Anda di halaman 1dari 8

IDENTITAS BUKU

A. BUKU UTAMA

Penulis :Tarmizi
Tahun Terbit :2016
Judul Buku :Fisika Moderen
Kota Terbit :Banda Aceh
Penerbit: :Syiah Kuala University Press
Edisi :2

BAB 2

PEMBAHASAN

A. TEORI RELATIVITAS
1.1 Kecepatan Relativistik
Baik medan listrik maupun medan magnetik tidak memerlukan medium untuk
perantaraanya, sehingga gelombang cahaya dapat merambat melalui ruang
hampa udara. Berdasarkan teori gelombang elektromagnetik,Maxwell telah
menghitung besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik sebesar
m m
c=2,99792 x 10 8 =3 x 108 .
s s
Walaupun hukum Newton telah dapat menjelaskan peristiwa yang
berhubungan dengan benda-benda yang bergerak dengan kecepatan rendah,
tetapi hukum ini gagal menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berhubungan
dengan benda-benda yang bergerak dengan kecepatan yang mendekati cepat
rambat gelombang cahaya. Kecepatan yang mendekati cepat rambat
gelombang cahaya disebut kecepatan relativistik.
Pada tahuun 1905 Einstein mengemukakan teori relativitas khusus untuk
menjelaskan batas kecepatan suatu partikel. Disebut teori relativitas khusus
karena hanya berlaku bagi kerangka acuan inersial. Kemudian pada tahun
1906 Einstein mengusulkan teori relativita umum yang digunakan bagi semua
kerangka acuan, baik inersial maupun noninersial. Dalam teori ini, Einstein
mengemukakan dua postulat dasar sebagai berikut:
1) Semua hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka
acuan inersial.
8m
2) Kelajuan cahaya dalam vakum memiliki nilai sama, yaitu c=3 x 10
s
dalam semua kerangka acuan inersial.
1.2 Postulat Relativitas Khusus
a. Semua gerak relatif
Sebuah benda disebut bergerak apabila posisinya telah berubah relatif
terhadap benda lain. Penumpang pesawat terbang berjalan dalam
pesawat relatif terhadap pesawat tersebut. Pesawat terbang tersebut
bergerak relatif terhadap bumi. Bumi bergerak relatif terhadap
matahari. Matahari bergerak relatif terhadap galaksi bintang.
b. Kejadian, pengamat dan kerangka acuan
Kejadian adalah suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu ruang dan
pada waktu sesaat tertentu. Pengamat adalah orang yang mengamati,
melakukan pengukuran koordinat dan waktu terhadap suatu kejadian.
Kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat untuk menyatakan
posisi kejadian.
c. Relativitas Newton
Teori relativitas berhubungan dengan kejadian-kejadian yang diamati
dari kerangka acuan inersial, yaitu kerangka acuan dimana hukum I
Newton (hukum inersia) berlaku. Jadi kerangka acuan inersial adalah
suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak
terhadap kerangka acuan lainnya dengan kecepatan konstan pada suatu
garis lurus. Galileo dan Newton mengemukakan tentang prinsip
relativitas Newton, bahwa hukum-hukum mekanika berlaku sama pada
semua kerangka acuan inersial.

1.3 Transformasi Galileo


Transformasi Galileo dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:
 Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu
 Transformasi Galileo untuk kecepatan dan percepatan

1.3.1 Transformasi Galileo untuk Koordinat dan Waktu


Misalkan dua buah kerangka inersial yakni S dan S’. Kerangka acuan S
berhubungan dengan pengamat yang diam relatif terhadap bumi dan
memiliki sistem koordinat X1Y1Z1 dengan titik asal O1 , bergerak
dengan kecepatan konstan v ke arah sepanjang sumbu X(+) relatif
terhadap kerangka acuan S. Mula-mula ( saat t=t1=0) titik asal kedua
acuan berimpit. Dalam transformasi Galileo yang akan diturunkan ini,
selang waktu yang dicatat oleh pengamat di S dianggap sama dengan
yang dicatat oleh pengamat di S1.
Setelah selang waktu t, maka titik asal koordinat S 1 (titik O1) telah
bergerak sejauh vt dari titik asal koordinat S. Oleh karena itu,
Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu ditulis dalam bentuk:
1
x =x−vt
y 1= y
1
z =z
t 1=t
(1-1)
Sedangkan Transformasi Galileo kebalikannya untuk koordinat x dan
waktu t adalah:
x=x 1 +vt
1
y= y
1
z=z
1
t=t
(1-2)
1.3.2 Transformasi Galileo Untuk Kecepatan dan Percepatan
Untuk memperoleh bentuk transformasi Galileo untuk kecepatan,
adalah dengan cara mendiferensialkan persamaan (1-1) terhadap waktu
t yakni:
x 1=x−vt
d x 1 dx d
= − (v t)
dt dt dt
1
v x =v x −v
1
v y =v y
1
v z=v z
(1-3)
Dimana
v = kecepatan benda I diukur oleh pengamat di kerangka acuan S
1
v y =Kecepatan benda II diukur pengamat di kerangka acuan S1
vx =Kecepatan benda II diukur pengamat di kerangka acuan S

Untuk memperoleh bentuk transformasi Galileo kebalikan untuk


kecepatan, adalah dengan mendiderensialkan persamaan (1-3) berikut:
v x =v 1x + v
1
v y =v y
1
v z=v z

(1-4)

Sedangkan bentuk Transformasi Galileo untuk percepatan adalah


dengan cara mendiferensialkan persamaan (1-3) terhadap waktu
sehingga didapatkan:
v1 x =v x −v
d v 1x d v x dv
= −
dt dt dt
1
a x =a x −0
a 1x =a x
Oleh karena itu, bentuk Transformasi Galileo untuk percepatan dapat
ditulis dalam bentuk persamaan di bawah ini
1
a x =a x
1
a y =a y
1
u y =u y

(1-5)
Dari persamaan (1-5) dapatlah disimpulkan bahwa F 1=m a1 sama
dengan F= m a, sebab ternyata a 1=a. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum-hukum mekanika berlaku sama, baik pada kerangka acuan S1
ataupun pada kerangka acuan S. Ini adalah sesuai dengan prinsip
relativitas Newton.

1.4 Medium Gelombang Cahaya


Gelombang cahaya merambat karena perambatan gelombang elektromagnetik.
Dengan demikian, cahaya dapat merambat dalam vakum, buktinya adalah
cahaya matahari untuk sampai ke bumi menembus ruang hampa.
1.4.1 Percobaan Michelson-Morley
Pada tahun 1887, Albert A Michelson dan Edward Morley menemukan alat
yang bernama Interferometer Michelson Morley yang digunakan untuk
mengukur kelajuan ether, medium perambatan cahaya sehingga cahaya
matahari dapat sampai ke bumi. Apabila panjang gelombang lintasan berubah
sebesar setengah panjang gelombang relatif terhadap lintasan, maka semua
daerah terang akan berubah menjadi gelap dan yang gelap menjadi terang.
Keadaan ini menggambarkan perubahan fase sebesar 1800. Fringe atau Frinji
adalah pita terang dan gelap yang dihasilkan oleh peristiwa Interferensi.
Dari hasil percobaan Michelson-Morley dapat disimpulkan bahwa:
a) Ether tidak ada
b) Kecepatan cahaya dalam vakum adalah besaran mutlak yaitu sama
untuk semua kerangka acuan inersial.

1.4.2 Postulat Einstein

Dengan tidak ditemukannya kerangka acuan universal maka Einstein pada tahun 1905
mengumumkan teori relativitasnya mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut
gerakan pada kerangka acuan inersial (teori relativitas khusus). Adapun postulat
Einstein antara lain:

1) Hukum-hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan
inersial.
Postulat ini menyatakan bahwa tidak satupun percobaan yang dapat digunakan
untuk mengukur kecepatan terhadap suatu kerangka acuan mutlak. Yang dapat
dilakukan hanyalah mengukur kecepatan relatif suatu kerangka acuan terhadap
kerangka acuan lainnya. Dalam percobaan Michelson Morley telah diperoleh
tidak terdapat beda waktu antara cahaya yang merambat horizontal dan
vertikal.
8 m
2) Cepat rambat cahaya dalam ruang hampa adalah 3 x 10 yang tidak
s
bergantung dari kelajuan sumber cahaya maupun pengamatnya.
Karena pada kenyataannya hampir semua kelajuan benda di alam ini adalah
jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kelajuan cahaya tidak terpengaruh
terhadap gerak sumber maupun gerak pengamatnya.
Hukum penjumlahan tidak berlaku untuk cahaya. Kelajuan cahaya dalam
ruang vakum merupakan besaran mutlak. Besarnya cepat rambat cahaya dalam
8 m
ruang vakum adalah tetap 3 x 10 walaupun diukur dalam semua kerangka
s
acuan bergerak.

1.5 Transformasi Lorentz


Transformasi Lorentz adalah suatu transformasi baru yang senantiasa dapat
berlaku pada kerangka acuan diam dan kerangka acuan bergerak dengan
kelajuan mendekati laju cahaya c dalam vakum.
1.5.1 Transformasi Lorentz Untuk Koordinat
Kekeliruan transformasi Galileo adalah karena menganggap selang
waktu pada kerangka acuan S1 sama dengan selang waktu pada
kerangka acuan S, yaitu (t=t1). Untuk memasukkan konsep relativitas
Einstein, maka selang waktu ini tidaklah sama. Jika dianggap
transformasi ini adalah linier maka hubungan transformasinya Lorentz
akan mengandung suatu faktor pembanding k yang disebut tetapan
transformasi.
Dengan demikian, transformasi Lorentz menjadi
1
x =k ( x−vt )
1
y= y
1
z=z
(1-11)
Sedangkan transformasi Lorentz kebalikannya adalah
x=k (x 1+ v t 1)
1
y= y
1
z=z
(1-12)
Berdasarkan persamaan (1-12)
1 1
x=k (x + v t )
ct=k (ct 1 +v t 1 )
ct=k (c + v) t 1
1 ct
t = … … …( A)
k (c + v)
Kemudian berdasarkan persamaan (1-11)
1
x =k ( x−v t)
1
c t =k (ct −v t )
c t 1=k (c−v )t
k ( c−v ) t
t 1= … … …( B)
c
Dengan menyamakan persamaan (A) dan (B) diperoleh
ct k ( c−v ) t
=
k (c + v) c
Dengan demikian, transformasinya adalah
1
k=


2
v
1− 2
c
(1-13)
1 x−vt
x=


2
v
1− 2
c
(1-14)

Sedangkan transformasi Lorentz kebalikan adalah

x 1+ v t 1
x=


2
v
1−
c2
(1-15)

1.6 Relativitas Panjang (Konstraksi Lorentz)


Seorang pengamat dalam kerangka acuan diam S mengukur panjang pesawat
antariksa yang sedang diam relatif terhadap dirinya adalah sebesar L0=x 2−x 1.
Kemudian pesawat tersebut bergerak dengan kelajuan v dengan arah sejajar
dengan arah memanjang pesawat relatif terhadap pengamat di kerangka diam
S, maka panjang pesawat tersebut menurut pengamat dalam kerangka acuan
diam S adalah L=x 12−x 11.
Adapun rumus penyusutan panjang (panjang relativistik) yakni:

Dimana
L=L0
√ v2
1− 2
c

L = Panjang relativistik yakni panjang suatu benda pada saat benda


tersebut bergerak dengan kelajuan v relatif terhadap pengamat dalam
kerangja acuan diam S.
L0 = Panjang suatu benda pada saat benda tersebut diam relatif terhadap
pengamat.
1.7 Relativitas Waktu (Dilatasi Waktu)
Dua orang pengamat A dan B mula-mula berada dalam kerangka acuan S di
bumi. Kemudian B berangkat dengan pesawat yang bergerak dengan
kecepatan v relatif terhadap pengamat A dalam kerangka acuan S. Pengamat B
1 1
tersebut mengukur beda waktu selama di perjalanan adalah ∆ t 0=t 2−t 1. Beda
waktu selama di perjalanan menurut pengamat B akan diukur oleh pengamat
A di bumi adalah ∆ t=t 2−t 1. Adapun persamaan untuk mengukur pemuluran
waktu (waktu relativistik) yakni:
∆ t0
∆ t=


2
v
1− 2
c

1.7.1 Bukti Pemuluran Waktu


Suatu percobaan yang telah dilakukan oleh B.Rossi dan D.B.Hall pada
tahun 1941 dan diulang dalam bentuk yang lebih sederhana oleh D.H
Frisch dan J.H Smith pada tahun 1963. Sebuah partikel elementer
muon akan meluruh menjadi partikel-partikel lainnya. Jika N0
menyatakan jumlah muon pada keadaan awal (t=0), setelah muon
meluruh dala waktu t maka jumlah muon yang tersisa adalah
N=N 0 e−t / τ
1.8 Relativitas Massa
Misalkan tumbukan elastis antara dua partikel A dan B yang diamati oelh
pengamat dalam kerangka acuan S dan S1. Kerangka acuan S1 bergerak ke
arah + x dengan kecepatan v relatif terhadap kerangka acuan S. Adapun
persamaan yang digunakan dalam relativitas massa ini adalah :
m0

2
v
= 1− 2
m c
m0
m=


2
v
1− 2
c
1.9 Relativitas Energi
Apabila suatu gaya F yang sangat besar bekerja pada sebuah benda, maka
percepatan benda tersebut juga akan sangat besar. Oleh karena hubungan
v=v 0 + at , maka ada kemungkinan kecepatan benda akan melebihi nilai
8
c=3 x 10 m/s sehingga kasus ini bertentangan dengan postulat kedua
Einstein. Hal ini menunjukkan bahwa Hukum II Newton ternyata tidak
berlaku untuk benda-benda yang bergerak dengan kelajuan mendekati cepat
rambat cahaya. Adapun persamaan yang digunakan dalam kasus ini adalah:
E=E0 + K
2
E0 =m 0 c

2 m0 c 2
E=mc =

√ v2
1− 2
c
1.10 Relativitas Momentum
Menurut hukum mekanika Newton bahwa jika sebuah benda yang massa
diamnya adalah m0, dan bergerak dengan kelajuan v, maka benda tersebut
mempunyai momentum p=m0 v. Untuk benda yang bergerak dengan
kecepatan relativistik, massanya akan menjadi massa relativistik m. Oleh
karena itu momentum relativistik benda tersebut adalah
m0 v
p=mv=


2
v
1−
c2
m0 v m0 c 2 v
p= =

√ √
2 2
v 2 v
1− 2 c 1−
c c2
E0 v
p=
c
2

√ 1−
v2
c2

Anda mungkin juga menyukai