Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI BAGIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT


RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU
TANGGAL 2 JULI - 31 JULI 2018

UPAYA PENURUNAN KEJADIAN NEEDLE STICK INJURY (NSI) MELALUI


PEMBUATAN MEDIA INFORMASI TENTANG STANDARD OPERATING
PROCEDURE (SOP) DI RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

Disusun Oleh:

Muhammad Khalilur Rahman


I1A115225

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG
DI RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU
INSTALASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPIRS)
TANGGAL 2 S/D 31 JULI 2018

UPAYA PENURUNAN KEJADIAN NEEDLE STICK INJURY (NSI) MELALUI


PEMBUATAN MEDIA INFORMASI TENTANG STANDARD OPERATING PROCEDURE
(SOP) DI RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

Disusun Oleh:

MUHAMMAD KHALILUR RAHMAN


NIM I1A115225

Telah disahkan dan diterima dengan baik pada tanggal Oleh:

Pembimbing I Penguji I

Ratna Setyaningrum, SKM., M.Sc Mufatihatul Aziza Nisa, SKM.,


NIP. 19860331 200812 2 003 MKKK
NIP. 19920704 201903 2 029
Pembimbing II Penguji II

Lenie Marlinae, SKM., MKL Ihya Hazairin Noor, SKM, MPH


NIP. 19770412 200501 2 002 NIP. 19921205 20180110 9 001

Mengetahui,
Ketua PSKM-FK UNLAM Koordinator Magang

Laily Khairiyati, SKM., MPH Prof. Dr. Husaini, SKM., M.Kes


NIP. 19840325 200812 2 001 NIP. 19660616 198903 1 004

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pelaksanaan magang di RSDI
Kota Banjarbaru. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
RSDI Kota Banjarbaru yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk
dapat belajar lapangan dengan sangat baik. Dr. Iwan Aflanie, dr., M.Kes., Sp.F, SH.
selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Laily
Khairiyati, SKM., MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Prof. Dr. Husaini, SKM, M.Kes selaku
Koordinator magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Kedua dosen pembimbing, Ratna Setyaningrum,
SKM, M.Sc., dan Lenie Marlinae, SKM, MKL, di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan magang. Kedua dosen penguji,
Mufatihatul Aziza Nisa, SKM., MKKK dan Ihya Hazairin Noor, SKM, MPH, di Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat. Dedy Gunawan, S.Kep, NS., selaku pembimbing lapangan di RSDI Kota
Banjarbaru yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam
menyelesaikan laporan magang ini. Serta semua pihak yang telah banyak
membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
Penulis berharap semoga gagasan dari laporan ini mampu memberikan
informasi yang bermanfaat. Kritik dan saran yang positif sangat diharapkan untuk
menambah kesempurnaan laporan ini.
Banjarbaru, 8 Desember 2021,

Muhammad Khalilur Rahman

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................... 5
C. Manfaat ............................................................................... 5
BAB II ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Tempat Magang ...................................... 7
B. Gambaran Khusus Tempat Magang .................................... 26
C. Prosedur Kerja Tempat Magang ........................................ 29
D. Hasil Kerja Magang ............................................................. 42
BAB III PEMETAAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah ............................................................ 49
B. Prioritas Masalah ................................................................ 49
C. Analisis Faktor Risiko Masalah Utama ............................... 55
BAB IV PEMECAHAN MASALAH
A. Pemecahan Masalah .......................................................... 59
B. Prioritas Pemecahan Masalah ............................................ 59
C. Analisis Mendalam terhadap Intervensi ............................. 63
D. Rencana Kegiatan (POA) .................................................... 66
E. Rencana Anggaran Kegiatan............................................... 72

iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 73
B. Saran ................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tenaga Medis di RSD Idaman Banjarbaru .......................................... 17


2.2 Tenaga Keperawatan di RSD Idaman Banjarbaru .............................. 18
2.3 Tenaga Kefarmasian di RSD Idaman Banjarbaru................................ 19
2.4 Tenaga Kesehatan Masyarakat di RSD Idaman Banjarbaru .............. 19
2.5 Tenaga Gizi/ Nutrisionis di RSD Idaman Banjarbaru .......................... 20
2.6 Tenaga Keterapian Fisik di RSD Idaman Banjarbaru ......................... 20
2.7 Tenaga Keteniksian Medis di RSD Idaman Banjarbaru ....................... 21
2.8 Sarana dan prasarana di RSD Idaman Banjarbaru.............................. 22
2.9 Pelayanan Rawat Inap dan Kapasitas Tempat Tidur
di RSDI Banjarbaru .............................................................................. 25
2.10 Ketenagaan di Komite PPIRS ............................................................. 29
2.11 Indikator output pada kegiatan kebersihan tangan .......................... 31
2.12 Indikator output pada kegiatan panduan pemakaian APD ............... 32
2.13 Indikator output pada kegiatan PPI ................................................... 33
2.14 Indikator output pada kegiatan pemrosesan alat dan
linen yang aman .................................................................................. 35
2.15 Indikator output pada kegiatan pengelolaan sampah ..................... 36
2.16 Indikator output pada kegiatan perlindungan
petugas kesehatan.............................................................................. 37
2.17 Indikator output pada kegiatan penanganan pasien dengan penyakit
menular/ suspek .................................................................................. 38
2.18 Indikator output pada kegiatan kebersihan ruang perawatan ........ 39
2.19 Indikator output pada kegiatan petunjuk pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk pengunjung .......................................... 40

vi
2.20 Indikator output pada kegiatan pelatihan dan pendidikan PPI ........ 41
2.21 Pencapaian Program Kebersihan Tangan.......................................... 42
2.22 Pencapaian Program Panduan Pemakaian APD................................ 43
2.23 Pencapaian Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi .......... 43
2.24 Pencapaian Program Pemrosesan Alat dan Linen yang Aman ........ 44
2.25 Pencapaian Program Pengelolaan Sampah ...................................... 45
2.26 Pencapaian Program Perlindungan Petugas Kesehatan .................. 45
2.27 Pencapaian Program Penangan Pasien dengan
Penyakit Menular/Suspek ................................................................... 46
2.28 Pencapaian Program Kebersihan Ruang Perawatan ........................ 47
2.29 Pencapaian Program Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Untuk Pengunjung .................................................................. 47
2.30 Pencapaian Program Pelatihan dan Pendidikan PPI Untuk
petugas kesehatan dan kebersihan ................................................... 48
3.1 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode Bryant .............. 51
4.1 Faktor Risiko dan Alternatif................................................................ 59
4.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah .......................................... 61
4.3 Rencana Kegiatan (POA) ................................................................... 69
4.4 Rencana Anggaran Kegiatan ............................................................... 72

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Organisasi RSD Idaman Banjarbaru ................................... 11


2.2 Struktur Organisasi PPIRS ................................................................. 28
3.1 Diagram Fish Bone ............................................................................... 55

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
penduduk Indonesia disamping pelayanan pendidikan dan perlindungan hukum.
Kesehatan menjadi isu penting terkait dengan dampak akan perubahan lingkungan
akibat perkembangan dunia saat ini. Berkembangnya perindustrian sekarang
membawa dampak yang negatif pada lingkungan yang ditinggali masyarakat.
Beragam penyakit dengan mudah menyebar dan membuat masyarakat mudah
terkena penyakit. Hal ini membuat masyarakat membutuhkan suatu pelayanan
kesehatan yang berkualitas sesuai dengan hak dasar yang dimiliki warga Negara
Indonesia(1).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna(komprehensip), penyembuhan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Setiap rumah sakit berkewajiban di upayakan menyelenggarakan rekam medis
dengan baik dan benar sesuai dengan standar yang bertahap di upayakan
mencapai Standar Internasional. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan, sumber daya manusia
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit (2,3).

Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki peran
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan oleh

1
karena itu Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Di dalam era pelayanan Rumah sakit yang
penuh persaingan, menuntut setiap rumah sakit bisa memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada masyarakat serta terjangkau dan profesional sehingga
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dibidang kesehatan dapat
terpenuhi. RSD Banjarbaru sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) kota Banjarbaru yang melaksanakan tugas pokok memberikan pelayanan
kesehatan secara paripurna dengan fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
perorangan kepada masyarakat secara profesional dapat terjangkau sebaik
mungkin. Sebagai perwujudan dari visi dan misi Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru untuk menjadi rumah sakit unggul dalam pelayanan dan berkarakter,
maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pada
umumnya. Dalam rangka peningkatan mutu rumah sakit, Rumah Sakit Daerah
Idaman Kota Banjarbaru membentuk Komite-komite dan unit untuk mewujudkan
hal tersebut, salah satunya adalah Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit (PPIRS)(4).

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah


upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaksanaan
PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilakukan melalui pembentukan Komite atau
Tim PPI. Komite atau Tim PPI merupakan organisasi nonstruktural pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang mempunyai fungsi utama menjalankan PPI serta
menyusun kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk pencegahan
infeksi yang bersumber dari masyarakat berupa Tuberkulosis, HIV (Human
Immunodeficiency Virus), dan infeksi menular lainnya. Komite atau Tim PPI

2
dibentuk untuk menyelenggarakan tata kelola PPI yang baik agar mutu pelayanan
medis serta keselamatan pasien dan pekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
terjamin dan terlindungi. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
dalam Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Rumah Sakit menuntut tiap
Rumah Sakit harus melaksanakan PPI secara optimal dalam rangka untuk
melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi
karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI membutuhkan
keterlibatan lintas bidang seperti klinis, keperawatan, laboratorium, kesehatan
lingkungan, farmasi, gizi, sanitasi dan housekeeping. Berbagai badan
akreditasi/komite mutu selalu mempersyaratkan nilai yang baik untuk PPI (5,6).

Berdasarkan laporan pajanan paparan infeksius Komite PPI tahun 2017 dan
berjalannya tahun 2018 telah ditemukan 17 kasus needle stick injury (NSI) di RSD
Idaman Kota Banjarbaru. National Safety Council (NSC) dalam injury facts 2015
edition menyatakan terjadinya kecelakaan kerja non fatal di Rumah Sakit 20% lebih
besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,
terkilir, sakit pinggang, tergores atau terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan
sebagainya. Kegiatan pelayanan tersebut menimbulkan potensi bahaya terjadinya
insiden tertusuk jarum dan benda tajam lainnya (needle stick injury) pada petugas
kesehatan(7,8).

Kecelakaan akibat kerja dapat ditimbulkan dari berbagai kegiatan yang ada di
rumah sakit. Hasil laporan Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit 2 kali
lebih besar dari di industri lain. Data dari Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) pada tahun 2013 penyebab cedera pada tenaga kesehatan
antara lain kelelahan akibat gerakan yang berhubungan dengan penanganan

3
pasien (48%), terkilir atau terjatuh (25%), bersentuhan dengan alat berbahaya (13%),
tindakan kekerasan dari pasien (9%), terkena paparan zat berbahaya (4%), serta
penyebab lain (1%) . Bahaya-bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh
faktor biologi (virus, bakteri, jamur, dan lain-lain), faktor kimia (antiseptik, gas
anastesi, dan lain-lain), faktor ergonomi (cara kerja yang salah, dan lain-lain), faktor
fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, dan lain-lain), faktor fisiko sosial
(kerja bergilir, hubungan sesama pekerja/atasan, stres kerja,motivasi kerja, dan
lain-lain) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Kecelakaan
kerja yang terjadi pada petugas kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor penyebab yang sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia, serta kurangnya motivasi kerja dan tingginya stres kerja
yang dialami oleh pekerja rumah sakit. Setiap proses pekerjaan di unit pelayanan
banyak menggunakan alat dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan potensi
bahaya kerja. Dibandingkan unit lain, unit pelayanan IGD, Poliklinik dan Rawat Inap
yang ada di RSD Idaman Kota Banjarbaru, unit pelayanan ini memiliki risiko
terjadinya kecelakaan paling tinggi. Jika para pekerja tidak melaksanakan proses
pekerjaan sesuai dengan SOP K3 yang telah ditetapkan dengan baik maka akan
timbul potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan pekerja itu sendiri(9,10).

