan bendera merah putih sebagai lambang kebesarannya pada abad ke-13.
Tidak hanya Majapahit, Kerajaan Kediri juga menggunakan warna merah putih
sebagai panji kerajaan. Bahkan bendera pada perang Sisingamangaraja IX dari Tanah
Batak juga menggunakan warna merah dan putih. Dua pedang kembar melambangkan
piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di
Aceh, pejuang – pejuang Aceh menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul
dengan warna merah dan putih, di bagian belakangnya diaplikasikan gambar pedang,
bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman
kerajaan Bugis Bone, Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih,
digunakan sebagai simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone (Bendera Bone
dikenal dengan nama Woromporang). Selanjutnya Pada perang Jawa (1825-1830 M)
Pangeran Diponegoro menggunakan panji-panji berwarna merah putih dalam
perjuangannya melawan Belanda. Kemudian pada tahun 1928, di pulau jawa Bendera
merah putih digunakan sebagai bentuk protes dan semangat dari pelajar dan kaum
nasionalis untuk lepas dari penjajahan Belanda. Usai perang dunia II dan Indonesia
merdeka, bendera merah putih mulai digunakan sebagai bendera nasional. Bendera
Sang Saka Merah putih pertama kali dikibarkan di Indonesia pada 17 Agustus 1945
saat proklamasi kemerdekaan bangsa. Setelah sebelumnya Bendera Belanda berkibar
sejak 20 Maret 1602 – 8 Maret 1942 (340 tahun) dan Bendera Jepang berkibar sejak 8
Maret 1942 – 17 Agustus 1945 (3 tahun 5 bulan) di Indonesia. Usai kemerdekaan
bendera merah putih selalu dikibarkan setiap upacara bendera.

Anda mungkin juga menyukai