Anda di halaman 1dari 38

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH
PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

OLEH:
1. REVANI PUTRI ANANTA (23061042)
2. ANNISA SALSA AZZAHRA (23052094)
3. NADYA TAMARA NOVITA (23061038)
4. MUHAMMAD YUDHA (23061037)

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Eldarni, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Dasar Dasar Ilmu Pendidikan
yang berisi resume tentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan
Nasional dari beberapa sumber bacaan yang ada pada RPS.
Saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini.

Padang, 22 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG..... 4
B. RUMUSAN MASALAH... 4
C. MANFAAT..... 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN 5
1. JALUR PENDIDIKAN 6
2. KELEMBAGAAN JENJANG DAN PROGRAM PENDIDIKAN 6
1. Pendidikan Umum Dan Kejuruan 6
2. Pendidikan Khusus 7
3. HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK 8
B. STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL 10
C. DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL 12
1. Pengertian Pendidikan Nasional 12
2. Dasar Pendidikan Nasional 12
3. Fungsi Pendidikan Nasional 13
4. Tujuan Pendidikan Nasional 13
5. Prinsip Pendidikan Nasional 14
BAB III 15
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan pemerintah mengesahkan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang. Untuk
mewujudkan amanat tersebut, pemerintah sebelumnya telah menyusun
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
SPN),
Namun untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pembaruan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. UU SPN 1989
yang ditetapkan sebelumnya dirasakan tidak memadai lagi dan perlu diganti
serta disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk itu dibentuklah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
yang baru disempurnakan, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Apa yang dimaksud dengan
Sistem Pendidikan Nasional? Bagaimanakah penyelenggarannya di Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, resume ini akan membahas
tentang penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan?

2. Apa saja Standar Pendidikan Nasional?

3. Apa Dasar, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pendidikan Nasional?


C. MANFAAT

1. Untuk mengetahui apa saja jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

2. Untuk mengetahui apa saja standar pendidikan nasional.

3. Untuk mengetahui dasar, tujuan, fungsi, dan prinsip pendidikan


nasional.

BAB II

PEMBAHASAN

A. JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuataan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Apabila sistem pendidikan nasional merupakan sistem usaha yang
sadar, lalu siapakah yang melakukan usaha sadar tersebut? Menurut Pasal 31
ayat (2); pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, jelas bahwa secara
tersurat dan baku dinyatakan bahwa pemerintah harus melakukan usaha
sadar tersebut.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan diterangkan dalam UUSPN pada
Bab III Pasal 4 sebagai berikut:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan keadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan
sistem terbuka dan makna berganda.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kreativitas, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi seluruh warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui partisipasi dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.

1. JALUR PENDIDIKAN

Dalam system pendidikan nasional terdapat tiga jalur pendidikan, terdapat


pada pasal 13 UU RI No. 20 tahun 2003, yaknik jalur pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal dapat saling melengkapaki dan memperkaya.

a. Pendidikan Formal

Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan


melalui satuan pendidikan dan memiliki jenjang yang terdiri dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Pendidikan formal terrdiri
dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus
swasta.

Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain:

1) Tempat pembelajaran di gedung sekolah.


2) Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
3) Kurikulumnya jelas.
4) Materi pembelajaran bersifat akademis.
5) Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
6) Ada ujian formal.
7) Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
8) Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
9) Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam.
Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan yang
memiliki kedewasaan jasmani dan rohani. Adapun beberapa tujuan dan fungsi
pendidikan formal adalah sebagai berikut:
1) Melatih Kemampuan Akademis
Kemampuan akademis ini meliputi kemampuan analisis, menghafal, logika,
memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki
kemampuan akademis yang baik pada umumnya lebih mampu memecahkan
masalah dan memiliki kehidupan yang lebih baik.
2) Melatih Mental, Fisik, dan Disiplin
Jalur pendidikan ini mengharuskan peserta didik untuk tiba di sekolah pada
jam tertentu, dan pulang pada jam tertentu. Hal ini secara tidak langsung
dapat melatih kedisiplinan peserta didik. Selain itu, proses belajar di sekolah
secara terus menerus akan membentuk mental dan fisik para peserta didik
menjadi lebih baik.
3) Melatih Tanggungjawab
Para peserta didik juga diajarkan tentang tanggungjawab di sekolah. Misalnya
tanggungjawab mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, dan lain sebagainya.
4) Mengembangkan Diri dan Kreativitas
Program esktrakurikuler di sekolah merupakan salah satu sarana untuk
mengembangkan diri dan kreativitas peserta didik. Seseorang yang memiliki
kemampuan dan kreativitas tertentu tentunya akan membentuk pribadi yang
lebih berkualitas.
5) Membangun Jiwa Sosial
Sekolah juga dapat membantu membangun jiwa sosial seorang peserta didik.
Interaksi sosial di sekolah juga akan memperluas hubungan sosial seorang
siswa.
6) Membentuk Identitas Diri
Identitas diri merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh individu
di dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya dalam dunia kerja dan di
masyarakat. Umumnya, mereka yang memiliki pendidikan formal lebih
berpeluang untuk mendapatkan suatu pekerjaan
.
b. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal


yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 12
UU RI No. 20 tahun 2003). Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Seperti Lembaga
Kursus dan Pelatihan, Kelompok Belajar, Sanggar, dan lainnya.
Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal antara lain:
1) Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.
2) Kadang tidak ada persyaratan khusus.
3) Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
4) Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
5) Bersifat praktis dan khusus.
6) Pendidikannya berlangsung singkat.
7) Terkadang ada ujian.
8) Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
UU RI No. 20 tahun 2003 Pasal 26 ayat 1-3 menyatakan bahwa:
1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
c. Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan


(pasal 1 ayat 13 UU RI No. 20 tahun 2003). Sesuai dengan pasal 27
menyatakan : (1) kegiatan pendidika informal dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri Satuan pendidikan
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah
merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan.

Adapun satuan pendidikan di luar sekolah meliputi kelompok-kelompok


belajar, khusus, dan satuan pendidikan sejenisnya. Sebagai penyelenggaraan
dari satuan pendidikan tersebut, dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan dalam
keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Seperti: Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun,
Moral dan Sosialisasi.

Ciri-ciri Pendidikan Informal antara lain :

1) Tempat pembelajaran bisa di mana saja.


2) Tidak ada persyaratan.
3) Tidak berjenjang.
4) Tidak ada program yang direncanakan secara formal.
5) Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
6) Tidak ada ujian.
7) Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.

2. KELEMBAGAAN JENJANG DAN PROGRAM PENDIDIKAN

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang ditetapkan


berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1 ayat 8 UU RI No. 20 tahun
2003).
Pembakuan lembaga-lembaga pendidikan di sekolah dan di luar sekolah
biasanya diusahakan, sedangkan untuk usaha pendidikan di dalam keluarga,
pembakuan itu sangat sulit dilakukan. Kesulitan itu terutama sekali berkaitan
dengan ruang lingkup dan batas-batas usaha pendidikan dalam keluarga.
Lebih lanjut bagian ini membahas secara singkat lembaga dan jenjang
pendidikan di sekolah dan luar sekolah.
1. Pendidikan Umum Dan Kejuruan

Lembaga pendidikan umum dan kejuruan terdiri dari pendidikan dasar,


pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan umum merupakan
program pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan keterampilan peserta didik dengan fokus pada spesialisasi yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Yang termasuk pendidikan umum yaitu: sekolah dasar, sekolah
menengah, dan universitas. Yang termasuk sekolah kejuruan antara lain
sekolah menengah kejuruan (SMEA, STM, SKK, SMK). Baik pendidikan umum
maupun kejuruan, jalur pendidikan sekolah dilaksanakan melalui perjenjangan
yang penyelenggaraannya untuk setiap jenjang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
A. Pendidikan Dasar
Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar, diselenggarakan
kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah (PPRI No. 27/1990).
Pendidikan pancasila diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilandasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan mempersiapkan peserta didik
yang memenuhi persyarakatan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan dasar ini, ada kewajiban
belajar bagi anak usia 7-12 tahun yang pernah dicanangkan oleh Presiden RI
pada 2 Mei 1984. Tentang wajib belajar tersebut, kemudian dinyatakan dalam
UUSPN ayat (1), yang berbunyi: "Warga negara yang berumur 6 (enam) tahun
berhak mengikuti pendidikan dasar" dan ayat (2): "Warga negara yang
berumur 7 (tujuh) tahun, berkewajiban mengikuti pendidikan dasar dan
pendidikan yang setara sampai tamat." Dalam pengertian setara ini termasuk
juga Pendidikan Luar Biasa (PLB), dan pendidikan yang bersifat keagamaan.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar mengatur
tentang pelaksanaannya.
B. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi.
 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS)
adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia
setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama
ditempuh dalam waktu 3 tahun.
 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) adalah
jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia
setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (ataatsederajat). Sekolah
menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun.
 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik
Menengah). Di SMK,terdapat banyak sekali Program Keahlian. Pendidikan
menengah kejuruan berfungsi mempersiapkan peserta didik untuk
lapangan kerja, sesuai dengan tujuan pendidikan keahlian pada tingkat
pendidikan tinggi.
 Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain
yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara
SMP/MTs

C. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Misi "Tri Dharma" pendidikan
tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat adalah dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan
tersebut. .
Di Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain :
1) Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan endidikan
vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni tertentu.
2) Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah
penamaan yang digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang
memberikan berbagai jenis gelar dan sering beroperasi pada tingkat
yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat
merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta penelitian
ilmiah ternama dunia atau pendidikan vokasi profesional, yang memiliki
spesialiasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi atau
jurusan-jurusan teknis yang berbeda jenis.
3) Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
4) Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang
memberikan gelar akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas
menyediakan pendidikan sarjana dan pascasarjana.
5) Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi
yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam
lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

2. Pendidikan Khusus

Di samping program pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang


telah dikemukakan tersebut, masih ada jenis program pendidikan yang lain,
yaitu: Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kedinasan, dan Pendidikan
Keagamaan. Pendidikan khusus berfungsi secara khusus menyiapkan
pendidikan yang sesuai dengan tujuan masing-masing program tersebut.
A. Pendidikan Luar Biasa
Program ini diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan
fisik dan/atau mental seperti sekolah dasar luar biasa (SDLB) dan pendidikan
luar biasa (PLB) untuk jenjang pendidikan menengah dengan masing-masing
memiliki program anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan tunagrahita.
Gurunya merupakan lulusan dari pendidikan guru luar biasa dari
pendidikan/perguruan tinggi.
B. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu
Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah nondepartemen.
Pendidikan khusus kedinasan dilaksanakan di sekolah kedinasan atau pusat-
pusat latihan (Pusdiklat) dan lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah maupun oleh swasta.
C. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan khusus keagamaan dilaksanakan di sekolah-sekolah yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat, seperti madrasah
ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri, Pendidikan Guru Agama, Seminari,
Tiara, Sekolah Tinggi Teknologi dari Institut Dharma Dendad. Fungsi dari
pendidikan ini adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat
melaksanakan peran yang menuntut penguasaan khusus tentang ajaran
agama yang bersangkutan.
D. Pendidikan Khusus Teknis
Pendidikan khusus teknis dilaksanakan di pusat-pusat atau lembaga
pendidikan khusus yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh
swasta.

3. HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK

Pendidikan dan peserta didik memiliki hak dan kewajiban proses


penyelenggaraan pendidikan yang diatur dalam undang-undang.

A. Peserta Didik
Dalam UUSPN dinyatakan bahwa "Pendidikan nasional bersifat terbuka dan
memberikan keluasan gerak kepada peserta didik yang dalam
pelaksanaannya diatur oleh Menteri."
Adapun hak dari setiap peserta didik pada satuan pendidikan sebagai berikut:
1. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
(a) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
(b) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
(c) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya.
(d) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya.
(e) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang
setara.
(f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan.
2. Setiap peserta didik berkewajiban:
(a) Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan.
(b) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.

B. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah pengelola satuan pendidikan, pemilik,
pengawasan, peneliti, dan pengembangan di bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar. Tenaga kependidikan bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola, dan memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan.
Untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, selain beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berwawasan Pancasila dan UUD 1945,
juga harus memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Pengadaan guru
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diselenggarakan melalui
lembaga pendidikan tenaga keguruan.
Setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan memiliki
hak-hak sebagai berikut:
1. Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
(a) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
(b) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
(c) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
(d) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual.
(e) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
(a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
(b) Memperkuat komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
(c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepada mereka.
3. Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas
daerah.
4. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga
kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
kebutuhan pendidikan formal.
5. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan
pendidikan dengan pendidikan dan tenaga kependidikan yang diperlukan
untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
6. Ketentuan mengenai pendidikan dan tenaga kependidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.

