Anda di halaman 1dari 9

Nama: Nadya Santoso Onggo

Kelas: XII MIPA 3


Absen: 23
TUGAS 2
SEJARAH INDONESIA
1. Setelah mempelajari bab 1 dari materi tersebut, menurut analisis anda mengapa
berbagai pemberontakan di daerah dapat terjadi pada masa awal kemerdekaan dan
apakah pemerintah kurang perhatian pada daerah daerah tersebut sehingga terjadi
gejolak di setiap daerah? ( ada 2 pertanyaan pada soal no.1)

2. Carilah informasi dari sumber sumber yang relevan lainya tentang tokoh tokoh
bangsa lain yang prointegrasi pililah beberapa Tokoh dan Susunlah Serta
Diskripsikan tentang analisis anda tentang pemikirannya dari tokoh tokoh tersebut
terkait dengan masalah integrasi bangsa analis anda di mulai dari tokoh- tokoh
nasional maupun regional ! ( BUKAN PRO INTEGRASI TIMUR- TIMOR) tetapi
dalm perjuangan mempetahnkan kemerdekaan Indonesia .

3. Kontribusi rakyat Aceh terhadap Republik Indonesia pada awal kemerdekaan


sangat lah besar ,namun pada kenyaatanya mereka sangat kecewa pada
pemerintahan Indonesia di bawah kendali Presiden Soekarno dan mereka
mendirikan DI/TII mengapa demikian dan Jelaskan apa kontribusi rakyat aceh
yang membuat rakyat Aceh kecewa pada pemerintah RI pada waktu itu! (ada 2
pertanyaan pada no 3).

4. Hingga saat ini masih belum jelas tentang berapa jumlah rakyat Sulawesi Selatan
yang tewas akibat dari keganasan pasukan khusus Westerling (APRA) pada tahun
1947 di mana delegasi Indonesa menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB
bahwa korban pembantaian di Sulawesi Selatan berjumlah 20.000- 40.000 jiwa.
Indonesia menuntut Westerling di hukum mati dan di Nyatakan penjahat perang
dunia namun PBB menganggap Westerling bukanlah pembunuh westerling hanya
menjalankan perintah membunuh yang memberontak ke pada pemerintah Belanda
dan tidak dapat di tuntut sebagai pelanggar HAM Berat mengapa demikian berikan
argument anda dan berikan jawaban yang sejelas- jelasnya dan berikan pendapat
anda tentang penyampaian dewan keamanan PBB tersebut!! (ada 2 pertanyan pada
soal no 4))

5. Pada 20 Nopember 1956 di Padang diadakan Reuni eks Divisi Banteng yang
dipimpin oleh purnawirawan Kolonel Ismail reuni tersebut didasarkan pada
kesepakatan petemuan yang di adakan di Jakarta dan disetujui pembentukan
Dewan Banteng PRRI/ Permesta.kesepakatan tersebut adalah pengambilalihan
pemerintah Daerah Sumatera Tengah oleh Dewan Banteng dari pemerintah pusat
karean penagajuan tuntutan khusus masalah Otonomi Daerah di tolak oleh
Pemerintah Pusat mengapa demikian penolakan Otonomi Daerah tersebut berikan
argument Anda yang seluas-luasnya yang berhubungan pengambil alihan
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Sumatera Tengah tersebut dan tidak memberikan otonomi daerah kepada dewan
banteng

6. Paparkan argument Anda dan carilah di berbagai sumber yang relevan tentang
Peristiwa Pemogokan oleh para petani yang berakhir dengan Pemberontakan di
Klaten di  Jawa Tengah dan di Madiun Jawa Timur! 

