Oleh:
ISHAFIT
NIM 13703261029
Oleh:
ISHAFIT
NIM 13703261029
ii
ABSTRAK
ISHAFIT: Pengembangan Remote Laboratory untuk Pembelajaran Fisika Berbasis
Inkuiri Kolaboratif. Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2021.
This study aims to: 1) design and develop a remote laboratory system consisting of
data acquisition and e-learning devices on the topics of electricity, magnet, optics, and
modern physics for collaborative inquiry-based physics experiment online learning, 2)
test the quality of the remote laboratory system for collaborative inquiry-based physics
experiment online learning, 3) test the applicability of the remote laboratory system for
science process-oriented collaborative inquiry-based physics experiment online learning,
and 4) test the effectiveness of the remote laboratory system for collaborative inquiry-
based physics experiment online learning in science process skills and knowledge of
physics.
The research was conducted using ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation) development model. The analysis was carried out by
studying literature on curriculum and recommendation from the association in physics
education regarding learning in a laboratory. The product design was created by adopting
the basic architecture of remote laboratory system that has been developed in the field of
science. The product development was aimed to produce laboratory equipment in the
form of apparatus and user graphic interfaces with LabVIEW, and e-learning modules
with Moodle. The product validity was examined by experts in the field of learning, e-
learning, multimedia, and instructional design with Rubric for e-Learning Tool
Evaluation. The implementation and evaluation were carried out in initial product trial
and final product field test. The initial product trial was conducted in Physics Experiment
1 course with 33 students. Meanwhile, the final product field test was conducted in
Experiment Physics 2 course with 98 students from physics education study program.
The trial and field test were performed to test the applicability and responses of the test
subjects to the use of the product using the USE (Usefulness, Satisfaction, and Ease to
Use) questionnaire. The learning impact for science process skills and knowledge of
physics was also tested. The research data were analyzed through descriptive statistics
using the average score, ideal standard deviation, and the score percentage against the
maximum score. The learning impact in the form of knowledge was analyzed by using
gain test for the average score of the Post-Lab test against that of the Pre-Lab test.
The research concludes that: 1) the remote laboratory system design and product
consisting of data acquisition and e-learning devices on the topics of electricity, magnet,
optics, and modern physics for collaborative inquiry-based physics experiment online
learning have been produced, 2) the quality of the remote laboratory system for
collaborative inquiry-based physics experiment online learning is categorized as very
good, 3) the applicability of the remote laboratory system for collaborative inquiry-based
physics experiment online learning is categorized as very good based on the criteria of
science process steps and student perceptions, 4) the effectiveness of the remote
laboratory system for collaborative inquiry-based physics experiment online learning is
categorized as good in developing science process skills and categorized as poor in
developing students' mastery of physics knowledge.
Keywords: remote laboratory, physics learning, collaborative inquiry
iv
KATA PENGANTAR
Ishafit
NIM. 13703261029
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
vii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang bersifat pokok dan dasar. Fisika mengeksplorasi
dan menjawab pertanyaan paling mendasar, yaitu asal mula alam semesta, sifat
materi, energi, simetri, dan hukum alam. Sebagai ilmu, fisika menyediakan
yang jangkauan penerapannya jauh melampaui keilmuan fisika itu sendiri. Fisika
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran
yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam (NRC,
dan komunikasi dewasa ini, seperti fisika material melalui penemuan piranti
kecil. Fisika berperan besar dalam mempercepat lahirnya abad informasi atau abad
digital.
sehingga pandangan terhadap fisika tidak bisa lepas dari pandangan terhadap sains.
Fisika sebagai cabang sains adalah suatu kesatuan yang tersusun atas empat unsur
yang terjalin oleh saling keterkaitan. Saling keterkaitan yang ada di antara ke empat
unsur inilah yang memungkinkan fisika itu hidup, yakni dinamis dan berkembang.