C. Sumber Daya Kependidikan


Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat atau keluarga peserta didik. Pendidikan tidak akan
terlaksana dengan baik, bilamana para tenaga kependidikan maupun peserta
didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Perpustakaan adalahsalah satu sumber belajar yang sangat penting untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan. Di samping perpustakaan,
fasilitas lain seperti laboraturium, bengkel, dan fasilitas olahraga merupakan
sarana penunjang kebutuhan pencapaian tujuan. Pengadaan atau biaya
penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi
tanggung jawab pemerintah, yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi
tanggung jawab badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan
pendidikan.

D. Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan peserta didik dan keserasiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan.
Kegiatan pendidikan dalam pelaksanaannya didasarkan atas kurikulum yang
berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan
serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang
bersangkutan.

Selain hak dan kewajiban di atas, kedudukan dan penghargaan bagi tenaga
kependidikan juga diberikan berdasarkan kemampuan dan prestasinya.
Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan juga diselenggarakan
oleh pemerintah. Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat, diatur penyelenggarannya oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan.

B. STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL


Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal
tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional dan harus diperuntukkan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjaga mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional
Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Fungsi dan tujuan Standar Nasional Pendidikan adalah:
1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.

Berikut standar standar dalam pendidikan;


1. Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
(pasal 5 ayat 1).
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan.
Secara umum, Standar isi mencakup sasaran (goal) yang mencakup
segala sesuatu yang terdiri dari berbagai aspek yang akan dicapai dan
menjadi pengalaman belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan Urdan
dalam Ku dan Soulier (2009: 651) bahwa “goals are generally defined as
performance objectives, or what learners want to achieve*. Artinya, tujuan
digambarkan secara umum sebagai sasaran hasil atau hal yang ingin
dicapai siswa. Selain sasaran, Kriedl (2010: 227) menambahkan bahwa
“curriculum purposes typically include the goals, aims, and objectives an
educational program”. Artinya tujuan kurikulum pada dasarnya terdiri dari
sasaran, tujuan dan program pendidikan yang objektif. Sasaran pada
kurikulum 2013 dituangkan dalam SKL, tujuan dituangkan dalam Standar
Isi yang merupakan turunan dari SKL. Terdiri KI dan KD, dan program
pendidikan yang objektif dituangkan dalam Standar Proses dan Standar
Penilaian.
2. Standar Kompetensi Lulusan
Standar ini merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan
dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
a) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
(Pasal 25 ayat 1).
b) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah (Pasal
25 ayat (2)).
c) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan
pada kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan jenjang
pendi dikan (Pasal 25 ayat (3)).
d) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (pasal 25 ayat 4).
e) Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertu-
juan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut (Pasal 26 ayat (1)).
f) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pasal 26 ayat (2)).
g) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
(Pasal 26 ayat (3)).
h) Standar kompetensi kelulusan pada jenjang pendidikan tinggi
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang
bermanfaat bagi kemanusiaan (Pasal 26 ayat (4)).
i) Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan
pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
oleh peraturan menteri (Pasal 27 ayat (1)).
j) Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh
masing-masing perguruan tinggi (Pasal 27 ayat (2)
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b) Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c) Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C.
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta
didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi
lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan
minimal mata pelajaran.
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki
ompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan eterampilan.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan
Menengah menjelaskan bahwa:
3. Standar Proses
Standar proses ini meliputi pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan:
a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotiva-
si peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai de-
ngan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Pendidik dalam proses pembelajaran harus memberikan ke-
teladanan (Pasal 19 ayat (1)).
b) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembe- lajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Pasal
19 ayat (3)).
c) Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20).
d) Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta
didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio
maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik dan rasio maksi-
mal jumlah peserta didik setiap pendidik (Pasal 21 ayat (1)).
e) Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembang-
kan budaya membaca dan menulis (Pasal 21 ayat (2).
f) Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi
dasar yang ha- rus dikuasai (Pasal 22 ayat (1)).
g) Teknik penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa tes
tertulis, observasi, praktik, dan penugasan perorangan atau
kelompok (Pasal 22 ayat (2)).
h) Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-
kurangnya dilaksanakan satu kali dalam semester (Pasal 22 ayat
(3)).
i) Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan
(Pasal 23).
j) Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Per- aturan Menteri (Pasal 24).
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah menyatakan
bahwa sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi maka
seorang guru perlu menetapkan beberapa prinsip dalam proses pembelajaran
antara lain:
a) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didikmencari tahu.
b) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.
c) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah.
d) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi.
e) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
f) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju 2
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
g) Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
h) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills).
i) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
j) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyomangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
k) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.
l) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
m) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
o) Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
prosespembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah memiliki tugas yang cukup berat. Mereka dituntut
untuk meningkatkan kompetensi dan keahliannya terkait dengan metode dan
strategi pembelajaran. Sebab, sukses tidaknya proses pendidikan dalam
mewujudkan siswa yang sesuai dengan stantard kompetensi lulusan, itu
tergantung pada keahlian seorang guru dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas yang tertuang dalam
Silabus dan RPP.

4. Standar Penilaian
Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan ten tang
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta. didik.
Penilaian yang dimaksud di sini adalah penilaian pada jenjang pen- didikan
dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar
oleh pemerintah.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secam berkesinam-
bungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil da-
lam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas (Pasal 64 ayat (1)). Penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menilai pen-
capaian kompetensi peserta didik bahan penyusunan laporan kema-
juan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran (Pasal 64
ayat (3)).
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran dan dilakukan untuk semua mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewar ganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan (Pasal 65 ayat (1)
dan (2).
3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan tekno- logi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional
(Pasal 66 ayat (1)).
5. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, penge-
lolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada tingkat
nasional.
Ada beberapa standar pengelolaan dalam pendidikan sebagai berikut:
a) Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan:
1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keter-
bukaan, dan akuntabilitas (Pasal 49 ayat 1).
2) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan
sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan (Pasal 50
ayat 1).
3) Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan
SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dibantu
minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan (Pasal
50 ayat 2)
b) Standar pengelolaan oleh Pemerintah daerah
Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang
pendidikan dengan memprioritaskan program:
1) Wajib belajar.
2) Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang
pendidikan menengah.
3) Penuntasan pemberantasan buta aksara.
4) Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun
masyarakat.
5) Peningkatan status guru sebagai profesi
6) Akreditasi pendidikan.
7) Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat
8) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendi
dikan (Pasal 59 ayat (1)).
c) Standar pengelolaan oleh pemerintah
Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan
dengan memprioritaskan program:
1) Wajib belajar.
2) Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang
pendidikan menengah dan tinggi.
3) Penuntasan pemberantasan buta aksara
4) Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
5) Peningkatan status guru sebagai profesi
6) Peningkatan mutu dosen.
7) Standardisasi pendidikan
8) Akreditasi pendidikan.
9) Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal,
nasional, dan global.
10)Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
pendidikan
11)Penjaminan mutu pendidikan nasional (Pasal 60).
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam
jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya.
a) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Pasal 28 ayat (1)).
b) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (1)
kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
profesional, dan (4) kompetensi sosial (Pasal 28 ayat (3).
a) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: (1)
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (1-4) atau
sarjana (s-1). (2) latar belakang pendidikan tinggi di bidang
pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi, dan (3)
sertifikat profesi guru untuk SD/MI (Pasal 29 ayat (2)
b) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi pendidikan
minimum:
1) Lulus diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1) untuk program
diploma.
2) Lulus program magister (s-2) untuk program sarjana (S-1)
3) Lulus program doktor (S-3) untuk program magister (S-2) dan
program doktor (s-3) (Pasal 31 ayat (1)).
e) Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK,
meliputi:
1) Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK
2) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai, ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima
tahun di SMP/MTS/SMA/SMK/MAK
4) Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di
bidang pendidikan (Pasal 38 ayat 3).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
menjelaskan secara utuh empat kompetensi utama guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi inti guru meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
social, cultural, emosional, dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembanga yang mendidik.
5) Memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangannyang
mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10)Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan
kebudayaan nasional Indonesia
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa
4) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi Profesional
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
5) Memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Adapun persyaratan pengadaan tenaga pendidik di atur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 38 / 1992 pada pasal 9 ayat 1 yaitu :
a. sehat jasmani dan rohani yang di nyatakan dengan tanda bukti dari
yang berwenang, yang meliputi : (a) Tidak menderita penyakit menahun
( kronis ) dan / atau yang menular; (b) Tidak memiliki cacat tubuh yang
dapat menghambat pelaksanaan tugas sebagai tenaga pendidik; (c)
Tidak menderita kelainan mental.
b. Berkepribadian, yang meliputi : (a) beriman dan bertakwa kepeda tuhan
yang maha esa; dan (b) Berkepribadian pancasila.
Peraturan Pemerintah di atas menyebutkan bahwa setiap orang yang ingin
menjadi guru atau tenaga pendidik harus memiliki kesehatan jasmani dan
rohani. Sehat jasmani dapat dilihat dibuktikan dengan tidak pernah menderita
penyakit kronis atau menular, tidak memiliki cacat, dan tidak memiliki
kelainan mental. Pp 38/1992 juga menuliskan bahwa tenaga pendidik harus
memiliki kepribadian sepeti beriman dan bertakwa pada tuhan yang maha esa,
dan berkeperibadian pancasila. Dalam PP 38/1992 dirasa tidak relefan
terhadap kehidupan sekarang. Oleh karena itu lahirlah sertifikasi untuk
menjadi tenaga pendidik seperti diatur pada Permendiknas No. 18 Tahun
2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
Selanjutnya berikut ini beberapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan:
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12
Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifkasi Akademik dan Kompetens Guru.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repuhlik Indonesia No 24
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27
Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40
Tahun 2009 tentang Standar Penguji pada kursus dan pelatihan.
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubilk Indonesia No 41
Tahun 2009 tentang Standar kualifikasi pembimbing pada kursus dan
pelatihan.
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 42
Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus dan Pelatihan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43
Tahun 2009 Standar Tenaga administrasi pendidikan pada program
Paket A, Paket B, dan Paket C.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan


Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan selama satu tahun.
a) Pembiayaan pendidikan terdiri atas binya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal (Pasal 62 ayat (1)).
b) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap
(Pasal 62 ayat (2)).
c) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
(Pasal 62 ayat (3)).
d) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji: (2) bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai: dan (3) biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan pra- sarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya (Pasal 62 ayat (4)).
e) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan peratur
an menteri berdasarkan usulan BSNP (Pasal 62 ayat (5)).
8. Standar Sarana dan Prasarana
Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar, per-
pustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain dan rekrea- si,
laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini termasuk pula
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan (Pasal 42 ayat (1)).
b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pen- didik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium. ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat ber- main, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan un- tuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Pasal 42 ayat
(2)).
c) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan
alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan per-
alatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam
daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia
(Pasal43 ayat (1)).
d) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan
dalam rasio minimal jumlah huku teks pelajaran untuk masing-
masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk
setiap peserta didik (Pasal 43 ayat (4)).
e) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) untuk
bangunan satuan pendidikan, lahan praktik, lainnya untuk sarana
penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan
pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan
sehat (Pasal 44 ayat (1)).
Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang
berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana.
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah [SMP/MTs], dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40
Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Luar
Biasa.

9. Standar Proses Pendidikan: Merinci tahapan proses pembelajaran,


termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
10. Standar Pengawasan Pendidikan: Menjelaskan bagaimana pengawasan
pendidikan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga independen.
11. Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa
standar penilaian pendidikan adalah standar Nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh
pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas
diatur oleh masing- masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Adapun mekanisme penilaian peserta didik berdasarkan peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan an
teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi
tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;
b. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,
dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
c. Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
12. Standar Mutu Pendidikan: Menetapkan standar isi, proses, dan penilaian
yang harus dipenuhi untuk menjaga mutu pendidikan.

Standar nasional pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu


pendidikan di Indonesia, memastikan setiap peserta didik menerima
pendidikan berkualitas, dan mengarahkan seluruh proses pendidikan sesuai
dengan pedoman yang telah ditetapkan.
C. DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Ada dua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pernah


dimiliki Indonesia, yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dikenal dengan UUSPN.
Dan yang kedua Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang dikenal dengan nama UU Sisdiknas. Sebelum dua
undang-undang ini mengatur tentang system pendidikan nasional, Indonesia
hanya memiliki Undang-undang tentang pokok-pokok pengajaran dan
pendidikan, yaitu Undang-undang Nomor 4 tahun 1950.
Adanya perubahan UUSPN Nomor 2 tahun 1989 menjadi UU Sisdiknas
Nomor 20 tahun 2003 dimaksud agar system pendidikan nasional bias
menjadi jauh lebih baik disbanding dengan system pendidikan sebelumnya.

1. Pengertian Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, termasuk kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Sejalan dengan hal ini,
Pendidikan Nasional lahir di negara Indonesia. Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
merealisasikan semua ini, diperlukan sistem pendidikan yang merupakan
suatu keseluruhan yang terpadu dari semua unsur dan kegiatan pendidikan
yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional tersebut.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal
31 ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
kesejahteraan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang."
Pembaruan system pendidikan nasional dilakukan untuk memperbarui
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan
nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata
social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selallu berubah.
Dengan visi pendidikan tersebut, mempunyai misi sebagai berikut:
1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Membantu dan memfasilitasi perkembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewu-
judkan masyarakat belajar.
3) Meningkatkan persiapan masukan dan kualitas proses pendidikan
untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan RI.
Pembaruan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi
pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi:
1) Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.
2) Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
3) Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
4) Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.
5) Peningkatan keprofesionalan dan tenaga kependidikan.
6) Penyediaan sarana yang mendidik.
7) Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan
berkeadilan
8) Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.
9) Pelaksanaan wajib belajar.
10)Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.
11) Pemberdayaan peran masyarakat.
12)Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.
13)Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Dengan strategi tersebut, diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan


nasional dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak
secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Dasar Pendidikan Nasional

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi


fondasi bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah
atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya
dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang
memiliki peranan penting sebagai panduan dalam melaksanakan pendidikan
di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.
Dasar pendidikan nasional di negara Indonesia secara yuridis formal telah
dirumuskan, antara lain, sebagai berikut:
a. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1945, Bab III Pasal 4 yang berbunyi:
"Pendidikan dan pengajaran berdasarkan asas-asas yang termaktub dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan kebudayaan bangsa Indonesia."
b. Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 Bab II Pasal 2 yang berisi:
"Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila."
c. Dalam GBHN Tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988,
Bagian pendidikan berbunyi: "Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila."
d. TAP MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV Bagian
Pendidikan yang berbunyi: "Pendidikan Nasional (yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945).
e. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian, dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945.

3. Fungsi Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai berikut :


a. alat untuk membangun pribadi, mengembangkan warga negara,
mengembangkan kebudayaan, dan mengembangkan bangsa Indonesia.
b. Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 3,
"Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia
dalam rangka mencapai tujuan nasional”.

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah faktor sangat penting dalam


pendidikan, karena tujuan adalah arah yang hendak dicapai atau dikejar oleh
pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tujuan
yang ingin dicapainya. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 3:
‘’Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

5. Prinsip Pendidikan Nasional

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 4, ada enam


prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional:

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multikultural.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mendorong budaya membaca, menulis,
dan berhitung bagi seluruh warga masyarakat.

Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua


komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.

BAB III

KESIMPULAN

Sistem pendidikan nasional di Indonesia berdasarkan pada prinsip dan


dasar yang kuat. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi fondasi
utama, memandu pendidikan menuju perwujudan tujuan nasional.
Terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu formal, nonformal, dan informal,
yang berperan dalam membangun peserta didik menuju kehidupan yang lebih
baik. Selain pendidikan umum, program pendidikan khusus seperti Pendidikan
Luar Biasa, Pendidikan Kedinasan, dan Pendidikan Keagamaan
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Peserta didik memiliki hak dan kewajiban, termasuk hak untuk
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Prinsip-prinsip pendidikan yang demokratis, inklusif, dan berlandaskan hak
asasi manusia menjadi panduan dalam penyelenggaraan pendidikan. Standar
Pendidikan Nasional (SNP) berperan penting dalam memastikan mutu
pendidikan dan memberikan arah bagi penyelenggara pendidikan.
Dengan berpegang pada prinsip-prinsip dan dasar-dasar pendidikan
nasional ini, Indonesia bertujuan untuk mencapai pendidikan yang bermutu,
inklusif, dan berkelanjutan, yang mampu mencerdaskan bangsa, membangun
karakter yang beriman dan bertakwa, serta memberdayakan masyarakat
dalam meraih tujuan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, 2009 : Dasar, Teori, dan Praktis Pendidikan.


Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia
Syafril, Zelhendri Zen, 2017: Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Kemendikbud, 2009 ; Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta. Permendiknas
UU 111 Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Depdiknas.
Ku DT, Soulier JS. 2009. Effects of Learning Goals on
Learning
Performance of Field-Dependent and Field-Independent
Late
Adolescent in a Hypertext Environment.
Adolescence 4 4: 651-664.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2016
Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi
Guru
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai