2. Carilah informasi dari sumber sumber yang relevan lainya tentang tokoh tokoh
bangsa lain yang prointegrasi pililah beberapa Tokoh dan Susunlah Serta
Diskripsikan tentang analisis anda tentang pemikirannya dari tokoh tokoh tersebut
terkait dengan masalah integrasi bangsa analis anda di mulai dari tokoh- tokoh
nasional maupun regional ! ( BUKAN PRO INTEGRASI TIMUR- TIMOR) tetapi
dalm perjuangan mempetahnkan kemerdekaan Indonesia .
4. Hingga saat ini masih belum jelas tentang berapa jumlah rakyat Sulawesi Selatan
yang tewas akibat dari keganasan pasukan khusus Westerling (APRA) pada tahun
1947 di mana delegasi Indonesa menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB
bahwa korban pembantaian di Sulawesi Selatan berjumlah 20.000- 40.000 jiwa.
Indonesia menuntut Westerling di hukum mati dan di Nyatakan penjahat perang
dunia namun PBB menganggap Westerling bukanlah pembunuh westerling hanya
menjalankan perintah membunuh yang memberontak ke pada pemerintah Belanda
dan tidak dapat di tuntut sebagai pelanggar HAM Berat mengapa demikian berikan
argument anda dan berikan jawaban yang sejelas- jelasnya dan berikan pendapat
anda tentang penyampaian dewan keamanan PBB tersebut!! (ada 2 pertanyan pada
soal no 4))
5. Pada 20 Nopember 1956 di Padang diadakan Reuni eks Divisi Banteng yang
dipimpin oleh purnawirawan Kolonel Ismail reuni tersebut didasarkan pada
kesepakatan petemuan yang di adakan di Jakarta dan disetujui pembentukan
Dewan Banteng PRRI/ Permesta.kesepakatan tersebut adalah pengambilalihan
pemerintah Daerah Sumatera Tengah oleh Dewan Banteng dari pemerintah pusat
karean penagajuan tuntutan khusus masalah Otonomi Daerah di tolak oleh
Pemerintah Pusat mengapa demikian penolakan Otonomi Daerah tersebut berikan
argument Anda yang seluas-luasnya yang berhubungan pengambil alihan
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Sumatera Tengah tersebut dan tidak memberikan otonomi daerah kepada dewan
banteng
6. Paparkan argument Anda dan carilah di berbagai sumber yang relevan tentang
Peristiwa Pemogokan oleh para petani yang berakhir dengan Pemberontakan di
Klaten di Jawa Tengah dan di Madiun Jawa Timur!
7. Kabinet Hatta sekalipun mendapat serangan dari kaum komunis kabinet Hatta
tetap menjalankan Reorganisasi dan Rasionalisasi, program tersebut mendapatkan
tantang hebat dari kaum komunis karena menimpa sebagian besar pasukan
beresnjatanya, namun polotik Otensif Muso tidak menggoyahkan kabinet Hatta
karena didukung oleh 2 partai politik besar yaitu PNI dan Masyumi mengapa
demikian dan kenapa Reorganisasi dan Rasionalisasi program dari Kabinet Hatta
di dukung penuh oleh ke dua partai besar tersebut ( ada 2 pertnyaan pada no 7 ).
Jawab:
2. Eurico Barros Gomes Guterres, SE, MM(lahir di Viqueque, 17 Juli 1974; umur 42 tahun)
adalah Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat NasionalProvinsi Nusa Tenggara
Timur. Ia juga seorang milisi pro-Indonesia atau anti-kemerdekaan Timor Timur yang
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
direkrut oleh militer Indonesia dengan menjabat sebagai Wakil Panglima Milisi pro-
Indonesia di Timor Leste. Ia dituduh terlibat dalam sejumlah pembantaian diTimor
Timur, dan merupakan pemimpin milisi utama pada pembantaian pasca-referendum
dan penghancuran ibu kotaDili.
Guterres dinyatakan bersalah dan dijatuhkan hukuman 10 tahun penjara pada
November 2002. Putusan ini kemudian dikuatkan hingga tingkat kasasi di Mahkamah
Agung. Ia baru mulai dipenjarakan pada tahun 2006setelah gagal dalam upaya banding
yang diajukan.[3] Pada April 2008, Guterres yang mengajukan peninjauan kembali,
dibebaskan dari segala tuduhan melalui keputusan Mahkamah Agung yang menyatakan
telah menemukan "bukti baru".[4]
Pada Agustus 2003 ia membentukLaskar Merah Putih di Papua.
Pemimpin Elsham, Aloysius Renwarin, melaporkan bahwa Guterres sudah memiliki 200
anggota yang terdiri dari orang-orang dari Maluku, Timor dan Sulawesi pada Desember
2003 ketika Guterres dengan penuh percaya diri meminta pemerintah setempat untuk
memberikan kepadanya kantor organisasi di Timika, Papua. Ditambah dengan
pengangkatan Brigjen. Timbul Silaen (yang dikenai tuduhan oleh PBB) sebagai kepala
polisi Papua, rakyat Papua khawatir bahwa Guterres bersama Laskar Merah Putihnya
akan diberikan kebebasan bergerak dan melakukan apa saja terhadap penduduk Papua.
3. Saat Indonesia merdeka, Aceh dimasukkan menjadi salah satu wilayahnya. Rakyat Aceh
berjasa besar bagi Republik lewat sumbangan dana untuk pembelian pesawat terbang
Seulawah—pesawat pertama yang dimiliki Indonesia. Tapi keputusan Jakarta pada 1950,
yang menurunkan status Aceh menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara,
menyulut kekecewaan. Teungku Daud Beureueh, tokoh terkemuka Aceh dan bekas
Gubernur Militer di masa Revolusi, menyatakan perlawanan terhadap Jakarta.
Sebenarnya, sebelum Daud Beureueh mengobarkan perlawanan, ia adalah tokoh
pendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada akhir 1945, sempat terjadi
pertentangan antara mereka yang mendukung Indonesia dan orang-orang yang
berpihak ke Belanda. Para ulama (teungku) yang tergabung dalam Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA) pimpinan Daud Beureueh berkonflik dengan kalangan bangsawan
(teuku) yang pro-Belanda. Konflik ini memicu revolusi sosial yang dikenal dengan nama
Perang Cumbok dan dimenangi kalangan teungku. Faktor-faktor tersebut makin
menambah kekecewaan Beureueh dan mempertebal keyakinannya untuk melakukan
perlawanan. DI/TII Aceh memang berhasil dijinakkan pemerintah pada 1962, tapi bara
konfliknya tidak pernah benar-benar padam.
4. • Jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban keganasan tentara Belanda
hingga kini tidak jelas. Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Dewan Keamanan PBB, korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh
Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai
40.000 jiwa. Pemeriksaan Pemerintah Belanda tahun 1969 memperkirakan sekitar 3.000
rakyat Sulawesi tewas dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling, sedangkan
Westerling sendiri mengatakan, bahwa korban akibat aksi yang dilakukan oleh
pasukannya "hanya" 600 orang. Perbuatan Westerling beserta pasukan khususnya dapat
lolos dari tuntutan pelanggaran HAM Pengadilan Belanda karena sebenarnya aksi
terornya yang dinamakan contra-guerilla, memperoleh izin dari Letnan Jenderal Spoor
dan Wakil Gubernur Jenderal Dr. Hubertus Johannes van Mook. Jadi yang sebenarnya
bertanggungjawab atas pembantaian rakyat Sulawesi Selatan adalah Pemerintah dan
Angkatan Perang Belanda.Pembantaian oleh tentara Belanda di Sulawesi Selatan ini
dapat dimasukkan ke dalam kategori kejahatan atas kemanusiaan (crimes against
humanity), yang hingga sekarangpun dapat dimajukan ke pengadilan internasional,
karena untuk pembantaian etnis (Genocide) dan crimes against humanity, tidak ada
kedaluwarsanya.Perlu diupayakan, peristiwa pembantaian ini dimajukan ke
International Criminal Court (ICC) di Den Haag, Belanda. Pembantaian Westerling
menjadi salah satu tragedi terkelam bangsa Indonesia. Kekejaman itu meninggalkan
penderitaan dan trauma yang mendalam. Pihak Belanda justru menyelamatkan
Westerling ketika hendak diadili. Westerling kabur ke Singapura dan Belgia sebelum
pulang ke kampung halamannya di Belanda. Upaya ekstradisi sejak tahun 1950-an tak
membuahkan hasil. Westerling hanya sempat dipenjara selama beberapa minggu di
Singapura dan Belanda. Pada 1954, Dewan menteri menyatakan bahwa Westerling dan
komandan perang lainnya tak dituntut. Di Belanda, ia dipuja-puja bak pahlawan. Jumlah
korban yang diakui Belanda hanya 2.000. Belanda sendiri baru mengakui dan meminta
maaf atas kejahatan itu 67 tahun setelahnya. Pada 12 September 2013, Pemerintah
Belanda lewat Duta Besarnya Tjeerd de Zwaan meminta maaf untuk semua eksekusi-
eksekusi tanpa pengadilan di seluruh Nusantara pada periode 1945-1950. Di tahun
2013, 10 janda yang suaminya menjadi korban eksekusi di Sulawesi Selatan mendapat
ganti rugi sebesar 20.000 euro (Rp 296 juta). Namun tidak semua mendapat ganti rugi
karena terbentur status dan masa gugatan.
• Menurut saya,walaupun Pemerintah Belanda melalui Duta Besarnya di Jakarta,
Tjeerd de Zwaan, menyampaikan permintaan maafnya kepada seluruh korban
pembantaian. Dan Pemerintah Belanda juga memberikan kompensasi kepada 10 janda
yang suaminya menjadi korban pembantaian tersebut. Tetap saja,tidak seharusnya PBB
meloloskan Westerling beserta pasukkan khususnya dari tuntutan pelanggaran HAM.
Karena tindakan yang telah dilakukan Westerling adalah salah satu kategori kejahatan
kemanusiaan dan harus dijatuhkan hukuman walaupun bukan hukum mati,setidaknya
westerling dan pasukannya harus diadili.
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
5. Dewan Banteng yaitu suatu dewan yang dibentuk oleh sebagian orang tokoh militer
mantan pimpinan dan anggota Komando Divisi IX Banteng yang telah dibubarkan
beserta tokoh sipil yang berasal dari Sumatera Tengah. Dewan ini diprakarsai oleh
Kolonel Ismail Lengah (mantan Panglima Divisi IX Banteng) dan dibentuk pada tanggal
20 Desember 1956 dengan ketua Letnan Kolonel Ahmad Husein. Tujuan dari
pembentukan Dewan Banteng yaitu untuk pembangunan daerah yang dianggap
tertinggal dibanding pembangunan di pulau Jawa. Sejumlah perwira aktif dan perwira
pensiunan mantan anggota Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah menggagas
pembentukan Dewan Banteng di Jakarta pada 21 September 1956. Gagasan itu
didorong oleh kenyataan yang mereka lihat bahwa setelah kemerdekaan nasib para
prajurit sangat mengenaskan, padahal mereka itu dulunya yaitu para pejuang yang
bertaruh nyawa ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945 -
1950. Begitupun kondisi masyarakat biasanya yang jauh dari sejahtera. Kondisi yang
berada di daerah mereka pandang jauh berlainan dibanding pembangunan di pulau
Jawa. Hal lain yang menimbulkan ketidakpuasan yaitu perlakuan pemerintah pusat
terhadap Komando Divisi IX Banteng. Perlakuan pemerintah pusat yang memecah belah
batalyon-batalyon dan pembubaran Divisi IX Banteng menimbulkan rasa sakit hati pada
perwira-perwira dan anggota pasukan yang lain dari Divisi Banteng yang telah berjuang
mati-matian dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pertemuan para perwira yang pertama di Jakarta pada 21 September 1956 akhir
dilanjutkan dengan pertemuan kedua di Padang pada tanggal 20 sampai 24 Nopember
1956. Dalam pertemuan itu mereka membahas tentang situasi sosial, politik dan
ekonomi rakyat Sumatera Tengah yang dianggap memprihatinkan. Pertemuan itu
belakangnya menghasilkan sebagian keputusan dalam wujud tuntutan.
Tuntutan Dewan Banteng:
1.Pemberian serta pengisian otonomi luas bagi daerah-daerah dalam rangka
pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi serta pemberian perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah yang wajar, layak dan adil.
2.Dihapuskannya segera sistem sentralisme yang dalam kenyataannya mengakibatkan
birokrasi yang tidak sehat dan juga menjadi pokok pangkal dari korupsi, stagnasi
pembangunan daerah, hilangnya inisiatif dan kegiatan daerah serta kontrol.
3. Pembentukan kembali Komando Pertahanan Daerah dalam arti teritorial, operatif dan
administratif yang sesuai dengan pembagian administratif dari Negara Republik
Indonesia dewasa ini dan merupakan komando utama dalam Angkatan Darat.
4.Ditetapkannya eks. Divisi IX Banteng Sumatra Tengah sebagai kesatuan militer yang
menjadi satu korps dalam Angkatan Darat.
Setelah itu Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Banteng, mengambil alih jabatan
Gubernur Sumatra Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo. Tindakan Ahmad
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Husein itu tidak mendapatkan hukuman, malah Pemerintah Pusat memenuhi tuntutan
Dewan Banteng dengan membentuk Komando Militer di Sumatra Tengah. Dalam hal ini
beberapa tuntutan Dewan Banteng dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tuntutan lainnya
dari Dewan Banteng tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat, diantaranya otonomi atau
sistem pemerintahan desentralisasi serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah yang adil. Hal ini mengakibatkan Dewan Banteng tidak lagi mengirimkan
penghasilan Daerah Sumatra Tengah ke Pemerintah Pusat, tetapi dipakai untuk
pembangunan daerah. Bahkan Dewan Banteng juga melakukan barter hasil-hasil alam
Sumatra Tengah dengan pihak luar negeri. Seluruh dana yang didapat dari hasil bumi itu
digunakan untuk pembangunan daerah. Hanya dalam beberapa bulan saja terlihat hasil
yang nyata berbeda dengan keadaan sebelumnya, bahkan pembangunan Sumatra
Tengah di bawah Dewan Banteng dianggap sebagai yang terbaik di Indonesia pada
waktu itu. Apa yang dilakukan Dewan Banteng tersebut membuat hubungan daerah
Sumatra Tengah dengan pemerintah pusat menjadi tegang. Puncak dari ketegangan itu
berujung pada terbentuknya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI
yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 oleh Dewan Perjuangan yang
dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husein di Padang.
-Faktor politik yaitu jatuhnya kabinet Amir Sjarifuddin membuat pengaruh Front
Demokrasi Rakyat (FDR) semakin kuat di daerah. FDR menghasut para buruh yang
tergabung dalam Sarbupri dan SOBSI agar melakukan pemogokan di Delanggu secara besar-
besaran untuk menjatuhkan Kabinet Hatta.