Empat unsur tersebut adalah nilai-nilai ilmiah (scientific values), sikap dan perilaku
1
2
kandungan ilmiah (scientifc content). Meninggalkan salah satu unsur ini akan
pembelajaran fisika. Salah satu strategi pembelajaran fisika yang lahir dari
based learning, yang disingkat IBL). Kata penelitian ilmiah (scientific inquiry)
biasa digunakan orang untuk menyebut kegiatan dan proses berpikir yang dilakukan
para ilmuan (NAS, 1996). Jadi, pembelajaran berbasis inkuiri maknanya adalah
pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan dan proses berpikir
Belajar fisika adalah belajar tentang keterampilan dan cara berpikir unik yang
sangat berharga bagi peserta didik dan masyarakat. Peserta didik belajar
membantu mereka memahami sistem yang rumit dan memecahkan masalah yang
kompleks. Sebagai hasil belajar proses penyelidikan dan cara berpikir yang
digunakan dalam fisika, peserta didik dipersiapkan untuk sukses dalam program
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, yang diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
`
3
Pembelajaran fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
Pengajaran fisika sebagai bagian sains harus melibatkan peserta didik dalam
dan rekan mereka. Peserta didik membangun hubungan antara sains dan
2000). Belajar fisika adalah proses aktif, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta
didik bukan sesuatu yang dilakukan terhadap mereka. Dalam mempelajari fisika,
adalah pembelajaran berbasis inkuiri atau inkuiri ilmiah. Istilah ini mengacu pada
penjelasan berdasarkan bukti yang berasal dari hasil kerja mereka. Inkuiri juga
informasi lainnya untuk melihat apa yang sudah diketahui. Inkuiri juga meliputi
`
4
`
5
bagian penting dari kurikulum fisika karena fisika secara inheren merupakan ilmu
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Dari pembelajaran tatap muka langsung dalam waktu dan tempat
tertentu menjadi pembelajaran secara online dengan tempat dan waktu yang
fleksibel. Peserta didik dituntut aktif belajar dari sumber-sumber belajar elektronik
atau digital (NAS, 2013; Hamed & Aljanazrah, 2020). Aplikasi teknologi bagi
tradisional, terutama dengan menawarkan pengalaman belajar baru yang murah dan
Perkembangan dunia kerja yang semakin cepat dan kompleks di era teknologi
informasi dan komunikasi atau teknologi digital, dunia pendidikan dituntut untuk
`
6
atau keahlian yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia abad ke 21 ialah
BSNP, 2010). Dalam hal ini ada tuntutan bagi seseorang untuk memiliki
berbagai pihak.
sesuai dengan unsur dan karakter keilmuan fisika seperti pembelajaran berbasis
saintifik peserta didik baik hands-on dan mind-on, nyata dan virtual wajib untuk
dipenuhi. Pembelajaran fisika juga perlu dukungan ketersediaan materi, media, dan
perangkat pembelajaran yang selalu baru. Hal ini sejalan dengan tuntutan 8 standar
dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yang tiga di antaranya adalah standar
kompetensi lulusan, standar proses pembelajaran dan standar sarana dan prasarana
`
7
laboratorium merupakan salah satu sarana akademik utama yang harus ada di setiap
telah terjadi penurunan jumlah peserta didik yang memilih fisika sebagai tujuan
studi. Penelitian oleh Williams, dkk. (2003) menunjukkan bahwa hanya 26%
peserta didik menganggap fisika penting, dan hanya 15,14% peserta didik berminat
studi fisika di perguruan tinggi (Oon & Subramaniam, 2011). Penurunan minat
terhadap fisika diakibatkan oleh pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek
teori, padahal fisika merupakan bidang ilmu yang lebih menarik dipelajari melalui
eksperimen di laboratorium. Kinerja peserta didik dalam mata pelajaran fisika juga
banyak masukan dari guru karena peran guru di kelas sangat penting (Millar, 2004).
pengajaran yang sesuai dan metode pengajaran sangat penting untuk kesuksesan
belajar fisika. Masih banyak yang harus dilakukan dalam pemanfaatan secara
peralatan yang kurang, buku praktikum untuk pendidik dan peserta didik tidak
`
8
pengembangan berpikir ilmiah dan penyelesaian masalah dalam sains (Kapting &
Rutto, 2014). Masalah ketersediaan ruang laboratorium masih sering terjadi, yaitu
ruang digunakan sebagai ruang kelas, dipakai bersama untuk praktikum mata
cukup waktu untuk melaksanakan kegiatan praktikum (Katili, Sadia, & Suma,
2013). Jamaludin, Kade, dan Nurjannah (2015) mengungkapkan berbagai hal yang
alat dan bahan praktikum masih kurang, materi pelajaran sains cukup padat
sehingga guru lebih memilih metode ceramah. Hal lain yang dikeluhkan guru ialah
dalam jam tatap muka selalu tidak mencukupi. Masalah lain adalah pemahaman
guru terhadap konsep serta penggunaan alat-alat praktikum masih rendah, guru sulit
nyata dan mengamati kejadian secara langsung. Pembelajaran seperti ini akan
besar. Sebagaimana teori kerucut pengalaman dari Edgar Dale, semakin nyata
peserta didik mempelajari bahan ajar, melalui pengalaman langsung, maka semakin
`
9
besar pengalaman belajar yang diperoleh (Sari, 2019). Permasalahan empiris dalam
pada peserta didik akan berdampak pada perolehan pengalaman atau hasil belajar
peserta didik.
