Anda di halaman 1dari 19

Definisi

Adalah suatu kerusakan atau hilangnya jaringan mukosa, submukosa sampai


lapisan otot di saluran cerna yang terpajan cairan lambung (asam dan pepsin). Ulkus Peptik
meliputi ulkus lambung dan ulkus duodenum.Pepsin adalah suatu enzim yang bekerjasama
dengan asam klorida (HCL) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan
terutama protein.Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar
oleh asam dan enzim-enzim pencernaan Terutama pada lambung dan usus dua belas jari.
Nama dari ulkus menunjukan lokasi anatomi atau lingkungan dimana ulkus terbentuk. Tukak
lambung merupakan salah satu penyakit yang mengganggu sistem gastrointestinal. Tukak
lambung disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan antara mekanisme pertahanan dan
perbaikan mukosa lambung dengan asam lambung dan pepsin.
Asam lambung disekresi oleh sel parietal lambung. Pepsinogen disekresi oleh sel
shief pada fundus lambung.Pertahanan mukosa lambung dimaksudkan untuk melindungi
lambung dari bahan dari dalam maupun bahan dari luar tubuh yang berbahaya. Perbaikan
mukosa lambung terjadi saat timbul luka pada lambung akibat penggantian sel epitel.
Gangguan pertahanan dan perbaikan mukosa lambung terutama disebabkan oleh infeksi
Hellicobacter pylori (HP) dan penggunaan NSAIDs. HP merupakan bakteri gram negatif,
berbentuk spiral, sensitif terhadap pH, dan merupakan mikroaerofilik yang terletak antara
lapisan mukus dan permukaan sel epitel lambung. HP berpengaruh pada kerusakan langsung
mukosa dan perubahan imunitas host.

1
II.3 Patofisiologi
H.pylori menimbulkan kerusakan mukosa lambung dan duodenum melalui
pembentukan ammonia, produk ammonium lain (mono-N-kloramin), faktor kemotaktik,
pelepasan platelet activating factor, leukotrien, dan eukosanoid lain yang berasal dari asam
arakidonat, dan sitotoksin seperti protease, lipase fosfolipase A2, fosfolipase C dan
vacuolating cytotoksin (Vac). Endotoksin yang dibentuk oleh H.pylori dapat merusak endotel
dan menimbulkan mikrotrombosis mukosa. Lekosit tertarik pada daerah yang rusak sehingga
dilepaskan cytokines tambahan yang dapat menimbulkan radikal superoksid yang merusak.
Derajat infeksi H.pylori dan beratnya kerusakan mukosa berkoleasi langsung dengan luasnya
infiltrasi lekosit. Produk H.pylori meningkatkan inflamasi mukosa melalui peningkatan
adhesi lekosit pada sel-sel endotel. H.pylori dapat merangsang faktor-faktor dalam tubuh
manusia untuk meningkatkan produksi interleukin 8(IL-8) mRNA epitel dan IL-8
imunoreaktif.
Respon antibodi lambung menghasilkan IgA dan IgG. Sekresi IgA dapat melindungi
mukosa tanpa aktivasi komplemen, sedang IgG dapat mengaktivasi komplemen yang
menimbulkan kerusakan epitel immune complex mediated dan penurunan sitoproteksi. Pada
strain H.pylori yang virulen ditemukan lebih banyak adhesi pedestal antara H.pylori dengan
permukaan mukosa lambung. H.pylori dapat meningkatkan gastrin plasma melalui
perangsangan sel G lambung dan menurunkan sekresi somatostatin melalui inhibisi sel G
lambung. Akibatnya sekresi asam lambung lebih tinggi dari normal
II.4 Gejala Ulkus Peptik
Gejala umum yang dirasakan adalah nyeri di ulu hati, disebabkan rangsangan asam
lambung yang menimbulkan erosi dan peradangan kimiawi. Rasa nyeri ini sering dikatakan
sebagai nyeri yang tajam, perih ataupun seperti terbakar. Lama nyeri ini bervariasi dan
tergantung dari beratnya penyakit. Selain itu meningkatnya peristaltik dan spasme otot-otot
dapat menambah rasa nyeri. Tempat rasa nyeri dirasakan di ulu hati dan biasnya dapat
ditunjuk dengan satu jari secara cermat.Tetapi tidak semua penderita ulkus peptik bergejala
nyeri. Adakalanya penderita ulkus peptikum, bahkan yang berat sekalipun tidak mengeluh
nyeri. Gejala yang timbul seperti munth darah yang berwrna coklat (hemamtenensis) ataupun
BAB darah yang menghitam (melena). Warna darah gelap yang pada hemeteensis dan
melena ini tejadi karena darah yang keluar tercampur dengan asam lambung sehingga terjadi
perubahan hemoglobin menjadi hematinyang berwarna coklat kehitaman dan lengket seperti
aspal.Gejala khas dari ulkus duodenum ialah pola hilangnya nyeri setelah makan(pain food
relief), nyeri timbul bila lambung kosong dan menghilang setelah makan atau pemberian
2
antasid. Gejala lain yang khas adalah nyeri di malam hari (night pain) sehingga penderita
terbangun dari tidurrnya biasanya diantara jam 24.00 sampai 03.00.

