Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dofa Ibrah Lil Insan

Asal : Lamongan

Memupuk jiwa sosial dikala pandemi

Sudah banyak yang berspekulasi tetang siap dalang sebenarnya di balik munculnya
virus yang mematikan ini, ketika pertama kali muncul di Wuhan, hal ini bebarengan dengan
perang dagang yang dilakukan oleh Amerika dengan china. Sehingga presiden Amerika
serikat menyalahkan bahwa virus ini adalah buatan mereka. Saat sudah sampai di Indonesia,
banyak dari kita yang meremehkan dengan tak belajar dari negara lain.

Pemerintahpun sempat meremehkan bahwa virus ini tidak berbahaya dan tidak pula
mengancam. Hal ini menyebabkan penyebaran virus ini sangat masif, lalu data dunia yang
telah terkonfirmasi per 14 april adalah 1.812.734, sedangkan di Indonesia sendiri telah
mencapai 4.839, yang mana dengan keadaan yang sudah terjadi saat ini, bukan saling
menyalahkan yang dilakukan tetapi saling menyuport satu sama lain.

Dengan hadirnya pandemi yang kini sedah menyebar di Dunia, terlebih di negri kita
ini banyak dari kaum pelajar, khususnya mahasiswa yang seringkali “sambat” karena
kebijakan PSBB yang diterapkan pemerintah saat ini. Hal ini dikarenakan banyaknya tugas
yang mereka terima dari para dosen. Padahal ketika kita coba search lagi tentang apa tugas
seorang pelajar kalau bukan belajar? oleh karena itu, bukankah kita tak boleh terus terusan
mengeluh terhadap tugas yang didaptakan.

Dengan banyak tugas yang menumpuk ini, besar kemungkinan kita yang jarang
mengerjakan tugas dan jarang membaca buku. Sebagai seorang mahasiswa yang masih
diberikan berbagai nikmat, tak patut bagi kita sering mengeluh dan alangkah lebih
bijaksananya melihat penderitaan orang yang di bawah kita.

Pada masa pandemi ini banyak sekali orang yang merasa sangat kesusahan, bukan
hanya pemerintah yang bingung memikirkan kebijakan apa yang akan diambil ketika ada
kasus semacam covid 19 ini. Tapi rakyat kecil yang hidupnya bergantung pada penjualan
klontong keliling dengan hasil tidak seberapa setiap harinya. Pendapatan mereka sebelum
pandemi pun sudah sangat sedikit, apalagi dengan kehadirannya.

Sering beredar diberbagai medsos mengenai meme yang memperlihatkan betapa


susahnya mencari uang untuk mendapatkan sesuap nasi. Sebagai contoh kecil, suatu daerah di
Malang ada seorang penjual ember keliling dengan terkihat letih dan juga lesu, dan ketika ia
ditanya perihal laku tidaknya dagangan tersebut, nampak kesedihan terpancar diwajahnya.

Sebagai seorang yang telah diberikan nikmat oleh-Nya, patutlah kita bersyukur atas
keadaan ini dengan tidak banyak mengeluh. Bagaimana caranya? Dengan banyak melihat
bahwa masih banyak yang lebih menderita dibandingkan kita. Membantu sesama itu menjadi
kunci pokok agar kita selamat bersama sama dalam wabah ini, bukan malah menghancurkan
jiwa sosial kita sebagai manusia.

Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin kian melebar seiring berjalannya
waktu. Ketika melihat hal tesebut miris sekali rasanya, dengan berkaca pada diri yang masih
hidup berkecukupan namun banyak mengeluh. Orang seperti mereka inilah yang seharusnya
kita bantu, dan agar kita tak merasa paling tidak beruntung. Uluran tangan kita dengan
beberapa lembar uang pun pasti akan sangat berharga bagi kita.

Jiwa sosial yang terdapat dalam diri manusia dikala wabah ini harusnya lebih
dikokohkan. Dalam nash, baik alquran maupun hadist sudah banyak yang menyebutkan
tentang keutamaan menjaga silaturahmi dan tolong menolong(dalam hal kebaikan). “Barang
siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali
silaturrahmi”(HR. Bukhari dan Muslim).

Jika menjaga silaturahmi dapat meluaskan rezeki dan memanjangkan umur, maka
perlulah bagi kita untuk mengamalkannya. Lahan untuk saling tolong menolong amatlah luas
dalam masa ini, kita bisa memberikan kepada mereka dengan berbagai bantuan baik dengan
uang, makanan, dan lainnya. Dengan demikian tali silaturahmi kita terhadap sesama masih
terjaga dengan kukuh.

Di masa pandemi ini, kita dihimbau agar menjaga jarak dan tidak membuat kumpulan
agar memutus penyebaran covid 19 ini. Namun zaman sekarang teknologi sudah semakin
berkembang, kita bisa bersilaturahmi lewat media sosial yang ada. Kalaupun harus dengan
kintak fisik, maka harus mengikuti prosesur yang ada dengan memakai masker ketika keluar
rumah.

Anda mungkin juga menyukai