keterampilan proses sains dari para mahasiswa. Selain itu, program studi
pendidikan fisika dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan calon guru dengan
kompetensi abad ke-21 atau abad digital. Calon guru harus memiliki kompetensi
laboratorium fisik yang dapat diakses melalui web untuk melakukan eksperimen
laboratorium dari jarak jauh dengan objek dan alat ukur nyata (Kharki, Berrada, &
Burgos, 2021). Di era digital ini, remote laboratory menjadi salah satu alternatif
`
10
pendidikan sains dan teknik menjadi perangkat yang berguna. Penggunaan remote
(Viegas dkk., 2018; Grout, 2017). Penyiapan platform pendidikan baru dengan
laboratorium mereka. Hal ini didukung temuan survei oleh Tho dan Yeung (2016)
yang menunjukkan bahwa para peserta didik sepakat untuk melakukan eksperimen
pendidikan sains dan teknik menjadi salah satu pilihan yang layak secara pedagogis.
laboratory untuk mendukung pelaksanaan praktikum bidang teknik dan sains telah
guru merupakan tren baru untuk menyiapkan guru atau pendidik dengan
kompetensi yang dibutuhkan di abad digital saat ini. Pendidik saat ini harus mampu
`
11
laboratory.
pembelajaran dan untuk memenuhi tuntutan capaian pembelajaran saat ini. Strategi
kolaboratif adalah istilah gabungan yang maknanya berasal dari tuntutan kerja
kolaboratif yang didukung oleh komputer dalam beberapa tahun terakhir ini (Bell
memungkinkan siswa untuk menjadi akrab dengan praktik ilmiah dan untuk
menantang dan menarik bagi lembaga pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk
membawa budaya baru dan menjanjikan pada proses belajar mengajar di kelas yang
`
12
kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreativitas peserta didik yang belajar
metode konvensional (Sipayung, Sani, & Bunawan, 2018). Strategi belajar ini
diharapkan mampu menumbuhkan motivasi dan minat peserta didik terhadap ilmu
mirip dengan para ilmuwan dan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan tentang
remote laboratory dapat ditelusuri sejak tahun 2004 pada proyek Co-Lab. Proyek
suatu proses yang konstruktif, terletak dan proses kolaboratif (Van Joolingen dkk.,
peralatan jarak jauh untuk pembelajaran di kelas virtual (Bochicchio & Longo,
`
13
2009; Machotka & Nedic, 2009). Lingkungan belajar kolaboratif dengan remote
lingkungan web dan Simulasi Java membuat laboratorium virtual dan remote
laboratory dan peran kolaboratif untuk dalam lingkungan belajar. Tidak hanya di
negara barat, Irak sebagai salah satu negara di timur tengah juga mengembangkan
para peneliti dan mengembangkan keterampilan peserta didik dalam Sains dan
Teknik (Salah, Cecil, & Atrushi, 2018). Dari penelitian dan pengembangan yang
bidang teknik, dan masih sedikit bukti empiris bidang sains, khususnya fisika.
Bertolak dari uraian di atas, mahasiswa calon guru fisika perlu diperkenalkan
laboratory dan remote laboratory. Jenis remote laboratory menjadi salah objek
`
14
berorientasi inkuiri perlu dikembangkan. Oleh karena itu, penelitian tentang remote
secara online. Remote laboratory menjadi bagian dari solusi untuk memberi
pengalaman nyata yang dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik untuk
masalah. Keterampilan ini dapat diperoleh oleh siswa melalui kegiatan pendidikan
eksperimen untuk membantu mengajarkan proses sains. Para peserta didik dapat
proses sains.
fisika di Indonesia mulai dipublikasikan pada tahun 2005 dalam artikel berjudul
Aplikasi Remote Laboratory untuk e-Learning berbasis Web Java dengan Studi
`
15
terdiri atas sebuah PC server yang terkoneksi pada jaringan internet, DAQ dengan
USB interfacing dan model eksperimen temperatur dan kelembaban. Tampilan web
browser yang interaktif telah dibangun sebagai interface antara client dan hardware
sistem eksperimen (Sugiarti & Harmoko, 2011). Karunianto & Saputro (2017)
Modul laboratorium jarak jauh terdiri dari satu set meja kerja praktikum, kisi,
sumber laser, kamera dan Raspberry Pi. Raspberry Pi dikonfigurasi sebagai server
web, pengontrol meja kerja, dan sistem akuisisi pola gambar. Purnomo (2020)
teknik elektro. Remote laboratory dalam bidang elektro juga dikembangkan oleh
Jaya dkk. (2020) yaitu model Remote Lab Elektronika Digital merupakan salah satu
bentuk multimedia interaktif yang dapat mendukung praktikum online dan real time
`
16
online. Hal ini merupakan wujud kebaruan dari disertasi ini, yang diharapkan
laboratory akan menjadi alat yang cocok untuk pembelajaran otentik karena
merekam dan meninjau eksperimennya secara berulang dengan cepat dan sarana
sebenarnya, tetapi ada manfaat yang jelas bagi peserta didik dan
`
17
dipakai bersama. Remote laboratory yang merupakan hasil penelitian ini dan bisa
diakses melalui web dari mana saja dengan dukungan infrastruktur jaringan internet
etnis dan budaya berhubungan dengan sains (fisika). Para pendidik berusaha
mengkaji isu-isu seputar konsep pendidikan sains multikultur dan pedagogi yang
teoritis sosiokultural pada pembelajaran sains. Penelitian terkait sains, budaya, dan
remote laboratory akan menjadi salah satu tema penelitian kependidikan yang
dan budaya.
B. Identifikasi Masalah
komunikasi. Oleh karena itu, penyediaan sarana, perangkat, dan bahan ajar, serta
`
18
tenaga pendidik yang relevan untuk pemenuhan tuntutan tersebut menjadi isu
penting untuk diselesaikan. Namun, untuk pemenuhan ini masih terdapat masalah
`
19
C. Pembatasan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada masalah (1),
(2) dan (3), yaitu difokuskan pada pengembangan sistem laboratorium fisika jarak
jauh atau remote laboratory untuk pembelajaran eksperimen fisika berbasis inkuiri
kolaboratif pada sebagian topik fisika listrik magnet, optika, dan fisika modern.
didik untuk belajar fisika dalam domain proses sains dan diharapkan dapat
abad digital.
laboratory dibatasi pada topik listrik magnet (medan magnet oleh arus listrik),
optika (polarisasi cahaya), dan fisika modern (konstanta Planck, spektroskopi atom,
dan radiasi nuklir). Pembatasan dan pemilihan topik ini didasarkan pada kenyataan
bahwa topik-topik ini banyak diterapkan dalam teknologi modern saat ini. Selain
seperti sensor, interface, dan perangkat lunak untuk sistem akuisisi data.
D. Perumusan Masalah
fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet,
`
20
eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik
eksperimen fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik
E. Tujuan Penelitian
adalah:
fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet,
`
21
fisika dapat diakses melalui internet, yang memungkinkan mahasiswa dan pendidik
untuk melaksanakan eksperimen jarak jauh dari mana saja setiap saat. Mahasiswa
peserta didik dapat mengamati kondisi eksperimental secara real time. Perangkat
keras sistem akuisisi data dikembangkan berbasis pada sensor dan interface produk
dan software akuisisi data (dalam bentuk Graphical User Inteface atau GUI)
pada web portal yang terdiri dari teori fisika yang mendasari eksperimen,
`
22
Gigabit i210AT.
e. Komputer Laptop untuk pengguna: RAM : 4 GB, Processor : Intel Core i3,
Remote Desktop.
nuklir.
`
23
laboratory yang bersisi tentang aparatus eksperimental fisika, sistem akuisisi data,
arsitektur remote laboratory, dan teori fisika yang mendasarinya disajikan di bagian
Penelitian Disertasi”.
G. Manfaat Penelitian
H. Asumsi Pengembangan
dalam proses pembelajaran fisika secara online dengan strategi inkuiri kolaboratif
1. Belajar sains (fisika) melalui pengalaman dan pengamatan langsung atau nyata
`
24
dengan melakukan pengamatan dan pengukuran gejala fisika secara real time.