II.5 Penyebab

Infeksi bakteri H.pylori menyebabkan terjadinya penurunan produksi mukus, H.pylori


membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di lambung dan duodenum, sehingga
menurunkan kemampuan sel memproduksi mukus. Penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroidal seperti aspirin menyebabkan iritasi dinding mukosa. Obat ini menyebabkan
ulkus dengan menghambat perlindungan prostaglandin di dinding usus. Pendarahan lambung
atau usus dapat terjadi akibat NSAID. Pembentukan asam di lambung penting untuk
mengaktifkan enzim pencernaan lambung. Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel
parietal sebagai respon terhadap makanan tertentu, obat, hormon, histamin, dan stimulasi
parasimpatis. Kafein dan alkohol dapat menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan
asam. Aspirin bersifat asam, yang dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan
lambung.

II.6 Patogenesis Ulkus Peptik

Asam lambung terbukti berperan dalam timbulnya ulkus. Pada ulkus duodenu
m sering ditemukan hiperasiditas, namun pada ulkus lambung jumlah asam lambung n
ormal ataubahkan sedikitjumlah asam lambung. Ini disebabkan oleh keseimbangan an
tara faktor agresif dan defensif.
Faktor agresif meliputi:
1. Faktor internal: asam lambung dan enzim pepsin.
2. Faktor eksternal: bahan iritan dari luar, infeksi bakteri H. Pylori.
Faktor defensif, meliputi:
1. Lapisan mukosa yang utuh
2. regenerasi mukosa yang baik
3. lapisan mukus yang melapisi lambung.
4. sekresi bikarbonat oleh sel-sel lambung
5. aliran darah mukosa yang adekuat
6. prostaglandin
Terjadinya suatu peradangan diduga disebabkan oleh:

3
1. meningkatnya faktor agresif
2. menurunnya faktor defensif
3. gabungan kedua faktor diatas yang terjadi bersamaan
1. Faktor agresif
Asam lambung sudah sejak dahulu dikenal sebagai faktor agresif yang utama karena
sifat asamnya. Asam lambung selain bersifat anti bakteri, sifat yang sebenarnya kita
butuhkan untujk mensteerilkan suasan makanan yang kita makan, juga bersifat merusak
(destruktif). Selain itu peranan enzim pepsin juga penting. Sesui dengan fungsinya yakni
mencerna protein, maka mukosa saluan cerna yang mengandung protein juga dicerna. Oleh
karena itu, enzim ini bisa mencerna tidak hanya protein dari makanan yang kita makan, tetapi
juga mulosa saluran cerna itu sendiri, sehingga terjadi kerusakan mukos yang verfungsi
melindumgi sel di bawahnya. Proses ini disebut autodigestion.Faktor lain yang dapat
meningkatkan faktor agresif adalah faktor eksternal misalnya zat korosif atau infeksi kuman
Helicobacter pylori. Zat korosif yang sering masuk adalah makanan yang asam pedas, obat-
obatan tertentu (NSAID, anti inf;amasi non steroid).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi asam lambung:
a. zat-zat kimiawi (gastrin, histamin)
b. sistem neuro-hormonal (nervus vagus)
 Gastrin
Gastrin mrupakan hormon polipeptida yang merupakan salah satu pengatur sekresi sam
lambung.gasterin yang dihasilkan oleh sel G di mukosa lambung dibawa melalui aliran darah
ke sel parietal. Kemudian gastrin merangsang sekresi asam lambung. Produksi dan pelepasan
gastrin dirangsang melalui sistem saraf otonom yakni nervus vagus, jadi sekresi asam
lambung juga dirangsang oleh sistem saraf otonom melalui nervus vagus, yang bersifat
kolinergik..
 Histamin
Histamin banyak terdapat di lapisan mukosa lambung di sel mast. Pasa manusia terdapat
beberpa tipe reseptor histamin yang masing-masing berbeda lokasi dan reaksinya terhadap
histamin, yaitu:
a. Reseptor H-1
Banyak terdapat di pembuluh darah dan otot polos. Perangsangan reseptor ii meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah, dan dilatasi (pelebaran). Efek inisering disertai rasa sakit,