7. Kabinet Hatta sekalipun mendapat serangan dari kaum komunis kabinet Hatta
tetap menjalankan Reorganisasi dan Rasionalisasi, program tersebut mendapatkan
tantang hebat dari kaum komunis karena menimpa sebagian besar pasukan
beresnjatanya, namun polotik Otensif Muso tidak menggoyahkan kabinet Hatta
karena didukung oleh 2 partai politik besar yaitu PNI dan Masyumi mengapa
demikian dan kenapa Reorganisasi dan Rasionalisasi program dari Kabinet Hatta
di dukung penuh oleh ke dua partai besar tersebut ( ada 2 pertnyaan pada no 7 ).

Jawab:

1. Salah satu faktor penyebab pemberontakan adalah sentimen kedaerahan. Sentimen


kedaerahan kemudian memicu munculnya negara boneka bentukan Belanda, seperti
Republik Maluku Selatan (RMS) dan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)
yang bertujuan melemahkan posisi NKRI. Selain itu, pemberontakan juga
dilatarbelakangi faktor ideologis yang dipicu oleh ketidakpuasan atas politik di pusat
pemerintahan. Hasil perjanjian Renville yang tidak menguntungkan pihak Indonesia
menjadi salah satu faktor penting munculnya pemberontakan di berbagai daerah. DI/TII
di bawah kepemimpinan Kartosoewirjo memberontak dengan mendirikan Negara Islam
Indonesia pada 7 Agustus 1946. Mundurnya Perdana Menteri Amir Sjarifuddin dan
digantikan Hatta juga membuat adanya propaganda untuk menghancurkan NKRI melalui
pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pemberontakan terjadi juga disebabkan oleh
faktor kebijakan ekonomi yang dianggap kurang merata pada masa awal kemerdekaan
Indonesia. Salah satu contohnya adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang disebabkan
kurangnya perhatian pemerintah pusat terhadap wilayah di luar Pulau Jawa.

2. Eurico Barros Gomes Guterres, SE, MM(lahir di Viqueque, 17 Juli 1974; umur 42 tahun)
adalah Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat NasionalProvinsi Nusa Tenggara
Timur. Ia juga seorang milisi pro-Indonesia atau anti-kemerdekaan Timor Timur yang
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
direkrut oleh militer Indonesia dengan menjabat sebagai Wakil Panglima Milisi pro-
Indonesia di Timor Leste. Ia dituduh terlibat dalam sejumlah pembantaian diTimor
Timur, dan merupakan pemimpin milisi utama pada pembantaian pasca-referendum
dan penghancuran ibu kotaDili.
Guterres dinyatakan bersalah dan dijatuhkan hukuman 10 tahun penjara pada
November 2002. Putusan ini kemudian dikuatkan hingga tingkat kasasi di Mahkamah
Agung. Ia baru mulai dipenjarakan pada tahun 2006setelah gagal dalam upaya banding
yang diajukan.[3] Pada April 2008, Guterres yang mengajukan peninjauan kembali,
dibebaskan dari segala tuduhan melalui keputusan Mahkamah Agung yang menyatakan
telah menemukan "bukti baru".[4]
Pada Agustus 2003 ia membentukLaskar Merah Putih di Papua.
Pemimpin Elsham, Aloysius Renwarin, melaporkan bahwa Guterres sudah memiliki 200
anggota yang terdiri dari orang-orang dari Maluku, Timor dan Sulawesi pada Desember
2003 ketika Guterres dengan penuh percaya diri meminta pemerintah setempat untuk
memberikan kepadanya kantor organisasi di Timika, Papua. Ditambah dengan
pengangkatan Brigjen. Timbul Silaen (yang dikenai tuduhan oleh PBB) sebagai kepala
polisi Papua, rakyat Papua khawatir bahwa Guterres bersama Laskar Merah Putihnya
akan diberikan kebebasan bergerak dan melakukan apa saja terhadap penduduk Papua.