2. Belajar meningkat bila peserta didik menjadi peserta aktif dalam proses
pembelajaran. Pemilihan dan penerapan strategi inkuiri pada penelitian ini akan
penelitian ini, yang akan mendorong penerimaan gagasan dan nilai yang
berbeda.
5. Peserta didik saat ini telah memiliki literasi teknologi informasi dan komunikasi
`
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
mental yang berguna bagi pendidik untuk menyusun dan merancang pembelajaran,
sekaligus memberikan wawasan tentang praktik terbaik selama dan setelah proses
bagaimana proses ini terjadi. Studi ilmiah tentang pembelajaran dimulai dengan
sungguh-sungguh pada awal abad ke-20. Konsep utama dan teori pembelajaran
(Strauch & Al-Omar, 2014). Ada tiga arus utama teori pembelajaran yang sering jadi
konstruktivisme. Berikut dibahas tiga teori pembelajaran ini yang fokus pada
komponen penting dalam pendidikan, dan bagaimana hal ini dapat diterjemahkan ke
dalam kelas.
a. Behaviorisme (Behaviorism)
secara tepat apa yang terjadi dalam diri manusia ketika mereka belajar. Proses
25
26
internal tetap tersembunyi di dalam kotak hitam dan karena itu tidak dapat
berorientasi menggunakan perilaku yang dapat diamati, yang secara eksternal dapat
Thorndike dan Skinner (Guttormsen, 2010). Penguatan positif dan negatif, hadiah,
Perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
pengajar memutuskan apa yang harus dipelajari dan menentukan struktur waktu
pengajaran. Dalam proses ini, tugas pelajar sebagian besar terbatas pada
penerimaan pasif dari materi yang disajikan. Sampai saat ini, pendekatan
learning tertentu seperti program latihan dan praktik. Metode ini digunakan untuk
tercermin dalam penilaian dan terkadang diberikan hadiah. Program diulangi jika
`
27
b. Kognitivisme (Cognitivism)
menyimpulkan proses internal yang terjadi dalam pembelajaran. Teori ini berusaha
menembus kotak hitam yang tetap tertutup bagi behaviorisme. Dengan demikian,
dalam kognitivisme proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya hasil yang
diamati. Proses ini ditandai dengan pemrosesan informasi yang masuk secara aktif
oleh pelajar. Belajar adalah hasil dari pemahaman. Dalam situasi belajar mengajar,
Pengajar dapat dikatakan memiliki peran sebagai tutor (Ertmer & Newby, 2013).
generatif. Ini berkaitan dengan tautan kognitif konten pembelajaran baru dengan
interpretasi dari pengetahuan baru. Model ini didasarkan pada asumsi inti bahwa
peserta didik secara aktif membentuk proses pembelajaran dengan berusaha untuk
lingkungan mereka (Wittrock, 1992). Oleh karena itu, pengajaran menjadi proses
yang menuntun peserta didik untuk membangun makna dan rencana tindakan
selanjutnya.
c. Konstruktivisme (Constructivism)
`
28
pembelajaran penemuan diciptakan oleh Bruner mewakili ekspresi lebih lanjut dari
dirangsang oleh lingkungan belajar. Peserta didik secara aktif terlibat dalam
tentang masalah dan prinsip yang kompleks (Neber, 2008). Dalam konstruktivisme,
pengajar dan pelajar bekerja sama untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan
beberapa orang atau tim. Instrumen komunikasi inovatif dari Web 2.0 sangat cocok
menawarkan paradigma baru untuk era baru informasi yang dibawa oleh teknologi
merefleksikan pengetahuan yang baru diperoleh ini, yang pada gilirannya mengarah
`
29
pada lebih banyak pertanyaan dan penyelidikan lebih lanjut. Peserta didik melakukan
kegiatan langsung dan diminta untuk sampai pada kesimpulan mereka sendiri melalui
eksperimen, observasi, investigasi, dan dugaan. Hal ini sejalan dengan pandangan
teori belajar konstruktivis yang mana peserta didik membangun pemahaman mereka
sendiri tentang konten yang diselidiki. Untuk mencapai tujuan ini, peserta didik akan
dan penemuan. Perspektif konstruktivis didasarkan pada premis bahwa kita semua
pengintegrasian pengalaman dan skema individu kita dengan pengetahuan baru. Oleh
karena itu, teori belajar konstruktivis relevan digunakan sebagai landasan pada
inkuiri.