4
panas, dan gatal. Obat-obatan yang meghambat reseptor H-1 dikenal sebagai antihistamin
yang umum, antara lain: chlorfeniramin maleat, difenhidramin, siproheptadin, mebhidrolin na
fadisilat dan lain-lain yang menyebabkan sedasi. Kelompok yang tidak menyebabkan
kantuk misalanya: terfenadin, astemizol, fexofenadin, dan cetrizine dosis rendah.
b. reseptor H-2
Histamin pad reseptor H-2 lambung erangsang produksi asam lambung. Obat yang men
ghambat reepto H-2 ini disebut antagonis H-2 seperti, simetidin, ranitidin, dan famotidin.
Pada ulkus duodenum, faktor agresif lebih berperan dalam proses patogenesisnya.
Penderita ulkus duodenum biasanya mensekresi asam lambung lebih banyak daripada
orang normal.
 Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman isi lambung dipengar
uhi oleh beberapa faktor:
a. jumlah sekresi asam lambung. Makin banyak, makin asam.
b. jumlah makanan yang masuk dan sifatnya. Makanan yang tidak bersifat asam
mengurangi suasana asam di lambung.
c. motilitas lambung. Makin cepat pengosongan, makin kurang asam lambung.

2. Faktor defensif
a. kontinuitas lapisan mukosa/regenerasi mukosa kontinuitas jaringan ini dipengaruhi
berbagai hal yaitu: regenerasi sel mukosa, nutrisi umum, dll. Regenerasi normal sel-sel
mukosa lambung terjdi dalam 1-2 hari. Jika regenerasi sel ini terganggu, pertahanan lambung
juga terganggu.
b. Lapisan Mukus Lambung
Lapisan mukus merupakan suatu faktor yang penting dalam proses melindungi mukosa
karena:
- mukus terdiri atas glikoprotein, merupakan suatu jel yang kental dan lengket
- bekerja sebagai pelumas sehingga dapat melindungi terhadap bahan yang keras dan tajam
yang lewat diatasnya.
- Mencegah difusi balik ion H+, mencegah difusi balik pepsin karena ion H+
dicegah masuk kembali. Aktivasi pepsinogen yang ada di mukosa dicegah, sehingga
pembentukan pepsin dicegah dan tidak terjadi perusakan mukosa.
c. Bikarbonat

5
Sekresi bikarbonat dipengaruhi oleh sel-sel epitel sangat sedikit. Akan tetapi, bikarbonat yang
sedikit tersebut ditahan oleh membran sel epitel dan mukus. Dengan demikian, bikarbonat
tersebut dapat menetralisasi ion H+ yang mungkin masuk menembus mukus.
d. Aliran Darah Lambung
Sirkulasi darah dalam mukosa harus mencukupi untuk menjamin nutrisi (O2 dan glukosa).
Aliran darah juga menyingkirkan asam yang terlalu banyak di dalam sel.
e. Prostaglandin
Zat ini banyak terdapat di mukosa lambung. Prostaglandin, terutama prostaglandin E,
mempunyai beberapa peranan dalam menjaga faktor defensif, yaitu merangsang terbentuknya
mukus, ion bikarbonat, menjaga aliran darah yang cukup, dan regenerasi sel-sel mukosa. Efek
prostaglandin ini juga didapat dengan pemberian analog prostaglandin. Pembentukan
prostaglandin dihambat oleh obat analgesik dan anti-inflamasi.
Pada ulkus lambung, penurunan faktor defensif lebih banyak berperan dalam patogenesis,
berbeda dengan ulkus duodenum, dimana faktor agresif yang berlebihan.

II.8 PENATALAKSANAAN

Sebelum dilakukan terapi penyembuhan tukak lambung maka perlu ditentukan


penatalaksanaan terapi yang meliputi sasaran terapi, tujuan terapi, dan strategi terapi. Dalam
terapi tukak lambung yang menjadi sasaran terapi adalah menetralkan asam lambung,
melindungi pertahanan mukosa, dan membunuh HP (hal ini dilakukan jika tukak lambung
disebabkan oleh infeksi HP). Tujuan terapi tukak lambung adalah menyembuhkan tukak,
mencegah tukak kambuh, menghilangkan nyeri tukak, dan menghindari terjadinya
komplikasi. Strategi terapi untuk tukak lambung meliputi terapi non-farmakologis dan
farmakologis. Terapi non-farmakologis dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan
NSAIDs dan obat-obat lain yang memiliki efek samping tukak lambung, menghindari stress

yang berlebihan, menghindari makanan dan minuman yang dapat memperburuk gejala tukak
lambung dan menjaga sanitas baik diri sendiri maupun lingkungan.
NSAIDs atau obat anti inflamasi non-steroid, menyebabkan kerusakan mukosa
dengan 2 mekanisme, yaitu: mengiritasi langsung pada epitel lambung dan menghambat
pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berguna untuk mempertahankan mukosa
gastrointestinal.

