Anda di halaman 1dari 24

SAP

PHBS di Tatanan Rumah Tangga dan Rumah Sakit

Tim PKRS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CEGAH PENYAKIT DENGAN PHBS
Topik : Penyuluhan tentang PHBS di tatanan Rumah Tangga dan
Rumah Sakit
Hari/Tanggal : Kamis, 31 Maret 2022
Waktu : 30 menit
Tempat Pelaksanaan : Ruang Tunggu Dekat Rawat Inap
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Sub Topik : 1. Pengertian PHBS
2. Tatanan PHBS
3. Sasaran dan Manfaat PHBS di tatanan Rumah Tangga dan
Rumah Sakit
4. Indikator PHBS di tatanan Rumah Tangga dan Rumah
Sakit.
5. Cara Mencuci Tangan yang Benar

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan pesatnya perkembangan era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan
perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan
semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan
kesehatan, perbaikan pada lingkungan, gaya hidup masyarakat, dan merekayasa
kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang
secara teoritis memiliki andil 35 - 40 % terhadap derajat kesehatan (Dinkes Sulawesi
Selatan, 2006). Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,
maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Evanta
Maria, 2009).
Sejatinya program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan
sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama
Pusat Promosi Kesehatan. Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama
yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata.
Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem
Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Promkes) untuk
mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan visi nasional Promkes sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010). Untuk melaksanakan program Promkes di daerah
telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promkes di daerah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI. No.1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Eva Yanti, 2010).
PHBS yang kini tidak lagi menjadi istilah asing di masyarakat, jika dilihat dari
kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu terkait dengan perilaku
seseorang menyangkut kebersihan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
Banyak penyakit dapat dihindari dengan pelaksanan PHBS, mulai dari diare, DBD, flu
burung, atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak terjadi. Salah satu faktor yang
mendukung PHBS adalah kesehatan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal
individu. Penerapan PHBS di berbagai tatanan menjadi hal yang utama dalam mencegah
penyebaran penyakit, diantaranya di tatanan rumah tangga sebagai tempat tinggal
individu serta di tatanan rumah sakit sebagai tempat yang sangat rawan dalam
penyebaran penyakit. Meskipun, hal ini menjadi hal yang patut dijadikan sorotan oleh
banyak pihak, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami dan belum
mengaplikasikan PHBS dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat dilihat pada
situasi Rumah Sakit, dimana masih terdapat pihak-pihak yang merokok di area rumah
sakit yang dapat mengganggu kondisi pasien lain dan mengotori lingkungan sekitar.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting untuk dilakukan penyuluhan mengenai
penerapan PHBS baik di tatanan rumah tangga serta rumah sakit sebagai bekal mereka
untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit.

B. TUJUAN
1) Tujuan Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami dan
mengaplikasikan PHBS dalam kehidupan mereka.
2) Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan peserta penyuluhan dapat:
a. Menjelaskan pengertian PHBS.
b. Menyebutkan tatanan PHBS.
c. Menjelaskan tentang sasaran dan manfaat PHBS di tatanan Rumah Tangga dan
Rumah Sakit.
d. Menjelaskan indikator PHBS di tatanan Rumah Tangga dan Rumah Sakit.
e. Mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar.

C. PESERTA PENYULUHAN
Pasien dan Keluarga Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Semara Ratih.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan:
 Moderator mengucapkan salam  Menjawab salam
 Melakukan perkenalan diri panitia  Memperhatikan pengarahan dari
 Menyampaikan maksud dan tujuan moderator
 Mengadakan kontrak waktu  Peserta menjawab pertanyaan
 Penyaji mengidentifikasi pengetahuan penyaji
peserta

2. 10 Pelaksanaan:
menit  Menjelaskan tentang pengertian  Peserta mendengarkan
PHBS. penjelasan penyaji
 Menjelaskan tatanan PHBS
 Menjelaskan tentang sasaran dan
manfaat PHBS di tatanan rumah
tangga dan RS
 Menjelaskan indikator PHBS di
rumah tangga dan RS
 Mendemonstrasikan cara mencuci
tangan yang benar.
3 10 Evaluasi:
menit  Moderator mempersilakan peserta  Peserta diperbolehkan
untuk bertanya mengajukan pertanyaan terkait
 Penyaji menjawab pertanyaan dari materi yang disampaikan
peserta penyaji
 Penyaji memberikan pertanyaan  Peserta menjawab pertanyaan
kepada peserta untuk mengevaluasi dari penyaji sesuai kemampuan
peserta

4 5 menit Terminasi:
 Mengakhiri  Menjawab salam
kontrak
 Salam
penutup
Jumlah 30 menit

E. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Demonstrasi

F. MEDIA
 Leaflet.

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Penyuluh : Luh Putu Arisyana Devi, A.Md.Keb
Moderator & fasilitator : Luh Putu Tri Wahyuni, S.Pd

H. SETTING TEMPAT

1 2

3 3 3
3 3 3

3 3 3

Keterangan gambar:
1. Penyuluh

2. Moderator & fasilitator

3. Peserta

I. EVALUASI ( Rencana Evaluasi )


1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dengan melakukan
kontrak sebelumnya dengan keluarga dan informasi kepengurusan dua hari
sebelum kegiatan. Sarana prasarana seperti leaflet, dan materi penyuluhan
disiapkan sehari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Peserta yang hadir 60% dari jumlah total
peserta
c. Peserta yang aktif bertanya 50% dari total
peserta.
3. Evaluasi Hasil
60% dari sasaran penyuluhan mampu:
a. Menjelaskan kembali pengertian PHBS.
b. Menyebutkan dan menjelaskan kembali 3 dari 5 tatanan PHBS.
c. Menyebutkan dan menjelaskan kembali 50% manfaat dan sasaran PHBS di
tatanan rumah tangga dan rumah sakit.
d. Menyebutkan dan menjelaskan kembali 50% indikator PHBS di tatanan rumah
tangga dan rumah sakit.
e. Mendemonstrasikan kembali cara mencuci tangan yang benar.
J. RENCANA ANGGARAN
1. Biaya Cetak Leaflet Rp. 150.000,-
2. Biaya konsumsi Rp. 70.000,-
3. Biaya tak terduga Rp. 100.000,-
Totak biaya : Rp. 320.000,-
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Materi
2. Leaflet
Lampiran Materi

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

A. PENGERTIAN PHBS

- Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun
1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama
Pusat Promosi Kesehatan.  Program ini dijalankan dengan kesadaran bahwa
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, dengan demikian
diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
sehat. (Dinas Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2009)
- Menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi
yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
- Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,
serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. (Dinas Kesehatan
Prov. Sulawesi Selatan, 2006)
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan
pimpinan (Advocacy), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. (Dinas Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2009)
- PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.  Dalam hal ini ada 5
program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM. (Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan,
2006)

B. TATANAN PHBS
1) PHBS di Rumah Tangga
Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan rumah tangga merupakan
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu
melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah
risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
 Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga,
yaitu:
- Pasangan Usia Subur
- Ibu Hamil dan Menyusui
- Anak dan Remaja
- Usia lanjut
- Pengasuh Anak
 Manfaat PHBS di Rumah Tangga, yaitu :
- Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
- Anak tumbuh sehat dan cerdas
- Produktivitas anggota keluarga meningkat
- Pengeluaran biaya dapat dialokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
- Mampu mengupayakan lingkungan sehat
- Mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
- Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
- Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti
Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai
air, ambulan desa.
- Peningkatan kinerja dan citra alokasi biaya penanganan masalah
kesehatan dapat di alihkan untuk pengembangan lingkungan sehat dan
penyedian sarana kesehatan merat bermutu dan dan terjangkau
- Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan
PHBS di rumah tangga (Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)
2) PHBS di Tempat Umum
Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana
olahraga, sarana perdagangan, dan sebagainya. Kondisi lingkungan yang buruk
dan perilaku yang tidak sehat di tempat-tempat umum dapat menimbulkan
berbagai penyakit. Untuk mencegah resiko terjadinya berbagai penyakit dan
melindungi diri dari ancaman penyakit setiap individu, kelompok dan masyarakat
tempat-tempat umum, diharapkan dapat melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan
mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan
tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di tempat umum
ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga
kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
Tujuan PHBS di tempat-tempat umum :
-Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat
umum.
-Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat
perbelanjaan/pasar, rumah makan, tempat ibadah dan angkutan-angkutan.

Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum :


 Bagi Masyarakat:
- Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
- Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
 Bagi Tempat Umum:
- Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah
dan sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum.
- Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat
dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.
 Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota :
- Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan
citra pemerintah kabupaten / kota yang baik.
- Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.
Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum :
- Masyarakat pengunjung
- Pedagang dan Pembeli/konsumen
- Petugas kebersihan, keamanan pasar

- Pengelola (pramusaji)

- Jamaah

- Pemelihara/pengelola tempat ibadah

- Penumpang dan Awak angkutan umum

- Pengelola angkutan umum

(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)


3) PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. PHBS di lingkungan sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10
tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah
Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan
Sekolah. (Edi Danureja, 2008)
Sasaran PHBS di sekolah adalah :
1) Sasaran primer : sasaran utama yang akan diubah perilakunya yaitu murid
dan guru yang bermasalah.
2) Sasaran sekunder: sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang
bermasalah (Kepala sekolah, guru, orang tua, murid).
3) Sasaran tersier: sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dlm menunjang pendanaan, kebijakan dan kegiatan untuk tercapainya
PHBS.
Manfaat PHBS di sekolah adalah :
1) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit
2) Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik.
3) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4) Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
5) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. (Eva Yanti, 2010)

4) PHBS di Tempat Kerja


Perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja merupakan upaya
memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di
tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan
kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja :
- Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
- Meningkatkan produktivitas kerja.
- Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
- Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
- Menurunkan   angka   penyakit   akibat   kerja   dan lingkungan kerja.
- Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.

Manfaat PHBS di Tempat Kerja


 Bagi Pekerja :
- Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

- Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan


penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.
- Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan
taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
 Bagi Masyarakat :
- Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar
tempat kerja.
- Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh
tempat kerja setempat.
 Bagi  Tempat Kerja :
- Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif
terhadap pencapaian target dan tujuan.
- Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
- Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
 Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota :
- Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk
peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan.
- Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan
PHBS di Rumah Tangga.
 Instansi Terkait :
- Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di Tempat
Kerja.
- Dukungan buku panduan dan media promosi.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006).
5) PHBS di Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.
Lalu lalang berkumpulnya orang sakit dan sehat di institusi kesehatan dapat
menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas kesehatan maupun
pengunjung. Terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus yang ada di institusi
kesehatan, penularan penyakit dari penderita yang dirawat di institusi kesehatan
kepada penderita lain atau petugas di institusi kesehatan ini disebut dengan
Infeksi Nosokomial. Infeksi Nosokomial dapat terjadi karena kurangnya
kebersihan institusi kesehatan atau kurang higienis, tenaga kesehatan yang
melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil. Penularan penyakit juga
dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas institusi kesehatan seperti
ketersediaan air bersih, jamban, pengelolaan sampah dan limbah, juga perilaku
dari pasien, petugas kesehatan dan pengunjung seperti membuang sampah dan
meludah sembarangan.
PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu
mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan institusi kesehatan ber-PHBS.
Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan :
- Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi kesehatan.
- Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.
- Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat.
Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan :
- Pasien.
- Keluarga Pasien.
- Pengunjung.
- Petugas Kesehatan di institusi kesehatan.
- Karyawan di institusi kesehatan.

Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan :


 Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :
- Memperoleh   pelayanan   kesehatan   di   institusi
- Kesehatan yang sehat
- Terhindar dari penularan penyakit
- Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan
pasien.
 Bagi Institusi Kesehatan :
- Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.
- Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat untuk
memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat.
 Bagi Pemerintah Daerah :
- Peningkatan persentase Institusi Kesehatan Sehat menunjukkan kinerja
dan citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik
- Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)
C. Indikator PHBS
1) Indikator PHBS di Rumah Tangga
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi ASI ekslusif.
3. Menimbang bayi dan balita yang dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5
tahun di posyandu.
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah. (Sudayasa, 2009).
2) Indikator PHBS di Tempat Umum
1. Menggunakan air bersih
2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
8. Menutup makanan dan minuman
(Dinas Kesehatan Prov. Lampung, 2009).
3) Indikator PHBS di Tempat Kerja
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya.
9. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006).
4) Indikator PHBS di Institusi Kesehatan
1. Menggunakan air bersih
2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
3. Menggunakan jamban
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
6. Tidak meludah sembarangan
7. Memberantas jentik nyamuk
(Dinas Kesehatan Prov. Lampung, 2009).
D. Cara Mencuci Tangan yang Benar
 Cuci Tangan
Adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Cuci tangan harus selalu
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, walaupun memakai sarung
tangan atau alat pelindung lainnya.
 Tujuan Cuci Tangan
1. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
2. Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan
3. Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh didalam sarung tangan

1) Pengertian Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut
dirawat atau pernah dirawat di pelayanan kesehatan salah satunya puskesmas. Satu infeksi
dikatakan sebagai infeksi nosokomial apabila:
a. Saat mulai dirawat, tidak didapatkan tanda-tanda klinis infeksi tersebut.
b. Saat mulai dirawat tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul setelah 3 x 24 jam sejak mulai
perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut
didapat penderita ketika penderita dirawat di puskesmas yang sama pada waktu
yang lalu serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial (Dusak,
Suryanto. 2004).

2) Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Nosokomial


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial dapat dibedakan
menjadi 3 faktor yaitu:
a. Faktor Individu
Faktor-faktor individu meliputi umur penderita, beratnya penyakit dasar, penyakit
penyerta, tindakan invasif dan pemakaian obat yang menurunkan daya tahan
tubuh, sangat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial pada penderita
tersebut.

b. Faktor Kuman
Faktor pola kuman dan resistensi/kekebalannya terhadap antibiotika belakangan
ini merupakan masalah yang semakin serius, seperti munculnya jenis kuman baru
atau jenis yang lebih virulen dari jenis sebelumnya serta resisten/kebal terhadap
antibiotika yang ada saat ini.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti masa pre-operasi, masa perawatan, fasilitas dan mutu
pelayanan puskesmas, profesionalisme tenaga kesehatan dan pengunjung
puskesmas merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Sebagai contoh,
terjadinya infeksi silang diantara pasien hampir sebagian besar dilakukan oleh
petugas kesehatan yang tangannya terkontaminasi (Dusak, Suryanto. 2004).

3) Dampak Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial berdampak sangat buruk bagi penderita dan puskesmas. Pada
beberapa kasus infeksi ini juga bisa mengenai tenaga puskesmas. Pada pasien, infeksi
nosokomial menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian
atau kecacatan.
b. Perpanjangan waktu perawatan, dimana salah satu penelitian menemukan bahwa
perpanjangan waktu perawatan karena infeksi ini di ruang perawatan bedah umum
adalah 8,2 hari, dan 3 hari di ruang ginekologi sedangkan di ruang perawatan
orthopedic adalah 19,8 hari.
c. Biaya pengobatan menjadi meningkat, karena waktu rawat yang memanjang dan
dibutuhkan obat-obatan dan penunjang diagnostik lainnya yang lebih mahal.
Disamping biaya langsung yang diderita pasien maka waktu perawatan yang
memanjang akan mengakibatkan pasien kehilangan waktu produktifnya (Sutarga,
Wayan. 2004).

Pengertian Cuci Tangan


Cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari dengan menggunakan air dan sabun atau cairan tertentu yaitu cairan
antiseptik/handrub.

Tujuan Mencuci Tangan


Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh.
Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1. Supaya tangan bersih
2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
4. Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS
Siapa Saja yang Perlu Untuk Mencuci Tangan
Setiap orang harus ditekankan untuk tetap mencuci tangan, diantaranya yaitu:
1) Semua personil yang mengadakan kontak langsung dengan penderita.
2) Orang-orang yang melakukan kontak secara langsung dengan lingkungan orang
sakit seperti kontak dengan tempat tidur pasien, baju pasien, peralatan makan
dan minum pasien, dll.
3) Semua personel puskesmas, untuk melindungi dirinya ataupun orang lain (Sub
Komite Pengendalian INOS RSUP Sanglah Denpasar, 2007).
Waktu Mencuci Tangan
Untuk waktu mencuci tangan di lingkungan puskesmas terdapat 5 moment/5 waktu yang
harus diperhatikan untuk tetap mencuci tangan diantaranya yaitu:
1) Sebelum kontak dengan pasien.
Semua orang yang akan kontak/menyentuh tubuh pasien baik dari tenaga medis
ataupun pihak keluarga pasien diharuskan untuk mencuci tangan agar pasien
tidak tertular oleh penyakit akibat kuman-kuman yang ada di tangan orang lain.
2) Sebelum melakukan tindakan asepsis.
Dalam hal ini penting diperhatikan oleh pihak tenaga medis agar selalu mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan asepsis terhadap pasien.
3) Setelah kena cairan tubuh pasien.
Setelah terkena cairan tubuh pasien, misalnya darah, air kencing, keringat, dll,
wajib untuk mencuci tangan agar tidak terjadi penyebaran infeksi.

4) Setelah kontak dengan pasien.


Mencuci tangan juga harus dilakukan setelah kontak dengan pasien agar kuman-
kuman yang terdapat pada tubuh pasien tidak menyebar ke pasien yang lain.
5) Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien
Lingkungan di sekitar pasien seperti tempat tidur, meja pasien, baju pasien,
peralatan makan dan minum pasien juga berisiko menularkan infeksi kepada
pasien lain.
Sedangkan waktu untuk mencuci tangan sehari-hari di rumah diantaranya yaitu:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah membuat makanan atau camilan.
2) Setelah menggunakan toilet, cucilah tangan dengan sabun karena toilet
merupakan sarang kuman.
3) Ketika hendak mengobati luka terbuka, dan setelah mengobati luka tersebut agar
kuman atau bakteri pada luka tidak menular, juga setelah merawat orang sakit,
agar bakteri atau kuman tidak menempel pada kita.
4) Setelah batuk, bersin atau membersihkan hidung, kuman dan kotoran yang
mungkin keluar dapat kembali masuk akibat dari tangan kita yang tidak bersih.
5) Setelah membersihkan sampah. Sangat penting untuk membersihkan tangan
setelah memegang banyak benda kotor dan bau.
Cara Mencuci Tangan yang Benar
Terdapat 2 cara mencuci tangan yaitu mencuci tangan kering (handrub) dan basah.
1) Mencuci Tangan Kering (Handrub).
Mencuci tangan kering yaitu tindakan mencuci tangan dengan menggunakan
handscrub atau larutan antiseptik yang dapat menhilangkan kuman-kuman yang
ada pada tangan. Dalam hal ini hanya diperlukan larutan antiseptik, tanpa
memerlukan air mengalir ataupun sabun. Handscrub yang digunakan pada tangan
akan mengering dalam beberapa detik.
Berikut langkah-langkah mencuci tangan yang benar (6 langkah) menggunakan
handscrub atau larutan antiseptik yang dijabarkan dalam gambar berikut ini:
2) Mencuci Tangan Basah
Mencuci tangan basah yaitu tindakan mencuci tangan dengan menggunakan air
dan sabun, serta tissue untuk mengeringkan tangan. Sarana yang diperlukan disini
yaitu:
 Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah ketersediaan air mengalir dengan
saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Air mengalir
tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung,
namun cara mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk
terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air
bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti
harus PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki
berkran di ruang pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau
oleh para petugas kesehatan yang memerlukannya.
 Sabun dan deterjen
Bahan ini tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan
permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terhalau oleh air.
 Tissue
Dalam mencuci tangan basah dianjurkan untuk menggunakan tissue
sebagai alat pengering tangan, tidak dianjurkan untuk menggunakan
handuk karena jika menggunakan handuk, pengeringan tangan dilakukan
berkali-kali dan berganti-gantian dengan orang lain sehingga
meningkatkan risiko penularan infeksi.
Untuk langkah-langkah mencuci tangan basah sama dengan langkah-langkah mencuci
tangan kering, hanya saja untuk 6 langkah tersebut dilakukan di bawah aliran air yang
mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa sabun.
Berikut langkah-langkah mencuci tangan yang benar (6 langkah) menggunakan air
mengalir dan sabun yang dijabarkan dalam gambar:

Luwus, 28 Maret 2022


Mengetahui,
Penyusun

(Luh Putu Tri Wahyuni, S.Pd) (Dr. I Wayan Buana,Sp.B.,Finacs,M.M)


Ketua PKRS Direktur RSU Semara Ratih

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di Rumah Tangga. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=51 .
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di Sekolah. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=52.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di tempat Kerja. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=54.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-
phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2009. Pengembangan PHBS di 5 Tatanan. Available at :
http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2006. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota
Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Available at :
http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf.

Sudayasa, Putu. 2009. 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Available at :


http://www.puskel.com/10-indikator-phbs-tatanan-rumah-tangga/.

Anda mungkin juga menyukai