3. Saat Indonesia merdeka, Aceh dimasukkan menjadi salah satu wilayahnya. Rakyat Aceh
berjasa besar bagi Republik lewat sumbangan dana untuk pembelian pesawat terbang
Seulawah—pesawat pertama yang dimiliki Indonesia. Tapi keputusan Jakarta pada 1950,
yang menurunkan status Aceh menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara,
menyulut kekecewaan. Teungku Daud Beureueh, tokoh terkemuka Aceh dan bekas
Gubernur Militer di masa Revolusi, menyatakan perlawanan terhadap Jakarta.
Sebenarnya, sebelum Daud Beureueh mengobarkan perlawanan, ia adalah tokoh
pendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada akhir 1945, sempat terjadi
pertentangan antara mereka yang mendukung Indonesia dan orang-orang yang
berpihak ke Belanda. Para ulama (teungku) yang tergabung dalam Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA) pimpinan Daud Beureueh berkonflik dengan kalangan bangsawan
(teuku) yang pro-Belanda. Konflik ini memicu revolusi sosial yang dikenal dengan nama
Perang Cumbok dan dimenangi kalangan teungku. Faktor-faktor tersebut makin
menambah kekecewaan Beureueh dan mempertebal keyakinannya untuk melakukan
perlawanan. DI/TII Aceh memang berhasil dijinakkan pemerintah pada 1962, tapi bara
konfliknya tidak pernah benar-benar padam.

4. • Jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban keganasan tentara Belanda
hingga kini tidak jelas. Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Dewan Keamanan PBB, korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh
Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai
40.000 jiwa. Pemeriksaan Pemerintah Belanda tahun 1969 memperkirakan sekitar 3.000
rakyat Sulawesi tewas dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling, sedangkan
Westerling sendiri mengatakan, bahwa korban akibat aksi yang dilakukan oleh
pasukannya "hanya" 600 orang. Perbuatan Westerling beserta pasukan khususnya dapat
lolos dari tuntutan pelanggaran HAM Pengadilan Belanda karena sebenarnya aksi
terornya yang dinamakan contra-guerilla, memperoleh izin dari Letnan Jenderal Spoor
dan Wakil Gubernur Jenderal Dr. Hubertus Johannes van Mook. Jadi yang sebenarnya
bertanggungjawab atas pembantaian rakyat Sulawesi Selatan adalah Pemerintah dan
Angkatan Perang Belanda.Pembantaian oleh tentara Belanda di Sulawesi Selatan ini
dapat dimasukkan ke dalam kategori kejahatan atas kemanusiaan (crimes against
humanity), yang hingga sekarangpun dapat dimajukan ke pengadilan internasional,
karena untuk pembantaian etnis (Genocide) dan crimes against humanity, tidak ada
kedaluwarsanya.Perlu diupayakan, peristiwa pembantaian ini dimajukan ke
International Criminal Court (ICC) di Den Haag, Belanda. Pembantaian Westerling
menjadi salah satu tragedi terkelam bangsa Indonesia. Kekejaman itu meninggalkan
penderitaan dan trauma yang mendalam. Pihak Belanda justru menyelamatkan
Westerling ketika hendak diadili. Westerling kabur ke Singapura dan Belgia sebelum
pulang ke kampung halamannya di Belanda. Upaya ekstradisi sejak tahun 1950-an tak
membuahkan hasil. Westerling hanya sempat dipenjara selama beberapa minggu di
Singapura dan Belanda. Pada 1954, Dewan menteri menyatakan bahwa Westerling dan
komandan perang lainnya tak dituntut. Di Belanda, ia dipuja-puja bak pahlawan. Jumlah
korban yang diakui Belanda hanya 2.000. Belanda sendiri baru mengakui dan meminta
maaf atas kejahatan itu 67 tahun setelahnya. Pada 12 September 2013, Pemerintah
Belanda lewat Duta Besarnya Tjeerd de Zwaan meminta maaf untuk semua eksekusi-
eksekusi tanpa pengadilan di seluruh Nusantara pada periode 1945-1950. Di tahun
2013, 10 janda yang suaminya menjadi korban eksekusi di Sulawesi Selatan mendapat
ganti rugi sebesar 20.000 euro (Rp 296 juta). Namun tidak semua mendapat ganti rugi
karena terbentur status dan masa gugatan.
• Menurut saya,walaupun Pemerintah Belanda melalui Duta Besarnya di Jakarta,
Tjeerd de Zwaan, menyampaikan permintaan maafnya kepada seluruh korban
pembantaian. Dan Pemerintah Belanda juga memberikan kompensasi kepada 10 janda
yang suaminya menjadi korban pembantaian tersebut. Tetap saja,tidak seharusnya PBB
meloloskan Westerling beserta pasukkan khususnya dari tuntutan pelanggaran HAM.
Karena tindakan yang telah dilakukan Westerling adalah salah satu kategori kejahatan
kemanusiaan dan harus dijatuhkan hukuman walaupun bukan hukum mati,setidaknya
westerling dan pasukannya harus diadili.
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
5. Dewan Banteng yaitu suatu dewan yang dibentuk oleh sebagian orang tokoh militer
mantan pimpinan dan anggota Komando Divisi IX Banteng yang telah dibubarkan
beserta tokoh sipil yang berasal dari Sumatera Tengah. Dewan ini diprakarsai oleh
Kolonel Ismail Lengah (mantan Panglima Divisi IX Banteng) dan dibentuk pada tanggal
20 Desember 1956 dengan ketua Letnan Kolonel Ahmad Husein. Tujuan dari
pembentukan Dewan Banteng yaitu untuk pembangunan daerah yang dianggap
tertinggal dibanding pembangunan di pulau Jawa. Sejumlah perwira aktif dan perwira
pensiunan mantan anggota Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah menggagas