a. Tujuan Terapi

6
1. Eradikasi H. pylori

2. Menghilangkan rasa nyeri

3. Meningkatkan kualitas hidup pasien

4. Mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi penyakit PUD

5. Menyembuhkan PUD

b. Strategi Terapi

1. Terapi Non Farmakologi


 Penghindaran pasien terhadap stress, merokok dan penggunaan NSAID . Apabila
NSAID tidak dapat dihentikan penggunaanya, maka harus dipertimbangkan
pemberian dosis yang lebih rendah atau diganti dengan Acetaminophen atau inhibitor
COX2 yang relative selektif.
 Penggunaan obat-obatan yang tidak menyebabkan peningkatan asam lambung atau
obat-obatan yang bersifat asam seperti aspirin
 Menghindari makanan atau minuman yang memacu asam lambung seperti pedas,
kafein dan alcohol .
 Surgical procedures, diantaranya vagotomy dan pyloroplasty, high selective
vagotomy, dan vagotomy kombinasi dengan antractomy. Vagotomy merupakan

7
komponen terpenting karena target efeknya berupa mengeblok sekresi asam
berlebihan.

Terapi farmakologi untuk tukak lambung:

a.Terapi PUD akibat bakteri Helicobacter pylori


Terapi ditujukan untuk menghilangkan (eradikasi) H.pylori menggunakan antibiotik dan
antasida (rekomendasi A). Penggunaan antasida secara jangka panjang untuk terapi ulkus
yang disebabkan H.pylori tidak dianjurkan (tingkat rekomendasi B). Keberhasilan
penghilangan H.pylori terlihat dengan menurunnya kekambuhan dari 90% menjadi kurang
dari 5% dalam setahun.Maka untuk terapinya diperlukan dosis regimen selama 7 hari atau 10
– 14 hari namun belum ada data yang pasti untuk menyatakan dosis regimen 10 – 14 hari
lebih bermanfaat dibandingkan 7 hari.

b. Terapi PUD yang tidak berkaitan dengan H.Pylori

Penyebab umum pasien yang menderita PUD yang tidak disebabkan oleh H.pylori
akan disarankan untuk mengurangi penggunaan rokok, alkohol, dan NSAID dengan salah
satu obat kombinasi yaitu:

N OBAT ATURAN PAKAI KETERANGAN


O
1
Ranitidin (Zantak dan analog 300 mg/hari Dosis tunggal
lainnya) dosis tunggal digunakan antara
Antasida ----- jam 19.00 – 20.00
Sebagai pengurang
gejala
2
Famotidin (Gastrosydyn, Kyamantel, 40 mg sekali dalam Dosis tunggal
Ulfamid) sehari digunakan antara
Antasida jam 19.00 – 20.00
Sebagai pengurang
gejala

3
Sukralfat (Ventel, Sukrat 4 gram dalam 1 gram 30 menit

8
Gel) sehari sebelum makan dan
2 jam setelah
makan (selama 4
minggu) dilanjutkan
2 gram per hari
selama 8 minggu

Penggunaan PPi dan reseptor histamin blocker beta 2 (HRB) tidak dianjurkan bersamaan
karena berpotensi terjadinya radang dinding lambung akibat penurunan aktivitas PPi
(American International Health Alliance, 2005). Penggunaan NSAID dapat menyebabkan
PUD. Salah satu cara pengobatannya adalah penghentian penggunaan NSAID. Jika tidak ada
tanda-tanda H. pylori, pengobatan bertujuan untuk mengurangi produksi asam agar
memungkinkan untuk menyembuhkan ulkus, menggunakan antagonis reseptor histamin-2
(H2RA) atau PPI (Nathan, Brandt, De Muckedell, 2012), atau sukralfat harus dimulai.
Apabila pasien tidak dapat menghentikan penggunaan NSAID maka diberikan NSAID dalam
dosis efektif terendah dengan durasi terpendek dan pemberian PPI (Green., et al, 2004).
Contoh pemberian omeprasol 20 mg dosis tunggal selama 4 minggu. Uji klinik menunjukkan
bahwa persentase kesembuhan mencapai 75-80 % untuk pengobatan 8 minggu. Jika NSAID
dapat dihentikan diberikan ranitidine 150 mg selama 8 minggu. Untuk mencegah ulkus
peptikum berkembang pada pasien dengan faktor resiko pendarahan lambung diberikan
misoprostole 200 mg 3x sehari. Untuk mencegah kekambuhan ulkus lambung dan duodenum
dan komplikasinya diberikan:

1. Terapi profilaksis “on demand” dengan penetapan pemberian antasida (ranitidine,


femotidin, omeprasol) dalam dosis harian 2-3 kali sehari, dan satu setengah dosis selama dua
minggu dalam kasus timbulnya gejala karakteristik untuk eksaserbasi ulkus. Jika gejala
eksaserbasi hilang terapi dapat dihentikan. Namun jika masih terdapat gejala tersebut maka
dapat dilakukan EFGDS dan prosedur evaluasi lain.

2. Terapi suportif dilakukan terus menerus (selama satu bulan atau bahkan bertahun-tahun).
Dengan setengah dosis antasida. Untuk kasus misalnya 150 mg Famotidin, dan 20 mg
ranitidine (gastrosidin, kvamatel, ulfamide) untuk indikasi:

 Komplikasi ulkus (terkait pendarahan ulkus atau perforasi ulkus).

 Konkuren ulseratif-erosif esophagus.

9
 Pasien dengan berusia 60 tahun namun terapi tetap adekuat

Penggolongan Obat tukak lambung-usus berdasarkan mekanisme kerjanya, yakni :

1. Antasida.

Merupakan zat pengikat asam (anti=lawan, acidus=asam) atau basa-basa lemah yang
digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah
peningkatan pH, mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin (optimal pada pH
2), diatas pH 4 aktivitas pepsin menjadi minimal. Dapat digunakan pada indigesti dan rasa
terbakar, pada reflux oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat jenis antasida dapat
mengurangi rasa Nyeri di lambung dengan cepat. Garam-garam magnesium dan Na-
bikarbonat menaikkan pH isi lambung 6-8, CaCO3 sampai pH 5-6 dan garam-garam
aluminiumhidroksida sampai maksimal pH 4-5. Antasida dengan aluminiumhidroksida dan
magnesiumhidroksida boleh diberikan selama kehamilan.

2. Zat Penghambat Sekresi Asam

Dibagi menjadi 4 golongan menurut mekanisme kerjanya

a. H2-blockers, Obat-obat ini menempati reseptor histamin-H2 secara efektif disekitar


permukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin berkurang. Contoh
golongan obat ini ialah simetidin, ranitidin, famotidin, dan roxatidin) Wanita hamil dan
menyusui tidak boleh menggunakan obat simetidin, ranitidin, dan nizatidin, karena dapat
melintasi plasenta dan mencapai air susu.

b. Penghambat Pompa-proton (PPP), mengurangi sekresi asam (yang normal dan yang
dibuat) dengan jalan menghambat enzim H+/K+ ATPase secara efektif dalam sel-sel parietal.
Contohnya ialah omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol, dan esomeprazol.

c. Antikolinergika, menghambat kegiatan muskarin dan asetilkolin, yang dalam saluran cerna
berfek menekan sekresi getah lambung dan peristaltik. Contoh Obat ini ialah, pirenzepin dan
fentonium.

10
d. Analgon prostaglandin-E1, menhambat secara langsung sel-sel parietal dan juga
melindungi mukosa dengan jalan stimulasi produksi mucus dan bikarbonat (sering
ditambahkan pada terapi NSAIDs).

3. Zat Zat Pelindung Ulcus

Menutup tukak dengan sesuatu lapisan pelindung terhadap serangan asam pepsin. Contohnya
ialah sukralfat, Al-Hidroksida, dan bismut koloidal.

4. Antibiotika

Digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau quadruple therapy untuk membasmi
H.pylori. Contohnya ialah amoksisilin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan tinidazol.

5. Obat Penguat Motilitas

Sering dinamakan prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis
dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan usus duabelasjari dihambat oleh neurotransmitter
dopamin. Efek ini ditiadakan oleh antagonis-antagonis tersebut dengan jalan menduduki
reseptor DA yang banyak terdapat di saluran cerna dan otak. Blokade dari reseptor tersebut di
otak menimbulkan gangguan ekstrapiramidal. Cisaprida dan domperidon tidak dapat
melintasi barrier darah otak, sehingga aktivitasnya terbatas pada saluran cerna.
Penggunaan antiemetika pada gangguan lambung adalah karena pengaruh memperkuat
motilitas lambung yang diperkirakan terganggu. Dengan demikian pengaliran kembali
empedu dan enzim-enzim pencernaan dari duodenum ke aliran lambung tercegah. Tukak
tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat sembuh dengan lebih cepat.

6. Obat Penenang

Penyebab stress emosional merupakan penyebab lain tukak lambung (dan juga bertambah
parah). contoh obatnya ialah meprobamat, oksazepam, atau benzodiazepin.

 PILIHAN OBAT

11
 Antibiotika

Antibiotik digunakan untuk membasmi HP. Dalam pengobatan tukak lambung,


antibiotik yang digunakan biasanya kombinasi 2 antibiotik. Hal ini bertujuan untuk
menghindari resistensi antibiotik.

Contoh kombinasi antibiotik : klaritomisin-amoksisilin, klaritomisin-metronidazol,


metronidazol-amoksisilin, metronidazol-tetrasiklin.

 Amoxicillin

Mekanisme kerja : Amoxicillin mengikat penicillin-binding protein 1A (PBP-1A)


yang terletak di dalam sel bakteri. Penicillin berasilasi dengan domain panicilin-
sensitive transpeptidase C-terminal dengan membuka cincin laktam. Inaktivasi dari
enzim ini mencegah pembentukan cross-link dari dua untaian peptidoglikan yang
linear, menghambat tahap ketiga dan terakhir sintesis dinding sel bakteri. Lisisnya sel
kemudian diperantarai oleh enzim autolitik dinding sel bakteri seperti autolisin; hal
tersebut mungkin bahwa amoxicillin mengganggu dengan menghambat autolisin

 Klarytromycin

Mekanisme kerja : Clarithromycin pertama kali dimetabolisme menjadi 14-OH


clarithromycin, yang aktif dan bekerja secara sinergis dengan senyawa induknya.
Seperti makrolid yang lain, clarithromycin kemudian menembus dinding sel bakteri
dan secara reversible mengikat domain V dari 23S ribosomal RNA dari subunit 50S
dari ribosom bakteri, memblok translokasi sintesis aminoasil transfer-RNA dan
polipeptida. Clarithromycin juga menghambat isoenzim hepatik mikrosomal CYP3A4
dan P-glycoprotein, suatu energi yang bergantung dengan drug efflux pump

 Tetrasiklin

Mekanisme kerja : mengikat secara reversible dengan subunit kecil dari ribosom
bakteri (dan eukariotik) dimana tetrasiklin mengganggu dengan ikatan charged-tRNA
pada sisi aseptor. Bakteri yang dimaksud adalah bakteriostatik daripada bakterisidal.
Tetrasiklin dapat juga menghambat sintesis protein pada host, namun cenderung tidak

12
mencapai konsentrasi yang dibutuhkan karena sel eukariotik tidak memiliki
mekanisme uptake tetrasiklin

 Metronidazol

Mekanisme kerja : Metronidazole tak terion selektif untuk bakteri anaerob karena
kemampuannya untuk mengurangi metronidazole secara intraseluler pada bentuk
aktifnya. Pengurangan metronidazole kemudian secara kovalen mengikat DNA,
mengganggu struktur heliksnya, menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan
menyebabkan sel bakteri mati

 Tinidazol

Mekanisme kerja : Tinidazole merupakan prodrug dan agen antiprotozoal. Kelompok


nitro dari tinidazole berkurang dalam Trichomonas oleh ferredoxin-diperantarai
sistem transport electron. Nitro radikal bebas yang dihasilkan sebagai hasil reduksi
dipercayai bertanggung jawab untuk aktivitas antiprotozoal. Hal tersebut disarankan
bahwa toksisitas radikal bebas berikatan secara kovalen dengan DNA, menyebabkan
kerusakan DNA dan kematian sel. Mekanisme dimana tinidazole menunjukkan
aktivitas melawan terhadap spesies Giardia dan Entamoeba tidak diketahui, meskipun
mungkin mirip

 Antasida

Mekanisme kerja : menetralkan asam lambung dengan cara meningkatkan pH lumen


lambung.Obat ini hanya menetralkan asam lambung tetapi tidak dapat
menyembuhkan tukak.

 Na-bikarbonat, dapat menyebabkan alkalinisasi dan kelebihan Na.


 Ca-karbonat dapat menginduksi hiperkalsemia dan peningkatan sekunder sekresi
gastrik (rebound) terhadap kadar Ca sirkulasi
 Mg-hidroksida dapat menyebabkan diare osmotik
 Al-hidroksida berhubungan dengan konstipasi

13
 Antagonis reseptor H2

Mekanisme kerja : Bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung, mengurangi


sekresi asam dengan cara memblok reseptor histamin dalam sel-sel parietal lambung.

 Simetidin (300mg 4x/hr, 400mg 2x/hr, 800mg sebelumistirahat)


 Ranitidin (150mg 2x/hr atau 300mg sebelum tidur)
 Famotidin (20mg 2x/hr atau 40mg sebelum tidur)
 Nizatidin (150mg 2x/hr atau 300mg sebelum tidur)

 Kelator dan senyawa kompleks

 Trikalium Distratobismutat (Bismut kelat)

Mekanisme kerja : Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa


yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung.Kombinasi
bismuth dengan ranitidin yang dikenal sebagai ranitidin bismuth sitrat jika
dikombinasikan dengan 1 atau 2 antibiotik dapat ampuh membasmi HP.

Efek samping obat ini dapat terakumulasi pada pasien yang memiliki gangguan fungsi
ginjal.

 Sukralfat

 Mekanisme kerja :

Membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin


dan fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari serangan asam,
membentuk barier viskos pada permukaan mukosa di lambung dan duodenum,
serta menghambat aktivitas pepsin dan membentuk ikatan garam dengan
empedu

Dosis : 2 g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari 1 jam
sebelum makan dan sebelum tidur malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada
kasus yang resisten 12 minggu; maksimal 8 g sehari.

14
 Proton Pump Inhibitor

 Mekanisme kerja :

Mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton


yang mentranspor ion H+ K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai pompa
proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton bekerja
memecah KH ATP yang kemudian akan menghasilkan energi yang digunakan
untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen
lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari enzim
ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim.
Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung.

 Omeprazol

Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, tukak duodenum karena


H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, pengurangan asam lambung selama
anestesi umum, refluks gastroesofagus, dyspepsia karena asam labung

 Lanzoprazol

Indikasi : tukak lambung, tukak duodenum atau gastritis karena H.pylori,


penyakit refliks gastroesofagus, dan dyspepsia karena asam

 Rebeprazol
Indikasi : pengobatan jangka pendek dan maintenance GERD, tukak duodenal,
eradikasi H.pylori

 Analog prostaglandin

 Misoprostol

Misoprostol merupakan analog prostaglandin yang mendukung penyembuhan


tukak dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa lambung dan
menurunkan sekresi asam. Misoprostol digunakan pada pasien yang
mengkonsumsi NSAIDs untuk mencegah timbulnya tukak.
15
II.9 MONITORING PENGOBATAN

Penekanan pengobatan ditujukan pada peran luas infeksi H. pylori sebagai penyebab
ulcer peptic. Pengobatan terhadap infeksi H. pylori dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotik yang sesuai. Penderita ulcer harus menghentikan pengobatan dengan NSAID atau
apabila hal ini tidak dapat dilakukan, pemberian agonis prostaglandin yang bekerja lama,
misalnya misoprostol. Terapi yang dapat digunakan menggunakan kombinasi antibiotik yang
dikombinasi dengan proton pump inhibitor (PPi) dan histamine-2 receptor antagonist
(H2RA). Antibiotik berguna untuk eradikasi H. pylori karena penyebab utama tukak peptik
adalah H. pylori. Penggunaan PPi dan H2RA untuk mengurangi sekresi asam lambung yang
berlebihan pada tukak peptik.
Pilihan pertama untuk terapi adalah menggunakan proton pump inhibitor sebagai
dasar terapi 3 obat selama minimal 7 hari, tetapi lebih dianjurkan selama 10 sampai 14 hari.
Terapi menggunakan PPi dan H2RA direkomendasikan pada pasien yang memiliki resiko
tinggi komplikasi tukak, pasien yang gagal dalam eradikasi H. pylori (Dipiro, 2008).
Berkurangnya nyeri epigastrik harus dimonitor dengan seksama yang merupakan bagian
terapi pada pasien dengan infeksi H. pylori atau NSAID induced ulcers. Umumnya nyeri
tukak berkurang dalam beberapa hari ketika NSAID tidak digunakan dan dengan 7 hari
inisiasi terapi anti tukak Penggunaan NSAID jangka panjang memiliki 2% sampai 4% risiko
berkembangnya ulser simtomatik, perdarahan GI atau bahkan perforasi. NSAID dihentikan
sama sekali dan atau diganti dengan inhibitor COX-2 selektif. Meskipun terus menggunakan
NSAID, penyembuhan dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obat pensupresi asam,
biasanya dengan dosis yang lebih tinggi dan durasi yang jauh lebih lama (8 minggu). PPI
mempunyai efek yang lebih baik daripada H2RA dan misoprostol dalam mendorong tukak
aktif, juga mencegah kekambuhan tukak.

16
 1. H2-blockers
Contoh golongan obat ini ialah cimetidin, ranitidin, famotidin, dan roxatidin.
 Simetidin (300mg 4x/hr, 400mg 2x/hr, 800mg sebelumistirahat)
 Ranitidin (150mg 2x/hr atau 300mg sebelum tidur)
 Famotidin (20mg 2x/hr atau 40mg sebelum tidur

Penghambat Pompa-proton (PPP)


 Contohnya ialah omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol, dan esomeprazol.
 Omeprazol
 Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, tukak duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger-Ellison, pengurangan asam lambung selama anestesi umum,
refluks gastroesofagus, dyspepsia karena asam labung
 Lanzoprazol
 Indikasi : tukak lambung, tukak duodenum atau gastritis karena H.pylori, penyakit
refliks gastroesofagus, dan dyspepsia karena asam
 Rebeprazol
 Indikasi : pengobatan jangka pendek dan maintenance GERD, tukak duodenal,
eradikasi H.pylori

Antikolinergika
. Contoh Obat ini ialah pirenzepin dan fentonium.

 Analgon prostaglandin-E1
 menghambat secara langsung sel-sel parietal dan juga melindungi mukosa dengan
jalan stimulasi produksi mucus dan bikarbonat (sering ditambahkan pada terapi
NSAID).
 Misoprostol
 Misoprostol merupakan analog prostaglandin yang mendukung penyembuhan tukak
dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa lambung dan menurunkan
sekresi asam. Misoprostol digunakan pada pasien yang mengkonsumsi NSAIDs untuk
mencegah timbulnya tukak.

17
MENETRALKAN ASAM LAMBUNG
 ANTASIDA, Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk mengurangi gejala yang
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus
dua belas jari, dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan
penuh pada lambung.

Memberi perlindungan terhadap mukosa lambung


 Sukralfat
 Pengobatan ulkus peptikum mulai ditujukan untuk memperkuat mekanisme defensif
mukosa lambung duodenum, yakni dengan obat-obat sitoproteksi

Membunuh mikroorganisme h. pylori


 Antibiotik digunakan untuk membasmi HP. Dalam pengobatan tukak lambung,
antibiotik yang digunakan biasanya kombinasi 2 antibiotik. Hal ini bertujuan untuk
menghindari resistensi antibiotik.
 Contoh kombinasi antibiotik : klaritomisin-amoksisilin, klaritomisin-metronidazol,
metronidazol-amoksisilin,
 Amoxicillin
 Mekanisme kerja : Amoxicillin mengikat penicillin-binding protein 1A (PBP-1A)
yang terletak di dalam sel bakteri. Penicillin berasilasi dengan domain panicilin-
sensitive transpeptidase C-terminal dengan membuka cincin laktam. Inaktivasi dari
enzim ini mencegah pembentukan cross-link dari dua untaian peptidoglikan yang
linear, menghambat tahap ketiga dan terakhir sintesis dinding sel bakteri. Lisisnya sel
kemudian diperantarai oleh enzim autolitik dinding sel bakteri seperti autolisin; hal
tersebut mungkin bahwa amoxicillin mengganggu dengan menghambat autolisin
 Klarytromycin
 Mekanisme kerja : Clarithromycin pertama kali dimetabolisme menjadi 14-OH
clarithromycin, yang aktif dan bekerja secara sinergis dengan senyawa induknya.
Seperti makrolid yang lain, clarithromycin kemudian menembus dinding sel bakteri
dan secara reversible mengikat domain V dari 23S ribosomal RNA dari subunit 50S
dari ribosom bakteri, memblok translokasi sintesis aminoasil transfer-RNA dan

18
polipeptida. Clarithromycin juga menghambat isoenzim hepatik mikrosomal CYP3A4
dan P-glycoprotein, suatu energi yang bergantung dengan drug efflux pump
 Metronidazol  
 Mekanisme kerja : Metronidazole tak terion selektif untuk bakteri anaerob karena
kemampuannya untuk mengurangi metronidazole secara intraseluler pada bentuk
aktifnya. Pengurangan metronidazole kemudian secara kovalen mengikat DNA,
mengganggu struktur heliksnya, menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan
menyebabkan sel bakteri mati

19

Anda mungkin juga menyukai