Anda di halaman 1dari 238

DISERTASI

PENGEMBANGAN REMOTE LABORATORY UNTUK


PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI KOLABORATIF

Oleh:
ISHAFIT
NIM 13703261029

Disertasi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Doktor Pendidikan

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
HALAMAN JUDUL
DISERTASI

PENGEMBANGAN REMOTE LABORATORY UNTUK PEMBELAJARAN


FISIKA BERBASIS INKUIRI KOLABORATIF

Oleh:
ISHAFIT
NIM 13703261029

Disertasi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Doktor Pendidikan

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
ABSTRAK
ISHAFIT: Pengembangan Remote Laboratory untuk Pembelajaran Fisika Berbasis
Inkuiri Kolaboratif. Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan: 1) mendesain dan mengembangkan sistem remote


laboratory yang terdiri dari perangkat akuisisi data dan e-learning dalam topik listrik
magnet, optika, dan fisika modern untuk pembelajaran eksperimen fisika secara online
berbasis inkuiri kolaboratif, 2) menguji kualitas sistem remote laboratory ini untuk
pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif, 3) menguji
keterterapan sistem remote laboratory ini pada pembelajaran eksperimen fisika
berorientasi proses sains secara online berbasis inkuiri kolaboratif, dan 4) menguji
keefektifan sistem remote laboratory ini pada pembelajaran eksperimen fisika secara
online berbasis inkuiri kolaboratif dalam keterampilan proses sains dan pengetahuan
fisika.
Penelitian ini dilaksanakan dengan model pengembangan ADDIE (Analysis,
Design, Development, Implementation, Evaluation). Analisis dilakukan dengan studi
literatur pada naskah kurikulum dan rekomendasi asosiasi bidang pendidikan fisika
tentang pembelajaran di laboratorium. Desain produk dilakukan dengan mengadopsi
arsitektur dasar sistem remote laboratory yang telah dikembangkan di bidang sains.
Pengembangan produk dilakukan untuk menghasilkan perangkat laboratorium berupa
aparatus dan antar muka grafis pengguna dengan LabVIEW, dan modul e-learning
dengan Moodle. Validasi produk dilakukan oleh ahli bidang studi, e-learning, multime-
dia, dan desain instruksional dengan Rubric for e-Learning Tool Evaluation. Implemen-
tasi dan evaluasi dilakukan sebagai uji coba produk awal dan uji lapangan produk akhir.
Uji coba produk awal pada kuliah Eksperimen Fisika 1 dengan 33 mahasiswa Uji
lapangan produk akhir pada kuliah Eksperimen Fisika 2 dengan 98 mahasiswa program
studi pendidikan fisika. Uji coba dan uji lapangan dilakukan untuk menguji keterterapan
dan tanggapan subjek uji coba terhadap penggunaan produk, dengan menggunakan
kuesioner USE (Usefulness, Satisfaction, and Ease to Use). Uji dampak pembelajaran di
aspek keterampilan proses sains dan pengetahuan fisika. Data penelitian dianalisis dengan
statistik deskriptif menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku ideal, persentase skor
terhadap skor maksimum. Dampak pembelajaran berupa pengetahuan dianalisis dengan
uji gain nilai rata-rata tes Pasca-Lab terhadap tes Pra-Lab.
Simpulan dari penelitian ini adalah: 1) desain dan produk sistem remote laboratory
yang terdiri dari perangkat akuisisi data dan e-learning dalam topik listrik magnet, optika,
dan fisika modern untuk pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri
kolaboratif telah dihasilkan, 2) kualitas sistem remote laboratory ini untuk pembelajaran
eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif berada dalam kategori sangat
baik, 3) keterterapan sistem remote laboratory ini pada pembelajaran eksperimen fisika
secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam kategori sangat baik berdasarkan kriteria
langkah proses sains dan persepsi mahasiswa, 4) keefektifan sistem remote laboratory ini
pada pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam
kategori baik pada pengembangan keterampilan proses sains dan kategori masih rendah
dalam pengembangan penguasaan pengetahuan fisika mahasiswa.

Kata kunci: pengembangan, remote laboratory, inkuiri kolaboratif


iii
ABSTRACT

ISHAFIT: Developing a Remote Laboratory for Collaborative Inquiry-Based Physics


Learning. Dissertation. Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta State University,
2021.

This study aims to: 1) design and develop a remote laboratory system consisting of
data acquisition and e-learning devices on the topics of electricity, magnet, optics, and
modern physics for collaborative inquiry-based physics experiment online learning, 2)
test the quality of the remote laboratory system for collaborative inquiry-based physics
experiment online learning, 3) test the applicability of the remote laboratory system for
science process-oriented collaborative inquiry-based physics experiment online learning,
and 4) test the effectiveness of the remote laboratory system for collaborative inquiry-
based physics experiment online learning in science process skills and knowledge of
physics.
The research was conducted using ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation) development model. The analysis was carried out by
studying literature on curriculum and recommendation from the association in physics
education regarding learning in a laboratory. The product design was created by adopting
the basic architecture of remote laboratory system that has been developed in the field of
science. The product development was aimed to produce laboratory equipment in the
form of apparatus and user graphic interfaces with LabVIEW, and e-learning modules
with Moodle. The product validity was examined by experts in the field of learning, e-
learning, multimedia, and instructional design with Rubric for e-Learning Tool
Evaluation. The implementation and evaluation were carried out in initial product trial
and final product field test. The initial product trial was conducted in Physics Experiment
1 course with 33 students. Meanwhile, the final product field test was conducted in
Experiment Physics 2 course with 98 students from physics education study program.
The trial and field test were performed to test the applicability and responses of the test
subjects to the use of the product using the USE (Usefulness, Satisfaction, and Ease to
Use) questionnaire. The learning impact for science process skills and knowledge of
physics was also tested. The research data were analyzed through descriptive statistics
using the average score, ideal standard deviation, and the score percentage against the
maximum score. The learning impact in the form of knowledge was analyzed by using
gain test for the average score of the Post-Lab test against that of the Pre-Lab test.
The research concludes that: 1) the remote laboratory system design and product
consisting of data acquisition and e-learning devices on the topics of electricity, magnet,
optics, and modern physics for collaborative inquiry-based physics experiment online
learning have been produced, 2) the quality of the remote laboratory system for
collaborative inquiry-based physics experiment online learning is categorized as very
good, 3) the applicability of the remote laboratory system for collaborative inquiry-based
physics experiment online learning is categorized as very good based on the criteria of
science process steps and student perceptions, 4) the effectiveness of the remote
laboratory system for collaborative inquiry-based physics experiment online learning is
categorized as good in developing science process skills and categorized as poor in
developing students' mastery of physics knowledge.
Keywords: remote laboratory, physics learning, collaborative inquiry
iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah


subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, sehingga penelitian
dan penulisan disertasi ini diselesaikan. Penelitian disertasi ini bertujuan untuk
menghasilkan remote laboratory yang terintegrasi dengan learning management system
beserta perangkat pembelajarannya sebagai lingkungan belajar eksperimen fisika online
berbasis inkuiri kolaboratif. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Program Studi
Pendidikan Fisika yang menerapkan e-learning dengan melibatkan kegiatan praktikum
atau eksperimen nyata. Selesainya disertasi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Mundilarto, M.Pd. dan Bapak Prof. Drs. Herman Dwi Surjono,
M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran sehingga disertasi ini dapat terselesaikan.
2. Rektor Universitas Ahmad Dahlan yang telah memberikan izin dan biaya kepada
penulis untuk melanjutkan studi S-3 pada Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta.
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf
administrasi, atas dukungan kebijakan, perhatian, dan bantuan yang diberikan
sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. sebagai ahli bidang studi Pendidikan Fisika, Bapak
Dr. Priyanto, M.Kom. sebagai ahli e-learning, Bapak Prof. Dr. Dwi Sulisworo, M.T.
sebagai ahli desain instruksional, dam Bapak Dr. Muchlas, M.T. sebagai ahli
multimedia pembelajaran, yang telah berkenan memberikan penilaian pada proses
validasi produk pengembangan, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
5. Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan yang telah memberikan dukungan
penggunaan sarana Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sains selama studi dan
proses penyusunan disertasi.
6. Para pimpinan dan dosen program studi Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Siliwangi, Universitas Indraprasta PGRI,
dan Kepala Pusat Studi STEM Universitas Syiah Kuala, yang telah memberi
v
kesempatan pada penulis melakukan diseminasi produk disertasi ini melalui
pertemuan ilmiah online sebagai pemateri.
7. Kepala Biro Sistem Informasi (BSI) Universitas Ahmad Dahlan dan seluruh staf yang
telah membantu menyediakan server dan setting web portal remote laboratory
sehingga penelitian disertasi ini dapat diselesaikan.
8. Kepala, Staf, dan Tim Riset Pendidikan Fisika di Laboratorium Teknologi
Pembelajaran Sains (LTPS) Universitas Ahmad Dahlan, Bapak Toni Kus Indratno,
M.Pd.Si., Saudara Ginanjar Ahmad Muhammad, S.Pd., Saudara Yoga Dwi Prabowo,
sebagai teman diskusi dalam pengembangan remote laboratory dan para mahasiswa
peserta mata kuliah Eksperimen Fisika yang telah membantu pelaksanaan uji coba
dari produk yang dikembangkan.
9. Segenap teman-teman mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan dorongan pada
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, dengan rasa penuh persaudaraan.
Ucapan dan rasa terima kasih secara pribadi penulis sampaikan kepada istri tercinta
Siti Budi Utami, dan anak-anak tersayang Miftah Al-Ilmi, Khusnul Fadhilah, Rani Nur
Mutia, dan Farah Dina Aqila yang telah memberi perhatian, dorongan moril serta materiil
selama penulis studi dan menyelesaikan disertasi ini. Semoga semua bantuan yang telah
diberikan oleh semua pihak mendapatkan imbalan pahala berlimpah dari Allah subhanahu
wa ta’ala. Teriring harapan, semoga disertasi ini bermanfaat pada penyelenggaraan
pembelajaran fisika dan kemajuan pendidikan fisika di Indonesia.
Yogyakarta, 18 November 2021

Ishafit
NIM. 13703261029

vi
PERNYATAAN KEASLIAN

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 17
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 19
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 19
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 20
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ...................................................... 21
G. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 23
H. Asumsi Pengembangan ................................................................................. 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 25
A. Kajian Teori ..................................................................................................25
1. Teori Belajar ............................................................................................. 25
a. Behaviorisme (Behaviorism) ...................................................................25
b. Kognitivisme (Cognitivism) .....................................................................27
c. Konstruktivisme (Constructivism) ........................................................... 27
2. Pembelajaran berbasis Inkuiri ..................................................................29
3. Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif ............................................................ 34
4. Keterampilan Proses Sains .......................................................................37
5. Pengetahuan Fisika .................................................................................. 39
6. Laboratorium dalam Pembelajaran Fisika ...............................................39
viii
7. Remote Laboratory dalam Pembelajaran Fisika ......................................45
8. Arsitektur Remote Laboratory .................................................................47
9. Integrasi Remote Laboratory ke Learning Management System .............51
10. Pengujian Sistem dan Materi Remote Laboratory.................................52
B. Kajian Penelitian yang Relevan ....................................................................58
C. Kerangka Pikir .............................................................................................. 64
1. Sistem Remote Laboratory sebagai Lingkungan Belajar Eksperimental 64
2. Kualitas Remote Laboratory sebagai Lingkungan Belajar Eksperimental
.................................................................................................................. 66
3. Penerapan Remote Laboratory pada Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif ..67
4. Dampak Remote Laboratory, Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif terhadap
Keterampilan Proses Sains, dan Pengetahuan Fisika ............................... 68
D. Pertanyaan Penelitian.................................................................................... 70
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................72
A. Model Pengembangan .................................................................................. 72
B. Prosedur Pengembangan ...............................................................................73
1. Analisis ....................................................................................................73
2. Desain ......................................................................................................74
3. Pengembangan ......................................................................................... 75
4. Implementasi ............................................................................................ 77
5. Evaluasi ....................................................................................................78
C. Pengujian Produk .......................................................................................... 79
1. Desain Uji Coba ....................................................................................... 79
2. Validator dan Subjek Uji Coba ................................................................ 80
3. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................80
a. Instrumen Validasi Perangkat E-Learning pada Sistem Remote Laboratory
.................................................................................................................. 80
b. Instrumen Validasi Desain E-Learning Sistem Remote Laboratory .......82
c. Instrumen Technical Operation dan Useability Remote Laboratory .......83
d. Keterlaksanaan Pembelajaran Keterampilan Proses Sains ...................... 84
e. Rubrik Penilaian Laporan Laboratorium ........................................................ 86
f. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Fisika ............................................................. 86
4. Teknik Analisis Data................................................................................88
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ......................................92
A. Hasil Analisis ................................................................................................ 92
1. Analisis Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di
Indonesia ..................................................................................................92
2. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik ....................................93
3. Analisis Lingkungan Belajar Laboratorium di Era Digital ...................... 94
B. Hasil Desain ..................................................................................................97
C. Hasil Pengembangan Produk dan Uji Coba Produk .....................................99
1. Pengembangan Aparatus, Graphical User Interface, dan Learning
Management System................................................................................. 99
2. Hasil Uji Coba Kelayakan Sistem Remote Laboratory ......................... 109
3. Hasil Uji Keterterapan Remote Laboratory ...........................................119
4. Hasil Uji Keefektifan Pembelajaran ...................................................... 123
D. Kajian Produk Akhir ................................................................................... 124
1. Sistem Remote Laboratory ....................................................................124
2. Kualitas Sistem Remote Laboratory ...................................................... 125
3. Keterterapan Remote Laboratory pada Pembelajaran ........................... 126
4. Keefektifan Pembelajaran Remote Laboratory ......................................126
E. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................127
1. Keterbatasan Teknis................................................................................ 127
2. Keterbatasan Pedagogis .........................................................................129
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................131
A. Simpulan tentang Produk............................................................................131
B. Saran Pemanfaatan Produk .........................................................................132
C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut ................................ 135
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 138

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 149

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lima Langkah Inkuiri ................................................................................. 32


Gambar 2. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ........................................................ 33
Gambar 3. Pengembangan Tujuan Pembelajaran Laboratorium Fisika ......................... 40
Gambar 4. Klasifikasi Laboratorium .............................................................................. 42
Gambar 5. Distribusi Penggunaan Remote Laboratory .................................................. 45
Gambar 6. Arsitektur Remote Laboratory University of Hagen ................................... 47
Gambar 7. Arsitektur Remote Laboratory University of Massachusetts ...................... 48
Gambar 8. Arsitektur Remote Laboratory dengan Instrumen Midleware ...................... 48
Gambar 9. Arsitektur Remote Laboratory Stevens Institute of Technology .................. 49
Gambar 10. Arsitektur Remote Laboratory iLab Shared ............................................... 50
Gambar 11. Arsitektur Remote Laboratory dengan LabView ....................................... 50
Gambar 12. Model Integrasi Remote Laboratory ke Learning Management System .... 51
Gambar 13. The ISO/IEC 9126-1 Model for Internal and External Quality.................. 52
Gambar 14. Kerangka Konseptual Evaluasi E-Content ................................................. 55
Gambar 15. Diagram Model Hipotetis Konfigurasi Hardware Remote Laboratory ...... 65
Gambar 16. Model Hipotetis Inkuiri Kolaboratif secara Online dengan Remote
Laboratory ................................................................................................. 68
Gambar 17. Model Hipotetis Pembelajaran dengan Remote Laborartory ..................... 69
Gambar 18. Diagram Blok Model ADDIE (Stapa & Mohammad, 2019) ...................... 73
Gambar 19. Diagram Blok Proses dan Instrumen Uji Coba Produk .............................. 79
Gambar 20. Diagram Analisis Kebutuhan Laboratorium ............................................... 97
Gambar 21. Desain Sistem Remote Physics Laboratory................................................ 98
Gambar 22. Aparatus Eksperimen Medan Magnet oleh Koil ........................................ 99
Gambar 23. GUI untuk Eksperimen Medan Magnet .................................................... 100
Gambar 24. Aparatus Eksperimen Polarisasi Cahaya .................................................. 101
Gambar 25. GUI Eksperimen Polarisasi Cahaya.......................................................... 101
Gambar 26. Aparatus Eksperimen Konstanta Planck ................................................... 102
Gambar 27. GUI Eksperimen Konstanta Planck .......................................................... 103
Gambar 28. Aparatus Eksperimen Spektroskopi Atom ............................................... 104
Gambar 29. GUI Eksperimen Spektroskopi Atom ....................................................... 104
xi
Gambar 30. Aparatus Eksperimen Pencacahan Radiasi ............................................... 105
Gambar 31. GUI Eksperimen Pencacahan Radiasi ...................................................... 105
Gambar 32. Instalasi Aparatus Remote Physics Laboratory di Ruang Lab Server ...... 106
Gambar 33. Remote Laboratory Learning Management System ................................. 107
Gambar 34. Halaman Depan (Home) RL-LMS ........................................................... 108
Gambar 35. Hasil Remote Experiment Medan Magnet oleh Koil ................................ 109
Gambar 36. Hasil Eksperimen dan Perhitungan Teoritis Medan Magnet .................... 109
Gambar 37. Hasil Remote Experiment Polarisasi Cahaya ............................................ 110
Gambar 38. Grafik Hubungan Intensitas Cahaya dengan cos2() dari Analiser .......... 110
Gambar 39. Hasil Remote Experiment Konstanta Planck ............................................ 111
Gambar 40. Grafik Hubungan Energi Foton terhadap f ............................................... 111
Gambar 41. Hasil Remote Experiment Pencacahan Radiasi......................................... 112
Gambar 42. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Kurang dari 10 cacah ................. 112
Gambar 43. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 10 cacah .................... 112
Gambar 44. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 20 cacah .................... 113
Gambar 45. Hasil Remote Experiment Spektroskopi Atom Hidrogen ......................... 113
Gambar 46. Spektrum Atom H Menurut Teori Atom Bohr ......................................... 114
Gambar 47. Remote Experiment oleh Pendidik ............................................................ 114
Gambar 48. Remote Experiment oleh Peserta Didik .................................................... 115
Gambar 49. Remote Classroom Experiment oleh Pendidik ......................................... 115
Gambar 50. Tahap Pembelajaran dengan Remote Experiment..................................... 116
Gambar 51. Hasil Uji Kelayakan Modul E-Learning Remote Physics Laboratory .... 117
Gambar 52. Hasil Uji Kelayakan Desain E-Learning Remote Physics Laboratory..... 118
Gambar 53. Grafik Tanggapan Mahasiswa dengan Kuesioner USE ........................... 122
Gambar 54. Persentase Skor Aspek Laporan Eksperimen Fisika ................................ 123
Gambar 55. Visi dan Misi Pengembangan Remote Physics Laboratory...................... 137

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkatan Inkuiri ....................................................................................... 33


Tabel 2. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif................................................... 36
Tabel 3. Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar ...................................................... 37
Tabel 4. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ....................................................... 38
Tabel 5. Komparasi Jenis Laboratorium ..................................................................... 43
Tabel 6. Faktor Kualitas Internal dan Eksternal ......................................................... 53
Tabel 7. Aspek Kualitas Konten ................................................................................. 55
Tabel 8. Ketepatan Konten dengan Strategi Pembelajaran ......................................... 56
Tabel 9. Ketepatan Konten dengan Standar ................................................................ 56
Tabel 10. Ketepatan Konten dengan Desain Instruksional ......................................... 57
Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Perangkat E-Learning ................................... 81
Tabel 12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Desain E-Learning........................................ 83
Tabel 13. Kisi-kisi Instrumen Validasi Technical Operation dan Useability ............. 84
Tabel 14. Instrumen (Checklist) Keterlaksanaan Keterampilan Proses Sains ............ 85
Tabel 15. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Fisika ................................................................ 87
Tabel 16. Makna Skor Butir........................................................................................ 89
Tabel 17. Kriteria Kelayakan ...................................................................................... 89
Tabel 18. Makna Skor Butir........................................................................................ 90
Tabel 19. Kriteria Tingkat Keterterapan Pembelajaran .............................................. 90
Tabel 20. Kriteria Tingkat Nilai Gain......................................................................... 91
Tabel 21. Topik Eksperimen Fisika dalam Remote Physics Laboratory .................. 120
Tabel 22. Hasil Checklist Keterlaksanaan Pmbelajaran Inkuiri ................................ 121
Tabel 23. Tanggapan Mahasiswa terhadap Remote Physics Laboratory ................. 122
Tabel 24. Skor Tes Pengetahuan Pra-Lab dan Pasca-Lab ........................................ 124

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk dan Keterangan Instrumen Uji Coba Produk............................... 149


Lampiran 2. Instrumen Penilaian Perangkat E-Learning ............................................. 152
Lampiran 3. Instrumen Penilaian Aspek Desain E-Learning ....................................... 160
Lampiran 4. Instrumen Persepsi Pengguna terhadap Remote Physics Laboratory ...... 166
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Laporan Eksperimen .................................................... 168
Lampiran 6. Checklist Pembelajaran Eksperimen Fisika Berbasis Inkuiri .................. 169
Lampiran 7.Soal Pengetahuan Fisika ........................................................................... 170
Lampiran 8. Hasil Uji Kelayakan Pengukuran Modul Eksperimen Remote Physics
Laboratory ............................................................................................... 187
Lampiran 9. Hasil Penilaian Modul E-Learning Remote Physics Laboratory ............. 192
Lampiran 10. Hasil Penilaian Desain E-Learning Remote Physics Laboratory .......... 194
Lampiran 11. Hasil Tanggapan Mahasiswa dari Kuesioner USE ................................ 196
Lampiran 12. Komentar/Saran Mahasiswa terhadap Penggunaan Remote Physics
Laboratory ............................................................................................ 197
Lampiran 13. Hasil Checklist Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri ........................... 202
Lampiran 14 . Hasil Penilaian Laporan Eksperimen dengan R-PhyLab ...................... 204
Lampiran 15. Temuan Kesalahan/Kekurangan Penulisan Ilmiah pada Laporan
Eksperimen ........................................................................................... 205
Lampiran 16. Hasil Tes Pra-Lab dan Pasca-Lab tentang Pengetahuan Fisika ............. 208
Lampiran 17. Contoh Laporan Eksperimen oleh Mahasiswa ...................................... 210
Lampiran 18. Contoh Makalah yang Dikembangkan dari Laporan Eksperimen ........ 215
Lampiran 19. Bukti Kegiatan Diseminasi Remote Physics Laboratory ....................... 219
Lampiran 20. Contoh Kegiatan Kolaborasi pada Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif ... 222

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika adalah ilmu yang bersifat pokok dan dasar. Fisika mengeksplorasi

dan menjawab pertanyaan paling mendasar, yaitu asal mula alam semesta, sifat

materi, energi, simetri, dan hukum alam. Sebagai ilmu, fisika menyediakan

kerangka kerja dan disiplin untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam,

yang jangkauan penerapannya jauh melampaui keilmuan fisika itu sendiri. Fisika

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran

yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam (NRC,

2013). Perkembangan fisika mampu memicu inovasi di bidang teknologi informasi

dan komunikasi dewasa ini, seperti fisika material melalui penemuan piranti

mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat

kecil. Fisika berperan besar dalam mempercepat lahirnya abad informasi atau abad

digital.

Merujuk pada pernyataan Rosyid (2008), fisika merupakan cabang sains,

sehingga pandangan terhadap fisika tidak bisa lepas dari pandangan terhadap sains.

Fisika sebagai cabang sains adalah suatu kesatuan yang tersusun atas empat unsur

yang terjalin oleh saling keterkaitan. Saling keterkaitan yang ada di antara ke empat

unsur inilah yang memungkinkan fisika itu hidup, yakni dinamis dan berkembang.

Empat unsur tersebut adalah nilai-nilai ilmiah (scientific values), sikap dan perilaku

1
2

ilmiah (scientific attitudes), proses-proses ilmiah (scientific processes) dan

kandungan ilmiah (scientifc content). Meninggalkan salah satu unsur ini akan

berakibat timpangnya pengertian tentang fisika, termasuk timpangnya

pembelajaran fisika. Salah satu strategi pembelajaran fisika yang lahir dari

pengejawantahan pandangan yang utuh tentang sains adalah pembelajaran fisika

melalui penelitian (learning by research or inquiry). Istilah yang umum dipakai

untuk pembelajaran melalui penelitian ialah pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-

based learning, yang disingkat IBL). Kata penelitian ilmiah (scientific inquiry)

biasa digunakan orang untuk menyebut kegiatan dan proses berpikir yang dilakukan

para ilmuan (NAS, 1996). Jadi, pembelajaran berbasis inkuiri maknanya adalah

pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan dan proses berpikir

sebagaimana kegiatan dan proses berpikir para ilmuan atau saintis.

Belajar fisika adalah belajar tentang keterampilan dan cara berpikir unik yang

sangat berharga bagi peserta didik dan masyarakat. Peserta didik belajar

mengembangkan pendekatan konseptual dan matematis terhadap model untuk

membantu mereka memahami sistem yang rumit dan memecahkan masalah yang

kompleks. Sebagai hasil belajar proses penyelidikan dan cara berpikir yang

digunakan dalam fisika, peserta didik dipersiapkan untuk sukses dalam program

profesional analitis yang kompleks seperti kedokteran, bisnis, keuangan, dan

hukum (NRC, 2012). Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, yang diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam (Hodson, 2009).

`
3

Pembelajaran fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran fisika sebagai bagian sains harus melibatkan peserta didik dalam

penyelidikan yang berorientasi inkuiri di mana mereka berinteraksi dengan guru

dan rekan mereka. Peserta didik membangun hubungan antara sains dan

pengetahuan ilmiah mereka yang ditemukan di banyak sumber. Peserta didik

menerapkan konten sains untuk pertanyaan baru, terlibat dalam pemecahan

masalah, perencanaan, pengambilan keputusan, dan diskusi kelompok (NAS,

2000). Belajar fisika adalah proses aktif, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta

didik bukan sesuatu yang dilakukan terhadap mereka. Dalam mempelajari fisika,

peserta didik mendeskripsikan objek dan kejadian, mengajukan pertanyaan,

memperoleh pengetahuan, membuat penjelasan tentang fenomena alam, menguji

penjelasan tersebut dengan berbagai cara, dan mengkomunikasikan gagasan

mereka kepada orang lain.

Salah satu strategi pembelajaran fisika yang direkomendasikan secara kuat

adalah pembelajaran berbasis inkuiri atau inkuiri ilmiah. Istilah ini mengacu pada

beragam cara di mana ilmuwan mempelajari gejala alam dan memberikan

penjelasan berdasarkan bukti yang berasal dari hasil kerja mereka. Inkuiri juga

mengacu pada kegiatan peserta didik di mana mereka mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman akan gagasan ilmiah, serta pemahaman tentang

bagaimana ilmuwan mempelajari alam. Inkuiri adalah aktivitas multifaset yang

melibatkan pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengkaji buku dan sumber

informasi lainnya untuk melihat apa yang sudah diketahui. Inkuiri juga meliputi

`
4

perencanaan investigasi, meninjau apa yang sudah diketahui berdasarkan bukti

eksperimental, menggunakan alat untuk mengumpulkan dan menganalisis data,

mengajukan jawaban dan prediksi, dan mengkomunikasikan hasilnya. Penyelidikan

memerlukan identifikasi asumsi, penggunaan pemikiran kritis dan logis, dan

pertimbangan penjelasan alternatif (NAS, 1996). Implementasi pembelajaran

inkuiri melibatkan kerja laboratorium, karena di dalamnya terdapat kegiatan

perencanaan eksperimen, pengukuran dan analisis data yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari proses kerja ilmiah.

Pembelajaran laboratorium sangat penting dalam pendidikan fisika. Tujuan

utama pembelajaran laboratorium fisika telah berkembang di abad terakhir ini.

Dorongan perubahan pembelajaran di laboratorium berasal dari penelitian

bagaimana peserta didik belajar dan perkembangan teknologi. Tujuan pembelajaran

laboratorium fisika meliputi hakikat percobaan, keterampilan analisis dan

eksperimental, belajar konseptual, pemahaman pengetahuan dasar fisika, dan

pengembangan keterampilan kerja kolaboratif (AAPT, 1998). Sub-komite perumus

tujuan pembelajaran laboratorium, yang dibentuk American Association of Physics

Teachers (AAPT) telah meninjau kembali keadaan kurikulum laboratorium fisika.

Sub-komite ini telah membuat rekomendasi yang mendorong pengembangan

banyak keterampilan dan kompetensi kunci abad ke-21.

Pengembangan kurikulum terkait kegiatan laboratorium tingkat sarjana

didasarkan pada topik utama membangun pengetahuan, pemodelan, merancang

eksperimen, mengembangkan keterampilan teknis dan kerja laboratorium,

menganalisis data, dan mengembangkan kemampuan komunikasi (Singer, Hilton,

& Schweingruber, 2005; AAPT, 2014). Laboratorium tingkat sarjana merupakan

`
5

bagian penting dari kurikulum fisika karena fisika secara inheren merupakan ilmu

eksperimental. Terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya pengalaman

laboratorium dalam pengajaran fisika.

Perkembangan teknologi yang dipicu oleh kemajuan sains, khususnya

teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong lahirnya paradigma baru

dalam pendidikan, yaitu dari paradigma instruksional (instructional paradigm) ke

paradigma pembelajaran (learning paradigm). Arti pengetahuan telah bergeser dari

sekedar belajar mengingat dan mengulang menjadi belajar aktif mendapat

pengetahuan dan menggunakannya (Bransford, Brown, & Cocking, 2000). Dari

pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik. Dari pembelajaran tatap muka langsung dalam waktu dan tempat

tertentu menjadi pembelajaran secara online dengan tempat dan waktu yang

fleksibel. Peserta didik dituntut aktif belajar dari sumber-sumber belajar elektronik

atau digital (NAS, 2013; Hamed & Aljanazrah, 2020). Aplikasi teknologi bagi

pendidikan menawarkan peningkatan dan tantangan terhadap cara mengajar

tradisional, terutama dengan menawarkan pengalaman belajar baru yang murah dan

terukur. Adanya simulasi online dapat melengkapi keberadaan laboratorium

tradisional. Simulasi online berpotensi untuk melatih prosedur eksperimen dan

mendalami konsep fisis sebelum peserta didik melaksanakan kegiatan eksperimen

nyata dalam laboratorium tradisional.

Perkembangan dunia kerja yang semakin cepat dan kompleks di era teknologi

informasi dan komunikasi atau teknologi digital, dunia pendidikan dituntut untuk

mengembangkan kompetensi peserta didik di era digital atau abad 21 ini.

Berdasarkan 21st Century Partnership Learning Framework, beberapa kompetensi

`
6

atau keahlian yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia abad ke 21 ialah

kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan

memperbaharui, kemampuan penguasaan informasi, dan literasi media (P21, 2009;

BSNP, 2010). Dalam hal ini ada tuntutan bagi seseorang untuk memiliki

kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai

pihak. Di era digital, seseorang perlu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya

untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif. Kemampuan untuk

memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi diperlukan guna

penyampaian beragam gagasan dan melakukan aktivitas kolaborasi dengan

berbagai pihak.

Dihadapkan pada standar kualitas proses belajar mengajar fisika di era

pesatnya sains dan teknologi, pembelajaran fisika memerlukan pendekatan yang

sesuai dengan unsur dan karakter keilmuan fisika seperti pembelajaran berbasis

inkuiri. Model pembelajaran fisika perlu disesuaikan dengan tuntutan

perkembangan teknologi informasi seperti pembelajaran kolaboratif secara online.

Untuk itu, ketersediaan laboratorium sebagai sarana dan prasarana aktivitas

saintifik peserta didik baik hands-on dan mind-on, nyata dan virtual wajib untuk

dipenuhi. Pembelajaran fisika juga perlu dukungan ketersediaan materi, media, dan

perangkat pembelajaran yang selalu baru. Hal ini sejalan dengan tuntutan 8 standar

dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yang tiga di antaranya adalah standar

kompetensi lulusan, standar proses pembelajaran dan standar sarana dan prasarana

pembelajaran. Standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan (Kemenristekdikti, 2015).

Pembelajaran berbasis inkuiri relevan untuk pemenuhan standar proses

`
7

pembelajaran. Ketersediaan sarana laboratorium diperlukan untuk pemenuhan

standar sarana dan prasarana pembelajaran dalam bidang fisika. Perangkat

laboratorium merupakan salah satu sarana akademik utama yang harus ada di setiap

lembaga pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Diakui bahwa fisika penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi bangsa, namun pemahaman tentang fisika menyusut selama bertahun-

tahun dan pemahaman peserta didik belum menggembirakan. Di banyak negara

telah terjadi penurunan jumlah peserta didik yang memilih fisika sebagai tujuan

studi. Penelitian oleh Williams, dkk. (2003) menunjukkan bahwa hanya 26%

peserta didik menganggap fisika penting, dan hanya 15,14% peserta didik berminat

studi fisika di perguruan tinggi (Oon & Subramaniam, 2011). Penurunan minat

terhadap fisika diakibatkan oleh pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek

teori, padahal fisika merupakan bidang ilmu yang lebih menarik dipelajari melalui

eksperimen di laboratorium. Kinerja peserta didik dalam mata pelajaran fisika juga

masih rendah. Meningkatkan proses dan hasil pembelajaran fisika membutuhkan

banyak masukan dari guru karena peran guru di kelas sangat penting (Millar, 2004).

Pendekatan pengajaran yang diadopsi guru merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan peralatan

pengajaran yang sesuai dan metode pengajaran sangat penting untuk kesuksesan

belajar fisika. Masih banyak yang harus dilakukan dalam pemanfaatan secara

efektif dari alat bantu mengajar yang tersedia, termasuk laboratorium.

Problem pembelajaran di laboratorium terjadi di antaranya karena ruang dan

peralatan yang kurang, buku praktikum untuk pendidik dan peserta didik tidak

mencukupi, kurangnya minat dari pendidik dalam merencanakan dan melakukan

`
8

percobaan (Reagan, 2012). Problem lain yang ditemukan dalam pembelajaran di

laboratorium adalah tidak adanya tenaga laboran/teknisi, pemahaman pendidik

masih kurang tentang pentingnya pembelajaran yang menekankan pada

pengembangan berpikir ilmiah dan penyelesaian masalah dalam sains (Kapting &

Rutto, 2014). Masalah ketersediaan ruang laboratorium masih sering terjadi, yaitu

ruang digunakan sebagai ruang kelas, dipakai bersama untuk praktikum mata

pelajaran lain. Pendidik enggan menggunakan laboratorium karena merasa tidak

cukup waktu untuk melaksanakan kegiatan praktikum (Katili, Sadia, & Suma,

2013). Jamaludin, Kade, dan Nurjannah (2015) mengungkapkan berbagai hal yang

menyebabkan rendahnya persentase pelaksanaan kegiatan laboratorium yaitu

intensitas guru dalam mengikuti pelatihan laboratorium masih kurang, ketersediaan

alat dan bahan praktikum masih kurang, materi pelajaran sains cukup padat

sehingga guru lebih memilih metode ceramah. Hal lain yang dikeluhkan guru ialah

tujuan pembelajaran sulit dicapai melalui praktikum, dibutuhkan waktu khusus

untuk persiapan sebelum praktikum dilaksanakan, waktu pelaksanaan praktikum

dalam jam tatap muka selalu tidak mencukupi. Masalah lain adalah pemahaman

guru terhadap konsep serta penggunaan alat-alat praktikum masih rendah, guru sulit

merancang panduan kerja laboratorium sendiri.

Pembelajaran fisika memerlukan aktivitas pengalaman langsung melalui

eksperimen di laboratorium. Peserta didik belajar dengan melakukan hal-hal yang

nyata dan mengamati kejadian secara langsung. Pembelajaran seperti ini akan

berdampak pada hasil belajar dengan keterserapan pengalaman belajar paling

besar. Sebagaimana teori kerucut pengalaman dari Edgar Dale, semakin nyata

peserta didik mempelajari bahan ajar, melalui pengalaman langsung, maka semakin

`
9

besar pengalaman belajar yang diperoleh (Sari, 2019). Permasalahan empiris dalam

pelaksanaan pembelajaran di laboratorium yang memberikan pengalaman langsung

pada peserta didik akan berdampak pada perolehan pengalaman atau hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengampu mata kuliah di Program

Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan, perkuliahan eksperimen fisika

masih mengalami beberapa permasalahan, di antaranya ialah lemahnya pemahaman

analisis data eksperimental, belum berkembangnya naluri eksperimental dan

keterampilan proses sains dari para mahasiswa. Selain itu, program studi

pendidikan fisika dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan calon guru dengan

kompetensi abad ke-21 atau abad digital. Calon guru harus memiliki kompetensi

keilmuan, pedagogi, dan teknologi, serta mampu mengintegrasikan dalam upaya

peningkatan kualitas pembelajaran fisika.

Usaha komprehensif untuk mengatasi persoalan pembelajaran di

laboratorium terus dilakukan, baik dari aspek strategi pembelajaran dan

perangkatnya. Dalam hal perangkat telah dikembangkan laboratorium berbasis

teknologi informasi dan komunikasi berupa e-laboratory yaitu virtual laboratory

dan remote laboratory. Virtual laboratory adalah laboratorium berbasis simulasi

komputer yang biasanya diimplementasikan sebagai perangkat lunak yang

memungkinkan pengguna melakukan eksperimen. Remote laboratory adalah

laboratorium fisik yang dapat diakses melalui web untuk melakukan eksperimen

laboratorium dari jarak jauh dengan objek dan alat ukur nyata (Kharki, Berrada, &

Burgos, 2021). Di era digital ini, remote laboratory menjadi salah satu alternatif

pendamping pembelajaran dengan laboratorium nyata. Naddami dkk. (2015)

`
10

menyatakan bahwa remote laboratory atau laboratorium jarak jauh dalam

pendidikan sains dan teknik menjadi perangkat yang berguna. Penggunaan remote

laboratory juga mendorong pembelajaran di luar kampus, berpotensi memperluas

pengembangan keterampilan laboratorium dalam Pendidikan sains dan teknik

(Viegas dkk., 2018; Grout, 2017). Penyiapan platform pendidikan baru dengan

eksperimen laboratorium jarak jauh memungkinkan banyak peserta didik dari

berbagai tempat atau negara dapat mengaksesnya untuk menyelesaikan tugas-tugas

laboratorium mereka. Hal ini didukung temuan survei oleh Tho dan Yeung (2016)

yang menunjukkan bahwa para peserta didik sepakat untuk melakukan eksperimen

inovatif dengan remote laboratory karena bermanfaat dalam pendidikan.

Penggunaan remote laboratory untuk mendukung pelaksanaan praktikum di

pendidikan sains dan teknik menjadi salah satu pilihan yang layak secara pedagogis.

Di lingkungan pendidikan tinggi internasional, penggunaan remote

laboratory untuk mendukung pelaksanaan praktikum bidang teknik dan sains telah

lama dilakukan. Penggunaannya terbanyak dalam pendidikan teknik, baru

kemudian dalam pendidikan sains/fisika. Dalam konteks pendidikan tinggi di

Indonesia, penggunaan remote laboratory untuk proses pembelajaran merupakan

hal baru. Berdasarkan penelusuran peneliti, penggunaan jenis laboratorium ini di

Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) bidang sains (fisika) belum

banyak dilakukan. Pengembangan remote laboratory yang diorientasikan pada

pembelajaran sains (fisika) berbasis praktikum/eksperimen untuk mahasiswa calon

guru merupakan tren baru untuk menyiapkan guru atau pendidik dengan

kompetensi yang dibutuhkan di abad digital saat ini. Pendidik saat ini harus mampu

`
11

bekerja dalam lingkungan pembelajaran secara online berbasis e-learning atau e-

laboratory.

Sejalan dengan pengembangan perangkat laboratorium, strategi pembelajaran

berbasis inkuiri juga dikembangkan untuk memberikan solusi pada masalah

pembelajaran dan untuk memenuhi tuntutan capaian pembelajaran saat ini. Strategi

pembelajaran inkuiri diintegrasikan dengan strategi pembelajaran kolaboratif yang

dikenal dengan istilah Collaborative Inquiry Learning (CIL) atau Pembelajaran

Inkuiri Kolaboratif (PIK) dan dilaksanakan secara online. Pembelajaran inkuiri

kolaboratif adalah istilah gabungan yang maknanya berasal dari tuntutan kerja

praktik dalam pendidikan sains dan meningkatnya proliferasi pembelajaran

kolaboratif yang didukung oleh komputer dalam beberapa tahun terakhir ini (Bell

dkk., 2010). Dalam pendidikan sains, inkuiri kolaboratif adalah pendekatan

yang populer untuk mengaktifkan siswa. Pendekatan berbasis inkuiri

memungkinkan siswa untuk menjadi akrab dengan praktik ilmiah dan untuk

mengembangkan keterampilan penalaran tingkat tinggi (Lämsä dkk., 2018).

Dalam pembelajaran inkuiri kolaboratif, peserta didik bekerja sama

melakukan eksperimen dalam lingkungan belajar dan menggunakan hasilnya

untuk mengonstruksi pengetahuan bersama.

Pembelajaran inkuiri kolaboratif merupakan salah satu usaha yang paling

menantang dan menarik bagi lembaga pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk

membawa budaya baru dan menjanjikan pada proses belajar mengajar di kelas yang

mana peserta didik secara berkelompok terlibat dalam kegiatan pembelajaran

didukung oleh guru. Inkuiri kolaboratif merupakan model pembelajaran yang

mendorong siswa untuk belajar mandiri dan berpikir kritis melalui

`
12

pendekatan saintifik, dan cocok diterapkan di bidang sains khususnya pada

pembelajaran fisika. Dalam inkuiri kolaboratif, siswa diharapkan mampu

menggali dan menganalisis berbagai fenomena yang dikaji secara ilmiah

melalui proses penyelidikan (termasuk perumusan masalah dan hipotesis,

pengumpulan dan interpretasi data, serta penyusunan diskusi) kemudian

mendiskusikannya dalam kelompok untuk bertukar pikiran dan pengetahuan

(Kusairi dkk., 2021). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan

kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreativitas peserta didik yang belajar

menggunakan pembelajaran inkuiri kolaboratif lebih baik daripada menggunakan

metode konvensional (Sipayung, Sani, & Bunawan, 2018). Strategi belajar ini

diharapkan mampu menumbuhkan motivasi dan minat peserta didik terhadap ilmu

pengetahuan. Peserta didik belajar untuk melakukan langkah-langkah penyelidikan

mirip dengan para ilmuwan dan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan tentang

proses ilmiah melalui kerja kolaboratif.

Penerapan strategi pembelajaran kolaboratif dalam pembelajaran dengan

remote laboratory dapat ditelusuri sejak tahun 2004 pada proyek Co-Lab. Proyek

in mengembangkan lingkungan belajar berbasis web di mana kelompok pelajar

dapat bereksperimen melalui simulasi dan laboratorium jarak jauh, dan

mengekspresikan pemahaman yang diperoleh dalam model komputer. Proyek Co-

Lab berlandaskan pada teori belajar sosio-konstruktivis memandang belajar sebagai

suatu proses yang konstruktif, terletak dan proses kolaboratif (Van Joolingen dkk.,

2005). Kemudian dikembangkan platform baru yaitu WeCollab sebagai perangkat

kolaboratif dengan arsitektur berorientasi pada layanan yang menghubungkan

peralatan jarak jauh untuk pembelajaran di kelas virtual (Bochicchio & Longo,

`
13

2009; Machotka & Nedic, 2009). Lingkungan belajar kolaboratif dengan remote

laboratory NetLab dikembangkan di Australia untuk mengembangkan kerja sama

internasional dan keterampilan komunikasi antar budaya mahasiswa teknik.

Strategi inkuiri kolaboratif sinkron dengan virtual laboratory dan remote

laboratory dikembangkan dalam Moodle yang merupakan perangkat lunak sumber

terbuka. Moodle sebagai sistem manajemen pembelajaran yang menawarkan

lingkungan web dan Simulasi Java membuat laboratorium virtual dan remote

sebagai lingkungan pembelajaran kolaboratif (Jara dkk., 2012). Dalam bidang

teknik, Rivera & Larrondo-Petrie (2016) mengembangkan model remote

laboratory dan peran kolaboratif untuk dalam lingkungan belajar. Tidak hanya di

negara barat, Irak sebagai salah satu negara di timur tengah juga mengembangkan

jenis laboratorium ini dalam proyek Rexnet. Remote laboratory dikembangkan

sebagai lingkungan belajar kolaboratif untuk meningkatkan kerja sama di antara

para peneliti dan mengembangkan keterampilan peserta didik dalam Sains dan

Teknik (Salah, Cecil, & Atrushi, 2018). Dari penelitian dan pengembangan yang

telah dilakukan, penerapan pembelajaran kolaboratif lebih sering digunakan di

bidang teknik, dan masih sedikit bukti empiris bidang sains, khususnya fisika.

Bertolak dari uraian di atas, mahasiswa calon guru fisika perlu diperkenalkan

dengan perangkat pembelajaran laboratorium baru di era digital, yaitu virtual

laboratory dan remote laboratory. Jenis remote laboratory menjadi salah objek

kajian dalam tren penelitian pendidikan di perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program studi pendidikan fisika. Dalam kasus pembelajaran di

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan, lingkungan belajar

fisika berbasis e-learning, khususnya pembelajaran berbasis laboratorium

`
14

berorientasi inkuiri perlu dikembangkan. Oleh karena itu, penelitian tentang remote

laboratory untuk pembelajaran fisika yang dapat mengatasi masalah keterbatasan

sarana dan prasarana laboratorium, keterbatasan akses pada peralatan laboratorium

karena masalah ruang dan waktu pelaksanaan pembelajaran, dan keterbelakangan

topik eksperimen penting dilakukan. Selain itu, pengembangan laboratorium jenis

ini diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan pembelajaran inkuiri kolaboratif

secara online. Remote laboratory menjadi bagian dari solusi untuk memberi

pengalaman nyata yang dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik untuk

memenuhi persyaratan dalam kurikulum sains/fisika.

Tujuan pendidikan fisika sebagai bagian dari sains adalah memungkinkan

peserta didik menggunakan keterampilan proses sains, yaitu keterampilan untuk

dapat menemukan masalah di sekitar peserta didik, mengamati, menganalisis,

berhipotesis, bereksperimen, menyimpulkan, menggeneralisasi, dan menerapkan

informasi yang mereka miliki dengan keterampilan yang diperlukan. Keterampilan

proses sains merupakan alat yang diperlukan untuk menghasilkan dan

menggunakan informasi ilmiah, melakukan penelitian ilmiah, dan memecahkan

masalah. Keterampilan ini dapat diperoleh oleh siswa melalui kegiatan pendidikan

sains berbasis inkuiri. Tujuan pembelajaran ini menggunakan penelitian atau

eksperimen untuk membantu mengajarkan proses sains. Para peserta didik dapat

melakukan kegiatan ilmiah berupa eksperimen laboratorium untuk mempelajari

proses sains.

Dari penelusuran literatur, aplikasi remote laboratory pada pembelajaran

fisika di Indonesia mulai dipublikasikan pada tahun 2005 dalam artikel berjudul

Aplikasi Remote Laboratory untuk e-Learning berbasis Web Java dengan Studi

`
15

Kasus Eksperimen Perambatan Temperatur dalam seminar 3rd Kentingan Physics

Forum (Harmoko, Imawan, & Atmojo, 2005). Berikutnya, eksperimen hidrostatika

sebagai fungsi kedalaman dikembangkan menggunakan aplikasi remote laboratory

(Imawan, Harmoko, Supriyanto, & Fauziyyah, 2010). Java remote laboratory

berbasis internet untuk memonitor kelembaban dan temperatur dikembangkan yang

terdiri atas sebuah PC server yang terkoneksi pada jaringan internet, DAQ dengan

USB interfacing dan model eksperimen temperatur dan kelembaban. Tampilan web

browser yang interaktif telah dibangun sebagai interface antara client dan hardware

sistem eksperimen (Sugiarti & Harmoko, 2011). Karunianto & Saputro (2017)

mengembangkan modul laboratorium jarak jauh untuk percobaan kisi untuk

menyelesaikan beberapa masalah dalam pemeliharaan laboratorium konvensional.

Modul laboratorium jarak jauh terdiri dari satu set meja kerja praktikum, kisi,

sumber laser, kamera dan Raspberry Pi. Raspberry Pi dikonfigurasi sebagai server

web, pengontrol meja kerja, dan sistem akuisisi pola gambar. Purnomo (2020)

mengembangkan Remote Laboratory System (Re-LabS) untuk pembelajaran

praktikum Programmable Logic Controller (PLC) jarak jauh di SMK rumpun

teknik elektro. Remote laboratory dalam bidang elektro juga dikembangkan oleh

Jaya dkk. (2020) yaitu model Remote Lab Elektronika Digital merupakan salah satu

bentuk multimedia interaktif yang dapat mendukung praktikum online dan real time

siswa SMK di Indonesia.

Sejauh yang peneliti temukan dari penelusuran literatur ini, khususnya

pengembangan remote laboratory di lembaga pendidikan di Indonesia, belum

ditemukan pembahasan tentang penerapan jenis laboratorium ini yang dihubungkan

dengan penggunaan strategi pembelajaran atau kajian pedagogisnya. Remote

`
16

laboratory yang dikembangkan dalam penelitian disertasi ini dipadukan dengan

pendekatan pembelajaran inkuiri untuk pelaksanaan eksperimen fisika secara

online. Hal ini merupakan wujud kebaruan dari disertasi ini, yang diharapkan

menjadi model alternatif penerapan inkuiri dalam e-learning fisika yang

memerlukan kegiatan praktik atau eksperimen nyata di laboratorium. Remote

laboratory akan menjadi alat yang cocok untuk pembelajaran otentik karena

memungkinkan siswa untuk bereksperimen dan mencari solusi masalah yang

kemudian didiskusikan di kelas. Selain itu, peserta didik punya kesempatan

merekam dan meninjau eksperimennya secara berulang dengan cepat dan sarana

yang efektif untuk diskusi dan retensi pengetahuan.