keterampilan peserta didik di abad informasi, selain membangun penguasaan pada isi
komunikasi lebih penting daripada hanya mengusai materi pelajaran. Menanggapi hal
ini ada beberapa jenis pembelajaran berbasis inkuiri, lingkungan belajar konstruktivis
bergerak ke arah berbasis masalah, berpusat pada peserta didik, atau pembelajaran
pengembangan pemahaman dalam banyak cara, melibatkan peserta didik secara aktif
`
30
menyelesaikan masalah dengan cara otentik tidak hanya satu jawaban yang benar (Al-
negosiasi sosial sehingga peserta didik dapat menguji pemahaman mereka terhadap
yang tepat, diskusi, dan refleksi sehubungan dengan hasil (Bishop dkk., 2004). Dengan
inkuiri, peserta didik semakin mengembangkan ide-ide ilmiah kunci melalui belajar
meninjau bukti tentang apa yang sudah diketahui, menarik kesimpulan dan
mendiskusikan hasil. Proses belajar ini semua didukung oleh pedagogi berbasis
inkuiri, di mana pedagogi diartikan tidak hanya tindakan mengajar tetapi juga fondasi
pembenaran (Bell dkk., 2013). Inkuiri adalah istilah yang digunakan di dalam
`
31
Studi dari Piaget dan argumen dari Dewey pada paruh pertama abad ke-20
menarik perhatian akan peran penting dalam pembelajaran dari peserta didik, yang
menyangkut rasa ingin tahu, imajinasi dan dorongan untuk berinteraksi dan
menanyakan (Bell dkk., 2013). Dari studi oleh National Science Foundation (NSF)
Amerika Serikat dinyatakan bahwa nilai peserta didik meningkat jika peserta didik
peserta didik untuk membangun pemahaman mereka tentang ide-ide ilmiah mendasar
lainnya, konsultasi ahli, melalui argumen dan perdebatan di antara mereka sendiri.
Inkuiri saintifik mengacu pada berbagai cara di mana para ilmuwan mempelajari alam
dan mengajukan penjelasan berdasarkan bukti yang diperoleh dari pekerjaan mereka
(Harlen dkk., 2015). Terdapat hubungan antara bentuk inkuiri dan inkuiri saintifik,
sisi lain, inkuiri dikaitkan dengan salah satu pendekatan mengajar. Inkuiri dengan
pertanyaan otentik yang dihasilkan dari pengalaman peserta didik adalah strategi
utama untuk mengajar sains. Ini mengacu pada kegiatan peserta didik di mana mereka
Dalam pendidikan sains berbasis inkuiri, peserta didik memainkan peran aktif
dalam proses pembelajaran. Peserta didik adalah bagian penting dari proses itu.
Dengan cara ini, pendidikan yang berpusat pada peserta didik dapat
hanya keterampilan proses mereka, tetapi juga belajar komunikasi dan kerja sama
`
32
yang dihadapi saat menerapkan pendidikan sains berbasis inkuiri dalam praktik di
kompetensi guru dalam pendidikan sains berbasis inkuiri, kekhawatiran guru bahwa
mereka bisa gagal dengan melakukan sesuatu yang baru (Bolte, Holbrook, & Rauch,
2012). Dengan demikian dirasakan penting untuk mengetahui seberapa baik atau tidak
inkuiri, dan apa manfaat dari pendekatan ini dan kesulitan yang dihadapi. Berikut ini
beberapa gambaran strategi pembelajaran berbasis inkuiri (Gambar 1 dan Gambar 2).