pembentukan Dewan Banteng di Jakarta pada 21 September 1956. Gagasan itu
didorong oleh kenyataan yang mereka lihat bahwa setelah kemerdekaan nasib para
prajurit sangat mengenaskan, padahal mereka itu dulunya yaitu para pejuang yang
bertaruh nyawa ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945 -
1950. Begitupun kondisi masyarakat biasanya yang jauh dari sejahtera. Kondisi yang
berada di daerah mereka pandang jauh berlainan dibanding pembangunan di pulau
Jawa. Hal lain yang menimbulkan ketidakpuasan yaitu perlakuan pemerintah pusat
terhadap Komando Divisi IX Banteng. Perlakuan pemerintah pusat yang memecah belah
batalyon-batalyon dan pembubaran Divisi IX Banteng menimbulkan rasa sakit hati pada
perwira-perwira dan anggota pasukan yang lain dari Divisi Banteng yang telah berjuang
mati-matian dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pertemuan para perwira yang pertama di Jakarta pada 21 September 1956 akhir
dilanjutkan dengan pertemuan kedua di Padang pada tanggal 20 sampai 24 Nopember
1956. Dalam pertemuan itu mereka membahas tentang situasi sosial, politik dan
ekonomi rakyat Sumatera Tengah yang dianggap memprihatinkan. Pertemuan itu
belakangnya menghasilkan sebagian keputusan dalam wujud tuntutan.
Tuntutan Dewan Banteng:
1.Pemberian serta pengisian otonomi luas bagi daerah-daerah dalam rangka
pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi serta pemberian perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah yang wajar, layak dan adil.
2.Dihapuskannya segera sistem sentralisme yang dalam kenyataannya mengakibatkan
birokrasi yang tidak sehat dan juga menjadi pokok pangkal dari korupsi, stagnasi
pembangunan daerah, hilangnya inisiatif dan kegiatan daerah serta kontrol.
3. Pembentukan kembali Komando Pertahanan Daerah dalam arti teritorial, operatif dan
administratif yang sesuai dengan pembagian administratif dari Negara Republik
Indonesia dewasa ini dan merupakan komando utama dalam Angkatan Darat.
4.Ditetapkannya eks. Divisi IX Banteng Sumatra Tengah sebagai kesatuan militer yang
menjadi satu korps dalam Angkatan Darat.
Setelah itu Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Banteng, mengambil alih jabatan
Gubernur Sumatra Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo. Tindakan Ahmad
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Husein itu tidak mendapatkan hukuman, malah Pemerintah Pusat memenuhi tuntutan
Dewan Banteng dengan membentuk Komando Militer di Sumatra Tengah. Dalam hal ini
beberapa tuntutan Dewan Banteng dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tuntutan lainnya
dari Dewan Banteng tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat, diantaranya otonomi atau
sistem pemerintahan desentralisasi serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah yang adil. Hal ini mengakibatkan Dewan Banteng tidak lagi mengirimkan
penghasilan Daerah Sumatra Tengah ke Pemerintah Pusat, tetapi dipakai untuk
pembangunan daerah. Bahkan Dewan Banteng juga melakukan barter hasil-hasil alam
Sumatra Tengah dengan pihak luar negeri. Seluruh dana yang didapat dari hasil bumi itu
digunakan untuk pembangunan daerah. Hanya dalam beberapa bulan saja terlihat hasil
yang nyata berbeda dengan keadaan sebelumnya, bahkan pembangunan Sumatra
Tengah di bawah Dewan Banteng dianggap sebagai yang terbaik di Indonesia pada
waktu itu. Apa yang dilakukan Dewan Banteng tersebut membuat hubungan daerah
Sumatra Tengah dengan pemerintah pusat menjadi tegang. Puncak dari ketegangan itu
berujung pada terbentuknya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI
yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 oleh Dewan Perjuangan yang
dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husein di Padang.

6. Pemogokan dilancarkan secara teratur dan besar-besaran oleh Serikat Buruh


Perkebunan Republik Indonesia (Sarbupri) selama bulan Mei hingga Juni 1948.
Pemogokan buruh yang pertama kali di alami Indonesia merdeka ini menyangkut
pekerja-pekerja di pabrik karung dan tujuh perkebunan di Delanggu dan sekitar Klaten,
Jawa Tengah. Diilhami dari Konferensi Nasional Sarpubri pada 17 Februari 1948, dan
dorongan dari Front Demokrasi Rakyat (FDR), suatu organisasi yang bersifat Marxist di
bawah pimpinan Amir Sjarifuddin, Sarpubri Delanggu mengadakan pemogokan. Anggota
Sarbupri cabang Delanggu sebagian besar adalah buruh-buruh perkebunan kapas, rami,
dan pabrik karung goni. Pemogokan bertujuan agar badan tekstil Negara (BTN)
menaikkan upah buruh, membagikan bahan pakaian dan membagikan jatah beras bagi
para buruh beserta keluarganya. Untuk itu, sejak Februari Sabupri mulai mengadakan
kampanye. Pemogokan-pemogokan pertama dimulai pada minggu pertama bulan Mei
1948. Pemogokan ini berlanjut karena kegagalan perundingan antara BTN dan Sarpubri.
BTN tidak bersedia memenuhi tuntutan Sarpubri, karena negara sedang mengalami
kesulitan ekonomi. Maka pemogokan terus berlangsung hingga 16 Juli 1948.
Aksi mogok itu dilakukan dengan mogok lambat kerja, dan mogok tidak bekerja secara
umum, namun tetap hadir dan mogok secara kelompok. Pada pertemuan awal Juni BTN
tetap tidak bersedia memenuhi tuntutan kenaikan upah, namun memberikan pakaian
sebagai jatah tahun 1947 dan memberikan beras pada setiap buruh, tatapi tidak untuk
keluarga para buruh. Begitu pula pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, tidak
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
tercapai kesepakatan karena BTN tetap menolak tuntutan tersebut. Oleh karena
kegagalan-kegagalan itu, pada akhirnya perselisihan antara BTN dan Sarbupri yang
didukung oleh Lembaga Buruh dan Tani (LBT) Delanggu tidak dapat dihindarkan lagi.
Pada 23 Juni 1948 lebih kurang 15.000 buruh pabrik goni dari 7 BUMN perkebunan RI di
Delanggu, Klaten melancarkan aksi mogok total menuntut kenaikan upah. Mereka
meletakkan bendera-bendera merah di lokasi perkebunan kapas, rami, dan lokasi
pabrik, dengan maksud memberi syarat bahwa tak seorangpun boleh meneruskan
pekerjaan. Pada 10 Juli 1948, keadaan di Delanggu tempat mogoknya kaum buruh
pabrik goni dan perkebunan kapas menjadi gawat. Buruh yang dipimpin oleh Lembaga
Buruh Tani (LBT) yang bernaung di bawah SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia) itu mulai berbentrokan dengan buruh tani yang bergabung dalam STII
(Sarekat Tani Islam Indonesia). Anggota STII tetap bekerja (tidak ikut mogok) dengan
alasan untuk menyelamatkan tanaman kapas yang masih muda. Penyelesaian gerakan
buruh yang melibatkan Badan Tekstil Negara (B.T.N) dan Lembaga Buruh dan Tani
(L.B.T) serta SOBSI membuat Pemerintah membentuk Panitia Enquete Badan Pekerja-
KNIP (BP-KNIP). Pada akhirnya pemerintah mengadakan rapat khusus guna
membicarakan masalah pemogokan kerja delanggu. Dari hasil pertemuan ini dicapai
kesepakatan bahwa BTN akan memenuhi tuntutan-tuntutan Sarbupri kecuali masalah
peraturan upah baru bagi buruh yang masih ditunda. Hasil pertemuan ini kemudian
diumumkan pemerintah melalui radio Yogyakarta pada tanggal 16 juli 1948, bahwa
semua tuntutan LBT telah diterima pemerintah. Pada 18 juli 1948, buruh yang mogok
mulai bekerja kembali.
Faktor penyebab terjadinya gerakan buruh Delanggu adalah sebagai berikut:
1.Faktor sosial-ekonomi yaitu kesenjangan upah dan fasilitas antara buruh staff dengan
buruh lapangan di perkebunan. Selain itu juga pembagian beras dan bahan pakaian
kepada seluruh buruh baik staff maupun non staff yang tidak merata.

-Faktor politik yaitu jatuhnya kabinet Amir Sjarifuddin membuat pengaruh Front
Demokrasi Rakyat (FDR) semakin kuat di daerah. FDR menghasut para buruh yang
tergabung dalam Sarbupri dan SOBSI agar melakukan pemogokan di Delanggu secara besar-
besaran untuk menjatuhkan Kabinet Hatta.

7. Kabinet Hatta I merupakan kabinet ketujuh yang memimpin di Indonesia.


Kabinet yang juga dikenal sebagai Kabinet Presidensial ini dibentuk oleh Wakil Presiden
Mohammad Hatta. Atas perintah dari Soekarno, Hatta ditunjuk untuk membentuk
kabinet baru dan tercetuslah Kabinet Hatta I yang berjalan selama periode 23 Januari
1948 - 4 Agustus 1949. Dengan mundurnya Amir, Soekarno pun menunjuk Hatta untuk
membentuk kabinet baru sehingga membuatnya merangkap menjadi seorang Perdana
Menteri. Ditunjuknya Hatta pada saat itu mulanya juga diragukan oleh orang-orang
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
Partai Masyumi lantaran mereka masih trauma dengan Perjanjian Renville sebelumnya.
Pada Partai Masyumi sendiri terjadi pertentangan antara pro dan kontra untuk duduk di
kabinet tersebut. Namun, dengan dibantu oleh pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Wahab
Chasbullah, Masyumi pun akhirnya bersedia untuk memberikan dukungannya secara
penuh terhadap Kabinet Hatta I yang dibentuk pada 23 Januari 1948. Terbentuknya
Kabinet Hatta I diikuti dengan adanya program kerja yang akan dijalankan. Program-
program tersebut adalah,berunding atas dasar (persetujuan) Renville,melekaskan
terbentuknya Negara Indonesia Serikat, rasionalisasi,dan pembangunan. Pada
pelaksanaanya, program Re-Ra yang dijalankan oleh Kabinet Hatta tidak mulus karena
banyak mendapatkan tentangan bahkan dari kalangan tentara sendiri. Bagi mereka yang
terkena rasionalisasi akan merasa kecewa karena praktis kehilangan pekerjaan atau
kedudukan yang dinilai prestise bagi pemuda pada masa itu. Sementara itu, sejumlah
tokoh kiri yang menduduki posisi penting di Kementerian Pertahanan diberhentikan dan
tentara laskar yang dibentuk Amir Syarifuddin pada tahun 1947 harus melebur ke dalam
TNI dan karenanya harus tunduk pada aturan dan komando TNI. Wajar jika golongan kiri
merasa kecewa lalu mengecam Hatta dan menghalangi pelaksanaan Re-Ra Pada bulan
Mei 1948, berdasar peraturan rasionalisasi, Sutarto yang divisinya kompak dan
persenjataannya cukup baik, dinayatakan non-aktif dan pasukannya diperintahkan
melapor kepada Markas Besar di Yogya. Sutarto bersama komando bawahannya
menentang perintah Markas Besar ini. Sikap Sutarto beserta perwiranya ini didukung
oleh kekuatan Kiri di Solo beserta laskar- laskar yang menentang re-ra. Untuk
menyatakan dukungannya, pada tanggal 20 Mei, bertepatan dengan Hari Kebangkitan
Nasional, di Solo terjadi demonstrasi protes yang besar menentang re-ra pemerintah
Hatta. Dengan terbentuknya Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di bawah pimpinan
Kolonel A.H. Nasution selaku Panglima Tentara & Teritorial Djawa (PTTD) dan Markas
Besar Komando Sumatra (MBKS) di bawah Kolonel Hidayat selaku PTTS, sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertahanan tanggal 28 Oktober 1948, dapat dikatakan Re-Ra
di lingkungan TNI AD sudah selesai. Program Re-ra ini juga nantinya turut menyurut
Kudeta PKI di Madiun 1948, karena berbagai kesatuan yang menolak atau tidak setuju
dengan program ini kemudian bersatu serta bersekutu dengan PKI melancarkan kudeta
pada 18 September 1948.
• Kebijakan tersebut didukung oleh dua partai Masyumi dan PNI karena dua partai
tersebut mendukung kabinet Hatta,dan karena Masyumi berseteru dengan FDR. Di
hadapan KNP, Hatta memaparkan empat cara FDR merencanakan aksi-aksinya. Pertama
dengan rapat-rapat besar dan tertutup dengan mengadakan berbagai demostrasi.
Kedua mengadakan pemogokkan-pemogokkan. Tiga mengadakan kekacauan dengan
menganjurkan perampokan dan penculikan dan terakhir perampasan kekuasaan. FDR
dibentuk memang untuk menjatuhkan Hatta dari kursi kepemimpinan. Dalam
Nama: Nadya Santoso Onggo
Kelas: XII MIPA 3
Absen: 23
membentuk kabinet koalisi Hatta mengikutsertakan semua partai untuk menggalang
persatuan nasional. Pada saat itu Sayap Kiri mendapat tiga kursi. Tapi mereka meminta
empat kursi. Saat itu, FDR menuntut Kebinet Hatta dibubarkan dan Persetujuan Renville
yang dipimpin Amir Sjarifuddin dibatalkan. Mereka juga meminta perundingan dengan
Belanda dihentikan dan semua milik asing dinasionalisasikan tanpa ganti rugi.

Anda mungkin juga menyukai