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai dengan peraturan


keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit dapat mencegah (preventif) terjadinya
kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung. Hal ini
juga dapat mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit. Berdasarkan latar belakang di atas, salah satu

4
bentuk kontribusi selama magang di RSD Idaman Kota Banjarbaru khususnya di
Instalasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) yang dapat
dilakukan dengan melakukan pembuatan media informasi cetak tentang SOP
sebagai reminder pekerja upaya dalam menurunkan kejadian Needle Stick Injury
(NSI ) (11,12).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan magang ini adalah untuk menjelaskan
program kegiatan di Instalasi PPIRS.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam beradaptasi dan menganalisis
kondisi serta situasi permasalahan PPIRS di RSD Idaman Kota Banjarbaru
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi, menentukan,
dan memprioritaskan permasalahan dalam program kegiatan PPIRS di RSD
Idaman Kota Banjarbaru
c. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menentukan penyebab masalah
dan menemukan alternatif pemecahan masalah dalam program kegiatan
PPIRS di RSD Idaman Kota Banjarbaru
d. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuat perencanaan
kegiatan sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah dalam program
kegiatan PPIRS di RSD Idaman Kota Banjarbaru
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Mampu menganalisis permasalahan dan mengevaluasi permasalahan dalam
program kegiatan PPIRS di RSD Idaman Kota Banjarbaru

5
b. Mampu memberikan rekomendasi dan perencanaan kegiatan penunjang
dalam mengatasi kendala pada program kegiatan PPIRS di RSD Idaman Kota
Banjarbaru
c. Menerapkan kedisipilnan, etika, kreatifitas serta inovasi dalam performa kerja
sebagai bentuk implementasi ilmu kesehatan masyarakat di Instalasi PPIRS
RSD Idaman Banjarbaru
d. Mampu menjalankan tugas sesuai dengan tupoksi serta berpikir sistematis dan
terstruktur di Instalasi PPIRS RSD Idaman Banjarbaru
2. RSD Idaman Kota Banjarbaru
a. Mendapatkan dukungan tenaga SDM untuk meningkatkan kinerja dan kualitas
pada Instalasi PPIRS di RSD Idaman Kota Banjarbaru.
b. Menjalin kerjasama antara RSD Idaman Kota Banjarbaru dan Program Studi
Kesehatan Masyarakat FK ULM.
c. Mendapatkan calon karyawan yang sudah terlihat kinerjanya apabila pihak
RSD Idaman Kota Banjarbaru ingin melakukan perekrutan karyawan baru.
3. Program Studi
a. Menjalin kerjasama antara Program Studi Kesehatan Masyarakat FK ULM dan
RSD Idaman Kota Banjarbaru.
b. Mendapat bahan evaluasi yang dapat dijadikan sumber perbaikan untuk
kurikulum ataupun bentuk kerjasama antara Program Studi Kesehatan
Masyarakat FK ULM dan RSD Idaman Kota Banjarbaru di kemudian hari.

6
BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Tempat Magang


1) Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
a. Sejarah Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
Rumah Sakit Daerah Kota Banjarbaru berdiri pada tahun 1965 adalah sebuah
Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (UKIDA) milik Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan, pembentukannya bertujuan agar para ibu dan anak terhindar dari berbagai
penyakit menular yang mewabah, kemudian pada tahun 1965 ditingkatkan menjadi
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) Pada tahun 1971 dengan respon masyarakat
yang sangat tinggi dikembangkan lagi dan ditetapkan menjadi sebuah Rumah Sakit
Umum tipe “D” oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah
tempat tidur 40 buah.
Kemudian RSD Banjarbaru berdasarkan Kepmenkes.104/menkes/SK/I/1995,
tanggal, 30 Januari 1995 tentang peningkatan kelas RSD Banjarbaru ditingkatkan
statusnya menjadi Rumah sakit type “ C “ dengan kapasitas 75 tempat tidur.
Selanjutnya dengan semangat otonomi daerah khususnya adanya
kewenangan Wajib bagi kabupaten/kota maka pada tanggal, 14 Agustus 2003
dilakukan serah terima pengelolaan kewenangan RSD Kota Banjarbaru beserta
Pembiayaan, Personil, Peralatan/asset dan Dokumen dari Gubernur Kalimantan
Selatan (Bapak H.Muhammad Syahril Darham) kepada Walikota Banjarbaru (Bapak
H. Rudy Resnawan). Dengan demikian Pemerintah kota Banjarbaru adalah pemilik
dan penanggung jawab pengelolaan RSD Kota Banjarbaru , dengan berpedoman
PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah saat ini RSD
Banjarbaru dibentuk dengan Peraturan Daerah kota Banjarbaru nomor 12 tahun
2008 tentang pembentukan organisasi lembaga teknis daerah dan Satuan Pamong

7
Praja Kota Banjarbaru dan peraturan Walikota Banjarbaru nomor 48 tahun 2008
tentang tugas pokok dan fungsi RSD kota Banjarbaru serta Peraturan Walikota
Banjarbaru nomor 43 tahun 2009 tentang uraian tugas RSD kota Banjarbaru.
Di dalam era pelayanan Rumah sakit yang penuh persaingan, menuntut setiap
rumah sakit bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat serta
terjangkau dan profesional sehingga tuntutan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan dibidang kesehatan dapat terpenuhi. RSD Banjarbaru sebagai salah satu
Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) kota Banjarbaru yang melaksanakan tugas
pokok memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan fungsi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan kepada masyarakat secara
profesional dapat terjangkau sebaik mungkin. Saat ini RSD Banjarbaru dihadapkan
kepada tantangan yang berat yaitu usaha peningkatan mutu , pemenuhan
tuntutan masyarakat adanya kompetisi yang semakin ketat antar rumah sakit
pemerintah ataupun rumah sakit swasta melaksanakan fungsi sosial serta beban
ekonomi masyarakat yang semakin berat karena segmen yang dilayani harus
sampai kepada masyarakat ekonomi bawah sedangkan sisi lain dihadapkan pada
suatu keadaan keterbatasan terutama birokrasi dalam pengelolaan keuangan.
Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru merupakan rumah sakit umum milik
pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan pengelolaannya oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Agustus 2004. Berdasarkan keputusan
Walikota Banjarbaru Nomor 36 Tahun 2011, Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007.
Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum dan Permendagri No. 61 tahun 2007 tentang pedoman teknis

8
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah maka rumah sakit dapat
mengubah pola pengelolaan keuangannya. Penerapan peraturan ini memberikan
kesempatan kepada rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan pola pengelolaan keuangan fleksible dengan menonjolkan
produktifitas, efesiensi dan efektifitas(4).

b. Visi, Misi dan Motto RSD Idaman Kota Banjarbaru


Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru memiliki visi yaitu “Rumah Sakit
Unggul Dalam Pelayanan dan Berkarakter. Sedangkan misinya adalah sebagai
berikut :
1) Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia di seluruh unit pelayanan
Rumah Sakit dalam hal pengembangan skill, knowlegde dan attitude
(keterampilan dan perilaku yang baik) di semua lini pelayanan
2) Mengembangkan bangunan Rumah Sakit yang menarik
3) Menyediakan peralatan medis yang canggih dan mutakhir sesuai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
4) Mengembangkan perangkat manajemen yang inovatif dan responsif yang
mampu menjawab tantangan Rumah Sakit di masa yang akan datang.
5) Memberikan pelayanan yang berkualitas standar dan dikemas dengan sikap
yang santun
6) Berperan aktif dalam menurunkan kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit
sebagai daya dukung dalam penurunan kematian ibu dan bayi di Kota
Banjarbaru dan sebagai penyelenggara dalam upaya penurunan penyakit
menular TB Paru (DOTs)
Adapun Motto dari Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru adalah
“Kesehatan dan Keselamatan Anda Prioritas Kami”(4).

9
2) Profil Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru yang berlokasi di Jalan Trikora
No. 115 RT. 39 RW. 001 Kelurahan Guntung Manggis, Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan.
Berikut adalah profil singkat Rumah Sakit Idaman Kota Banjarbaru :
Nama Rumah Sakit : RSD Idaman Kota Banjarbaru
Kelas Rumah Sakit :C
Jenis Rumah Sakit : Umum
Status Kepemilikan : Pemerintah Kota Banjarbaru
No. Telp : (0511) 6749696
No. Fax : (0511) 6749697
Nama Direktur : dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH. Kes

10
3) Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berikut struktur organisasi lengkap Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Sumber : Profil RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2016

Berdasarkan Peraturan Presiden RI No.77 Tahun 2015 tentang pedoman


organisasi rumah sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit
b. Unsur pelayanan medis
c. Unsur keperawatan

11
d. Unsur penunjang medis
e. Unsur administrasi umum dan keuangan
f. Komite medis dan
g. Satuan pemeriksaan internal
Adapun uraian peran dan tugas dari masing-masing bagian dari struktur
organisasi diatas berdasarkan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2015 tentang
pedoman organisasi rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Kepala Rumah Sakit/ Direktur
Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2015 bertugas memimpin penyelenggaraan
Rumah Sakit. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit menyelenggarakan
fungsi :
1) Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi
2) Penetapan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai dengan
kewenangannya
3) Penyelenggaraan tugas dan fungsi Rumah Sakit
4) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas dan fungsi
unsur organisasi dan
5) Evaluasi, pencatatan, dan pelaporan
b. Unsur Pelayanan Medis
Unsur pelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No.
77 Tahun 2015 bertugas melaksanakan pelayanan medis meliputi pelayanan rawat
jalan, rawat inap dan gawat darurat. Unsur pelayanan medis menyelenggarakan
fungsi :
1) Penyusunan rencana pemberian pelayanan medis
2) Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan medis

12
3) Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien di bidang
pelayanan medis dan
4) Pemantauan dan evaluasi pelayanan medis.
c. Unsur Keperawatan
Unsur keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 77
Tahun 2015 bertugas melaksanakan pelayanan keperawatan. Dalam melaksanakan
tugas, unsur keperawatan menyelenggarkan fungsi :
1) Penyusunan rencana pemberian pelayanan keperawatan
2) Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan keperawatan
3) Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien di bidang
keperawatan dan
4) Pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan
d. Unsur Penunjang Medis
Unsur penunjang medis sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No.
77 Tahun 2015 bertugas melaksanakan pelayanan penunjang medis. Dalam
melaksanakan tugas, unsur penunjang medis menyelenggarkan fungsi :
1) Penyusunan rencana pemberian pelayanan penunjang medis
2) Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan penunjang medis
3) Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien di bidang
pelayanan penunjang medis
4) Pengelolaan rekam medis dan
5) Pemantauan dan evaluasi pelayanan penunjang medis
e. Unsur Administrasi Umum dan Keuangan
Unsur administrasi umum dan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2015 bertugas melaksanakan administrasi umum
dan keuangan. Dalam melaksanakan tugas administrasi umum, unsur administrasi
umum dan keuangan menyelenggarakan fungsi pengelolaan :

13
1) Ketatausahaan
2) Kerumahtanggaan
3) Pelayanan hukum dan kemitraan
4) Pemasaran
5) Kehumasan
6) Pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
7) Penelitian dan pengembangan
8) Sumber daya manusia dan
9) pendidikan dan pelatihan
Dalam melaksanakan tugas keuangan, unsur administrasi umum dan keuangan
menyelenggarakan fungsi:
1) Perencanaan anggaran
2) Perbendaharaan dan mobilisasi dana dan
3) Akuntansi
f. Komite Medis
Komite Medis sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 77 Tahun
2015 bertugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah
sakit dengan cara :
1) Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit
2) Memelihara mutu profesi staf medis dan
3) Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Medis menyelenggarakan
fungsi :
1) Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku

14
2) Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik
dan mental, perilaku, dan etika profesi
3) Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran atau kedokteran gigi
berkelanjutan
4) Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis
5) Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat
6) Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik
7) Pelaksanaan proses kredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik dan
8) Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis, Komite Medis
menyelenggarakan fungsi :
1) Pelaksanaan audit medis
2) Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis
3) Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis rumah sakit tersebut dan
4) Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis, Komite Medis menyelenggarakan fungsi :
1) Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran
2) Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
3) Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit dan
4) Pemberian nasehat atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
pada asuhan medis pasien

15
Selain Komite Medis, dapat dibentuk komite lain untuk penyelenggaraan
fungsi tertentu di Rumah Sakit sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien. Komite lain dapat berupa komite :
1) Keperawatan
2) Farmasi dan terapi
3) Pencegahan dan pengendalian infeksi
4) Pengendalian resistensi antimikroba
5) Etika dan hukum
6) Koordinasi pendidikan dan
7) Manajemen risiko dan keselamatan pasien
g. Satuan Pemeriksaan Internal
Satuan pemeriksaan internal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Presiden No. 77 Tahun 2015 merupakan unsur organisasi yang bertugas
melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal rumah sakit. Dalam
melaksanakan tugas, satuan pemeriksaan internal menyelenggarakan fungsi :
1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di unit kerja rumah
sakit
2) Penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan pemantauan
efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi
pelayanan, serta administrasi umum dan keuangan
3) Pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang ditugaskan
oleh kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit
4) Pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas
laporan hasil audit dan
5) Pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan pendampingan dalam
pelaksanaan kegiatan operasional rumah sakit

16
4) Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
Adapun sumber daya manusia pada Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru berdasarkan jenis sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tabel 2.1 Tenaga Medis di RSD Idaman Kota Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. Dokter Umum 17 - 4 21

2. Dokter Sp. Bedah 2 - - 2

3. Dokter Sp. Dalam 3 - - 3

4. Dokter Sp. Kes Anak 3 - - 3

5. Dokter Sp. Obsgin 3 - - 3

6. Dokter Sp. Radiologi 1 - - 1

7. Dokter Sp. Anesthesi 2 - - 2

8. Dokter Sp. Mata 2 - - 2

9. Dokter Sp. THT 1 - - 1

10. Dokter Sp. Gigi 0 - - 0

11. Dokter Sp. Gigi (Bedah 1 - - 1


Mulut)
12. Dokter Gigi 3 - - 3

13. Dokter Sp. Kulit Kelamin 1 - - 1

17
14. Dokter Sp. Ortopedi 1 - - 1

15. Dokter Sp. Syaraf 3 - - 3

16. Dokter Sp. Rehab Medik 1 - - 1

17. Dokter Sp. Patologi Klinik 2 - - 2

18. Dokter Sp. Paru 1 - - 1

Jumlah 47 0 4 51

Sumber : Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


b. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Keperawatan di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. S1 Keperawatan 19 1 - 20

