Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN PANCASILA

Seksi : 202311270337

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Nurman S, M.Si

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD YUDHA
NIM :23061037

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BANYAKNYA BERITA HOAX YANG MENYEBAR DI MASYARAKAT YANG DAPAT
MENYEBABKAN RUSAKNYA PERSATUAN DAN KESATUAN

Latar Belakang Masalah


Karena kemajuan teknologi informasi, arus informasi semakin cepat dan merata di
masyarakat. Namun, di balik kemudahan tersebut, kita juga menyaksikan fenomena
yang mengkhawatirkan, yaitu maraknya berita hoax yang menyebar luas di berbagai
lapisan masyarakat. Berita palsu ini tidak hanya menciptakan kebingungan, tetapi juga
dapat merusak persatuan dan kesatuan yang telah lama dijaga dan dibangun oleh
sebuah masyarakat.

Berita hoax, yang seringkali disebarkan melalui platform media sosial, memiliki
dampak yang mendalam terhadap kehidupan bermasyarakat. Pertama, berita palsu
dapat menciptakan ketidakpercayaan di antara warga. Saat informasi yang beredar
tidak dapat dipercaya, masyarakat menjadi sulit untuk membedakan antara fakta dan
fiksi. Hal ini menciptakan atmosfer ketidakpastian dan dapat memicu konflik di antara
individu, kelompok, atau komunitas.

Kedua, konsekuensi berita palsu terhadap persatuan dan kesatuan masyarakat juga
dapat dilihat dari sisi politik. Berita hoax dapat menyebabkan perpecahan di antara
warga, sehingga menghambat proses demokrasi.

Konsekuensi dari berita bohong dapat dilihat dalam perpecahan pandangan. Berita
yang dibuat untuk memenuhi kepentingan tertentu seringkali menyebabkan
pembentukan kelompok-kelompok yang mengadopsi pandangan yang ekstrem.
Akibatnya, masyarakat yang sebelumnya bersatu dapat terpecah menjadi kelompok-
kelompok yang saling bertentangan, mengorbankan rasa solidaritas dan
kebersamaan.
Permasalahan
Berita hoax atau yang kita kenal dengan berita bohong (fake news) sudah menjadi isu
yang merajalela di masyarakat saat ini. Penyebaran informasi palsu melalui berbagai
platform media telah menyebabkan kerusakan signifikan terhadap persatuan dan
keharmonisan masyarakat di seluruh dunia. Dalam esai ini, kita akan mengkaji
dampak berbahaya dari berita hoax terhadap persatuan dan kesatuan masyarakat.
Kita akan mendalami contoh-contoh berita hoax yang menimbulkan kerugian, faktor-
faktor yang menyebabkan penyebaran berita hoax, dan strategi untuk memerangi
penyebaran berita hoax.

Berita palsu (hoax) bisa bermacam-macam bentuknya, namun beberapa contoh yang
paling merusak adalah informasi palsu tentang kelompok agama atau etnis, berita
menyesatkan tentang peristiwa atau pemimpin politik, dan rumor yang memicu
kekerasan atau diskriminasi. Salah satu contohnya adalah krisis Rohingya pada tahun
2017 di Myanmar, di mana berita hoaks dan propaganda memicu kekerasan terhadap
minoritas Muslim Rohingya. Informasi dan rumor palsu menyebar melalui platform
media sosial, menyebabkan lebih dari 700.000 orang Rohingya mengungsi dan
menyebabkan kerugian besar terhadap persatuan dan keharmonisan wilayah
tersebut.

Penyebaran berita hoax yang cepat dan luas adalah salah satu permasalahan utama
yang timbul akibat banyaknya berita palsu yang beredar di masyarakat. Dalam era
digital ini, berita hoax dapat dengan mudah disebarkan melalui media sosial dan
platform online lainnya. Hal ini menyebabkan berita palsu menyebar dengan cepat
dan mencapai banyak orang dalam waktu singkat. Banyak orang yang tidak
memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, sehingga berita palsu
tersebut semakin menyebar dan menjadi viral di mana-mana.

Ketidakpercayaan terhadap informasi juga menjadi permasalahan yang timbul akibat


banyaknya berita hoax yang beredar. Banyaknya berita hoax yang menyebar
membuat masyarakat menjadi skeptis terhadap informasi yang mereka terima.
Masyarakat menjadi sulit membedakan antara berita yang benar dan berita palsu,
sehingga mereka cenderung meragukan semua informasi yang mereka terima. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah, media, dan institusi
lainnya yang seharusnya menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya.

Pemecah belah masyarakat adalah dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh
penyebaran berita hoax. Berita hoax sering kali memiliki tujuan tertentu, seperti
memecah belah masyarakat berdasarkan perbedaan agama, suku, atau pandangan
politik. Berita palsu ini dapat memicu konflik dan ketegangan antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat, yang pada akhirnya dapat merusak persatuan dan
kesatuan. Hal ini dapat terjadi karena berita palsu sering kali menimbulkan emosi dan
reaksi yang kuat dari masyarakat, sehingga mereka cenderung memihak pada
kelompok yang mereka anggap benar.

Dampak negatif dari penyebaran berita hoax dapat sangat merusak persatuan dan
kesatuan masyarakat. Salah satu contoh nyata dari dampak negatif ini adalah kasus
“Pizzagate” di Amerika Serikat pada tahun 2016. Berita palsu tentang adanya jaringan
pedofilia yang terkait dengan sebuah restoran pizza menyebar dengan cepat melalui
media sosial, menyebabkan kepanikan dan bahkan seorang pria bersenjata
menyerbu restoran tersebut. Dampak negatif lainnya adalah pada proses demokrasi,
seperti yang terjadi dalam pemilihan umum Amerika Serikat tahun 2016. Berita palsu
yang menuduh salah satu kandidat melakukan tindakan kriminal atau korupsi dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kandidat tersebut, bahkan jika berita
tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.

Untuk mengatasi permasalahan penyebaran berita hoax, masyarakat perlu menjadi


lebih kritis dalam menyaring informasi yang mereka terima. Masyarakat harus
memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, dan memeriksa sumber
informasi yang mereka terima. Selain itu, masyarakat juga perlu memerangi
penyebaran berita palsu dengan menyebarkan informasi yang akurat dan terverifikasi.
Pemerintah dan institusi lainnya juga perlu berperan aktif dalam memerangi
penyebaran berita hoax, dengan memberikan informasi yang akurat dan terpercaya
kepada masyarakat.

Penyebaran berita hoax memiliki dampak yang serius terhadap persatuan dan
kesatuan masyarakat. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah pemecah
belah masyarakat. Berita hoax sering kali dirancang untuk memprovokasi perpecahan
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti perpecahan berdasarkan suku,
agama, atau golongan. Hal ini dapat menciptakan ketegangan sosial, meningkatkan
konflik, dan memperburuk hubungan antar komunitas.

Selain itu, penyebaran berita hoax juga menyebabkan ketidakpercayaan terhadap


informasi. Masyarakat menjadi skeptis terhadap berita dan informasi yang mereka
terima, termasuk informasi yang sebenarnya valid dan akurat. Ketidakpercayaan ini
mengganggu proses komunikasi yang sehat dan mempersulit penyebaran informasi
yang penting dan benar. Akibatnya, masyarakat sulit membedakan antara fakta dan
fiksi, dan kehilangan pegangan dalam memahami realitas yang sebenarnya.

Selanjutnya, penyebaran berita hoax juga dapat memicu konflik antar kelompok.
Berita palsu sering kali memanipulasi emosi dan memperkuat stereotip negatif
terhadap kelompok tertentu. Hal ini dapat memperburuk hubungan antar kelompok,
meningkatkan ketegangan sosial, dan memicu konflik yang merugikan persatuan dan
kesatuan masyarakat.

Selain itu, berita hoax juga dapat menyebabkan kerusakan pada proses demokrasi.
Penyebaran berita palsu dapat mempengaruhi persepsi publik, memanipulasi opini,
dan mengubah hasil pemilihan dengan cara yang tidak adil. Hal ini merusak integritas
proses demokrasi dan mengancam stabilitas politik suatu negara.

Dalam keseluruhan, penyebaran berita hoax memiliki dampak yang merugikan pada
persatuan dan kesatuan masyarakat. Pemecah belah masyarakat, ketidakpercayaan
terhadap informasi, konflik antar kelompok, dan kerusakan pada proses demokrasi
adalah beberapa contoh dampak negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu, penting
bagi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan kritis dalam menyaring informasi,
serta untuk pemerintah dan lembaga terkait untuk mengambil langkah-langkah yang
efektif dalam memerangi penyebaran berita hoax dan mempromosikan persatuan dan
kesatuan masyarakat.

Penyebaran berita hoax dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat merugikan
persatuan dan kesatuan masyarakat. Salah satu faktor utama adalah kecepatan dan
luasnya penyebaran melalui media sosial. Dalam era digital ini, informasi dapat
menyebar dengan cepat dan mencapai audiens yang luas dalam hitungan detik.
Media sosial memungkinkan berita palsu berkembang pesat karena kemampuannya
untuk dengan cepat menyebar melalui berbagai platform, tanpa melewati filter editorial
yang biasa ditemui di media tradisional.

Selain itu, kurangnya keterampilan kritis dalam menyaring informasi juga menjadi
faktor penting. Masyarakat yang kurang terlatih dalam mengidentifikasi berita palsu
cenderung lebih rentan terhadap penyebaran informasi yang tidak akurat. Kurangnya
pemahaman tentang cara memverifikasi kebenaran suatu berita dapat menyebabkan
masyarakat mudah terpengaruh dan percaya pada berita palsu tanpa melakukan
pengecekan yang memadai.

Motif di balik penyebaran berita palsu juga merupakan faktor yang memengaruhi
fenomena ini. Motif tersebut dapat bervariasi, mulai dari kepentingan politik,
keuangan, hingga tujuan sensationalisme semata. Kelompok atau individu yang
menyebarkan berita palsu mungkin memiliki agenda tertentu, seperti memanipulasi
opini publik, menciptakan ketegangan sosial, atau bahkan mengacaukan proses
demokrasi.
Secara keseluruhan, faktor-faktor seperti kecepatan dan luasnya penyebaran melalui
media sosial, kurangnya keterampilan kritis dalam menyaring informasi, dan motif di
balik penyebaran berita palsu saling berinteraksi dan saling memperkuat,
menciptakan lingkungan di mana berita hoax dapat dengan mudah berkembang.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu upaya bersama antara pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat untuk meningkatkan literasi digital, mempromosikan
keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi, dan meningkatkan kesadaran akan
motif di balik penyebaran berita palsu.

Peran media sosial dan teknologi dalam penyebaran berita hoax sangat signifikan.
Media sosial dan teknologi modern telah memfasilitasi penyebaran berita palsu
dengan cepat dan luas di masyarakat. Salah satu faktor utama adalah kemudahan
berbagi informasi melalui platform online.

Media sosial memungkinkan siapa pun untuk dengan mudah membuat dan
membagikan konten, termasuk berita palsu, kepada ribuan bahkan jutaan orang
dalam waktu singkat. Fitur-fitur seperti retweet, share, dan regram mempercepat
penyebaran berita palsu tanpa memerlukan verifikasi atau validasi yang memadai.
Selain itu, algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai
dengan preferensi pengguna, yang dapat memperkuat filter gelembung informasi dan
memperluas penyebaran berita palsu di antara kelompok-kelompok yang memiliki
pandangan serupa.

Teknologi juga berperan dalam memfasilitasi penyebaran berita hoax. Kemajuan


dalam teknologi pengeditan gambar dan video memungkinkan manipulasi yang
semakin canggih, sehingga sulit untuk membedakan antara konten asli dan yang
palsu. Teknik deepfake, misalnya, dapat menciptakan video palsu yang tampak sangat
nyata, memperkuat penyebaran berita palsu dan membingungkan masyarakat.

Namun, peran media sosial dan teknologi tidak hanya negatif dalam penyebaran
berita hoax. Platform online juga dapat memainkan peran penting dalam mengatasi
masalah ini. Beberapa platform telah mengambil langkah-langkah untuk memerangi
penyebaran berita palsu, seperti memperketat kebijakan penggunaan, memperkuat
algoritma untuk mendeteksi konten palsu, dan bekerja sama dengan fakt-checker
untuk memverifikasi kebenaran berita.

Selain itu, penting bagi pengguna media sosial untuk menjadi lebih sadar dan kritis
dalam mengonsumsi informasi. Masyarakat perlu dilengkapi dengan keterampilan
literasi digital yang memadai, termasuk kemampuan untuk memverifikasi kebenaran
berita sebelum membagikannya. Pendidikan dan kesadaran akan bahaya berita palsu
juga harus ditingkatkan untuk melindungi persatuan dan kesatuan masyarakat.
Secara keseluruhan, media sosial dan teknologi memainkan peran yang kompleks
dalam penyebaran berita hoax. Sementara mereka memfasilitasi penyebaran berita
palsu dengan cepat dan luas, platform online juga memiliki potensi untuk mengatasi
masalah ini melalui kebijakan yang ketat dan kerjasama dengan fakt-checker. Namun,
kesadaran dan keterampilan kritis dari pengguna media sosial juga sangat penting
dalam melawan penyebaran berita palsu dan menjaga persatuan dan kesatuan
masyarakat.

Penyebaran berita hoax memiliki dampak psikologis dan sosial yang signifikan
terhadap masyarakat. Salah satu dampaknya adalah perubahan persepsi dan
perilaku individu. Ketika seseorang terpapar berita palsu secara berulang, mereka
dapat mengembangkan pandangan yang salah atau distorsi terhadap suatu isu atau
kelompok tertentu. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan polarisasi dan konflik
antarindividu atau kelompok.

Dampak psikologis lainnya adalah hilangnya kepercayaan pada informasi. Ketika


masyarakat terus-menerus terpapar berita palsu, mereka dapat menjadi skeptis
terhadap semua informasi yang mereka terima. Ini dapat mengganggu proses
pengambilan keputusan yang rasional dan mengurangi kepercayaan pada sumber
informasi yang sahih. Selain itu, penyebaran berita hoax juga dapat memicu
kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian di masyarakat.

Dari segi sosial, penyebaran berita hoax dapat merusak hubungan antarindividu dan
kelompok. Berita palsu sering kali dirancang untuk memicu emosi negatif,
memperkuat prasangka, dan memperburuk konflik sosial. Hal ini dapat memperpecah
belah masyarakat, memperkuat pemisahan antara kelompok-kelompok yang
berbeda, dan mengurangi solidaritas serta kerjasama di antara mereka.

Selain itu, penyebaran berita hoax juga dapat mempengaruhi kepercayaan


antarindividu. Ketika seseorang menyadari bahwa mereka telah mempercayai atau
menyebarkan berita palsu, hal ini dapat merusak hubungan kepercayaan dengan
orang lain. Kepercayaan yang rusak dapat menghambat komunikasi yang efektif,
kolaborasi, dan kerjasama di antara individu atau kelompok.

Secara keseluruhan, penyebaran berita hoax memiliki dampak psikologis dan sosial
yang merugikan. Dampaknya meliputi perubahan persepsi dan perilaku individu,
hilangnya kepercayaan pada informasi, kerusakan hubungan sosial, dan kepercayaan
antarindividu. Untuk mengatasi dampak ini, penting bagi masyarakat untuk
meningkatkan literasi media, keterampilan kritis dalam menyaring informasi, dan
mempromosikan budaya saling percaya dan kerjasama.
Upaya penanggulangan berita hoax telah dilakukan oleh pemerintah, institusi, dan
masyarakat untuk memerangi penyebaran berita palsu. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui kampanye kesadaran publik. Pemerintah dan lembaga
terkait sering kali mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang bahaya berita hoax dan pentingnya memverifikasi informasi sebelum
membagikannya. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih
kritis dalam menyaring informasi yang mereka terima.

Selain itu, pendidikan media juga menjadi bagian penting dalam upaya
penanggulangan berita hoax. Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya dapat
memasukkan pendidikan media dalam kurikulum mereka, yang meliputi keterampilan
kritis dalam mengonsumsi dan memahami informasi. Dengan meningkatkan literasi
media, masyarakat dapat lebih mampu mengidentifikasi berita palsu dan memahami
konsekuensinya.

Verifikasi fakta juga menjadi langkah penting dalam memerangi penyebaran berita
hoax. Berbagai organisasi dan platform media telah mengembangkan tim verifikasi
fakta yang bertugas memeriksa kebenaran informasi sebelumnya disebarkan.
Dengan adanya verifikasi fakta, masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih
akurat dan dapat dipercaya.

Peran media juga sangat penting dalam menyebarkan informasi yang akurat dan
terverifikasi. Media memiliki tanggung jawab untuk menyajikan berita dengan
integritas dan objektivitas. Dalam era digital, media juga dapat berperan dalam
mengedukasi masyarakat tentang cara mengenali dan menghindari berita palsu.

Secara keseluruhan, upaya penanggulangan berita hoax melibatkan kampanye


kesadaran publik, pendidikan media, verifikasi fakta, dan peran media yang
bertanggung jawab. Dengan adanya upaya ini, diharapkan masyarakat dapat lebih
waspada terhadap penyebaran berita palsu dan dapat memperoleh informasi yang
akurat, sehingga persatuan dan kesatuan dapat terjaga dengan baik.
Salah satu studi kasus yang dapat dijadikan contoh nyata tentang dampak berita hoax
pada persatuan dan kesatuan masyarakat adalah kasus penyebaran berita palsu
yang terjadi selama pemilihan umum di Amerika Serikat pada tahun 2016. Selama
kampanye pemilihan presiden, berbagai berita palsu dan teori konspirasi tersebar luas
melalui media sosial dan platform digital. Berita-berita palsu ini mencakup isu-isu
sensitif seperti ras, agama, dan politik, yang bertujuan untuk mempengaruhi persepsi
dan perilaku pemilih.
Dampak dari penyebaran berita hoax ini sangat signifikan. Masyarakat Amerika
Serikat menjadi terpecah belah dan terpolarisasi, dengan kelompok-kelompok yang
memiliki pandangan politik yang berbeda saling menyalahkan dan memperkuat
prasangka mereka. Berita palsu juga memicu ketidakpercayaan pada institusi dan
media tradisional, serta memperburuk ketegangan sosial.

Contoh lainnya adalah kasus penyebaran berita palsu yang terjadi selama pandemi
COVID-19 di seluruh dunia. Berita-berita palsu tentang asal-usul virus, pengobatan
yang tidak teruji, dan konspirasi terkait vaksin telah menyebabkan kebingungan dan
ketidakpastian di masyarakat. Hal ini mempengaruhi persepsi dan perilaku individu,
seperti penolakan terhadap tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh
otoritas kesehatan, penyebaran informasi yang tidak akurat, dan meningkatnya
ketakutan dan kecemasan.

Kedua studi kasus ini menunjukkan bagaimana penyebaran berita hoax dapat
merusak persatuan dan kesatuan masyarakat. Masyarakat menjadi terpecah belah,
terpolarisasi, dan kehilangan kepercayaan pada informasi yang sahih. Oleh karena
itu, penting bagi kita semua untuk meningkatkan literasi media, keterampilan kritis
dalam menyaring informasi, dan memverifikasi fakta sebelum membagikannya.
Hanya dengan cara ini kita dapat melawan penyebaran berita palsu dan menjaga
persatuan dan kesatuan masyarakat.

Solusi
Untuk mengatasi penyebaran berita hoax dan memperkuat persatuan dan kesatuan,
diperlukan upaya kolaboratif dari individu, masyarakat, dan pemerintah. Berikut
adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan:

1. Meningkatkan literasi media dan keterampilan kritis: Individu dan masyarakat


perlu meningkatkan pemahaman tentang cara mengenali berita palsu,
memverifikasi fakta, dan menggunakan sumber informasi yang terpercaya.
Pendidikan media dan keterampilan kritis harus diperkuat di sekolah dan
lembaga pendidikan lainnya.

2. Memperkuat kerjasama antara media dan masyarakat: Media harus berperan


aktif dalam menyebarkan informasi yang akurat dan terverifikasi. Masyarakat
juga perlu berperan sebagai konsumen yang cerdas dengan memberikan
umpan balik dan melaporkan berita palsu kepada media.
3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas media: Media harus menjunjung
tinggi integritas dan objektivitas dalam melaporkan berita. Mereka juga harus
transparan tentang sumber informasi dan metode jurnalistik yang digunakan.

4. Mendorong kerjasama internasional: Penyebaran berita hoax tidak mengenal


batas negara. Kerjasama internasional antara pemerintah, lembaga, dan media
dari berbagai negara dapat membantu dalam memerangi penyebaran berita
palsu yang melintasi batas-batas nasional.

5. Mengembangkan platform dan algoritma yang bertanggung jawab:


Perusahaan teknologi dan platform media sosial harus mengambil langkah-
langkah untuk mengidentifikasi dan menghapus konten berita palsu. Algoritma
yang bertanggung jawab harus digunakan untuk memprioritaskan konten yang
akurat dan terpercaya.

6. Mengedepankan pendekatan hukum yang tepat: Pemerintah perlu memiliki


kerangka hukum yang jelas untuk menangani penyebaran berita hoax. Namun,
pendekatan ini harus sejalan dengan kebebasan berbicara dan menjaga
keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan perlindungan terhadap
penyebaran berita palsu.

Dengan mengimplementasikan solusi dan rekomendasi ini, diharapkan masyarakat


dapat lebih mampu mengatasi penyebaran berita hoax, memperkuat persatuan dan
kesatuan, serta membangun masyarakat yang lebih kritis dan cerdas dalam
mengonsumsi informasi.
Kesimpulan
Bayaknya berita hoax yang menyebar di masyarakat dapat menyebabkan rusaknya
persatuan dan kesatuan. Fenomena ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial
dan keberlanjutan demokrasi di Indonesia. Berita hoax memiliki potensi untuk memicu
konflik antar kelompok, memperkuat polarisasi, dan merusak kepercayaan
masyarakat terhadap institusi dan media yang seharusnya menjadi sumber informasi
yang dapat dipercaya. Dalam era digital dan media sosial, berita hoax dapat dengan
mudah menyebar luas dan cepat, mencapai audiens yang lebih besar dan
memperkuat narasi yang tidak benar. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang serius
dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, media, dan masyarakat, untuk mengatasi
masalah ini. Pendidikan dan literasi media yang lebih baik, penegakan hukum yang
tegas terhadap penyebar berita hoax, serta kolaborasi antara pemerintah, media, dan
masyarakat dalam memerangi berita hoax menjadi langkah-langkah penting untuk
menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.
Referensi

1. Tapsell, R. (2019). “Media Capture: How Money, Power, and Politics Shape the
News in Indonesia.” Oxford Research Encyclopedia of Communication.

2. Wahyuningroem, R. (2018). “Hoaks sebagai Ancaman Keamanan Bangsa:


Sebuah Tantangan Bagi Indonesia.” Jurnal Pertahanan dan Bela Negara, 7(1),
79-95.

3. Maryani, E. S. (2019). “Dampak Hoaks terhadap Kerukunan Sosial di


Indonesia.” Jurnal Komunikasi ISKI, 4(1), 45-60.

4. Nasir, J. (2017). “Media dan Konten Berita Palsu di Era Digital.” Jurnal Ilmu
Komunikasi, 14(1), 1-10.

5. Panggabean, H. (2018). “Dinamika Berita Hoaks di Media Sosial dan


Dampaknya terhadap Persatuan Bangsa.” Jurnal Komunikasi Massa, 11(1), 1-
16.

6. Arifianto, A., & Tapsell, R. (2020). “Hoaxes, Hate Speech and the Changing
Media Landscape in Indonesia.” The Pacific Review, 33(5), 736-754.

7. Budiman, A. I. (2017). “Hoaks dan Keberagaman Sosial: Tinjauan Sosiologis.”


Jurnal Masyarakat dan Budaya, 19(2), 233-241.

8. Santosa, I. (2018). “Media Sosial, Hoaks, dan Anomali Demokrasi di


Indonesia.” Jurnal Komunikasi Massa, 11(2), 105-116.

9. Piliang, Y. A. (2018). “Hoaks dan Negara: Perspektif Komunikasi Politik.” Jurnal


ASPIKOM, 2(4), 473-490.

10. Sidharta, B., & Sukmana, R. (2019). “Hoaks dan Politik Identitas di Indonesia.”
Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(2), 149-161.

Anda mungkin juga menyukai