Penelitian pengembangan remote laboratory penting dilakukan karena akan

memberikan beberapa keuntungan pada proses pembelajaran fisika. Remote

laborarory tidak menggantikan pengalaman langsung bekerja di laboratorium

sebenarnya, tetapi ada manfaat yang jelas bagi peserta didik dan

sekolah/universitas, yaitu: 1) Menghemat uang dan waktu perjalanan, peserta didik

memiliki kesempatan untuk belajar di sekolah/universitas di lain tempat dan

menyelesaikan mata pelajaran yang mencakup laboratorium eksperimental, 2)

Penggunaan remote laboratory dapat membangun motivasi diri dan mendukung

peserta didik untuk berpartisipasi dalam kerja kolaboratif, 3) Lembaga pendidikan

dapat membangun laboratorium jarak jauh dan berbagi laboratorium dengan

lembaga pendidikan lain dengan menawarkan konten kepada kelompok siswa

potensial yang jauh lebih luas.

Dalam konteks Indonesia, negara kepulauan dengan kondisi geografis, sosial,

ekonomi, dan budaya penduduknya yang beragam berdampak pada pemerataan

`
17

hasil pembangunan, termasuk pembangunan pendidikan. Salah satu masalah

pembangunan pendidikan di Indonesia adalah perluasan akses, pemerataan dan

peningkatan mutu pendidikan. Penggunaan sarana bersama menjadi salah satu

solusi alternatif, seperti penyediaan sarana laboratorium yang memungkinkan

dipakai bersama. Remote laboratory yang merupakan hasil penelitian ini dan bisa

diakses melalui web dari mana saja dengan dukungan infrastruktur jaringan internet

sangat mendukung untuk mengatasi masalah pemerataan akses dan mutu

pendidikan, khususnya dalam mengatasi kendala ketersediaan saran pembelajaran

laboratorium dana pembelajaran sains.

Ada perhatian besar di kalangan pendidik sains tentang bagaimana perbedaan

etnis dan budaya berhubungan dengan sains (fisika). Para pendidik berusaha

mengkaji isu-isu seputar konsep pendidikan sains multikultur dan pedagogi yang

terkait budaya (Tippins & Ritchie, 2015). Penerapan remote laboratory di

Indonesia yang multikultur akan mendorong munculnya penelitian dengan kajian

teoritis sosiokultural pada pembelajaran sains. Penelitian terkait sains, budaya, dan

remote laboratory akan menjadi salah satu tema penelitian kependidikan yang

menarik dikembangkan dalam perspektif pembelajaran sains berbasis laboratorium

dan budaya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakangan masalah, pembelajaran sains (fisika) saat ini

dihadapkan pada beberapa masalah pokok, yaitu pembelajaran dituntut untuk

menggunakan pendekatan inkuiri, pendekatan kolaboratif, perkembangan topik-

topik terbaru dalam fisika, dan pengintegrasian teknologi informasi dan

komunikasi. Oleh karena itu, penyediaan sarana, perangkat, dan bahan ajar, serta

`
18

tenaga pendidik yang relevan untuk pemenuhan tuntutan tersebut menjadi isu

penting untuk diselesaikan. Namun, untuk pemenuhan ini masih terdapat masalah

dalam pembelajaran fisika di kelas maupun di laboratorium di antaranya adalah:

1. Ketersediaan perangkat laboratorium sebagai sarana pembelajaran fisika yang

melibatkan pembelajaran melalui eksperimen masih kurang sejalan dengan

perkembangan topik baru dalam fisika.

2. Pembelajaran fisika yang lebih menekankan pada pembelajaran inkuiri kurang

mendapat perhatian karena terkendala oleh kesulitan menyiapkan perangkat

laboratorium hands-on tradisional yang umum dilakukan lembaga pendidikan.

3. Pembelajaran inkuiri kolaboratif secara online yang menjadi tuntutan

pembelajaran sains di era digital kurang dilakukan karena terbatasnya sarana

remote laboratory di bidang fisika yang bisa diakses secara online.

4. Penelitian yang dilakukan di Indonesia untuk mengkaji efektivitas penerapan

remote laboratory pada pembelajaran fisika di lingkungan perguruan tinggi

kependidikan masih jarang ditemukan.

5. Penelitian tentang efektivitas penerapan strategi inkuiri banyak dilakukan

dengan menggunakan laboratorium hands-on. Penggunaan perangkat remote

laboratory belum banyak dilakukan, sehingga dukungan bukti empiris yang

kuat masih kurang untuk menerapkannya.

6. Bagi setiap remote laboratory dimungkinkan untuk menciptakan dan

menerapkan lingkungan belajar yang mencakup konten, chats, forum, dan

penilaian. Masalah utamanya adalah lingkungan ini harus diciptakan dan

menjadi salah satu syarat kelayakan dalam pengembangan laboratorium.

`
19

C. Pembatasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada masalah (1),

(2) dan (3), yaitu difokuskan pada pengembangan sistem laboratorium fisika jarak

jauh atau remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen fisika berbasis inkuiri

kolaboratif pada sebagian topik fisika listrik magnet, optika, dan fisika modern.

Pengembangan remote laboratory ini diharapkan mampu memfasilitasi peserta

didik untuk belajar fisika dalam domain proses sains dan diharapkan dapat

meningkatkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik yang

relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kecakapan hidup di

abad digital.

Topik eksperimen fisika yang diambil sebagai konten pada remote

laboratory dibatasi pada topik listrik magnet (medan magnet oleh arus listrik),

optika (polarisasi cahaya), dan fisika modern (konstanta Planck, spektroskopi atom,

dan radiasi nuklir). Pembatasan dan pemilihan topik ini didasarkan pada kenyataan

bahwa topik-topik ini banyak diterapkan dalam teknologi modern saat ini. Selain

itu, pemilihan topik juga didasarkan pada ketersediaan perangkat instrumentasi,

seperti sensor, interface, dan perangkat lunak untuk sistem akuisisi data.

D. Perumusan Masalah

Merujuk pada identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah yang

diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana desain sistem remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen

fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet,

optika, dan fisika modern?

`
20

2. Bagaimana kualitas sistem remote laboratory yang layak untuk pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik

magnet, optika, dan fisika modern?

3. Bagaimana tingkat keterterapan sistem remote laboratory pada pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik

magnet, optika, dan fisika modern?

4. Bagaimana keefektifan sistem remote laboratory terhadap hasil pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif pada aspek

pengetahuan konseptual fisika dan keterampilan proses sains dalam topik

listrik magnet, optika, dan fisika modern?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pernyataan tujuan penelitian ini

adalah:

1. Menghasilkan sistem remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen

fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet,

optika, dan fisika modern.

2. Menguji kualitas sistem remote laboratory yang layak untuk pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik

listrik magnet, optika, dan fisika modern.

3. Menguji tingkat keterterapan sistem remote laboratory pada pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik

listrik magnet, optika, dan fisika modern.

4. Menguji keefektifan sistem remote laboratory terhadap hasil pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif pada aspek

`
21

pengetahuan konseptual fisika dan keterampilan proses sains dalam topik

listrik magnet, optika, dan fisika modern.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Remote laboratory yang dikembangkan berupa sistem eksperimentasi

fisika dapat diakses melalui internet, yang memungkinkan mahasiswa dan pendidik

untuk melaksanakan eksperimen jarak jauh dari mana saja setiap saat. Mahasiswa

melakukan eksperimen secara real time dengan mengontrol peralatan laboratorium

dari komputer desktop/laptop, dan mengunduh data eksperimen dari komputer

mereka selama percobaan. Remote laboratory dilengkapi kamera video, sehingga

peserta didik dapat mengamati kondisi eksperimental secara real time. Perangkat

keras sistem akuisisi data dikembangkan berbasis pada sensor dan interface produk

Vernier Technology. Perangkat lunak sistem akuisisi data dikembangkan dengan

LabVIEW dari National Intrument. Remote laboratory diintegrasikan dengan

aplikasi Learning Management System (LMS) Moodle. Spesifikasi sistem remote

laboratory yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Perangkat Eksperimen Remote Laboratory: perangkat ini terdiri dari aparatus

dan software akuisisi data (dalam bentuk Graphical User Inteface atau GUI)

untuk eksperimen fisika medan elektromagnet, polarisasi cahaya, konstanta

Planck, spektroskopi atom, dan radiasi nuklir.

2. Web Portal Remote Laboratory dikembangkan dengan platform Learning

Management System (LMS) Moodle, dengan nama Remote Physics Laboratory

(R-PhyLab) dan alamat dapat web: http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/

3. Modul E-Learning Remote Laboratory: Modul e-learning ini merupakan konten

pada web portal yang terdiri dari teori fisika yang mendasari eksperimen,

`
22

prosedur eksperimen, instrumen penilaian, panduan penyusunan laporan

eksperimen, dan sumber belajar berupa buku teks fisika.

4. Software dan Hardware:

a. Software akuisisi data dan web publishing tools : LabVIEW 2012

b. Software Learning Management System : Moodle

c. Sensor dan interface: Magnetic Field Sensor, Current Sensor, Vernier

Radiation Monitor, Light Sensor, Spectrovis Plus, Helium Spectrum Tube,

Hidrogen Spectrum Tube, SenssorDaq, Polarizer/Analyzer, Optics

Expansion Kit, The Spectrum Tube Power Supply.

d. Komputer PC untuk Lab/Web Server: Server ASUS TS110-E8-PI4 310107

dengan, spesifikasi : E3-1230v3 3.3GHz Turbo 3.7GHz, 8MB L3 Cache, 4

GB DDR3 ECC, 300GB SAS 15Krpm enterprise Storage HDD, 2x Intel

Gigabit i210AT.

e. Komputer Laptop untuk pengguna: RAM : 4 GB, Processor : Intel Core i3,

CPU 2,3 GHz, OS: Windows 10.

f. Perangkat lunak untuk akses: UC Browser, Google Chrome, dan Chrome

Remote Desktop.

5. Materi Kuliah: Fisika Eksperimental dengan topik fisika medan

elektromagnetik, polarisasi cahaya, teori foton, spektroskopi atom, dan radiasi

nuklir.

6. Capaian Pembelajaran: 1) Pengetahuan: penguasaan pengetahuan fisika, 2)

Keterampilan: keterampilan proses sains.

7. Strategi pembelajaran: Inkuiri kolaboratif secara online. Strategi ini dipilih

karena memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

`
23

mempelajari prinsip dan konsep sains, mengembangkan keterampilan ilmiah,

melatih sikap ilmiah, dan membiasakan menyelesaikan masalah atau pekerjaan

melalui kerja sama dalam pembelajaran nyata dan aktif.

Spesifikasi dan dokumentasi secara lengkap tentang produk remote physics

laboratory yang bersisi tentang aparatus eksperimental fisika, sistem akuisisi data,

arsitektur remote laboratory, dan teori fisika yang mendasarinya disajikan di bagian

dua naskah disertasi ini dengan judul “Dokumentasi Produk Pengembangan

Penelitian Disertasi”.

G. Manfaat Penelitian

Sistem pembelajaran di laboratorium yang berupa remote laboratory dapat

digunakan sebagai media pada pengembangan strategi pembelajaran berbasis

laboratorium dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran sains (khususnya

fisika). Remote laboratory dapat juga dimanfaatkan untuk pengembangan

pembelajaran jarak jauh bidang sains, guna pencapaian pemerataan akses

pendidikan sains di Indonesia. Remote laboratory juga bermanfaat untuk mengatasi

permasalahan pada penggunaan laboratorium tradisional dalam hal ketersediaan

perangkat, keterbatasan ruang dan waktu, dan keterbatasan akses.

H. Asumsi Pengembangan

Pengembangan produk berupa sistem remote laboratory yang diterapkan

dalam proses pembelajaran fisika secara online dengan strategi inkuiri kolaboratif

didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Belajar sains (fisika) melalui pengalaman dan pengamatan langsung atau nyata

pada objek pembelajaran lebih baik daripada pengalaman tidak langsung.

Penerapan remote laboratory dalam pembelajaran eksperimen akan

`
24

memberikan kesempatan pada peserta didik mendapatkan pengalaman nyata,

dengan melakukan pengamatan dan pengukuran gejala fisika secara real time.

2. Belajar meningkat bila peserta didik menjadi peserta aktif dalam proses

pembelajaran. Pemilihan dan penerapan strategi inkuiri pada penelitian ini akan

mampu menjadikan peserta didik aktif di dalam proses pembelajaran.

3. Belajar lebih nyaman dan efektif bila kondisi lingkungan mendukung

pertukaran terbuka, berbagi pendapat, dan strategi pemecahan masalah. Atas

dasar asumsi ini pembelajaran dengan strategi kolaboratif digunakan dalam

penelitian ini, yang akan mendorong penerimaan gagasan dan nilai yang

berbeda.

4. Lembaga pendidikan tinggi saat ini telah difasilitasi infrastruktur jaringan

internet dengan kecepatan akses yang tinggi sehingga memungkinkan

pembelajaran secara online dengan sistem remote laboratory.

5. Peserta didik saat ini telah memiliki literasi teknologi informasi dan komunikasi

yang baik. Dengan demikian, penerapan pembelajaran online dengan sistem

remote laboratory yang memerlukan kemampuan dasar teknologi informasi dan

komunikasi akan mudah diimplementasikan.

`
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Belajar

Pembelajaran didefinisikan sebagai proses yang menyatukan pengalaman dan

pengaruh pribadi serta lingkungan untuk memperoleh, memperkaya atau mengubah

pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, perilaku, dan pandangan seseorang. Teori

pembelajaran mengungkap proses kognitif yang kompleks dan memberikan model

mental yang berguna bagi pendidik untuk menyusun dan merancang pembelajaran,

sekaligus memberikan wawasan tentang praktik terbaik selama dan setelah proses

belajar. Teori pembelajaran mengembangkan hipotesis yang menggambarkan

bagaimana proses ini terjadi. Studi ilmiah tentang pembelajaran dimulai dengan

sungguh-sungguh pada awal abad ke-20. Konsep utama dan teori pembelajaran

meliputi teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, konstruktivisme sosial,

pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiential learning), kecerdasan ganda

(Strauch & Al-Omar, 2014). Ada tiga arus utama teori pembelajaran yang sering jadi

rujukan dalam dunia pendidikan yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan

konstruktivisme. Berikut dibahas tiga teori pembelajaran ini yang fokus pada

komponen penting dalam pendidikan, dan bagaimana hal ini dapat diterjemahkan ke

dalam kelas.

a. Behaviorisme (Behaviorism)

Behaviorisme mengasumsikan bahwa tidak mungkin untuk menggambarkan

secara tepat apa yang terjadi dalam diri manusia ketika mereka belajar. Proses

25
26

internal tetap tersembunyi di dalam kotak hitam dan karena itu tidak dapat

dieksplorasi secara objektif. Itulah sebabnya dalam behaviorisme, seseorang harus

berorientasi menggunakan perilaku yang dapat diamati, yang secara eksternal dapat

dipengaruhi melalui pengondisian. Pembelajaran dapat diarahkan melalui

penghargaan dan hukuman. Sejalan dengan itu, pembelajaran instrumental

merupakan ekspresi dari pendekatan behaviorisme. Bentuk pembelajaran

behaviorisme didasarkan pada pengondisian operan yang didalilkan oleh

Thorndike dan Skinner (Guttormsen, 2010). Penguatan positif dan negatif, hadiah,

hukuman dan penghentian dibedakan sebagai entitas. Respons atau perilaku

tertentu diperoleh dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan.

Perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila

dikenai hukuman.

Dalam behaviourisme, pengajar mengasumsikan peran otoritatif. Misalnya,

pengajar memutuskan apa yang harus dipelajari dan menentukan struktur waktu

pengajaran. Dalam proses ini, tugas pelajar sebagian besar terbatas pada

penerimaan pasif dari materi yang disajikan. Sampai saat ini, pendekatan

pembelajaran behaviorisme berfungsi sebagai dasar teoritis untuk metode e-

learning tertentu seperti program latihan dan praktik. Metode ini digunakan untuk

pengujian berkelanjutan atas pengetahuan yang diperoleh. Jawaban yang benar

tercermin dalam penilaian dan terkadang diberikan hadiah. Program diulangi jika

jumlah kesalahan terlalu tinggi. Pelajaran terstruktur secara berurutan

(Guttormsen, 2010). Pelajaran terstruktur merujuk pada sejumlah prosedur

pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan

stimulus lainnya dalam mengembangkan perilaku.

`
27

b. Kognitivisme (Cognitivism)

Berbeda dengan behaviorisme, pendekatan kognitivisme mencoba

menyimpulkan proses internal yang terjadi dalam pembelajaran. Teori ini berusaha

menembus kotak hitam yang tetap tertutup bagi behaviorisme. Dengan demikian,

dalam kognitivisme proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya hasil yang

diamati. Proses ini ditandai dengan pemrosesan informasi yang masuk secara aktif

oleh pelajar. Belajar adalah hasil dari pemahaman. Dalam situasi belajar mengajar,

seseorang mencari aturan umum yang memungkinkan peserta didik untuk

memecahkan masalah. Dalam praktiknya, pengajar mengamati peserta didik dan

memberikan bantuan pada poin-poin yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Pengajar dapat dikatakan memiliki peran sebagai tutor (Ertmer & Newby, 2013).

Spesifikasi pendekatan kognitivisme diberikan dalam model pembelajaran

generatif. Ini berkaitan dengan tautan kognitif konten pembelajaran baru dengan

pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, yang mempengaruhi persepsi dan

interpretasi dari pengetahuan baru. Model ini didasarkan pada asumsi inti bahwa

peserta didik secara aktif membentuk proses pembelajaran dengan berusaha untuk

menghasilkan pengetahuan yang bermakna dari informasi yang diterima dari

lingkungan mereka (Wittrock, 1992). Oleh karena itu, pengajaran menjadi proses

yang menuntun peserta didik untuk membangun makna dan rencana tindakan

selanjutnya.

c. Konstruktivisme (Constructivism)

Dalam teori konstruktivisme, pembelajaran adalah membangun pengetahuan

berdasarkan individu, blok bangunan berbasis pengalaman. Pembelajaran

berkelanjutan adalah proses konstruksi ulang yang sedang berlangsung. Untuk

`
28

alasan ini model pembelajaran generatif juga dapat diklasifikasikan sebagai

paradigma pembelajaran konstruktivis (Grabowski, 2004). Pembelajaran mandiri

juga merupakan ekspresi dari pendekatan ini. Ekspresi pembelajaran eksploratif,

pembelajaran penemuan diciptakan oleh Bruner mewakili ekspresi lebih lanjut dari

pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran eksploratif terjadi ketika peserta didik

dirangsang oleh lingkungan belajar. Peserta didik secara aktif terlibat dalam

memecahkan masalah, secara mandiri memperoleh pengalaman mereka sendiri,

melakukan eksperimen saat peluang muncul sehingga memperoleh wawasan baru

tentang masalah dan prinsip yang kompleks (Neber, 2008). Dalam konstruktivisme,

pengajar dan pelajar bekerja sama untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan

berkomunikasi pada tingkat yang sama. Pendidik membantu dalam

mengidentifikasi dan memecahkan masalah, bekerja sama dengan pelajar dan

mendampingi proses pembelajaran.

Pembelajaran konstruktivis memerlukan dukungan kerja kolaboratif. Dengan

demikian, pengetahuan tidak hanya bersifat individu tetapi didistribusikan di antara

beberapa orang atau tim. Instrumen komunikasi inovatif dari Web 2.0 sangat cocok

untuk pembelajaran kooperatif atau kolaboratif. karena mempromosikan partisipasi

aktif pelajar dalam proses komunikasi (Enonbun, 2010). Konstruktivisme

menawarkan paradigma baru untuk era baru informasi yang dibawa oleh teknologi

dalam beberapa dekade terakhir.

Pembelajaran dengan remote laboratory mendukung peserta didik untuk

melakukan investigasi melalui eksperimen yang mengarah pada penciptaan atau

konstruksi pengetahuan baru berdasarkan temuan. Peserta didik mendiskusikan dan

merefleksikan pengetahuan yang baru diperoleh ini, yang pada gilirannya mengarah

`
29

pada lebih banyak pertanyaan dan penyelidikan lebih lanjut. Peserta didik melakukan

kegiatan langsung dan diminta untuk sampai pada kesimpulan mereka sendiri melalui

eksperimen, observasi, investigasi, dan dugaan. Hal ini sejalan dengan pandangan

teori belajar konstruktivis yang mana peserta didik membangun pemahaman mereka

sendiri tentang konten yang diselidiki. Untuk mencapai tujuan ini, peserta didik akan

membutuhkan lingkungan belajar yang mendukung penyelidikan, wawasan, refleksi

dan penemuan. Perspektif konstruktivis didasarkan pada premis bahwa kita semua

membangun pandangan kita sendiri tentang dunia di sekitar kita, melalui

pengintegrasian pengalaman dan skema individu kita dengan pengetahuan baru. Oleh

karena itu, teori belajar konstruktivis relevan digunakan sebagai landasan pada

pengembangan remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen fisika berbasis

inkuiri.

2. Pembelajaran berbasis Inkuiri

Saat ini gerakan di dunia pendidikan terpanggil untuk mengembangkan

keterampilan peserta didik di abad informasi, selain membangun penguasaan pada isi

materi pelajaran. Berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan

komunikasi lebih penting daripada hanya mengusai materi pelajaran. Menanggapi hal

ini ada beberapa jenis pembelajaran berbasis inkuiri, lingkungan belajar konstruktivis

sedang dikembangkan. Pendekatan inkuiri lebih difokuskan pada menggunakan

konten pembelajaran sebagai sarana untuk membangun pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Sementara itu, pembelajaran telah

bergerak ke arah berbasis masalah, berpusat pada peserta didik, atau pembelajaran

kooperatif. Dalam praktik, lingkungan pembelajaran berbasis inkuiri mendukung

pengembangan pemahaman dalam banyak cara, melibatkan peserta didik secara aktif

`
30

dengan objek konkret. Pembelajaran berbasis inkuiri memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk bekerja dalam kelompok, mendorong peserta didik

mengembangkan potensinya dalam memecahkan masalah, dan berpartisipasi

menyelesaikan tugas-tugas yang menantang (Mundilarto, 2013). Lingkungan

pembelajaran didasarkan masalah otentik, kontekstual yang memotivasi untuk belajar.

Masalah-masalah ini terbuka sehingga memungkinkan peserta didik untuk

menyelesaikan masalah dengan cara otentik tidak hanya satu jawaban yang benar (Al-

Musawi dkk., 2011). Lingkungan pembelajaran berbasis inkuiri memungkinkan untuk

negosiasi sosial sehingga peserta didik dapat menguji pemahaman mereka terhadap

orang lain dan mudah berbagi informasi.

Pembelajaran berbasis inkuiri sering digambarkan sebagai siklus atau lingkaran,

yang melibatkan perumusan pertanyaan, investigasi, penciptaan solusi atau respons

yang tepat, diskusi, dan refleksi sehubungan dengan hasil (Bishop dkk., 2004). Dengan

inkuiri, peserta didik semakin mengembangkan ide-ide ilmiah kunci melalui belajar

bagaimana menyelidiki dan membangun pengetahuan dan pemahaman mereka

tentang dunia sekitarnya. Mereka menggunakan keterampilan kerja sebagaimana para

ilmuwan seperti mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, penalaran dan

meninjau bukti tentang apa yang sudah diketahui, menarik kesimpulan dan

mendiskusikan hasil. Proses belajar ini semua didukung oleh pedagogi berbasis

inkuiri, di mana pedagogi diartikan tidak hanya tindakan mengajar tetapi juga fondasi

pembenaran (Bell dkk., 2013). Inkuiri adalah istilah yang digunakan di dalam

pendidikan dan kehidupan sehari-hari merujuk pada mencari penjelasan atau

informasi dengan mengajukan pertanyaan.

`
31

Studi dari Piaget dan argumen dari Dewey pada paruh pertama abad ke-20

menarik perhatian akan peran penting dalam pembelajaran dari peserta didik, yang

menyangkut rasa ingin tahu, imajinasi dan dorongan untuk berinteraksi dan

menanyakan (Bell dkk., 2013). Dari studi oleh National Science Foundation (NSF)

Amerika Serikat dinyatakan bahwa nilai peserta didik meningkat jika peserta didik

terlibat dalam melakukan observasi, mengajukan pertanyaan, menggunakan alat untuk

mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta

berkomunikasi. NSF mendefinisikan pengajaran inkuiri sebagai kegiatan utama bagi

peserta didik untuk membangun pemahaman mereka tentang ide-ide ilmiah mendasar

melalui pengalaman langsung dengan bahan-bahan dari buku-buku, sumber informasi

lainnya, konsultasi ahli, melalui argumen dan perdebatan di antara mereka sendiri.

Inkuiri saintifik mengacu pada berbagai cara di mana para ilmuwan mempelajari alam

dan mengajukan penjelasan berdasarkan bukti yang diperoleh dari pekerjaan mereka

(Harlen dkk., 2015). Terdapat hubungan antara bentuk inkuiri dan inkuiri saintifik,

yaitu tersirat bahwa pembelajaran inkuiri mencerminkan sifat penyelidikan ilmiah. Di

sisi lain, inkuiri dikaitkan dengan salah satu pendekatan mengajar. Inkuiri dengan

pertanyaan otentik yang dihasilkan dari pengalaman peserta didik adalah strategi

utama untuk mengajar sains. Ini mengacu pada kegiatan peserta didik di mana mereka

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman ide-ide ilmiah.

Dalam pendidikan sains berbasis inkuiri, peserta didik memainkan peran aktif

dalam proses pembelajaran. Peserta didik adalah bagian penting dari proses itu.

Dengan cara ini, pendidikan yang berpusat pada peserta didik dapat

diimplementasikan. Peserta didik dapat mengembangkan dan meningkatkan tidak

hanya keterampilan proses mereka, tetapi juga belajar komunikasi dan kerja sama

`
32

dalam mengembangkan keterampilan kognitif mereka. Namun ada beberapa kesulitan

yang dihadapi saat menerapkan pendidikan sains berbasis inkuiri dalam praktik di

lembaga pendidikan. Berdasarkan temuan, kesulitan utamanya adalah kurangnya

kompetensi guru dalam pendidikan sains berbasis inkuiri, kekhawatiran guru bahwa

mereka bisa gagal dengan melakukan sesuatu yang baru (Bolte, Holbrook, & Rauch,

2012). Dengan demikian dirasakan penting untuk mengetahui seberapa baik atau tidak

seorang guru memiliki pengalaman kerja dalam menerapkan pendekatan berbasis

inkuiri, dan apa manfaat dari pendekatan ini dan kesulitan yang dihadapi. Berikut ini

beberapa gambaran strategi pembelajaran berbasis inkuiri (Gambar 1 dan Gambar 2).

Ask Question

Reflect Investigate Apply Predict

Discuss Create Model Experiment

(a) (b)
Gambar 1. Lima Langkah Inkuiri (a) Bruce dan Bishop, (b) White dan Frederiksen
(Mikroyannidis dkk., 2013)

Pembelajaran berbasis inkuiri memberi kesempatan pada pengajar yang

memungkinkan peserta didik untuk sepenuhnya mengeksplorasi masalah dan langkah

pembelajaran, sehingga mereka dapat belajar tidak hanya hasilnya, tapi juga proses itu

sendiri. Mereka didorong untuk mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi lingkungan

mereka, dan mendapatkan bukti yang mendukung klaim dan hasil, dan merancang

argumen yang meyakinkan mengenai bagaimana mereka mencapai hasil akhir.

`
33

Stage 1. Observation/Problem/Scenario

Stage 2. Creating a Model

Stage 3. Developing a Question

Stage 4. Planning Investigation

Stage 5. Conducting Investigating

Stage 6. Collectiong and Recording Data

Stage 7. Analysing Data

Stage 8. Reflection and Revision of Data

Gambar 2. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri


(Anderson & Clark, 2014)

Tabel 1. Tingkatan Inkuiri (Banchi & Bell, 2008)


Tingkatan Inkuiri (Inquiry Level) Pertanyaan Prosedur Solusi
(Question) (Procedure) (Solution)
1 Inkuiri Konfirmasi. Peserta didik
mengkonfirmasi sebuah prinsip melalui ✓ ✓ ✓
kegiatan ketika hasilnya diketahui
sebelumnya.
2 Inkuiri Terstruktur. Peserta didik
menyelidiki, pengajar mengajukan ✓ ✓
pertanyaan melalui prosedur yang
ditentukan.
3 Inkuiri Terbimbing. Peserta didik
menyelidiki, pengajar mengajukan ✓
pertanyaan dengan menggunakan
prosedur yang dirancang/dipilih oleh
peserta didik
4 Inkuiri Terbuka. Peserta didik
menyelidiki pertanyaan yang
dirumuskan peserta didik melalui
prosedur yang dirancang/dipilih oleh
peserta didik

Berdasarkan tingkat keterlibatan peserta didik, pembelajaran berbasis inkuiri

memiliki empat tingkatan, yaitu confirmation inquiry, structured inquiry, guided


`
34

inquiry, dan open inquiry (Tabel 1). Pada inkuiri konfirmasi, peserta didik diberi

pertanyaan, dan juga metode, yang hasilnya sudah diketahui. Tujuannya adalah untuk

mengkonfirmasi hasilnya. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memperkuat

gagasan yang sudah mapan, dan mempraktikkan keterampilan investigasi mereka.

Peserta didik dalam inkuiri terstruktur diberi pertanyaan dan metode untuk mencapai

hasilnya, yang tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan yang sudah didukung

oleh bukti yang dikumpulkan selama dan melalui proses penelitian. Pada inkuiri

terbimbing, peserta didik hanya diberi pertanyaan, yang tujuan utamanya adalah

merancang metode penelitian dan kemudian menguji pertanyaan itu sendiri. Pada

inkuiri terbuka peserta didik harus mengajukan pertanyaan mereka sendiri, merancang

metode investigasi, kemudian melakukan penyelidikan itu sendiri, dan harus

mempresentasikan hasilnya di akhir proses (Bell, Smetana, & Binns, 2005; Dostál,

2015). Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan banyak peluang kepada pendidik

dan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan utama

yang akan dicapai, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa

yang akan dikembangkan.

3. Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif

Pembelajaran inkuiri kolaboratif merupakan salah satu usaha yang paling

menantang dan menarik bagi lembaga pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk

membawa budaya baru dan menjanjikan pada belajar mengajar dalam kelas atau

laboratorium di mana peserta didik secara berkelompok terlibat dalam kegiatan

pembelajaran didukung oleh pendidik. Dengan cara ini, pembelajaran diharapkan

dapat menumbuhkan motivasi dan minat peserta didik terhadap sains. Pembelajaran

inkuiri kolaboratif adalah istilah gabungan yang maknanya berasal dari tuntutan kerja

`
35

praktik dalam pendidikan sains dan meningkatnya proliferasi pembelajaran

kolaboratif yang didukung oleh komputer (Bell dkk., 2010). Sejalan dengan

penjelasan ini, Donohoo (2011)menyatakan bahan inkuiri kolaboratif adalah proses di

mana peserta datang bersama-sama untuk mencoba praktik pembelajaran mereka

sendiri secara sistematis dan hati-hati menggunakan teknik penelitian. Tim bekerja

sama untuk mempersempit pertanyaan, mengumpulkan dan menganalisis bukti,

menentukan langkah-langkah tindakan, dan berbagi temuan mereka. Menerapkan

inkuiri kolaboratif ke dalam kerja profesional dalam belajar akan membantu

membangun budaya penyelidikan dan budaya kerja sama.

Ada sejumlah argumen mengapa kolaborasi antara peserta didik efektif untuk

pembelajaran berbasis inkuiri. Menurut teori belajar sosial-konstruktivistik,

pengetahuan muncul dengan pencarian solusi masalah secara kolaboratif dalam

kelompok dengan informasi didistribusikan di antara anggotanya. Piaget menunjuk

pada pentingnya interaksi sosial bagi munculnya konflik kognitif. Konflik-konflik

sosial-kognitif membentuk dasar dari perkembangan kognitif yang cukup besar dan

mungkin muncul dalam proses pembelajaran inkuiri (Bradbury, Highton, &

O’Rourke, 2010). Berkolaborasi dengan teman sebaya membawa zona perkembangan

proksimal satu sama lain. Sementara itu, refleksi teoritis dan studi empiris telah

menunjukkan potensi kolaborasi peserta didik berperan dalam pembelajaran. Saat ini,

peran komputer mendukung kondisi yang baik untuk suksesnya belajar secara

kolaboratif.

Sebagai hasil dari pembelajaran inkuiri kolaboratif, peserta didik memperoleh

pengetahuan tentang bagaimana bekerja dalam sains sebagai usaha bersama. Mereka

belajar tentang hakikat, proses, dan konten sains. Dengan pengembangan lingkungan

`
36

belajar yang kuat berbasis komputer, pembelajaran inkuiri kolaboratif semakin

menjadi pilihan (Aydın, 2016). Teknologi pembelajaran dapat mendukung peserta

didik untuk bekerja dalam proyek-proyek inkuiri kolaboratif dengan mengambil alih

beberapa tanggung jawab pendidik dan memungkinkan pertukaran langsung antara

peserta didik. Hal ini juga menjangkau jarak yang lebih luas dan pada waktu yang

berbeda. Pembelajaran inkuiri sering menggabungkan unsur kolaborasi, yang berarti

meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam usaha bersama (Dillenbourg,

Schneider, & Synteta, 2002). Chang, Sung, & Lee (2003) menjelaskan proses

pembelajaran inkuiri kolaboratif meliputi 4 fase sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif

Stages Learning Activities Learning Objectives Result


Phase 1. 1. Individual reading of 1. Familiarizing with 1. Individual
Anchoring the material the topic concept maps
and planning 2. Forming hypothesis 2. Forming hypothesis
3. Constructing 3. Exploring
individual concept
maps
Phase 2. 1. Looking for 1. Exploring 2. Revised
Individual supportive evidence 2. Revising individual
inquiry on the web concept maps
2. Revising concept 3. Individual
maps and editing notepads
notepads according to
new evidence
Phase 3. 1. Sharing notepads 1. Data sharing 1. Individual
Inkuiri 2. Sharing concept maps 2. Product sharing concept
kolaboratif 3. Discussion using chat 3. Idea sharing 2. Individual
room notepad
4. Revising individual 3. Chat room
notepad and concept dialogue
Phase 4. 1. Data sharing in the 1. Knowledge 1. Group
Concluding group communication concept map
group’s 2. Questioning, coopera- 2. Knowledge 2. Chat room
results tion, negotiation negotiation dialogue
compromise 3. Knowledge
3. Voting to decide the consolidation
group’s core concept
map
4. Revising the group
concept map
`
37

4. Keterampilan Proses Sains

Salah satu tujuan pembelajaran yang penting dan meluas adalah mengajar

peserta didik berpikir. Sains menyumbangkan keterampilan uniknya, yang kemudian

dikenal dengan keterampilan proses sains, menekankan pada berhipotesis,

memanipulasi gejala fisik, dan penalaran dari data. Sains perlu diajarkan mengacu

pada karakteristiknya, yang ditujukan mendidik dan melatih peserta didik

mengembangkan kompetensi observasi, eksperimentasi, serta berpikir dan bersikap

ilmiah (Rukmana & Mundilarto, 2016). Metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan

pemikiran kritis telah menjadi istilah yang digunakan secara umum untuk

menggambarkan keterampilan sains ini. Saat ini istilah "keterampilan proses sains"

umum digunakan. Dipopulerkan oleh proyek kurikulum Science-A Process Approach

(SAPA), keterampilan ini didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan yang dapat

diajarkan secara luas, sesuai dengan banyak disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku

ilmuwan. Keterampilan proses yang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu dasar dan

terintegrasi. Keterampilan proses dasar yang lebih sederhana memberikan landasan

untuk mempelajari keterampilan yang terintegrasi yang lebih kompleks. Penjelasan

tentang keterampilan proses sains ini disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 (Padilla,

1990).

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar

KPS Dasar Penjelasan


1. Mengamati Menggunakan indra untuk mengumpulkan informasi
tentang suatu objek atau peristiwa. Contoh:
Menggambarkan pensil berwarna kuning.
2. Menyimpulkan Membuat prediksi akurat tentang suatu objek atau
peristiwa berdasarkan data atau informasi yang
dikumpulkan sebelumnya.

`
38

KPS Dasar Penjelasan


3. Pengukuran Menggunakan ukuran atau perkiraan standar dan tidak
standar untuk menggambarkan dimensi suatu objek atau
peristiwa.
4. Berkomunikasi Menggunakan kata-kata atau simbol grafis untuk
menggambarkan suatu tindakan, objek, atau peristiwa.
5. Klasifikasi Mengelompokkan atau mengurutkan objek atau peristiwa
ke dalam kategori berdasarkan properti atau kriteria
6. Memprediksi Menyatakan hasil dari peristiwa yang akan terjadi
berdasarkan pola bukti/fakta/data.

Tabel 4. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

KPS Terintegrasi Penjelasan


1. Mengontrol Mampu mengidentifikasi variabel yang dapat
variabel mempengaruhi hasil eksperimen, memanipulasi variabel
independen dan mengontrol variabel yang lain. Contoh:
Berdasarkan pengalaman masa lalu bahwa intensitas
cahaya dan air perlu dikontrol saat pengujian untuk
melihat bagaimana penambahan bahan organik
mempengaruhi pertumbuhan biji.
2. Mendefinisikan Menyatakan bagaimana mengukur variabel dalam
secara operasional percobaan.
3. Merumuskan Menyatakan hasil yang diharapkan dari sebuah
hipotesis eksperimen.
4. Menafsirkan data Mengolah data dan menarik kesimpulan darinya.
5. Bereksperimen Melakukan eksperimen, termasuk mengajukan
pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis,
mengidentifikasi dan mengendalikan variabel, secara
operasional mendefinisikan variabel tersebut, merancang
eksperimen, dan menafsirkan hasil eksperimen.
6. Merumuskan Membuat model mental atau fisik dari proses atau
model peristiwa.

Keterampilan proses sains yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan melakukan pengamatan atau observasi, mengajukan pertanyaan tentang

ilmiah dari hasil pengamatan dan kumpulkan informasi, menyusun hipotesis/prediksi

berdasarkan hipotesis itu, mendesain eksperimen untuk menguji hipotesis/prediksi,

menganalisis data, dan menyusun kesimpulan.

`
39

5. Pengetahuan Fisika

Selain domain proses, pembelajaran sains mencakup domain informasi yaitu

pengetahuan dan pemahaman tentang kandungan keilmuan. Sains bertujuan untuk

mengategorikan alam semesta yang dapat diamati ke dalam unit-unit yang dapat

dikelola untuk studi dan untuk menggambarkan hubungan fisik. Pada akhirnya, sains

bertujuan untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk hubungan yang

diamati. Secara alami, pengajaran sains memiliki salah satu tujuan untuk membantu

siswa dalam mengetahui penjelasan utama yang diterima saat ini, terutama yang

bernilai tinggi dan berguna secara positif dalam menyelesaikan masalah saat ini.

Domain informasi meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang fakta, hukum,

prinsip, teori yang digunakan oleh para ilmuwan (Yager & McCormack, 1989).

Domain informasi disebut juga sebagai domain produk atau a body of knowledge yaitu

kumpulan pengetahuan dalam fisika yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,

rumus, teori dan model (Istiyono, 2020). Dalam penelitian ini, pengetahuan fisika

didefinisikan sebagai pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena, fakta, konsep,

hukum, teori, dan terminologi dalam bidang fisika.

6. Laboratorium dalam Pembelajaran Fisika

Berdasarkan AAPT (1998), pembelajaran laboratorium fisika mencakup

tujuan sebagai berikut: (1) Hakikat percobaan: Pengantar laboratorium harus

melibatkan setiap peserta didik dalam pengalaman yang signifikan dengan proses

eksperimental, termasuk beberapa pengalaman merancang penyelidikan, (2)

Keterampilan eksperimental dan analitis: Laboratorium harus membantu peserta didik

mengembangkan wawasan yang luas dari keterampilan dasar dan alat-alat eksperimen

fisika dan analisis data, (3) Belajar konseptual: Laboratorium harus membantu peserta

`
40

didik menguasai konsep-konsep dasar fisika, (4) Memahami dasar-dasar pengetahuan

fisika: Laboratorium harus membantu peserta didik untuk memahami peran

pengamatan langsung dalam fisika dan untuk membedakan antara kesimpulan

berdasarkan teori dan hasil percobaan, dan (5) Pengembangan keterampilan belajar

kolaborasi: Laboratorium harus membantu peserta didik mengembangkan

keterampilan pembelajaran kolaboratif yang penting untuk sukses dalam banyak

kegiatan seumur hidup.

Sub-komite perumus tujuan laboratorium, yang dibentuk oleh American

Association of Physics Teachers (AAPT) telah meninjau kembali keadaan kurikulum

laboratorium fisika di tingkat sarjana dan terkait dengan penelitian pendidikan fisika

di laboratorium. Laboratorium tingkat sarjana merupakan bagian penting dari

kurikulum fisika karena secara inheren, fisika merupakan ilmu eksperimental, dan ada

peningkatan kesadaran akan pentingnya pengalaman laboratorium dalam pengajaran

fisika (AAPT, 2014). Rekomendasi yang dibuat sub-komite ini mendorong

pengembangan banyak keterampilan/kompetensi kunci di abad ke-21.

Gambar 3. Pengembangan Tujuan Pembelajaran Laboratorium Fisika


(Zwickl, Finkelstein, & Lewandowski, 2013)

`
41

Setelah melakukan komparasi dengan laboratorium di institusi lain dan mengacu

pada hasil penelitian pendidikan fisika tujuan pembelajaran di laboratorium

dikembangkan meliputi empat aspek, yaitu pemodelan, perancangan, komunikasi, dan

keterampilan teknis laboratorium. Gambar 3 menyajikan ringkasan dari tujuan ini

secara detail (Zwickl dkk., 2013). Pembelajaran laboratorium yang tujuan dan

metodenya telah direncanakan dengan hati-hati memiliki dampak signifikan dalam

meningkatkan sikap dan keterampilan ilmiah peserta didik (Etkina, Murthy, & Zou,

2006). Sudah saatnya untuk mendesain ulang berbasis penelitian di tingkat lanjut

untuk menetapkan tujuan pembelajaran di laboratorium di jurusan fisika dan

menciptakan kurikulum komprehensif dalam fisika eksperimental.

Dalam kebanyakan pembelajaran fisika, eksperimen dilakukan di ruang

laboratorium nyata di mana peserta didik melakukannya dengan perangkat dan bahan

eksperimen. Peserta didik mengikuti prosedur eksperimen, melakukan pengamatan,

mengumpulkan data, dan menganalisis data (Ruby, 2006). Reagan (2012) menyatakan

bahwa saat ini terdapat empat jenis pendekatan dalam pembelajaran di laboratorium,

yaitu video based laboratory, vitual laboratory, home experiment, dan remote

laboratory. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet,

memungkinkan terciptanya beberapa jenis laboratorium.

Sesuai jenis aksesnya (jarak jauh atau lokal) dan sumber daya (nyata atau

virtual) Rivera dan Petrie (2016) mengklasifikasikan laboratorium menjadi: 1)

Laboratorium tradisional (traditional laboratories), yaitu laboratorium hands-on di

mana peserta didik dapat mengakses peralatan nyata secara lokal, yang secara fisik

berada di laboratorium untuk melakukan eksperimen, 2) Laboratorium jarak jauh atau

remote laboratories (weblabs), yaitu laboratorium yang memungkinkan akses jarak

`
42

jauh ke eksperimen nyata dengan menggunakan koneksi internet. Peserta didik

berinteraksi secara jarak jauh dengan peralatan nyata, seperti di laboratorium

tradisional, 3) Laboratorium virtual (virtual laboratories), yaitu berupa simulasi

komputer dari peralatan laboratorium. Jenis akses bisa berupa lokal atau remote.

Peserta didik dapat mengendalikan laboratorium simulasi dengan menginstal

perangkat lunak tertentu pada perangkat komputer atau mengakses laboratorium

virtual melalui internet, dan 4) Laboratorium hibrida (hybrid laboratories), yaitu

laboratorium yang menggunakan kedua jenis akses dan sumber daya. Laboratorium

jenis ini mencakup beberapa peralatan nyata yang bisa dikontrol secara lokal seperti

di laboratorium tradisional, dan beberapa disimulasikan menggunakan komputer.

Gambar 4 menyajikan klasifikasi laboratorium berdasarkan lokasi perangkat dan

lokasi pelaku eksperimen.

Gambar 4. Klasifikasi Laboratorium


(Zutin, Auer, Maier, & Niederstatter, 2010)

Laboratorium remote menawarkan semua keuntungan dari teknologi baru, tetapi

masih berperan kecil untuk menggantikan kegiatan pada laboratorium nyata (Corter

dkk., 2007). Laboratorium remote mirip dengan teknik simulasi/virtual dalam hal
`
43

kebutuhan ruang dan waktu yang minimal, karena eksperimen dapat dikonfigurasi

dengan cepat dan dijalankan melalui internet/web. Tapi tidak seperti simulasi,

laboratorium remote menyediakan data nyata (Ma & Nickerson, 2006; Elawady &

Tolba, 2011). Dalam komparasi terhadap tiga jenis laboratorium, Elawady dan Tolba

(2009) menyajikan sebagaimana Tabel 5.

Tabel 5. Komparasi Jenis Laboratorium

Feature Hands-on Labs Simulated Labs Remote Labs


Access Mode Akses secara fisik Akses secara virtual, Menggunakan internet
ke laboratorium dan eksperimen dan software untuk
menggunakan program mengakses
simulasi laboratorium dari jarak
jauh
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
• Data Realistis • Baik untuk validasi • Tidak ada pemba-
• Interaksi dengan konsep tasan ruang dan
peralatan yang • Tidak ada pemba- waktu
nyata tasan waktu dan • Data Realistis
• Memungkinkan peralatan • Merasakan realitas
eksperimen secara
open ended
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
• Terbatas dalam • Data ideal • Hanya kehadiran
penyediaan ling- • Tidak ada interaksi virtual di labora-
kungan fisik dengan peralatan torium
• Ruang lab tidak yang nyata
fleksibel (perlu
jadwal)
Infrastruc- Memerlukan Software simulasi Komponen hardware
ture komponen komputer dan media
hardware komunikasi
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
• Memberikan • Baik untuk pema- • Memfasilitasi
peserta didik haman konseptual peserta didik untuk
merasakan • Aman jika tinda-kan membuat percoba-an
realitas keselamatan berkali-kali
• Membantu diperhitungkan • Berguna jika hasil
peserta didik ke yang lebih nyata
perangkat diperlukan
eksperimen
dengan
pengawasan staf
Kekurangan Kekurangan Kekurangan.
• Komponen • Memerlukan update • Komponen perang-
perang-kat perangkat lunak kat memiliki masa
pakai
`
44

Feature Hands-on Labs Simulated Labs Remote Labs


memiliki masa • Perlu perawatan
pakai tertentu komponen perang-
• Memerlukan kat keras
pera-watan • Bisa muncul masa-
komponen lah komunikasi
hardware
• Rentan terhadap
kerusakan
Pedagogical Kelebihan Kelebihan Kelebihan
• Seperti • Memiliki keun- • Merasakan kenya-
eksperimen nyata tungan pedagogis taan melalui data
• Berinteraksi dibanding lab lain • Cocok untuk pem-
dengan • Menyediakan ling- belajaran jarak jauh
pembimbing. kungan belajar yang • Fokus pada pema-
• Memungkinkan aman untuk haman konseptual
peserta didik bereksperimen dan keterampilan
kerja kolaboratif dengan peralatan profesional
• Memungkinkan berbahaya
peserta didik • Fleksibel dan mu-
belajar dengan dah digunakan.
trial& error • Peningkatan mela-lui
animasi dan software
virtual reality
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
• Peserta didik • Tidak memerlukan Kurang meningkat-kan
mungkin tidak pengawasan staf keterampilan sosial
menyelesaikan akademik dan desain
percobaan dalam • Tidak mersakan
satu kegiatan peralatan nyata dari
laboratorium percobaan
• Pengawasan
diperlukan
Economical • Mahal • Biaya murah • Biaya sedang, jika
(kekurangan) (kelebihan) beberapa peralatan
direduksi(kelebihan)

Ditinjau dari aspek akses, infrastruktur, pedagogis, dan ekonomis, masing-

masing jenis laboratorium memiliki kekuatan komparatif. Penerapan dalam

pembelajaran dapat saling menguatkan dan dapat mengatasi kelemahan masing-

masing. Kesulitan menerapkan laboratorium hands-on karena biaya mahal atau topik

membahayakan dapat digantikan dengan menerapkan laboratorium simulasi atau

remote laboratory. Kendala keterbatasan akses ke peralatan nyata karena kendala

waktu dan geografis dapat diganti dengan menerapkan remote laboratory.

`
45

7. Remote Laboratory dalam Pembelajaran Fisika

Penggunaan remote Laboratories atau remote labs (RLs) dimulai di Amerika

Serikat pada awal tahun 90-an dengan proyek yang dikenal dengan Collaboratories.

Tujuan dari proyek ini untuk memudahkan akses jarak jauh ke instrumen berbiaya

tinggi seperti teleskop astronomi, akselerator partikel dan mikroskop scanning

tunneling (Kouzes, Myers, & Wulf, 1996). Di bidang pendidikan, proyek remote

laboratory dirintis pada tahun 1996 di Oregon University (Aktan dkk., 1996).

