Bunyi teori ksatria menyatakan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di
Indonesia dibawa oleh golongan ksatria yang kalah dalam perang di India. Para ksatria-ksatria
tersebut kemudian lari ke Indonesia sebagai tempat persinggahan.
Dari pengertian teori ksatria tersebut, dijelaskan bahwa asal usul Hindu Budha berasal dari
golongan ksatria. Berdasarkan kasta dalam agama Hindu, golongan ksatria menempati posisi
kasta kedua dibawah golongan brahmana atau para pendeta.
Lalu siapa saja yang termasuk golongan ksatria? Jika kita pahami dari namanya, golongan ini
mungkin hanya terdiri dari para tentara. Namun sebenarnya tidak hanya tentara saja,
melainkan terdiri dari para raja dan bangsawan. Itulah ketiga golongan yang termasuk dalam
kasta ksatria.
Jadi dapat kita analisis bahwa golongan kstaria yang dimaksud dalam teori ksatria bukan hanya
para tentara, melainkan raja dan bangsawan juga ikut terlibat dalam proses masuknya agama
dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia.
Kesatria pada saat itu juga memiliki semangat untuk meluaskan wilayahnya,lalu adajuga yang
berpendapat adanya konflik di indo dan india
Teori Ksatria Teori Ksatria menyatakan bahwa masuknya agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa orang-orang India dari kasta Ksatria. Teori yang
dikemukakan Prof. Dr. J.L. Moens ini berargumen bahwa sekitar abad 4-6 M kerap
terjadi peperangan sehingga kasta Ksatria, yang terdiri dari kaum bangsawan dan
prajurit mengalami kekalahan.
Dikutip dari modul Sejarah Indonesia: Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia oleh Kemendikbud (2020:5), R.C. Majundar
berpendapat bahwa munculnya kerajaan Hindu di Indonesia disebabkan oleh peranan kaum
ksatria atau prajurit India. R.C. Majundar menduga bahwa para prajurit India adalah yang
melatarbelakangi pendirian koloni-koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara. Dalam
sebuah cerita klasik jawa juga dikisahkan bahwa terdapat seorang ksatria dari seberang yang
datang ke tanah Jawa. Ksatria ini merebut kedudukan tinggi di kerajaan yang telah berdiri
sebelum kedatangnya, dengan cara menikahi seorang putri keturunan raja. Seorang ilmuwan
bernama C.C. Berg juga mendukung adanya teori ksatria. Dikutip dari modul Silang Budaya
Lokal dan Hindu Budha oleh Nur Khosiah (2018:4), Berg melalui analisisnya terhadap Panji Jawa,
beranggapan bahwa para ksatria yang berasal dari India itu memiliki pengaruh yang besar.
Mereka mendapatkannya dengan cara merebut kekuasaan, maupun cara yang lebih halus
dalam terbentuknya aneka dinasti di pulau Jawa. Selain itu, terdapat faktor lain yang
menyebabkan para ksatria dari India berlayar ke Nusantara. Di antaranya adalah kekalahan
dalam perang, hingga memaksa mereka untuk pergi ke wilayah lain.
Terlebih pada masa terkait, wilayah India juga kerap mengalami persoalan politik. Para prajurit
yang kalah lantas mencari tempat-tempat pelarian, dan salah satunya menuju Nusantara.
Beberapa tokoh yang mendukung teori ksatria dalam proses penyebaran ajaran Hindu Budha
adalah C.C. Berg, Mookerji, Moens dan R.C. Majundar.
Tidak membuat prasasti karena memang pantangan yang tidak boleh menyebarkan
Kelebihan
Terdapat beberapa kelebihan teori ksatria yang dapat menguatkan pendapat mengenai
proses masuknya Hindu Budha di Indonesia. Pertama, golongan kstaria memiliki
semangat berpetualang untuk menaklukkan daerah lain.
Kedua, berdasarkan pendapat dari CC Berg, yakni para ksatria turut terlibat konflik di
Indonesia. Mereka mendukung salah salah satu pihak, dan apabila berhasil
memenangkan peperangan maka akan menerima hadiah. Contohnya seperti dinikahkan
dengan seorang putri kerajaan dan sebagainya.
Ketiga, L. Moens berpendapat bahwa para ksatria melarikan diri dari peperangan yang
berlangsung di India. Mereka kemudian mendirikan kerajaan baru di Indonesia pada
abad ke 5.
Kitab weda dapat di miliki kasta kesatria yang memiliki darah bangsawan
Kelemahan
Golongan ksatria tidak menguasai bahas Sansekerta dan huruf Pallawa, sementara
beberapa peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu Budha memuat isi menggunakan bahasa
dan huruf tersebut.
Tidak terdapat bukti tertulis bahwasanya telah terjadi tindakan kolonialisme yang
dilakukan oleh para ksatria dari India.
Tidak ditemukan bukti peninggalan prasasti yang menggambarkan penaklukan kerajaan
di Indonesia oleh kerajaan-kerajaan yang berasal dari India.
Teori ini disanggah karena raja di Indonesia akan sangat sulit mempelajari kitab Weda.
Ada aturan bahwa kaum Brahmana tidak diperbolehkan menyeberangi lautan, apalagi
meninggalkan tanah kelahirannya.
Sanksi bagi brahmana yang menyeberangi lautan dan meninggalkan tanah kelahiran
ialah dikeluarkan dari kasta tersebut.