Anda di halaman 1dari 8

PELAYANAN Voluntary Conseling Test (VCT)

No. Dokumen : SOP/
No. Revisi :
S O P Tanggal Terbit :
Halaman :
dr. SOEDIRO
PUSKESMAS
NIP.
PUNUNG
195701131989021001

1. Pengertian Voluntary Conseling Test (VCT) adalah proses konseling pra-testing,


konseling post-testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat
confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV.
Konseling pra-testing memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat
testing , pengambila keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV
yang akan dihadapi. Konseling post-testing membantu seseorang untuk
mengerti & menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.
Voluntary Counselling Test (VCT) merupakan pintu masuk penting untuk
pecegahan dan perawatan HIV.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan konseling dan testing HIV/AIDS secara
sukarela di Puskesmas Punung.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273);
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1507/Menkes/Sk/X/2005
Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara
Sukarela (Voluntary Conseling and Testing;
3. Standar operasional prosedur klinis IMS dan VCT, FHI Indonesia
2007;
4. PERMENKES Nomor 74 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan
konseling dan tes HIV.
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Ruang konseling;
2. Kursi/sofa;
3. Formulir konseling dan alat tulis;
4. Bahan KIE;
5. Leaflet;
6. Alat Pelindung Diri (APD).
6. Langkah- 1. Petugas menggunakan APD sesuai dengan prosedur
langkah 2. KONSELING PRE TESTING
1) Menyiapkan perlengkapan untuk konseling;
2) Memanggil pasien (dengan menyebutkan nomor registrasi) dan
mempersilahkan masuk ke ruangan;
3) Mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman di kursi;
4) Memberi salam dan memperkenalkan diri;
5) Memeriksa ulang nomor kode pasien dalam formulir dokumen
pasien;
6) Menanyakan latar belakang dan alasan kunjungan;
7) Memberi informasi tentang HIV/AIDS sesuai dengan yang ada
pada Checklist untuk konseling pretest (Checklist pada lampiran);
8) Mengklarifikasi tentang fakta dan mitos tentangHIV/AIDS
termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS secara
rutin, khususnya pada penasun (IDU);
9) Membantu pasien untuk menilai risiko pasien;
10) Membantu pasien untuk membuat keputusan untuk dilakukan tes
HIV, antara lain dengan menjelaskan keuntungan dan akibat
melakukan tes HIV.
11) Mendiskusikan prosedur HIV/AIDS, waktu untuk mendapatkan
hasil dan arti dari tes HIV;
12) Mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes;
13) Menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan
memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan
status HIV;
14) Menjajaki kemampuan pasien dalam mengatasi masalah;
15) Melakukan penilaian system dukungan;
16) Memberi waktu untuk berfikir;
17) Bila pasien tidak menyetujui untuk di tes, konselor menawarkan
kepada pasien untuk datang kembali sewaktu-waktu bila masih
memerlukan dukungan dan/atau untuk dilakukan tes.
18) Mengucapkan salam dan mengakhiri proses.
3. KONSELING POST TESTING
1) Memanggil pasien dengan menyebutkan nomor register seperti
prosedur pemanggilan konseling pretest.
2) Memperhatikan komunikasi non verbal saat pasien memasuki
ruang koneling.
3) Menanyakan kesiapan pasien untuk menerima tes;
4) Mengkaji ulang secara singkat dan menanyakan keadaan umum
pasien;
5) Memperlihatkan bahwa hasil tes darah sudah ada dan siap
untuk dijelaskan;
6) Menanyakan kesiapan pasien untuk menerima hasil tes;
a. Apabila pasien menyatakan sudah siap/sanggup
menerima hasil tes, maka konselor menawarkan pasien
untuk membuka amplop bersama konselor;
b. Apabila pasien menyatakan belum siap, konselor
memberi dukungan kepada pasien untuk menerima hasil
dan beri waktu sampai pasien menyatakan dirinya siap.
7) Membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil tes
HIV;
8) Memberi kesempatan pasien membaca hasil;
9) Menjelaskan kepada pasien tentang hasil testing HIV yang
telah dibuka dan yang telah dibuka dan yang telah dibaca
bersama.
10) Memberi kesempatan dan ventilasikan keadaan emosinya.
Menerapkan manajemen reasksi.
4. BILA HASIL TES POSITIF
1) Memeriksa apa yang diketahui tentang hasil tes;
2) Menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan;
3) Memberi kesempatan untuk memventilasikan emosi;
4) Memfasilitasi coping problem (kemampuan menyelesaikan
masalah);
5) Setelah pasien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan
konselor menyelesaikan informasi sebagai berikut :
a. Melakukan pengobatan ARV pada layanan CST/PDP;
b. Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual;
c. Menawarkan konseling pasangan;
6) Menawarkan secara rutin pasien mengikuti pemeriksaan sifilis;
7) Memotivasi agar datang ke layanan CST untuk pengobatan
ARV;
8) Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum diketahui;
9) Menawarkan pelayanan VCT pada pasangan pasien;
10) Apabila pasien sudah jelas tidak ada pertanyaan, maka
konseling pasca-testing ditutup;
11) Memotivasi agar bersama di damping oleh MK;
12) Konselor mengisi form pasca konseling.
5. BILA HASIL NEGATIF
1) Mendiskusikan kemungkinan pasien masih berada periode
jendela;
2) Membuat ikhtisar dan gali lebih lanjut sebagai hambatan;
3) Memastikan pasien paham mengenai hasil test yang diterima
dan pengertian periode jendela;
4) Menjelaskan kebutuhan untuk melakukan tes ulang dan
pelayanan VCT bagi pasangan;
5) Menjelaskan upaya penurunan risiko yang dapat dilakukan;
6) Member kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum diketahui;
7) Apabila pasien sudah jelas dan tidak ada pertanyaan, maka
konseling pasca tes ditutup;
8) Memotivasi agar bersedia didampingi oleh MK untuk
mempertanyakan perilaku yang aman;
9) Membuat perjanjian untuk kunjungan ulanng apabila
dibutuhkan;
10) Mengisi formulir pasca konseling.
7. Bagan Alir
MULAI

Petugas melakukan konseling pre-testing

Petugas melakukan konseling post-testing

Hasil Tes Positif Hasil Tes Negatif

Pengobatan dan Diskusi dan


motivasi motivasi pentingnya
pelaksanaan tes
ulang

8. Unit terkait 1. BP Umum;
2. Kesehatan Gigi dan Mulut;
3. KIA-KB;
4. UGD;
5. VCT.
9. Dokumen
terkait

10. Rekaman historis perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl .Mulai Diberlakukan
PELAYANAN Voluntary Conseling Test
(VCT)
No. Dokumen :
DAFTAR No. Revisi :
TILIK Tanggal Terbit :
Halaman :
UPTPUSKESMAS dr. SOEDIRO
PUNUNG NIP.
195701131989021001

Unit : ……………………………………………………………………..……
Nama Petugas : …………………………………………………………………..………
Tanggal Pelaksanaan : ………………………………………………………………..…………
No Langkah Kegiatan Ya Tidak TB
1. Apakah petugas menggunakan APD sesuai dengan prosedur;

2. Apakah petugas melakukan konseling Pre-testing

3. Apakah petugas melakukan konseling Post-testing

4. Apabila hasil positif :

1) Apakah petugas mmeriksas apa yang diketahui tentang


hasil tes;
2) Apakah petugas menjelaskan dengan tenang hasil
pemeriksaan;
3) Apakah petugas member kesempatan untuk
memventilasi emosi;
4) Apakah petugas memfasilitasi coping problem
(kemampuan menyelesaikan masalah);
5) Apakah setelah pasien tenang dan konseling dapat
dilanjutkan petugas menyelesaikan informasi tentang :
 Melakukan pengobatan ARV pada layanan
CST/PDP
 Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual;
 Menawarkan konseling pasangan.
6) Apakah petugas menawarkan secara rutin pasien
mengikuti pemeriksaan
7) Apakah petugas memotivasi agar pasien datang ke
layanan CST untuk pengobatan ARV
9) Apakah petugas member kesempatan pada pasien
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui;
10) Apakah petugas menawarkan pelayanan VCT pada
pasangan pasien;
11) Apakah apabila pasien sudah jelas dan tidak ada
pertanyaan, maka petugas menutup konseling pasca
tes;
12) Apakah petugas memotivasi agar bersama didampingi
oleh MK;
13) Apakah petugas mengisi formulir pasca konseling
5. Apabila hasil negatif :

1) Apakah petugas mendiskusikan kemungkinan pasien


masih berada dalam periode jendela;
2) Apakah petugas membuat ikhtisar dan menggali lebih
lanjut berbagai hambatan;
3) Apakah petugas memastikan pasien paham mengenai
hasil tes yang diterima dan pengertian periode jendela;
4) Apakah petugas menjelaskan kebutuhan untuk
melakukan tes ulang dan pelayanan VCT bagi
pasangan;
5) Apakah petugas menjelaskan upaya penurunan risiko
yang dapat dilakukan;
6) Apakah petugas member kesempatan kepada pasien
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui;
7) Apakah apabila pasien sudah jelas dan tidak ada
pertanyaan, petugas menutup konseling pasca testing
8) Apakah petugas memotivasi agar bersedia didampingi
oleh MK untuk mempertanyakan perilaku yang aman;
9) Apakah petugas membuat perjanjian untuk kunjungan
ulang apabila dibutuhkan;
10) Apakah petugas mengisi formulir pasca konseling.
Jumlah
Compliance rate (CR) : ……………..%
………………………………..,…………..
Pelaksana / auditor

……………………………………….
NIP: ………………..........................

Anda mungkin juga menyukai