2. D4 Kep. Bedah 4 - - 4

3. D4 Kebidanan 9 - 1 10

4. D3 Keperawatan 87 5 61 153

5. D3 Kebidanan 34 - 19 53

6. D3 Kep. Anestesi 2 - - 2

7. D3 Kes. Gigi 6 - - 6

8. Perawat (SPK/SPR) 3 - - 3

9. D1 Bidan (SPK+PPB) 4 - - 4

18
10. SMK Kebidanan/SBD 0 - - 0

11. SPRG 4 - - 4

12. SPKU /A,B,C 0 - - 0

13. Skep+Nurse 11 1 25 37

14. Pekarya Kesehatan 4 - - 4

Jumlah 187 7 106 300

Sumber: Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


c. Tenaga Kefarmasian
Tabel 2.3 Tenaga Kefarmasian di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. Apoteker 5 - 8 13

2. Ass. Apoteker 12 - 19 31

3. Petugas Gudang Farmasi 0 - 2 2

Jumlah 17 0 29 46

Sumber : Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


d. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tabel 2.4 Tenaga Kesehatan Masyarakat di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. S2 Kesmas 4 - - 4

2. S2 Manajemen Kesehatan - - - 0

19
3. S1 Kesmas 5 - 6 11

4. S1 Kesling 4 - - 4

5. D.IV Kesling - - 2 2

6. D3 Sanitarian 4 - - 4

7. D1 Sanitarian - - - -

Jumlah 17 0 8 25

Sumber : Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


e. Tenaga Gizi/ Nutrisionis
Tabel 2.5 Tenaga Gizi/ Nutrisionis di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. S1 Gizi 4 - - 4

2. Akademi D4 Gizi 2 - 1 3

3. Akademi D3 Gizi 4 1 1 6

4. D1 Gizi/ SPAG 5 - - 5

Jumlah 15 1 2 18

Sumber : Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


f. Tenaga Keterapian Fisik
Tabel 2.6 Tenaga Keterapian Fisik di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. D4 Fisio Terapis 1 - 1 2

20
2. D3 Fisio Terapis 2 - 1 3

Jumlah 3 1 2 5

Sumber: Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018


g. Tenaga Keteniksian Medis
Tabel 2.7 Tenaga Keteniksian Medis di RSD Idaman Banjarbaru
No. Jenis Tenaga PNS PTT BLUD Jumlah

1. Radiografer 5 - 5 10

2. D3 Refraksi Optisien 1 - - 1

3. D3 Okupasi Terapis 0 - 1 1

4. S1 Analis Kesehatan 1 - - 1

5. D4 Analis Kesehatan 3 - - 3

6. D3 Analis Kesehatan 24 - 7 31

7. Teknisi Gigi 0 - - 0

8. Teknisi Elektromedis 2 - 1 3

9. D3 Rekam Medis 4 - 15 19

10. Analis Kes/ SMAK 2 - - 2

Jumlah 42 0 29 71

Sumber : Laporan Ketenagaan RSD Idaman Kota Banjarbaru Juli 2018

21
5) Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru adalah sebagai berikut :
Tabel 2.8 Sarana dan prasarana di RSD Idaman Banjarbaru
No. Nama Bangunan Luas Bangunan
(m2)

1. Direktur 37.44

2. Bagian tata usaha 34.56


a. SubBag Kepegawaian 70.56
b. SubBag Perencanaan dan Keuangan 60.48
c. SubBag Umum dan Perlengkapan 50.40
d. SIMRS 85.68

3 Bidang Pelayanan
a. Bina Mutu Pelayanan 32.76
b. Pelayanan Medik 32.76
c. Unit klain BPJS 37.80
d. Akreditasi 44.46
e. Komite Medik 294.00
f. Admin IRJA 14.00

3. Bidang Penunjang
a. Sarana dan Prasarana 334.14
b. Rekam Medik 176.40
c. PAT 142.50

22
4 Bidang Keperawatan
a. IRNA dan PPI 44.46
b. Komite Keperawatan 44.46
c. Diklat 108.00

5. Instalasi Rawat Jalan


a. Penyakit Dalam 22.68
b. KB dan Imunisasi 22.80
c. Kesehatan Anak 24.00
d. Hematologi 29.76
e. Endoktrin Anak 13.44
f. Bedah Umum 48.20
g. Gynecology 13.30
h. Fetomaternal 15.60
i. Laktasi dan Nifas 11.52
j. Kulit Kelamin 36.00
k. Gigi dan Mulut 43.92
l. Kesehatan Gigi Anak 13.68
m. Saraf (Neurology) 64.98
n. Umum 15.00
o. Anestesi 9.60
p. THT 20.88
q. Mata 28.42
r. Akupuntur, Herbal, Nafza 12.80
s. VIP 0.00

6. Instalasi Rawat Inap

23
a. Camar 831.40
b. Kasuari 855.00
c. Nuri 902.90
d. Merak 1165.50
e. Cendrawasih 499.39
f. Nifas (Merpati) 902.90
g. VK/Ponek (Kenari) 499.39
h. VIP (Murai) 855.00

7. Instalasi
a. Bedah Sentral (Surgery) 915.74
b. Gawat Darurat (Emergency) 485.10
c. Patologi Klinik (Lab) 464.41
d. Farmasi 570.00
e. Radiologi 630.00
f. Rehabilitasi Medik 315.90
g. Intensive Care Unit (ICU) 522.24
h. CSSD 429.75
i. Gizi 522.00
j. Unit Tranfusi Darah (UTD) 170.00
k. Pemeliharaan Sarana (IPSRS) 334.14

8. Lain-lain
a. Pemulasaraan Jenazah 183.75
b. Security 27.00
c. Ambulance 24.00
d. Konsultasi Gizi 15.60
e. Laundry

24
212.28

Sumber : Laporan Tahunan RSD Idaman Banjarbaru 2017


C. Fasilitas dan Kapasitas Tempat Tidur
Kegiatan pemberian pelayanan di RSD Idaman Kota Banjarbaru disediakan
melalui beberapa fasilitas pelayanan meliputi fasilitas rawat jalan, fasilitas rawat
inap, medik dan pelayanan penunjang (12).
1) Pelayanan Rawat Jalan Tahun 2016
Fasilitas rawat jalan yang ada di RSD Idaman Kota Banjarbaru sampai dengan
ada 13 jenis pelayanan yaitu Penyakit Dalam, Bedah, Polianak (lain-lain), Ortopedi,
Radiologi, Saraf, Keluarga Berencana, Laktasi, Umum, Neonatal, Obstetri dan
Ginekologi, Gigi & Mulut, Rawat Darurat. Kunjungan Rawat Jalan RSD Idaman Kota
Banjarbaru Tahun 2016 mencapai jumlah 60.818 kunjungan dengan rincian 35.415
untuk kunjungan baru dan 25.403 untuk kunjungan lama. Angka tersebut diatas
mengalami kenaikan dibandingkan dengan jumlah kunjungan di tahun 2015 yang
hanya mencapai 56.991 (12).
2) Pelayanan Rawat Inap dan Kapasitas Tempat Tidur
Fasilitas rawat inap dengan masing-masing kapasitas tempat tidur yang ada
di RSD Idaman Kota Banjarbaru sampai tahun 2016.
Tabel 2.9 Pelayanan Rawat Inap dan Kapasitas Tempat Tidur di RSD Idaman
Banjarbaru
No. Rawat Inap Jumlah Tempat Tidur
(Bed)
1. Camar (Penyakit Dalam : I/II/III) 36
2. Kasuari (Bedah : I/II) 33
3. Nuri (Bedah : I/II) 25
4. Merak (Anak : Kelas I/II/III) 44

25
5. Cendrawasih (Periatologi) 14
6. Merpati (Bersalin : Kelas I/II/III) 31
7. Kenari (VK/Ponek) -
8. VIP Murai 18
Jumlah 201
Sumber : Profil RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2016
Berdasarkan tabel tersebut untuk fasilitas rawat inap tersedia 201 tempat tidur
yang terdistribusi di beberapa kelas yaitu VIP Murai, Kasuari, Nuri, Merak,
Cendrawasih, Merpati dan Kenari, sehingga tempat tidur tersedia telah melebihi
batas minimal untuk Rumah sakit tipe C adalah 100 tempat tidur, proposi yang
tempat tidur yang terbesar terdapat di Merak yaitu sebesar 44 buah (21,90%).

B. Gambaran Khusus Tempat Magang


1. Gambaran Khusus Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS)
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelola program kesehatan dan keselamatan kerja
di rumah sakit semakin tinggi karena sumber daya manusia (SDM) rumah sakit,
pengunjung/ pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kcelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar.
Adapun tugas dan tanggung jawab Komite PPIRS yaitu :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit
c. Membuat SPO PPI

26
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut
e. Bekerjasama dengan Komite PPI dalam melakukan investigasi masalah atau
KLB infeksi nosokomial
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan
dan pengendalian infeksi
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan
i. Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan
k. Menerima laporan dari Komite PPI dan membuat laporan kepada Direktur
l. Berkoordinasi dengan unit terkait lain
m. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang
dirasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya
terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika
n. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
o. Turut menyusun kebijakan clinic governance dan patient safety
p. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen
rumah sakit
q. Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan pengadaan
alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan, alat,
penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI
r. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial

27
menyebarkan infeksi
s. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur/ monitoring surveilans proses
t. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
u. Komite PPI terdiri dari perawat PPI/ IPCN dan 1 (satu) dokter PPI setiap 5 (lima)
Perawat PPI
v. Rumah sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1
(satu) IPCN untuk tiap 1 – 150 tempat tidur di rumah sakit
w. Dalam bekerja IPCN dapat dibatu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko terjadinya infeksi
2. Ketenagaan, struktur organisasi, dan uraian tugas Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
Berikut struktur organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS) pada Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbru :

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PPIRS

28
Jumlah tenaga kerja di komite PPI pada Rumah Sakit Daerah Idaman
Banjarbaru sebanyak 3 (tiga) orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.10 Ketenagaan di Komite PPIRS
No Nama NIP Pendidika
1. Trisusilowati, S.Kep,Ners 19760717 199903 2 S1
2 Dedy Gunawan, S.Kep, Ners 19761217 199703 1 S1
3 Dwi Magdalena Endhang S. 140 183 553 DIII

3. Program- program kerja yang dijalankan oleh Komite PPIRS


Secara umum, program kerja yang dijalankan oleh Komite PPI Rumah Sakit
Daerh Idaman Kota Banjarbaru pada tahun 2017 berjumlah 10 program, yaitu
sebagai berikut :
a. Kebersihan Tangan
b. Panduan pemakaian alat pelindung diri (APD)
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi
d. Pemrosesan alat dan linen yang aman
e. Pengelolaan sampah
f. Perlindungan petugas kesehatan
g. Penangan pasien dengan penyakit menular / suspek
h. Kebersihan ruang perawatan
i. Petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengunjung
j. Pendidikan dan pelatihan PPI

C. Prosedur Kerja di Tempat Magang


Adapun program- program kerja yang dijalankan oleh Komite PPIRS adalah
sebagai berikut :
1. Kebersihan Tangan
Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek
membersihkan tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta

29
mengahambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme ini
tidak hanya mencakup sebagian besar organisme yang diperoleh dari kontak
dengan pasien dan lingkungan tetapi juga sejumlah mikroorganisme permanen
yang tinggal di lapisan terdalam kulit. Selain memahami panduan dan rekomendasi
untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami keuntungan
dan terutama keterbatasan pemakaian sarung tangan.
Adapun indikator kerja dari program kebersihan tangan adalah sebagai
berikut:
a. Input
Input dari program kegiatan kebersihan tangan adalah tersedianya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan lancar
serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Proses dari kegiatan ini adalah proses kegiatan ini dapat dilakukan setiap bulan
oleh Komite PPIRS tanpa hambatan. Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari 2
kegiatan utama yaitu :
1) Pengawasan dan pelaporan terkait kepatuhan mencuci tangan disetiap
Instalasi di RSD Idaman Kota Banjarbaru.
2) Menyediakan sarana dan prasarana cuci tangan
3) Pelatihan/ sosialisasi kebersihan tangan kepada semua petugas di rumah sakit
4) Sosialisasi tentang kebersihan tangan kepada pasien, keluarga dan
pengunjung melalui media.
c. Output
Pada program laporan pengawasan kepatuhan dan kebersihan tangan sudah
terlaksana, sudah tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.11
dibawah ini:

30
Tabel 2.11 Indikator output pada kegiatan kebersihan tangan
No Kegiatan Target
1 Pengawasan dan pelaporan terkait kepatuhan 12 kali/tahun
mencuci tangan
2 Menyediakan sarana dan prasarana cuci tangan 100%
3. Pelatihan/ sosialisasi kebersihan tangan kepada 12 kali/tahun
semua petugas di rumah sakit
4. Sosialisasi tentang kebersihan tangan kepada 12 kali/tahun
pasien, keluarga dan pengunjung melalui media.
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
2. Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pelindung barier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD),
telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya
AIDS dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara,
pemakaian APD menjadi juga sangat penting untuk melindungi petugas. Dengan
munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS dan penyakit infeksi lainnya
(Emerging Infectious Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi
semakin penting.
Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas
kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD
tertentu, tetapi juga peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi
sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Adapun indikator kerja dari program panduan pemakaian alat pelindung diri
(APD) adalah sebagai berikut :
a. Input
Input dari kegiatan program panduan pemakaian alat pelindung diri (APD)