Kemudian, sebuah laboratorium jarak jauh robotika untuk pengajaran teknik

dikembangkan di Tenessee University di Chattanooga, di mana skema percontohan

dengan tujuh pengalaman jarak jauh dilakukan (Henry & Jim, 1996). Dalam

penelusuran literatur oleh Matarrita dan Concari (2016) yang difokuskan pada

informasi di internet, dengan kata kunci dan ungkapan seperti: Physics Remote

Laboratories, Online Laboratories, Distant Experiment, Universities That Have

Remote Laboratories, dan Teaching of Physics Through Remote Laboratories,

ditemukan sekitar 130 artikel. Dari 43 artikel yang dipilih diperoleh distribusi

sebagaimana Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi Penggunaan Remote Laboratory


(Matarrita & Concari, 2016: 376)

`
46

Penggunaan remote laboratory utuk pembelajaran fisika bisa ditelusuri sejak

tahun 2002 dari tulisan Forinash dan Wisman (2002) tentang sistem sederhana

pengambilan data melalui internet untuk laboratorium fisika. Penggunaan remote

laboratory ditujukan untuk mengatasi masalah minimnya peralatan eksperimen fisika.

Tompkins dan Pingen (2002) menggunakan remote laboratory atau dikenal juga

remote experimentation pada eksperimen pengukuran medan magnet di sekitar kawal

lurus berarus listrik berdasarkan hukum Biot-Savart. Perangkat lunak yang digunakan

dalam mengendalikan perangkat eksperimen dan akses secara remote adalah

LabVIEW.

Penggunaan remote laboratory untuk pengajaran fisika terus dikembangkan

untuk topik-topik fisika lain yang berbasis e-learning seperti pada topik getaran

mekanik, induksi elektromagnetik, elemen photovoltaic (Ožvoldová & Schauer,

2012), pengukuran radiasi nuklir, dan spektroskopi (Park, Lee, Yuk, & Lee, 2005).

Perkembangan selanjutnya, penggunaan remote laboratory dalam pengajaran fisika

dihubungkan dengan strategi pembelajaran seperti strategi inkuiri. Dalam

penelitiannya, Kostelníková dan Ožvoldová (2013) menemukan pembelajaran

berbasis inkuiri dengan remote laboratory berdampak positif pada pengetahuan

peserta didik, terutama dalam tugas-tugas yang berorientasi pada penerapan

keterampilan eksperimental. Saat ini, penggunaan remote laboratory telah masuk ke

dalam sistem e-learning yaitu diintegrasikan ke Learning Management System (LMS)

seperti Moodle. Dengan demikian, remote laboratory berperan dalam pengembangan

pembelajaran praktik laboratorium atau real time experiment dan dapat dilaksanakan

secara jarak jauh (Silva dkk., 2013). Hal ini akan meningkatkan keteraksesan

`
47

perangkat laboratorium, yang selama ini sering terkendala kesulitan akses terkait

dengan ketersediaan ruang dan waktu.

8. Arsitektur Remote Laboratory

Sejumlah arsitektur remote laboratory telah dikembangkan untuk memfasilitasi

eksperimen jarak jauh (remote) dan virtual dengan berbagai tingkat kompleksitas.

Pendekatan platform independen untuk eksperimen jarak jauh dikembangkan di

University of Hagen (Rohrig & Jochheim, 2000). Eksperimen dikendalikan melalui

browser web standar dalam hubungannya dengan lingkungan runtime Java. Sistem ini

didasarkan pada arsitektur client-server dan dijalankan dalam bahasa pemrograman

Java (Gambar 6). Dalam sistem ini hanya satu mahasiswa pada suatu waktu dapat

mengontrol eksperimen tertentu, peserta didik lain pasif saat pengambilan data.

Gambar 6. Arsitektur Remote Laboratory University of Hagen


(Rohrig & Jochheim, 2001:3)

Di University of Massachusetts Amherst, Remote Lab Server telah

dikembangkan dan diterapkan ke Jaringan Komputer Lab. Sistem ini terdiri dari fitur-

fitur untuk otentifikasi pengguna, manajemen pengguna dan berbasis teks komunikasi

real-time antara pengguna. User interface diimplementasikan dalam bentuk applet


`
48

Java yang dapat diunggah (Hua & Ganz, 2003). Sistem ini telah mengintegrasikan

remote laboratory ke learning management system (Gambar 7).

Gambar 7. Arsitektur Remote Laboratory University of Massachusetts


(Hua & Ganz, 2003: 2)
Sekelompok universitas termasuk James Cook University, University of Sydney,

University of Adelaide, University of South Australia, State University of New York

dan Indiana University merancang arsitektur instrumen middleware untuk akses jarak

jauh, akuisisi data dan manajemen data (Gambar 8). Kontrol instrumen jarak jauh

difasilitasi dengan representasi instrumen virtual berbasis X3D, dan model meta data

digunakan untuk definisi dan manajemen meta data (Atkinson dkk., 2007).

Gambar 8. Arsitektur Remote Laboratory dengan Instrumen Midleware


(Atkinson dkk., 2007: 6)

`
49

Arsitektur sistem laboratorium online untuk dua jenis percobaan remote dan

virtual dikembangkan di Stevens Institute of Technology (Li, Esche, & Chassapis,

2008). Sistem ini didasarkan pada jaringan peer-to-peer dari pengelolaan sumber daya

yang saling berhubungan, yang terletak di lembaga yang berbeda dan memfasilitasi

implementasi yang efisien bersama penggunaan sumber daya laboratorium online.

Sebuah repositori sumber daya terpusat dengan indeks pencarian disediakan untuk

memungkinkan pencarian informasi tentang keberadaan dan ketersediaan sumber

daya laboratorium khusus secara online dalam jaringan (Gambar 9).

Gambar 9. Arsitektur Remote Laboratory Stevens Institute of Technology


(Li dkk., 2008: 3)

Di Massachusetts Institute of Technology, iLab Shared Architecture

dikembangkan untuk menyediakan infrastruktur perangkat lunak fleksibel pada

kegiatan laboratorium yang diakses lewat internet (Harward dkk., 2008). Sistem iLab

didasarkan pada infrastruktur layanan web yang menyediakan kerangka kerja

perangkat lunak pemersatu untuk mendukung akses ke berbagai eksperimen online, di

mana layanan umum bersama diberikan oleh broker layanan. Para pengguna

mengakses laboratorium secara online melalui single sign on dan standar antarmuka

administratif sederhana. Aktivitas yang didukung percobaan mencakup batch dan

`
50

interaktif, di mana seluruh eksperimen yang didefinisikan, pengguna dapat mengamati

dan memodifikasi jalannya percobaan secara real time (Gambar 10).

Gambar 10. Arsitektur Remote Laboratory iLab Shared


(Harward dkk., 2008: 936)

Tompkins dan Pingen (2002) mengembangkan remote laboratory di Stanford

University dengan mengendalikan perangkat eksperimen secara remote menggunakan

LabVIEW. Diagram blok sistem remote laboratory yang mereka kembangkan

sebagaimana Gambar 11. Sistem remote laboratory ini digunakan untuk pembelajaran

eksperimen hukum Biot-Savart secara jarak jauh. Eksperimen yang digunakan

tergolong sukses, dan memungkinkan peserta didik di tingkat perguruan tinggi dan

sekolah menengah dapat menggunakannya.

Gambar 11. Arsitektur Remote Laboratory dengan LabView


(Tompkins & Pingen, 2002)
`
51

9. Integrasi Remote Laboratory ke Learning Management System

Remote laboratory digunakan di dunia pendidikan karena berbagai alasan,

misalnya karena peralatan tidak tersedia di laboratorium fisik, ruang laboratorium fisik

yang tersedia tidak mencukupi, atau pendidik perlu memberikan pengalaman

laboratorium online kepada peserta didik yang mengikuti pembelajaran melalui

pendidikan jarak jauh (Rivera & Petrie, 2016). Meskipun remote laboratory telah

terbukti sangat bermanfaat dalam penggunaan secara mandiri, namun masih bisa

diintegrasikan dengan perangkat atau sumber daya lain yang dapat meningkatkan

penggunaan, fungsi, dan nilai pedagogis. LMS memainkan peran dalam hal ini. LMS

adalah aplikasi perangkat lunak atau teknologi berbasis web yang digunakan untuk

merencanakan, menerapkan, dan menilai proses belajar yang spesifik (Kreneta dkk.,

2013). Model integrasi remote laboratory dengan LMS seperti pada Gambar 12.

Gambar 12. Model Integrasi Remote Laboratory ke Learning Management System


(Rivera & Petrie, 2016)

Menggunakan LMS memungkinkan administrasi, dokumentasi, pelacakan, dan

pelaporan dari program e-learning. Tren saat ini adalah menggabungkan LMS dengan

remote laboratory (Guinaldo dkk, 2013). Dengan demikian pengajar dapat menawar-

kan lebih banyak program e-learning lengkap karena dapat didasarkan pada pembela-

jaran dengan: 1) eksperimen menggunakan weblab, dan 2) penyediaan dokumentasi

teori, interaktivitas sosial dan manajemen pembelajaran yang mudah berkat LMS.
`
52

10. Pengujian Sistem dan Materi Remote Laboratory

Produk perangkat lunak meningkat dengan cepat dan digunakan di hampir

semua aktivitas kehidupan manusia. Akibatnya mengukur dan mengevaluasi kualitas

produk perangkat lunak telah menjadi tugas penting. Beberapa model diusulkan untuk

membantu beragam tipe pengguna yang berkenaan masalah kualitas. Perkem-bangan

teknik pembuatan perangkat lunak telah mempengaruhi terciptanya model untuk

menilai kualitas. Sejak tahun 2000, pengembangan perangkat lunak mulai bergantung

pada komponen yang terlibat dan menimbulkan tantangan baru untuk menilai kualitas.

Komponen ini mengenalkan konsep baru seperti konfigurabilitas, useability, keter-

sediaan, kualitas yang lebih baik dan biaya lebih rendah (Sundararajan & Dautremont,

2014). Model ini diklasifikasikan sebagai model dasar yang dikem-bangkan sampai

tahun 2000, dan komponen tersebut berdasarkan model kualitas yang disesuaikan

(Miguel, Mauricio, & Rodríguez, 2014). Model kualitas diperlukan untuk mengeva-

luasi dan menetapkan sasaran untuk kualitas produk perangkat lunak. International

Standard ISO/IEC 9126 mendefinisikan model kualitas umum untuk produk

perangkat lunak. Zeiss, Vega, dan Schieferdecker (2007) menyajikan sebuah adaptasi

dari model kualitas ISO/IEC 9126 untuk menguji spesifikasi produk (Gambar 13).

Gambar 13. The ISO/IEC 9126-1 Model for Internal and External Quality
(Zeiss dkk., 2007: 233)

`
53

Standar ISO 9126 berkaitan dengan definisi model kualitas yang dapat

digunakan untuk menentukan kualitas produk yang dibutuhkan, baik untuk

pengembangan perangkat lunak dan evaluasi perangkat lunak. Model ini terdiri dari

enam karakteristik kualitas. Setiap karakteristik kualitas sangat luas dan oleh karena

itu terbagi menjadi seperangkat sub karakteristik atau atribut. Enam karakteristik

kualitas yang didefinisikan dalam ISO 9126 dijelaskan sebagaimana Tabel 6 (Miguel,

Mauricio, & Rodriguez, 2014).

Tabel 6. Faktor Kualitas Internal dan Eksternal

No. Faktor Kualitas Keterangan


1 Fungsionalitas adalah kemam- Fungsionalitas merupakan karakteristik
puan produk perangkat lunak yang sangat mendasar, yang secara
untuk menyediakan fungsi yang semantik mendekati properti kebenaran.
memenuhi kebutuhan penggu- Jika perangkat lunak tidak menyediakan
na. fungsionalitas yang dibutuhkan, mungkin
perangkat lunak dapat diandalkan,
portabel, namun tidak ada yang akan
menggunakannya.
2 Efisiensi adalah karakteristik Efisiensi dapat dianggap sebagai indikasi
yang menangkap kemampuan seberapa baik sebuah sistem bekerja, jika
produk perangkat lunak yang persyaratan fungsionalitas terpenuhi.
tepat untuk memberikan kinerja Referensi mengenai jumlah sumber daya
yang sesuai dalam kaitannya yang digunakan, yang muncul dalam
dengan jumlah sumber daya definisi ini penting, karena ukuran
yang digunakan. efisiensi tradisional, seperti waktu respon
dan tunggu, sebenarnya adalah atribut
tingkat sistem.
3 Kegunaan adalah ukuran usaha Ruang lingkup faktor ini mencakup juga
yang dibutuhkan untuk belajar kemudahan penilaian apakah perangkat
dan menggunakan produk lunak sesuai untuk tujuan tertentu dan
perangkat lunak untuk tujuan kisaran toleransi terhadap kesalahan
yang dipilih. pengguna. Fitur yang penting dalam
konteks kegunaan adalah dokumentasi
dan dukungan yang memadai, dan
kemampuan intuitif dari antarmuka
pengguna.
4 Keandalan didefinisikan seba- Definisi seperti itu secara signifikan lebih
gai kemampuan perangkat luas daripada persyaratan biasa untuk
lunak untuk mempertahankan mempertahankan fungsionalitas selama
tingkat kinerja tertentu dalam periode waktu tertentu, dan menekankan
`
54

No. Faktor Kualitas Keterangan


kondisi penggunaan yang fakta bahwa fungsionalitas hanyalah salah
ditentukan. satu elemen kualitas yang harus dipelihara
oleh produk perangkat lunak yang andal.
5 Perawatan menggambarkan Kemampuan untuk menghindari efek tak
kemudahan di mana produk terduga dari modifikasi pada perangkat
perangkat lunak dapat lunak juga berada dalam lingkup
dianalisis, diubah dan diuji. karakteristik ini. Semua jenis modifikasi,
yaitu koreksi, perbaikan dan adaptasi
terhadap perubahan persyaratan dan
lingkungan dicakup oleh karakteristik ini
6 Portabilitas adalah ukuran Karakteristik ini menjadi sangat penting
usaha yang dibutuhkan untuk jika sebuah aplikasi yang dikembangkan
memindahkan perangkat lunak berjalan di lingkungan heterogen terdis-
ke platform komputasi yang tribusi atau pada platform komputasi
lain. berperforma tinggi, yang umurnya
biasanya singkat. Hal ini kurang penting
jika aplikasi berjalan di lingkungan yang
stabil yang tidak mungkin bisa diubah.

Evaluasi terhadap useability dari antar muka remote laboratory meliputi 5

aspek yaitu: keefektifan, dampak, efisiensi, kontrol dan learnability. Keefektifan

mewakili perasaan pengguna bahwa ia melakukan tugas dengan cepat, berhasil dan

ekonomis. Lawan yang ekstrem adalah bahwa program menghambat kinerja tugas.

Dampak mewakili ekspresi psikologis untuk deskripsi perasaan, yang dalam konteks

ini merujuk pada perasaan pengguna saat bekerja dengan program (stimulatif dan

menyenangkan. Efisiensi mewakili apakah pengguna merasa bahwa komunikasi

dengan program ini mudah dan jelas, dan juga jika program tersebut bersedia untuk

membantu mereka memecahkan masalah. Kontrol mewakili perasaan pada pengguna

apakah program tersebut secara konsisten menanggapi perintah dan data masukan

yang diberikan. Keterbelajaran mewakili perasaan pengguna bahwa relatif mudah

untuk belajar menggunakan program dan bahwa instruksi dan materi lainnya dapat

dibaca dan berguna (Rojko, Debevc, & Hercog, 2009).

`
55

Gambar 14. Kerangka Konseptual Evaluasi E-Content


(Akhavan & Arefi, 2014: 63)

Berkenaan dengan materi dalam sistem remote laboratory, Akhavan dan Arefi

(2014) menyatakan bahwa ada empat aspek yang akan menentukan kualitas materi,

yaitu kualitas konten dan informasi, ketepatan konten dan strategi pembelajaran,

ketepatan konten dengan standar, dan ketepatan konten dengan desain pembelajaran

(Gambar 14). Secara terperinci, empat aspek evaluasi materi elektronik pada sistem e-

learning dijelaskan pada Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10.

Tabel 7. Aspek Kualitas Konten


No. Aspek Kualitas Konten dan Penjelasan
Informasi
1 Konten pembelajaran Ditetapkan secara jelas, keberartian konten
dan pengayaannya,
2 Akurasi Isi Mengandung kebenaran, keakuratan dan
memiliki tingkatan secara detail dan ide
seimbang

`
56

3 Aksesibilitas Rancangan kontrol dan format presentasi


untuk mengakomodasi pelajar disabilitas
dan pelajar mobile
4 Tingkatan dekontekstualisasi Konten dan objek pembelajaran harus dapat
pedagogis diakses dan dibagi menjadi beberapa sub
bagian. Dengan kata lain, sub-bagian materi
dapat digunakan dalam konteks dan
pembelajaran yang berbeda.

Tabel 8. Ketepatan Konten dengan Strategi Pembelajaran


No. Ketepatan Konten dengan Penjelasan
Strategi Pembelajaran
1 Strategi pengorganisasian Konten yang dibuat harus sesuai dengan
konten strategi pembelajaran, dan pencipta konten
harus menyadari strategi organisasi seperti
kebijakan hak cipta dan dukungan manaje-
men terhadap berbagai kebijakan pembua-
tan konten,
2 Strategi dukungan Pencipta konten harus mengetahui tekno-
infrastruktur logi infrastruktur yang diusulkan dan harus
digunakan dengan tepat. Strategi tersebut
meliputi sistem wideband, beberapa server
dan kapasitas tinggi untuk menyimpan file
berukuran besar
3 Kegiatan pendukung untuk Strategi harus dikembangkan untuk men-
tujuan pembelajaran dukung semua kegiatan yang berkaitan
dengan tujuan dan hasil pembelajaran
4 Berbagai alat peningkatan Pencipta konten harus mempertimbangkan
interaksi strategi organisasi untuk menggunakan
berbagai alat komunikasi guna memfasili-
tasi hubungan yang berkelanjutan dengan
peserta didik dalam proses pembuatan
konten.

Tabel 9. Ketepatan Konten dengan Standar


No. Ketepatan Konten Penjelasan
dengan Standar
1. Kegunaan interaksi Bahan pembelajaran dan konten elektronik harus
diciptakan sedemikian rupa sehingga memudah-
kan interelasi dan akses pengguna dengan kualitas
yang sesuai
2. Reusability Bahan pembelajaran dalam konten elektronik dapat
dipertukarkan di antara berbagai aktivitas tanpa
perubahan yang dilakukan padanya, namun dapat
digunakan, diedit dan diperbaiki dengan mudah

`
57

untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam


kegiatan pembelajaran virtual
3. Standar yang lebih Menggunakan berbagai standar e-learning untuk
luas mengembangkan objek pembelajaran dan konten
elektronik
4. Ukuran objek Pembuat konten harus mempertimbangkan ukuran
dan volume objek pembelajaran, potensi dan
batasannya bagi peserta didik
5. Kualitas retrieval Kualitas restorasi objek menggunakan metode
yang berbeda dengan berbagai kualitas dari sisi
pencipta konten
6. Fitur teknis Standar yang sesuai harus digunakan untuk
membuat konten yang sistematis

Tabel 10. Ketepatan Konten dengan Desain Instruksional

No. Ketepatan Konten Penjelasan


dengan Desain
Instruksional
1. Desain presentasi Konten harus dirancang dengan mempertimbang-
(tampilan): kan visibilitas, audiologi, daya tarik, kejelasan,
koherensi, tampilan gambar, warna dan elemen
grafis yang terkait tujuan pembelajaran bahan ajar.
2. Penyelarasan tujuan Perancangan konten elektronik harus menyesuai-
belajar kan dengan tujuan pembelajaran yang berkaitan
dengan aktivitas peserta didik dengan perhatian
yang memadai terhadap kekhususan dan persepsi
peserta didik.
3. Arsitektur learning Lapisan dan tingkat informasi, konsep dan logika
objective terapan harus dibedakan saat merancang objek
pembelajaran dan konten elektronik
4. Navigasi Kejelasan dan transparansi urutan topik dan
konsep konten yang ada dan keakuratan semua
tautan dalam konten agar peserta didik dapat
memahami keterkaitan antar topik.
5. Ketepatan dan Konten harus dibuat dalam tingkat internasional
keanekaragaman (multi kultural) agar bisa untuk komunikasi
budaya dengan baik antar pelajar
6. Melakukan penilaian Kebutuhan peserta didik harus dievaluasi secara
kebutuhan memadai oleh pembuat konten.
7. Melakukan analisis Perancang konten harus menentukan pendekatan
tugas terhadap evaluasi peserta didik, agar mengetahui
prioritas penting dalam mata pelajaran yang ber-
beda dan bagaimana dia harus mempersiapkan diri
untuk ujian dan evaluasi
8. Mengembangkan Tugas pengajar dan tugas pembelajar harus
strategi penilaian ditentukan
`
58

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Ruby (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dari

serangkaian percobaan laboratorium fisika yang dirancang untuk perguruan tinggi

secara online guna memenuhi kebutuhan kegiatan laboratorium. Peserta didik dalam

satu grup melakukan percobaan fisika di laboratorium fisik dan peserta didik dalam

kelompok lain melakukan percobaan fisika dengan remote laboratory. Pertanyaan

penelitian ini adalah seberapa baik hasil belajar yang diukur dengan pretest, laporan

laboratorium tertulis, dan posttest dengan direalisasikan percobaan laboratorium fisika

online yang dirancang menggunakan pendekatan berpusat pada peserta didik.

Berdasarkan hasil t-test yang membandingkan perbedaan rata-rata pretest dan posttest,

kelompok yang melakukan eksperimen secara online menunjukkan peningkatan yang

lebih besar. Penelitian ini menggunakan satu topik fisika dalam mekanika yaitu gerak

pada bidang miring, sedangkan dalam disertasi ini menggunakan lima topik dalam

fisika klasik dan fisika modern.

Latal (2011) meneliti tentang eksperimen yang dikendalikan dari jarak jauh atau

secara remote, yang digunakan di Departemen Fisika Eksperimental di Palacky

University Olomouc. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari

mahasiswa dan guru. Kuesioner diberikan kepada 74 mahasiswa fisika fakultas sains

di Olomouc dan 48 guru Fisika dari sekolah menengah untuk meneliti sikap

mahasiswa dan guru terhadap eksperimen secara remote. Tujuan dari penelitian ini

tidak untuk menggantikan laboratorium tradisional nyata tetapi untuk menemukan

alternatif baru dalam pembelajaran fisika di laboratorium. Eksperimen secara remote

belum digunakan dalam mengajar fisika di sekolah menengah. Dalam survei itu

`
59

diketahui sekitar 90% guru sekolah menengah tidak menggunakan percobaan yang

pernah diajarkan dalam pelajaran Fisika. Pengembangan perangkat eksperimen secara

remote terus dilakukan dengan membuat panduan dan manual bagi guru, bagaimana

bekerja dengan eksperimen secara remote. Evaluasi terhadap guru dan mahasiswa

yang akrab dengan jenis eksperimen ini menunjukkan sikap yang positif. Sebanyak

60% guru yang mengikuti tutorial untuk bekerja dengan percobaan jarak jauh

melakukan percobaan ini di kelas mereka setidaknya sekali selama setengah tahun.

Penelitian oleh Latal ini fokus pada perubahan sikap pendidik dan peserta didik

terhadap kegiatan eksperimen, sedangkan dalam disertasi mengkaji dampak

penggunaan remote laboratory pada kemampuan keterampilan proses sains peserta

didik.

Lang (2012) melakukan studi komparatif terhadap penerapan laboratorium

hands-on dan laboratorium remote. Jika secara pedagogis dilakukan dengan benar,

laboratorium remote memiliki beberapa keunggulan, yaitu ada penghematan biaya

(hanya membutuhkan pengaturan satu set dalam kelas), peserta didik di daerah

terpencil dapat melakukan eksperimen, peserta didik penyandang cacat dapat

mengakses laboratorium, laboratorium dapat menawarkan fleksibilitas dalam rentang

waktu di mana percobaan dapat dilakukan. Studi komparasi dilakukan untuk

membandingkan kinerja dua kelompok mahasiswa tahun pertama tingkat universitas

di laboratorium fisika yang menggunakan tatap muka dengan format laboratorium

tradisional dan remote laboratory (berbasis web jarak jauh). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil pekerjaan

peserta didik yang ditemukan. Pengalaman peserta didik sehubungan dengan

seperangkat tujuan pembelajaran yang berasal dari meta analisis dari literatur juga

`
60

diselidiki dan tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan. Berdasarkan hasil

penelitian ini maka untuk tujuan pembelajaran tertentu laboratorium remote dapat

dijadikan alternatif untuk pembelajaran eksperimen. Penelitian oleh Lang

menggunakan topik eksperimen e/m (rasio muatan elektron terhadap massanya) dan

tidak mengembangkan aparatus baru. Penelitian untuk disertasi mengembangkan

aparatus/sistem akuisisi data baru untuk topik teori foton, spektroskopi atom, dan

pencacahan radiasi.

Mitsou dkk. (2016) mengembangkan remote laboratory untuk pengajaran fisika

program sarjana dengan menggunakan teknik web-interface yang memungkinkan

peserta didik untuk sepenuhnya mengontrol seluruh proses eksperimentasi. Topik

percobaan fisika optik dipilih sebagai sampel, yaitu mempelajari proses pelemahan

optik dari cahaya karena melewati bahan optik transparan. Dengan menggunakan

halaman web dinamis, peserta didik dapat mengubah parameter dan membuat

pengukuran kuantitatif yang kemudian dapat dianalisis. Aspek yang menarik dalam

proyek ini adalah bahwa biaya rendah. Secara umum, penggunaan dalam semua

percobaan laboratorium mengalami perubahan secara radikal, karena secara dramatis

mengurangi baik biaya pengembangan dan ruang yang dibutuhkan. Fakta bahwa situs

web percobaan yang terorganisasi dengan baik, teori yang relevan dan komprehensif,

kejelasan prosedur eksperimental yang harus dilakukan oleh peserta didik banyak

membantu keberhasilan belajar. Namun demikian, sejumlah mahasiswa saat

menghadapi tugas melakukan percobaan secara individual, merasa tidak pasti dan

membutuhkan dorongan karena kurangnya kepercayaan diri. Sebagai langkah pertama

untuk mengatasi situasi ini, chat room dapat dibuat di situs percobaan, di mana peserta

didik dapat meminta panduan instruktur untuk membantu secara real time, sehingga

`
61

membangun kepercayaan. Pada penelitian Mitsou, portal web yang digunakan untuk

mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan remote laboratory belum

menggunakan LMS standar, sehingga pengguna sebagai instruktur kurang bebas

mengembangkan konten pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Portal web untuk disertasi ini menggunakan LMS Moodle yang memudahkan

pengguna untuk mengembangkan konten, interaksi, dan penilaian sesuai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan oleh pengguna.

Berikut ini secara singkat disajikan tiga proyek weblab atau remote laboratory

yang paling representatif dan digunakan secara luas, yaitu MIT iLabs di Amerika

Serikat, NetLab di Australia, dan proyek VISIR di Swedia. Proyek ini mewakili jenis

arsitektur dan karakteristik teknis remote laboratory yang berbeda dan mendapat

apresiasi luas sebagai implementasi remote laboratory yang sukses. MIT iLabs

menjelaskan kerangka arsitektur perangkat lunak tingkat atas yang menyediakan

sumber daya manajemen dan API yang memungkinkan interkoneksi weblab

terdistribusi, proyek Netlab dan VISIR berfokus pada arsitektur dan infrastruktur

dasarnya (Costa, 2014; Zine dkk., 2018). Kedua proyek terakhir saat ini memberikan

eksperimen yang dirancang dan diuji dengan baik dalam domain listrik yang telah

digunakan untuk mengevaluasi minat terhadap remote laboratory untuk pendidikan

sains dan teknik.

iLABs merupakan laboratorium multidisiplin, yang dikembangkan oleh

Massachusetts Institute of Technology (MIT) bekerja sama dengan Microsoft

Research, menerapkan lingkungan yang dapat diakses luas untuk melayani

sejumlah pengguna dan laboratorium online yang berpotensi tak terbatas. iLabs

menyediakan kerangka kerja yang dapat mendukung akses ke eksperimen yang

`
62

dapat ditentukan secara ketat sebelum praktik dimulai, atau peserta didik dapat

menyesuaikan prosedur eksperimen secara real time (Harward dkk., 2008b)

VISIR (Virtual Instrument System in Reality): Remote lab ini dikembangkan

di Bleking Institute of Technology sebagai proyek laboratorium jarak jauh open

source menggunakan breadboard yang memungkinkan pengguna membangun

circuit under test (CUT) dari awal secara virtual, menggunakan matriks switching

untuk mengubah skema menjadi sirkuit nyata dan kemudian memungkinkannya

untuk mengambil pengukuran nyata (Tawfik dkk., 2013). NetLab dikembangkan

di University of South Australia, ini adalah proyek laboratorium jarak jauh

online yang menggunakan pembuatan rangkaian untuk memungkinkan

pemasangan kabel dan pengukuran rangkaian elektronik jarak jauh. Ini

digunakan oleh guru dan tutor untuk demonstrasi selama kuliah, dan

menawarkan kepada siswa sarana untuk melakukan eksperimen mereka dari

jarak jauh pada peralatan laboratorium nyata (Nedic & Machotka, 2007).

NetLab memberi pengguna kesan melakukan eksperimen langsung melalui

antarmuka pengguna grafis realistis yang menggabungkan tombol dan kenop

yang berperilaku seperti pada peralatan nyata.

Setiap remote laboratory biasanya dikembangkan mengikuti implementasi

teknis yang spesifik dan berbeda yang didukung oleh pendekatan client-server, dengan

beberapa arsitektur dan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak menggunakan

bahasa pemrograman yang berbeda. Keragaman solusi inilah yang masih menghambat

penggunaan remote laboratory di beberapa institusi, karena arsitektur dan

infrastruktur yang mendasarinya masih menghadapi sejumlah masalah dan

keterbatasan, yaitu: 1) kurangnya akses standar ke modul remote laboratory

`
63

(misalnya instrumen), 2) reusabilitas dan interoperabilitas yang rendah, karena

masih ada kesulitan untuk berbagi dan replikasi modul remote laboratory

melalui infrastruktur yang berbeda, yang tidak mendorong kolaborasi yang

lebih besar antar institusi, 3) kesulitan bergabung dengan upaya selama

pengembangan remote laboratory, karena pengembang tidak menggunakan

standar umum apa pun, 4) fleksibilitas rendah, karena sulit mendesain ulang

setiap jenis eksperimen menggunakan infrastruktur yang sama (VISIR dan

NetLab terbatas pada modul remote laboratory yang tersedia di infrastruktur),

5) potensi biaya tinggi, karena membuat remote laboratory memerlukan PC

dan perangkat lunak terkait, bersama dengan beberapa modul independen

(Costa, 2014). Potensi, keterbatasan, dan masalah pada penerapan remote

laboratory ini memotivasi penelitian dalam mencari solusi standar untuk

mengembangkan. Selain itu, untuk memfasilitasi pengembangan, penggunaan

kembali, berbagi modul remote laboratory yang berbeda, dan untuk

meningkatkan fleksibilitas dalam mendesain ulang eksperimen yang berbeda

menggunakan infrastruktur yang sama.

Remote laboratory yang dikembangkan dalam penelitian berada dalam

posisi sebagai lingkungan belajar berbasis siber atau internet. Posisi ini erat

hubungannya konsep lingkungan pembelajaran (learnining environment) abad

21, cyber learning environment, digital learning environment, dan kerangka

kerja Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Dalam

kontek industri 4.0 yang bertumpu pada Cyber Physical System (CPS), yaitu

sistem kerja yang mengintegrasikan teknologi internet dalam pengendalian

perangkat fisika, remote laboratory merupakan bentuk aplikasi CPS dalam

`
64

dunia pendidikan. Jenis laboratorium ini menjadi Cyber Physical Learning

Enviroment, yang dapat diterapkan untuk implementasi konsep Science

Technology Engineering and Mathematics (STEM) Education. Saat ini,

konsep STEM education menjadi salah satu tren pendidikan yang banyak

dikaji dan diterapkan secara internasional maupun nasional.

C. Kerangka Pikir

1. Sistem Remote Laboratory sebagai Lingkungan Belajar Eksperimental


Lingkungan belajar mengacu pada beragam lokasi fisik, konteks, dan budaya di

mana peserta didik belajar. Karena peserta didik dapat belajar dalam berbagai keadaan,

seperti lokasi di luar sekolah dan lingkungan di luar ruangan. Istilah lingkungan

sering digunakan sebagai alternatif yang lebih akurat atau lebih disukai daripada istilah

kelas, yang memiliki konotasi lebih terbatas dan tradisional, misalnya sebuah ruangan

dengan barisan meja dan papan tulis. Dengan kata lain, lingkungan belajar meliputi

ruang, teknologi, dan budaya. Istilah ini juga mencakup budaya sekolah atau kelas

yaitu etos, karakteristik, interaksi individu saling memperlakukan, serta cara-cara di

mana pendidik dapat mengatur dan memfasilitasi pembelajaran.

Infusi teknologi informasi dan komunikasi dalam pengajaran dan pembelajaran

merupakan salah satu pendorong tentang lingkungan belajar, walaupun banyak prinsip

dasar yang terlibat sama-sama valid dalam pengaturan dengan sedikit atau tanpa

teknologi. Diskusi tentang lingkungan belajar yang sangat penting saat ini adalah

berbagai peluang yang disediakan teknologi untuk menciptakan jenis kegiatan belajar

dan pengalaman baru. Tantangannya adalah menemukan tempat yang tepat untuk

teknologi dan menggunakannya dengan bijak. Kemampuan teknologi seperti

visualisasi, simulasi, dan komputasi menawarkan alternatif baru dalam mengajarkan

`
65

disiplin ilmu. Teknologi memungkinkan untuk melibatkan peserta didik dalam topik

yang secara tradisional sangat canggih dan sulit dilakukan secara eksperimental.

Keberhasilan penggunaan teknologi dalam pendidikan bergantung pada kemampuan

teknis dari pendidik dan peserta didik, dan pendekatan pedagogis yang tepat dalam

memanfaatkan potensi teknologi.

Dalam lingkungan belajar sains (fisika), remote laboratory merupakan bentuk

aplikasi potensi teknologi dalam lingkungan belajar yang secara pedagogis berdampak

pengembangan budaya baru dalam pembelajaran, yang di antaranya adalah belajar

kolaboratif secara online. Untuk kerja laboratorium secara kolaboratif, peserta didik

tidak harus datang secara fisik ke laboratorium, tetapi dapat melakukan kontrol pada

peralatan laboratorium dan berkomunikasi secara remote dan online melalui web.

Berdasarkan kajian terhadap sistem remote laboratory yang telah dikembangkan dan

perangkat lunak yang dapat digunakan, maka model remote laboratory yang secara

hipotetis layak dikembangkan untuk pembelajaran eksperimen fisika berbasis inkuiri

kolaboratif secara online pada penelitian ini sebagaimana Gambar 15.

Gambar 15. Diagram Model Hipotetis Konfigurasi Hardware Remote Laboratory

`
66

Experimental apparatus merupakan perangkat eksperimen yang dapat diakses

dari jarak jauh yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan eksperimental. Data

acquisition system merupakan perangkat keras dan perangkat lunak berupa antar muka

dengan elemen grafis untuk mengontrol perangkat eksperimen. LabVIEW adalah

bahasa pemrograman grafis yang digunakan dalam menyusun aplikasi akuisisi data.

Lab server adalah personal computer (PC) yang digunakan untuk menjalankan

aplikasi akuisisi data, yang mana PC ini terhubung ke experimental apparatus melalui

perangkat antar muka. Web server adalah PC yang penerima permintaan yang dikirim

melalui browser dan memberi tanggapan. Di dalam PC ini terinstal perangkat lunak

Learning Management System Moodle yang berisi konten pembelajaran remote

laboratory.

2. Kualitas Remote Laboratory sebagai Lingkungan Belajar Eksperimental

Remote laboratory sebagai solusi eksperimen fisika secara online harus

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memanipulasi peralatan

laboratorium nyata dari jarak jauh. Kemampuan ini menjadi salah satu syarat kualitas

sistem untuk kerja praktik online. Remote laboratory harus meningkatkan akses

peserta didik ke peralatan yang mungkinkan penugasan yang lebih luas, dan

meningkatkan peluang untuk kolaborasi di antara peserta didik. Sistem remote

laboratory ini membawa harapan untuk mengurangi biaya dalam upaya meningkatkan

kualitas pendidikan sains. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas remote laboratory

adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk eksperimen jarak

jauh, yang memudahkan pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan

pengetahuannya. Faktor kualitas remote laboratory meliputi kualitas teknikal,

ekonomikal, dan pedagogikal. Faktor-faktor ini akan menentukan kualitas seberapa

`
67

baik remote laboratory bekerja sebagai produk sesuai dengan spesifikasi yang

dibutuhkan untuk kerja laboratorium.

3. Penerapan Remote Laboratory pada Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif

Menurut teori belajar konstruktivisme, peserta didik membangun pemahaman

mereka sendiri tentang konten yang dipelajari. Untuk mencapai tujuan ini, peserta

didik akan membutuhkan lingkungan belajar yang mendukung investigasi, wawasan,

refleksi dan penemuan. Salah satu bentuk pembelajaran yang dikembangkan sesuai

teori belajar konstruktivisme dan karakteristik fisika (sebagai bagian dari sains) adalah

pembelajaran inkuiri ilmiah (scientfic inquiry), yang dikenal dengan istilah

pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning). Tahapan dalam pembelajaran

inkuiri mengadopsi tahapan ilmiah sebagaimana para ilmuan mengembangkan sains,

sehingga empat aspek sains dapat diajarkan ke peserta didik. Kegiatan eksperimental

dalam pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran proses sains,

yang termasuk dalam salah satu tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Pembelajaran

berbasis inkuiri biasa dilakukan dalam kerja tim atau kolaboratif secara tatap muka.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kerja kolaboratif dapat

dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung tetapi dapat dimediasi secara online

melalui web atau kerja kolaboratif secara online. Remote laboratory yang terintegrasi

dengan sistem manajemen pembelajaran (learning management system) merupakan

komponen dalam lingkungan belajar akan mampu mendukung proses pembelajaran

inkuiri kolaboratif secara online. Dengan mengadopsi model pembelajaran inkuiri

standar, model pembelajaran inkuiri kolaboratif secara online dengan perangkat

remote laboratory yang secara hipotetis dapat diterapkan dengan sebagaimana

Gambar 16.

`
68

Kolaboratif Kolaboratif
online • Eksperimen online •Penyusunan
•Pernyataan dan Pengam- •Analisis data laporan
•Pertanyaan
masalah bilan data eksperimen
saintifik •Pembahasan
•Hipotesis Kolaboratif •Kesimpulan
Kolaboratif dengan Remote Kolaboratif
online •Prediksi hasil online
Laboratory

Gambar 16. Model Hipotetis Inkuiri Kolaboratif secara Online dengan Remote
Laboratory

4. Dampak Remote Laboratory, Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif terhadap


Keterampilan Proses Sains, dan Pengetahuan Fisika

Belajar merupakan proses aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan

pengalaman. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagi

informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau berkolaborasi

dengan orang lain. Belajar harus disituasikan dalam latar lingkungan yang nyata,

penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang

terpisah. Pembelajaran fisika meliputi pembelajaran teori di kelas dan pembelajaran

praktik di laboratorium yang merupakan pembelajaran nyata. Pembelajaran dalam

fisika yang diyakini sesuai dengan karakternya adalah pembelajaran berbasis inkuiri.

Untuk mendukung pembelajaran inkuiri dan nyata diperlukan sarana atau lingkungan

belajar berupa laboratorium. Laboratorium dapat berupa laboratorium nyata (real

laboratory), laboratorium virtual (virtual laboratory), dan laboratorium

dikendalikan/diakses dalam jarak jauh (remote laboratory).

Pembelajaran dengan laboratorium nyata perlu ketersediaan perangkat hands-on

yang tidak semua lembaga pendidikan memilikinya. Pembelajaran dengan

laboratorium virtual lebih menekankan pada pembelajaran konseptual dan data yang

`
69

tersedia merupakan data simulasi yang diidealisasi dan kurang nyata. Remote

laboratory memungkinkan terjadinya proses pembelajaran inkuiri kolaboratif secara

online dengan data real time. Oleh karena itu apabila dikembangkan sistem remote

laboratory maka pembelajaran inkuiri kolaboratif secara online dapat dilaksanakan

sehingga keterampilan proses sains, dan penguasaan pengetahuan fisika mahasiswa

pendidikan fisika dapat dikembangkan. Model hipotetis penerapan remote laboratory

yang efektif pada pembelajaran eksperimen fisika berbasis inkuiri kolaboratif untuk

peningkatan pengetahuan dan pengembangan keterampilan proses sains sebagaimana

Gambar 17. Keberadaan laboratorium dan penggunaan strategi merupakan faktor

penting yang berpengaruh pada hasil belajar, di antara faktor-faktor penting lain

dalam proses pembelajaran bidang ilmu.

Gambar 17. Model Hipotetis Pembelajaran dengan Remote Laborartory


Melalui kegiatan laboratorium peserta didik akan mendapatkan kesadaran

bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan berbasis sains, yaitu peserta didik dapat

mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data yang terukur nyata dengan cara

yang etis sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab dan menarik kesimpulan yang

`
70

bermakna dari pengamatan pribadi dari dunia fisik. Dalam kegiatan laboratorium

peserta didik harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik yang dikerjakan

dan harus mampu memprediksi hasil yang diharapkan. Untuk dapat berhasil

laboratorium harus membuat siswa mulai berpikir seperti fisikawan dengan

membangun pengetahuan yang tidak bergantung pada otoritas luar, harus secara

eksplisit membuat mereka sadar bahwa mereka dapat membangun pengetahuan

dengan cara ini, dan harus membangun kepercayaan pada kemampuan mereka untuk

melakukannya. Dengan demikian, melalu kegiatan laboratorium siswa akan mampu

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang fisika.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka

pertanyaan-pertanyaan penelitian diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana desain sistem remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen fisika

secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet, optika, dan

fisika modern?

2. a. Bagaimana kualitas aparatus eksperimen listrik magnet, optika, dan fisika

modern pada remote laboratory ditinjau dari akurasi hasil pengukurannya untuk

pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif?

b. Bagaimana kualitas modul e-learning eksperimen listrik magnet, optika, dan

fisika modern pada remote laboratory menurut ahli bidang studi, e-learning,

desain instruksional, dan multimedia untuk pembelajaran eksperimen fisika secara

online berbasis inkuiri kolaboratif?

`
71

3. a. Bagaimana tingkat keterterapan sistem remote laboratory dalam topik listrik

magnet, optika, dan fisika modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara

online berbasis inkuiri kolaboratif berdasarkan kriteria proses sains?

b. Bagaimana tingkat keterterapan sistem remote laboratory dalam topik listrik

magnet, optika, dan fisika modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara

online berbasis inkuiri kolaboratif berdasarkan kriteria usefulness, satisfaction, and

easie of use?

4. a. Apakah penggunaan remote laboratory pada pembelajaran eksperimen fisika

secara online berbasis inkuiri kolaboratif efektif dalam pengembangan

keterampilan proses sains mahasiswa?

b. Apakah penggunaan remote laboratory pada pembelajaran eksperimen fisika

secara online berbasis inkuiri kolaboratif efektif dalam pengembangan

pengetahuan fisika mahasiswa?

`
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Sesuai dengan jenis penelitian disertasi ini yang merupakan penelitian dan

pengembangan, model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE (Analysis,

Design, Development, Implementation, Evaluation). Model ADDIE merupakan salah

satu model yang banyak digunakan desainer instruksional untuk merencanakan dan

menciptakan pengalaman belajar yang efektif (Stapa & Mohammad, 2019). Aktivitas

empat tahap model ADDIE adalah: 1) Tahap Analisis. Pada tahap ini masalah

instruksional diklarifikasi, tujuan dan sasaran instruksional, lingkungan belajar, serta

pengetahuan dan keterampilan peserta didik ditetapkan. Untuk penetapan ini dilakukan

analisis terhadap capaian pembelajaran lulusan pada kurikulum pendidikan fisika, standar

dan rekomendasi untuk kurikulum laboratorium tingkat sarjana, karakteristik peserta

didik, lingkungan belajar di era digital, dan tantangan pembangunan pendidikan di

Indonesia. 2). Tahap Desain. Tahap desain berkaitan dengan penetapan tujuan

pembelajaran, konten pembelajaran, instrumen laboratorium, analisis materi pelajaran,

perencanaan pembelajaran. Di tahap ini dilakukan kajian terhadap desain dan produk

remote laboratory yang pernah dikembangkan pada aspek teknologi dan konten

pembelajarannya. 3) Tahap Pengembangan. Tahap ini pengembang membuat aparatus

eksperimen, perangkat keras dan lunak akuisisi data, dan mengembangkan konten e-

learning berdasarkan hasil tahap desain. 4) Tahap Implementasi. Tahap ini meliputi

prosedur uji penerapan produk remote laboratory pada subjek uji coba untuk mengkaji

keterterapan produk dalam pembelajaran eksperimen fisika, dan analisis terhadap

kendala-kendala yang ditemui. 5) Tahap Evaluasi. Tahap ini terdiri dari dua bagian yaitu
72
73

formatif dan sumatif. Evaluasi formatif ada di setiap tahap proses ADDIE. Evaluasi

sumatif terdiri dari pengujian yang dirancang terkait kriteria khusus dan memberikan

peluang untuk umpan balik dari pengguna.

Diagram blok dari 4 tahap penelitian dan pengembangan model ADDIE

disajikan pada Gambar 18. Pemilihan model ini didasarkan pada tingkatan ke empat

penelitian dan pengembangan, yaitu meneliti dan menguji produk yang belum ada.

Penelitian dan pengembangan ini berangkat dari potensi yang ada pada lembaga di mana

peneliti berafiliasi dan permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran fisika

melalui eksperimen yang memerlukan perangkat laboratorium.

1. Analisis

5. Evaluasi 2. Desain
Pengembangan
Remote Physics
Laboratory

4. Implementasi 3. Pengembangan
Gambar 18. Diagram Blok Model ADDIE (Stapa & Mohammad, 2019)
B. Prosedur Pengembangan

Mengacu pada model penelitian dan pengembangan ADDIE, prosedur

pengembangan yang diikuti pada penelitian adalah:

1. Analisis

Pada tahap ini ada dua 2 langkah yang dilakukan yaitu studi literatur dan studi

lapangan. Studi literatur digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-

landasan teoritis yang memperkuat pengembangan produk remote laboratory, dan

tujuan instruksional yang meliputi pengetahuan dan keterampilan untuk mahasiswa

`
74

program studi Pendidikan Fisika. Studi literatur dilakukan dengan mengkaji naskah

akademik yaitu AAPT Recommendations for the Undergraduate Physics Laboratory

Curriculum, Kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika, dan hasil-hasil penelitian

terdahulu yang bisa sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan remote laboratory.

Selain studi literatur, studi lapangan dilakukan pada potensi sumber daya laboratorium

di Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sains (LTPS) Universitas Ahmad Dahlan

yang dapat dikembangkan untuk membangun remote laboratory. Sasaran studi

lapangan di antaranya ialah infrastruktur teknologi informasi, ketersediaan perangkat

keras dan lunak, dan perangkat laboratorium. Studi lapangan juga dilakukan pada

proses pelaksanaan pembelajaran eksperimen di laboratorium yang saat ini diterapkan.

2. Desain

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka dibuat rancangan

produk melalui tahapan: a) penetapan topik dan pendefinisian tujuan pembelajaran, b)

karakteristik pengguna dari produk, c) deskripsi komponen-komponen produk, dan d)

penetapan rancangan produk remote laboratory. Rancangan produk remote laboratory

didasarkan pada komponen hardware dan software utama yang perannya saling

terhubung, yaitu komponen network, graphical user intrface, infrastructure devices,

accessing devices, experiment target, pedagogical content. Kedudukan dan peran dari

komponen ini dalam sistem remote laboratory adalah: a) Networks merupakan saluran

komunikasi yang digunakan dalam setiap percobaan jarak jauh. Komponen ini

menyediakan akses jarak jauh ke infrastruktur remote lab. Jaringan internet yang

digunakan menggunakan sambungan kabel maupun nirkabel. Namun khusus untuk

server menggunakan sambungan kabel, karena memerlukan pengiriman data yang

tinggi dan koneksi yang andal. b) Graphical User Interface (GUI). GUI merupakan

`
75

antarmuka dengan elemen grafis untuk mengontrol remote laboratory. Bagian ini

sangat bergantung pada teknologi. Perangkat lunak yang digunakan untuk

pengembangannya adalah LabVIEW. c) Infrastructure devices merupakan perangkat

yang digunakan oleh infrastruktur remote lab. Perangkat yang digunakan dalam hal

ini adalah sensor buatan Vernier Technology dan interface SensorDAQ buatan Vernier

dan National Instrument. d) Accessing devices merupakan perangkat pengakses.

Dalam pengembangan ini digunakan personal computer (PC). Kemampuan

pemrosesan PC memungkinkan penggunaan beberapa layanan dan alat yang berguna

untuk mendukung aktivitas eksperimental dari jarak jauh. e) Experiment merupakan

target eksperimen yang dapat diakses dari jarak jauh yang digunakan dalam

pembelajaran untuk pelaksanaan aktivitas eksperimental. Target eksperimen dalam

pengembangan di sini adalah aparatus medan magnet oleh koil, polarisasi cahaya,

konstantan Planck, spektroskopi atom, dan pencacahan radiasi. f) Pedagogical

contents berisi konten teoritis yang diperlukan oleh setiap kegiatan eksperimental,

yang berupa dokumen dan media video.

3. Pengembangan

Perangkat yang dikembangkan dalam produk awal meliputi: a) Perangkat

remote laboatrory berupa aparatus eksperimen yang terdiri dari perangkat keras

aparatus fisika dan perangkat lunak akuisisi data dengan front panel berupa graphical

user interface untuk topik eksperimen medan magnet oleh koil, polarisasi cahaya,

konstanta Planck, spektroskopi atom, dan pencacahan radiasi. Perangkat lunak akuisisi

data dikembangkan menggunakan pemrograman LabVIEW, dengan pertimbangan

bahwa perangkat lunak ini menghasilkan tampilan graphical user interface mirip

dengan instrumen nyata dan mudah dikonversi ke HTML sehingga dapat diakses

`
76

melalui web browser. b) Perangkat pembelajaran berupa modul e-learning yang

berupa bahan ajar eksperimen fisika, satuan acara perkuliahan berbasis pembelajaran

inkuiri kolaboratif secara online. c) Portal web untuk konten dan aktivitas e-learning

terintegrasi remote laboratory dengan learning management system Moodle.

Pemilihan Moodle didasarkan kemudahannya untuk membangun dan memodifikasi

sistem e-learning sesuai dengan kebutuhan. Moodle mendukung penerapan paradigma

e-learning terpadu, pertukaran pengetahuan dalam kerja sama pelaksanaan

pembelajaran antar lembaga pendidikan (Surjono, 2010). Fitur Chat dan Forum di

dalam model digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran dengan strategi

inkuiri kolaboratif. Dengan fitur ini, mahasiswa dapat berkolaborasi secara online

dalam proses pembelajaran.

Pada tahapan pengembangan ini dilakukan Focus Group Discussion (FGD)

dengan peserta dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan,

yaitu: Yudhiakto Pramudya, Ph.D. (ahli bidang fisika), Prof. Dwi Sulisworo dan Eko

Nur Sulistyo, M.Pd. (ahli teknologi instruksional), Dr. Muchlas, M.T., dan Toni Kus

Indratno, M.Pd.Si. (ahli multimedia pembelajaran) untuk mendapatkan masukan

sebagai evaluasi formatif terhadap produk yang sedang dikembangkan. Masukan dari

FGD untuk pengembangan remote laboratory yaitu: 1) pengembangan sistem,

pengembangan model pembelajaran perlu dilengkapi dengan pengembangan

perangkat pembelajaran dan sistem evaluasinya. 2) Penggunaan remote laboratory

dalam pembelajaran perlu didahului dengan aktivitas hands-on untuk mencegah salah

konsep. Jangan sampai terjadi komponen pendukung pada sebuah aparatus dianggap

sebagai komponen utama, yang mengakibatkan eksperimen terkesan cenderung lebih

menyusahkan. 3) Pada kegiatan eksperimen ada baiknya jika didahului dengan tatap

`
77

muka dan aktivitas eksperimen hands-on misalnya dengan blended learning. Sehingga

siswa pernah merasakan atau melakukan pengukuran besaran yang sama namun

dengan device yang berbeda. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkecil kemungkinan

salah konsep.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi, sistem remote laboratory yang telah dikembangkan

sebagai produk awal diuji coba untuk pengukuran secara remote atau jarak jauh. Uji

coba dilakukan terhadap semua unit eksperimen dengan menempatkan aparatus fisika

remote laboratory di ruang lab server di Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sains

(LTPS) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan. Akses terhadap

remote leboratory melalui local network (lab server dengan local IP) untuk satu

lingkungan WiFi dalam satu unit kampus. Jika akses dilakukan antar unit kampus

dengan lingkungan WiFi berbeda, akses ke remote laboratory melelui public network

(lab server dengan public IP). Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dianalisis

dan membandingkannya dengan nilai/prediksi teoritisnya untuk mengetahui tingkat

akurasinya.

Langkah selanjutnya dalam tahapan implementasi, remote laboratory yang

sudah diintegrasikan ke learning management system sebagai modul e-leraning

dicobakan dalam pembelajaran eksperimen fisika secara online. Topik eksperimen dan

subjek implementasi adalah polarisasi cahaya dengan subjek mahasiswa semeter 4,

konstanta Planck dan spektroskopi atom dengan subjek mahasiswa semester 6 di

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan. Implementasi pada

pembelajaran ini dimaksudkan untuk mengetahui keterlaksanaannya dan kendala atau

hambatan yang terjadi, baik dalam proses pengukuran ataupun akses ke perangkat.

`
78

Hasil ini digunakan untuk merevisi produk dan pengembangan strategi pembelajaran

yang diprediksi lebih baik. Dalam tahapan implementasi juga dilakukan validasi

terhadap produk yang dihasilkan oleh ahli di bidang materi fisika, e-learning,

multimedia, dan desain instruksional.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi meliputi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

bertujuan untuk meninjau setiap fase (menganalisis, merancang, mengembangkan,

mengimplementasikan) untuk memastikan akurasi. Oleh karena itu, evaluasi formatif

disajikan dalam setiap tahap proses ADDIE, sedangkan evaluasi sumatif di sini terdiri

dari evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dirancang untuk peserta

didik. Peneliti menerima umpan balik, pertanyaan, dan tanggapan tentang

pembelajaran eksperimen fisika dengan remote laboratory melalui kuesioner yang

diberikan secara online. Kuesioner USE diberikan kepada peserta didik sebagai

umpan balik bagi peneliti. Checklist digunakan untuk menilai tingkat keterlaksanaan

pembelajaran inkuiri. Evaluasi ini diperlukan untuk memperbaiki beberapa kesalahan

dan kemudahan penggunaan. Tahap evaluasi membantu peneliti untuk menentukan

apakah interaksi siswa dengan konten berhasil dan bagaimana hal itu dapat

ditingkatkan untuk penelitian selanjutnya.

Pada tahap evaluasi ini, topik eksperimen yang digunakan ialah eksperimen

medan magnet dengan koil ganda (Helmholtz coils) dan solenoida, penentuan

konstanta Planck, spektroskopi atom, dan pencacahan radiasi. Proses pembelajaran

diikuti oleh mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Fisika Universitas

Ahmad Dahlan, dan mahasiswa semester 7 Program Studi Pendidikan Fisika

Universitas Siliwangi.

`
79

C. Pengujian Produk

1. Desain Uji Coba

Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui secara teoritis dan empiris apakah

produk yang dibuat layak digunakan atau tidak, dan melihat sejauh mana produk yang

dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Sesuai tahapan model pengembangan yang

digunakan pada penelitian ini, uji coba produk dilakukan pada tahap implementasi

dan evaluasi. Tahap uji coba dimaksudkan untuk mengetahui akurasi hasil pengukuran

pada sistem akuisisi data, kelayakan dari modul e-learning sistem remote laboratory

dan keterlaksanaan pembelajaran eksperimen fisika. Pada tahap ini dilakukan juga

Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah produk awal,

memberikan masukan perbaikan, menguji keterterapan sistem remote laboratory

dalam mendukung proses pembelajaran inkuiri kolaboratif ditinjau dari substansi isi,

fleksibilitas perangkat. Uji coba di tahap evaluasi merupakan uji lapangan utama untuk

mengetahui dampak pembelajaran sebagai capaian pembelajaran dari peserta didik.

Diagram blok proses uji coba produk R-PhyLab dengan tiga tahap yaitu uji kelayakan

produk, uji keterlaksanaan pembelajaran, dan uji dampak pembelajaran disajikan pada

Gambar 19. Bentuk instrumen yang digunakan dijelaskan pada Lampiran 1.

Gambar 19. Diagram Blok Proses dan Instrumen Uji Coba Produk
`
80

2. Validator dan Subjek Uji Coba

Produk sistem remote laborarory divalidasi oleh validator dari empat bidang

keahlian, yaitu: Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. (ahli bidang fisika), Dr. Priyanto, M.Kom. (

ahli bidang e-learning ), Prof. Dr. Dwi Sulisworo, M.T. (ahli bidang desain

instruksional, dan Dr. Muchlas, M.T. (ahli bidang multimedia). Subjek uji coba

produk dalam penerapan di pembelajaran adalah 33 mahasiswa semester 5 Program

Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan, dan 65 mahasiswa semester 7

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Siliwangi, yang telah menempuh mata

kuliah Fisika Dasar dan Fisika Modern. Pelibatan mahasiswa Universitas Siliwangi

dalam uji coba ini sebagai bentuk implementasi permintaan kerja sama dalam

penggunaan remote laboratory untuk eksperimen fisika. Pelaksanaan pembelajaran

mulai tanggal 12 Oktober 2020 sampai dengan 5 November 2020. Uji coba produk

dalam penelitian pengembangan masih bersifat eksploratif dengan analisis deskriptif

dan tidak bermaksud membuat kesimpulan yang belaku umum atau generalisasi,

sehingga subjek uji coba ini diperlakukan sebagai populasi penelitian ini.

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Validasi Perangkat E-Learning pada Sistem Remote Laboratory

Instrumen ini sebagai instrumen formatif untuk mengevaluasi perangkat e-

learning dalam lembaga pendidikan (kisi-kisi instrumen di Tabel 11). Perangkat e-

learning didefinisikan sebagai konten dan teknologi digital apa pun yang dimediasi

melalui penggunaan perangkat komputasi, yang sengaja dipilih untuk mendukung

pembelajaran di sekolah/perguruan tinggi. Instrumen ini mendukung evaluasi

multidimensi dari aspek fungsional, teknis, dan pedagogis perangkat e-learning.

Instrumen ini tidak mengidentifikasi ambang batas diskrit yang harus dipenuhi oleh

`
81

perangkat e-learning sebelum digunakan. Sebagai instrumen formatif diharapkan

untuk memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan relatif dari

perangkat e-learning sistem remote physics laboratory, yang dievaluasi terhadap

serangkaian kategori dan kriteria (Lampiran 2). Instrumen evaluasi perangkat e-

Learning ini diadopsi/diterjemahkan dari Rubric for eLearning Tool Evaluation yang

dikembangkan oleh Anstey & Watson (2018), hak cipta pada Center for Teaching and

Learning, Western University tahun 2018. Tersedia berdasarkan ketentuan Lisensi

Internasional Creative Commons Attribution-Non Commercial-Share Alike 4.0. Di Western

University, Rubric for eLearning Tool Evaluation saat digunakan oleh pengembang

pembelajaran untuk meninjau perangkat dan teknologi yang dikategorikan sebagai

eLearning Toolkit, sumber daya online universitas yang dimaksudkan untuk

membantu instruktur menemukan dan mengintegrasikan teknologi secara

bermakna ke dalam pembelajaran. Rubrik ini difungsikan sebagai panduan bagi

instruktur dan staf dalam penilaian dan pemilihan perangkat e-learning melalui

evaluasi multidimensi aspek fungsional, teknis, dan pedagogis

(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/ ; https://er.educause.edu/

articles/2018/9/a-rubric-for-evaluating-e-learning-tools-in-higher-education).

Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Perangkat E-Learning

No. Kategori Aspek/Kriteria Item


1. Fungsionalitas Kapasitas kelas, Kemudahan Pengguna-an,
Dukungan Teknis/Ketersediaan Ban-tuan, 4
dan Hipermedialitas
2. Aksesibilitas Standar Aksesibilitas, Partisipasi yang
Berfokus ke Pengguna, Peralatan yang 4
Dibutuhkan, dan Biaya Penggunaan
3. Dukungan Teknis Integrasi dalam Sistem Manajemen
Pembelajaran, Sistem Operasi di Laptop/ 4
Desktop, Penelusur (Browser), dan Undu-
han Tambahan

`
82

No. Kategori Aspek/Kriteria Item


4. Desain Seluler Akses, Kesamaan Fungsi, dan Akses Luring 3
(Mobile) (offline)
5. Privasi, Daftar/Masuk, Privasi Data dan Kepemi-
Perlindungan Data, likan, Mengarsip, Menyimpan, dan 3
dan Hak Mengekspor Data.
6. Dukungan Sosial Kolaborasi, Akuntabilitas Pengguna, dan 3
Difusi/Penyebaran
7. Dukungan Fasilitasi, Kustomisasi, dan Analisis 3
Pengajaran Pembelajaran
8. Dukungan Kognitif Peningkatan Tugas-tugas Kognitif, Berpi- 3
kir Tingkat Tinggi, dan Keterlibatan
Metakognitif

b. Instrumen Validasi Desain E-Learning Sistem Remote Laboratory

Instrumen ini (Lampiran 3) sebagai instrumen formatif untuk mengevaluasi

desain e-learning untuk mendukung penerapan remote laboratory dalam

pembelajaran eksperimen fisika. Sebagai instrumen formatif diharapkan untuk

memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan relatif dari desain e-

learning yang dievaluasi terhadap serangkaian kategori dan kriteria ( Tabel 12).

Instrumen validasi desain pembelajaran Online diadopsi/diterjemahkan dari Rubric for

Online Instruction yang dikembangkan oleh California State University untuk

menciptakan dan meningkatkan lingkungan belajar berkualitas tinggi dalam

pembelajaran online. Rubric for Online Instruction mendapat the Exemplary

Online Instruction Awards, sebuah pengakuan yang dipublikasikan pada

Konferensi CELT tahunan di CSU, Chico. Situs web ini mendemonstrasikan

contoh instruksi online yang patut dicontoh dan tersedia untuk dilihat. Rubrik

memiliki lisensi di bawah lisensi Creative Commons Attribution 3.0 Amerika

Serikat (https://www.csuchico.edu/eoi/rubric.shtml ; http://creativecommons.org/

licenses/by/3.0/us/).

`
83

Tabel 12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Desain E-Learning

No. Kategori Aspek/Kriteria Item


1. Dukungan dan Informasi mata kuliah, Variasi sumber/ 3
Sumber Daya bahan mata kuliah, dan Variasi akses ke
Pemelajar sumber belajar
2. Desain dan Pengorganisasian mata kuliah, Silabus 5
Organisasi Daring mata kuliah, Desain estetika, Konsistensi
halaman web, dan Aksesibiltas mata
kuliah
3. Pengajaran Penyam- Variasi bentuk interaksi perkuliahan, 5
paian dan Desain Tujuan mata kuliah, Tujuan pembela-
jaran, Variasi bentuk penyajian kegiatan
perkuliahan, dan Variasi capaian pembe-
lajaran
4. Penilaian dan Bentuk kegiatan perkuliahan, Keselarasan 5
Evaluasi tujuan dengan penilaian, Bentuk strategi
Pembelajaran penilaian, Ketersediaan umpan balik,
Pemelajar Ketersediaan penilaian diri
5. Pengajaran Inovatif Penggunaan teknologi pada perkuliahan, 4
dengan Teknologi Kebaruan metode pembelajaran, Keter-
libatan jenis multimedia, dan
Optimalisasi penggunaan internet
6. Penggunaan umpan Umpan balik tentang konten mata kuliah, 3
balik mahasiswa oleh Umpan balik tentang kemudahan
pengajar teknologi dan aksesibilitas, dan
Penggunaan umpan balik dalam
pembelajaran

c. Instrumen Technical Operation dan Useability Remote Laboratory

Untuk mendapatkan tanggapan dari pengguna terhadap aspek technical

operation dan useability digunakan instrumen yang diadopsi dari USE (Usefulness,

Satisfaction, and Ease to Use) Questionnaire (Lampiran 4) dengan kisi-kisi

instrument di Tabel 13. Instrumen USE diadopsi/diterjemahkan dari The USE

(Usefulness, Satisfaction, and Ease of Use) Questionnaire yang dikembangkan oleh

Lund (2001). USE Questionnaire berisi 30 item yang meneliti empat dimensi

kegunaan: kegunaan, kemudahan penggunaan, kemudahan belajar, dan kepuasan.

Item dalam USE juga memiliki validitas tampilan yang baik dengan deskripsi yang

`
84

tidak ambigu dan relevan. Secara keseluruhan, USE adalah instrumen yang valid

dan andal (Gao, Kortum, & Oswald, 2018).

Tabel 13. Kisi-kisi Instrumen Validasi Technical Operation dan Useability


No. Aspek Indikator Item
1. Fungsionalitas Remote laboratory mampu membe-
(Functionality) rikan fungsi yang memenuhi kebutu- 3
han pengguna.
2. Efisiensi (Efficiency) Remote laboratory mampu membe-
rikan kinerja yang tepat dalam 3
kaitannya dengan jumlah sumber
daya yang digunakan.
3. Kegunaan (Useability) Remote laboratory dapat mendukung
upaya yang dilakukan dalam proses 3
pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang dipilih.
4. Keandalan Remote laboratory mamapu memper-
(Reliability) tahankan tingkat kinerja yang baik 3
pada penggunaannya dalam kondisi
dan periode tertentu.
5. Perawatan Remote laboratory memiliki kemu-
(Maintainability) dahan perawatan, mudah dianalisis, 3
diubah dan diuji.
6. Portabilitas Remote laboratory memiliki ukuran
(Portability) yang memudahkan upaya untuk 3
pemindahan perangkat ke penggu-
naan lain.

d. Keterlaksanaan Pembelajaran Keterampilan Proses Sains

Tingkat keterlaksanaan pembelajaran keterampilan proses sains dengan

remote laboratory ditentukan dengan instrumen (checklist) sebagaimana Tabel 14

dan Lampiran 6. Cecklist pembelajaran inkuiri diadopsi/diterjemahkan dari Elements

of Scientific Inquiry and related descriptions, yang merupakan versi modifikasi dari

the Essential Features of Classroom Inquiry and their Variations (Mawn, Carrico,

Charuk, Stote, & Lawrence, 2011).

`
85

Tabel 14. Instrumen (Checklist) Keterlaksanaan Keterampilan Proses Sains

No. Elemen Kegiatan Deskripsi


1 Peserta didik terlibat dalam Peserta didik dapat melakukan studi
penyelidikan ilmiah ekspe-rimental, baik yang diprakarsai
atau dikem-bangkan secara independen
2 Peserta didik menyelidiki Peserta didik dapat menguji sebuah
pertanyaan ilmiah yang bi- pertanya-an ilmiah, baik yang disediakan
sa diuji dengan eksperimen atau yang secara bebas diajukan
3 Peserta didik membuat Peserta didik dapat membuat prediksi
prediksi tentang hasil, baik yang diminta atau
dibuat sendiri
4 Peserta didik melakukan Peserta didik dapat mengartikulasikan
pengamatan wawa-san yang dikembangkan saat
mengumpulkan data
5 Peserta didik mengumpul- Peserta didik dapat mengumpulkan data
kan data menggunakan alat dan teknik yang tepat
(perangkat keras dan perangkat lunak)
6 Peserta didik menganalisis Peserta didik menganalisis data meng-
data gunakan alat dan teknik yang tepat
(perangkat keras dan perangkat lunak)
7 Peserta didik mengguna-kan Peserta didik dapat menggunakan teknik
metode kualitatif deskriptif saat menganalisis data (yaitu
kategori, narasi, dll.)
8 Peserta didik mengguna-kan Peserta didik dapat menggunakan teknik
metode kuantitatif numerik saat menganalisis data (yaitu
perhitungan, grafik, dll.)
9 Peserta didik mengidenti- Peserta didik dapat mengidentifikasi
fikasi variabel faktor dan/atau variasi yang bisa
mempengaruhi data
10 Peserta didik merumuskan Peserta didik dapat menginterpretasikan
eksplanasi informasi berdasarkan data dan/atau hasil
11 Peserta didik merumuskan Peserta didik dapat mengajukan hipotesis,
hipotesis yang dapat diuji baik sebelum dan/atau setelah
menyelesaikan penyelidikan, yang dapat
diuji secara eksperimental
12 Peserta didik memperluas Peserta didik dapat melakukan investigasi
penyelidikan selanjutnya, dengan memodifikasi pada
pertanyaan awal, metode, atau hipotesis
13 Peserta didik berkomuni- Peserta didik dapat menyampaikan
kasi dengan pihak lain metode eksperimental, hasil, dan/atau
penjelasan (yaitu laporan tertulis, diskusi,
dll.)
14 Peserta didik membuat Peserta didik merujuk pada pengetahuan
hubungan dengan dan/ atau pengalaman sebelumnya
pembelajaran sebelumnya
`
86

No. Elemen Kegiatan Deskripsi


sebagai bagian dari atau melengkapi
penyelidikan
15 Peserta didik membuat Peserta didik mengacu pada sumber luar
hubungan dengan (yaitu artikel, buku, dll.) sebagai bagian
pengetahuan ilmiah dari, atau setelah selesai penyelidikan

Penilaian terhadap keterampilan proses sains dari subjek uji coba dilakukan melalui

laporan eksperimen laboratorium sebagai kemampuan komunikasi ilmiah yang

merupakan salah aspek dalam keterampilan proses sains. Instrumen penilaian yang

berupa rubrik laporan eksperimen pada Lampiran 5.

e. Rubrik Penilaian Laporan Laboratorium

Rubrik Penilaian Laporan Laboratorium diadopsi/ diterjemahkan dari Grading

Lab Reports Rubric yang dikembangkan dalam proyek LabWrite. LabWrite adalah

proyek pengajaran yang berasal dari North Carolina State University dan

disponsori oleh National Science Foundation (DUE-9950405 dan DUE-0231086)

(https://labwrite.ncsu.edu/index_labwrite.htm). Rubrik ini merupakan perangkat

pembelajaran laboratorium untuk membantu peserta didik mendapatkan

keuntungan dari potensi belajar dalam menulis laporan laboratorium. Rubrik ini

terdiri dari aspek penilaian tentang Judul, Abstrak, Pengantar, Metode, Hasil,

Diskusi, Kesimpulan, Presentasi, Tujuan Keseluruhan Laporan. Rubrik disajikan

pada Lampiran 5.

f. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Fisika

Dampak pembelajaran eksperimen fisika dengan remote laboratory

terhadap hasil belajar dalam aspek pengetahuan diukur dengan instrumen tes

pilihan ganda. Materi tes meliputi polarisasi cahaya, medan magnet oleh arus

`
87

listrik, teori foton dan konstanta Planck, radiasi nuklir, dan spektroskopi atom. Kisi-

kisi tes pengetahuan sebagaimana Tabel 15. Tes pengetahuan fisika di Lampiran 7.

Tes pengetahuan fisika ini diadopsi/diterjemahkan dari Engineering Physics Question and

Answers dari SANFOUNDRY Global Education & Training. Sanfoundry dibentuk di

Bangalore pada tahun 2011 untuk menyediakan program pelatihan dan lokakarya

berkualitas tinggi bagi Perusahaan Rekayasa Produk dan Profesional Teknologi.

Sanfoundry telah memulai misi untuk menyediakan konten berkualitas di semua

cabang atau Teknik dan Sains (https://www.sanfoundry.com/1000-engineering-physics-

questions-answers/)

Tabel 15. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Fisika

No. Aspek/Materi Indikator Item


1. Polarisasi Cahaya
Pengantar PolarisasiPeserta didik mampu menguraikan
cahaya karakteristik cahaya tidak terpolarisasi
maupun cahaya terpolarisasi, peristiwa 4
yang menyebabkan terjadinya cahaya
terpolarisasi
Polarisasi karena Peserta didik mampu menentukan sifat
penyerapan selektif optis dari bahan polaroid, dan 3
mengaplikasikan rumus hukum Malus
Polarisasi karena Peserta didik mampu memerinci karakter
pembiasan ganda penjalaran muka gelombang, menerapkan
konsep penjalaran gelombang. 3
2 Medan Magnet oleh Arus Listrik
Hukum Biot-Savart Peserta didik dapat menentukan sumber-
sumber medan magnet 4
Medan magnet oleh Peserta didik dapat menganalisis 3
arus pada koil hubungan antara arus, banyaknya lilitan
dengan medan magnet
Medan magnet oleh Peserta didik dapat menyimpulkan
arus pada solenoida pengaruh rasio diameter dan panjang 3
solenoida terhadap medan magnet
3 Spektroskopi Atom
Teori Atom Bohr Peserta didik dapat menentukan tingkat
energi spektrum emisi berdasarkan teori 4
atom Bohr.
`
88

No. Aspek/Materi Indikator Item


Prinsip spektroskopi Peserta didik dapat menguraikan prinsip 3
atom kerja alat spektroskopi atom
Penerapakan Peserta didik dapat memberikan contoh
spektroskopi atom penerapan teknik spektroskopi dalam 3
pengembangan sains dan teknologi
4 Konstanta Planck
Teori foton Mahasiswa dapat menyimpulkan konsep 3
foton
Kuantisasi energi Mahasiswa dapat menerapkan konsep 3
cahaya kuantisasi energi pada cahaya
Efek foto listrik Mahasiswa dapat menyimpulkan proses 3
terjadinya efek foto listrik oleh cahaya
5 Pencacahan Radiasi Nuklir
Statistik pencacahan Peserta didik dapat membandingkan jenis
radiasi nuklir distribusi statistik radiasi nuklir, 3
menemukan watak statistik radiasi nuklir.
Prinsip kerja Peserta didik dapat menguraikan prinsip
detektor Geiger kerja detektor GM, menentukan resolving 3
Muller (GM) time detektor GM
Analisis ralat pengu- Peserta didik dapat menyimpulkan
kuran radiasi nuklir sumberralat pengukuran radiasi nuklir. 3

4. Teknik Analisis Data

Jenis data uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini dikelompokkan

ke dalam tiga kategori yaitu: (1) data-data untuk keperluan analisis validasi produk

oleh ahli, (2) data-data yang berhubungan dengan analisis persepsi subjek uji coba

terhadap produk yang dikembangkan dalam aspek instruksional dan wujud produk,

dan (3) data-data yang terkait dengan analisis dampak instruksional dari produk yang

dikembangkan. Data yang terkait dengan uji ahli berupa skor angket aspek-aspek

validasi dan pendapat serta saran-saran dari ahli bidang fisika, desain instruksional, e-

learning, dan multimedia. Data yang berhubungan dengan penilaian dan persepsi

subjek dalam aspek kualitas dan keterterapan atau aplikabilitas produk remote

laboratory dalam skor dalam skala Likert. Data yang berhubungan dengan dampak

`
89

instruksional dari skor pre-test dan post-test fisika tentang medan magnet, radiasi

nuklir, spektroskopi atom, konstanta Planck, dan polarisasi cahaya berupa skala rasio.

a. Analisis Kelayakan Produk

Analisis kelayakan produk dimaksudkan untuk menguji aspek : (1) Technical

operation dan useability remote laboratory, (2) konten e-learning remote laboratory

beserta perangkat pembelajarannya, dan (3) Persepsi terhadap remote laboratory.

Tingkat kelayakan produk ditentukan oleh skor penilaian terhadap aspek kelayakan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

x ij

Ri =
j
(1)
n
Dalam hal ini R adalah skor rata-rata aspek, n adalah jumlah item aspek, dan xi pilihan

skor setiap item (x1=1, x2=2, x3=3, dan x4=4). Makna skor pada item aspek kelayakan

produk dinyatakan pada Tabel 16:

Tabel 16. Makna Skor Butir


Makna Skor
Tidak baik/tidak sesuai 1
Kurang baik/kurang sesuai 2
Baik/sesuai 3
Sangat baik/sangat sesuai 4

Dari hasil perhitungan persentase ini akan dilakukan konfirmasi dengan kriteria

kelayakan sebagaimana Tabel 17. Kriteria kelayakan digunakan untuk menghindari

penilaian yang subjektif oleh peneliti.

Tabel 17. Kriteria Kelayakan


Skala Penilaian Tingkat Kelayakan
R + 1,5×SD < X Sangat layak
R + 0,5×SD < X < R+ 1,5×SD Layak
R – 0,5×SD < X < R + 0,5×SD Cukup layak
R – 1,5×SD < X < R – 0,5×SD Kurang layak
X < R – 1,5×SD Sangat tidak layak
Keterangan: R: Nilai Rata-rata Ideal, SD : Standar Deviasi Ideal
`
90

b. Analisis Keterterapan Pembelajaran

Analisis keterterapan pembelajaran dimaksudkan untuk mengeksplorasi

persepsi responden terhadap remote laboratory,

n x i i
P= i
(2)
4 N
Dalam hal ini P adalah persentase jawaban, ni adalah jumlah pilihan untuk skor xi

(x1=1, x2=2, x3=3, dan x4=4), dan N adalah jumlah total butir angket. Makna skor pada

dampak pembelajaran dinyatakan pada Tabel 18:

Tabel 18. Makna Skor Butir


Makna Skor
Sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan 1
Tidak setuju terhadap pernyataan diberikan 2
Setuju terhadap pernyataan yang diberikan 3
Sangat setuju terhadap pernyataan yang diberikan 4
Dari hasil perhitungan persentase ini akan dilakukan konfirmasi dengan tingkat

pencapaian sebagaimana Tabel 19.

Tabel 19. Kriteria Tingkat Keterterapan Pembelajaran


Skala Penilaian Tingkat Pencapaian
80% s.d. 100% Sangat baik
66% s.d. 79% Baik
56% s.d. 65% Kurang baik
0% s.d. 55% Sangat tidak baik

c. Analisis Dampak Pembelajaran Aspek Pengetahuan


Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar dilakukan menghitung nilai

gain ternormalisasi (g) antara skor pre-test dan post-test dari masing-masing

kelompok. Dari nilai g ini dapat ditetapkan kelas mana yang dampak pembelajarannya

lebih baik. Nilai g dihitung dengan persamaan:

skor posttest − skor pretest


g= (3)
skor maksimum − skor pretest

`
91

Tinggi rendahnya g yang menunjukkan tingkatan hasil dampak pembelajaran

dikategorikan sebagaimana Tabel 20 (Bao, 2006):

Tabel 20. Kriteria Tingkat Nilai Gain


Nilai Gain (g) Kategori
g≥0,7 Tinggi
0,7>g≥0,3 Sedang
g<0,3 Rendah

`
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Hasil Analisis

1. Analisis Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di


Indonesia
Tantangan pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia dalam

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah: 1) Memerdekakan pembelajaran

manual/tatap muka menjadi pembelajaran yang difasilitasi oleh teknologi. 2)

Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan

berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi, 3) Kebijakan Merdeka

Belajar dapat terwujud secara optimal melalui peningkatan infrastruktur serta

pemanfaatan teknologi di seluruh satuan pendidikan, 4) Murid adalah pemimpin

pemelajaran dalam arti merekalah yang membuat kegiatan belajar mengajar

bermakna, sehingga pemelajaran akan disesuaikan dengan tingkatan kemampuan

siswa dan didukung dengan beragam teknologi yang memberikan pendekatan

personal bagi kemajuan pemelajaran tiap siswa, tanpa mengabaikan pentingnya

aspek sosialisasi dan bekerja dalam kelompok untuk memupuk solidaritas sosial

dan keterampilan lunak (soft skills), 5) Peningkatan dan Pemerataan Mutu Layanan

Pendidikan Kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan dan pemerataan mutu

layanan pendidikan adalah: teknologi informasi dan komunikasi mendukung

peningkatan dan pemerataan kualitas layanan pendidikan; 6) Strategi yang

dilakukan Kemendikbud dalam rangka peningkatan angka partisipasi pendidikan

tinggi adalah: meningkatkan mutu dan memperluas layanan pendidikan jarak jauh

92
93

berbasis teknologi, salah satunya dengan memperkuat Universitas Terbuka sebagai

platform pembelajaran pendidikan tinggi jarak jauh (BSNP, 2010).

2. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik


Analisis kebutuhan peserta didik yang jadi target penelitian pengembangan

remote laboratory meliputi konten pengetahuan dan keterampilan, yaitu apa yang

seharusnya mereka pelajari dan apa yang seharusnya dapat mereka kerjakan. Hal

ini meliputi konsep dasar dan kegiatan laboratorium fisika. Peserta didik yang

menjadi target penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika

Universitas Ahmad Dahlan. Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji

profil lulusan dan capaian pembelajaran pada kurikulum Program Studi Pendidikan

Fisika, naskah akademik Rekomendasi American Association of Physics Teachers

(AAPT) untuk Kurikulum Laboratorium Fisika Tingkat Sarjana.

Profil lulusan program studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan di

antaranya ialah pendidik Fisika, peneliti bidang pendidikan fisika, pengelola

laboratorium dan lembaga pendidikan, pengembang perangkat laboratorium fisika

dan konten pembelajaran. Di era digital ini lulusan program studi Pendidikan Fisika

dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang beragam teknologi

pembelajaran fisika berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam

capaian pembelajaran program studi Pendidikan Fisika di antaranya disebutkan

bahwa mahasiswa: (1) mampu mengembangkan sistem akuisisi data (datalogging)

berbasis TIK (komputer dan/atau Smartphone); (2) mampu mengembangkan

aplikasi simulasi fisika/laboratorium virtual untuk pembelajaran fisika; (3) mampu

mengembangkan perangkat ukur berbasis internet (internet of things); (4)

`
94

mengetahui, mengembangkan, dan atau menerapkan teknologi pembelajaran fisika

terkini untuk mendukung pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan rekomendasi AAPT tentang kurikulum laboratorium fisika

tingkat sarjana, pembelajaran untuk peserta didik difokuskan pada: (1) Membangun

pengetahuan, yang meliputi mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data

nyata dari pengamatan pribadi dunia fisik untuk mengembangkan pandangan dunia

fisik. (2) Pemodelan, yaitu mengembangkan representasi abstrak dari sistem nyata

yang dipelajari di laboratorium, memahami keterbatasan dan ketidakpastiannya,

dan membuat prediksi menggunakan model. (3) Merancang Eksperimen, yaitu

mengembangkan, merekayasa, dan memecahkan masalah eksperimen untuk

menguji model dan hipotesis dalam batasan tertentu seperti biaya, waktu,

keselamatan, dan peralatan yang tersedia. (4) Mengembangkan keterampilan

laboratorium dalam aspek teknis dan praktis, yaitu menjadi mahir menggunakan

peralatan uji umum dalam berbagai pengukuran laboratorium standar sambil

menyadari keterbatasan perangkat. (5) Menganalisis dan memvisualisasikan data,

yaitu menganalisis dan menampilkan data menggunakan metode statistik dan

secara kritis menafsirkan validitas dan batasan data ini dan ketidakpastiannya. (6)

Berkomunikasi tentang fisika, yaitu menyajikan hasil dan ide dengan argumen

beralasan yang didukung oleh bukti eksperimental dan menggunakan bentuk

tertulis dan verbal yang sesuai dan otentik (AAPT, 2014).

3. Analisis Lingkungan Belajar Laboratorium di Era Digital


Eksperimen interaktif jarak jauh menjadi tren pendidikan sains saat ini.

Internet telah menjadi media yang ideal untuk keperluan pembelajaran jarak jauh.

Standar dan protokol yang ada di mana-mana membuat komunikasi data dan

`
95

antarmuka pengguna grafis (GUI) front-end mudah diimplementasikan.

Penggunaan internet lebih dapat ditingkatkan dengan menambahkan komponen

eksperimental, misalnya melakukan eksperimen dari jarak jauh melalui Internet.

Pengajaran laboratorium jarak jauh dapat ditawarkan kepada peserta didik dalam

skala global, menghilangkan hambatan utama untuk membangun kurikulum

pembelajaran jarak jauh yang tidak terbatas dan lengkap. Sebagai manfaat

tambahan, teknologi ini menawarkan siswa kesempatan untuk bekerja dengan

peralatan canggih, dari jenis yang hanya mungkin mereka temukan di lingkungan

industri, dan yang mungkin terlalu mahal untuk dibeli sebagian besar sekolah atau

organisasi pendidikan.

Sejak awal, Web diakui sebagai sarana independen berbiaya rendah, fleksibel,

dan platform untuk pertukaran informasi. Dalam masa pertumbuhannya,

pendidikan berbasis web bergantung pada distribusi halaman statis. Dalam mode

pengiriman ini, satu-satunya kelebihan yang ditawarkan Web dibandingkan

pendahulunya di Internet, misalnya, grup berita dan server gopher, adalah

kemudahan penggunaan dan kemampuan untuk menyematkan konten grafis.

Kurangnya interaktivitas dari proyek pendidikan jarak jauh berbasis web awal

menghadirkan hambatan yang signifikan untuk pembelajaran asinkron.

Peningkatan luar biasa dalam fungsionalitas browser telah menarik banyak

pendidik ke Web dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa lingkungan pendidikan

yang terintegrasi dengan erat telah dihasilkan dari penelitian dan pengembangan di

bidang ini. Ini memberikan sarana bagi instruktur untuk secara cepat

mengembangkan dan menggunakan kurikulum online. Lingkungan pembelajaran

jarak jauh tidak bermaksud untuk menggantikan ruang kelas konvensional, akan

`
96

tetapi hal ini dirancang untuk meningkatkan pembelajaran di luar kelas. Salah satu

lingkungan belajar jarak jauh untuk mendukung pembelajaran eksperimen dalam

bidang sains dan teknik adalah remote laboratory atau web-based laboratory.

Laboratorium remote didefinisikan sebagai laboratorium yang dikendalikan

komputer yang dapat diakses dan dikontrol secara eksternal melalui beberapa

media komunikasi. laboratorium jarak jauh adalah percobaan, demonstrasi, atau

proses yang berjalan secara lokal tetapi dapat dimonitor dan dikendalikan melalui

Internet dengan browser Web.

Selain faktor lingkungan belajar yang baik, kualitas proses pembelajaran juga

dipengaruhi oleh pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai. Dalam lingkungan

belajar digital, strategi inkuiri kolaboratif menjadi salah pilihan yang

direkomendasikan. Inkuiri kolaboratif adalah salah satu usaha yang paling

menantang dan menarik untuk pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk

membawa budaya pengajaran dan pembelajaran yang baru ke dalam lingkungan

belajar di mana peserta didik dalam kelompok terlibat dalam kegiatan belajar

mandiri yang didukung oleh pendidik. Cara pembelajaran ini diharapkan dapat

menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap sains, sehingga peserta didik

belajar melakukan langkah-langkah inkuiri yang serupa dengan ilmuwan dan

mereka memperoleh pengetahuan tentang proses ilmiah.

Berdasarkan analisis terhadap tiga hal di atas, yaitu tantangan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di Indonesia, kebutuhan pembelajaran di laboratorium,

dan lingkungan belajar laboratorium di era digital, maka dapat disimpulkan bahwa

ketersediaan Remote Laboratory untuk mendukung penerapan E-Learning dalam

`
97

pendidikan sains (fisika) menjadi penting. Diagram analisis kebutuhan disajikan

pada Gambar 20.

Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia

Profil lulusan Program Studi Pendidikan Fisika


Rekomendasi AAPT untuk Kurikulum
Capapaian Pembelajaran Lulusan Laboratorium Fisika Sarjana

Kebutuhan sarana laboratorium yang memenuhi standar di era digital dan


capaian pembelajaran lulusan

Dibutuhkan Remote Laboratory dalam untuk e-learning fisika

Gambar 20. Diagram Analisis Kebutuhan Laboratorium

B. Hasil Desain

Sistem remote laboratory didesain dengan kriteria yang memberikan

pengalaman belajar mengajar yang baik. Persyaratan yang dipenuhi adalah remote

laboratory: 1) memungkinkan kontrol dan monitor pada semua peralatan dengan

cara yang sama seperti di laboratorium tradisional (yaitu mengendalikan semua

jenis modul, memungkinkan pengaturan percobaan, memberikan pesan umpan

balik jika ada kesalahan), 2) memberikan situasi nyata sehingga peserta didik

dapat termotivasi untuk melakukan eksperimen (yaitu menyediakan antarmuka

yang sangat mirip dengan yang tersedia di laboratorium tradisional, menggunakan

gambar, dan umpan balik dari laboratorium); 3) mengintegrasikan alat/media

kolaboratif sehingga peserta didik dapat melakukan eksperimen dalam kelompok,

`
98

dan memungkinkan komunikasi peserta didik dengan pendidik untuk

mengklarifikasi keraguan yang mungkin muncul selama percobaan.

Gambar 21. Desain Sistem Remote Physics Laboratory


Bertolak dari prinsip pedagogis dan persyaratan di atas, sistem remote

laboratory yang dikembangkan di sini sebagaimana Gambar 21. Oleh karena

laboratorium ini dikembangkan berisi materi dan aparatus untuk eksperimen fisika

maka diperkenalkan dengan istilah Remote Physics Laboratory yang disingkat

R-PhyLab. Komputer Lab Server dan Web Server merupakan infrastruktur sistem.

`
99

Di sisi Lab Server terinstalasi bahasa pemrograman LabVIEW, yang digunakan

untuk membangun dan menjalankan GUI (Graphical User Interfase) dalam

perangkat lunak akuisisi data. Melalui GUI ini, pengguna berinteraksi/mengontrol

perangkat laboratorium secara remote selama proses eksperimen. Di Web Server

terinstalasi perangkat lunak Learning Menagemant System (LMS) Moodle yang

akan mendukung pengaturan dan interaksi dalam proses pembelajaran. Di LMS

berisi bahan dan media pembelajaran, serta fitur komunikasi untuk interaksi antara

pengguna dengan pengajar dan administrator.

C. Hasil Pengembangan Produk dan Uji Coba Produk

1. Pengembangan Aparatus, Graphical User Interface, dan Learning


Management System

a. Aparatus dan Graphical User Interface Eksperimen Medan Magnet

Gambar 22. Aparatus Eksperimen Medan Magnet oleh Koil


Aparatus (apparatus) eksperimen medan magnet (Gambar 22)

dikembangkan untuk pengukuran medan magnet oleh arus listrik pada koil

berdasarkan hukum Biot-Savart. Sensor medan magnet dapat digerakkan oleh

motor stepper secara linear sepanjang sumbu horizontal yang melalui titik pusat

kelengkungan koil. Medan magnet dapat diukur dalam rentang -12 cm sampai

dengan 12 cm pada sumbu dari pusat koil/sistem koil. Koil pada aparatus ini
`
100

dapat divariasi, yaitu bisa 1 koil, 2 koil (Helmholtz Coils), dan solenoida. Bentuk

geometri koil berupa lingkaran dan persegi. Gerakan sensor dan proses akuisisi

data dilakukan melalui Graphical User Interface (GUI) di Gambar 23 secara

remote melalui jaringan internet.

Gambar 23. GUI untuk Eksperimen Medan Magnet


Keterangan:
[1] Pengidentifikasi dan penentuan saluran komunikasi dengan perangkat
input/output
[2] Scroll bar untuk penetapan ukuran langkah gerakan sensor
[3] Saklar untuk mengatur arah gerakan sensor
[4] Tombol untuk menggerakkan sensor magnetik ke posisi standby
[5] Tombol untuk mengerakkan sensor magnetik ke titik 0 sistem (pusat koil)
[6] Halaman grafik data medan magnet terhadap jarak (posisi sensor)
[7] Tombol untuk menggerakkan sensor medan magnet
[8] Tombol untuk pengambilan data medan magnet pada jarak d dari pusat
koil
[9] Halaman tabel data medan magnet dan jarak

b. Aparatus dan Graphical User Interface Eksperimen Polarisasi Cahaya

Aparatus eksperimen polarisasi cahaya dikembangkan untuk percobaan

hukum Malus dengan menunjukkan bahwa intensitas cahaya yang melewati dua

polarisator bergantung pada kuadrat kosinus sudut antara dua sumbu polarisasi.

Cahaya dilewatkan melalui dua polarisator. Polarisator kedua sebagai

penganalisis diputar dengan motor stepper, sehingga intensitas cahaya relatif


`
101

dicatat sebagai fungsi sudut antara sumbu polarisasi dari dua polarisator. Sudut

tersebut diperoleh dengan menggunakan Rotary Motion Sensor yang

digabungkan ke penganalisis dengan sabuk penggerak (Gambar 24).

Pengukuran secara remote dapat dilakukan melalui GUI yang dikembangkan

dengan LabVIEW (Gambar 25).

Gambar 24. Aparatus Eksperimen Polarisasi Cahaya

Gambar 25. GUI Eksperimen Polarisasi Cahaya


Keterangan:
[1] Pengidentifikasi dan penentuan saluran komunikasi dengan perangkat
input/output (I/O)
[2] Tombol untuk mematikan dan menghidupkan motor stepper
[3] Scroll bar untuk mengatur interval sudut putaran palarisator
[4] Saklar untuk mengatur arah putaran polarisator (left: berlawanan arah
jarum jam. Right: searah jarum jam)
[5] Tombol untuk menghentikan putaran motor stepper
`
102

[6] Halaman grafik data intensitas cahaya sebagai fungsi sudut rotasi
polarisator
[7] Tombol untuk memutar polarisator
[8] Tombol untuk pengambilan data intensitas cahaya dan posisi sudut
polarisator
[9] Halaman tabel data intensitas cahaya dan posisi sudut polarisator

c. Aparatus dan Graphical User Interface Eksperimen Konstanta Planck

Saklar Relay

Arduino Board
Rangkaian Seri
Kapasitor, Resistor
dan LED

Gambar 26. Aparatus Eksperimen Konstanta Planck


Aparatus eksperimen konstanta Planck (Gambar 26) dikembangkan untuk

menentukan nilai eksperimental konstanta Planck. Aparatus ini memungkinkan

cara sederhana dan hemat biaya untuk memfasilitasi eksperimen dalam topik

fisika modern. Serangkaian LED mencakup rentang cahaya dari biru tua hingga

infra merah. LED ini dipasang secara seri pada rangkaian resistor (R) dan

kapasitor (C). Dengan memantau tegangan sisa untuk setiap LED pada proses

pengosongan kapasitor, grafik energi sebagai fungsi frekuensi cahaya dapat

diplot dan nilai eksperimental konstanta Planck dapat ditentukan. Penggantian

LED dalam rangkaian dilakukan dengan sistem saklar relay yang dikendalikan
`
103

melalui Arduino dan perangkat lunak akuisisi data. Eksperimen oleh pengguna

dilakukan secara remote melalui GUI (Gambar 27).

8 7

3 4 5 6

Gambar 27. GUI Eksperimen Konstanta Planck


Keterangan:
[1] Pengidentifikasi dan penentuan saluran komunikasi dengan perangkat
input/output (I/O)
[2] Saklar ON/OFF untuk pengisian dan pengosongan kapasitor
[3] Saklar ON/OFF untuk menghubungkan/memutus LED merah ke
rangkaian
[4] Saklar ON/OFF untuk menghubungkan/memutus LED kuning ke
rangkaian
[5] Saklar ON/OFF untuk menghubungkan/memutus LED hijau ke rangkaian
[6] Saklar ON/OFF untuk menghubungkan/memutus LED biru ke rangkaian
[7] Halaman grafik data peluruhan tegangan kapasitor sebagai fungsi waktu
setelah terhubung ke LED
[8] Halaman tabel data peluruhan tegangan kapasitor sebagai fungsi waktu

d. Aparatus dan Graphical User Interface Eksperimen Spektroskopi Atom

Aparatus eksperimen spektroskopi atom (Gambar 28) dikembangkan untuk

mendukung pengukuran spektrum emisi, spektrum absorbansi larutan berwarna,

penentuan hukum Beer untuk konsentrasi yang tidak diketahui. GUI yang

berpusat pada peserta didik memudahkan semua tingkat peserta didik dan

`
104

pendidikan untuk mengintegrasikan spektroskopi ke dalam pengajaran dan

pembelajaran fisika (Gambar 29).

Gambar 28. Aparatus Eksperimen Spektroskopi Atom

Gambar 29. GUI Eksperimen Spektroskopi Atom


Ketarangan:
[1] Tombol untuk kalibrasi panjang gelombang dari spektrometer
[2] Tombol untuk pengambilan data spektrum
[3] Scroll Bar untuk memilih besaran terukur (transmitansi atau
absorbansi)
[4] Tombol untuk menghentikan pengoperasian spektrometer
[5] Halaman untuk tampilan grafik spektrum terukur
[6] Scroll Bar untuk memilih webcame yang akan digunakan
[7] Halaman untuk menampilkan gambar/video aparatus

e. Aparatus dan Graphical User Interface Eksperimen Pencacahan Radiasi

Aparatus eksperimen pencacahan radiasi menggunakan Vernier Radiation

Monitor untuk mendeskripsikan statistik radiasi, mengukur laju peluruhan


`
105

nuklir, dan memantau peluruhan radon. Sensor yang mudah digunakan ini terdiri

dari tabung Geiger-Mueller yang dipasang di dalam wadah plastik yang kecil

dan kokoh. Jendela tipis yang dilindungi oleh layar logam memungkinkan

radiasi alfa dideteksi, bersama dengan beta dan gamma (Gambar 30). Proses

pengukuran radiasi dilakukan melalui GUI (Gambar 31).

Gambar 30. Aparatus Eksperimen Pencacahan Radiasi

Gambar 31. GUI Eksperimen Pencacahan Radiasi

Keterangan:
[1] : Penentuan interval waktu pencacahan
[2] : Halaman tabel data cacah radiasi untuk setiap interval waktu
[3] : Halaman grafik data cacah radiasi
[4] : Scroll Bar untuk memilih webcame yang akan digunakan
[5] : Layar untuk menampilkan gambar/video aparatus
[6] : Indikator data cacah radiasi per menit

`
106

Gambar 32 adalah instalasi perangkat keras sistem Remote Physics

Laboratory di ruang Lab Server yang berada di Gedung Laboratorium Terpadu

Lantai 5 Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan.

Poster hasil
pengembangan
R-PhyLab

Desktop
Lab Server

Meja tempat
aparatus

Gambar 32. Instalasi Aparatus Remote Physics Laboratory di Ruang Lab Server

f. Remote Laboratory Learning Management System

Penggunaan laboratorium jarak jauh membutuhkan tiga komponen utama,

yaitu Learning Management System (LMS) atau sistem pengelolaan

pembelajaran, remote laboratory itu sendiri (perangkat lunak dan perangkat

keras), dan antarmuka antara LMS dan remote laboratory yang harus

dikembangkan sepenuhnya. LMS diperlukan untuk mewujudkan stimulasi yang

lebih besar dalam menggunakan lingkungan pembelajaran online berbasis

remote laboratory yang memungkinkan pembuatan dan penyimpanan materi

dan media pembelajaran dalam bentuk elektronik, serta penilaian siswa. Untuk

pemantauan dan analisis proses pembelajaran, semua hasil pembelajaran

`
107

didokumentasikan untuk setiap peserta daring dan disimpan dalam data base.

Komunikasi antara peserta didik dan pendidik, pertukaran pendapat dan kerja

sama dengan semua peserta didik dalam kelompok dilakukan melalui fitur

email, chat, forum, dan video meeting. LMS memungkinkan pengguna untuk

membuat mata kuliah, mendaftar, menyimpan, mengelola, dan menerbitkan

konten pembelajaran di web.

Registrasi/Login

Mode Akses Perangkat


(Web Browser, pembelajaran
Remote Desktop (Remote Control
App.) Apparatus)

RL-LMS
Komunikasi Bahan/media
(Chat, Forum, pembelajaran
Google, Zoom) (Doc, PDF, Video)

Asesmen
(Kuis dan Tugas)

Gambar 33. Remote Laboratory Learning Management System


LMS yang digunakan untuk mengelola pembelajaran menggunakan remote

laboratory adalah Moodle. LMS ini disusun sebagai seperangkat modul yang

memberikan berbagai kemungkinan untuk memantau proses pembelajaran dan

mengelola konten pembelajaran. LMS ini didasarkan pada teori pembelajaran

konstruktivis dan pendekatan konstruksionis untuk pendidikan di mana peserta

didik dapat menyumbangkan pengalaman pendidikan dengan memperoleh dan

menguji pengetahuan mereka melalui kolaborasi timbal balik. Karena Moodle

bersifat sumber terbuka, ini menyisakan ruang untuk membuat modul baru untuk

persyaratan aplikasi tertentu. Aplikasi remote laboratory yang dikembangkan

`
108

diintegrasikan ke dalam Moodle, yang kemudian disebut Remote Laboratory

Learning Management System (RL-LMS). Komponen RL-LMS sebagaimana

ditunjukkan pada Gambar 33, dengan pengelolaan kegiatan laboratorium meliputi

aktivitas: penjadwalan eksperimen, eksperimen jarak jauh, pengiriman tugas pra-

lab dan pasca-lab, diskusi interaktif antara peserta didik dan pendidik, dan

penilaian.

Gambar 34. Halaman Depan (Home) RL-LMS


Situs web dari remote physics laboratory berdasarkan desain RL-LMS

dengan Moodle ditunjukkan pada Gambar 34. Situs web dari RL-LMS ini dapat

diakses pada alamat http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/.

`
109

2. Hasil Uji Coba Kelayakan Sistem Remote Laboratory

a. Uji Coba Pengukuran

Hasil eksperimen secara remote (akses jarak jauh melalui web) disajikan

pada Gambar 35 dan Gambar 36 menampilkan grafik hubungan jarak sensor

terhadap kuat medan magnet dari hasil eksperimen dibandingkan dengan hasil

perhitungan. Hasil eksperimen ini memperoleh persentase perbedaan sebesar

8,47% jika dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritisnya. Hasil eksperimen

menunjukkan kesesuaian yang baik dengan hasil perhitungan teoritisnya

berdasarkan hukum Biot-Savart.

Gambar 35. Hasil Remote Experiment Medan Magnet oleh Koil

Gambar 36. Hasil Eksperimen dan Perhitungan Teoritis Medan Magnet

`
110

Gambar 37 adalah hasil eksperimen secara remote dan Gambar 38 adalah hasil

analisis intensitas cahaya sebagai fungsi kuadrat dari cosinus sudut polarisator.

Dari hasil ini disimpulkan bahwa nilai eksperimental memiliki presisi dan

akurasi yang baik dan sesuai dengan hukum Malus.

Gambar 37. Hasil Remote Experiment Polarisasi Cahaya

Gambar 38. Grafik Hubungan Intensitas Cahaya dengan cos2() dari Analiser
Gambar 39 merupakan hasil pengukuran secara remote terhadap tegangan

sebagai fungsi waktu untuk masing-masing LED. Berdasarkan nilai koefisien

persamaan garis pada Gambar 40 dan perhitungan lebih lanjut diperoleh nilai

konstanta Planck dari eksperimen dengan remote laboratory apparatus yang

dikembangkan di sini sebesar 6,67×10-34 J.s. Nilai ini memiliki perbedaan nilai

terhadap nilai acuannya sebesar 0.68 %. Hasil eksperimen memiliki kesesuaian


`
111

yang sangat baik dengan nilai baku konstanta Planck. Disimpulkan bahwa

remote laboratory apparatus berbasis LED untuk eksperimen penentuan

konstanta Planck bekerja baik dengan hasil akurat dan presisi. Apparatus

tersebut layak digunakan untuk pembelajaran fisika eksperimental secara

remote.

Gambar 39. Hasil Remote Experiment Konstanta Planck

4.50

4.00

3.50
E (10-19 J)

3.00

2.50

2.00

1.50
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
f (10+14 Hz)

Gambar 40. Grafik Hubungan Energi Foton terhadap f

`
112

Contoh data hasil uji coba eksperimen pencacahan radiasi dengan remote

laboratory seperti tampak pada Gambar 41. Berdasarkan kajian teoritisnya,

untuk cacah dengan nilai rata-rata kecil, distribusi kebolehjadian nilai cacah

mengikuti distribusi Poisson (Gambar 42).

Gambar 41. Hasil Remote Experiment Pencacahan Radiasi

Gambar 42. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Kurang dari 10 cacah

Gambar 43. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 10 cacah
Jika nilai cacah besar, lebih dari 10 cacah/interval waktu, distribusi nilai

cacah mengikuti distribusi Gauss (Gambar 43 dan Gambar 44). Berdasarkan


`
113

hasil uji coba eksperimen pencacahan radiasi untuk nilai cacah radiasi kecil

(kurang dari 10 cacah/interval waktu) dan nilai cacah besar lebih dari 10

cacah/interval waktu) diperoleh bahwa nilai eksperimental memiliki kesesuaian

yang baik dengan nilai prediksi teoretisnya. Disimpulkan bahwa aparatus

remote physics laboratory untuk eksperimen pencacahan radiasi bekerja dengan

baik dan layak digunakan untuk pembelajaran eksperimen fisika.

Gambar 44. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 20 cacah
Hasil pengukuran spektrum emisi atom Hidrogen sebagaimana Gambar 45

jika dibandingkan dengan prediksi teoritisnya berdasarkan teori atom Bohr

(Gambar 46) menunjukkan kesesuaian yang baik. Dapat disimpulkan bahwa

aparatus remote physics laboratory untuk eksperimen spektroskopi atom layak

untuk digunakan pada pembelajaran fisika.

Gambar 45. Hasil Remote Experiment Spektroskopi Atom Hidrogen


`
114

Gambar 46. Spektrum Atom H Menurut Teori Atom Bohr


Data hasil uji coba pengukuran dari semua modul eksperimen remote laboratory

disajikan di Lampiran 8.

b. Uji Kelayakan Modul E-Learning Remote Laboratory

Integrasi remote laboratory pada pelaksanaan e-learning eksperimen

fisika menggunakan 3 strategi, yaitu eksperimen secara remote (remote

experiment) oleh pendidik (Gambar 47), eksperimen secara remote oleh peserta

didik (Gambar 48), remote classroom experiment oleh pendidik (Gambar 49).

Gambar 47. Remote Experiment oleh Pendidik


Pada remote experiment oleh pendidik, administratur berperan dalam

menyiapkan aparatus dan mengoperasikan sistem remote laboratory di Lab

Server. Pendidik melakukan akses ke sistem melalui salah satu moda yang

tersedia di portal web R-PhyLab, yaitu mengakses melalui aplikasi web browser

atau aplikasi remote desktop. Selain itu, pendidik juga menjalankan aplikasi

video meeting (Google Meet atau Zoom) sebagai media komunikasi dengan

`
115

peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik berinteraksi dengan pendidik dan

mengamati proses eksperimen (akuisisi data dengan GUI dan video aparatus dari

webcam) melalui fitur share screen komputer pendidik di aplikasi video

meeting.

Gambar 48. Remote Experiment oleh Peserta Didik

Dalam proses remote experiment (kontrol aparatus dan pengambilan data

melalui GUI) oleh peserta didik, akses ke remote laboratory dilakukan oleh

peserta didik melalui aplikasi web browser atau remote desktop. Komunikasi

dan interaksi dengan pendidik melalui aplikasi video meeting. Dalam hal ini

pendidik sebagai pengarah atau fasilitator agar peserta didik dapat melakukan

eksperimen sesuai prosedur yang benar.

Gambar 49. Remote Classroom Experiment oleh Pendidik


Remote classroom experiment berlangsung di ruang kelas fisika. Pendidik

melakukan akses ke sistem remote laboratory yang telah dioperasikan oleh


`
116

administrator. Pendidik melaksanakan eksperimen dan menayangkan proses

eksperimen melalui LCD projector ke screen projector focus di depan kelas.

Peserta didik mengamati proses eksperimen dan dapat mengakses data

eksperimen di situs web R-PhyLab untuk menyelesaikan tugas kuliah terstruktur

dari dosen atau tugas mandiri yang terkait dengan topik eksperimen. Remote

classroom experiment dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran

fisika teoritis yang lazim dilakukan di ruang kelas/kuliah fisika. Pembelajaran

fisika dapat dikembangkan melalui pendekatan integratif teoritis dan

eksperimental, dengan contoh proses pembelajaran sebagaimana Gambar 50.

Pengantar Eksperimen
(Pengenalan Perangkat Eksperimen)

Tahap Teoritis (Theoretical Stage)


Perhitungan Teoritis atau Komputasi

Tahap Eksperimental (Experimental Stage)


Observasi dan Akuisisi Data

Tahap Penjelasan (Explanation Stage)


Presentasi dan Diskusi

Tahap Penyusunan Laporan Eksperimen


Gambar 50. Tahap Pembelajaran dengan Remote Experiment
Penjelasan:
[1] Pada tahap pengantar, dosen memberikan orientasi/pengenalan perangkat
remote laboratory, moda-moda akses ke perangkat, dan pendekatan
eksperimen yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
[2] Pada tahap teoritis, mahasiswa melakukan kajian teoritis dari buku teks
fisika atau artikel jurnal ilmiah. Melakukan perhitungan dan analisis data
berdasarkan landasan teoritisnya. Mahasiswa juga berdiskusi dalam
kelompok dan mengerjakan pertanyaan Pra-Lab
[3] Pada tahap eksperimental, mahasiswa melakukan eksperimen secara online
dengan mengakses perangkat Remote Physics Laboratory (R-PhyLab)
melalui portal R-PhyLab atau aplikasi remote desktop (seperti Chrome
Remote Desktop, TeamViewer).
[4] Pada tahap eksplanasi, mahasiswa melakukan pembahasan dan komparasi
eksperimen dengan hasil perhitungan teoritisnya. Mahasiswa menyiapkan
`
117

bahan presentasi untuk kegiatan diskusi antar kelompok eksperimen,


dengan dosen sebagai fasilitator.
[5] Pada tahap penyusunan laporan, mahasiswa bekerja dalam kelompok
menyusun laporan dengan format yang disesuaikan dengan jenis
eksperimen yang dilakukan, yaitu eksperimen observasional, pengujian,
atau aplikasi.

Uji kelayakan perangkat/modul e-learning untuk mendukung penggunaan

remote physics laboratory dilakukan terhadap objek dan desain e-learning. Uji

kelayakan terhadap objek e-learning meliputi 8 aspek, yaitu fungsionalitas,

aksesibilitas, dukungan teknis, desain seluler, privasi-perlindungan data dan

hak, dukungan sosial, dukungan pengajaran, dukungan kognitif. Hasil validasi

terhadap objek e-learning oleh dua orang ahli, yaitu ahli e-learning dan ahli

bidang studi Pendidikan Fisika, disajikan pada Gambar 51. Tabel data hasil uji

kelayakan di Lampiran 9. Hasil validasi untuk setiap aspek dengan

menggunakan skor rata-rata dan simpangan baku ideal secara keseluruhan dan

masing-masing aspek objek e-learning masuk dalam kategori sangat layak.


Sangat Layak Sangat Layak
8.0
Sangat Layak
Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak
Sangat Layak
7.0

6.0

5.0
SKOR ASPEK

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
Fungsionalitas Aksesibilitas Dukungan Desain Seluler Privasi Data, Dukungan Dukungan Dukungan
Teknis dan Hak Sosial Pengajaran Kognitif
ASPEK PERANGKAT E-LEARNING

Gambar 51. Hasil Uji Kelayakan Modul E-Learning Remote Physics


Laboratory

`
118

Uji kelayakan terhadap desain e-learning meliputi 6 kategori/aspek, yaitu

dukungan dan sumber daya pemelajar, desain dan organisasi daring,

penyampaian dan desain pengajaran, penilaian dan pembelajaran pemelajar,

pengajaran inovatif dengan teknologi, dan penggunaan umpan balik oleh

pengajar. Hasil validasi terhadap desain e-learning oleh dua orang ahli, yaitu

ahli desain instruksional dan ahli media, disajikan pada Gambar 52. Tabel data

hasil uji kelayakan di Lampiran 10. Hasil validasi untuk seluruh aspek dengan

menggunakan skor rata-rata dan simpangan baku ideal secara keseluruhan

masuk dalam kategori sangat layak. Namun demikian, ada satu aspek berada

dalam kategori kurang layak, yaitu aspek penggunaan umpan balik dari

mahasiswa oleh pengajar sehingga memerlukan perbaikan signifikan pada aspek

ini. Hal ini terjadi karena di dalam modul e-learning belum dilengkapi instrumen

umpan balik dari mahasiswa. Atas saran penilai desain instruksional, perbaikan

telah dilakukan dengan menambah instrumen umpan balik untuk masing-masing

topik eksperimen.
Sangat Layak
6.0 Sangat Layak
Sangat Layak Sangat Layak
5.0 Layak
SKOR ASPEK

4.0
Kurang Layak
3.0
2.0
1.0
0.0
Dukungan & Desain & Penyampaian Penilaian & Pengajaran Penggunaan
Sumber Daya Organisasi & Desain Evaluasi Inovatif umpan balik
Pemelajar Daring Pengajaran Pembelajaran dengan mahasiswa
pemelajar Teknologi oleh pengajar
ASPEK KELAYAKAN DESAIN PEMBELAJARAN

Gambar 52. Hasil Uji Kelayakan Desain E-Learning Remote Physics


Laboratory

`
119

Berdasarkan saran dari validator, produk yang berupa sistem remote

laboratory meliputi modul eksperimen (aparatus, sistem akuisisi data), dan

modul e-learning, situs web RL-LMS dilakukan penyempurnaan, antara lain:

1) Setiap judul/topik dalam RL-LMS diberi ringkasan tentang topik sebagai

pengantar sehingga pengguna mendapat informasi awal tentang tujuan

pembelajaran dari setiap topik.

2) Perbaikan pada video bantuan/tutorial dengan memberi narasi suara, yang

sebelumnya belum ada narasinya.

3) Memberi keterangan atau deskripsi pada setiap resouces, link resources,

setiap menu.

4) Membuat versi online dari soal-soal latihan yang ada LMS

5) Menambahkan menu umpan balik bagi pendidik, peserta didik untuk

memerikan tanggapan pada sistem remote physics laboratory.

6) Membuat panduan-panduan untuk para pengguna remote physics laboratory

dalam melakukan inisiasi sistem, pelaksanaan eksperimen.

7) Memberi fitur forum pada setiap topik eksperimen untuk memfasilitas

pengguna melakukan kerja kolaboratif dalam kegiatan Pra-Lab, Remote-

Lab, dan Pasca-Lab.

3. Hasil Uji Keterterapan Remote Laboratory

Uji keterterapan pembelajaran dilakukan dengan melibatkan topik medan

magnet, konstanta Planck, spektroskopi atom dan pencacahan radiasi. Responden

penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad

Dahlan (UAD) sebanyak 33 mahasiswa dan Universitas Siliwangi (UNSIL)

sebanyak 65 mahasiswa (Tabel 21).


`
120

Tabel 21. Topik Eksperimen Fisika dalam Remote Physics Laboratory

No. Topik Tujuan Tipe Responden


Eksperimen Eksperimen Eksperimen
1. Medan Magnet Mahasiswa dapat Pengujian 33
oleh Koil menguji secara Mahasiswa
(Helmholtz Koil) eksperimental UAD
terhadap nilai
prediksi teoritis
medan magnet oleh
koil berdasarkan
hukum Biot Savart.
2 Medan Magnet Mahasiswa dapat Pengujian 33
Solenoida) menguji secara Mahasiswa
eksperimental UAD
terhadap nilai
prediksi teoritik
medan magnet oleh
solenoida berdasar-
kan hukum Biot
Savart.
3 Spektroskopi Mahasiswa dapat Pengujian 65
Atom (Sumber: menguji secara Mahasiswa
H, He, Ne) eksperimental UNSIL
terhadap nilai
prediksi teoritis
spektrum garis H,
He, dan Ne
berdasarkan mode
atom Bohr
4. Konstanta Planck Mahasiswa dapat Aplikasi 65
(Objek Fisis: nenentukan nilai Mahasiswa
LED) konstanta Planck UNSIL
secara
eksperimental
menggunakan Light
Emitting Diode
5 Watak Cacah Mahasiswa dapat Observasional 65
Radiasi (Sumber mengobservasi Mahasiswa
Radiasi: Kaos watak statistik cacah UNSIL
Lampu radiasi dari sumber
Petromak) radioaktif

Eksperimen observasional adalah eksperimen yang memungkinkan

mahasiswa mengamati suatu fenomena untuk mengumpulkan data, menemukan

pola dalam observasi atau menyusun penjelasan. Eksperimen pengujian adalah


`
121

eksperimen yang memungkinkan mahasiswa untuk menguji penjelasan atau model

teoritis. Eksperimen aplikasi adalah eksperimen yang memungkinkan mahasiswa

menerapkan konsep yang dipelajari untuk menjelaskan fenomena lain atau untuk

menemukan besaran lain.

Berdasarkan Tabel 22, aspek pembelajaran inkuiri dalam eksperimen

fisika terlaksana penuh sebesar 71% dan kadang terlaksana sebesar 29%. Tidak

semua aspek inkuiri terlaksana penuh, karena tidak semua topik eksperimen cocok

untuk eksperimen verifikasi atau pembuktian yang memerlukan langkah prediksi

dan perumusan hipotesis. Hasil penilaian oleh dua orang dosen sebagai pengamat

pada proses pembelajaran di Lampiran 13.

Tabel 22. Hasil Checklist Keterlaksanaan Pmbelajaran Inkuiri


No. Aspek Ya Kadang Tidak
1 Mahasiswa terlibat dalam penyelidikan ilmiah 
2 Mahasiswa menyelidiki pertanyaan saintifik yang 
bisa diuji dalam eksperimen
3 Mahasiswa merumuskan hipotesis yang dapat 
diuji
4 Mahasiswa membuat prediksi 
5 Mahasiswa melakukan pengamatan 
6 Mahasiswa mengumpulkan data 
7 Mahasiswa menganalisis data 
8 Mahasiswa menggunakan metode kuantitatif 
9 Mahasiswa mengidentifikasi variabel 
10 Mahasiswa merumuskan eksplanasi 
11 Mahasiswa memperluas penyelidikan 
12 Mahasiswa berkomunikasi dengan teman sejawat 
13 Mahasiswa membuat hubungan dengan 
pembelajaran sebelumnya
14 Mahasiswa membuat hubungan dengan pengeta- 
huan ilmiah

Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap Remote Physics Laboratory setelah

menggunakannya dalam melaksanakan eksperimen fisika digunakan kuesioner

USE (Usefulness, Satisfaction, and Easie of Use). Hasil tanggapan mahasiswa


`
122

ditunjukkan pada Tabel 23, Gambar 53, dan Lampiran 11. Rekapitulasi

komentar/saran subjek uji coba terhadap penggunaan remote laboratory di

Lampiran 12.

Tabel 23. Tanggapan Mahasiswa terhadap Remote Physics Laboratory

Aspek Evaluasi Persentase (%)


Kegunaan (Usefulness) 87%
Kemudahan Penggunaan (Ease to Use) 82%
Mudah untuk belajar (Ease of Learning) 83%
Kepuasan (Satisfaction) 86%

100%
87% 83% 86%
90% 82%
Persentase skor aspek

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kegunaan Kemudahan Mudah untuk Kepuasan
(Usefulness) Penggunaan (Ease belajar (Ease of (Satisfaction)
to Use) Learning)
Aspek evaluasi penggunaan R-PhyLab dalam pembelajaran

Gambar 53. Grafik Tanggapan Mahasiswa dengan Kuesioner USE


Masing-masing aspek mendapat persentase skor di atas 80% dengan nilai rata-

rata 84,5%. Disimpulkan bahwa penggunaan remote physics laboratory dalam

eksperimen fisika mendapat respon sangat baik. Dilihat dari masing-masing apsek

evaluasi, aspek kemudahan penggunaan mendapat persentase skor paling rendah.

Hal ini terjadi karena pada penggunaan remote laboratory memerlukan dukungan

akses internet yang cepat dan stabil. Dalam pelaksanaan eksperimen beberapa

mahasiswa mendapat kendala koneksi internet saat melakukan eksperimen, karena

mahasiswa berada di berbagai tempat yang dukungan infrastruktur internet masih

`
123

belum stabil. Fakta ini didukung oleh cacatan/komentar yang diberikan oleh

mahasiswa saat mengisi kuesioner.

4. Hasil Uji Keefektifan Pembelajaran

Evaluasi terhadap dampak pembelajaran dalam aspek keterampilan proses

sains dilakukan dengan melakukan penilaian pada laporan hasil eksperimen fisika

menggunakan rubrik yang meliputi aspek pendahuluan, metode, hasil,

pembahasan, kesimpulan, dan tata tulis. Masing-masing aspek masuk dalam

kategori baik dengan nilai rata-rata aspek sebesar 75,7% (Gambar 54). Tabel data

hasil penilaian laporan hasil eksperimen di Lampiran 14, dan temuan beberapa

kesalahan dalam penulisan ilmiah laporan eksperimen di Lampiran 15. Contoh

laporan eksperimen dan makalah untuk publikasi ke jurnal ilmiah yang

dikembangkan dari laporan eksperimen di Lampiran 17 dan Lampiran 18.

90.0%
80.0% 77.00% 76.33% 76.00%
75.00% 75.00% 75.00%
Persentase skor aspek (%)

70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%

Aspek laporan

Gambar 54. Persentase Skor Aspek Laporan Eksperimen Fisika


Hasil pembelajaran eksperimen fisika dengan remote physics laboratory

dasarkan pada aspek pengetahuan dan keterampilan proses sains. Aspek

pengetahuan didasarkan pada skor tes Pra-Lab (sebelum mahasiswa melakukan

eksperimen) dan skor tes Pasca-Lab (setelah mahasiswa melakukan eksperimen).


`
124

Tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 item yang dikerjakan

secara online, meliputi topik medan magnet, spektroskopi atom, dan teori foton.

Hasil tes di Lampiran 16. Dari skor tes Pra-Lab dan tes Pasca-Lab (Tabel 24)

diperoleh nilai gain=0,107, yang kenaikannya masih termasuk dalam kategori

rendah. Nilai gain yang masih rendah ini bisa diakibatkan oleh aktivitas

pembelajaran yang masih lebih menekankan pada proses eksperimen, Akan tetapi,

dari potensi remote physics laboratory yang dapat diintegrasikan ke dalam

pembelajaran teori di kelas melalui kegiatan classroom experiment peningkatan

hasil belajar aspek pengetahuan bisa lebih diperbaiki. Hal ini memberi peluang

untuk terus dikembangkannya strategi pembelajaran fisika berbasis remote

laboratory.

Tabel 24. Skor Tes Pengetahuan Pra-Lab dan Pasca-Lab

Skor Tes Skor Tes Gain


No. Topik Eksperimen
Pra-Lab Pasca-Lab
1. Medan Magnet oleh Koil 49,38 65,15 0,311
(Responden 33 mahasiswa semester 5)
2. Spektroskopi Atom dan Konstata Planck 49,91 50,07 0,003
(Responden 65 mahasiswa semester 7)

D. Kajian Produk Akhir

1. Sistem Remote Laboratory

Komponen utama dari remote laboratory adalah perangkat keras berupa

aparatus eksperimen fisika, unit mekatronika, sensor, antar muka dan perangkat

lunak akuisisi data yang dibuat tampilan berupa Graphical User Iterface (GUI).

Pada tahap awal pengembangan, unit mekatronika pada aparatus menggunakan

penggerak berupa motor servo untuk mengerakkan sensor. Dalam uji coba

pengukuran, penggunaan motor servo menghasilkan gerakan sensor tidak presisi.

`
125

Atas dasar uji coba ini, komponen penggerak pada unit mekatronika diganti

menggunakan motor stepper, sehingga diperoleh gerakan sensor yang presisi pada

proses pengukuran. Dalam penelitian ini, dari 5 aparatus yang dihasilkan baru 3

aparatus yang dilengkapi unit mekatronika, yaitu aparatus medan magnet,

polarisasi cahaya, konstanta Planck. Sedang aparatus spektroskopi atom dan

pencacah radiasi nuklir belum dilengkapi unit mekatronika.

2. Kualitas Sistem Remote Laboratory

Uji coba kemampuan sistem akuisisi remote laboratory pada pengukuran

besaran fisis pada topik medan magnet, polarisasi cahaya, konstanta Planck,

spektroskopi atom, dan radiasi nuklir menunjuk hasil pengukuran yang presisi dan

akurat. Sistem akuisisi ini dilengkapi dengan antar muka pengguna grafis yang

mendukung pengguna mengendalikan instrumen dan pengukuran real time data

dari jarak jauh pada kegiatan pembelajaran eksperimen fisika online. Hal ini sejalan

dengan kriteria laboratorium untuk pembelajaran sains (Farag, 2017; Leblond &

Hicks, 2021), yaitu sistem eksperimen yang dapat dikontrol langsung oleh

pengguna, dapat melakukan eksperimen andal untuk menyelidiki suatu fenomena,

dan menyajikan data dalam bentuk tabel serta grafik sehingga gejala dapat diamati

secara visual.

Validasi terhadap modul e-learning untuk remote laboratory dalam kategori

sangat layak menurut penilaian ahli bidang studi, e-learning, desain instruksional,

dan multimedia. Modul e-learning dikembangkan dengan LMS Moodle yang telah

memenuhi kriteria untuk pembelajaran berabsis web, yaitu mampu menjalankan

panel kendali jarak jauh bagi peserta didik untuk mengontrol peralatan nyata dan

mengamati status eksperimen selama sesi laboratorium (Duan, Hosseini, & Ling,

`
126

2014). Modul e-learning menerapkan desain pembelajaran yang mendukung

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pembelajaran yang dimediasi

teknologi yang membahas tidak hanya hasil pembelajaran kognitif, tetapi juga yang

terkait dengan keterampilan.

3. Keterterapan Remote Laboratory pada Pembelajaran

Hasil penerapan remote laboratory pada pembelajaran eksperimen fisika

berbasis kolaboratif inkuiri menunjukkan tingkat keterterapan yang baik. Hasil ini

memenuhi langkah-langkah atau elemen proses pembelajaran berbasis inkuiri

(Mawn dkk., 2011; Maiti, Maxwell, Kist, & Orwin, 2014). Kolaborasi online antar

mahasiswa pada tahapan pembelajaran berbasis inkuiri kolaboratif terjadi secara

aktif pada tahap perumusan pertanyaan ilmiah, hipotesis/prediksi teoritis. Contoh

rekaman kegiatan kolaborasi online melalui fitur forum di Lampiran 20. Hal ini

sudah sesuai dengan langkah-langkah strategi inkuiri kolaboratif (Chang, Sung, &

Lee, 2003). Fitur forum di learning management system menjadi media utama yang

digunakan mahasiswa untuk berkolaborasi. Data tanggapan tentang kegunaan dan

kemudahan penggunaan remote laborarory oleh peserta didik dalam kategori

sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran

dengan remote laboratory (Zine dkk., 2018; Kharki, Berrada, & Burgos, 2021).

Hasil penelitian ini menambah bukti bahwa remote laboratory diterima baik oleh

peserta didik sebagai lingkungan belajar online dalam melakukan eksperimen.

4. Keefektifan Pembelajaran Remote Laboratory

Dampak pembelajaran pada peningkatan pengetahuan masih menunjukkan

kenaikan yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena waktu pembelajaran yang masih

relatif singkat dan lebih menekankan pada kegiatan eksperimental. Ada

`
127

kecenderungan bahwa peserta didik belajar terfokus pada apa yang dilakukan

(learn to do by doing). Jika peserta didik merancang dan mengerjakan percobaan,

maka peserta didik belajar tentang merancang dan mengerjakan percobaan tersebut

(Roth & Jornet, 2014). Penting untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran

untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan guna menjembatani kesenjangan

konseptual antara percobaan laboratorium dan pemahaman siswa tentang prinsip-

prinsip dan prosedur ilmiah yang mendasarinya (Furberg, 2016). Untuk

meningkatkan hasil belajar berupa pengetahuan masih diperlukan kegiatan

pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konseptualnya. Dari pencapaian

keterampilan saintifik mahasiswa pada kategori baik. Pengembangan keterampilan

memerlukan proses pendampingan yang intensif dan memerlukan bantuan asisten

praktikum yang memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan mahasiswa.

Oleh karena belum ada pendampingan, dalam laporan eksperimen oleh mahasiswa

masih banyak ditemukan kekurangan dalam tata tulis ilmiah, seperti penulisan

persamaan dan satuan yang belum sesuai dengan aturan International System of

Units, tabel data dan grafik yang belum diberi label dan besaran, pemilihan analisis

data yang kurang tepat dengan gejala fisika yang dikaji.

E. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan Teknis
Komponen utama sebagai media komunikasi antara aparatus fisika dan

pengguna (pengajar atau pemelajar) untuk mengendalikan dan mengambil data

eksperimen fisika adalah graphical user interface (GUI) atau antar muka pengguna

grafis. GUI dikenal juga sebagai perangkat lunak kendali dan akuisisi data. Dalam

pengembangan remote physics laboratory, GUI dikembangkan dengan bahasa

`
128

pemrograman grafis LabVIEW. LabVIEW memiliki fasilitas web publishing tools,

sehingga GUI yang dikembangkan dapat dikonversi ke HTML sehingga dapat

diakses melalui web browser. Untuk mengakses GUI melalui web browser, di

komputer pengguna perlu dilengkapi perangkat lunak tambahan yaitu LabVIEW

runtime engine dan LabVIEW browser plugins. Hal ini merupakan salah satu

kendala akses ke remote laboratory karena tidak semua browser versi terbaru

memiliki file plugins. Hanya UC Browser yang memiliki file plugins yang

diperlukan.

Selain kendala ini, untuk mengakses GUI melalui web browser memerlukan

jaringan internet yang cepat dan stabil, dan sering terjadi kegagalan akses jika

menggunakan jaringan nirkabel (wireless network). Atas kendala akses ini, maka

di dalam RL-LMS disediakan dua moda akses ke lab server di mana GUI remote

laboratory dijalankan, yaitu akses melalui web browser dan aplikasi remote

dekstop (seperti Chrome Remote Desktop dan TeamViewer). Dengan aplikasi

remote desktop, akses ke lab server mudah dilakukan melalui jaringan nirkabel.

Pada eksperimen spektroskopi atom, kendali/pengaturan pada aparatus, seperti

penggantian sumber cahaya, masih dilakukan secara manual oleh laboran atau

administrator laboratorium.

Keterbatasan teknis lain dari remote physics laboratory ialah tidak semua

aparatus dapat dikendalikan secara remote. Dari 5 aparatus yang dapat dikendalikan

secara remote oleh pengguna adalah aparatus eksperimen medan magnet, aparatus

eksperimen polarisasi cahaya, dan aparatus eksperimen konstanta Planck. Aparatus

eksperimen spektroskopi atom dan pencacahan radiasi masih dikendalikan secara

manual oleh administrator laboratorium. Penggunaan aparatus eksperimen belum

`
129

dapat digunakan seacara paralel dan setiap kelompok eksperimen mengakses

laboratorium secara bergantian. Waktu eksperimen masih dengan model

penjadwalan sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan administrator

laboratorium. Dalam hal keterbatasan akses ke aparatus yang belum dapat

dilakukan secara bersamaan, maka untuk pengembangan remote laboratory lebih

lanjut diperlukan kajian terhadap teknologi web server yang memungkinkan akses

secara paralel atau bersamaan ke aparatus. Ada potensi penggunaan Raspberry Pi

sebagai embedded web server untuk ekses paralel ke aparatus remote laboratory.

2. Keterbatasan Pedagogis

Merujuk pada rekomendasi AAPT tentang pembelajaran di laboratorium,

pembelajaran eksperimen fisika berpotensi besar dalam mendukung tercapainya

tujuan kurikulum laboratorium fisika tingkat sarjana yaitu membangun

pengetahuan, pemodelan, merancang eksperimen, mengembangkan keterampilan

teknis dan praktis laboratorium, memvisualisasi dan menganalisis data, dan

berkomunikasi saintifik. Apabila penekanannya lebih pada membangun

pengetahuan dan pemodelan, strategi remote experiment dan remote classroom

experiment dapat digunakan. Berkenaan dengan pengembangan keterampilan

teknis, tidak semua keterampilan ini dapat dikembangkan dengan remote

laboratory akan tetapi keterampilan pengambilan dan analisis data berbantuan

komputer dapat dikembangkan.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan proses

dan dampak dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari aspek keterlaksanaan,

pembelajaran berbasis inkuiri atau scientific inquiry dengan remote laboratory

terlaksana dengan baik. Level inkuiri yang dapat diterapkan dengan dukungan

`
130

remote laboratory dalam penelitian ini adalah level 1 (inkuiri konfirmasi), level 2

(inkuiri terstruktur), dan level 3 (inkuiri terbimbing). Dari aspek dampak

pembelajaran pada peningkatan pengetahuan masih menunjukkan kenaikan yang

rendah. Hal ini terjadi karena waktu pembelajaran yang masih relatif singkat dan

lebih fokus pada pengembangan keterampilan saintifik sehingga belum sepenuhnya

menerapkan prinsip atau teori belajar yang lebih sesuai untuk pembelajaran

berorientasi kognitif.

Dari pencapaian keterampilan saintifik mahasiswa masih pada tahapan baik.

Pengembangan keterampilan memerlukan proses pendampingan yang intensif dan

memerlukan bantuan asisten praktikum yang memberikan umpan balik terhadap

hasil pekerjaan mahasiswa. Oleh karena belum ada pendampingan, dalam laporan

eksperimen oleh mahasiswa masih banyak ditemukan kekurangan dalam tata tulis

ilmiah, seperti penulisan persamaan dan satuan yang belum sesuai dengan aturan

International System of Units, tabel data dan grafik yang belum diberi label dan

besaran, pemilihan analisis data yang kurang tepat dengan gejala fisika yang dikaji.

`
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan tentang Produk

Berdasarkan rumusan, tujuan, dan prosedur penelitian dan pengembangan,

simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Desain dan produk sistem remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen

fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet, optika,

dan fisika modern telah dihasilkan.

2. a. Aparatus remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika

modern untuk pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri

kolaboratif telah dihasilkan dengan kualitas akurasi hasil pengukuran sangat baik.

b. Modul e-learning remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan

fisika modern telah dihasil dengan kualitas sangat layak untuk menurut ahli bidang

studi, e-learning, desain instruksional, dan multimedia untuk pembelajaran

eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif.

3. a. Keterterapan Remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika

modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri

kolaboratif dalam kategori baik berdasarkan kriteria proses sains.

b. Keterterapan Remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika

modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri

kolaboratif dalam kategori sangat baik berdasarkan persepsi mahasiswa program

studi pendidikan fisika. Kolaborasi secara online antar mahasiswa terlaksana

131
132

paling aktif pada tahapan inkuiri di perumusan pertanyaan ilmiah, dan perumusan

hipotesis atau prediksi melalui fitur forum di sistem manajemen pembelajaran.

4. a. Keefektifan remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika

modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri

kolaboratif untuk pengembangan keterampilan proses sains mahasiswa pendidikan

fisika dalam kategori baik.

b. Keefektifan remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika

modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri

kolaboratif untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa pendidikan fisika dalam

kategori rendah.

B. Saran Pemanfaatan Produk

Bentuk pembelajaran online telah menjadi bagian penting dalam proses

pendidikan dan telah mendorong pengembangan serta penggunaan remote laboratory

dalam kegiatan praktikum atau eksperimen. Persoalan pedagogis yang menantang

masih harus dibenahi untuk penggunaan laboratorium ini terutama mengenai strategi

pembelajaran terbaik berbasis laboratorium sains online untuk peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian ini dan merujuk pada rekomendasi AAPT tentang

kurikulum laboratorium pendidikan sarjana, maka untuk pendidik fisika dan program

studi pendidikan fisika disarankan pemanfaatan remote laboratory dalam

pembelajaran fisika di tingkat sarjana sebagai berikut:

1. Membangun dan memperkuat pengetahuan fisika. Para pendidik disarankan untuk

mengintegrasikan pembelajaran melalui eksperimen dan teoritis untuk membangun

pengetahuan fisika yang lebih baik bagi mahasiswa. Pembelajaran eksperimen

fisika dengan remote laboratory dapat melatih mahasiswa dalam mengumpulkan,


`
133

menganalisis, dan menafsirkan data yang terukur nyata secara online dengan cara

relatif singkat dibandingkan dengan eksperimen menggunakan laboratorium

tradisional. Mahasiswa memiliki banyak waktu untuk melakukan kajian teoritis

pada topik fisika yang dieksperimenkan.

2. Pengembangan kemampuan pemodelan fisika. Pendidik disarankan

memanfaatkan remote laboratory pada pembelajaran eksperimen fisika yang

melatih mahasiswa mengembangkan model yang mewakili sistem fisik,

menggunakan model untuk memprediksi hasil eksperimen, dan membandingkan

nilai prediksi teoritis dan eksperimen dalam konteks model yang telah mahasiswa

kembangkan. Eksperimen online dengan remote laboratory menghasilkan nilai

ukur yang akurat dan presisi sehingga cocok digunakan pada eksperimen verifikasi

(testing experiment) yaitu untuk menguji nilai prediksi/perhitungan model

teoritisnya. Oleh karena itu mahasiswa juga dapat mengenali keterbatasan model,

termasuk memprediksi ketidakpastian dalam pengukuran dan keterbatasan

perangkat pengukuran. Sebuah model menyediakan hubungan antara teori dan

eksperimen dan antara pemahaman kualitatif dan kuantitatif suatu sistem.

3. Mengembangkan kemampuan keterampilan proses sains. Para pendidik

disarankan untuk menggunakan pendekatan inkuiri dengan remote laborarory,

yaitu melatih mahasiswa mengajukan pertanyaan ilmiah, mengembangkan dan

merancang eksperimen untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, menguji

model dan hipotesis, dengan mempertimbangkan kendala tertentu seperti kualitas

data yang diinginkan, biaya, waktu, peralatan yang tersedia, dan masalah

keamanan. Dengan remote laboratory, kendala biaya, jarak, perjalanan, waktu,

dan peralatan dapat diatasi.

`
134

4. Mengembangkan kemampuan menganalisis dan memvisualisasikan data.

Pemanfaatan remote laboratory pada pembelajaran fisika disarankan untuk

melatih mahasiswa menggunakan metode statistik untuk menganalisis data dan

secara kritis menafsirkan validitas dan keterbatasan data yang ditampilkan,

memilih bentuk grafik yang tepat untuk mewakili, dan mencocokkan data dengan

model matematis untuk mendapatkan parameter fisika yang sesuai. Kegiatan

eksperimen juga digunakan untuk melatih mahasiswa menggunakan teori

perambatan ralat dalam menentukan ketidakpastian pengukuran. Analisis data

adalah bagian penting dari proses eksperimental karena pengamatan tidak berguna

sampai data ditafsirkan.

5. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam fisika. Pemanfaatan remote

laboratory dalam pembelajaran eksperimen fisika disarankan untuk melatih

mahasiswa mengembangkan kemampuan berkomunikasi ilmiah dan bekerja

kolaboratif tersebut di sini Dalam kegiatan laboratorium mahasiswa selalu

diwajibkan membuat laporan praktikum atau eksperimen. Laboratorium adalah

tempat yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan komunikasi ilmiah,

meskipun komunikasi ilmiah yang harus dibelajarkan di seluruh kurikulum.

Melalui kegiatan laboratorium, mahasiswa belajar mempresentasikan argumen

yang didukung oleh bukti eksperimental. Argumen ini mencakup elemen-elemen

seperti plot grafik, tabel, hasil numerik dengan ketidakpastian, dan diagram. Lebih

jauh, format dan gaya presentasi keseluruhan menggunakan format yang otentik

untuk disiplin ilmu, seperti laporan teknis, artikel bergaya jurnal, dan poster

bergaya konferensi dan presentasi lisan. Keterampilan komunikasi interpersonal

juga dapat dikembangkan di laboratorium melalui kerja tim dan kolaborasi.

`
135

Laboratorium adalah tempat penting untuk mendorong atau memperkuat

keterampilan kerja tim dan kolaborasi..

C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Diseminasi remote laboratory dilakukan oleh peneliti sebagai pemateri atau nara

sumber pada serangkaian webinar atau video conreference dalam berbagai tema dan

nama kegiatan di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan dan di Perguruan Tinggi

Negeri/Swasta di luar Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Diseminasi juga dilakukan

melalui media massa cetak dan televisi, dan kerja sama dengan pusat studi. Berikut ini

daftar kegiatan diseminasi yang telah dilakukan (bukti diseminasi di Lampiran 19):

1. “Eksperimen Fisika Online dengan Teknologi Data Logging dan Remote


Desktop”, Physics Education Webinar, Himpunan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 08 Agustus 2020.
2. Diseminasi di media massa MediaMu pada rubrik Kolom, 17 Agustus 2020
dengan judul “Praktikum Fisika dari Rumah dengan Teknologi Remote Physics
Laboratory” oleh Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad
Dahlan.
http://www.mediamu.id/2020/08/17/praktikum-fisika-dari-rumah-dengan-
teknologi-remote-physics-laboratory/)
3. “Remote Physics Experiments with PC & Smartphone based Data Logging”,
Pelatihan Teknik Laboratorium Program Studi Pendidikan Fisika dengan tema
Penerapan Teknologi Mutakhir pada Eksperimen Fisika, Program Studi
Pendidikan Fisika, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 19
Agustus 2020.
4. “Remote Physics Laboratory: E-Laboratory sebagai Upaya Peningkatan Akses
dan Mutu Pembelajaran”, Sarasehan Nasional dalam Jaringan Prodi Pendidikan
Fisika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 1 September 2020.
5. “Remote Physics Experiments with Data Logging & Remote Desktop Technology”,
Pelatihan Pembelajaran Fisika dengan Eksperimen Online, Program Studi
Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 19 September 2020.
6. “Remote Physics Laboratory: Integrasi Teknologi ke dalam Pendidikan dan
Penelitian di Abad Digital”, Seminar Pendidikan dengan tema Integrasi Teknologi
dalam Pendidikan dan Penelitian untuk Menghadapi Tantangan Digital Abad 21,
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi, 25 November
2020.
7. Diseminasi melalui media massa TVMU dalam program Langkah Pakar dengan
tema Teknologi Pembelajaran Fisika, tanggal 17 April 2020, yang merupakan
program inisiasi Bidang Humas dan Protokol UAD melalui tim Creative UAD

`
136

kerja sama TVMU Stasiun UAD Jogja untuk menampilkan narasumber dari
seluruh program studi yang ada di UAD.
https://www.youtube.com/watch?v=SMOri15tqQQ&t=263s
8. Mengadakan Memorandum of Agreement (MoA) tertanggal 25 November 2020
dengan Pusat Riset STEM Universitas Syiah Kuala untuk melakukan kerja sama
riset terkait dengan peningkatan pemahaman konsep bagi siswa melalui penerapan
ISLE-based STEM dan penerapan Remote Physics Laboratory (R-PhyLab).
9. “Virtual & Remote Laboratory: Sebagai Solusi Praktikum Fisika di Era Pandemi
Covid-19”, Kuliah Tamu Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021 dengan
tema Virtual Laboratory untuk Solusi Praktikum Fisika di Era Pandemi, Program
Studi Pendidikan Fisika, Universitas Indraprasta PGRI, 23 Desember 2020.
10. Webinar Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar dengan
Tema “Remote Laboratory: Alternative Praktikum pada Masa Pandemi”, tanggal
24 Februari 2021
11. Webinar Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya dengan
Tema “Pembelajaran Fisika: Adaptasi Kebiasaan Baru ”, tanggal 02 Maret 2021

Diseminasi produk dilakukan juga melalui publikasi berupa buku berjudul

“Pengembangan Remote Laboratory untuk Pendidikan Fisika”, diterbitkan tahun 2020

dengan penerbit Surya Cahaya, ISBN: 9786025323355, dan artikel diterbitkan di

jurnal Physics Education, IOP Publishing Ltd, terindeks Scopus dengan ranking Q2.

yaitu: “Development of light polarization experimental apparatus for remote

laboratory in physics education”, diterbitkan 1 Desember 2020. Remote Physics

Laboratory terdiseminasi melalui Laporan Tahunan Rektor Universitas Ahmad

Dahlan (UAD) pada Milad UAD ke-60 tanggal 19 Desember 2020. Remote Physics

Laboratory mendapat penghargaan sebagai produk inovasi sebagai Laboratorium

Fisika Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19 berdasarkan Keputusan Rektor UAD

No. 446 Tahun 2020.

Remote Physics Laboratory dukembangkan menggunakan komponen aparatus,

sensor, interface yang mudah didapatkan di distributor peralatan instrumentasi fisika

dengan biaya relatif murah, seperti Arduino Board. Dengan komponen ini sistem

mekatronika yang menjadi unit utama mengendalikan aparatus secara online dapat

diimplementasikan. Unit mekatronika dan perangkat lunak akuisisi data dengan


`
137

LabVIEW menjadi kekhasan dari produk penelitian ini. Rencana pengembangan

produk lebih lanjut adalah menjadikan Remote Physics Laboratory sebagai Cyber-

Physical Learning Environment, yaitu sebagai sistem terintegrasi dari komputasi,

jaringan, dan proses fisis untuk mendukung dan mengelola kegiatan pembelajaran

fisika berbasis laboratorium. Diupayakan ke depan bahwa Remote Physics Laboratory

ini dapat diakses oleh peserta didik di seluruh Indonesia. Dalam pengembangan ini

dirumuskan visi dari Remote Physics Laboratory yaitu “Menghadirkan laboratorium

ke hadapan peserta didik Indonesia”, dan rumusan misi “Berbagi laboratorium untuk

pemerataan akses dan mutu pendidikan sains Indonesia”. Gambar 55 adalah

visualisasi visi dan misi dari Remote Physics Laboratory.

Gambar 55. Visi dan Misi Pengembangan Remote Physics Laboratory

`
DAFTAR PUSTAKA

AAPT. (1998). Goals of the introductory physics laboratory. American Journal of


Physics, 66(6), 483–485. https://doi.org/10.1119/1.19042

AAPT. (2014). AAPT recommendations for the undergraduate physics laboratory


curriculum. College Park, MD. https://doi.org/10.1119/1.4914580

Akhavan, P., & Arefi, M. F. (2014). Developing a conceptual framework for


evaluation of e-content of virtual courses: e-learning center of an Iranian
University case study. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning
Objects, 10, 53–73. Retrieved from http://www.ijello.org/Volume10/
IJELLOv10p053-073Akhavan0842.pdf

Aktan, B., Bohus, C. A., Crowl, L. A., & Shor, M. H. (1996). Distance learning applied
to control engineering laboratories. IEEE Transactions on Education, 39(3), 320–
326. https://doi.org/10.1109/13.538754

Al Musawi, A., Asan, A., Abdelraheem, A., & Osman, M. (2012). A case of web-
based inquiry learning model using learning objects. Turkish Online Journal of
Educational Technology - TOJET, 11(1), 1–9. Retrieved from https://files.eric.
ed.gov/fulltext/EJ976562.pdf

Anderson, K., & Kennedy-clark, S. (2014). IScience : A computer-supported


collaborative inquiry learning project for science students in secondary and
tertiary science education. International Journal of Innovation in Science and
Mathematics Education, 22(1), 14–31. Retrieved from https://openjournals.
library.sydney.edu.au/index.php/CAL/article/view/6925/7840

Atkinson, I. M., du Boulay, D., Chee, C., Chiu, K., Coddington, P., Gerson, A., …
Zhang, D. (2007). Developing CIMA-based cyberinfrastructure for remote
access to scientific instruments and collaborative e-research. In Proceedings of
the Fifth Australasian Symposium on Grid Computing and e-Research (Vol. 68,
pp. 3–10). Sydney. Retrieved from https://researchonline.jcu.edu.au/
3038/1/3038_Atkinson_2007.pdf

Aydın, G. (2016). Impacts of inquiry-based laboratory experiments on prospective


teachers’ communication skills. International Online Journal of Educational
Sciences, 8(2), 49–61. https://doi.org/10.15345/iojes.2016.02.005

Banchi, H., & Bell, R. (2008). The many levels of inquiry. Science and Children,
46(2), 26–29.

Bao, L. (2006). Theoretical comparisons of average normalized gain calculations.


Amereican Journal of Physics, 74(10), 917–922. https://doi.org/10.1119/
1.2213632
138
139

Bell, D., Dolin, J., Léna, P., Peers, S., Person, X., Rowell, P., & Saltiel, E. (2013).
Assessment & inquiry-based science education: Issues in policy and practice.
Book. Trieste: IAP-SEP.

Bell, R., Smetana, L., & Binns, I. (2005). Simplifying inquiry instruction: Assessing
the inquiry level of classroom activities. The Science Teacher, 72(7), 30–33.
https://doi.org/Article

Bell, T., Urhahne, D., Schanze, S., & Ploetzner, R. (2010). Collaborative inquiry
learning: Models, tools, and challenges. International Journal of Science
Education, 32(3), 349–377. https://doi.org/10.1080/09500690802582241

Bishop, A. P., Bruce, B. C., Lunsford, K. J., Jones, M. C., Nazarova, M., Linderman,
D., … Brock, A. (2004). Supporting community inquiry with digital resources.
Journal of Digital Information, 5(3), 1–6.

Bochicchio, M., & Longo, A. (2009). Hands-on remote labs: Collaborative web
laboratories as a case study for it engineering classes. IEEE Transactions on
Learning Technologies, 2(4), 320–330. https://doi.org/10.1109/TLT.2009.30

Bolte, C., Holbrook, J., & Rauch, F. (2012). Inquiry-based science education in
Europe: reflections from the profiles project. (Mira Dulle, Ed.). Berlin: Freie
Universität Berlin.
Boniec, M. Le, & Joyce, A. (2011). Impact of data loggers on science teaching and
learning. (A. Joyce, Ed.). Brussels: European Schoolnet.

Bradbury, H., Highton, M., & O’Rourke, R. (2010). Learning from each other? Using
technology to develop collaborative learning in clinical education. In
Interprofessional E-Learning and Collaborative Work (pp. 117–128).
Pennsylvania: IGI Global. https://doi.org/10.4018/978-1-61520-889-0.ch010

BSNP. (2010). Paradigma pendidikan nasional abad XXI (1st ed.). Jakarta: BSNP.
Chang, K. E., Sung, Y. T., & Lee, C. L. (2003). Web-based collaborative inquiry
learning. Journal of Computer Assisted Learning, 19, 56–69.
https://doi.org/10.1046/j.0266-4909.2003.00006.x

Corter, J. E., Nickerson, J. V., Esche, S. K., Chassapis, C., Im, S., & Ma, J. (2007).
Constructing reality: A study of remote, hands-on, and simulated laboratories.
ACM Transactions on Computer-Human Interaction, 14(2), 7–27.
https://doi.org/10.1145/1275511.1275513

Costa, R. J. G. da S. N. da. (2014). An IEEE1451.0-compliant FPGA-based


reconfigurable weblan. Universidade de Coimbra.

Dillenbourg, P., Schneider, D., & Synteta, P. (2002). Virtual learning environments.
In 3re Hellenic Conference “Information & Communication Technologies in
Education” (pp. 3–18).

`
140

Donohoo, J. (2011). Collaborative inquiry: A facilitator’s guide. Ontario: Learning


Forward.

Dostál, J. (2015). The definition of the term "Inquiry-based instruction". International


Journal of Instruction July, 8(2), 69–82. https://doi.org/10.12973 /iji.2015.826a

Duan, B., Hosseini, H. M., & Ling, K. V. (2014). An architecture for online laboratory
e-learning system. Journal of Distance Education Technologies, 4(2).
https://doi.org/10.4018/jdet.2006040107

Elawady, Y. . H., & Tolba, A. S. (2009). Educational objectives of different laboratory


types: A comparative study. International Journal of Computer Science and
Information Security, 6(2), 89–96. Retrieved from http://sites.google.com/
site/ijcsis/

Elawady, Y. H., & Tolba, A. S. (2011). Analysis, design and implementation of a


general framework for remote lab. International Journal of Computer
Applications, 14(1), 1–10. https://doi.org/10.5120/1812-2344

Enonbun, O. (2010). Constructivism and web 2.0 in the emerging learning era : A glo-
bal perspective. Journal of Strategic Innovation and Sustainability, 6(4), 17–27.

Ertmer, P. A., & Newby, T. J. (2013). Behaviorism, cognitivism, constructivism:


Comparing critical features from an instructional design perspective.
Performance Improvement Quarterly, 26(2), 43–71. https://doi.org/10.1002/
piq.21143

Etkina, E. E., Murthy, S., & Zou, X. (2006). Using introductory labs to engage students
in experimental design. American Journal of Physics, 74(11), 979–986.
https://doi.org/10.1119/1.2238885

Farag, W. (2017). An innovative remote-lab framework for educational


experimentation. International Journal of Online Engineering (IJOE), 13(2), 68–
87. Retrieved from http://www.i-joe.org

Forinash, K., & Wisman, R. (2002). Simple internet data collection for physics
laboratories. American Journal of Physics, 70(4), 458. https://doi.org/10.1119/
1.1445408

Furberg, A. (2016). Teacher support in computer-supported lab work : bridging the


gap between lab experiments and students ’ conceptual understanding. Intern. J.
Comput.-Support. Collab. Learn, (1), 89–113. https://doi.org/10.1007/s11412-
016-9229-3

Gao, M., Kortum, P., & Oswald, F. (2018). Psychometric evaluation of the USE
(usefulness, satisfaction, and ease of use) questionnaire for reliability and
validity. Proceedings of the Human Factors and Ergonomics Society,
3(September), 1414–1418. https://doi.org/10.1177/1541931218621322
`
141

Grabowski, B. L. (2004). Generative learning contributions to the design of instruction


and learning. In D. H. Jonassen (Ed.), Handbook of Research on Educational
Communications and Technology (pp. 719–743). Taylor & Francis.

Grout, I. (2017). Remote laboratories as a means to widen participation in STEM


education. Education Sciences, 7(4). https://doi.org/10.3390/educsci7040085

Guinaldo, M., De La Torre, L., Heradio, R., & Dormido, S. (2013). A virtual and
remote control laboratory in moodle: The ball and beam system. In 10th IFAC
Symposium Advances in Control Education (Vol. 46, pp. 72–77). https://doi.org/
10.3182/20130828-3-UK-2039.00033

Guttormsen, S. (2010). Short overview and summary of learning theories. Retrieved


from http://dl.icdst.org/pdfs/files1/e699c52b20dd7086c10f25f7f616d9d7.pdf

Hamed, G., & Aljanazrah, A. (2020). The effectiveness of using virtual experiments
on students’ learning in the general physics lab. Journal of Information
Technology Education: Research, 19, 977–996. https://doi.org/10.28945/4668

Harlen, W., Bell, D., Devés, R., Dyasi, H., Fernández, G., Garza, D., & Léna, P.
(2015). Big ideas of science education. Trieste: Science Education Programme of
IAP. Retrieved from www.interacademies.net

Harward, V. J., Del Alamo, J. A., Lerman, S. R., Bailey, P. H., Carpenter, J., DeLong,
K., … Zych, D. (2008a). The iLab shared architecture: A web services
infrastructure to build communities of internet accessible laboratories.
Proceedings of the IEEE, 96(6), 931–950. https://doi.org/10.1109/JPROC.
2008.921607

Harward, V. J., Del Alamo, J. A., Lerman, S. R., Bailey, P. H., Carpenter, J., DeLong,
K., … Zych, D. (2008b). The iLab shared architecture: A web services
infrastructure to build communities of internet accessible laboratories. In
Proceedings of the IEEE (Vol. 96, pp. 931–950). https://doi.org/10.1109/
JPROC.2008.921607

Henry, J. (1996). Controls laboratory teaching via the world wide web. In ASEE
Annual Conference Proceedings (pp. 1–4).

Hodson, D. (2009). Teaching and learning about science. Rotterdam: Sense


Publishers.

Hua, J., & Ganz, A. (2003). Web enabled remote laboratory (R-Lab) framework. In
33rd ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference T2C-8 (pp. 1–6).

Imawan, C., Harmoko, A., Supriyanto, & Fauziyyah. (2010). Rancang bangun
eksperimen hidrostatika untuk aplikasi remote laboratory. In Prosiding Seminar
Nasional Fisika II (pp. 26–27).
`
142

Istiyono, E. (2020). Pengembangan instrumen penilaian dan analisis hasil belajar


fisika dengan teori tes klasik dan modern (Kedua). Yogyakarta: UNY Press.

Jamaludin, Kade, A., & Nurjannah. (2015). Analisis pelaksanaan praktikum


menggunakan KIT IPA fisika di SMP se-kecamatan Sojol Kabupaten Donggala.
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 3(1), 6–13.

Jara, C. A., Heradio, R., De La Torre, L., Sanchez, J., Dormido, S., Torres, F., &
Candelas, F. A. (2012). Synchronous collaboration with virtual and remote labs
in moodle. IFAC Proceedings Volumes (IFAC-PapersOnline), 9(PART 1), 270–
275. https://doi.org/10.3182/20120619-3-RU-2024.00030

Jaya, H., Haryoko, S., Lu’mu, & Ida, P. (2020). Use of remote lab for online and real
time practicum at vocational school in Indonesia. International Journal of Online
and Biomedical Engineering, 16(5), 4–14. https://doi.org/10.3991/IJOE.
V16I05.13201

Kapting, P., & Rutto, D. K. (2014). Challenges facing laboratory practical approach
in physics instruction in Kenyan district seconday schools. International Journal
of Advancements in Research & Technology, 3(8), 13–17.

Karunianto, W. C., & Saputro, A. H. (2017). Design and implementation remote


laboratory based on Internet of Things: Study case in diffraction grating
experiment. In International Conference on Computer, Control, Informatics and
its Application (pp. 143–146). https://doi.org/10.1109/IC3INA.2017.8251756

Katili, N. S., Sadia, I. W., & Suma, K. (2013). Analisis sarana dan intensitas
penggunaan laboratorium fisika serta kontribusinya terhadap hasil belajar siswa
SMA negeri di kabupaten Jembrana. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 3, 1–9.

Kemenristekdikti. (2015). Peraturan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi


Republik Indonesia, nomor 44 Tahun 2015, tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.

Kharki, K. El, Berrada, K., & Burgos, D. (2021). Design and implementation of a
virtual laboratory for physics subjects in Moroccan Universities. Sustainability,
13(3711), 1–28.

Kostelníková, M., & Ožvoldová, M. (2013). Inquiry in physics classes by means of


remote experiments. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 89(0), 133–138.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.08.822

Kouzes, R. T., Myers, J. D., & Wulf, W. A. (1996). Collaboratories: Doing science on
the internet. Computer, 29(8), 40–46. https://doi.org/10.1109/2.532044

`
143

Krneta, R., Brkovic, M., Damnjanovic, D., Melosevic, M., & Milosevic, D. (2013).
Integration of remote DSP experiment into moodle learning environment. In The
Fourth International Conference on e-Learning (pp. 26–27). Belgrade, Serbia.

Kusairi, S., Hardiyana, H. A., Suwasono, P., Suryadi, A., & Afrieni, Y. (2021). E-
formative assessment integration in collaborative inquiry : A Strategy to enhance
student’s conceptual understanding in static fluid concepts. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, 17(1), 13–21. https://doi.org/10.15294/jpfi.v17i1.23969

Lämsä, J., Hämäläinen, R., Koskinen, P., & Viiri, J. (2018). Visualising the temporal
aspects of collaborative inquiry-based learning processes in technology-
enhanced physics learning. International Journal of Science Education, 40(14),
1697–1717. https://doi.org/10.1080/09500693.2018.1506594

Lang, J. (2012). Comparative study of hands-on and remote physics labs for first year
university level physics students. Transformative Dialogues: Teaching &
Learning Journal, 6(1), 1–25.

Latal, F. (2011). Remote teaching laboratories in physics lessons - Attitudes of


students and teachers to the remotely controlled experiments. Problems of
Education in The 21st Century, 37, 83–89.

Leblond, L., & Hicks, M. (2021). Designing laboratories for online instruction using
the iOLab device. The Physics Teacher, 59(5), 351–355. https://doi.org/10.1119/
10.0004886

Li, Y., Esche, S. K., & Chassapis, C. (2008). A scheduling system for shared online
laboratory resources. Proceedings - Frontiers in Education Conference, FIE,
(November 2008). https://doi.org/10.1109/FIE.2008.4720253

Ma, J., & Nickerson, J. V. (2006). Hands-on, simulated, and remote laboratories. ACM
Computing Surveys, 38(3), 7–24. https://doi.org/10.1145/1132960.1132961

Machotka, J., & Nedic, Z. (2009). Collaboration in Remote Laboratory - vision for the
future. In Proceedings of the 6Th Wseas International Conference on
Engineering Education (pp. 80–84).

Maiti, A., Maxwell, A. D., Kist, A. A., & Orwin, L. (2014). Merging remote
laboratories and enquiry-based learning for STEM Education. International
Journal of Online Engineering, 10(6), 50–57. https://doi.org/10.3991/
ijoe.v10i6.3997

Matarrita, C. A., & Beatriz Concari, S. (2016). Remote laboratories used in physics
teaching: A state of the art. Proceedings of 2016 13th International Conference
on Remote Engineering and Virtual Instrumentation, REV 2016, (February),
385–390. https://doi.org/10.1109/REV.2016.7444509

`
144

Mawn, M. V., Carrico, P., Charuk, K., Stote, K. S., & Lawrence, B. (2011). Hands-on
and online: Scientific explorations through distance learning. Open Learning,
26(2), 135–146. https://doi.org/10.1080/02680513.2011.567464

Miguel, J. P., Mauricio, D., & Rodríguez, G. (2014). A review of software quality
models for the evaluation of software products. International Journal of Software
Engineering & Applications, 5(6), 31–53. https://doi.org/10.5121/ijsea.
2014.5603

Mikroyannidis, A., Okada, A., Scott, P., Rusman, E., Specht, M., Stefanov, K., …
Chaimala, F. (2013). WeSPOT: A personal and social approach to inquiry-based
learning. Journal of Universal Computer Science, 19(14), 2093–2111.
https://doi.org/10.3217/jucs-019-14-2093

Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science.
High School Science Laboratories: Role and Vision. Washington, DC.

Mitsou, G., Vavougios, D., Sianoudis, J., & Ioannidis, G. S. (2016). Design and
development of physics remotely controlled teaching laboratory (RCL): The case
of light attenuation passing through transparent materials experiment. Asian
Journal of Education and E-Learning, 04(03), 85–91.

Mundilarto, M. (2013). Keefektifan pendekatan inquiry based learning untuk


meningkatkan karakter peserta didik SMA pada pembelajaran fisika. Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Sains, 1(1), 24–30.

Naddami, A., Fahli, A., Goumaj, M., German-Sallo, Z., Grif, H.-Ş., & Gligor, A.
(2015). Remote laboratories in electronics engineering education. Scientific
Bulletin of the Petru Maior, 12(1), 18–23. Retrieved from http://www.scopus.
com/inward/record.url?eid=2-s2.0-84901362037&partnerID=40&md5=827ee
3b5191a4f1e062618b9344ad587

NAS. (1996). National science education standards. Washington, DC: National


Academy Press.

NAS. (2000). Inquiry and the national science education standards: A guide for
teaching and learning. Washington, DC: National Academy of Sciences.
https://doi.org/10.17226/9596

NAS. (2013). Adapting to a changing world: Challenges and opportunities in


undergraduate physics education. Washington, DC: National Academy of
Sciences.

Neber, H. (2008). Promoting pre-experimental activities in high-school chemistry:


focusing on the role of students’ epistemic questions. International Journal of
Science Education, 30(13), 1801–1821.

`
145

Nedic, Z., & Machotka, J. (2007). Remote laboratory NetLab for effective teaching of
1st year engineering students. International Journal of Online Engineering, 3(3),
1–6.

NRC. (2012). A framework for K-12 science education: Practices, crosscutting


concepts, and core ideas. Washington, DC: The National Academies Press.
https://doi.org/978-0-309-21742-2

NRC. (2013). Adapting to a changing world-Challenges and opportunities in


undergraduate physics education. Washington, DC: The National Academies
Press.

Oon, P. T., & Subramaniam, R. (2011). On the declining interest in physics among
students-from the perspective of teachers. International Journal of Science
Education, 33(5), 727–746. https://doi.org/10.1080/09500693.2010.500338

Ožvoldová, M., & Schauer, F. (2012). Remote experiments in freshman engineering


education by integrated e-learning. In Internet Accessible Remote Laboratories:
Scalable E-Learning Tools for Engineering and Science Disciplines (pp. 60–83).
Pennsylvania: IGI Global. https://doi.org/10.4018/978-1-61350-186-3.ch004

P21. (2009). 21st century skills map: Science. Tucson: The Partnership for 21st
Century Learning. Retrieved from 21stcenturyskills.org

Padilla, M. J. (1990). The science process skills. The National Association for
Research in Science Teaching (Vol. March). Retrieved from http://www.educ.
sfu.ca/narstsite/publications/research/skill.htm.

Park, S.-T., Lee, H., Yuk, K.-C., & Lee, H. (2005). Web-based nuclear physics
laboratory. Recent Research Developments in Learning Technologies, 1–5.

Purnomo, R. D. (2020). Re-LabS: Remote laboratory system untuk pembelajaran


prakitikum programmable logic controlle jarak jauh. Universitas Pendididkan
Indonesia.

Reagan, A. (2012). Online introductory physics labs: Status and methods. Journal of
the Washington Academy of Sciences, 98(1), 31–46. Retrieved from
http://www.washacadsci.org/Journal/Journalarticles/V.98-1-online physics labs
aReagan.pdf

Rivera, L. F. Z., & Larrondo-Petrie, M. M. (2016). Models of remote laboratories and


collaborative roles for learning environments. Proceedings of 2016 13th
International Conference on Remote Engineering and Virtual Instrumentation,
REV 2016, (July), 423–429. https://doi.org/10.1109/REV.2016.7444517

Rivera, L. F. Z., & Petrie, M. M. L. (2016). Models of remote laboratories and


collaborative roles for learning environments. International Journal of Online
Engineering, 12(9), 15–21. https://doi.org/10.1109/REV.2016.7444517
`
146

Rohrig, C., & Jochheim, A. (2000). Java-based framework for remote access to
laboratory experiments. In 5th IFAC/IEEE Symposium on Advances in Control
Education (Vol. 33, pp. 67–72).

Rojko, A., Debevc, M., & Hercog, D. (2009). Implementation, effectiveness and
experience with remote laboratory in engineering education. Organizacija, 42(1),
23–33. https://doi.org/10.2478/v10051-008-0025-3

Rosyid, M. F. (2008). Pembelajaran fisika melalui riset. In Seminar Nasional Quantum


2008 (pp. 1–4).

Roth, W., & Jornet, A. (2014). Toward a theory of experience. Science Education,
2(98), 106–126. https://doi.org/10.1002/sce.21085

Ruby, G. G. (2006). An instructional design for online college physics laboratories.


Capella University.

Rukmana, T., & Mundilarto, M. (2016). Keterlaksanaan penilaian autentik mata


pelajaran fisika SMA Negeri. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(1), 111–121.

Salah, R. M., Cecil, J., & Atrushi, D. (2018). Collaborative remote laboratories for
serving sciences and engineering education in Iraq: Rexnet Project. In ICOASE
2018 - International Conference on Advanced Science and Engineering (pp. 134–
139). IEEE. https://doi.org/10.1109/ICOASE.2018.8548885

Sari, P. (2019). Analisis terhadap kerucut pengalaman Edgar Dale dan keragaman
gaya belajar untuk memilih media yang tepat dalam pembelajaran. Jurnal
Manajemen Pendidikan, I(1), 58–78. Retrieved from https://ejournal.insud.ac.id/
index.php/MPI/article/view/27

Silva, J. B., Rochadel, W., Simao, J. P., Marcelino, R., & Gruber, V. (2013). Using
mobile remote experimentation to teach physics in public school. In International
Conference on Interactive Computer aided Blended Learning (pp. 46–51).

Singer, S. R., Hilton, M. L., & Schweingruber, H. A. (2005). America’s lab report:
Investigations in high school science. Washington, DC: National Academy of
Sciences. https://doi.org/10.17226/661

Sipayung, H. D., Sani, R. A., & Bunawan, W. (2018). Collaborative Inquiry For 4C
Skills. In 3rd Annual International Seminar on Transformative Education and
Educational Leadership (Vol. 200, pp. 440–445). https://doi.org/10.2991/aisteel-
18.2018.95

Stapa, M. A., & Mohammad, N. (2019). The use of addie model for designing blended
learning application at vocational colleges in Malaysia. Asia-Pacific Journal of
Information Technology & Multimedia, 08(01), 49–62. https://doi.org/10.17576/
apjitm-2019-0801-05

`
147

Strauch, C. C., & Al-Omar, M. J. (2014). Critical analysis of learning theories and
ideologies and their impact on learning : " Review article ". The Online Journal
of Counseling and Education, 3(2), 62–77.

Sugiarti, E., & Harmoko, A. (2011). Monitoring kelembaban dan temperatur melalui
sistem java remote laboratory berbasis internet. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 29(2), 47–54.

Sundararajan, S., & Dautremont, J. J. (2014). Development, assessment and evaluation


of remote thermo-fluids laboratory experiments: Results from a pilot study. In
Mechanical Engineering Conference Presentations, Papers, and Proceedings
(pp. 1–13).

Surjono, H. D. (2010). Membangun Course E-Learning Berbasis Moodle. Book. UNY


Press.

Tawfik, M., Sancristobal, E., Martin, S., Gil, R., Diaz, G., Colmenar, A., …
Gustavsson, I. (2013). Virtual instrument systems in reality (VISIR) for remote
wiring and measurement of electronic circuits on breadboard. IEEE Transactions
on Learning Technologies, 6(1), 60–72. https://doi.org/10.1109/TLT.2012.20

Tho, S. W., & Yeung, Y. Y. (2016). Technology-enhanced science learning through


remote laboratory: System design and pilot implementation in tertiary education.
Australasian Journal of Educational Technology, 32(3), 96–111.
https://doi.org/10.14742/ajet.2203

Tippins, D. J., & Ritchie, S. (2015). Pedagogi bertaut budaya untuk pendidikan sains.
In K. Tobin (Ed.), Handbook Pengajaran dan Pembelajaran Sains (pp. 315–
321). Bandung: Nusa Media. Retrieved from www.syekhnurjati.ac.di/jurnal/
index.php/sceducatia

Tompkins, P. A., & Pingen, G. (2002). Real‐time experimentation across the internet.
The Physics Teacher, 40(10), 408–410. https://doi.org/10.1119/1.1517881

Van Joolingen, W. R., De Jong, T., Lazonder, A. W., Savelsbergh, E. R., & Manlove,
S. (2005). Co-Lab: Research and development of an online learning environment
for collaborative scientific discovery learning. Computers in Human Behavior,
21(4), 671–688. https://doi.org/10.1016/j.chb.2004.10.039

Viegas, C., Pavani, A., Lima, N., Marques, A., Pozzo, I., Dobboletta, E., … Alves, G.
(2018). Impact of a remote lab on teaching practices and student learning.
Computers and Education, 126, 201–216. https://doi.org/10.1016/j.compedu.
2018.07.012

Williams, C., Stanisstreet, M., Spall, K., Boyes, E., & Dickson, D. (2003). Why aren’t
secondary students interested in physics? Physics Education, 38(4), 324–329.
https://doi.org/10.1088/0031-9120/38/4/306

`
148

Wittrock, M. C. (1992). Generative learning processes of the brain. Educational


Psychologist, 27(4), 531–541.

Yager, R. E., & McCormack, A. J. (1989). Assessing teaching/learning successes in


multiple domains of science and science education. Science Education, 73(1),
45–58. https://doi.org/10.1002/sce.3730730105

Zeiss, B., Vega, D., Schieferdecker, I., Neukirchen, H., & Grabowski, J. (2007).
Applying the ISO 9126 quality model to test specifications. In Conference:
Software Engineering (Vol. 105, pp. 231–244). Hamburg. Retrieved from
http://upload.wikimedia.org/wikiversity/beta/archive/d/d2/20130202124457!IS
O9126.pdf

Zine, O., Errouha, M., Zamzoum, O., Derouich, A., & Talbi, A. (2018). SEITI
RMLab: A costless and effective remote measurement laboratory in electrical
engineering. International Journal of Electrical Engineering and Education,
56(1), 3–23. https://doi.org/10.1177/0020720918775041

Zutin, D. G., Auer, M. E., Maier, C., & Niederstatter, M. (2010). Lab2go - A repository
to locate educational online laboratories. In EEE Education Engineering
Conference (pp. 1741–1746). Madrid. https://doi.org/10.1109/ EDUCON.
2010.5492412

Zwickl, B. M., Finkelstein, N., & Lewandowski, H. J. (2013). The process of


transforming an advanced lab course: Goals, curriculum, and assessments.
American Journal of Physics, 81(1), 63–70. https://doi.org/10.1119/1.4768890

`
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk dan Keterangan Instrumen Uji Coba Produk

No. Nama Instrumen Keterangan Instrumen


1. Rubrik Evaluasi Rubrik Evaluasi Perangkat E-Learning diadopsi/
Perangkat E-Learning diterjemahkan dari Rubric for eLearning Tool
Evaluation yang dikembangkan oleh Lauren M. Anstey
& Gavan P. L. Watson, hak cipta 2018 pada Center for
Teaching and Learning, Western University. Tersedia
berdasarkan ketentuan Lisensi Internasional Creative
Commons Attribution-Non Commercial-Share Alike 4.0.

Di Western University, Rubric for eLearning Tool


Evaluation saat digunakan oleh pengembang
pembelajaran untuk meninjau perangkat dan
teknologi yang dikategorikan sebagai eLearning
Toolkit, sumber daya online universitas yang
dimaksudkan untuk membantu instruktur
menemukan dan mengintegrasikan teknologi secara
bermakna ke dalam pembelajaran. Rubrik ini
difungsikan panduan bagi instruktur dan staf dalam
penilaian dan pemilihan perangkat e-learning
melalui evaluasi multidimensi aspek fungsional,
teknis, dan pedagogis.

Situs Web:
• http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/
• https://er.educause.edu/articles/2018/9/a-rubric-
for-evaluating-e-learning-tools-in-higher-
education
2. Rubrik Desain Rubrik Desain Pembelajaran Online diadopsi/
Pembelajaran Online diterjemahkan dari Rubric for Online Instruction yang
dikembangkan oleh California State University
untuk menciptakan dan meningkatkan lingkungan
belajar berkualitas tinggi dalam pembelajaran
online.

Rubric for Online Instruction mendapat the


Exemplary Online Instruction Awards, sebuah
pengakuan yang dipublikasikan pada Konferensi
CELT tahunan di CSU, Chico. Situs web ini
mendemonstrasikan contoh instruksi online yang
patut dicontoh dan tersedia untuk dilihat. Rubrik
memiliki lisensi di bawah Lisensi Creative
Commons Attribution 3.0 Amerika Serikat.
149
150

No. Nama Instrumen Keterangan Instrumen

Rubric for Online Instruction dapat digunakan


dalam tiga cara.
1) Sebagai alat “evaluasi diri” mata kuliah untuk
memandu instruktur dalam merevisi mata kuliah
online.
2) Sebagai instrumen evaluasi dalam merancang
mata kuliah baru untuk lingkungan online.
3) Sebagai sarana untuk mendapatkan pengakuan
atas pengajaran online yang dikembangkan.

Situs Web:
https://www.csuchico.edu/eoi/rubric.shtml
http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/us/

3. Kuesioner USE Kuesioner USE diadopsi/diterjemahkan dari The USE


(Usefulness, Satisfaction, and Ease of Use)
Questionnaire yang dikembangkan oleh Arnold M.
Lund (2001). USE Questionnaire berisi 30 item
yang meneliti empat dimensi kegunaan: kegunaan,
kemudahan penggunaan, kemudahan belajar, dan
kepuasan. Item dalam USE juga memiliki validitas
tampilan yang baik dengan deskripsi yang tidak
ambigu dan relevan. Secara keseluruhan, USE
adalah instrumen yang valid dan andal (Meiyuzi
Gao, Philip Kortum, and Frederick Oswald, 2018).

Referensi:
Meiyuzi Gao, Philip Kortum, and Frederick
Oswald, 2018. Psychometric Evaluation of the USE
(Usefulness, Satisfaction, and Ease of use)
Questionnaire for Reliability and Validity,
Proceedings of the Human Factors and Ergonomics
Society, Annual Meeting, 2018.
4. Rubrik Penilaian Rubrik Penilaian Laporan Laboratorium diadopsi/
Laporan diterjemahkan dari Grading Lab Reports Rubric
Laboratorium yang dikembangkan dalam proyek LabWrite.

LabWrite adalah proyek pengajaran yang berasal


dari North Carolina State University dan disponsori
oleh National Science Foundation (DUE-9950405
dan DUE-0231086).
Rubrik ini merupakan perangkat pembelajaran
laboratorium untuk membantu peserta didik
mendapatkan keuntungan dari potensi belajar dalam
menulis laporan lab.

`
151

No. Nama Instrumen Keterangan Instrumen


Situs Web:
https://labwrite.ncsu.edu/index_labwrite.htm
5. Cecklist Pembelajaran Cecklist Pembelajaran Inkuiri diadopsi/diterjemahkan
Inkuiri dari Elements of Scientific Inquiry and related
descriptions, yang merupakan versi modifikasi dari
the Essential Features of Classroom Inquiry and
their Variations (Mawn, dkk, 2011).
Referensi:
Mary V. Mawn , Pauline Carrico , Ken Charuk , Kim
S. Stote & Betty Lawrence (2011) Hands‐on and
online: scientific explorations through distance
learning, Open Learning: The Journal of Open,
Distance and e-Learning, 26:2, 135-146
Tautan:
http://dx.doi.org/10.1080/02680513.2011.567464
6 Tes Pengetahuan Tes pengetahuan fisika diadopsi/diterjemahkan dari
Fisika tentang Medan Engineering Physics Question and Answers dari
Magnet, Polarisasi SANFOUNDRY Global Education & Training.
Cahaya, Teori Foton
dan Konstanta Planck, Sanfoundry dibentuk di Bangalore pada tahun 2011
Spektroskopi Atom, untuk menyediakan program pelatihan dan
dan Radiasi Nuklir lokakarya berkualitas tinggi bagi Perusahaan
Rekayasa Produk dan Profesional Teknologi.
Sanfoundry telah memulai misi untuk menyediakan
konten berkualitas gratis (1 Juta + Kuis & Program)
di semua cabang atau Teknik dan Sains.
Tautan:
https://www.sanfoundry.com/1000-engineering-
physics-questions-answers/

`
152

Lampiran 2. Instrumen Penilaian Perangkat E-Learning


INSTRUMEN PENILAIAN AHLI
TERHADAP PERANGKAT E-LEARNING DENGAN REMOTE LABORATORY UNTUK
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI KOLABORATIF

Nama Ahli : _________________________


NIP : _________________________
Jabatan Akademik/Pangkat : _________________________
Institusi : __________________________________________________
Keahlian : Bidang Studi Desain Instruksional
E-Learning Multimedia Pembelajaran
Panduan Penilaian:
Instrumen ini dirancang sebagai instrumen formatif untuk mengevaluasi perangkat E-Learning dalam pendidikan
tinggi. Perangkat E-Learning didefinisikan sebagai konten dan teknologi digital apa pun yang dimediasi melalui
penggunaan perangkat komputasi, yang sengaja dipilih untuk mendukung pembelajaran di sekolah/perguruan
tinggi. Instrumen ini mendukung evaluasi multi-dimensi dari aspek fungsional, teknis, dan pedagogis perangkat
E-Learning. Instrumen ini tidak mengidentifikasi ambang batas diskrit yang harus dipenuhi oleh perangkat E-
Learning sebelum digunakan. Sebagai instrumen formatif diharapkan untuk memberikan gambaran tentang
kekuatan dan kelemahan relatif dari perangkat E-Learning dengan Remote Physics Laboratory, yang dievaluasi
terhadap serangkaian kategori dan kriteria. Instrumen ini terdiri dari 8 kategori, yaitu: 1). Fungsionalitas [4
kriteria], 2). Aksesibilitas [4 kriteria], 3). Dukungan Teknis [4 kriteria], 4). Desain Seluler [3 kriteria], 5). Priviasi,
Perlindungan Data dan Hak [3 kriteria], 6). Dukungan Sosial [3 krtiteria], 7). Dukungan Pengajaran [3 kriteria],
8). Dukungan Kognitif [3 kriteria].
Penilaian dilakuan dengan cara:
1) Mengakses perangkat E-Learning di alamat web: http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/ dan login dengan
username : ……….. ; password : ………..
2) Memberi skor untuk setiap kriteria di kolom paling kanan. Makna skor sesuai dengan salah satu pilihan
deskriptor yang tersedia, yaitu: 4=Sangat Baik, 3=Baik, 2=Cukup Baik, 1=Tidak Baik.
3) Memberi komentar/saran perbaikan secara keseluruhan terhadap konten/perangkat E-Learning

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


1 Fungsionalitas 1.1. Kapasitas kelas
Perangkat ini dapat diskalakan untuk mengakomodasi
4 kelas ukuran apa pun dengan fleksibilitas untuk membuat
sub-kelompok yang lebih kecil atau komunitas praktik.
Perangkat ini dapat diskalakan untuk mengakomodasi
kelas ukuran apa pun tetapi memiliki fleksibilitas terbatas
3
untuk membuat sub-kelompok atau komunitas praktik yang
lebih kecil.
Perangkat ini dapat diskalakan untuk mengakomodasi
kelas ukuran apa pun tetapi tidak memiliki fasiltas untuk
2
membuat sub-kelompok atau komunitas praktik yang lebih
kecil.
Perangkat ini terbatas untuk sejumlah pengguna dan tidak
1
dapat dikembangkan
1.2 Kemudahan Penggunaan
Perangkat ini memiliki antarmuka yang ramah pengguna
4 dan mudah bagi pengguna untuk menjadi terampil dengan
cara yang dipersonalisasi dan intuitif

`
153

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


Perangkat ini memiliki antarmuka yang mungkin
3 membingungkan bagi pengguna dan ada peluang terbatas
untuk personalisasi.
Perangkat ini memiliki antarmuka yang membingungkan
2 bagi pengguna dan ada peluang terbatas untuk
personalisasi.
Antarmuka tidak menarik bagi pengguna; sangat rumit,
1
tidak intuitif, kaku, dan tidak fleksibel.
1.3 Dukungan Teknis / Ketersediaan Bantuan
Dukungan teknis dan/atau dokumentasi bantuan sudah
tersedia dan membantu pengguna dalam tugas
4
pemecahan masalah yang dialami dan perangkat
menawarkan platform dukungan yang kuat.
Dukungan teknis dan/atau dokumentasi bantuan sudah
tersedia dan membantu pengguna dalam tugas
3
pemecahan masalah yang dialami tetapi perangkat tidak
menawarkan platform dukungan yang kuat.
Dukungan teknis dan dokumentasi bantuan tersedia tetapi
2
terbatas, tidak lengkap, atau tidak ramah pengguna.
Dokumentasi dukungan dan bantuan teknologi tidak
1
tersedia.
1.4 Hipermedialitas
Perangkat ini memungkinkan pengguna untuk
berkomunikasi melalui saluran yang berbeda (audio,
4
visual, tekstual) dan memungkinkan keterlibatan non-
sekuensial, fleksibel/adaptif dengan materi.
Perangkat ini memungkinkan pengguna untuk
berkomunikasi melalui saluran yang berbeda (audio,
3 visual, tekstual) tetapi terbatas dalam kemampuannya
untuk menyediakan keterlibatan non-sekuensial,
fleksibel/adaptif dengan materi.
Perangkat ini terbatas dalam hal saluran komunikasi yang
digunakan (audio, visual, tekstual) dan menyajikan
2
informasi secara berurutan dalam format yang kaku dan
tidak fleksibel.
Perangkat ini hanya memiliki satu saluran komunikasi yang
1 digunakan (audio, visual, tekstual) dan menyajikan
informasi kurang berurutan
2 Aksesibilitas 2.1 Standar aksesibilitas
Perangkat ini sangat memenuhi pedoman aksesibilitas
(mis. Undang-undang aksesibilitas lokal dan/atau standar
4
Web Content Accessibility Guidelines (WCAG)
dari World Wide Web Consortium (W3C)
3 Perangkat ini memenuhi pedoman aksesibilitas
2 Perangkat ini kurang memenuhi pedoman aksesibilitas
Perangkat ini tidak memenuhi pedoman aksesibilitas atau
1 tidak ada informasi kepatuhan yang disediakan untuk
perangkat ini.
2.2 Partisipasi yang berfokus ke pengguna
Perangkat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
4 pengguna yang beragam (beragam literasi, dan
kemampuannya) dengan ukuran kelas apapun, sehingga

`
154

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


memperluas peluang untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran

Perangkat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan


pengguna yang beragam (beragam literasi, dan
3 kemampuannya) dengan ukuran kelas tertentu, sehingga
memberi peluang terbatas untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran
Perangkat ini memiliki kapasitas terbatas untuk memenuhi
2 kebutuhan pengguna yang beragam (beragam literasi, dan
kemampuannya).
Perangkat ini tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi
1 kebutuhan pengguna yang beragam (beragam literasi, dan
kemampuannya).
2.3 Perlatan yang Dibutuhkan
Penggunaan perangkat ini tidak memerlukan peralatan di
luar apa yang biasanya tersedia untuk pengajar dan siswa
4
(komputer dengan speaker dan mikrofon internal, koneksi
internet, dll.).
Penggunaan perangkat ini membutuhkan peralatan
3 khusus (mis. Perangkat unik) yang kemungkinan
membutuhkan pembelian dengan biaya rendah.
Penggunaan perangkat ini membutuhkan peralatan
2 khusus yang membutuhkan investasi keuangan yang
sedang hingga signifikan
Penggunaan perangkat ini membutuhkan keahlian dan
1 peralatan khusus yang membutuhkan investasi keuangan
yang sedang hingga signifikan
2.4 Biaya Penggunaan
Semua aspek dari perangkat ini dapat digunakan secara
4
gratis.
Aspek terbatas dari perangkat ini dapat digunakan secara
3 gratis dengan elemen lain yang memerlukan pembayaran
biaya, keanggotaan, atau berlangganan.
Penggunaan Perangkat ini membutuhkan biaya,
2
keanggotaan, atau berlangganan.
Penggunaan Perangkat ini membutuhkan biaya,
1 keanggotaan, atau berlangganan yang dapat
menimbulkan beban keuangan bagi pengguna.
3 Dukungan 3.1 Integrasi dalam Sistem Manajemen Pembelajaran
Teknis Perangkat dapat disematkan (sebagai objek melalui kode
4 HTML) atau terintegrasi penuh ke dalam LMS dengan
tetap mempertahankan fungsionalitasnya secara penuh.
Perangkat terintegrasi penuh ke dalam LMS dengan tetap
3
mempertahankan fungsionalitasnya terbatas.
Perangkat ini terintegrasi ke dalam LMS tetapi tidak dapat
2
sepenuhnya, dan mungkin dengan fungsionalitas terbatas
Perangkat hanya dapat diakses dalam LMS melalui
1
representasi statis (misslnya ekspor berkas)
3.2 Sistem Operasi di Laptop/Desktop
Pengguna dapat secara efektif memanfaatkan perangkat
4
ini dengan sistem operasi standar dan terkini.

`
155

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


Pengguna dapat menemukan fungsionalitas yang terbatas
3 atau diubah tergantung pada sistem operasi terbaru yang
digunakan.
Pengguna dibatasi untuk menggunakan perangkat dengan
2
satu sistem operasi khusus dan terkini.
Pengguna dibatasi untuk menggunakan perangkat dengan
1
satu sistem operasi lama
3.3 Penelusur (Browser)
Pengguna dapat secara efektif memanfaatkan perangkat
4
ini dengan penelusur (browser) standar dan terkini.
Pengguna dapat menemukan fungsionalitas yang terbatas
3 atau diubah tergantung pada penelusur terbaru yang
digunakan.
Pengguna dibatasi untuk menggunakan perangkat ini
2
melalui satu penelusur tertentu.
Pengguna dibatasi untuk menggunakan perangkat ini
1
melalui satu penelusur tertentu versi lama.
3.4 Unduhan Tambahan
Pengguna tidak perlu mengunduh perangkat lunak
4
tambahan atau ekstensi penelusur
Perangkat ini menggunakan ekstensi penelusur/perangkat
3 lunak yang memerlukan unduhan dan/atau izin pengguna
untuk dijalankan.
Perangkat ini membutuhkan ekstensi penelusur atau
2
perangkat lunak versi lama.
Perangkat ini membutuhkan ekstensi penelusur dan
1
tambahan perangkat lunak berbayar
4 Desain 4.1 Akses
Seluler Perangkat ini dapat diakses, baik melalui unduhan aplikasi
(Mobile) atau melalui penelusur mobil (seluler), terlepas dari sistem
4 operasi dan perangkat seluler. Desain perangkat seluler
sepenuhnya mempertimbangkan kendala layar yang
berukuran lebih kecil.
Perangkat ini dapat diakses, baik melalui unduhan aplikasi
atau melalui penelusur mobil (seluler), terlepas dari
3 sistem operasi dan perangkat seluler. Desain perangkat
seluler tidak mempertimbangkan kendala layar yang
berukuran lebih kecil.
Perangkat ini dapat diakses dengan hanya untuk
2 perangkat sistem operasi seluler yang terbatas. Perangkat
tidak dapat diakses melalui penelusur seluler.
Akses ke perangkat ini terbatas atau tidak ada di
1
perangkat seluler.
4.2 Fungsionalitas
Tidak ada perbedaan fungsional antara versi seluler dan
desktop, apa pun perangkat yang digunakan untuk
4 mengaksesnya. Tidak ada perbedaan fungsionalitas
antara aplikasi yang dirancang untuk berbagai sistem
operasi seluler
Tidak ada perbedaan fungsional antara versi seluler dan
3 desktop, apa pun perangkat yang digunakan untuk
mengaksesnya. Tetapi ada perbedaan fungsionalitas

`
156

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


antara aplikasi yang dirancang untuk berbagai sistem
operasi seluler

Fitur inti dari perangkat utama berfungsi pada aplikasi


seluler tetapi fitur lanjutannya terbatas. Ada beberapa
2
perbedaan fungsi antara aplikasi yang dirancang untuk
sistem operasi seluler yang berbeda.
Aplikasi seluler berfungsi dengan lemah sehingga fitur inti
tidak dapat diandalkan atau malah tidak ada. Perbedaan
1
signifikan dalam fungsi tergantung pada sistem operasi
perangkat seluler yang digunakan.
4.3 Akses Luring (offline)
Fitur inti perangkat ini dapat diakses dan digunakan
4 bahkan saat luring, mempertahankan fungsionalitas dan
konten.
Perangkat ini dapat digunakan dalam mode luring tetapi
3
fungsionalitas inti dan kontennya terpengaruh.
Platform seluler tidak dapat digunakan dalam kapasitas
2
apa pun secara luring.
1 Perangkat tidak dapat digunakan dalam mode luring
5 Privasi, 5.1 Daftar/Masuk
Perlindungan Penggunaan perangkat ini tidak memerlukan pembuatan
Data, dan Hak akun eksternal atau log in tambahan, sehingga tidak ada
4
informasi pengguna pribadi yang dikumpulkan dan
dibagikan.
Pengajar adalah satu-satunya pengguna yang diperlukan
untuk memberikan informasi pribadi untuk membuat akun,
3
sehingga dapat melindungi pengumpulan dan penggunaan
data pribadi siswa oleh kelompok pihak ketiga.
Semua penggunaan perangkat ini memerlukan pembuatan
akun eksternal atau log in tambahan, tetapi tidak ada
2
informasi pribadi pengguna yang dikumpulkan dan
dibagikan.
Semua penggunaan perangkat ini memerlukan pembuatan
akun eksternal atau log in tambahan, dan memerlukan
1
informasi pribadi pengguna yang dikumpulkan dan
dibagikan.
5.2 Privasi Data dan Kepemilikan
Pengguna mempertahankan kepemilikan dan hak cipta
atas kekayaan intelektual/data mereka; pengguna dapat
4
menyimpan data pribadi dan memutuskan apakah data
akan dibagikan.
Pengguna mempertahankan kepemilikan dan hak cipta
3 atas kekayaan intelektual/data mereka; data dibagikan
secara publik, dan dapat dijadikan pribadi.
Pengguna mempertahankan kepemilikan dan hak cipta
2 atas kekayaan intelektual/data mereka; data dibagikan
secara publik, dan tidak dapat dijadikan pribadi.
Pengguna kehilangan kepemilikan dan hak cipta data; data
1 dibagikan secara publik dan tidak dapat dijadikan pribadi,
atau tidak ada detail yang diberikan.
5.3 Mengarsip, Menyimpan, dan Mengekspor Data

`
157

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


Pengguna dapat mengarsip, menyimpan, atau mengimpor
4 dan mengekspor konten atau data aktivitas dalam
berbagai format.
Pengguna dapat mengarsip, menyimpan, atau mengimpor
3 dan mengekspor konten atau data aktivitas dalam
format.tertentu
Ada batasan untuk pengarsipan, menyimpan, atau
2
mengimpor/mengekspor konten atau data aktivitas.
Konten dan data aktivitas tidak dapat diarsipkan, disimpan,
1
atau diimpor-diekspor.
6 Dukungan 6.1 Kolaborasi
Sosial Perangkat ini memiliki kapasitas untuk mendukung
komunitas pembelajaran melalui peluang asinkron dan
4
sinkron untuk komunikasi, interaktivitas, dan transfer data
antar pengguna.
Perangkat ini memiliki kapasitas untuk mendukung
komunitas pembelajaran melalui peluang asinkron dan
3
sinkron untuk komunikasi, interaktivitas, tetapi tidak ada
transfer data antar pengguna.
Perangkat ini memiliki kapasitas untuk mendukung
komunitas pembelajaran melalui peluang yang asinkron
2
tetapi tidak sinkron untuk komunikasi, interaktivitas, dan
transfer data antara pengguna.
Komunikasi, interaktivitas, dan transfer data antar
1 pengguna tidak didukung atau dibatasi secara signifikan.

