Anda di halaman 1dari 8

TAZKIYA (Jurnal of Psychology)

DOI: http://dx.doi.org/10.15408/tazkiya.vxix.xxxx
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya

Pengaruh Work-Family Conflict, Hardiness, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja pada
Wanita
Rizky Eka Wulandari, Miftahuddin
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rizkyeka.wulandari17@mhs.uinjkt.ac.id
089627611754

Abstract
Currently, the phenomenon of job stress in women is quite important to discuss. Where the job stress felt by
women has an impact on the company or the woman herself. This study was conducted to examine the effect
of work-family conflict (time based conflict, strain based conflict, behavior based conflict), hardiness
(commitment, control, challenge), and demographic factors (age, tenure) on job stress in women. The sample
is 200 female employees in a manufacturing company engaged in stationery (stationery) using a non-
probability sampling technique, namely purposive sampling. The results of data analysis showed that there
was a significant effect of work-family conflict, hardiness, and demographic factors on job stress in women
by 73.9% with a significance value of 0.000 (p<0.05). The author hopes that the relevant agencies pay more
attention to the phenomenon of job stress that exists in employees. The author also hopes that this research
can be studied and developed in future research.
Keywords: job stress, work-family conflict, hardiness, demographic factors
Abstrak
Saat ini, fenomena stres kerja pada wanita cukup penting untuk dibahas. Dimana stres kerja yang dirasakan
oleh wanita memiliki dampak terhadap perusahaan atau wanita itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk
menguji pengaruh work-family conflict (time based conflict, strain based conflict, behaviour based conflict),
hardiness (komitmen, kontrol, tantangan), dan faktor demografi ( usia, masa kerja) terhadap stres kerja pada
wanita. Sampel berjumlah 200 karyawan wanita pada perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang
ATK (alat tulis kantor) dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu purposive sampling.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel work-family conflict,
hardiness,dan faktor demografi terhadap stres kerja pada wanita sebesar 73,9% dengan nilai signifikansi
sebesar 0.000 (p<0.05). Penulis berharap agar instansi terkait memberikan perhatian lebih terhadap fenomena
stres kerja yang ada pada karyawan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dikaji dan dikembangkan pada
penelitian selanjutnya.

Keywords: Stres kerja, work-family conflict, hardiness, faktor demografi

TAZKIYA (Journal of Psyhology), p-ISSN: 2656-0011, e-ISSN: 2654-7244


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman, peran wanita dalam dunia pembangunan semakin luas
dan semakin maju. Dimana dalam hal tersebut maka peluang wanita untuk mengembangkan
potensinya kini sudah semakin terbuka. Jika pada zaman dahulu wanita kerapkali dihadapkan
dengan pekerjaan domestic, namun berbeda dengan era modernisasi saat ini. Hal tersebut didukung
dengan adanya sejumlah fenomena bahwa dunia pekerjaan tidak hanya berasal dari laki-laki tetapi
juga kalangan wanita. Tak mengeherankan jika partisipasi wanita didunia kerja semakin meningkat
setiap tahunnya. Selanjutnya, survei lain dari data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa
adanya kenaikan jumlah persentase tenaga kerja pada tahun 2018 sampai dengan 2019. Dimana
pada tahun 2019 menunjukkan jika kenaikan jumlah persentase pada tenaga kerja wanita yaitu
sebanyak 55,50% (Olivia, 2020).
Kenaikan angkatan kerja pada wanita tersebut bukan tanpa alasan. Melainkan terdapat
beberapa faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, seperti faktor ekonomi keluarga yang tidak
mampu untuk dipenuhi, adanya faktor sosial seperti keinginan untuk diterima dilingkungan dan
memperoleh komunitas sosial, dan keinginan mencapai aktualisasi diri (Oktosatrio, 2018).
Kemajuan tersebut tidak terlepas dari masalah, bahkan seringkali menimbulkan kerugian bagi
wanita itu sendiri. Seringkali adanya tekanan emosional yang mengakibatkan munculnya stres
kerja.
Laporan oleh National Institue of Occupational Health and Safety (NIOSH) menunjukkan
terdapat dua penelitian terkait stres kerja, survei pertama oleh Familier and Work Institue
menunjukkan sebanyak 26% yaitu pekerja sering mengalami stres di lingkungan kerjanya,
kemudian hasil survei kedua oleh Yale University menunjukkan sebanyak 20% yaitu pekerja
mengalami stres kerja (Setiawan, 2019). Selanjutnya data oleh Biro Statistic Ketenagakerjaan
menunjukkan bahwa jumlah hari yang digunakan para pekerja untuk absen dengan alasan
mengalami stres kerja mencapai 20 hari. Departemen dalam negeri pun memperkirakan sekitar 40%
dari kasus keluar masuknya tenaga kerja disebabkan oleh stres, perkiraan ini berdasarkan data
kunjungan dokter sebanyak 60-90% yang disebabkan oleh masalah-masalah terkait stres (Gotzel &
Perkins, dalam Michelia, 2014).
Seringkali wanita yang bekerja dihadapkan dengan peran lainnya yaitu sebagai istri
dirumah. Yang dimana pada hal tersebut menimbulkan sebuah permasalahan yaitu work-family
conflict. Work- family conflict telah dianggap menjadi sumber potensial terjadinya stres kerja pada
wanita ( Frone, 2000). Work-family conflict tersebut muncul ketika peran dalam keluarga dan
pekerjaan dianggap sebagai hal yang penting untuk dipenuhi (Kismono, Rosari, Suprihanto, 2013).
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan situasi yang seringkali muncul bahwa wanita dapat bekerja
tanpa melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu dan istri dirumah. Terutama pada saat munculnya
pandemic Covid-19 yang membuat peran ibu rumah tangga dan sebagai pekerja semakin kompleks.
Apabila seorang ibu rumah tangga berada dalam kondisi yang demikian, maka muncul harapan
bahwa mereka mampu untuk menyesuaikan diri mengenai waktu dimana ia harus bekerja secara
professional, mengurus keperluan rumah tangga serta memperhatikan pertumbuhan sang buah hati.