31
adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan
kegiatan ini dengan lancar serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Proses dari kegiatan ini adalah proses kegiatan ini dilakukan setiap 1 tahun
sekali oleh Komite PPIRS tanpa hambatan. Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri
dari kegiatan utama yaitu pembuatan panduan pemakaian APD pada sarana
pelayanan kesehatan.
c. Output
Pada program laporan pengawasan kepatuhan dan kebersihan tangan sudah
terlaksana, sudah tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.12
dibawah ini :
Tabel 2.12 Indikator output pada kegiatan panduan pemakaian alat pelindung diri
(APD)
No Kegiatan Target
1. Pembuatan panduan pemakaian APD pada sarana 1 kali/tahun
pelayanan kesehatan
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Adapun indikator kerja dari program pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan program pencegahan dan pengendalian infeksi adalah
tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan
kegiatan ini dengan lancar serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Surveilans Infeksi Aliran darah primer terkait pemasangan keteter vena sentral

32
2) Surveilans Infeksi Saluran Kemih terkait pemasangan keteter menetap
3) Surveilans Infeksi peneumonia terkait pemasangan ventilasi mekanik
4) Surveilans Infeksi luka operasi terkait pembedahan
5) Plebithis terkait pemasangan keteter vena periper
6) Peta pola kuman IADP, ISK, VAP, ILO
c. Output
Pada program pencegahan dan pengendalian infeksi sudah terlaksana, sudah
tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.13 dibawah ini:
Tabel 2.13 Indikator output pada kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
No Kegiatan Target
1 Surveilans Infeksi Aliran darah primer terkait 12 kali/tahun
pemasangan keteter vena sentral
2 Surveilans Infeksi Saluran Kemih terkait 12 kali/tahun
pemasangan keteter menetap
3. Surveilans Infeksi peneumonia terkait pemasangan 12 kali/tahun
ventilasi mekanik
4. Surveilans Infeksi luka operasi terkait pembedahan 12 kali/tahun
5. Plebithis terkait pemasangan keteter vena periper 12 kali/tahun
6. Peta pola kuman IADP, ISK, VAP, ILO 100%
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
4. Pemrosesan Alat dan Linen yang Aman
Untuk menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang terpenting adalah bahwa
rasional setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan ada keterbatasannya
dimengerti oleh staf kesehatan pada setiap tingkat, dari petugas pelayanan
kesehatan sampai ke petugas pembersihan dan pemeliharaan. Proses pencegahan
infeksi dasar yang dianjurkan untuk mengurangi penularan penyakit dari
instrument yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai

33
lainnya adalah dekontaminasi, pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Adapun indikator kerja dari program pemrosesan alat dan linen yang aman
adalah sebagai berikut :
a. Input
Input dari kegiatan pemrosesan alat dan linen yang aman adalah tersedianya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan
lancar serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Proses dari kegiatan ini adalah proses kegiatan ini dapat dilakukan setiap bulan
oleh Komite PPIRS tanpa hambatan. Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari
kegiatan utama yaitu :
1) Tersedia sarana dan prasarana untuk Pemerosesan Peralatan Perawatan
Pasien (Dekontaminasi, Pembersihan, Disinfeksi, Sterilisasi) yang sentral
2) Monitoring cara dekontaminasi peralatan sebelum proses pencucian.
3) Pemeriksaan uji mikro /angka kuman pada alat medikasi set yang sudah
disterilkan.
4) Pelatihan/sosialisasi kepada perawat tentang Pemerosesan Peralatan
Perawatan Pasien (Dekontaminasi, Pembersihan, Disinfeksi, Sterilisasi)
5) Audit proses dekontaminasi linen dan pemisahan linen infeksius dan non
infeksius.
6) Pemeriksaan uji mikro pada linen.
c. Output
Pada program laporan pemrosesan alat dan linen yang aman sudah terlaksana,
sudah tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.14 dibawah ini:

34
Tabel 2.14. Indikator output pada kegiatan pemrosesan alat dan linen yang aman
No Kegiatan Target
1 Tersedia sarana dan prasarana untuk Pemerosesan 100%
Peralatan Perawatan Pasien
2 Monitoring cara dekontaminasi peralatan sebelum 12 kali/tahun
proses pencucian
3. Pemeriksaan uji mikro /angka kuman pada alat 12 kali/tahun
medikasi set yang sudah disterilkan
4. Pelatihan/sosialisasi kepada perawat tentang 12 kali/tahun
Pemerosesan Peralatan Perawatan Pasien
5. Audit proses dekontaminasi linen dan pemisahan 12 kali/tahun
linen infeksius dan non infeksius.
6. Pemeriksaan uji mikro pada linen 100%
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
5. Pengelolaan Sampah
Benda-benda tajam sekali pakai (jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau scalpel)
memerlukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai tangan
petugas pembuangan sampah umum. Insenerasi adalah proses pembakaran
dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat sampah. Proses ini biasanya
dipilih untuk menangani sampah terkontaminasi, sampah yang tidak dapat di daur
ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau tempat
kebersihan perataan tanah.
Pembakaran terbuka tidak dianjurkan karena berbahaya, batas pandangan
tidak jelas dan angin dapat menyebarkan sampah kemana-mana. Jika pembakaran
terbuka harus dikerjakan, lakukan pada tempat tertentu dan terbatas. Pindahkan
sampah ke tempat tersebut hanya segera sebelum dibakar dan biarkan terbakar
hingga surut.

35
Adapun indikator kerja dari program pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut:
a. Input
Input dari kegiatan pengelolaan sampah adalah tersedianya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan lancar serta
tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Tersedia sarana dan prasarana yang mencukupi untuk pengelolaan limbah
infeksius, non infeksius dan limbah benda tajam
2) Melakukan monitoring kepatuhan petugas membuang limbah sesuai dengan
SOP yang ada
c. Output
Pada program pengelolaan sampah sudah terlaksana, sudah tercapai. Berikut
hasil program dapat dilihat pada tabel 2.15 dibawah ini:
Tabel 2.15 Indikator output pada kegiatan pengelolaan sampah
No Kegiatan Target
1. Tersedia sarana dan prasarana yang mencukupi 100%
untuk pengelolaan limbah infeksius, non infeksius
dan limbah benda tajam
2. Melakukan monitoring kepatuhan petugas 12 kali/tahun
membuang limbah sesuai dengan SOP yang ada
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
6. Perlindungan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien penyakit menular melalui udara
harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dan protokol bila terpajan.

36
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Adapun indikator kerja dari program perlindungan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan perlindungan petugas kesehatan adalah tersedianya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan
lancar serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) PPI melakukan tindakan preventif terkait pencegahan paparan infeksius
dengan metode sosialisasi dan penggunaan media cetak.
2) PPI melakukan investigasi jika ada laporan karyawan yang terpapar cairan
pasien infeksius dan tertusuk benda tajam.
3) Profilakasis anti virus dan vaksin flu
c. Output
Pada program perlindungan petugas kesehatan sudah terlaksana, sudah
tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.16 dibawah ini:
Tabel 2.16 Indikator output pada kegiatan perlindungan petugas kesehatan
No Kegiatan Target
1. PPI melakukan tindakan preventif terkait 3 kali/tahun
pencegahan paparan infeksius dengan metode
sosialisasi dan penggunaan media cetak.
2. PPI melakukan investigasi jika ada laporan karyawan insidentil
yang terpapar cairan pasien infeksius dan tertusuk
benda tajam.

37
3. Profilkasis anti virus dan vaksin flu 1 kali/tahun
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017
7. Penangan Pasien dengan Penyakit Menular/ Suspek
Adapun indikator kerja dari program penangan pasien dengan penyakit
menular/ suspek adalah sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan penanganan pasien dengan penyakit menular/ suspek
adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan
kegiatan ini dengan lancar serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Tersedia ruang isolasi yang mempunyai tekanan negatif atau menggunakan
Hepafilter
2) Tersedia APD khusus untuk ruang isolasi
c. Output
Pada program penanganan pasien dengan penyakit menular/ suspek sudah
terlaksana, sudah tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.17
dibawah ini:
Tabel 2.17 Indikator output pada kegiatan penanganan pasien dengan penyakit
menular/ suspek
No Kegiatan Target
1. Tersedia ruang isolasi yang mempunyai tekanan 100%
negatif atau menggunakan Hepafilter
2. Tersedia APD khusus untuk ruang isolasi 100%
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017

38
8. Kebersihan Ruang Perawatan
Disamping pembersihan secara seksama, desinfeksi bagi peralatan tempat
tidur dan permukaan perlu dilakukan. Permukaan yang perlu didesinfeksi antara
lain dorongan tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta dorong, lemari
baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV dan remote
kontrol. Virus dapat di non aktifkan dengan alkohol 70% dan klorin. Dianjurkan
untuk melakukan pembersihan lingkungan dengan deterjen yang netral
dilanjutkan dengan larutan disenfektan.
Adapun indikator kerja dari program kebersihan ruang perawatan adalah
sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan kebersihan ruang perawatan adalah tersedianya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan lancar
serta tersedianya anggaran dana yang cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Monitoring pembersihan harian dan pembersihan pada akhir perawatan
2) Monitoring pembuangan sampah
c. Output
Pada program kebersihan ruang perawatan sudah terlaksana, sudah tercapai.
Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.18 dibawah ini:
Tabel 2.18 Indikator output pada kegiatan kebersihan ruang perawatan
No Kegiatan Target
1. Monitoring pembersihan harian dan pembersihan 12 kali/tahun
pada akhir perawatan
2. Monitoring pembuangan sampah 12 kali/tahun
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017

39
9. Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Pengunjung
Adapun indikator kerja dari program pencegahan dan pengendalian infeksi
untuk pengunjung adalah sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
pengunjung adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk
melakukan kegiatan ini dengan lancar serta tersedianya anggaran dana yang
cukup.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Melakukan tindakan preventif berupa sosialisasi infeksi paparan
2) Sosialisasi etika batuk yang benar kepada petugas, pasien dan pengunjung
melalui poster.
3) Tersedia ruangan khusus untuk pasien TB paru.
c. Output
Pada program petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
pengunjung sudah terlaksana, sudah tercapai. Berikut hasil program dapat dilihat
pada tabel 2.19 dibawah ini:
Tabel 2.19 Indikator output pada kegiatan petunjuk pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk pengunjung
No Kegiatan Target
1. Sosialisasi etika batuk yang benar kepada petugas, 100%
pasien dan pengunjung melalui poster.
2. Tersedia ruangan khusus untuk pasien TB paru. 100%
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017

40
10. Pelatihan dan Pendidikan PPI
Adapun indikator kerja dari program pelatihan dan pendidikan PPI adalah
sebagai berikut:
a. Input
Input dari kegiatan pelatihan dan pendidikan PPI adalah tersedianya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan lancar
serta tersedianya anggaran dana yang cukup. Program ini juga bekerja sama
dengan Diklat.
b. Proses
Adapun kegiatan yang dimaksud terdiri dari kegiatan utama yaitu :
1) Pendidikan dan pelatihan PPI kepada petugas kesehatan : dokter, perawat,
penunjang medis, dan mahasiswa.
2) Pendidikan dan pelatihan PPI kepada petugas kebersihan rumah sakit.
c. Output
Pada program pelatihan dan pendidikan sudah terlaksana, sudah tercapai.
Berikut hasil program dapat dilihat pada tabel 2.20 dibawah ini:
Tabel 2.20 Indikator output pada kegiatan pelatihan dan pendidikan PPI
No Kegiatan Target
1. Pendidikan dan pelatihan PPI kepada petugas 1 kali/tahun
kesehatan : dokter, perawat, penunjang medis, dan
mahasiswa.
2. Pendidikan dan pelatihan PPI kepada petugas 1 kali/tahun
kebersihan rumah sakit.
Sumber : Laporan tahunan Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017

41
D. Hasil Kerja Magang
Kegiatan Magang dilaksanakan sejak tanggal 2 Juli sampai dengan 31 Juli
(selama 4 minggu kerja). Tempat pelaksanaan magang ialah di RSD Idaman Kota
Banjarbaru. Adapun hasil kegiatan magang di RSD Idaman Kota Banjarbaru ialah
sebagai berikut :
1. Kebersihan Tangan
Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS program kebersihan tangan Staf bagi
SDM RSD Idaman Kota Banjarbaru yang terlaksana sudah terlaksana. Proses
kegiatan ini dapat dilakukan setiap bulan oleh Komite PPIRS tanpa hambatan.
Tercapainya program kebersihan tangan ini karena tersedianya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan ini dengan lancar serta
tersedianya anggaran dana yang cukup. Kegiatan program kerja kebersihan tangan
sudah berjalan sesuai target, yaitu dengan pelaksanaan peloparan kepatuhan
kebersihan tangan, sosialisasi kepada staf dan pasien, serta tersedianya sarana dan
prasana.
Tabel 2.21 Pencapaian Program Kebersihan Tangan RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Kebersihan Tangan 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
sudah berjalan dengan
baik pada pelaporan,
pelatihan, sosialisasi
serta penyediaan sarana
dan prasarana

2. Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru
program pembuatan panduan pemakaian alat pelindung diri (APD) sudah

42
terlaksana pada tahun 2018. Program kegiatan ini hanya dilakukan Komite PPIRS
RSD Idaman Kota Banjarbaru 1 kali setahun dengan tidak adanya hambatan serta
tersedianya sarana dan prasarana.
Tabel 2.22 Pencapaian Program Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Panduan Pemakaian Alat 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Pelindung Diri (APD) pembuatan panduan
pemakaian alat
pelindung diri (APD)
pada sarana pelayanan
kesehatan sudah
terlaksana dengan baik
tanpa adanya hambatan.

