Anda di halaman 1dari 3

Diskriminasi ditengah Pandemi

Wabah yang menyerang dunia secara global kini telah menyasar Indonesia. terhitung hingga
Rabu (27/5/2020) pukul 12:00 WIB, angka kasus positif Covid-19 berjumlah 15.843 orang.
Kematian dimana–mana, terbatasnya pergerakan masyarakat, rusaknya rantai pasok negara
(industry), dan mengganggu perekonomian dunia. Sandiaga Uno mengatakan penyebaran
virus corona membuat ekonomi dunia melemah 0,5-0,9%. Pelemahan itu juga akan
berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ditinjau dari segi Ilmu
Komunikasi, hal ini makin diperburuk oleh komunikasi media yang selalu memberi ketakutan
berlebihan dan menyebabkan kebanyakan masyarakat menjadi paranoid dan soliter.
Ketakutan ini bahkan lebih mematikan daripada virus, yang menyebabkan banyak sekali
manusia, namun tidak dengan rasa manusiawi. keegoisan-pun mulai merambah karena
dipupuki rasa takut.

Hal ini dikarenakan ketakutan yang membabi buta disebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat akan pandemi ini, hoax yang bertebaran ditambah pula media yang seakan
menambah kengerian pada wabah ini seperti yang telah saya singgung diatas. hal ini lah yang
memicu terjadinya diskriminasi kepada korban, keluarga korban, lingkungan korban, bahkan
yang lebih buruk lagi kepada garda terdepan, yaitu tenaga medis.

Masalah ini tentunya harus segera diselesaikan, mengingat tindakan masyarakat yang sudah
diluar batas, seperti melakukan Panic Buying, penimbunan APD ( masker, hand sanitizer dan
sejenisnya), penolakan jenazah korban Covid-19, menyudutkan pemerintah, mengucilkan
masyarakat yang tinggal selingkungan korban terjangkit, bahkan hate speech juga bullying
yang ditujukan terhadap keluarga tenaga medis.

Disaat seperti ini, peran kita sebagai garda yang mengatur barisan, yaitu ranah komunikasi
sangatlah besar. seharusnya kita memberi edukasi terhadap masyarakat terkait merapatkan
dan mengeratkan kembali ikatan kita sebagai makhluk yang memiliki hati nurani, bagaimana
kita sebagai masyarakat harus saling bahu membahu menghadapi wabah yang sudah
ditetapkan presiden sebagai bencana nasional ini, juga memutus rantai persebaran hoax yang
seakan menyulut api keresahan masyarakat. selain masyarakat, yang paling penting adalah
keberanian pemerintah menindak tegas kasus ini, bukan hanya kepada penyebar hoax dan
pelaku diskriminasi,juga transparansi pemerintah terhadap masyarakat.

Masyarakat sudah sepatutnya memiliki pengetahuan agar tidak mudah termakan hoax dimasa
penyebaran wabah yang genting ini. tidak hanya pengetahuan tentang virus dan
penyebarannya, akan tetapi bagaimana cara bersikap kita sebagai manusia dalam memerangi
fenomena yang mematikan ini. Memerangi hoax adalah solusi yang sangat penting,
mengapa? Kemkominfo mencatat ada 163 konten hoax tercatat (per 11 maret 2020)
menyebar didunia maya yang memancing diskriminasi ras. Penting bagi pemerintah untuk
bertindak tegas terhadap pelaku penyebaran hoax, karena inilah akar dari permasalahan yang
kita bahas.
Kita sudah menarik benang merah permasalahan ini. Jika kita mampu memerangi hoax dan
saling merangkul antar pemerintah dan sesama masyarakat (terutama tenaga medis, TNI dan
Polri) kita mampu menghadapi pandemi ini dengan kepala dingin. karena musuh utama kita
adalah hoax yang memecah belah persatuan NKRI.

