2.1 Apotek adalah toko tempat meramu serta tempat menjual obat berdasarkan resep dari dokter
dan tempat memperdagangkan barang medis, atau toko tempat meramu obat dan tempat yang
menjual obat eceran baik dengan resep dokter serta juga memiliki fungsi sebagai tempat yang
menjual berbagai produk kesehatan lainnya.
2.2 Apotek merupakan satu diantara sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam :
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi,
Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No.184/MENKES/PER/II/1995.
Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 mengenai Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/ SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2.3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, yang dimaksud dengan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker.
Adapun menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Pengaturan Apotek ini bertujuan untuk:
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek; dan
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.
Berikut beberapa aturan terkait pendirian apotek :
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan
maupun perusahaan.
Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian
harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
lokasi;
bangunan;
sarana, prasarana, dan peralatan; dan
ketenagaan.
Terkait perizinan, setiap apotek masih membutuhkan Surat Izin Apotek (SIA), yakni
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.