3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Kota Idaman Banjarbaru
program pencegahan dan pengendalian Infeksi sduah terlaksana dengan baik.
Komite PPIRS melakukan surveilans 1 kali selama sebulan sesuai target yang telah
ditetapkan.

Tabel 2.23 Pencapaian Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSD


Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Pencegahan dan 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Pengendalian Infeksi Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi

43
sudah terlaksana dengan
baik dengan tersedianya
sarana dan prasarana.

4. Pemrosesan Alat dan Linen yang Aman


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Kota Idaman Banjarbaru
program pemrosesan alat dan linen yang aman sudah terlaksana. Dilakukannya
monitoring, pengujian uji mikro, pelatihan/sosialisasi dan audit dilaksanakan 1 kali
sebulan serta tersedianya sarana prasarana .
Tabel 2.24 Pencapaian Program Pemrosesan Alat dan Linen yang Aman RSD
Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Pemrosesan Alat dan 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Linen yang Aman pemrosesan alat dan
linen yang aman sudah
terlaksana dengan baik
dengan tersedianya
sarana dan prasarana.

5. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Kota Idaman Banjarbaru
program pengelolaan sampah sudah mancapai target dengan baik. Komite PPIRS
melakukan monitoring kepatuhan petugas sesuai dengan SOP sebanyak 1 kali
sebulan telah terlaksana pada tahun 2018.

44
Tabel 2.25 Pencapaian Program Pengelolaan Sampah RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Pengelolaan Sampah 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
program pengelolaan
sampah sudah terlaksana
dengan baik dengan
tersedianya sarana dan
prasarana.

6. Perlindungan Petugas Kesehatan


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru
program perlindungan petugas kesehatan belum terealisasi seluruhnya.
Berdasarkan laporan komite PPIRS masih ditemukannya kejadian Needle Stick
Injury (NSI) sebanyak 17 kasus, yang mengakibatkan capaian program ini belum
mencapai target. Angka realisasi tersebut didapatkan berdasarkan laporan Komite
PPPIRS, dengan beberapa kegiatan yang belum terlaksana yaitu melakukan
tindakan preventif kepada petugas kesehatan belum dilakukan sepenuhnya
dikarenakan tidak ditemukannya media cetak yang terpasang pada beberapa
fasilitas kesehatan. Pemberian vaksin anti virus telah dilakukan pada awal tahun
dan kegiatan investigasi paparan infeksius hanya dilakukan apabila ditemukannya
kasus.

45
Tabel 2.26 Pencapaian Program Perlindungan Petugas Kesehatan RSD Idaman
Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Perlindungan Petugas 100% 80% Pelaksanaan kegiatan
Kesehatan program perlindungan
petugas kesehatan
belum terialisasi
sepenuhnya.

7. Penangan Pasien dengan Penyakit Menular/ Suspek

Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru


program penangan pasien dengan penyakit menular/ suspek sudah terlaksana dan
tersedia dengan baik.
Tabel 2.27 Pencapaian Program Penangan Pasien dengan Penyakit Menular/
Suspek RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Penangan Pasien dengan 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Penyakit Menular/ Suspek program penangan
pasien dengan penyakit
menular/ suspek sudah
tersedia dengan baik

8. Kebersihan Ruang Perawatan


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Idaman Kota Banjarbaru
program monitoring kebersihan ruang perawatan telah berjalan sesuai target yaitu
sekali dalam sebulan. Komite PPIRS melakukan kegiatan monitoring pembersihan
harian, pembersihan akhir perawatan serta monitoring pembuangan sampah.

46
Tabel 2.28 Pencapaian Program Kebersihan Ruang Perawatan RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Kebersihan Ruang 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Perawatan program Kebersihan
Ruang Perawatan sudah
berjalan sesuai target
yang di tetapkan.

9. Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Pengunjung


Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Kota Idaman Banjarbaru
program petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengunjung telah
terlaksana sesuai target yang telah ditetapkan. Komite PPIRS telah melakukan
sosialisasi kepada pengunjung terkait etika batuk melalui media poster dan telah
menyediakan ruang khusus untuk pasien TB paru.
Tabel 2.29 Pencapaian Program Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Untuk Pengunjung RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Petunjuk Pencegahan dan 100% 100% Pelaksanaan kegiatan
Pengendalian Infeksi program Petunjuk
Untuk Pengunjung Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
Untuk Pengunjung sudah
berjalan sesuai target
yang di tetapkan.

47
10. Pelatihan dan Pendidikan PPI
Berdasarkan hasil evaluasi Komite PPIRS RSD Idaman Banjarbaru program
pelatihan dan pendidikan PPI masih belum terlaksana sesuai target yang telah
ditetapkan. Pelatihan dan pendidikan kepada petugas kesehatan dan petugas
kebersihan belum dilakukan secara menyeluruh. Angka realisasi tersebut
didapatkan berdasarkan laporan Komite PPPIRS, dengan beberapa kegiatan yang
belum terlaksana sepenuhnya dikarenakan kurangnya SDM Komite PPIRS untuk
melakukan pelatihan dan pendidikan PPI serta belum berhadirnya seluruh petugas
pelayanan kesehatan dan kebersihan RSD Idaman Kota Banjarbaru.
Tabel 2.30 Pencapaian Program Pelatihan dan Pendidikan PPI RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No Program Target Realisasi Ket
1 Pelatihan dan Pendidikan 100% 85% Pelaksanaan kegiatan
PPI program Pelatihan dan
Pendidikan PPI belum
berjalan sesuai target
yang di tetapkan.

48
BAB III

PEMETAAN MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Pelaksanaan magang di RSD Idaman Kota Banjarbaru yang dilaksanakan mulai
tanggal 2 Juli- 31 Juli 2018, di Instalasi PPIRS. Berdasarkan laporan komite PPIRS dan
hasil observasi lapangan pada RSD Idaman Kota Banjarbaru dapat diidentifikasikan
beberapa masalah pada bagian PPIRS sebagai berikut:
1. Masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada
petugas kesehatan.
2. Belum terlaksananya pelatihan dan pendidikan PPI kepada seluruh petugas
pelayanan kesehatan dan kebersihan RSD Idaman Kota Banjarbaru.
B. Prioritas Masalah
Permasalahan yang ditemukan di atas lebih dari satu, untuk lebih
memfokuskan dalam pemecahan masalah oleh karena itu perlu diprioritaskan
masalah tersebut berdasarkan tingkat keparahannya. Setelah dilakukan identifikasi
masalah, langkah selanjutnya yaitu menentukan prioritas permasalahan utama.
Dalam hal ini menggunakan metode Bryant, yaitu berdasarkan kriteria besarnya
masalah (Prevalence), kegawatan masalah (Seriousness), kepedulian komunitas
(Community Concern), serta ketersediaan sumber daya (Manageability) terhadap
permasalahan ini. Metode ini digunakan karena intervensi yang dilakukan untuk
pemecahan masalah dapat dilakukan segera dan masalah yang diangkat
merupakan masalah internal dilingkungan rumah sakit dengan Komite PPIRS,
seluruh tenaga kerja yg ada di Instalasi PPIRS (15).
Kriteria yang digunakan dalam menentukan prioritas masalah berdasarkan
pembobotan yang diberikan sebagai berikut :

49
a. Besarnya masalah (Prevalence)
1 = Menyatakan masalah tidak besar
2 = Menyatakan masalah kurang besar
3 = Menyatakan masalah cukup besar
4 = Menyatakan masalah besar
5 = Menyatakan masalah sangat besar
b. Kegawatan Masalah (Seriousness)
1 = Menyatakan masalah tidak serius
2 = Menyatakan masalah kurang serius
3 = Menyatakan masalah cukup serius
4 = Menyatakan masalah serius
5 = Menyatakan masalah sangat serius
c. Kepedulian Komunitas (Community Concern)
1 = Menyatakan kepedulian terhadap masalah sangat tinggi
2 = Menyatakan kepedulian terhadap masalah tinggi
3 = Menyatakan kepedulian terhadap masalah cukup tinggi
4 = Menyatakan kepedulian terhadap masalah rendah
5 = Menyatakan kepedulian terhadap masalah tidak ada
d. Ketersediaan Sumber Daya (Manageability)
1 = Menyatakan sumber daya untuk penanggulangan sangat besar
2 = Menyatakan sumber daya untuk penanggulangan besar
3 = Menyatakan sumber daya untuk penanggulangan cukup besar
4 = Menyatakan sumber daya untuk penanggulangan kurang besar
5 = Menyatakan sumber daya untuk penanggulangan tidak besar

50
Adapun penentuan prioritas masalah berdasarkan metode Bryant dapat dilihat
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode Bryant
Kriteria Jumlah
No Masalah P S C M PxSxCxM Rank

Masih ditemukannya kejadian Needle


1 Stick Injury (NSI) yang tinggi pada 4 5 3 3 120 1
petugas kesehatan
Belum terlaksananya pelatihan dan
pendidikan PPI kepada seluruh
2 petugas pelayanan kesehatan dan 3 3 3 3 81 2
kebersihan RSD Idaman Kota
Banjarbaru

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa yang menjadi prioritas


permasalahan adalah “Masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI)
yang tinggi pada petugas kesehatan”.
1. Masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada
petugas kesehatan RSD Idaman Kota Banjarbaru
a. Besarnya Masalah (Prevalence)

Kriteria pada besarnya masalah diberikan skor 4 dikarenakan capaian pada


tahun 2018 yaitu sebanyak 80% dalam capaian perlindungan petugas kesehatan
sedangkan target capaian adalah 100%. Hal ini dikarenakan masih ditemukannya
kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada petugas kesehatan merupakan
salah satu penghambat dalam pencapaian program ini.
The International Council of Nurses (2005) menyatakan penyebab dari luka
tusuk jarum suntik adalah pemberian injeksi, menutup jarum suntik, pengambilan
darah, pemasangan infus atau pada saat membuang jarum. Luka ini banyak terjadi

51
diarea bangsal ataupun ruang operasi. Kejadian tertusuk jarum suntik atau benda
tajam lainnya tersebut dapat disebabkan karena peralatan yang tidak aman,
petugas yang lalai atau tidak mengikuti standar operasional prosedur dan juga
karena lemahnya sistem pengawasan di rumah sakit(16,17).
Pusat Kesehatan Kerja (2003) mengatakan masalah penyebab kecelakaan
kerja yang paling besar yaitu faktor manusia akibat kurang pengetahuan dan
keterampilan, kurang kesadaran dari direksi dan karyawan yang acuh tak acuh dan
menganggap remeh dalam melaksanaakan Standar Operasional Pekerja.
Berdasarkan paparan narasumber dari Komite PPIRS Idaman Kota Banjarbaru
dalam wawancara menyebutkan bahwa faktor terjadinya kejadian Needle Stick
Injury (NSI) tersebut pada petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, yaitu
“Saya rasa yang menjadi penyebabnya adalah masih kurangnya kesadaran
petugas kesehatan yang bertugas dalam mematuhi SOP yang telah ditetapkan
oleh Rumah Sakit”. Berdasarkan laporan Komite PPIRS RSD Idaman Kota
Banjarbaru tahun 2018 dan hasil observasi di lapangan juga masih belum
ditemukannya media informasi cetak yang berisi Standar Operasional Pekerja
(18).

b. Kegawatan Masalah (Seriousness)

Berdasarkan paparan narasumber Komite PPIRS masalah terjadinya


kecelakaan kerja berupa Needle Stick Injury (NSI) dikarenakan tidak patuhnya
pekerja dalam menerapkan Standar Operasional Pekerja (SOP). Hal tersebut
menyebabkan kriteria kegawatan masalah (Seriousness) diberikan skor 5. Luka
atau cidera akibat tertusuk jarum atau benda tajam lainnya merupakan hal yang
sangat perlu diperhatikan. Apabila seorang petugas kesehatan tanpa sengaja
terluka akibat tertusuk jarum yang sudah terkontaminasi cairan tubuh orang yang
sakit maka beresiko terjadi penularan sekurang-kurangnya 20 patogen potensial.