Masalah tentunya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk itu, dari ranah komunikasi, kita
harus mengambil beberapa tindakan untuk mengatasi permasalahan yang menyulitkan ini.
maka dari itu akan lebih menarik jika diberikan solusi berupa ‘Komunikasi’ karena sejatinya
semua manusia adalah makhluk yang setiap waktunya berkecimpung dengan komunikasi.
Bagaimana cara kita semua berperan?

Melakukan pendekatan terhadap masyarakat yang berlaku diskriminasi

Biasanya masyarakat yang melakukan diskriminasi adalah masyarakat lansia, mengapa?


karena pada usia inilah yang dijadikan target dari penyebaran hoax dan ketakutan dengan
metode: Perencanaan Pendekatan: Tentunya kita harus memperhatikan, kepada siapa tujuan
pesan yang akan kita sampaikan. Ataukah generasi X, Y ataupun Z. Dan disini target kita
yaitu generasi X (generasi kelahiran 1966-1976) generasi ini biasanya lebih suka mengkaji
lebih dalam dan membaca, namun sulit terbuka dengan hal baru. Nah, disini kita harus
melakukan komunikasi dengan pendekatan yang lebih pada pengkajian, contohnya; “marilah
kita sebagai ikut andil dalam melawan virus ini dengan saling mendukung satu sama lain”.
kata-kata yang agak formal, dengan penjelasan yang agak formal pula .

Melakukan Penyuluhan terhadap masyarakat yang melakukan tindak diskriminasi

Perencanaan penyuluhan; Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat, akan pentingnya


saling memberi dukungan dan berbagi perasaan positif dalam menghadapi situasi ini.
Memutus rantai penyebaran hoax dengan menyampaikan kepada masyarakat agar
mempercayai berita yang kredibel, dan menghindari desas desus dari berbagai sumber yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan, seperti WAG, Facebook dan lain-lain yang tidak jelas
sumbernya. Membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dengan cara
menunjukkan transparansi yang sudah mulai ditetapkan atas perintah dari bapak Presiden
Ir.H.Joko Widodo.

Mendesak pemerintah agar bertindak tegas terhadap pelaku penyebaran hoax, juga
menyalurkan transparansi pemerintah kepada masyarakat dengan komunikasi yang efektif.

Bagaimanakah proses penyelesaian masalahnya? dengan melakukan pendekatan terhadap


warga pelaku diskriminasi atau perundungan, kita tau bagaimana cara berkomunikasi yang
baik agar pesan dapat diterima oleh target. dengan begini, target akan menerima kita, dan
juga mau mendengarkan kita.

Selanjutnya saat penyuluhan, masyarakat akan lebih tau mengenai apa yang sebaiknya tidak,
dan harus dilakukan dalam masa ini. Masyarakat juga akan berfikir kritis dalam menerima
sebuah berita dan menentukan caranya bersikap.

Jika citra pemerintah telah dianggap baik oleh masyarakat, masyarakat akan mulai mematuhi
himbauan pemerintah, mulai dari penanganan wabah hingga segi apapun untuk meringankan
kondisi ini.
Jika terlaksana dengan baik, suasana akan kembali membaik. Semua akan fokus bagaimana
caranya agar pandemik ini segera berakhir, dan tentunya kita juga mengurangi beban
pemerintah dalam menangani hal ini.

Yang seharusnya kita perangi bukanlah virusnya, melainkan penindasan antar sesama yang
membuat ini menjadi lebih buruk. Sudah sepatutnya kita sebagai manusia yang memiliki hati
nurani turut andil dalam meringankan beban negara ini. Jangan sampai virus membunuh rasa
kemanusiaan kita semua. Kita semua akan lebih kuat jika melakukannya bersama-sama,
jangan sampai ketakutan memangkas simpati kita. Jadilah pahlawan yang menjadi tameng
garda terdepan, jangan sampai negara ini kekurangan orang-orang baik.

**

Penulis: Fara Salsabila

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang angkatan 2019

Anda mungkin juga menyukai