6.2 Akuntabilitas Pengguna


Pengguna dapat mengontrol anonimitas dan perangkat ini
4 menyediakan solusi teknis untuk meminta pengguna
bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Pengguna dapat mengontrol anonimitas tetapi perangkat
3 ini kurang menyediakan solusi teknis untuk meminta
pengguna bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Pengguna tidak dapat mengontrol anonimitas tetapi alat ini
2 memberikan beberapa solusi untuk meminta pertanggung-
jawaban pengguna atas tindakan mereka.
Pengguna tidak dapat mengendalikan anonimitas
1 pengguna dan tidak ada solusi teknis untuk meminta
pengguna bertanggung jawab atas tindakan mereka
6.3 Difusi/Penyebaran
Perangkat ini dikenal luas dan populer, kemungkinan
4 sebagian besar pengguna akrab dengan perangkat ini dan
memiliki kompetensi teknis dasar dengannya.
Perangkat ini dikenal luas dan populer, kemungkinan
3 sebagian pengguna akrab dengan perangkat ini dan
memiliki kompetensi teknis tertentu dengannya.
Keakraban pengguna dengan perangkat ini cenderung
2 beragam, beberapa akan kekurangan kompetensi teknis
dasar yang dibutuhkan
Perangkat ini tidak dikenal dengan baik (asing),
kemungkinan bahwa pengguna tidak terbiasa dengan
1
perangkat dan tidak memiliki kompetensi teknis dasar yang
dibutuhkan

`
158

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


7 Dukungan 7.1 Fasilitasi (Pemfasilitasan)
Pengajaran Perangkat ini memiliki fitur yang mudah digunakan yang
akan secara signifikan meningkatkan kemampuan
4 pengajar untuk hadir bersama pembelajar melalui
manajemen aktif, pemantauan, keterlibatan, dan umpan
balik
Perangkat ini memiliki fitur yang mudah digunakan yang
akan dapat meningkatkan kemampuan pengajar untuk
3
hadir bersama pembelajar melalui manajemen aktif,
pemantauan, keterlibatan, dan umpan balik
Perangkat ini memiliki fungsi yang terbatas untuk secara
efektif mendukung kemampuan pengajar untuk hadir
2
bersama pembelajar melalui manajemen aktif,
pemantauan, keterlibatan, dan umpan balik.
Perangkat ini belum dirancang untuk mendukung
kemampuan pengajar untuk hadir bersama pembelajar
1
melalui manajemen aktif, pemantauan, keterlibatan, dan
umpan balik.
7.2 Kustomisasi/Penyesuaian
Perangkat dapat disesuaikan dengan lingkungannya yaitu
4 mudah disesuaikan dengan konteks kelas dan hasil
pembelajaran yang ditargetkan.
Perangkat dapat disesuaikan dengan lingkungannya yaitu
3 mudah disesuaikan dengan konteks kelas ukuran tertentu
dan hasil pembelajaran yang ditargetkan.
Aspek terbatas dari perangkat ini dapat disesuaikan agar
2
sesuai dengan konteks kelas dan hasil pembelajaran
1 Perangkat tidak dapat dikustomisasi.
7.3 Analisis Pembelajaran
Pengajar dapat memantau kinerja pembelajar pada
4 berbagai ukuran data yang responsif. Ukuran-ukuran ini
dapat diakses melalui dasbor yang mudah digunakan.
Pengajar dapat memantau kinerja pembelajar pada
3 berbagai ukuran data tertentu yang responsif. Ukuran-
ukuran ini dapat diakses melalui dasbor.
Pengajar dapat memantau kinerja pembelajar pada
2 ukuran-ukuran yang terbatas; atau data tidak disajikan
dalam format yang mudah ditafsirkan.
Perangkat tidak mendukung pengumpulan hasil kinerja
1
pembelajaran.
8 Dukungan 8.1 Peningkatan Tugas-tugas Kognitif
Kognitif Perangkat ini meningkatkan keterlibatan dalam tugas-
4 tugas kognitif yang ditargetkan, yang dulunya sangat
kompleks atau tidak dapat dipahami melalui cara lain.
Perangkat ini memungkinkan peningkatan keterlibatan
3
dalam tugas-tugas kognitif yang ditargetkan dan kompleks
Perangkat ini sebagai pengganti perangkat langsung tanpa
2 perubahan fungsional untuk tugas-tugas kognitif yang
ditargetkan.
Perangkat ini kurang peningkatan fungsional untuk
1
keterlibatan dalam tugas-tugas kognitif yang ditargetkan.
8.2 Berpikiran Tingkat Tinggi

`
159

No. Kategori Kriteria dan Deskriptor Skor


Penggunaan perangkat ini dengan mudah memfasilitasi
pembelajar dengan latar belakang kemampuan beragam
4
untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi tanpa
arahan pengajar
Penggunaan perangkat ini dengan mudah memfasilitasi
pembelajar dengan latar belakang kemampuan tertentu
3
untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi tanpa
arahan pengajar
Perangkat ini dapat melibatkan pembelajar dalam
2 keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan fasilitasi dan
arahan dari pengajar.
Perangkat ini kemungkinan tidak melibatkan pembelajar
1
dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi.
8.3 Keterlibatan Metakognitif
Melalui perangkat ini, pembelajar secara teratur dapat
menerima umpan balik formatif mengenai pembelajaran
4
(yaitu, mereka dapat melacak kinerja mereka, memantau
peningkatan mereka, menguji pengetahuan mereka).
Peluang untuk menerima umpan balik formatif tentang
pembelajaran tersedia, tetapi jarang atau terbatas
3 (misalnya, kurang peluang untuk melacak kinerja,
memantau peningkatan, menguji pengetahuan secara
teratur).
Peluang untuk menerima umpan balik formatif tentang
pembelajaran sangat terbatas (misalnya, kurang peluang
2
untuk melacak kinerja, memantau peningkatan, dan tidak
dapat menguji pengetahuan secara teratur).
Tidak ada peluang untuk umpan balik formatif tentang
pembelajaran (misalnya, tidak ada peluang untuk melacak
1
kinerja, memantau peningkatan, menguji pengetahuan
secara teratur).
Saran/Komentar perbaikan:

Yogyakarta, _________________
Penilai

(___________________________)
`
160

Lampiran 3. Instrumen Penilaian Aspek Desain E-Learning


INSTRUMEN PENILAIAN AHLI
TERHADAP PERANGKAT E-LEARNING DENGAN REMOTE LABORATORY UNTUK PEMBELAJARAN
FISIKA BERBASIS INKUIRI KOLABORATIF
(Aspek Desain Pembelajaran)

Nama Ahli :
NIP : _________________________
Jabatan Akademik/Pangkat : _________________________
Institusi : _____________________________________________________
Keahlian : Bidang Studi Teknologi Pembelajaran
E-Learning Multimedia Pembelajaran
Panduan Penilaian:
Instrumen ini dirancang sebagai instrumen formatif untuk mengevaluasi perangkat E-Learning dalam
pendidikan menengah/tinggi. Perangkat E-Learning didefinisikan sebagai konten, desain pembelajaran dan
teknologi digital apa pun yang dimediasi melalui penggunaan perangkat komputasi, yang dipilih untuk mendukung
pembelajaran di sekolah/perguruan tinggi. Instrumen ini mendukung evaluasi multidimensi dari aspek fungsional,
teknis, dan pedagogis perangkat E-Learning. Instrumen ini tidak mengidentifikasi ambang batas diskrit yang harus
dipenuhi oleh perangkat E-Learning sebelum digunakan. Sebagai instrumen formatif diharapkan untuk
memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan relatif dari perangkat E-Learning dengan Remote
Physics Laboratory, yang dievaluasi terhadap serangkaian kategori dan kriteria. Instrumen ini terdiri dari 6
kategori, yaitu: 1). Dukungan & Sumber Daya Pemelajar [3 kriteria], 2). Desain & Organisasi Daring [5 kriteria],
3). Pengajaran Penyampaian & Desain [5 kriteria], 4). Penilaian & Evaluasi Pembelajaran pemelajar [5
kriteria], 5). Pengajaran Inovatif dengan Teknologi [4 kriteria], dan 6). Penggunaan umpan balik mahasiswa
oleh pengajar [3 krtiteria].
Penilaian dilakukan dengan cara:
4) Mengakses perangkat E-Learning di alamat web: http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/ dan login dengan
username : penilai1 ; password : penilai. Untuk menilai aparatus remote laboratory dan melakukan remote
experiment, penilai dimohon menghubungi peneliti terlebih dahulu, agar mengoperasikan aparatus, melalui
WhatsApp: 08122786356.
5) Memberi skor untuk setiap kriteria di kolom paling kanan. Makna skor sesuai dengan salah satu pilihan
deskriptor yang tersedia, yaitu: 3=Sangat Baik, 2=Baik, 1=Kurang Baik
6) Memberi komentar/saran perbaikan secara keseluruhan terhadap konten/perangkat E-Learning

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


1 Dukungan&Sumber 1.1 Informasi mata kuliah
Daya Pemelajar 3 Mata kuliah berisi informasi yang luas tentang bagi
pemelajar daring dan tautan ke sumber daya kampus
2 Mata kuliah berisi informasi yang memadai untuk
mendukung pemelajar daring dan tautan ke sumber
daya kampus.
1 Mata kuliah berisi informasi yang terbatas untuk
mendukung pemelajar daring dan tautan ke sumber
daya kampus.
1.2 Variasi sumber/bahan mata kuliah
3 Mata kuliah menyediakan berbagai sumber belajar
yang spesifik, informasi kontak untuk pengajar,
jurusan, dan program.
2 Mata kuliah menyediakan sumber belajar spesifik
yang memadai, beberapa informasi kontak untuk
pengajar, jurusan, dan program.

`
161

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


1 Mata kuliah menyediakan sumber belajar spesifik
yang terbatas, informasi kontak yang terbatas untuk
pengajar, jurusan, dan/atau program.
1.3 Variasi akses ke sumber belajar
3 Mata kuliah menawarkan akses ke berbagai sumber
daya yang mendukung konten mata kuliah dan
kemampuan belajar yang berbeda.
2 Mata kuliah menawarkan akses ke sumber daya yang
memadai yang mendukung konten mata kuliah dan
kemampuan belajar yang berbeda.
1 Mata kuliah menawarkan sumber daya yang terbatas
yang mendukung konten mata kuliah dan kemampuan
belajar yang berbeda.
2 Desain & Organisasi 2.1 Pengorganisasian mata kuliah
Daring 3 Mata kuliah diatur dengan baik dan mudah dinavigasi.
Pemelajar dapat dengan jelas memahami semua
komponen dan struktur mata kuliah..
2 Mata kuliah diatur dan bisa dinavigasi. Pemelajar
dapat memahami komponen dan struktur utama mata
kuliah.
1 Sebagian besar mata kuliah sedang dibangun,
dengan beberapa komponen utama yang
teridentifikasi, seperti silabus.
2.2 Silabus mata kuliah
3 Silabus mata kuliah dengan jelas menggambarkan
peran yang akan dimainkan lingkungan belajar daring
dalam mata kuliah keseluruhan.
2 Silabus mata kuliah mengidentifikasi dan
menggambarkan peran lingkungan daring yang akan
dimainkan dalam mata kuliah.
1 Silabus mata kuliah tidak jelas tentang apa yang
diharapkan dari pemelajar.
2.3 Dasain Estetika
3 Desain estetika menyajikan dan menyampaikan
informasi mata kuliah dengan sangat jelas.
2 Desain estetika menyajikan dan menyampaikan
informasi mata kuliah dengan jelas.
1 Desain estetika tidak menyajikan dan menyampaikan
informasi mata kuliah dengan jelas.
2.4 Konsistensi halaman web
3 Semua laman web konsisten secara visual dan
fungsional dalam keseluruhan mata kuliah.
2 Sebagian besar laman web konsisten secara visual
dan fungsional.
1 Laman web tidak konsisten, baik secara visual
maupun fungsional.
2.5 Aksesibiltas mata kuliah
3 Masalah aksesibilitas dibahas dikeseluruhan mata
kuliah. (Termasuk: penglihatan, mobilitas,
pendengaran, kognisi, ESL, dan teknis.)
2 Masalah aksesibilitas dibahas secara singkat.
(Termasuk: penglihatan, mobilitas, pendengaran,
kognisi, ESL, dan teknis.)
`
162

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


1 Masalah aksesibilitas tidak ditangani. (Termasuk:
penglihatan, mobilitas, pendengaran, kognisi, ESL,
dan teknis.)
3 Pengajaran 3.1 Variasi bentuk interaksi perkuliahan
Penyampaian & 3 Mata kuliah menawarkan banyak peluang untuk
Desain interaksi dan komunikasi pemelajar ke pemelajar,
pemelajar ke pengajar, dan pemelajar ke konten.
2 Mata kuliah menawarkan kesempatan yang memadai
untuk interaksi dan komunikasi pemelajar ke
pemelajar, pemelajar ke pengajar, dan pemelajar ke
konten.
1 Mata kuliah menawarkan kesempatan terbatas untuk
interaksi dan komunikasi pemelajar ke pemelajar,
pemelajar ke pengajar, dan pemelajar ke konten.
3.2 Tujuan mata kuliah
3 Tujuan Mata kuliah didefinisikan dengan jelas dan
disejajarkan dengan tujuan pembelajaran.
2 Tujuan Mata kuliah didefinisikan secara memadai
tetapi mungkin tidak selaras dengan tujuan
pembelajaran.
1 Tujuan Mata kuliah tidak didefinisikan secara jelas dan
tidak selaras dengan tujuan pembelajaran.
3.3 Tujuan pembelajaran
3 Tujuan pembelajaran teridentifikasi, dan kegiatan
pembelajaran terintegrasi dengan jelas
2 Tujuan pembelajaran teridentifikasi, dan kegiatan
pembelajaran tersirat.
1 Tujuan pembelajaran tidak jelas atau tidak lengkap,
dan kegiatan belajar tidak ada atau tidak jelas.
3.4 Variasi bentuk penyajian kegiatan perkuliahan
3 Mata kuliah menyediakan beberapa kegiatan visual,
tekstual, kinestetik dan/atau pendengaran yang
lengkap untuk meningkatkan pembelajaran dan
aksesibilitas pemelajar.
2 Mata kuliah menyediakan kegiatan visual, tekstual,
kinestetik dan/atau pendengaran yang cukup untuk
meningkatkan pembelajaran dan aksesibilitas
pemelajar.
1 Mata kuliah menyediakan kegiatan visual, tekstual,
kinestetik dan/atau pendengaran yang terbatas untuk
meningkatkan pembelajaran dan aksesibilitas
pemelajar.
3.5 Variasi capaian pembelajaran
3 Mata kuliah menyediakan berbagai kegiatan yang
membantu pemelajar mengembangkan pemikiran
kritis dan keterampilan memecahkan masalah.
2 Mata kuliah memberikan kegiatan yang memadai
untuk membantu pemelajar mengembangkan
pemikiran kritis dan/atau keterampilan memecahkan
masalah.
1 Mata kuliah memberikan kegiatan yang terbatas untuk
membantu pemelajar mengembangkan pemikiran
kritis dan/atau keterampilan memecahkan masalah.

`
163

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


4 Penilaian & Evaluasi 4.1 Bentuk kegiatan perkuliahan
Pembelajaran 3 Mata kuliah memiliki beberapa kegiatan yang tepat
pemelajar waktu dan sesuai untuk menilai kesiapan pemelajar
untuk konten mata kuliah dan cara penyampaian.
2 Mata kuliah memiliki kegiatan yang memadai untuk
menilai kesiapan pemelajar untuk konten mata kuliah
dan cara penyampaian.
1 Mata kuliah memiliki kegiatan yang terbatas untuk
menilai kesiapan pemelajar untuk konten mata kuliah
dan cara penyampaian
4.2 Keselarasan tujuan dengan penilaian
3 Tujuan pembelajaran sangat selaras dengan kegiatan
pengajaran dan penilaian
2 Tujuan pembelajaran selaras dengan kegiatan
pengajaran dan penilaian.
1 Tujuan pembelajaran kurang selaras dengan kegiatan
pengajaran dan penilaian.
4.3 Bentuk strategi penilaian
3 Strategi penilaian otentik digunakan untuk mengukur
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
2 Strategi penilaian digunakan untuk mengukur
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
1 Strategi penilaian terbatas untuk mengukur
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
4.4 Ketersediaan umpan balik
3 Umpan balik reguler tentang kinerja pemelajar
disediakan secara tepat waktu sepanjang perkuliahan
2 Disediakannya peluang bagi pemelajar untuk
menerima umpan balik tentang kinerja mereka sendiri.
1 Disediakannya peluang terbatas bagi pemelajar untuk
menerima umpan balik tentang kinerja mereka sendiri.
4.5 Ketersediaan penilaian diri
3 Penilaian diri pemelajar dan peluang umpan balik
antar teman ada di seluruh kegiatan perkuliahan.
2 Adanya penilaian diri pemelajar dan/atau peluang
umpan balik antar teman.
1 Penilaian diri pemelajar dan/atau peluang umpan balik
teman yang terbatas
5 Pengajaran Inovatif 5.1 Penggunaan teknologi pada perkuliahan
dengan Teknologi 3 Mata kuliah menggunakan perangkat teknologi terkini
yang lengkap dan sesuai untuk memfasilitasi
komunikasi dan pembelajaran.
2 Mata kuliah menggunakan perangkat teknologi yang
memadai untuk memfasilitasi komunikasi dan
pembelajaran.
1 Mata kuliah menggunakan peranhkat teknologi yang
terbatas untuk memfasilitasi komunikasi dan
pembelajaran
5.2 Kebaruan metode pembelajaran
3 Metode pengajaran baru diterapkan secara
menyeluruh untuk meningkatkan pembelajaran
pemelajar secara inovatif.

`
164

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


2 Metode pengajaran baru diterapkan secara memadai
untuk meningkatkan pembelajaran pemelajar secara
inovatif.
1 Metode pengajaran baru yang terbatas diterapkan
untuk meningkatkan pembelajaran pemelajar.
5.3 Keterlibatan jenis multimedia
3 Berbagai elemen multimedia dan/atau obyek
pembelajaran digunakan dan relevan untuk
mengakomodasi gaya belajar yang berbeda seluruh
perkuliahan.
2 Elemen multimedia dan/atau obyek pembelajaran
digunakan dan relevan untuk mengakomodasi gaya
belajar yang berbeda
1 Elemen multimedia yang terbatas dan/atau obyek
pembelajaran untuk mengakomodasi gaya belajar
yang berbeda
5.4 Optimalsisasi penggunaan internet
3 Mata kuliah mengoptimalkan akses Internet, dan
secara efektif melibatkan pemelajar dalam proses
belajar dalam berbagai cara seluruh perkuliahan.
2 Mata kuliah mengoptimalkan akses Internet, dan
secara efektif melibatkan pemelajar dalam proses
pembelajaran.
1 Mata kuliah menggunakan akses Internet dan
melibatkan pemelajar dalam proses pembelajaran
dengan cara yang sangat terbatas.
6 Penggunaan 6.1 Umpan balik tentang konten mata kuliah
umpan balik 3 Pengajar menawarkan banyak kesempatan bagi
mahasiswa oleh pemelajar untuk memberikan umpan balik tentang
pengajar konten mata kuliah.
2 Pengajar menawarkan kesempatan yang memadai
bagi pemelajar untuk memberikan umpan balik
tentang konten mata kuliah.
1 Pengajar menawarkan kesempatan yang terbatas
bagi pemelajar untuk memberikan umpan balik
kepada fakultas tentang konten mata kuliah.
6.2 Umpan balik tetang kemudahan teknologi dan
aksesibilitas
3 Pengajar menawarkan banyak kesempatan bagi
pemelajar untuk memberikan umpan balik tentang
kemudahan teknologi daring dan aksesibilitas.
2 Pengajar menawarkan kesempatan yang memadai
bagi pemelajar untuk memberikan umpan balik
tentang kemudahan teknologi daring dan aksesibilitas
tentunya.
1 Pengajar menawarkan kesempatan yang terbatas
bagi pemelajar untuk memberikan umpan balik
tentang kemudahan teknologi daring dan aksesibilitas
tentunya.
6.3 Penggunaan umpan balik dalam pembelajaran
3 Pengajar menggunakan umpan balik pemelajar yang
formal dan informal secara berkelanjutan untuk
membantu merencanakan pengajaran dan penilaian
pembelajaran pemelajar sepanjang semester
`
165

No. Kategori Kriteria danDeskriptor Skor


2 Pengajar meminta dan menggunakan umpan balik
pemelajar beberapa kali selama semester untuk
membantu merencanakan instruksi dan penilaian
pembelajaran pemelajar selama sisa semester
1 Pengajar menggunakan umpan balik pemelajar untuk
membantu merencanakan pengajaran dan penilaian
pembelajaran pemelajar untuk semester berikutnya
secara terbatas.
Saran/Komentar perbaikan:

Yogyakarta, _________________
Penilai

(___________________________)

`
166

Lampiran 4. Instrumen Persepsi Pengguna terhadap Remote Physics Laboratory


USE Questionnaire: Usefulness, Satisfaction, and Easie of Use
Setelah saudara melukan eksperimen fisika secara remote (jarak jauh), saudara
dimohon memberikan tanggapan terhadap perangkat Remote Physics Laboratory (R-
PhyLab) melalui pernyataan di bawah ini dan memberi tanda  pada kolom angka
yang tersedia, dengan pilihan jawaban: (1) Tidak Setuju, (2) Kurang Setuju, (3)
Setuju, (4) Sangat Setuju. Terimakasih atas kesediaanya mengisi instrumen ini.
No. Pernyataan 1 2 3 4
Kegunaan (Usefulness)
1 R-PhyLab membantu saya bekerja lebih efektif
2 R-PhyLab membantu saya menjadi lebih produktif
3 R-PhyLab bermanfaat
4 R-PhyLab memberi saya lebih banyak kesempatan
dalam melakukan kegiatan
5 R-PhyLab membuat hal-hal yang ingin saya selesaikan
menjadi lebih mudah dilakukan
6 R-PhyLab menghemat waktu saya saat mengguna-
kannya
7 R-PhyLab memenuhi kebutuhan saya
8 R-PhyLab melakukan semua yang saya harapkan untuk
dilakukan
Kemudahan Penggunaan (Ease to Use)
9 R-PhyLab mudah digunakan
10 R-PhyLab sederhan digunakan
11 R-PhyLab ramah bagi pengguna
12 R-PhyLab mebutuhkan langkah sekecil mungkin untuk
mencapai apa yang ingin saya lakukan dengannya
13 R-PhyLab fleksibel digunakan
14 R-PhyLab digunakan tanpa hambatan
15 R-PhyLab dapat digunakan tanpa instruksi tertulis
16 R-PhyLab tidak memiliki hambatan saat digunakan
17 R-PhyLab disukai pengguna sesaat dan reguler
18 R-Phylab dapat membantu mengatasi kesalahan dengan
cepat dan mudah
19 R-PhyLab dapat digunakan dengan sukses setiap saat
Mudah untuk belajar (Ease of Learning)
20 Saya belajar menggunaka R-PhyLab dengan cepat
21 Saya dengan mudah ingat bagaimana menggunakan R-
Phylab
22 Saya sangat mudah belajar dengan menggunakan
R-PhyLab
23 Saya dengan cepat menjadi terampil dengan R-PhyLab
Kepuasan (Satisfaction)
24 Saya puas dengan R-PhyLab
25 Saya akan merekomendasikan R-PhyLab kepada teman
26 R-PhyLab sangat menyenangkan untuk digunakan
27 R-PhyLab bekerja seperti yang saya inginkan
`
167

No. Pernyataan 1 2 3 4
28 R-PhyLab mengagumkan
29 Saya merasa saya perlu memiliki R-PhyLab
30 R-PhyLab sangat nyaman untuk digunakan

Saran/Komentar:

___________, ____________
Responden

(_____________________)

`
168

Lampiran 5. Rubrik Penilaian Laporan Eksperimen

`
169

Lampiran 6. Checklist Pembelajaran Eksperimen Fisika Berbasis Inkuiri


No. Aspek Indikator Ya Kadang Tidak
1 Peserta didik terlibat Peserta didik dapat melakukan studi
dalam penyelidikan eksperimental, baik yang diprakarsai atau
ilmiah dikembangkan secara independen
2 Peserta didik menyelidiki Peserta didik dapat menguji sebuah
pertanyaan yang bisa pertanyaan ilmiah, baik yang disediakan
diuji atau yang secara bebas diajukan
3 Peserta didik Peserta didik dapat mengajukan hipotesis,
merumuskan hipotesis baik sebelum dan/atau setelah menyelesai-
yang dapat diuji kan penyelidikan, yang dapat diuji secara
eksperimental
4 Peserta didik membuat Peserta didik dapat membuat prediksi
prediksi tentang hasil, baik yang diminta atau dibuat
sendiri
5 Peserta didik melakukan Peserta didik dapat mengartikulasikan
pengamatan wawasan yang dikembangkan saat
mengumpulkan data
6 Peserta didik Peserta didik dapatmengumpulkan data
mengumpulkan data menggu-nakan alat dan teknik yang tepat
(perangkat keras dan perangkat lunak)
7 Peserta didik Peserta didik menganalisis data
menganalisis data menggunakan alat dan teknik yang tepat
(perangkat keras dan perangkat lunak)
8 Peserta didik Peserta didik dapatmenggunakan teknik
menggunakan metode deskrip-tif saat menganalisis data (yaitu
kualitatif kategori, narasi, dll.)
9 Peserta didik Peserta didik dapatmenggunakan teknik
menggunakan metode numerik saat menganalisis data (yaitu
kuantitatif perhitungan, grafik, dll.)
10 Peserta didik Peserta didik dapat mengidentifikasi faktor
mengidenti-fikasi dan/atau variasi yang bisa mempengaruhi
variabel data
11 Peserta didik Peserta didik dapat menginterpretasikan
merumuskan eksplanasi informasi berdasarkan data dan/atau hasil
12 Peserta didik Peserta didik dapat melakukan investigasi
memperluas selanjutnya, dengan memodifikasi pada
penyelidikan pertanyaan awal, metode, atau hipotesis
13 Peserta didik Peserta didik dapat menyampaikan metode
berkomuni-kasi dengan eksperimental, hasil, dan/atau penjelasan
pihak lain (yaitu laporan tertulis, diskusi, dll.)
14 Peserta didik membuat Peserta didik merujuk pada pengetahuan
hubungan dengan dan/ atau pengalaman sebelumnya sebagai
pembelajaran bagian dari atau melengkapi penyelidikan
sebelumnya
15 Peserta didik membuat Peserta didik mengacu pada sumber luar
hubungan dengan (yaitu artikel, buku, dll.) Sebagai bagian
penge-tahuan ilmiah dari, atau sete-lah selesai penyelidikan
______________, ______________
Penilai

`
170

Lampiran 7.Soal Pengetahuan Fisika


A. Soal Medan Magnet

I. Soal Pra-Lab

1. Arus listrik mengalir masuk halaman gambar. Bagaimana arah medan magnetnya?

a) Berlawanan arah jarum jam


b) Ke arah bawah halaman
c) Ke arah atas halaman
d) Searah jarum jam

2. Apa yang terjadi pada medan magnet di solenoida ketika jumlah lilitan bertambah?
1. Tetap konstan
2. b. Menjadi nol
3. Meningkat
4. Menurun

3. Kawat I memiliki arus i yang kuat yang mengalir ke luar seperti yang terlihat pada
gambar. Kawat II memiliki arus i yang kuat yang mengalir ke dalam. Ke arah mana
medan magnet pada titik P ?

a) ↑
b) ←
c) →
d) ↓

4. Medan magnet pada titik berjarak r dari kabel panjang akibat arus listrik i di
dalamnya…
a) µ0i/r
b) b. µ0i/2r
c) µ0i/2πr
d) µ0i/πr

`
171

5. Berapakah medan magnet di luar solenoida?


a) Setengah nilai medan di dalamnya
b) Nol
c) Tak terbatas
d) Dua kali nilai medan di dalamnya

6. Bagaimana persamaan medan magnet di dalam solenoida?


a) μNI
b) μn2
c) μnI
d) μN2I2

7. Apa yang terjadi pada medan magnet dalam solenoida bila panjang solenoida
bertambah?
a) Meningkat
b) Menjadi nol
c) Tetap konstan
d) Menurun

8. Besarnya kekuatan medan magnet yang dikenal sebagai


a) Kerapatan
b) Kerapatan fluks magnet
c) Fluks
d) Kekuatan magnet

9. Diagram di bawah ini menunjukkan sebuah kabel dengan arus listrik yang
besar I dengan arah ke luar dari permukaan kertas. Ke arah manakah medan
magnet pada posisi A dan B ?

a)

b)

c)
`
172

d)

10. Dua kawat I dan II yang saling berdekatan, mengalirkan arus i dan 3i dengan arah
yang sama. Bandingkan besarnya gaya pada kedua kawat yang diakibatkan oleh
masing-masing kawat satu sama lainnya.

a) Kawat I menolak dengan kekuatan gaya yang lebih besar terhadap kawat II
daripada kawat II mendesak pada kawat I.
b) Kawat II menolak dengan kekuatan gaya yang lebih besar terhadap kawat I
daripada kawat I mendesak pada kawat II.
c) Kedua kawat tarik menarik dengan gaya yang sama terhadap satu sama lainnya.
d) Kedua kawat tolak menolak dengan gaya yang sama terhadap satu sama
lainnya.

II. Tes Pasca-Lab

1. Apa yang terjadi pada medan magnet di solenoida ketika arus meningkat?
a) Menjadi nol
b) Menurun
c) Meningkat
d) Tetap konstan

2. Sebuah batang besi lunak dimasukkan ke dalam solenoida pembawa arus. Medan
magnet di dalam solenoida
a) akan berkurang
b) akan tetap sama
c) akan meningkat
d) akan menjadi nol

3. Arus dalam solenoida adalah 30 A, jumlah lilitan per satuan panjang adalah 500
lilitan per meter. Hitung medan magnet jika intinya adalah udara.
a) 1,84 T
b) 18.84 mT
c) 1.84 mT
d) 18,84 T

`
173

4. Medan magnet solenoida adalah 18.84 mT, jumlah lilitan per satuan panjang
adalah 500 lilitan per meter. Hitung arus jika intinya adalah udara.
a) 3 A
b) 300 A
c) 300 mA
d) 30 A

5. Kekuatan medan magnet di sekitar konduktor pembawa arus adalah


a) berbanding lurus dengan arus tetapi berbanding terbalik kuadrat jarak dari
kawat
b) berbanding terbalik dengan arus tetapi berbanding lurus dengan kuadrat jarak
dari kawat
c) berbanding lurus dengan jarak dan berbanding terbalik dengan arus
d) berbanding lurus dengan arus dan berbanding terbalik dengan jarak dari kawat

6. Faktor-faktor manakah berikut ini yang berpengaruh pada kekuatan medan magnet
yang dihasilkan oleh solenoida...
a) Sifat bahan inti solenoida
b) semua pilihan jawaban benar
c) Jumlah lilitan
d) Besarnya arus

7. Arus melalui saluran listrik horizontal mengalir dari arah selatan ke utara. Arah
garis medan magnet 0,5 m di atasnya
a) Selatan
b) Utara
c) Timur
d) Barat

8. Pola medan magnet yang dihasilkan oleh kabel penghantar arus lurus adalah
a) melingkari kawat
b) dalam arah sejajar kabel
c) searah arus
d) dengan arah berlawanan dengan arus

9. Kekuatan medan magnet solenoida dapat ditingkatkan dengan memasukkan bahan


mana dari bahan berikut sebagai intinya?
a) Tembaga
b) Aluminium
c) Besi
d) Perak

10. Sifat garis medan magnet yang melewati pusat loop melingkar pembawa arus
adalah ...
a) melingkar
b) garis lurus
c) parabola
d) elips
`
174

B. Soal Polarisasi Cahaya

I. Soal Pra-Lab

1. Apa itu cahaya terpolarisasi?


a) Cahaya terpolarisasi terjadi bila komponen medan listrik berosilasi dalam
bidang
b) Cahaya terpolarisasi adalah gelombang yang berosilasi dalam satu bidang
c) Cahaya terpolarisasi terjadi bila komponen medan magnet berosilasi dalam
satu bidang
d) Cahaya terpolarisasi adalah gelombang berosilasi dalam satu arah

2. Apa yang terjadi ketika dua filter polarisasi ditempatkan sehingga sumbu
polarisasi saling tegak lurus satu sama lain?
a) Cahaya yang ditransmisikan terpolarisasi
b) Tidak ada cahaya yang ditransmisikan
c) Cahaya yang ditransmisikan sedikit lebih lemah
d) Cahaya yang ditransmisikan berosilasi ke segala arah

3. Sudut Brewster terjadi apabila?


a) Tidak ada cahaya yang dipantulkan
b) Cahaya yang dipantulkan terpolarisasi sebagian
c) Cahaya yang dipantulkan terpolarisasi bidang secara sempurna
d) Sudut antara cahaya yang datang dan yang dipantulkan adalah 90 derajat

4. Bagaimana pesyaratan untuk sudut Brewster?


a) 90 derajat antara sinar datang dan sinar pantulan
b) 45 derajat antara sinar yang dipantulkan dan dibiaskan
c) 90 derajat antara sinar datang dan sinar bias
d) 90 derajat antara sinar yang dipantulkan dan dibiaskan

5. Jika X adalah intensitas cahaya datang tak terpolarisasi pada polarizer, berapa
intensitas sinar yang ditransmisikan oleh polarizer?
a) X/2
b) X
c) X/2
d) X cos (sudut)

6. Untuk menganalisis zat aktif optik, harus ditempatkan


a) Antara polarizer dan analyzer
b) Tidak masalah asalkan ketiganya garis
c) Setelah analyzer
d) Sebelum polarizer

7. Bahan aktif optik ….


a) Mengurangi tingkat polarisasi
`
175

b) Menyebabkan cahaya terpolarisasi dalam bidang vertikal


c) Memutar bidang polarisasi
d) Menyebabkan cahaya terpolarisasi dalam bidang horizontal

8. Dua filter polarisasi ditempatkan pada 30 derajat satu sama lain. Cahaya
intensitas X yang tidak terpolarisasi memasuki polarizer. Berapa intensitas
cahaya yang ditransmisikan setelah polarizer kedua?
a) X
b) X/2
c) X/2
d) X/4

9. Satu molar larutan dengan kedalaman 20 cm dari larutan gula memutar sudut
polarisasi sebesar 10 derajat. Melalui sudut berapa untuk 40 cm kedalaman
larutan 2 molar memutar bidang polarisasi
a) 40 derajat
b) 80 derajat
c) 5 derajat
d) 10 derajat

10. Saat LCD dinyalakan, kristal cair memutar sudut dengan berapa derajat?
a) 45 derajat
b) 0 derajat
c) 90 derajat
d) 180 derajat

II. Soal Pasca-Lab

1. Polariser digunakan untuk


a) Mengurangi intensitas cahaya
b) Menghasilkan cahaya terpolarisasi
c) Meningkatkan intensitas cahaya
d) Menghasilkan cahaya yang tidak terpolarisasi

2. Gelombang cahaya dapat terpolarisasi oleh karena


a) Transversal
b) Frekuensi tinggi
c) Longitudinal
d) Terpantulkan

3. Melalui sifat mana kita dapat membedakan gelombang cahaya dari gelombang
suara
a) Interferensi
b) Pembiasan
c) Polarisasi
d) Refleksi
`
176

4. Sudut polarisasi untuk beberapa media adalah 60o, dalam hal ini akan terjadi sudut
kritis pada
a) sin− 1(√3)
b) tan− 1(√3)
c) cos−1(√3)
d) sin−1(1/√3)

5. Sudut keadaan di mana cahaya yang dipantulkan benar-benar terpolarisasi untuk


refleksi dari udara ke kaca (indeks refraksi n) adalah
a) sin−1(n)
b) sin−1(1/n)
c) tan−1(1/n)
d) tan−1(n)

6. Yang mana dari yang berikut ini tidak dapat terpolarisasi


a) Gelombang radio
b) Sinar ultraviolet
c) Sinar inframerah
d) Gelombang ultrasonik

7. Polaroid ditempatkan pada 45o terhadap intensitas cahaya masuk I0. Sekarang
intensitas cahaya yang melewati polaroid setelah polarisasi akan terjadi
a) I0
b) I0/2
c) I0/4
d) Nol

8. Cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan melalui polaroid. Saat melihat melalui


polaroid kita menemukan bahwa saat polaroid diberikan satu putaran penuh
terhadap arah cahaya, salah satu yang teramati dari hal berikut ini
a) Intensitas cahaya secara bertahap menurun ke nol dan tetap nol
b) Intensitas cahaya secara bertahap meningkat menjadi maksimum dan tetap
maksimal
c) Tidak ada perubahan intensitas
d) Intensitas cahaya dua kali maksimum dan dua kali nol

9. Mana dari pernyataan berikut yang tidak benar


a) Ketika cahaya tak terpolarisasi melewati prisma Nicol, cahaya yang muncul
terpolarisasi eliptik
b) Prisma Nicol bekerja berdasarkan prinsip pembiasan ganda dan refleksi
internal total
c) Prisma Nicol dapat digunakan untuk menghasilkan dan menganalisis cahaya
terpolarisasi
d) Kalsit dan Kuarsa keduanya adalah kristal pembiasan ganda

10. Dalam propagasi gelombang elektromagnetik sudut antara arah propagasi dan
bidang polarisasi adalah
`
177

a) 0o
b) 45o
c) 90o
d) 180o

C. Soal Teori Foton dan Konstanta Planck

I. Soal Pra-Lab

1. Identifikasi urutan frekuensi yang benar berdasar grafik berikut

a) v2 > v3 > v1
b) v1 > v2 > v3
c) v1 > v3 > v2
d) v3 > v2 > v1

2. Berapa jeda waktu antara kedatangan foton dan munculnya fotoelektron?


a) Kurang dari 10-9 detik
b) Antara 10-5 detik dan 10-9 detik
c) Lebih dari 10-5 detik
d) 1 detik

3. Dalam eksperimen Fotolistrik berdasar teori Einstein, perubahan apa yang diamati
ketika frekuensi radiasi yang datang ditingkatkan?
a) Nilai potensial penghentian menurun
b) Nilai potensial penghentian meningkat
c) Nilai arus saturasi meningkat
d) Tidak berpengaruh

4. Emisi fotolistrik dapat dijelaskan oleh …


a) Sifat gelombang dari cahaya
b) Sifat partikel dari cahaya
c) Sifat ganda dari cahaya
d) Sifat kuantum

5. Bagaimana intensitas foton mempengaruhi arus fotolistrik?


`
178

a) Tidak berpengaruh
b) Saat intensitas meningkat, efek fotolistrik menurun
c) Saat intensitas meningkat, efek fotolistrik meningkat
d) Saat intensitas menurun, efek fotolistrik menjadi dua kali

6. Energi kinetik fotoelektron yang terpancar akibat cahaya dengan panjang


gelombang 6,2x10-6 m menyinari permukaan logam dengan fungsi kerja 0,1 eV
adalah …
a) 0,1 eV
b) 0,02 eV
c) 1 eV
d) 0,01 eV

7. Apa pengaruh intensitas pada potensial penghenti?


a) Tidak berpengaruh
b) Saat intensitas meningkat, potensial penghenti menurun secara linier
c) Ketika intensitas menurun, potensial penghenti meningkat secara
eksponensial
d) Saat intensitas meningkat, potensial penghenti meningkat secara linier

8. Cahaya dengan panjang gelombang 3500 Å bertumbukan dengan dua logam A dan
B. Logam manakah yang akan menghasilkan lebih banyak fotoelektron jika fungsi
kerjanya masing-masing adalah 5 eV dan 2 eV?
a) B
b) C
c) A
d) A & B

9. Apa hubungan antara parameter interaksi, 'b', dan jari-jari atom, R, untuk efek
fotolistrik?
a) tidak ada hubungan antara b dan R
b) b ≈ R
c) b <R
d) b> R

10. Fungsi kerja lithium adalah 2,5 eV. Panjang gelombang maksimum cahaya yang
dapat menyebabkan efek fotolistrik dalam litium adalah …
a) 3980 Å
b) 4980 Å
c) 5980 Å
d) 6980 Å

II. Tes Pasca-Lab

1. Manakah dari bahan berikut yang dapat digunakan untuk menghasilkan LED
inframerah?
`
179

a) Si
b) GaAs
c) CdS
d) PbS

2. Manakah dari gas berikut yang terisi di dalam sel fotolistrik?


a) Neon
b) Karbon Dioksida
c) Oksigen
d) Nitrogen

3. Manakah dari berikut ini yang memiliki panjang gelombang terbesar?

a) B
b) D
c) C
d) A

4. Di bagian mana dari sel fotolistrik yang terkena radiasi?


a) Katoda
b) Anoda
c) Radiasi tidak mengenai sel fotolistrik
d) Ammeter

5. Berapa bandwidth cahaya yang dipancarkan dalam sebuah LED?


a) 100 nm sampai 500 nm
b) 1 nm sampai 10 nm
c) 10 nm sampai 50 nm
d) 50 nm sampai 100 nm

6. Berapa band gap pada semikonduktor yang akan digunakan sebagai LED?
a) 1 eV
b) 1,5 eV
c) 0,5 eV
d) 1,8 eV

7. Proses manakah dari pasangan lubang-elektron (Electron-hole pair) yang


berperan untuk memancarkan cahaya?
`
180

a) Gerakan
b) Difusi
c) Rekombinasi
d) Generasi

8. Apa yang seharusnya bentuk tegangan bias LED?


a) Bias terbalik dan bias maju
b) Bias maju
c) Bias terbalik
d) Tidak perlu tegangan bias

9. Dioda pemancar cahaya adalah ...


a) Semikonduktor intrinsik
b) Doping ringan
c) Doping berat
d) Dioda Zener

10. Untuk efek fotolistrik dalam natrium, gambar menunjukkan plot tegangan cut-off
versus frekuensi radiasi yang datang. Frekuensi ambang adalah ...

a) 3 ´ 1014 Hz
b) 6,5 ´ 1014 Hz
c) 4,5 ´ 1014 Hz
d) 5 ´ 1014 Hz

D. Soal Spektroskopi Atom

I. Soal Pra-Lab

1. Postulat Bohr mana yang salah?


a) Elektron berputar mengelilingi inti dalam orbit melingkar tetap
b) Energi elektron dikuantisasi
c) Elektron melepaskan energi saat berpindah dari keadaan tereksitasi ke
keadaan dasar
d) Momentum elektron dikuantisasi

`
181

2. Ketika sebuah elektron berpindah ke kulit bagian dalam, maka elektron…


a) Menyerap foton
b) Memancarkan foton
c) Memancarkan positron
d) Menyerap positron

3. Deret Ballmer di wilayah spektrum elektromagnetik berada di


a) derah sinar-X
b) daerah cahaya tampak
c) daerah inframerah
d) daerah ultraviolet

4. Teori yang menjadi dasar munculnya teori atom modern adalah ....
a) tabung sinar katode
b) penghamburan sinar alfa
c) mekanika gelombang
d) spektrum atom hidrogen

5. Foton yang dipancarkan oleh emisi spontan adalah ...


a) Non-Koheren dan Non-monokromatik
b) Non-koheren dan monokromatik
c) Koheren dan Non-monokromatik
d) Koheren dan Monokromati

6. Proton menarik elektron. Lalu mengapa elektron tidak jatuh pada inti atom?
a) Pada jarak yang sangat kecil, proton menolak elektron
b) Elektron dalam menolak orbital luar
c) Neutron mengusir elektron
d) Elektron dalam keadaan dasar tidak dapat memancarkan energi

7. Sekitar tahun 1911, Rutherford mengusulkan model struktur atom planet.


Manakah dari berikut ini yang bukan merupakan proposisi dari model ini
a) Elektron berputar dalam orbit melingkar di sekitar inti
b) Massa atom terkonsentrasi di inti
c) Inti terdiri dari proton dan neutron
d) Sebagian besar volume dalam atom koso

8. Dalam model atom mekanika gelombang, tingkat energi yang degenarasi


memiliki:
a) Energi yang sama
b) Jumlah elektron yang sama
c) Bentuknya sama
d) Elektron dengan spin yang sama

`
182

9. Berapa umur umum atom dalam keadaan tereksitasi?


a) 10-4 sekon
b) 10-6 sekon
c) 10-8 sekon
d) 10-10 sekon

10. Dalam Stimulated Absorption, berapakah umur atom dasar?


a) 1 menit
b) Tak terbatas
c) 1 detik
d) 1 jam

II. Soal Pasca-Lab

1. Spektroskopi emisi atom adalah...


a) Pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang
tertentu dari atom-atom yang tereksitasi dari cahaya monokromatik
b) Pengukuran absorbansi cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang
tertentu dari atom yang tereksitasi secara termal
c) Pengukuran intensitas cahaya yang diserap pada panjang gelombang tertentu
dari atom yang tereksitasi secara termal
d) Pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang
tertentu dari atom yang tereksitasi secara termal

2. Frekuensi foton yang datang sehingga atom melakukan transisi


dari E1 ke E2 adalah ...
a) E2 – E1
b) (E2 – E1)/λ
c) (E2 – E1)/h
d) (E2 – E1)/c

3. Spektrum atom adalah salah satu contoh dari ...


a) Spektrum kontinyu
b) Spektrum pita
c) Spektrum garis dan kontinyu
d) Spektrum garis

4. Dalam spektroskopi emisi atom, grafik digambarkan antara…


a) Emisi vs Panjang gelombang
b) Absorbansi vs panjang gelombang
c) Emisi vs. Konsentrasi
d) Absorbansi vs Konsentrasi

`
183

5. Pada Emisi Stimulasi, foton yang dipancarkan adalah ...


a) Koheren dan Non-monokromatik
b) Non-koheren dan monokromatik
c) Koheren dan Monokromatik
d) Non-Koheren dan Non-monokromatik

6. Deret yang terletak dalam daerah inframerah pada spektrum elektromagnetik


adalah...
a) Keduanya yaitu a and b
b) Deret Bracket
c) Deret Lyman
d) Deret Ballmer

7. Kelemahan teori atom rutherford adalah tidak adanya penjelasan ....


a) Inti atom bermuatan positif
b) Massa atom yang berpusat pada inti
c) Elektron yang bergerak mengitari inti pada jarak tertentu
d) Elektron memiliki energi yang tetap

8. Dalam spektroskopi emisi atom emisi akibat transisi elektronik dari ...
a) Keadaan triplet tereksitasi ke keadaan dasar singlet
b) Keadaan dasar singlet ke keadaan triplet tereksitasi
c) Keadaan tereksitasi singlet ke keadaan dasar singlet
d) Keadaan dasar singlet ke kondisi singlet tereksitasi

9. Fonon adalah ...


a) Kuanta gelombang cahaya
b) Kuanta gelombang suara
c) Kuanta energi
d) Kuanta panas

10. Panjang gelombang terpendek dalam deret Lyman sama dengan:


a) 2/(3Rh)
b) 1/(Rh)
c) Rh/2
d) Rh

E. Soal Pencacahan Radiasi Nuklir

I. Soal Pra-Lab

1. Manakah dari gas berikut ini yang digunakan dalam Pencacah proporsional sebagai
gas pengion?
a) Gas Argon
b) Kripton
c) Hidrogen
d) Alkohol
`
184

2. Manakah dari berikut ini yang bertindak sebagai gas pendingin di Pencacah Geiger
Muller?
a) Gas Argon
b) Hidrogen
c) Kripton
d) Alkohol

3. Pencacah Geiger mencatat 1000 cacah/sekon dari sampel yang mengandung isotop
radioaktif polonium. Setelah 5,0 menit, penghitung mencatat 281 cacah/detik.
Berapa waktu paruh isotop ini dalam satuan sekon?
a) 264 sekon
b) 164 sekon
c) 87 sekon
d) 110 sekon

4. Manakah dari berikut ini yang bertindak sebagai gas pengion pada Pencacah
Geiger Muller?
a) Alkohol
b) Hidrogen
c) Kripton
d) Gas Argon

5. Manakah dari detektor yang mirip dengan Pencacah Geiger Muller dalam
konstruksi tetapi diisi dengan gas yang lebih berat?
a) Pencacah proporsional
b) Detektor semikonduktor
c) Pencacah sintilasi
d) Pencacah aliran

6. Ketika radiasi nuklir melewatinya, ionisasi gas dihasilkan. Ini adalah prinsip dari
detektor berikut ini?
a) Pencacah Geiger Muller
b) Pencacah proporsional
c) Pencacah aliran
d) Pencacah sintilasi

7. Manakah dari berikut ini yang bukan merupakan jenis detektor radiasi?
a) Pencacah Geiger Muller
b) Pencacah proporsional
c) Detektor semikonduktor
d) Detektor emisi cahaya

8. Probabilitas untuk mendapatkan nilai terukur yang "benar" jika pulsa yang dicacah
sangat sedikit menggunakan
a) Distribusi Gaussian
b) Distrubusi Hypergeometric
c) Distribusi Binomial
d) Distribusi Poisson
`
185

II. Soal Pasca-Lab

1. Detektor sintilasi adalah kristal datar besar yang mana dari bahan berikut?
a) Natrium karbonat
b) Natrium klorida
c) Natrium sulfat
d) Natrium iodida

2. Manakah dari berikut ini yang merupakan kelemahan utama dari detektor
semikonduktor solid state?
a) Tekanan tinggi harus diproduksi
b) Sensitivitas rendah
c) Akurasi rendah
d) Itu harus dijaga pada suhu rendah

3. Emisi manakah dari berikut ini yang menyebabkan nomor atom dan nomor massa
tidak berubah?
a) partikel alfa
b) partikel beta
c) radiasi gamma
d) positron

4. Pernyataan mana yang benar untuk ketiga jenis emisi radioaktif (partikel alfa,
partikel beta, dan sinar gamma)?
a) Mereka dibelokkan oleh medan listrik
b) Mereka memancarkan cahaya
c) Mereka sepenuhnya diserap oleh lembaran aluminium tipis
d) Mereka mengionisasi gas

5. Manakah dari bahan berikut yang digunakan sebagai insulasi antara elektroda
dalam dan luar ruang ion?
a) Polythene
b) Plastik
c) Polytetrafluoroethylene
d) Poliakrilamida

6. Pernyataan mana tentang waktu paruh sumber yang benar?


a) Ini adalah separuh waktu untuk sumber radioaktif menjadi aman
b) Ini adalah waktu yang dibutuhkan aktivitas sumber untuk berkurang
setengahnya
c) Ini adalah separuh waktu yang dibutuhkan aktivitas sumber menurun ke nol
d) Ini adalah separuh waktu yang dibutuhkan atom untuk meluruh

`
186

7. Karbon-11 adalah isotop radioaktif karbon. Waktu paruhnya adalah 20 menit.


Berapa bagian dari jumlah awal atom C-11 dalam sampel yang meluruh setelah
80 menit?
a) 7/8
b) 1/4
c) 1/16
d) 1/8

8. Manakah dari berikut ini yang menjelaskan apa yang terjadi dalam proses fisi?
a) Sebuah neutron terpecah menjadi neutron dan proton
b) Inti yang berat terfragmentasi menjadi yang lebih ringan
c) Proton dibagi menjadi tiga quark
d) Dua inti ringan digabungkan menjadi yang lebih berat

`
187

Lampiran 8. Hasil Uji Kelayakan Pengukuran Modul Eksperimen Remote


Physics Laboratory
Tabel L-1: Rangkuman dan kesimpulan hasil uji kelayakan modul eksperimen

No. Nama Modul Eksperimen Ralat Pengukuran/ Kesimpulan


Tingkat Kecocokan
1. Eksperimen Medan Magnet Ralat=7,56 % Akurat
2. Eksperimen Polarisasi Cahaya R2=0,96 Akurat
3. Eksperimen Konstanta Planck Ralat=0,89 % Akurat
4. Eksperimen Spektroskopi Atom Ralat=0,32 Sangat Akurat
5. Eksperimen Radiasi Nuklir Sesuai dengan prediksi
teori distribusi statistik

1. Eksperimen Madan Magnet


Tabel L-2. Hasil uji kelayakan nilia ukur
x Bx-teori Bx-eksp Ralat modul eksperimen medan magnet
(m) (T) (T) (%)
-0.11 5.412E-05 5.800E-05 7.18%
-0.10 6.901E-05 7.500E-05 8.68%
-0.09 8.951E-05 9.900E-05 10.61%
-0.08 1.182E-04 1.320E-04 11.64%
-0.07 1.592E-04 1.760E-04 10.54%
-0.06 2.185E-04 2.400E-04 9.85%
-0.05 3.046E-04 3.330E-04 9.33%
-0.04 4.280E-04 4.620E-04 7.95%
-0.03 5.959E-04 6.280E-04 5.40%
-0.02 7.971E-04 8.150E-04 2.25%
-0.01 9.796E-04 9.750E-04 0.47% Gambar L-1. Grafik medan magnet vs jarak
0.00 1.056E-03 1.035E-03 2.03%
0.01 9.796E-04 9.630E-04 1.69%
Simpukan hasil pengukuran: Hasil
0.02 7.971E-04 8.010E-04 0.49% pengukuran medan magnet memiliki
0.03 5.959E-04 6.160E-04 3.38% akurasi sangat baik, dengan ralat rata-
rata hasil eksperimen terhadap teori
0.04 4.280E-04 4.510E-04 5.38%
sebesar 7,56 %.
0.05 3.046E-04 3.270E-04 7.36%
0.06 2.185E-04 2.380E-04 8.94%
0.07 1.592E-04 1.760E-04 10.54%
0.08 1.182E-04 1.310E-04 10.79%
0.09 8.951E-05 1.000E-04 11.72%
0.10 6.901E-05 7.800E-05 13.03%
0.11 5.412E-05 6.200E-05 14.57%
Ralat rata-rata = 7.56%

`
188

2. Eksperimen Polarisasi Cahaya


Tabel L-3. Hasil uji kelayakan nilia ukur modul eksperimen polarisasi cahaya
 ( 0) cos2() I (lux)
0.00 1.00000 95.66
9.00 0.97553 90.33
17.50 0.90958 88.63
26.50 0.80091 84.34
37.00 0.63782 76.98
46.50 0.47383 63.60
55.25 0.32490 59.42
64.00 0.19217 54.68
74.00 0.07598 53.90
84.75 0.00837 51.88
95.25 0.00837 57.34
106.25 0.07830 57.38 Gambar L-2. Grafik intesitas cahaya vs sudut
117.00 0.20611 63.68 analiser
127.25 0.36638 71.39
137.50 0.54358 79.36
148.25 0.72310 86.98
158.25 0.86269 95.01
167.75 0.95498 95.78
178.00 0.99878 97.07
188.25 0.97941 95.28
198.25 0.90193 90.78
207.00 0.79389 84.95
216.75 0.64201 78.11
227.25 0.46077 69.88
237.00 0.29663 58.60
245.50 0.17197 57.83 Gambar L-3. Grafik intensitas cahaya vs
256.00 0.05853 53.70 cos2(sudut analiser)
266.75 0.00321 52.32
276.75 0.01382 54.07
284.50 0.06269 57.38
295.25 0.18196 63.68 Simpulan hasil pengukuran:
305.00 0.32899 70.65 Nilai eksperimental sangat sesuai dengan
314.00 0.48255 77.34 prediksi teorisnya dengan koefisien
324.75 0.66690 84.97 determninasi hubungan linear antara
336.50 0.84100 91.81 intensitas cahaya dan kuadrat cosinus sudut
polariser sebear R2=0,9596
347.25 0.95129 95.66
357.75 0.99846 96.72
367.50 0.98296 95.49

`
189

3. Eksperimen Konstanta Planck


Tabel L-4. Hasil uji kelayakan nilia ukur modul eksperimen konstanta Planck

LED l (10-7 m) 1/l (10+6 m-1) Vo (volt) f (x10+14 Hz) E (x10-19 J)


Merah 6.43 1.56 1.75 4.6662 2.8039
Kuning 5.85 1.72 1.84 5.287 2.9512
Hijau 5.14 1.94 2.22 5.834 3.5505
Biru 4.59 2.18 2.57 6.533 4.1207

4.50

4.00

3.50
E (10-19 J)

3.00

2.50

2.00

1.50
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
f (10+14 Hz)

Gambar L-4. Grafik analisis hubungan energi foton (E) terhadap frekuensi (f)

Hasil eksperimen konstanta Planck : h=(6,036±0,154)10-34 J.s


Nilai baku konstanta Planck : h = 6.6260755410-34-J.s,

Ralat=8,9 %

Simpulan hasil pengukuran:


Hasil pengukuran konstanta Planck dengan LED memiliki akurasi baik, dengan ralat
terhadap nilai teortitisnya sebasar 8,9 %.

`
190

4. Eksperimen Spektroskopi Atom


Tabel L-5. Spektrum garis atom Hidrogen
No. Spetrum Teori Eksperimen Ralat Gambar Spektrum
Garis l (nm) l (nm) (%)
1 Merah 656,3 658,2 0,304
2 Biru 486,1 487,1 0.205
muda
3 Biru 434,0
violet
Ralat rata-rata= 0,254

Tabel L-6. Spektrum garis atom Helium


No. Spetrum Teori Eksperimen Ralat Gambar Spektrum
Garis l (nm) l (nm) (%)
1 Hijau 502 506,6 0,92
2 Kuning 589 589,6 0,10
3 Merah 668 670,0 0,30
4 Merah- 710 709,4 0,08
redup
Ralat rata-rata 0,35

Simpulan hasil pengukuran: Hasil sangat akurat dengan ralat terhadap nilai teoritis <1%

5. Eksperimen Cacah Radiasi Nuklir


Tabel L-7. Hasil uji kelayakan nilia ukur modul eksperimen pencacahan radiasi

N=160 data
m f P(m) m*P(m) Pt(m)' Nt(m) Chi2-P Chi2-N
1 5 0.0313 0.0313 0.0287 0.0329 6.573E-06 2.869E-06
2 9 0.0563 0.1125 0.0746 0.0661 3.361E-04 9.618E-05
3 27 0.1688 0.5063 0.1293 0.1098 1.558E-03 3.481E-03
4 29 0.1813 0.7250 0.1681 0.1511 1.739E-04 9.097E-04
5 26 0.1625 0.8125 0.1748 0.1723 1.509E-04 9.688E-05
6 20 0.1250 0.7500 0.1515 0.1629 7.012E-04 1.436E-03
7 18 0.1125 0.7875 0.1125 0.1276 7.980E-10 2.270E-04
8 9 0.0563 0.4500 0.0731 0.0828 2.854E-04 7.037E-04
9 10 0.0625 0.5625 0.0423 0.0445 4.096E-04 3.237E-04
10 4 0.0250 0.2500 0.0220 0.0198 9.147E-06 2.675E-05
11 2 0.0125 0.1375 0.0104 0.0073 4.459E-06 2.684E-05
12 1 0.0063 0.0750 0.0045 0.0022 3.057E-06 1.609E-05
160 Rerata= 5.2000 3.638E-03 7.346E-03

`
191

0.200

0.180 Eksperimen
Dist. Poisson
0.160
Dist. Normal
Probabilitas 0.140

0.120

0.100

0.080

0.060

0.040
Cacah rata-rata cacah=5,2
0.020

0.000
0 2 4 6 8 10 12 14
cacah radiasi/interval waktu
Gambar L-5. Distribusi probabilitas cacah radiasi (cacah rata-rata<10)

Tabel L-8. Hasil uji kelayakan nilia ukur modul eksperimen pencacahan radiasi

N=148 data
m f P(m) m*P(m) P(m)' N(m) Chi2-P Chi2-N
1 1 0.00676 0.00676 0.00002 0.00051 4.543E-05 3.896E-05
4 1 0.00676 0.02703 0.00172 0.00472 2.540E-05 4.161E-06
6 2 0.01351 0.08108 0.01065 0.01483 8.204E-06 1.733E-06
7 3 0.02027 0.14189 0.02075 0.02381 2.336E-07 1.251E-05
8 6 0.04054 0.32432 0.03539 0.03577 2.653E-05 2.278E-05
9 6 0.04054 0.36486 0.05364 0.05029 1.717E-04 9.507E-05
10 12 0.08108 0.81081 0.07318 0.06618 6.245E-05 2.221E-04
11 12 0.08108 0.89189 0.09075 0.08150 9.357E-05 1.726E-07
12 17 0.11486 1.37838 0.10317 0.09393 1.367E-04 4.384E-04
13 16 0.10811 1.40541 0.10827 0.10131 2.486E-08 4.620E-05
14 10 0.06757 0.94595 0.10550 0.10227 1.439E-03 1.204E-03
15 13 0.08784 1.31757 0.09594 0.09661 6.572E-05 7.703E-05
16 11 0.07432 1.18919 0.08180 0.08542 5.595E-05 1.231E-04
17 14 0.09459 1.60811 0.06564 0.07068 8.381E-04 5.719E-04
18 7 0.04730 0.85135 0.04975 0.05473 6.022E-06 5.528E-05
19 9 0.06081 1.15541 0.03572 0.03967 6.295E-04 4.471E-04
20 4 0.02703 0.54054 0.02437 0.02690 7.086E-06 1.537E-08
21 2 0.01351 0.28378 0.01583 0.01708 5.357E-06 1.270E-05
23 1 0.00676 0.15541 0.00582 0.00564 8.750E-07 1.248E-06
24 1 0.00676 0.16216 0.00331 0.00293 1.189E-05 1.461E-05
148 Rata-rata= 13.6418 3.629E-03 3.389E-03

`
192

0.140

0.120
Eksperimen
0.100 Dist. Poisson
Dist. Normal
Probabilitas

0.080

0.060

0.040

Cacah rata-rata=13,6
0.020

0.000
0 5 10 15 20 25 30
Cacah radiasi/interval wakru
Gambar L-6. Distribusi probabilitas cacah radiasi (cacah rata-rata>10)

Simpulan hasil pengukuran: Hasil sangat sesuai dengan prediksi teoritisnya

Lampiran 9. Hasil Penilaian Modul E-Learning Remote Physics Laboratory

Skor Skor
No. Kategori Item Kriteria dan Deskriptor
P1 P2
1 Fungsionalitas 1.1. Kapasitas kelas 4 3
1.2 Kemudahan Penggunaan 3 3
1.3 Dukungan Teknis /
4 3
Ketersediaan Bantuan
1.4 Hipermedialitas 4 3
2 Aksesibilitas 2.1 Standar aksesibilitas 4 3
2.2 Partisipasi yang berfokus ke
3 3
pengguna
2.3 Perlatan yang Dibutuhkan 4 4
2.4 Biaya Penggunaan 4 3
3 Dukungan 3.1 Integrasi dalam Sistem
Teknis 4 3
Manajemen Pembelajaran
3.2 Sistem Operasi di
4 4
Laptop/Desktop
3.3 Perambah (Browser) 4 4
3.4 Unduhan Tambahan 4 4

`
193

Skor Skor
No. Kategori Item Kriteria dan Deskriptor
P1 P2
4 Desain Seluler 4.1
Akses 3 4
(Mobile)
4.2 Fungsionalitas 4 3
4.3 Akses Luring (offline) 4 4
5 Privasi, 5.1
Perlindungan Daftar/Masuk 4 4
Data, dan Hak
5.2 Privasi Data dan Kepemilikan 4 4
5.3 Mengarsip, Menyimpan, dan
4 4
Mengekspor Data
6 Dukungan Sosial 6.1 Kolaborasi 4 4
6.2 Akuntabilitas Pengguna 4 3
6.3 Difusi/Penyebaran 3 3
7 Dukungan 7.1
Fasilitasi (Pemfasilitasan) 3 3
Pengajaran
7.2 Kustomisasi/Penyesuaian 4 3
7.3 Analisis Pembelajaran 4 4
8 Dukungan 8.1 Peningkatan Tugas-tugas
4 4
Kognitif Kognitif
8.2 Berpikiran Tingkat Tinggi 4 3
8.3 Keterlibatan Metakognitif 3
Keterangan:
Skor P1 : Skor dari penilai 1 (Ahli E-Learning)
Skor P2 : Skor dari penilai 2 (Ahli Bidang Studi Pendidikan Fisika)

Rekapitulasi Hasil Penilaian Perangkat E-Learning Remote Physics Laboratory


Skor
No. Kategori Skor (%)
Maksimum
1 Fungsionalitas 27 32 84%
2 Aksesibilitas 25 28 89%
3 Dukungan Teknis 31 32 97%
4 Desain Seluler (Mobile) 22 24 92%
5 Privasi, Perlindungan Data, dan Hak 24 24 100%
6 Dukungan Sosial 21 24 88%
7 Dukungan Pengajaran 21 24 88%
8 Dukungan Kognitif 18 20 90%
Rata-rata 91%

`
194

Lampiran 10. Hasil Penilaian Desain E-Learning Remote Physics Laboratory

Skor Skor
No. Kategori Item Deskriptor
P1 P2
1 Dukungan & Sumber 1.1 Informasi mata kuliah
3 3
Daya Pemelajar
1.2 Variasi sumber/bahan mata kuliah 3 2
1.3 Variasi akses ke sumber belajar 2 3
2 Desain & Organisasi 2.1 Pengorganisasian mata kuliah
3 2
Daring
2.2 Silabus mata kuliah 3 3
2.3 Dasain Estetika 2 3
2.4 Konsistensi halaman web 3 3
2.5 Aksesibiltas mata kuliah 2 2
3 Penyampaian & 3.1 Variasi bentuk interaksi perkuliahan
Desain Pengajaran 3 3
3.2 Tujuan mata kuliah 3 3
3.3 Tujuan pembelajaran 3 3
3.4 Variasi bentuk penyajian kegiatan
perkuliahan 3 2
3.5 Variasi capaian pembelajaran 3 2
4 Penilaian & Evaluasi 4.1 Bentuk kegiatan perkuliahan
Pembelajaran 2 3
pemelajar
4.2 Keselarasan tujuan dengan penilaian 3 3
4.3 Bentuk strategi penilaian 3 3
4.4 Ketersediaan umpan balik 1 2
4.5 Ketersediaan penilaian diri 1 2
5 Pengajaran Inovatif 5.1 Penggunaan teknologi pada
dengan Teknologi perkuliahan 3 3
5.2 Kebaruan metode pembelajaran 3 3
5.3 Keterlibatan jenis multimedia 3 3
5.4 Optimalsisasi penggunaan internet 3 3
6 Penggunaan umpan 6.1 Umpan balik tentang konten mata
balik mahasiswa oleh kuliah 1 2
pengajar
6.2 Umpan balik tetang kemudahan
1 3
teknologi dan aksesibilitas
6.3 Penggunaan umpan balik dalam
1 2
pembelajaran
Keterangan:
P1 : Penilai ahli satu (Ahli Teknologi Instruksional)
P2 : Penilai ahli dua (Ahli Multimedia Pembelajaran)

`
195

Rekapitulasi Hasil Penilaian Perangkat E-Learning Remote Physics Laboratory


Skor
N0. Kategori Skor %
Maksimum
1 Dukungan & Sumber Daya Pemelajar 16 18 89%
2 Desain & Organisasi Daring 26 30 87%
3 Penyampaian & Desain Pengajaran 28 30 93%
4 Penilaian & Evaluasi Pembelajaran pemelajar 23 30 77%
5 Pengajaran Inovatif dengan Teknologi 24 24 100%
6 Penggunaan umpan balik mahasiswa oleh pengajar 10 18 56%
Rata-rata 84%

`
196

Lampiran 11. Hasil Tanggapan Mahasiswa dari Kuesioner USE

`
197

Lampiran 12. Komentar/Saran Mahasiswa terhadap Penggunaan Remote


Physics Laboratory

Subjek Komentar/Saran Pengguna


1 R-Phylab sangat mudah digunakan namun jika terkendala jaringan akan sulit mengakses R-phylab
2 sangat memudahkan dalam melakukan praktikum, namun harus memiliki koneksi internet yang bagus

3 Penggunaan Rphylab sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman baru. Rphylab cukup
mudah untuk digunakan dan sangat dibantu apabila praktikan mengalami kendala.
4 R-Phylab sudah cukup baik
5 Perasaannya menyenangkan bisa melakukan percobaan dengan menggunakan R-PhyLab, selain itu,
mudah dilakukan dan tidak menghabiskan banyak waktu. tetapi, karena ini online, jadi kurang
memberikan pengalaman langsung pada praktikan, terlebih saya. Dan pndangan saya terhadap R-
PhyLab adalah hebat, bisa menggabungkan rangkaian yang nyatanya ke komputer sehingga dapat
diakses secara jarak jauh.
6 RPhylab cukup efektif ketika digunakan karena hanya perlu menyiapkan perangkat laptop dan internet
untuk pengguna, namun kendala terbesar adalah jaringan.
7 Alhamdulillah, Penggunaan R-phylab ini sangat lah membantu kami dalam menjalankan eksperimen
fisika ini, dan juga arahan dari bpk. Ishafit Jauhari sangatlah jelas sehingga kami yang pertama kali
menggunakan alat ini dengan mudah memahami dan menjalankannya, Mungkin untuk sarannya, saya
harap R-phylab ini bisa terus berkembang lagi sehingga materi atau eksperimennya bisa lebih banyak.
Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
8 sangat membantu dalam pembelajaran daring ini, khususnya yang bersangkutan dengan praktikum
9 Saran untuk R-Phylab yaitu mohon untuk menyajikan video bagaimana cara mengolah data yang telah
didapatkan untuk semua materi. perasaan saya sangat senang, karena sudah difasilitasi dalam mata
kuliah ini. bapak nya juga ramah dan sangat sabar menghadapi kendala kami, terutama jaringan. terima
kasih banyak pak, sehat dan sukses selalu.
10 Dapat merasakan dan berpengalaman dalam melakukan eksperimen jarak jauh menggunakan R-
Phylab sangat menyenangkan sekali, menjadi tau lebih banyak tentang eksperimen yang ternyata bisa
dilakukan secara on line seperti ini. R-Phylab sangat membantu sekali dalam kegiatan pembelajaran.
Sangat sangat menarik. Terima kasih.
11 dalam menghadapi kuliah daring akibat pandemi covid-19, R-Phylab sangat membantu mahasiswa
dalam melakukan eksperimen, karena eksperimen dilakukan secara real dan untuk mengaksesnya
cukup mudah yaitu dengan kita menggunakan laptop atau pc kita bisa melakukan sebuah eksperimen
yang nyata, kendalanya hanya membutuhkan jaringan internet yang stabil.
12 mungkin kedepannya bisa lebih banyak lagi materi praktikumnya
13 Saya sangat setuju menggunakan rphylab ini, karena dengan jarak jauh saya dapat melakukan
praktikum. Akan tetapi dalam kendala sinyal praktikum rphylab jika tidak stabil harus dimulai di awal,
sarannya semogaa untuk nanti rphylab dapat digunakan dalam keadaan offline
14 Saya sangat setuju menggunakan kegiatan praktkum berbasis rphylab, dikarenakan adanya kombnasi
antara kegiatan langsung dengan teknologi, naun tetap harus adanya persiapan dalam bentuk teanga,
material untuk ketersdeian jaringan internet. semoga kedepannya, dari pengalaman yang dapatkan
menjadi bahan untuk pembelajaran kedepannya
15 Rphylab ini sudah sangat baik, sebuah inovasi untuk melakukan praktikum. untuk kedepannya
mungkin bisa disediakan tujuan praktikum untuk praktikan
16 R-PhyLab sudah sangat membantu dalam kegiatan praktikum jarak jauh, namun alangkah lebih baik
jika pelaksanaan praktikum dengan R-PhyLab dijelaskan dulu secara rinci dalam hal tujuan dan yang
lainnya supaya tidak kebingungan ketika pelaksanaannya.
17 Ketika saya melakukan eksperimen saya sangat terbantu, karena dengan menggunakan rphylab
eksperimennya lebih mudah dipahmi dan lebih fleksibel dan lebih terasa nyata seperti melakukan
eksperimen secara langsung di laboratorium
18 pengalaman saya saat melakukan eksperimen dengan R-PhyLab awalnya deg deg an takut salah saat
praktikum tetapi ketika sudah dijalankan alhamdulillah lancar dan menyenangkan. mungkin saran
untuk kedepannya ketika sedang menjelaskan materi atau ketika sedang membimbing untuk
melakukan eksperimen tidak terlalu cepat. Terimakasih.
19 berdasarkan pengalaman saya menggunakan R-PhyLab, dibandingkan dengan aplikasi virtual lain, R-
PhyLab sangat mudah digunakan dan diakses, pengerjaan eksperimen juga dilakukan dengan mudah
dan tanpa ada kesulitan. siswa dipandu dengan baik dalam melakukan eksperimen

`
198

Subjek Komentar/Saran Pengguna


20 menurut saya R-PhyLab memudahkan kita dalam melakukan eksperimen tapi bagi saya sendiri dalam
memahami tujuan eksperimen mungkin masih lebih efektif eksperimen langsung karena dapat
berinteraksi dan mengenal langsung dengan alat dan bahan eksperimennya

21 Sangat baik untuk melakukan eksperimen di Rphylabnya. Jadi pengalaman bisa melakukan
eksperimennya
22 R-phylab sangat membantu saya dalam melakukan praktikum dan juga menyenangkan, tetapi kadang
dalam penggunaan laptop dan internet harus mendukung sehingga tidak terjadi lag
23 cukup baik digunakan apalagi ketika kondisi perang wabah melawan Covid-19 ini mengefektifkan
eksperimen secara daring. Disamping itu, pemerolehan data cukup akurat serta kesalahan random bisa
diminimalisir cukup baik.
24 sangat baik
25 sangat baik,
26 Alhamdulillah dengan adanya Rphylab ini memudahkan setiap pengguna nya untuk dapat melalukan
eksperimen jarak jauh, namun koneksi internet kadang menjadi kendala
27 eksperimen menggunakan r-phylab cukup mudah dipahami dan mudah dioperasikan, namun
terkendalanya hanya beberapa eksperimen saja yang dapat dilakukan menggunakan r-phylab. saya
berharap kedepannya lebih banyak dimasukan beberapa eksperimen penunjang perkuliahan fisika,
karena saat masa pandemi saat ini r-phylab sangat berguna bagi mahasiswa melakukan eksperimen
dari jarak jauh.
28 R-Phylab sangat menarik dan mudah digunakan, membantu kita bereksperimen dengan mudah dan
cepat disaat kita tidak bisa bereksperimen secara langsung atau tatap muka, bisa juga digunakan jika
kita kekurangan alat untuk eksperimennya. R-Phylab mudah digunakan, dan fitur nya pun banyak,
dimulai dari fitur untuk tes pra lab, pasca lab, kolom tugas, atau bisa berdiskusi juga melalui forum.
29 R-phylab sanggat efektif. Hanya saja sering terhambat oleh jaringan.
30 R-PhyLab sangat membantu dalam melakukan praktikum penggunaanya juga mudah. sarannya supaya
lebih banyak lagi praktikum yang disediakan, dasar teorinya supaya diperjelas dan lebih lengkap,
tujuan praktikum disediakan di awal supaya jelas dalam mengambil data kemudian kalau bisa di
youtube disediakan penjelasan dasar teori pada saat sebelum melakukan praktikum.
31 setelah menggunakan R-PhyLab saya menjadi paham bagaimana melakukan praktikum untuk
kosntanta planck, spektroskopi atom serta pencacah radiasi, serta mudah diakses dan penggunaan R-
PhyLab mudah
32 Rphylab sudah sangat baik sejauh ini . Praktikum yang nyaman dan fleksibel . Bermanfaat bagi
kondisi kita saat ini khususnya saat pandemi sekarang ini. Sehingga belajar dapat berjalan dengan
lancar dengan adanya rphylab. Untuk saran tolong Lebih sederhanakan lagi dari tampilanya.
33 untuk semuanya sudah bagus apa yang ada didalam r-phylab seperti fitur fitur didalamnya yang sudah
lumayan lengkap, saran ditambahkan eksperimen lain selain yang sudah ada saat ini, karena menurut
saya ini bagus untuk situasi saat ini yang belajar dari rumah dan ingin mencoba eksperimen lainnya.

34 penggunaannya tidak sulit, mudah diakses dimana saja


35 Saya sangat senang menggunakan R-PhyLab. Semoga ke depannya, R-PhyLab dapat lebih baik lagi
dan dapat digunakan secara universal.
36 setelah menggunakan rphylab dalam proses praktikum , dapat terasa lebih mudah dikarenakan materi
yang abstrak seperti radiasi, efek fotolistrik dan spektroskopi atom dapat lebih mudah dipahami setelah
melakukan praktikum di rphylab. saran nya mungkin lebih di luaskan lagi untuk akses rphylabnya

37 Sangat senang menggunakan Rphylab ini, karena merupakan media pembelajaran yang efektif dan
efisien. Pernah ada beberapa kendala dalam eksperimen, tapi dapat diselesaikan kembali. Rphylab ini
bagus sekali.
38 Dalam proses praktikum dengan menggunakan Rphylab sangat berkesan, selain mudah untuk
digunakan, Rphylab sangat membantu mahasiswa/siswa serta pendidik agar dapat melaksanakan
proses praktikum, apalagi pada masa pandemic seperti sekarang ini, dimana kegiatan secara langsung
sangat dibatasi. Untuk penggunaan Rphylab ini harus menggunakan internet, dan ini dapat menjadi
salah satu kendala dalam menggunakan Rphylab ini bagi mereka yang tinggal di daerah yang jaringan
internetnya kurang stabil, karena kita ketahui bahwa akses internet yang baik belum merata secara
menyeluruh di indonesia

`
199

Subjek Komentar/Saran Pengguna


39 Terimakasih bapak telah membimbing kami dan meluangkan waktunya untuk mengajarkan kami :)
semoga R-PhyLab semakin berkembang ^^
40 Saya merasa sangat terbantu dengan adanya R-Phylab ini, menjalankan eksperimen jadi lebih mudah,
namun saya masih belum terbiasa dengan beberapa tampilan halaman
41 saran dari saya, kalau bisa ketika saat praktikum cantumkan persamaan apa yang harus diguanakan.
karna saya mengalami kesulitan saat harus mencari apa dan dengan persamaan apa yang harus
digunakan.
42 izin menjawab, untuk sistem yang diberikan saya sangat puas karena memudahkan kami untuk
melakukan eksperimen jarak jauh, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pengalaman yang
diberikan.
saran dari saya mungkin untuk materi yang diberikan bisa di sesuaikan dengan post test yang akan
diberikan karena melihat banyak sekali kesulitan ketika mengerjakan post test.
43 Saya sangat senang bisa memperoleh pengetahuan baru mengenai R-PhyLab ini, R-PhyLab sangat
membantu untuk yang ingin melaksanakan eksperimen atau percobaan fisika tanpa harus pusing
dengan perangkat yang diperlukan. Semoga ke depannya terus dilakukan penyempurnaan supaya R-
PhyLab ini menjadi semakin baik. Terima kasih Bapak Drs Ishafit, M.Si., dan R-PhyLab UAD..
44 Sebelumnya terima kasih banyak kepada Pak Ishafit dan Universitas Ahmad Dahlan karena meskipun
dalam keadan PJJ saya tetap dapat mengikuti praktikum melalui R-Phylab ini. Menurut saya R-Phylab
ini mudah digunakan, tanpa mendownload aplikasi jadi dengan web lebih praktis, tampilan saat
melakukan praktikum juga tidak membingungkan, data yang dihasilkan juga tinggal di export ke
Excel. Namun kendala saya pribadi karena saat mengikuti perkuliahan dan jaringannya sedang tidak
stabil itu mengganggu, apalagi kalau sedang kebagian praktikum. Kemudian ketika bapak sedang
menginformasikan alat-alat dan fungsinya juga jadi terkendala karena jaringan. Semoga di R-Phylab
bisa melakukan praktikum-praktikum yang lebih banyak lagi.
45 Saya sangat senang menggunakan R-Phylab, saya dapat melakuakan praktikum jarak jauh. Kendala
yang saya rasakan dari jaringan ,karna di rumah saya kadang sulit menemukan jaringan jadi ketika
praktikum kadang tidak terikuti kalau jaringan sedang tidak baik . Tapi untuk keseluruhan luar biasa .
46 dikarenakana ini baru hal pertama saya menggunakan web dalam pembelajaran, jadi notifikasi tidak
muncul dan pada saat mau mengerjakan tugas tiba-tiba waktu sudah mendekati batas akhir
pengumpulannya. Tidak ada saran, hanya ada harapan. harapannya semoga R-Phylab bisa berubah
menjadi aplikasi pembelajaran yang bisa digunakan semua orang. Bapak Ishafit sangat keren!!!
47 Selama saya menggunakan Rphylab, saya merasa terbantu karena kegiatan eksperimen bisa dilakukan
meskipun dimasa pandemi. Selain itu penggunaannya mudah, lengkap, dan instruksinya jelas.
48 Saya sangat senang bisa menggunakan R-PhyLab, karena saya mendapatkan pengalaman/ilmu baru
dan R-PhyLab sangat membantu dalam kegiatan eksperimen
49 Menurut saya R-Phylab adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran
praktikum yang sangat efektif. apalagi ketika digunakan dalam masa pandemi yang menuntut untuk
melakukan pembelajaran jarak jauh. melakukan praktikum dengan R-Phylab itu sangat menyenangkan
dan saya mendapatkan pengalaman baru dalam praktikum. penggunaannya juga mudah dan data yang
diperoleh akurat.
50 Penggunaan R-PhyLab termasuk mudah digunakan dan dipelajari. Menurut saya akan lebih baik jika
R-PhyLab memiliki akses notifikasi, misalnya yang terhubung dengan akun gmail agar dapat
tersambung notifikasi dan reminder untuk plan (laporan eksperimen/ pra lab/ postlab) selanjutnya.
Saya senang dapat berkesempatan melakukan eksperimen secara virtual dan dapat bekerja sama
dengan Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Terima Kasih
51 R-phylab mudah digunakan, sehingga pratiku jadi lebih mudah dan data yang didapatkan lebih riil
52 R-PhyLab sangat membantu saya untuk memahami eksperimen fisika secara lebih mendalam selama
menggunakan saya tidak menemukan kendala dan vitur pada R-PhyLab sangat lengkap
53 R-Phylab sangat canggih, namun jaringan pengguna harus benar benar stabil
54 melakukan eksperimen R-PhyLab sangat menjadikan pengalaman yang lebih baik sehingga tidak
meragukan untuk menguasai langkah-langkah setiap yang di intruksikan dan bermanfaat
55 Eksperimen dengan Rphylab sangat menyenangkan, pada saat kita mengalami kendala pun akan
dibantu.
56 Terimakasih sudah memudahkan saya dalam melakukan eksperimen jarak jauh, sukses selalu pak

`
200

Subjek Komentar/Saran Pengguna


57 fleksibel sekali, karena praktikum yang online pemahaman materi kurang matang sehingga dalam
menyelesaikan tes terkadang ada kebingungan. tapi sejauh ini sangat bagus terlebih dizaman yang
serba digital. mungkin tetap ada kelas normal untuk memberikan penjelasan materi.
58 R-Phylab sangat membantu pada saat pembelajaran daring ini
59 Rphylab sangatlah bermanfaat digunakan untuk melakukan praktikum di masa pembelajaran jarak
jauh seperti sekarang ini. Ini merupakan terobosan yang sangat hebat yang dilakukan oleh dosen
pendidikan fisika UAD. Semoga kedepannya dosen-dosen UAD dapat mengembangkan media
pembelajaran yang seperti ini, khususnya pendidikan fisika.
60 Lebih sering update terkait dateline suatu tugas serta memperbanyak jenis course/ eksperimen
61 Dengan menggunakan R-Phylab mempermudah mahasiswa dalam melakukan pembelajaran jarak
jauh, dan membantu dalam proses pembelajaran. Menggunakan R-Phylab juga mudah digunakan dan
bisa langsung berkomunikasi dengan dosennya
62 Menggunakan R-PhyLab sangan membantu peserta didik dalam mengaplikasikan atau mempraktikan
teori-teori yang telah d dapat, terutama pada saat pandemi seperti saat ini penggunaan R-PhyLab
sangat efektif sekali. Dengan segala fitur yang tersedia sudah sangat bagus. Mungkin untuk
kedepannya akan lebih bagus dan maksimal jika di kembangan dengan materi-materi lainnya.
63 rphylab merupakan inovasi leb online yang cukup mengesankan dan sangat membantu bagi saya serta
menjadikan pengalaman tersendiri dengan eksperimen online
64 R-PhyLab sangat membantu untuk kegiatan praktikum jarak jauh
65 Sangat memuaskan, dan memudahkan dalam proses pembelajaran. Semoga lebih banyak lagi fitur
fitur agar lebih menyenangkan bagi pengguna
66 pengalaman saya semenjak memakai R-Phylab adalah saya jadi mudah melakukan praktikum dengan
jarak jauh, jadi lebih paham sebenarnya bisa melakukan kegiatan praktukum memakai seperti ini. R-
Phylab ini mungkin bisa jadi langkah inovasi media pembelajaran praktikum jarak jauh yang bisa
dikembangkan di sekolah-sekolah.
67 lebih memaksimalkan rhylab agar dapat terjangkau di seluruh pelosok indonesia
68 tidak ada
69 pengalaman saya pada saat menggunakan R-PhyLab ini, sangat meyenangkan, mudah digunakan,
tampilan nya sederhana sehingga mudah dimengerti.
70 R-Phylab sangat membantu saya dalam melakukan eksperimen jarak jauh, berkomunikasi antara dosen
dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa menjadi lebih mudah
71 mungkin karena ditempat saya lebih terkendala ke sinyal, jadi selama praktikum menggunakan r
phylab ini kurang maksimal
72 eksperimen dengan R-Phylab solusi untuk perkuliahan secara daring untuk melakukan eksperimen
yang seharusnya dilakukan secara ofline. dan pengguaannya pun sangat mudah dipahami. mungkin
sedikit terkendala terhadap sinyal dimasing-masing daerah.
73 Menghemat waktu dalam melakukan eksperimennya
74 Keren karena saya bisa praktikum secara virtual dan secara jarak jauh karena r phylab bisa diakses
dimana saja
75 R-PhyLab sangat membantu saya, karena dengan 1 applikasi dapat membantu saya membuat tugas,
tetapi terkadang terkendala dimana letak yg di tugaskan oleh dosen
76 Alhamdulillah rphylab sangat membantu dalam perkuliahan dan sangat cocok untuk dilaksanakan atau
sebagai terobosan di era pandemi ini untuk kegiatan praktikum fisika, sangat menarik sekali dalam
penggunaan pembelajaran sehingga tidak membikin bosan
77 R-phylab supaya dilengkapi dengan ideo mengenai penjelasan materi yang akan dilaksanakan,
sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk mempelajari materinya. ketika mahasiswa belum bisaa
memahami materi dengan bantuan video tersebut bisa dipahami dengan perlahan-lahan
78 Menurut saya pribadi sudah sangat baik, tapi terkadang ada hal yang menjadi bingung di bagian
semisal pra lab dan pasca lab ada 2 sampai 3 jadi harus memilih yang mana begitu

79 R-PhyLab memudahkan eksperimen dan mendapatkan nilai hasil percobaan dengan persen ralat yang
kecil.
80 Dengan R-PhyLab saya senang sekali, mempermudah perkerjaan dan sangat bermanfaaat bagi yang
ingin berkesksperimen tanpa berhadapan langsung dengan alat, tetapi melalui Remote Lab ini. Dan
saya terpukau dengan kuis yang di sajikan oleh R-PhyLab ini karena yang di sajikan begitu mudah
sekali di mengerti serta mennyangkut sekali dengan materi. Terimakasih R-PhyLab Remote Lab.

`
201

Subjek Komentar/Saran Pengguna


81 pengalaman saya saat menggunakan R-PhyLab ini adalah memudahkan saya dalam praktikum. namun
kendalanya harus mempunyai akses internet yang sangat terjangkau, sehingga menyulitkan saya untuk
mencari jaringan di tempat atau titik titik tertentu dikampung saya.sangat sulit mencari jaringan. saat
mengakses Rphylab ini sering terjadi kegagalan saat memngakses bahkan lambat saat mengaksesnya.
saya berharap pandemi akan segera berakhir dan bisa melakukan perkuliahan seperti biasanya.
82 Sangat menyenangkan dan mudah dalam eksperimen, tetapi lebih di efektif kembali Pembelajaran
supaya semua mahasiswa bisa akses secara bersama..
Kedala Utama : stabilitas jaringan internet
Saran pengembangan:
• Perlu video panduan analisis data
• Perlu pengantar dan penjelasan tujuan praktikum yang lebih detail
• Perlu penambahan topik praktium yang dapat dionlinkan
• Kajian teori yang terkait eksperimen perlu diperjelas
• Perlu penyajian persamaan praktis yang digunakan dalam eksperimen

`
202

Lampiran 13. Hasil Checklist Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri

`
203

`
204

Lampiran 14 . Hasil Penilaian Laporan Eksperimen dengan R-PhyLab

Keterangan : EFK (Eksperimen Fisika Klasik), EFM (Eksperimen Fisika Modern)

`
205

Lampiran 15. Temuan Kesalahan/Kekurangan Penulisan Ilmiah pada Laporan


Eksperimen
Aspek Sampel Data/Garfik/Persamaan Temuan
Tabel • Tabel tidak diberi
Data judul
• Besaran tidak diberi
satuan
• Judul tabel di
letakkan di bawah
• Penempatan/posisi
tabel baik

`
206

Grafik • Sumbu grafik tidak


diberi satuan
• Sumbu grafik tidak
diberi besaran dan
satuan
• Posisi puncak pada
spektrum belum
diberi label

`
207

Tata- • Penulisan besaran


Tulis dan satuan tidak
(persa- mengikuti aturan
maan) penulisan dalam SI

Analisis • Pemilihan analisis


Data data kurang/tidak
tepat. Contoh:
verifikasi hukum
Malus dengan
mencari rata-rata
intensitas cahaya
dari analiser
• Analisis data kurang
lengkap, sehingga
dalam eksperimen
pembuktian, hasil
analisis data kurang
nampak
dukungannya pada
proses pembuktian.
• Analisis data tidak
mengacu pada kajian
taoritiknya. Teori
yang relevan telah
dibahas dalam kajian
teori tetapi analisis
data kurang
mengacu ke teori,
hal ini bisa
disebabkan
kekurangn mampuan
mahasiswa
memahami peran
teori dalam
eksperimen.
• Ada kesalahan
dalam memilih
model matematis
yang diguakan
dalam pencocokan
data.

`
208

Lampiran 16. Hasil Tes Pra-Lab dan Pasca-Lab tentang Pengetahuan Fisika
Hasil Tes Konstanta Planck Hasil Tes Polarisasi Cahaya Hasil Tes Medan Magnet
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
No. Sujek Pra Pasca No. Sujek Pra Pasca No. Sujek Pra Pasca
1 Mhs1 5 6 1 Mhs1 2 5 1 Mhs1 5 8
2 Mhs2 5 7 2 Mhs2 2 4 2 Mhs2 8 8
3 Mhs3 5 6 3 Mhs3 5 4 3 Mhs3 10 9
4 Mhs4 6 4 4 Mhs4 5 4 4 Mhs4 5 4
5 Mhs5 4 10 5 Mhs5 4 10 5 Mhs5 3 7
6 Mhs6 3 5 6 Mhs6 6 7 6 Mhs6 6 10
7 Mhs7 9 10 7 Mhs7 8 5 7 Mhs7 4 8
8 Mhs8 5 5 8 Mhs8 3 4 8 Mhs8 5 3
9 Mhs9 6 5 9 Mhs9 6 4 9 Mhs9 3 7
10 Mhs10 7 9 10 Mhs10 5 9 10 Mhs10 2 7
11 Mhs11 5 8 11 Mhs11 2 10 11 Mhs11 6 5
12 Mhs12 1 4 12 Mhs12 2 2 12 Mhs12 3 3
13 Mhs13 5 4 13 Mhs13 5 6 13 Mhs13 5 6
14 Mhs14 5 5 14 Mhs14 4 2 14 Mhs14 2 8
15 Mhs15 6 5 15 Mhs15 4 6 15 Mhs15 9 10
16 Mhs16 6 4 16 Mhs16 4 5 16 Mhs16 4 3
17 Mhs17 7 5 17 Mhs17 5 7 17 Mhs17 5 7
18 Mhs18 7 3 18 Mhs18 6 3 18 Mhs18 2 7
19 Mhs19 6 3 19 Mhs19 3 4 19 Mhs19 3 4
20 Mhs20 4 4 20 Mhs20 4 4 20 Mhs20 3 7
21 Mhs21 6 5 21 Mhs21 7 6 21 Mhs21 10 10
22 Mhs22 6 3 22 Mhs22 6 4 22 Mhs22 3 3
23 Mhs23 7 6 23 Mhs23 4 6 23 Mhs23 6 5
24 Mhs24 6 6 24 Mhs24 7 8 24 Mhs24 9 9
25 Mhs25 9 5 25 Mhs25 10 7 25 Mhs25 3 2
26 Mhs26 5 6 26 Mhs26 5 6 26 Mhs26 4 8
27 Mhs27 5 4 27 Mhs27 9 7 27 Mhs27 6 7
28 Mhs28 10 9 28 Mhs28 6 6 Rata-rata 4.96 6.48
29 Mhs29 5 5 29 Mhs29 4 3
30 Mhs30 5 6 30 Mhs30 4 3
31 Mhs31 5 3 31 Mhs31 5 3
32 Mhs32 3 5 32 Mhs32 4 2
33 mhs33 6 4 33 mhs33 2 6
34 Mhs34 4 5 34 Mhs34 5 5
35 Mhs35 7 7 35 Mhs35 5 4
36 Mhs36 6 3 36 Mhs36 5 3
37 Mhs37 7 4 37 Mhs37 6 4
38 Mhs38 5 7 38 Mhs38 6 3

`
209

39 Mhs39 6 4 39 Mhs39 4 6
40 Mhs40 3 4 40 Mhs40 2 5
41 Mhs41 2 4 41 Mhs41 6 9
42 Mhs42 9 9 42 Mhs42 3 6
43 Mhs43 4 10 43 Mhs43 4 4
44 Mhs44 5 4 44 Mhs44 4 6
45 Mhs45 6 6 45 Mhs45 4 6
46 Mhs46 7 2 46 Mhs46 3 7
47 Mhs47 4 4 47 Mhs47 5 4
48 Mhs48 6 5 48 Mhs48 7 4
49 Mhs49 2 4 49 Mhs49 4 3
50 Mhs50 3 4 50 Mhs50 6 5
51 Mhs51 6 5 51 Mhs51 7 4
52 Mhs52 4 5 52 Mhs52 6 5
53 Mhs53 3 4 53 Mhs53 3 5
54 Mhs54 5 3 54 Mhs54 4 10
55 Mhs55 6 10 55 Mhs55 3 2
56 Mhs56 3 4 56 Mhs56 4 5
57 Mhs57 5 4 57 Mhs57 4 3
58 Mhs58 5 3 58 Mhs58 7 4
59 Mhs59 5 5 59 Mhs59 5 4
60 Mhs60 4 3 60 Mhs60 5 6
61 mhs61 6 4 Rata-rata 4.75 5.07
Rata-rata 5.30 5.16

`
210

Lampiran 17. Contoh Laporan Eksperimen oleh Mahasiswa


LAPORAN EKSPERIMEN DENGAN REMOTE PHYSICS LABORATORY
Oleh:
Muhammad Ramdhan (1800007016)
Ali Madilis (1800007020)
Zulfa ‘Amalia Rahmatika (1800007039)

A. Judul
Eksperimen Medan Magnet dengan Dua Kumparan

B. Pernyataan Masalah
Secara teori kawat yang dialiri oleh arus listrik akan menghasilkan medan magnet,
dan medan magnet tersebut dipengaruhi oleh kuat arus, jumlah lilitan, dan jarak kawat.
Untuk memperbesar medan magnet yang dihasilkan maka dibuatlah kumparan/
kumparan. Selain dibentuk menjadi sebuah kumparan, bisa pula dikombinasikan
dengan kumparan lainnya yang memiliki ukuran identik dan terpisah pada jarak yang
sama dengan jari-jari kumparan tersebut. Kedua kumparan tersebut dinamakan dengan
kumparan Helmholtz. Kemudian yang jadi masalah adalah bagaimana dengan kondisi
medan magnet disekitar kumparan tersebut, apakah semakin kuat atau malah semakin
rendah. Untuk mengetahui hal tersebut, maka praktikan melakukan eksperimen
dengan menggunakan aparatus sebagai berikut:

Gambar 1. Aparatus Remote Eksperimen kumparan Helmholtz


a. Motor Stepper
b. Sensor Medan Magnet
c. Sistem Kontrol Motor Stepper berbasis Arduino UNO
d. Kumparan Helmholtz
e. Perangkat Lunak LabVIEW
f. Slider
g. Batang sekrup
Aparatus tersebut praktikan pakai dengan tujuan untuk memudahkan dalam
pengambilan data. Selain memiliki keakuratan yang tinggi, aparatus tersebut juga
dapat dikendalikan dari jarak jauh sehingga sesuai dengan keadaan saat ini dimana
tidak memungkinkan untuk melakukan eksperimen secara langsung ditempat.

`
211

C. Prediksi
Berdasarkan teori kumparan helmholtz dan gambar yang ada di bawah, dapat kita
prediksi bahwasanya pada kawat helmholtz antara kumparan 1 dan kumparan 2
terhubung secara seri akibatnya pada kawat helmholtz ini memiliki arah arus listrik
yang searah, dengan adanya keseragaman ini, medan magnet yang dihasilkan oleh
kedua kumparan dapat mencapai puncaknya yaitu keadaan superposisi dengan cara
kedua kumparan didekatkan sejauh jari-jari (R).

Gambar 2. Kuat Medan magnet pada kumparan Helmholtz

D. Eksperimen dan Hasil


Metode yang praktikan pakai dalam pengambilan data adalah “Remote
Experiment”, metode ini memungkinkan praktikan untuk mengambil data dari jarak
jauh dengan bantuan internet dan aplikasi LabVIEW. Eksperimen diatur dengan
menggunakan kuat arus sebesar 0,255 A dan dengan jarak mula-mula 10 cm dari
kumparan. kumparan Helmholtz yang dipakai memiliki diameter 9 cm dan jumlah
lilitan sebanyak 150 lilitan, permeabilitas disekitar kumparan dianggap sama dengan
permeabilitas ruang hampa, karena nilainya hanya beda sedikit dengan permeabilitas
udara. Dari eksperimen dan perhitungan teoritis yang telah dilakukan diperoleh data
medan magnet eksperimen (Be) dan medan magnet teoritis (Bt) sebagai berikut:
Tabel 1. Data Eksperimen dan Teoritis
x (m) Be (T) Bt (T) % Kecocokan

0,1 0,000108 0,0000895 82,9

0,09 0,00014 0,000118512 84,7

0,08 0,000185 0,000159717 86,3

0,07 0,000247 0,000218445 88,4

0,06 0,000334 0,000300776 90,1

0,05 0,000447 0,00041013 91,8

0,04 0,000578 0,000538909 93,2

0,03 0,000697 0,000659772 94,7


`
212

0,02 0,000772 0,000736831 95,4

0,01 0,000798 0,000762267 95,5

0 0,000797 0,0007643 95,9

-0,01 0,00079 0,000762267 96,5

-0,02 0,00076 0,000736831 97,0

-0,03 0,000685 0,000659772 96,3

-0,04 0,000567 0,000538909 95,0

-0,05 0,00044 0,00041013 93,2

-0,06 0,000327 0,000300776 92,0

-0,07 0,000239 0,000218445 91,4

-0,08 0,000175 0,000159717 91,3

-0,09 0,000131 0,000118512 90,5

-0,1 0,000099 8,9514E-05 90,4

-0,11 0,000076 6,88517E-05 90,6

-0,12 0,000058 5,38863E-05 92,9

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kuat medan magnet yang muncul akibat arus
listrik pada kumparan ternyata nilainya berubah-ubah sesuai dengan jaraknya dari
pusat kumparan Helmholtz. Semakin dekat dengan kumparan maka medan magnet
akan semakin besar, begitu pula pada jarak yang semakin jauh maka medan magnet
akan semakin kecil. Nilai terendah dari medan magnet oleh kumparan Helmholtz
terlihat pada jarak -12 cm dari pusat kumparan yaitu sebesar 5,38 x 10-05 T. Sedangkan
nilai tertinggi dapat dilihat pada titik 0 cm atau pusat kumparan, yaitu sebesar
0,0007643 T.
Untuk mengukur medan magnet di pusat kedua kumparan, praktikan menggunakan
persamaan yang diturunkan dari hukum Biot-Savart,

Begitu pula untuk persamaan medan magnet sepanjang sumbu x, praktikan


menggunakan persamaan yang diturunkan dari hukum Biot-Savart,

`
213

Secara keseluruhan, pengukuran medan magnet dengan cara eksperimen dan medan
perhitungan medan magnet secara teoritis memiliki nilai yang tidak jauh berbeda.
Dapat dilihat pada tabel diatas, persentase kesesuaian terendah adalah pada posisi 0,1
m dan persentase kesesuaian tertinggi terjadi pada posisi -0,02 m. Praktikan
beranggapan bahwa perbedaan ini bisa saja terjadi karena alat yang kurang presisi,
sehingga terjadi hasil pengukurannya tidak selalu tepat, selain itu bisa saja karena ada
pengaruh lingkungan tempat eksperimen dilakukan.

Grafik 1. Grafik Perbandingan Hasil Eksperimen dan Perhitungan Teoritik

Selanjutnya, data-data yang sebelumnya telah diperoleh, kemudian diolah menjadi


grafik perbandingan. Dari grafik diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa medan
magnet di antara dua kumparan memiliki kuat medan yang hampir seragam, hal ini
sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa pada posisi di antara dua kumparan akan
terjadi peristiwa superposisi yang diakibatkan oleh kedua kumparan tersebut. Hal lain
yang dapat dipahami dari grafik diatas adalah perbedaan perbandingan medan magnet
pada posisi 0,1 m dan -0,1 m, pada posisi 0,1m terlihat perbandingan yang lebih
renggang dibandingkan pada posisi -0,1m.
Kondisi tersebut menurut praktikan dikarenakan pada posisi 0,1m sensor medan
magnet dapat bekerja maksimal karena di depannya tidak ada penghalang. Berbeda
pada posisi -0,1m, sensor medan magnet berada di dalam lingkup medan magnet
kumparan helmholtz, kondisi tersebut dianggap praktikan bisa saja merubah
permeabilitas udara di sekitar kumparan, hal inilah yang mengakibatkan perbedaan
perbandingan medan magnet pada posisi 0,1m dan -0,1m.

`
214

E. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen kumparan Helmholtz yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa medan magnet di sepanjang sumbu kumparan sangat bervariasi.
Variasi medan magnet tersebut bergantung pada jarak dari pusat kumparan, semakin
jauh maka semakin lemah medan magnetiknya. Medan magnet terkuat terdapat
diantara dua kumparan, pada posisi tersebut terjadi superposisi antara medan magnet
oleh kumparan 1 dan kumparan 2, kondisi tersebutlah yang mengakibatkan posisi di
antara kedua kumparan memiliki medan magnet yang hampir seragam.

Referensi
Teori Koil Helmholtz. Diakses pada 6 Oktober 2020
http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/mod/page/view.php?id=230

Experiment 10: Helmholtz Coils. Diakses pada 4 Oktober 2020 dari


http://tsgphysics.mit.edu/pics/Documents/LegacyDemoMaterials/coursedocs/
MIT/TEAL/old/1014/

`
215

Lampiran 18. Contoh Makalah yang Dikembangkan dari Laporan Eksperimen

`
216

`
217

`
218

`
219

Lampiran 19. Bukti Kegiatan Diseminasi Remote Physics Laboratory

`
220

`
221

`
222

Lampiran 20. Contoh Kegiatan Kolaborasi pada Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif

`
223

Anda mungkin juga menyukai