52
Dua patogen yang sangat berbahaya adalah Hepatitis B (HBV) dan Human
Immunodefidiensy Virus (HIV)(17).

World Health Organization (2013) menyatakan paparan terhadap darah yang


disebabkan oleh tertusuk jarum meningkatkan risiko infeksi virus yang ditularkan
melalui darah seperti Virus Hepatitis B (HBV) dengan risiko 5-40%, Virus Hepatitis
C dengan risiko 3-10% dan Human Immune Deficiency Virus (HIV) dengan risiko 0,2
– 0,5%. Luka tusuk jarum suntik adalah insiden merugikan kedua yang paling sering
dilaporkan dan merupakan bahaya besar untuk transmisi penyakit virus seperti
HIV, dan Hepatitis B dan C. Mereka juga merupakan sumber potensial penularan
penyakit prion dan patogen yang berbeda yang menyebabkan banyak penyakit
melalui darah termasuk malaria, mononukleosis infeksiosa, difteri, herpes,
tuberkulosis, sifilis, dan demam berbintik. Dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kejadian kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik memiliki
besaran masalah (magnitude of the problem) yang cukup besar, dimana petugas
kesehatan sebagai kelompok pekerja yang paling rentan(19,20).

c. Kepedulian Komunitas (Community Concern)

Masalah terjadinya kecelakaan kerja berupa Needle Stick Injury (NSI)


dikarenakan tidak patuhnya pekerja dalam menerapkan Standar Operasional
Pekerja (SOP) diberikan poin 3 pada bagian kepedulian komunitas karena
kepedulian terhadap masalah ini tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kepedulian RSD
Idaman Kota Banjarbaru dalam mendukung tersedianya fasilitas dalam
pencegahan kecelakaan kerja yang terjadi.

d. Ketersediaan Sumber Daya (Manageability)

Masalah terjadinya kecelakaan kerja berupa Needle Stick Injury (NSI)


dikarenakan tidak patuhnya pekerja dalam menerapkan Standar Operasional

53
Pekerja (SOP) diberikan poin 3 pada bagian ketersediaan sumber daya karena hal
ini memerlukan sumber daya yang besar dari dana, sarana dan prasarana yang
disediakan guna mendukung tersediaanya fasilitas dalam pencegahan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) serta Komite PPIRS sudah melakukan sosialisasi terkait
pencegahan paparan infeksius pada petugas pelayanan kesehatan.

2. Belum terlaksananya Pelatihan dan Pendidikan PPI kepada seluruh petugas


pelayanan kesehatan dan Kebersihan RSD Idaman Kota Banjarbaru
a. Besarnya Masalah (Prevalence)

Menurut Murtie (2012), training adalah sebuah proses yang dilalui oleh
seorang individu dalam rangka untuk mengubah sikap, pengetahuan,
keterampilan dan prilakunya. Kriteria pada besarnya masalah diberikan skor 3
dikarenakan capaian pada tahun 2018 yaitu sebanyak 85% dalam capaian pelatihan
dan pendidikan PPI sedangkan target capaian adalah 100%. Hal tersebut
disebabkan kurangnya SDM Komite PPIRS dalam melakukan pelatihan dan
pendidikan PPI kepada petugas pelayanan kesehatan dan kebersihan pada RSD
Idaman Kota Banjarbaru. Terhambatnya kegiatan ini juga dikarenakan sebagian
petugas pelayanan kesehatan dan kebersihan tidak bisa mengahadiri kegiatan
pendidikan dan pelatihan PPI. Kegiatan program ini sebenarnya sudah dilakukan
pada setiap awal tahun tetapi tidak semua peserta hadir dalam kegiatan ini (21).

b. Kegawatan Masalah (Seriousness)

Masalah belum tercapainya pelatihan dan pendidikan PPI pada petugas


pelayanan kesehatan dan kebersihan diberikan skor 3. Hal tersebut dikarenakan
pentingnya pelatihan dan pendidikan kepada seluruh petugas pelayanan
kesehatan dan kebersihan untuk menjadikan SDM yang berkulitas dan profesional
serta mencegah terjadinya Kecelakan Akibat Kerja (KAK) yang dapat

54
membahayakan diri sendiri, petugas kesehatan lain dan pasien/pengunjung.

c. Kepedulian Komunitas (Community Concern)

Masalah belum tercapainya pelatihan dan pendidikan PPI pada petugas


pelayanan kesehatan dan kebersihan pada kriteria kepedulian komunitas
diberikan skor 3. Kepedulian komunitas terhadap masalah ini masih tinggi, dapat
dilihat bagaimana RSD Idaman Kota Banjarbaru menyediakan fasilitas untuk
mendapatkan SDM yang berkualitas dan profesional dalam melakukan
pekerjaanya.

d. Ketersediaan Sumber Daya (Manageability)

Masalah belum tercapainya pelatihan dan pendidikan PPI pada petugas


pelayanan kesehatan dan kebersihan pada kriteria kepedulian komunitas
diberikan skor 3. Halini dikarenakan dibutuhkannya sumber daya manusia, dana,
sarana dan prasarana yang besar. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan
SDM yang berkualitas dan profesional dalam mengerjakan pekerjaanya serta
dapat mencegah terjadinya Kecelakan Akibat Kerja (KAK).

C. Analisis Faktor Risiko Masalah Utama


Berdasarkan prioritas masalah yang telah ditentukan sebelumnya, selanjutnya
akan dilakukan identifikasi penyebab masalah. Untuk mengetahui penyebab dari
masalah-masalah tersebut maka dapat diketahui dengan metode Fish Bone
analysis, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.1 Fish Bone Diagram Mengenai Faktor Risiko “Tidak ditemukannya media
promosi cetak untuk tindakan preventif terkait Paparan Infeksius
kepada petugas kesehatan”

55
SARANA DAN PRASARANA
SDM

Kurangnya kesadaran Kurangnya media


informasi cetak Terjadinya
atau kepatuhan Needle Stick
terhadap SOP yang tentang SOP sebagai
reminder pekerja Injury (NSI)
telah ditetapkan yang tinggi
dalam melakukan
pekerjaan pada petugas
kesehatan

Masih belum efektifnya sosialisasi


tentang pencegahan paparan
pajanan infeksius

METODE

Berdasarkan diagram fish bone di atas, maka diperoleh berbagai penyebab


permasalahan dari aspek SDM, sarana dan prasarana dan metode. Adapun
penjelasan penyebab masalah Masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury
(NSI) yang tinggi pada petugas kesehatan karena tidak ditemukannya media
cetak sebagai tindak preventif perlindungan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut:

1. Manusia (SDM)

Pada faktor Sumber Daya Manusia (SDM) ditemukan penyebabnya adalah


kurangnya kesadaran atau kepatuhan terhadap SOP yang telah ditetapkan. Hal ini
didasarkan pada paparan narasumber pada wawancara yang menyatakan
penyebab kejadian Needle Stick Injury (NSI) pada petugas kesehatan yaitu
kurangnya kesadaran atau kepatuhan terhadap SOP yang telah ditetapkan
Rumah Sakit.
Kecelakaan dalam bekerja dapat diakibatkan oleh kelalaian pekerja, bekerja
melebihi batas kemampuan atau ergonomis yang buruk dalam bekerja. Dalam

56
bidang kesehatan kelalaian dalam bekerja bisa terjadi pada siapa saja. Djauhari
(2015) meneliti faktor yang berhubungan dengan luka tusuk jarum suntik pada
bidan desa di Kabupaten Mojokerto Tahun 2015. Sampel penelitian ini sebanyak
74 bidan desa. Hasil penelitian menunjukkan bidan desa yang mengalami luka
tusuk jarum 39 orang (52,7%) dan tidak mengalami luka tusuk jarum suntik 35
orang (47,3%). Disamping itu juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara
luka tusuk jarum suntik dengan faktor pengetahuan (p=0,043), ketersediaan
safety box (0,024), penerapan SOP (0,043), pemakaian APD (0,012),
nonrecapping (0,043), pemanfaatan safety box (0,004) dan pengawasan
(0,043)(22).

2. Sarana dan Prasarana

Pada faktor Sarana dan Prasarana ditemukan penyebabnya adalah kurangnya


media informasi cetak tentang SOP sebagai reminder pekerja dalam melakukan
pekerjaannya. SOP hanya tertulis pada buku panduan perlindungan petugas
kesehatan. Dalam observasi lapangan belum ditemukannya media promosi atau
cetak terkait SOP sebagai reminder petugas kesehatan yang terpasang pada
ruang-ruang pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Putu, dkk (2014), terdapat peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap
setelah diberikan penyuluhan dengan menggunakan media cetak dan media
elektronik seperti poster, leaflet, dan video pada anak SD terkait Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) (23).

3. Metode

Pada faktor Metode ditemukan penyebabnya adalah masih belum efektifnya


sosialisasi tentang pencegahan terkait paparan atau pajanan infeksius kepada
petugas kesehatan. Berdasarkan temuan kasus kejadian Needle Stick Injury (NSI)

57
berjumlah 17 kasus pada tahun 2017 dan berjalannya 2018, maka hal tersebut
menjadikan sosialisasi yang telah dilakukan belum berjalan dengan efektif. Belum
efektifnya sosialisasi terkait pencegahan paparan pajanan infeksius pada petugas
kesehatan, penyuluhan/sosialisasi tentang kesehatan merupakan salah satu
bentuk pendidikan kesehatan yang diberikan kepada kelompok sasaran dengan
tujuan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan, menciptakan sikap positif, sehingga akan berdampak pada
perilaku kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
penyuluhan akan meningkatkan pengetahuan seseorang. Pemberian penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja batik di semarang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang
upaya pencegahan kecelakaan kerja setelah diberikan penyuluhan (24,25,26).

58
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan identifikasi penyebab masalah menggunakan diagram Fish Bone,
maka dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Beberapa alternatif tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Faktor Risiko dan Alternatif
No. Faktor Risiko Pemecahan Masalah
1. Manusia
Kurangnya kesadaran atau Pelatihan dan evaluasi secara
kepatuhan terhadap SOP berkala terhadap penerapan SOP
yang telah ditetapkan

2. Sarana dan prasarana


Kurangnya media informasi Membuat media informasi cetak
cetak tentang SOP sebagai tentang SOP dan penanganan jika
reminder pekerja dalam terjadi kejadian needle stick injury
melakukan pekerjaan

3. Metode
Masih belum efektifnya Melakukan diseminasi informasi
sosialisasi tentang terkait dengan pencegahan
pencegahan paparan paparan pajanan infeksius
pajanan infeksius

B. Prioritas Masalah

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, terdapat beberapa alternatif pemecahan


masalah. Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam
memecahkan masalah, maka perlu adanya penentuan prioritas dalam pemecahan
masalah. Adanya penentuan prioritas pemecahan masalah diharapkan pemecahan
masalah yang dilakukan nantinya benar-benar mampu dan memiliki kemungkinan
terbesar dalam memecahkan masalah. Salah satu cara dalam menentukan prioritas

59
pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan metode bryant. Adapun
beberapa kriteria untuk menentukan prioritas pemecahan masalah pada teknik ini
yaitu sebagai berikut:
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (prevalence) jika pemecahan
masalah tersebut dilaksanakan.
2. Kemungkinan keberhasilan pemecahan masalah (seriousnesss) jika
pemecahan masalah tersebut dilaksanakan.
3. Dukungan instansi terkait/komunitas (community concern) jika pemecahan
masalah tersebut dilaksanakan.
4. Kemampuan sumber daya (managebillity) jika pemecahan masalah tersebut
dilaksanakan.
Kriteria skoring penentuan prioritas pemecahan masalah yaitu :
1. Prevalence
5 = Menyatakan sangat menyelesaikan masalah
4 = Menyatakan menyelesaikan masalah
3 = Menyatakan cukup menyelesaikan masalah
2 = Menyatakan kurang menyelesaikan masalah
1 = Menyatakan tidak menyelesaikan masalah
2. Seriousness
5 = Menyatakan sangat berhasil
4 = Menyatakan berhasil
3 = Menyatakan cukup berhasil
2 = Menyatakan kurang berhasil
1 = Menyatakan tidak berhasil
3. Community Concern
5 = Menyatakan sangat mendukung
4 = Menyatakan mendukung

60
3 = Menyatakan cukup mendukung
2 = Menyatakan kurang mendukung
1 = Menyatakan tidak mendukung
4. Manageability
5 = Menyatakan sangat mampu
4 = Menyatakan mampu
3 = Menyatakan cukup mampu
2 = Menyatakan kurang mampu
1 = Menyatakan tidak mampu
Adapun penentuan prioritas pemecahan masalah menggunakan teknik
skoring dengan metode Bryant yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Kriteria Nilai Rank
No Pemecahan Masalah
P S C M Komposit
1. Pelatihan dan evaluasi secara
berkala terhadap penerapan 4 3 4 2 96 III
SOP.
2. Membuat media informasi
cetak tentang SOP 4 4 4 3 192 I

3. Melakukan diseminasi
informasi terkait dengan 4 3 4 3 144 II
pencegahan paparan pajanan
infeksius

Berdasarkan hasil skoring di atas, prioritas pemecahan masalah adalah


Membuat media informasi cetak tentang SOP dalam upaya penurunan kejadian
needle stick injury (NSI) sebagai reminder pekerja dalam melakukan pekerjaan.
Adapun pemberian skoring pada penentuan prioritas pemecahan masalah diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut:

61
1. Prevalance
Alternatif pemecahan masalah pada kriteria prevalance diberi skor 4
dikarenakan alternatif pemecahan masalah dapat menyelesaikan masalah dalam
masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada petugas
kesehatan. Pembuatan media Informasi cetak tentang SOP ini diharapkan
meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan pekerjaannya dengan aman
dan dapat menurunkan kejadian paparan pajanan infeksius berupa needle stick
injury (NSI). Menurut Machfoedz (2009), bahwa panca indera yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%),
sedangkan 13-25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indera
lainnya sehingga semakin banyak panca indera yang digunakan maka semakin jelas
pengetahuan yang diperoleh (27).
2. Seriousness
Alternatif pemecahan masalah pada kriteria seriousness diberi skor 4
dikarenakan alternatif pemecahan masalah dapat menyelesaikan masalah dalam
Masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada petugas
kesehatan. Hal ini dikarenakan media informasi seperti poster merupakan alat
peraga yang berfungsi untuk membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses
pendidikan atau pengajaran. Penggunaan media bertujuan untuk mempermudah
penyampaian materi terkait dengan harapan sasaran bisa memahami informasi
kesehatan yang disampaikan. Banyak penelitian yang menemukan bahwa ada
peningkatan pengetahuan setelah menggunakan beberapa media tertentu seperti
poster (28).
3. Community Concern
Kriteria community concern pada alternatif pemecahan masalah diberi skor 4
karena alternatif pemecahan masalah ini mendapatkan dukungan dari pihak rumah
sakit untuk pelaksanaannya dan dilakukan koordinasi yang baik dari Komite PPIRS.

62
Menurut pihak rumah sakit, diharapkan dengan adanya poster-poster tersebut
dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kejadian kecelakaan kerja berupa
needle stick injury (NSI). Apabila seseorang terus mengingat informasi tersebut,
maka diharapkan orang tersebut akan mampu merubah perilakunya menjadi
perilaku patuh pada saat bekerja (29).
4. Manageability
Kriteria manageability pada alternatif pemecahan masalah diberi skor 4 karena
sumber daya mampu untuk mendukung apabila pemecahan masalah itu
terlaksana. Pelaksanaan pemecahan masalah ini dapat dilaksanakan dengan
sumber daya yang dimiliki baik dari dana dan SDM yang diharapkan dapat mencapai
output yang diinginkan. Pembuatan media informasi cetak berupa poster ini dibuat
dengan kerja sama Komite PPIRS.
C. Analisis Mendalam Terhadap Intervensi
Pemecahan masalah yang dilakukan dalam memecahkan masalah dalam
ditemukannya kejadian Needle Stick Injury (NSI) yang tinggi pada petugas
kesehatan adalah membuat media informasi cetak seperti poster tentang SOP
dalam upaya penurunan kejadian needle stick injury (NSI). SOP hanya tertulis pada
buku panduan perlindungan petugas kesehatan yang telah dibuat oleh Komite PPI
RSD Idaman Kota Banjarbaru. Dalam observasi lapangan belum ditemukannya
media promosi atau cetak terkait SOP sebagai reminder petugas kesehatan yang
terpasang pada ruang-ruang pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan narasumber dari Komite PPIRS yang menjadikan penyebab kurangnya
kesadaran petugas kesehatan dalam mematuhi SOP yang telah ditetapkan yaitu
“Kurangnya reminder bagi petugas kesehatan itu sendiri sehingga mereka
terkadang bisa lupa dan tidak menjalankan SOP yang baik dan benar”

63
Promosi kesehatan dapat dilakukan di antaranya dengan menggunakan media.
Media yang banyak digunakan untuk mempromosikan, mensosialisasikan
kesehatan adalah poster. Pentingnya pemilihan media dalam melakukan promosi
kesehatan sangatlah diperlukan dengan maksud mempermudah penerimaan
sasaran terhadap materi promosi kesehatan yang diberikan. Poster adalah media
gambar yang mengkombinasikan unsur-unsur visual seperti garis, gambar dan
kata-kata untuk dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan pesan secara
singkat. Poster mempunyai keuntungan dalam menarik orang yang mempunyai
minat khusus, karena poster dapat menyampaikan atau menyajikan pokok dari
suatu permasalahan. Poster merupakan ilustrasi gambar yang disederhanakan
pada ukuran besar dan bertujuan untuk menarik perhatian pada gagasan pokok,
fakta atau peristiwa. Poster merupakan gabungan antara kesederhanaan dan
dinamis (30,31,32).

Kelebihan dari media poster adalah (32):


a. Biaya produksi relatif murah
b. Memiliki desain yang menarik hingga mudah dipahami
c. Mudah ditemukan di tempat-tempat umum
Menurut Ketut Ima Ismara (2020) dalam Buku Perilaku mencegah cedera
tertusuk dan tersayat (CTS), Rumah sakit perlu membuat aturan standar kerja
(SPO-SMK3) terkait dengan pelaksanaan perlindungan diri dari petugas kesehatan,
yang harus mudah dipahami dan dipatuhi semua tenaga kesehatan dengan ketat,
pemasangan poster K3 untuk mengingatkan dan meningkatkan kewaspadaan,
memberikan pelatihan kerja, dan pengadaan alat-alat kesehatan yang terjamin
keamanannya. Hal lainnya yang perlu diperhatikan rumah sakit adalah kondisi fisik
dan psikologis petugas kesehatan saat bekerja. Stres, frustasi, bosan, atau jenuh
yang terjadi pada petugas kesehatan karena beban kerja dan adanya masalah

64
pribadi. Tekanan tersebut akan menyebabkan penurunan performansi pada titik
terendah yang pada akhirnya dapat menyebabkan kurangnya kewaspadaan
terhadap adanya risiko bahaya(33).
Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hierarki pengendalian
(hierarchy of controls). Tingkatan hierarki pengendalian yaitu eleminasi
(elemination), subtitusi (subtitution), rekayasa teknik (engineering control), isolasi
(isolation), pengendalian administrasi (administration control) dan alat pelindung
diri (APD). Pada rumah sakit kita tidak bisa menghilangkan semua faktor bahaya
yang ada. Poster termasuk pada langkah kelima yaitu pengendalian administrasi
(administration control). Dalam penelitian sebelumnya pada Sumihardi (2011),
Sikap tenaga kerja terhadap keselamatan dalam bekerja sesuai dengan safety
poster dan pelaksanaan protap lebih tinggi sesudah perlakuan pemajangan safety
poster dan pelaksanaan protap dibandingkan dengan sebelum perlakuan.
Meningkatnya skor sikap tenaga kerja terhadap keselamatannya dalam bekerja
karena adanya safety poster yang sesuai dengan potensi bahaya yang dipajang di
tempat kerja, dapat mengingatkan tenaga kerja akan risiko yang dihadapinya
dalam bekerja, sehingga tenaga kerja akan termotivasi untuk bersikap selamat
dalam bekerja. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Krause (2000), bahwa
pemajangan safety poster di tempat kerja sangat bermanfaat bagi tenaga kerja
untuk meningkatkan pemahaman dan daya ingat tenaga kerja untuk bersikap
selamat dalam bekerja. Sementara, Geller (2000) menjelaskan bahwa dengan
penempatan poster keselamatan di tempat kerja dapat memperbaiki kebiasaan
kerja yang buruk/sikap kerja yang tidak selamat(34,35,36).
Dalam menentukan pemilihan tempat untuk pemasangan poster dilakukan
diskusi bersama komite PPIRS. Berdasarkan diskusi bersama Komite PPIRS
didapatkan dua tempat untuk pemasangan poster terkait SOP tersebut, yaitu pada
Unit IGD dan Unit Poliklinik. Dua tempat tersebut terpilih untuk dilakukan

65
pemasangan poster tersebut dikarenakan pada proses kegiatan di dua unit
tersebut sangat dekat atau sering dalam penggunaan jarum suntik. Selain itu
intervensi media poster ini didukung dalam aspek SDM, metode, sarana dan
pendanaan untuk merealisasikannya. Pelaksanaan intervensi ini akan terealisasi
karena tersedianya SDM yang cukup dan berkompeten pada bidangnya,
diharapkan dengan media ini, diharapkan meningkatkan kesadaran pekerja dalam
melakukan pekerjaannya dengan aman dan dapat menurunkan kejadian paparan
pajanan infeksius berupa needle stick injury(NSI).
D. Rencana Kegiatan (POA)
Perencanaan kegiatan (Plan Of Action) adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Prioritas pemecahan masalah yang dilakukan yaitu membuat media informasi
cetak tentang SOP dalam upaya penurunan kejadian needle stick injury (NSI).
Harapannya dengan adanya pembuatan media informasi cetak ini mampu
meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan pekerjaannya dengan aman
dan dapat menurunkan kejadian paparan pajanan infeksius berupa needle stick
injury (NSI), sehingga hasil yang akhir mampu meningkatkan pencapaian program
perlindungan petugas kesehatan.
2. Analisa Situasi
a. Keadaan Daerah
Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru merupakan Rumah Sakit Kelas C
yang berlokasi di Jl. Trikora No.115 RT.39, RW.001 Kelurahan Guntung Manggis,
Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan pengelolaannya oleh pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Agustus 2004. Berdasarkan keputusan
Walikota Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011. Rumah Sakit Daerah Idaman Kota

66
Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007.
b. Masalah yang ada di Komite PPIRS
Setelah dilakukan identifikasi masalah di RSD Idaman Kota Banjarbaru
ditemukan permasalahan yaitu kurangnya capaian pada program Perlindungan
Petugas Kesehatan.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
pencapaian program perlindungan petugas kesehayan di RSD Idaman Kota
Banjarbaru.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya kegiatan ini adalah untuk melakukan kegiatan
pembuatan media informasi cetak tentang sebagai salah satu cara meningkatkan
kesadaran pekerja dalam melakukan pekerjaannya dengan aman dan dapat
menurunkan kejadian paparan pajanan infeksius berupa needle stick injury (NSI) di
RSD Idaman Kota Banjarbaru.
4. Kebijakan Pelaksanaan dan Pokok-Pokok Kegiatan
Pokok-pokok kegiatan inimeliputi:
a. Melakukan koordinasi antara pihak Komite PPIRS dan IPSRS/UMKAP untuk
melakukan kegiatan pembuatan media informasi cetak tentang SOP dalam
upaya penurunan kejadian needle stick injury (NSI) di RSD Idaman Kota
Banjarbaru
b. Kegiatan-kegiatan pokok
Kegiatan pokok yang dilakukan :

67
1) Tahap persiapan, dimulai dengan rapat oleh Komite PPIRS untuk penyusunan
rencana kegiatan mengenai pembuatan media informasi cetak tentang SOP
dalam upaya penurunan kejadian needle stick injury (NSI), mengkoordinasikan
dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan disetiap lini agar
mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan
2) Tahap pelaksanaan, yaitu berupa pelaksanaan pembuatan dan pemasangan
media informasi cetak tentang SOP dalam upaya penurunan kejadian needle
stick injury (NSI) dengan memastikan semua pemangku kepentingan bekerja
sama, mendorong kepemilikan dan akuntabilitas, selain itu juga memastikan
ketersediaan sumber daya dan penggunaannya secara optimal
3) Tahap monitoring dan evaluasi. Tahap Monitoring dan Evaluasi dibagi menjadi
tiga kegiatan yaitu Monev jangka pendek, menengah dan panjang. Monev
jangka pendek dilakukan dengan metode kuisioner kepada petugas kesehatan
pada unit terpilih sebelum dan sesudah poster terpasang. Monev jangka
menengah dilakukan dengan pemantauan angka kejadian Needle Stick Injury
(NSI) setelah poster tiga bulan terpasang dan Monev jangka panjang dilakukan
setelah satu tahun poster terpasang.
5. Perkiraan Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Rencana Pelaksanaan
Serta Rencana Pemecahan Masalahnya
a. Faktor penunjang rencana pelaksanaan sebagai berikut:
1) Tersedianya sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan
2) Adanya komitmen dari seluruh pemangku kepentingan
3) Adanya komunikasi yang baik dari PPIRS dan IPSRS/UMKAP di RSD Idaman
Kota Banjarbaru
b. Faktor penghamabat rencana pelaksanaan sebagai berikut:
1) Belum tersedia dana tetap untuk pelaksanaan kegiatan

68
2) Kerjasama dan komunikasi dari pihak Komite PPIRS dan pemangku
kepentingan terkait belum optimal
c. Cara menjaga atau meningkatkan peranan faktor penunjang
Cara yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan faktor
penunjang yaitu dengan melakukan persiapan yang matang dalam perencanaan
kegiatan yang akan dilakukan dan menjaga komunikasi yang baik antara semua
pihak terkait agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.
d. Cara meniadakan atau mengurangi faktor penghambat
Cara yang dapat dilakukan untuk meniadakan atau mengurangi faktor
penghambat adalah dengan melakukan koordinasi dan menjalin pendekatan yang
baik.
6. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian
Tabel 4.3. Indikator keberhasilan Pengawasan Pengendalian dan Penilaian

No. Metode Indikator Keberhasilan


1. Adanya peningkatan pengetahuan Apabila 90% peserta mendapatkan
tentang SOP dan bahaya Needle Stick nilai minimum skor kuisioner (> 70)
Injury (NSI)
2. Pemantauan dilakukan melalui Apabila 80% petugas kesehatan
kepatuhan angket di setiap bulannya dari masing-masing Instalasi/Unit
tentang SOP Needle Stick Injury (NSI) menerapakan SOP pencegahan
Neede Stick Injury (NSI)
3. Penilaian dapat dilihat pada Tidak ditemukan (0)
menurunnya pajanan infeksi berupa Kasus/kejadian Needle Stick Injury
Needle Stick Injury (NSI) pada tahun (NSI)
2019

69
7. Penutup
Berdasarkan identifikasi masalah hasil kerja magang diketahui yang menjadi
prioritas masalah adalah belum tercapainya Perlindungan Petugas Kesehatan
dengan target 100% namun hanya 80% yang terlaksana di RSD Idaman Kota
Banjarbaru. Berdasarkan pemasalahan yang ada, pemecahan masalah yang dipilih
adalah pembuatan media informasi cetak tentang SOP dalam upaya penurunan
kejadian needle stick injury (NSI). Pemecahan masalah ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan pekerjaannya dengan aman
dan dapat menurunkan kejadian paparan pajanan infeksius berupa needle stick
injury (NSI). Rencana kegiatan (POA) pembuatan media informasi cetak tentang
SOP dapat dilihat pada tabel 4.3

70
Tabel 4.3 Rencana Kegiatan

No Kegiatan Tujuan Metode Waktu Sasaran Penanggungjawab Indikator Keberhasilan


1 Rapat advokasi Menentukan konsep Diskusi Minggu Komite Ketua Komite konsep media promosi (poster)
dan persiapan poster tentang SOP pertama PPIRS dan PPIRS yang diangkat
kegiatan dalam upaya bulan IPSRS

penurunan kejadian oktober

needle stick injury 2018

(NSI).
2 Pelaksanaan Membuat media praktik Minggu Komite Ketua Komite Poster
informasi tentang SOP kedua bulan PPIRS PPIRS
dalam upaya oktober Mahasiswa

penurunan kejadian 2018

needle stick injury


(NSI).
3 Monitoring a. Monev jangka a. Kuisioner November Komite Ketua Komite a. Hasil kuesioner peningkatan
dan Evaluasi pendek b. Pemeriksaan 2018 PPIRS PPIRS pengetahuan dengan
b. Monev jangka dokumen membagikan pre tes sebelum
menengah c. Pemeriksaan pemasangan poster dan post
c. Monev jangka dokumen tes setelah pemasangan poster
panjang b. Menurunnya angka kejadian
Needle Stick Injury (NSI)
c. Menurunnya angka kejadian
Needle Stick Injury (NSI)
71
8. Rencana Anggaran Kegiatan
Rencana Anggaran Kegiatan Pembuatan media informasi cetak tentang SOP
dalam upaya penurunan kejadian needle stick injury (NSI) di RSDI Kota Banjarbaru.
Tabel 4.4 Rencana Anggaran Kegiatan

No. Kegiatan Keperluan Dana


1. Studi a. Konsumsi a. 9 orang @ Rp 120.000
pendahuluan Rp 10.000
Pemilihan b. biaya desain b. Rp 30.000
a. Instalasi
yang
menjadi
prioritas
utama
b. Rancangan
desain
poster
c. Konsumsi

2. Pelaksanaan a. Cetak poster dengan a. 4 buah Rp. 300.000


Kegiatan frame @Rp75.000

3. Monitoring dan a. Kuisioner a. Print a. Rp. 20.000


evaluasi b. Pemeriksaan angka b. Konsumsi 9 b. Rp. 90.000
orang @
kejadian paparan 10.000
pajanan infeksius

Jumlah Rp. 530.000

72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja magang yang dilakukan di instalasi Pencegahan dan
Pengendalain Infeksi di Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil prioritas masalah menggunakan metode Bryant diperoleh masalah utama
yang harus dipecahkan adalah masih ditemukannya kejadian Needle Stick Injury
(NSI) yang tinggi pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Idaman Kota
Banjarbaru
2. Faktor penyebab masalah utama yang terjadi disebabkan oleh beberapa aspek
seperti kurangnya kesadaran atau kepatuhan terhadap SOP yang telah
ditetapkan, kurangnya media informasi cetak tentang SOP dan masih belum
efektifnya sosialisasi tentang pencegahan paparan pajanan infeksius
3. Pemecahan masalah yang diprioritaskan untuk melakukan peningkatan angka
pencapaian kegiatan perlindungan petugas kesehatan di rumah sakit adalah
dengan membuat media informasi cetak tentang SOP dalam upaya penurunan
kejadian needle stick injury (NSI)
B. Saran
Diharapkan setelah dilakukan pembuatan media informasi cetak tentang SOP
sebagai reminder pekerja dalam melakukan pekerjaan dapat menurunkan kejadian
Needle Stick Injury (NSI), pihak rumah sakit melalui Instalasi PPIRS dapat melakukan
sosialisasi dan pelatihan kepada seluruh petugas pelayanan kesehatan terkait
pencegahan paparan pajanan infeksius dalam hal ini adalah Needle Stick Injury (NSI)
yang angka ditemukannya kejadian masih tinggi. Komite PPIRS dapat melakukan
monitoring dan evaluasi jangka panjang untuk kegiatan tersebut, dapat
memperbanyak media informasi yang lain guna menghilangkan angka kejadian

73
paparan pajanan infeksius dan mengoptimalkan kerjasama lintas instalasi/unit
guna meningkatkan angka capaian program perlindungan petugas kesehatan
secara berkelanjutan.

74
DAFTAR PUSTAKA

1. Listiyono, Rizky A. Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit


Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sakit
Tipe B. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 2015: 1 (1) ; 1-7

2. Undang–Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


Jakarta : 2009

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014


Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : 2014

4. Profil Rumah Sakit Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2018.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017


Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

6. Keputusan Menteri Kesehatan Ri No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI,2008.

7. Sulistyowati,dkk. Hubungan Sosiodemografi Perawat Dengan Insiden Needle


Stick Injury Di RSUD Wonosari Tahun 2019. Health Care management, 2019: 4
(2) ; 107-115

8. Akbar Faizul G. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Needle Stick


Injury (NSI) pada Perawat di Ruang Rawat Inap Krakatau Medika Hospital Kota
Cilegon Tahun 2017. Jurnal Keperawatan, 2017 : 1 (1) ; 1-17

9. Occupational Safety and Health Administration. Worker Safety in Your


Hospital. Washington DC :Occupational Safety and Health Administration,2013.

10. Khairani N, dkk. Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Ditinjau
dari Pengetahuan dan Perilaku pada Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana
Dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS). Jurnal ilmu kesehatan, 2017: 2 (2); 153 –
158
11. Sirfin AM. Pelaksanaan manajemen kearsipan pada biro pengelolaan barang
dan aset daerah pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Makasar:
Universitas Hasanuddin. 2018.

12. Damping TRA, dkk. Penerapan metode simple additive weight (SAW) pada
aplikasi penentuan pilot pada rute penerbangan. Jurnal Informatika
Mulawarman, 2017: 2 (12); 76-81

13. Laporan Tahunan Rumah Sakit Idaman Kota Banjarbaru Tahun 2017.

14. Laporan Tahunan PPIRS Rumah Sakit Idaman Kota Banjarbaru 2017.

15. Fatmasari EY, dkk. Analisa Faktor-Faktor Kebijakan Dalam Implementansi


Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang, 2016: 2 (4); 1-9

16. Septiani, Hasmi. Studi Pengendalian Kejadian Tertusuk Jarum Suntik Pada
Petugas Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.2018.

17. Ginanjar, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja


Tertusuk Jarum Suntik atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat Di RSUD
Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2018. Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat,2019 : 2(2) ; 163-171

18. Roza, A. Wulandini, S.P. Perilaku Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (Apd) Di Irna Medikal RSUD Pekanbaru 2016. Jurnal Keperawatan
Abdurrab, 2016 : 1(1) ; 1-9

19. Kusnan Adius. Alifariki La Ode. Hubungan Praktek Menyuntik Aman Dengan
Kejadian Cedera Tertusuk Jarum. Jurnal Perawat Indonesia, 2019: 3 (3); 229-236

20. Wiyono, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luka Tusuk
Jarum Suntik Pada Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Tahun 2018.
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 2019: 1(9) ; 24-36
21. Supriyanto. Hutajulu Shinta. Tinjauan Pelaksanaan Pelatihan Dan
Pengembangan Karyawan Pada PT. Inalum Kabupaten Batubara. Jurnal Bisnis
Administrasi, 2013 : 2(2) ; 30-40

22. Panelewen, J.,dkk. Hubungan Antara Pengetahuan, Kompetensi lama Kerja,


Beban Kerja dengan Kejadian Tertusuk Jarum Suntik pada Perawat Di RSUD
Liun Kendege Tahuna. Jurnal EMBA, 2017 : 3(5) ; 4336-4345

23. Suyasa, dkk. Efektivitas Penggunaan Media Cetak Dan Media Elektronik Dalam
Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Perubahan Sikap
Siswa SD. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2014: 1(4) ; 29-39

24. Nurmala,dkk. Buku Promosi Kesehatan. Surabaya : Universitas Airlangga, 2018.

25. Anggiani F. Pratiwi Yulia. Hubungan Edukasi Terhadap Peningkatan


Pengetahuan Masyarakat Pada Penggunaan Antibiotik di Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus. Cendekia Journal Of Pharmacy, 2020: 2(4) ; 149-155

26. Lestantyo,dkk. Perilaku Pencegahan Kecelakaan Kerja Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan K3 Pada Perajin Batik. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 2011 :
2(6) ; 146-151

27. Pebrianti D. Evaluasi pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang


kaanker payudara dan praktik sadari di madrasah aliyah hidayatul muslimin 2
kecematan sungai raya kabupaten kubu raya. Jurnal Kebidanan, 2016: 2 (6); 58-
64.

28. Chatarina, dkk. Analisis sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas di
dinas kesehatan kota mojokerto, 2016:2 (8); 47-58.

29. Yulius, Yosef. Peranan Desain Komunikasi Visual Sebagai Pendukung Media
Promosi Kesehatan. Jurnal Seni Desain dan Budaya, 2016 : 2(1) ; 42-47

30. Anitah, S. Media pembelajaran. Surakarta: Yuma Presindo, 2009.


31. Lawson, G. The Poster Presentation: An Exercise In Eff ective Communication.
Journal of Vascular Nursing, 2005 :23

32. Martini,dkk. Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Yogyajakarta :K-


media, 2019

33. Ismara, Ketut I. Perilaku Mencegah Cedera Tertusuk dan Tersayat (CTS).
Yogyakarta : UNY Press, 2020

34. Sumihardi, dkk. Pemajangan Safety Poster, Penyuluhan dan Pelatihan Prosedur
Operasional Tetap : Kajian Pengaruh Terhadap Sikap, Tindakan Tenaga Kerja
dan Angka Kecelakaan Kerja. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 2011 :
3(14) ; 159-169

35. Krause, Thomas R., Sellers, Gordon. Motivating Employees For Safety Success.
Symposium Series, 2001 : 148 ; 415 -420

36. Geller, ES. Behavioral safety analysis: a necessary precursor to corrective action.
Professional Safety, 2000 : 45 ; 3-29
LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA TIM PPIRS

Mahasiswa : “Assalamu’alaikum Wr.Wb. selamat pagi Pak, saya Khalil


mahasiswa magang dari Prodi Kesehatan Masyarakat fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, ada beberapa
pertanyaan yang ingin ditanyakan, apakah bapak ada waktu ?
maaf mengganggu sebelumnya”.
TIM PPIRS : “Wa’alaikumsalam Wr.Wb. Pagi, Iya boleh saja silakan, apa
(Pak Dedy) yang imgin ditanyakan ?”
Mahasiswa : “Begini pak, berdasarkan data yang saya peroleh selama
magang disini, masih ada program yang belum mencapai
target, yaitu program perlindungan kesehatan, masih banyak
ditemukannya kejadian paparan pajanan infeksius berupa
tertusuk jarum suntik. Menurut Bapak apa yang menjadi
penyebabnya?”
TIM PPIRS : “Memang benar capaian program tersebut belum maksimal.
(Pak Dedy) Saya rasa yang menjadi penyebabnya adalah masih kurangnya
kesadaran petugas kesehatan yang bertugas dalam mematuhi
SOP yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.”
Mahasiswa : “Menurut Bapak kira-kira apa yang menjadi penyebab
kurangnya kesadaran tenaga kesehatan tersebut dalam
mematuhi SOP ?”
TIM PPIRS : “Kurangnya reminder bagi petugas kesehatan itu sendiri
(Pak Dedy) sehingga mereka terkadang bisa lupa dan tidak menjalankan
SOP yang baik dan benar.”
Mahasiswa : “Baik pak. Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan program
Pelatihan dan pendidikan PPI saya lihat juga masih belum
memenuhi target, kira-kira apa penyebabnya Pak ?”
TIM PPIRS : “Untuk program tersebut, menurut saya masih belum
(Pak Dedy) meratanya cakupan program pelatihan dan pendidikan PPI
kepada seluruh petugas kesehatan dan kebersihan yang
bertugas di rumah sakit.”
Mahasiswa : “Kenapa jadi tidak merata ya Pak ? Setahu saya kegiatan
program tersebut telah dilaksanakan pada awal tahun 2018.”
TIM PPIRS : “Kegiatan program tersebut memang sudah dilaksanakan
(Pak Dedy) namun tidak semua petugas kesehatan yang diundang dapat
berhadir.”
Mahasiswa : “Bagaimana dengan petugas kesehatan yang kemarin belum
bisa berhadir Pak ?”
TIM PPIRS : “Mereka dapat mengikuti kegiatan tersebut pada awal tahun
(Pak Dedy) berikutnya.”
Mahasiswa : “Baik pak terima kasih atas informasi dan waktunya.”
TIM PPIRS : “Apabila ada pertanyaan lagi nanti bisa ditanyakan kembali
(Pak Dedy) kepada saya.”
Mahasiswa : “Siap Pak terima kasih Pak.”
TIM PPIRS : “Iya sama-sama.”
(Pak Dedy)
2. Surat Izin Magang
3. Surat Pernyataan
4. Laporan Uraian Kegiatan Magang
5. Daftar Hadir Magang
6. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai