ALIRAN MUTAZILLAH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. AURA SALSABILA
2. BELLA SINTASE
3. SESI ANJELINA
4. REYNANDA PUTRI
5. HABIL
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah Penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telahmemberikan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan dan mengarahkan umat manusia pada kebenaran dan
kebajikan.Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupunmateril karena penulis yakin tanpa bantuan itu penulis akan merasa
kesulitanuntuk menyelesaikan makalah ini. Atas segala amal baiknya semoga
Allah SWTmelimpahkan pahala berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekuranganya oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan.Akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan bagi
semua pihak pada umumnya, semoga Ridho Allah menyertai kitasemua. Amin Ya
Robbal Alamin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
A. Pengertian Mu’tazilah
Pengertian Mu’tazilah berasal dari bahasa Arab I’tazala yang berarti
meninggalkan/menjauhkan diri. Kelahiran dari Mu’tazilah bersama kawan-
kawannya biasanya dikaitkan dengan keluarnya Washil ibn Atha dalam
pengajian/halaqoh yang diadakan bersama Gurunya Hasan Basri, juga kaum
Syi’ah dan Khawaij. Sejarah telah mencatat bagi kita (Kaum Muslimin)
dokumentasi berupa dua buku yang ditulis pada permulaan abad ke dua
hijriyah dan juga mencatat orang-orang yang menentang pendapat Keagamaan
yang dipegang mayoritas Muslimin pada saat itu. Kedua buku tersebut adalah
ar’Rad’ala al–Qodariyah yang disusun oleh: Umar bin Ubaid (80-144 H)
seorang tokoh (syaikh) dan Zahid muktazilah dan buku Asnaf al- Murjiah
yang disusun oleh Washil bin ‘Atho (80-181 H) seorang budak bani Dhiyyah,
sering juga dikatakan seorang budak bani Makzum yang dikenal dengan
Ghazal, seorang penggagas dan pemuka dan pemuka madzhab Muktazilah.
Pada permulaan abad kedua Hijriyah, kejelekan madzhab Khawarij telah
dapat dirasakan. Mereka memproklamirkan bahwa seseorang yang
mengerjakan dosa besar menjadi kafir dan akan menjadi penghuni Neraka
secara abadi. Sedangkan mayoritas Umat Islam kala itu mengatakan: mereka
masih seorang Mukmin yang fasik dikarenakan melakukan dosa besar. Abu
Khudaifah Washil bin ‘Atha ketika itu, mengikuti pengajian yang diadakan
oleh Hasan al-Basri dan berguru kepadanya. Suatu hari pelaku masalah dosa
besar ini menjadi tema pembahasan dan Hasan al – Basri apa yang dipegang
oleh Umat. Akan tetapi Washil bin ‘Atho mempunyai pendapat lain, dia
berkata: “Komentar dan pendapatku mengenai pelaku dosa besar ini adalah
bahwa Dia bukan Mukmin dan bukan pula seorang Kafir, ia berada dalam
suatu tempat diantara dua tempat (al-Manzilah baena manjilatain).”
Pendapatnya ini membuat Hasan al- Basri marah dan mengusirnya dari
majelis pengajianNya dan Washil bin “Atha mengasingkan diri dan memilih
mesjid tempat untuk pengasingannya. Lalu bergabunglah dengannya Umar bin
Ubaid dan jamaahnya. Oleh karena itu dia dan pengikutnya dijuluki al –
Mu’tazilun atau Mu’tazilah.
C. Pencetus Mu’tazilah
Seperti yang disebutkan di atas bahwa yang menjadi pencetus aliran
Mu’tazilah adalah Washil bin ‘Atha. Dia adalah salah seorang sastrawan
terkemuka dari kalangan Mutakallim. Dia selalu menukar huruf ra dengan
huruf ghin. Di dalam al- Kamil, Abu al-Abbas al-Mubarrad berkata: “Washil
bin ‘ Atha mempunyai satu keanehan, yakni ia tidak fasih melafalkan huruf ra,
oleh karena itu ia selalu berusaha meniadakan dalam setiap kata
pembicaraanya dari huruf tersebut dan dia tidak menguasainya. Hal ini karena
rendahnya susunan kata-katanya”. Dalam hal ini seorang penyair muktazilah.
Abu Thuruq ad-Dlaby, memuji kemampuan memperpanjang khutbah-
khutbahnya serta kemampuannya menghindari dari keseringan menggunakan
huruf ra’ dalam pembicaraan sehingga nampak hampir tidak pernah sama
sekali dalam kalimat – kalimatnya, sebagaimana dilukiskan dalam syair :
كل خطيب يغلب الحقباطله:عليم باءبداك الحروف وقامع
Artinya: Seorang Alim yang pandai menukar huruf penakluk setiap
rival diskusinya kebatilannya sanggup mengalahkan kebenarannya.
Ulama lain mengomentarinya dengan bersyair :
2. Keadilan Tuhan
Prinsip ini didifinisikan semua perbuatan Allah baik, tidak mungkin
Allah meninggalkan kewajibanNya, Dikataka al-Khayat tokoh
Mu’tazilah, seseorang tidak berhak atas nama I’tizal kecuali perpegang 5
prinsip dasar.