Di lain sisi, wanita yang bekerja pun perlu memiliki usaha untuk meminimalisir stres kerja
pada dirinya. Dimana setiap individu memiliki cara berbeda dalam menangani stres kerjanya, salah
satunya adalah dengan hardiness atau kepribadian tahan banting .Hal tersebut dikarenakan
hardiness dipandang mampu mempengaruhi stres kerja yang sebelumnya telah banyak diteliti
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
2-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

(Sortet & Banks, 1996). Wanita yang bekerja cenderung percaya bahwa dirinya akan bertahan
dalam situasi yang sedang dihadapi termasuk faktor-faktor yang membuatnya memilih untuk
bekerja serta berbagai tekanan yang muncul yang berpengaruh terhadap pekerjaan. Adanya norma
masyarakat yang menganggap bahwa wanita terbiasa menangani banyak hal didalam rumah
maupun diluar rumah sehingga wanita diangggap memiliki hardiness yang tinggi. Adanya
hardiness tersebut ditandai dengan keterlibatatan individu dalam aktivitas sehari-hari, kontrol diri
atas peristiwa eksternal, dan fleksibilitas dalam beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga
(Howard et al., 1986)
Selain faktor diatas terdapat faktor lain yang merupakan faktor demografi yang diprediksi
mempengaruhi stres kerja pada wanita yaitu usia. Dimana pada saat usia muda cenderung memiliki
kematangan emosi yang belum stabil dan juga ditandai dengan usia pernikahan yang relatif sebentar
sehingga dipandang mampu mempengaruhi stres kerja yang dirasakan. Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa pekerja yang umurnya lebih muda dapat mengalami stres dibandingkan
dengan yang umurnya lebih tua (Akbar & Akhter, 2011). Faktor demografi lainnya yang
diperkiraan mempengaruhi stres kerja adalah masa kerja. . Hal tersebut karena berdasarkan asumsi
bahwa masa kerja erat kaitannya dengan pengalaman serta pemahaman individu karena telah
beradaptasi antara tenaga kerja dengan tugasnya. Pekerja yang memiliki masa kerja yang cenderung
sebentar akan lebih mudah terkena stres dibanding dengan masa kerja yang lama.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “ Pengaruh work-
family conflict, hardiness, dan faktor demografi terhadap stres kerja pada wanita”.
Method
Subjek pada penelitian ini adalah 200 karyawan yang bekerja pada PT Standardpen Industries.
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling yaitu tidak memberi peluang
atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dalam
penelitian. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, yang dimana cara
pengambilan sampel dengan memilih subjek sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh peneliti. Adapun gambaran subjek penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel.1
Gambaran subjek penelitian
Deskripsi Jumlah Responden Persentase
Usia
20-40 tahun 167 83.5%
41-60 tahun 33 16.5%
> 60 tahun 0
Masa Kerja
1-20 tahun 162 81%
21-40 tahun 38 19%
Jumlah Anak
0-1 Orang 57 28.5%

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
3-xx
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

2-3 orang 103 51.5%


>3 orang 40 20%
Pengukuran stres kerja mengadaptasi Job Stress Scale (JSS) yang dikembangkan oleh Parker dan
DeCotiis (1983). Skala ini terdiri dari 13 item dengan mengukur dua dimensi yaitu tekanan waktu
(time stress) dan kecemasan (anxiety). Pengukuran work-family conflict menggunakan adalah skala
work-family conflict yang dikembangkan oleh Carlson, D.S., Kacmar, KM., & Williams, L.J (2000)
yang dikonstruk berdasarkan teori serta dimensi yang dikembangkan oleh Greenhaus dan Beutell
(1985) yang terdiri dari 18 item. Pengukuran hardiness menggunakan skala Dispositional
Resilience Scale (DRS-15-R) yang dikembangkan oleh Bartone et al,. (2010) yang terdiri dari 15
item.
Hasil
Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan teknik analisis berganda dengan menggunakan
software SPSS 16. Adapun hasil analisis regresi adalah sebagai berikut:
Tabel. 2
R Square
Model Summary
Model R RSquare Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .862a .739 .728 4.86869

Berdasarkan tabel. 2 dapat dilihat Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa R 2 sebesar
0.739 atau 73.9%. Hal tersebut menandakan bahwa proporsi dari stres kerja yang terdiri dari time
based conflict, strain based conflict, behaviour based conflict, komitmen, kontrol, tantangan, usia
dan masa kerja sebesar 73.9 %, sedangkan sisanya 26.1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian.
Selanjutnya, peneliti melihat hasil uji F untuk melihat pengaruh dari keseluruhan
independent variable terhadap dependent variable. Adapun hasil dari uji F terdapat pada tabel di
bawah ini.
Tabel. 3
Model Summary analisis regresi
Mean
Model Sum of Squares Df F Sig.
Square
Regression 12814.262 8 1601.32 67.574 .000a

Residual 4527.500 191 23.704    


Total 17341.762 199      

a. Predictors: (Constant), MASAKERJA, KONTROL, BEHAVIOUR, TANTANGAN, USIA,


KOMITMEN, TIME, STRAIN
b. Dependent Variable: STRESKERJA

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
4-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui jika signifikansi dari keseluruhan independent
variable terhadap stres kerja. Nilai signifikansi dapat dilihat berdasarkan kolom Sig sebesar 0.000
atau nilai Sig < 0.05 yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ”terdapat pengaruh yang signifikan work-family
conflict, hardiness, dan faktor demografi terhadap stres kerja pada wanita” diterima. Artinya,
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel time based conflict, strain based conflict, behaviour
based conflict, komitmen, kontrol, tantangan, usia dan masa kerja terhadap stres kerja pada wanita.
Kemudian, melihat koefisien regresi dari masing-masing IV yang dilihat berdasarkan nilai
Sig <0,05, yang berarti independent variabel yang telah diuji memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap stres krja. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing independent variabel
terhadap stres kerja terdapat pada tabel berikut.
Tabel 4
Koefisien Regresi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
Std.
B
Error Beta
(Constant) 15.825 5.463   2.897 .004
TIME .617 .062 .580 9.903 .000*
STRAIN .163 .061 .160 2.673 .008*
BEHAVIOUR .091 .061 .084 1.499 .136
1 KOMITMEN -.112 .054 -.103 -2.078 .039*
KONTROL .033 .054 .023 .602 .548
TANTANGAN -.103 .062 -.072 -1.666 .097
USIA .396 1.015 .016 .390 .697
MASAKERJA -.588 .984 -.025 -.598 .551

Berdasarkan tabel 4 diatas, terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu time based
conflict sebesar 0.617 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 (sig <0.05) , strain based conflict
sebesar 0.163 dengan nilai signifikan sebesar 0.008 (sig < 0.05) dan komitmen sebesar -0.112
dengan nilai signifikan sebesar 0.039 ( < 0.05).
Diskusi
Variabel pertama yaitu work-family conflict. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Armstrong et al., (2015) , Septiani (2016), Wahyudi & Hadi (2017), dan Liu et al,. (2017) yang
menyatakan jika work-family conflict berpengaruh terhadap stres kerja. Namun pada penelitian ini
tidak semua dimensi pada work-family conflict berpengaruh terhadap stres kerja pada wanita. Dari 3
dimensi terdapat dua dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap stres kerja yaitu time based
conflict dan strain based conflict.
Berdasarkan hasil penelitian, dimensi time based conflict memiliki pengaruh signifikan
terhadap stres kerja dengan nilai koefisien menunjukkan arah yang positif, dimana semakin tinggi
time based conflict yang dialami oleh wanita maka semakin tinggi stres kerja yang dirasakan.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
5-xx
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Berdasarkan hal tersebut, penulis berasumsi jika sebagian responden memiliki kesulitan dalam
melakukan dua peran sekaligus pada waktu yang bersamaan.
Dimensi strain based conflict pada variabel work-family conflict berpengaruh secara
signifikan tehadap stres kerja pada wanita dengan nilai koefisien menunjukkan arah yang positif,
dimana semakin tinggi strain based conflict yang dialami oleh wanita maka semakin tinggi stres
kerja yang dirasakan. Hasil yang signifikan karena sulitnya membagi peran antara pekerjaan dan
keluarga serta ketegangan yang timbul akibat sulitnya membagi peran dan banyaknya hal-hal atau
peristiwa dalam rumah tangga yang menyebabkan munculnya ketegangan akan mempengaruhi
kualitas seseorang dalam bekerja sehingga mengakibatkan timbulnya stres kerja.
Dimensi behaviour based conflict pada work-family conflict tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap stres kerja pada wanita. Tidak signifikannya dimensi tersebut karena individu
sudah terbiasa dalam menyesuaikan perilaku yang biasa dilakukan di tempat kerja dan perilaku
yang biasa dilakukan dirumah sehingga tidak adanya kesulitan dalam menyeimbangkan perilaku
tersebut.
Variabel kedua yang berpengaruh signifikan terhadap stres kerja pada wanita adalah
hardiness. Dimana dari ketiga dimensi hanya ada satu yang berpengaruh signifikan terhadap stres
kerja yaitu komitmen.
Dimensi pertama yaitu komitmen berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja pada
wanita dengan nilai koefisien menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi komitmen
yang dialami oleh wanita maka semakin rendah stres kerja yang dirasakan. Signifikannya dimensi
ini karena diasumsikan oleh peneliti muncul ketika adanya lembur pada saat bekerja. Sebagian
responden memiliki keterpaksaan untuk lembur karena tidak adanya pilihan lain, terlebih mengingat
jika pendapatan hasil lembur dapat menambah pemasukan untuk ekonomi keluarga.
Dimensi kedua dan ketiga yaitu kontrol dan tantangan yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap stres kerja. Hal tersebut diasumsikan karena wanita sebagai ibu rumah tangga yang dapat
mengontrol kehidupannya belum tentu dapat terhindar dari stres kerja yang dirasakan. Selain itu
meskipun seseorang khususnya wanita memiliki kontrol yang baik kemungkinan masih bisa untuk
merasakan stres kerja yang tinggi dikarenakan faktor lain.
Selanjutnya terdapat dua variabel demografi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
stres kerja pada wanita, yaitu usia dan masa kerja. Tidak signifikannya kedua variabel ini karena
beberapa faktor seperti kemungkinan adanya penempatan kerja yang berpindah-pindah.
kesimpulan
Berdasarkan hasil pada uji koefisien regresi pada masing-masing independent variable
menunjukkan bahwa dari 8 variabel yang diuji (time based conflict, strain based conflict, behaviour
based conflict, komitmen, kontrol, tantangan, usia, dan masa kerja) terdapat tiga independent
variable yang signifikan mempengaruhi adanya stres kerja pada wanita yaitu time based conflict,
strain based conflict, dan komitmen. Dengan demikian, munculnya stres kerja pada wanita
dipengaruhi oleh variabel work-family conflict, hardiness, dan faktor demografi terutama pada time
based conflict, strain based conflict, dan komitmen.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya adalah kurang
mempertimbangkan aspek demografis lainnya, seperti pemberian kategorisasi usia pada anak,

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
6-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

screening mengenai penggunaan jasa penitipan anak atau baby sitter , dan kurangnya faktor
demografi berupa jumlah pendapatan.
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti adanya stres kerja pada subjek lain
seperti perawat, pekerja dibidang textile, atau guru dan lebih menekankan beberapa aspek
demografi lainnya yang diprediksi mempengaruhi munculnya stres kerja pada wanita.

Daftar Pustaka
Akbar, A., & Akhter, W. (2011). Faculty Stress at Higher Education: A Study on the Business
Schools of Pakistan. International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic,
Business and Industrial Engineering. 5(1), 5
Armstrong, G. S., Atkin-Plunk, C. A., & Wells, J. (2015). The Relationship Between Work-Family
Conflict, Correctional Officer Job Stress, and Job Satisfaction. Criminal Justice and
Behaviour, 42 (10), 1066-1082. https://doi.org/10.1177/0093854815582221.
Bartone, P. T., Hystad, S. W., Eid, J. Johnsen, B. H., & Laberg, J. C. (2010). Psychometric
Properties of The Revised Norwegian Dispositional Resilience (Hardiness) Scale:
Psychometric Properties of the Revised DRS-15. Scandinavian Journal of Psychology. 51
(3), 237-245. https://doi.org/10.1111/j.1467-9450.2009.00750.x.
Carlson, D. S., Kacmar, K. M., & Williams, L. J. (2000). Construction and Initial Validation of a
Multidimensional Measure of Work-Family Conflict. Journal of Vocational. Behaviour. 56
(2), 249-276. https://doi.org/10.1006/jvbe.1999.1713.
Frone, M. R. (2000). Work-Family Conflict and Employee Psychiatric Disorders. The National
Comorbidity Survey. Journal of Applied Psychology. 85 (6) ,888-895,
Howard, J. h. Cunningham, D. A., & Rechnitzer, P. A. (1986). Personality (Hardiness) as a
Moderator of Job Stress and Coronary Risk in Type A Individuals: A Longitudinal
Study. Journal of Behaviour Medicine. 9 (93), 229-244.
https://doi.org/10.1007/BF00844771
Kismono, G., Rosari, R., & Suprihanto, J. (2014). Faktor-faktor demografik (Jenis kelamin, usia,
status pernikahan, dukungan domestik) penentu konflik pekerjaan dan keluarga dan intensi
keluar karyawan: Studi pada industri perbankan Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, 17(2), 208–
224. https://doi.org/10.20885/jsb.vol17.iss2.art6
Liu, J., Lambert, E.G., Jiang, S., & Zhang, J. (2017). A Research Note on the Association Between
Work-Family Conflict and Job Stress among Chinesse Prison Staff. Psychology, Crime &
Law. 23 (7), 633-646.https://doi.org/10.1080/1068316X.2017.1296148
Marchelia, V. (2014). Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan. Jurnal Psikologi. 2
(14).
Oktosatrio, S. (2018). Investigating the Relationship between Work-Life-Balance and Motivation
of the Employees: Evidences from the Local Government of Jakarta. International Journal
of Academic Research in Business and Social Sciences. 8 (2), 205-221.
https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v8-i2/3866.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
7-xx
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Olivia, D. R., & Frianto, A. (2020). Peran Social Support dalam Work-Family Conflict terhadap
Stres Kerja: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Ilmu Manajemen. 8 (12).
Parker, D. F., & Decotiis, T. A. (1983). Organizatonal Determinats of Job Stress. Organizational
Behaviour and Human Performance. 32 (2), 160-177. https://doi.org/10.1016/0030-
5073(83)90145-9
Septiyani, K. A,. (2016). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial Terhadap Stres
Kerja pada Wanita. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Setiawan, M. R. (2019). Analisis Faktor Resiko Stres Akibat Kerja pada Pekerja Sektor Formal
dan Sektor Informal di Kota Semarang. Jurnal Medica Arteriana. 1 (10).
Sortet, J. P., & Banks, S. R. (1996). Hardiness, Job Stress, and Health in Nurses: Hospital Topics.
74(2), 28-33. https://doi.org/10.1080/00185868.1996.11736054
Wahyudi, K. Y., & Hadi, C. (2014). Hubungan Antara Work-Family Conflict dengan Stres Kerja
pada Wanita yang Bekerja. Jurnal Psikologi dan Industri. 6 (10).

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
8-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

Anda mungkin juga menyukai