Ask Question
(a) (b)
Gambar 1. Lima Langkah Inkuiri (a) Bruce dan Bishop, (b) White dan Frederiksen
(Mikroyannidis dkk., 2013)
pembelajaran, sehingga mereka dapat belajar tidak hanya hasilnya, tapi juga proses itu
mereka, dan mendapatkan bukti yang mendukung klaim dan hasil, dan merancang
`
33
Stage 1. Observation/Problem/Scenario
inquiry, dan open inquiry (Tabel 1). Pada inkuiri konfirmasi, peserta didik diberi
pertanyaan, dan juga metode, yang hasilnya sudah diketahui. Tujuannya adalah untuk
Peserta didik dalam inkuiri terstruktur diberi pertanyaan dan metode untuk mencapai
hasilnya, yang tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan yang sudah didukung
oleh bukti yang dikumpulkan selama dan melalui proses penelitian. Pada inkuiri
terbimbing, peserta didik hanya diberi pertanyaan, yang tujuan utamanya adalah
merancang metode penelitian dan kemudian menguji pertanyaan itu sendiri. Pada
inkuiri terbuka peserta didik harus mengajukan pertanyaan mereka sendiri, merancang
mempresentasikan hasilnya di akhir proses (Bell, Smetana, & Binns, 2005; Dostál,
dan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan utama
yang akan dicapai, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa
menantang dan menarik bagi lembaga pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk
membawa budaya baru dan menjanjikan pada belajar mengajar dalam kelas atau
dapat menumbuhkan motivasi dan minat peserta didik terhadap sains. Pembelajaran
inkuiri kolaboratif adalah istilah gabungan yang maknanya berasal dari tuntutan kerja
`
35
kolaboratif yang didukung oleh komputer (Bell dkk., 2010). Sejalan dengan
sendiri secara sistematis dan hati-hati menggunakan teknik penelitian. Tim bekerja
Ada sejumlah argumen mengapa kolaborasi antara peserta didik efektif untuk
sosial-kognitif membentuk dasar dari perkembangan kognitif yang cukup besar dan
proksimal satu sama lain. Sementara itu, refleksi teoritis dan studi empiris telah
menunjukkan potensi kolaborasi peserta didik berperan dalam pembelajaran. Saat ini,
peran komputer mendukung kondisi yang baik untuk suksesnya belajar secara
kolaboratif.
pengetahuan tentang bagaimana bekerja dalam sains sebagai usaha bersama. Mereka
belajar tentang hakikat, proses, dan konten sains. Dengan pengembangan lingkungan
`
36
didik untuk bekerja dalam proyek-proyek inkuiri kolaboratif dengan mengambil alih
peserta didik. Hal ini juga menjangkau jarak yang lebih luas dan pada waktu yang
Schneider, & Synteta, 2002). Chang, Sung, & Lee (2003) menjelaskan proses
Salah satu tujuan pembelajaran yang penting dan meluas adalah mengajar
memanipulasi gejala fisik, dan penalaran dari data. Sains perlu diajarkan mengacu
ilmiah (Rukmana & Mundilarto, 2016). Metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan
pemikiran kritis telah menjadi istilah yang digunakan secara umum untuk
menggambarkan keterampilan sains ini. Saat ini istilah "keterampilan proses sains"
diajarkan secara luas, sesuai dengan banyak disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku
ilmuwan. Keterampilan proses yang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu dasar dan
tentang keterampilan proses sains ini disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 (Padilla,
1990).
`
38
Keterampilan proses sains yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah
`
39
5. Pengetahuan Fisika
mengategorikan alam semesta yang dapat diamati ke dalam unit-unit yang dapat
dikelola untuk studi dan untuk menggambarkan hubungan fisik. Pada akhirnya, sains
bertujuan untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk hubungan yang
diamati. Secara alami, pengajaran sains memiliki salah satu tujuan untuk membantu
siswa dalam mengetahui penjelasan utama yang diterima saat ini, terutama yang
bernilai tinggi dan berguna secara positif dalam menyelesaikan masalah saat ini.
prinsip, teori yang digunakan oleh para ilmuwan (Yager & McCormack, 1989).
Domain informasi disebut juga sebagai domain produk atau a body of knowledge yaitu
kumpulan pengetahuan dalam fisika yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
rumus, teori dan model (Istiyono, 2020). Dalam penelitian ini, pengetahuan fisika
melibatkan setiap peserta didik dalam pengalaman yang signifikan dengan proses
mengembangkan wawasan yang luas dari keterampilan dasar dan alat-alat eksperimen
fisika dan analisis data, (3) Belajar konseptual: Laboratorium harus membantu peserta
`
40
berdasarkan teori dan hasil percobaan, dan (5) Pengembangan keterampilan belajar
laboratorium fisika di tingkat sarjana dan terkait dengan penelitian pendidikan fisika
kurikulum fisika karena secara inheren, fisika merupakan ilmu eksperimental, dan ada
`
41
secara detail (Zwickl dkk., 2013). Pembelajaran laboratorium yang tujuan dan
meningkatkan sikap dan keterampilan ilmiah peserta didik (Etkina, Murthy, & Zou,
2006). Sudah saatnya untuk mendesain ulang berbasis penelitian di tingkat lanjut
laboratorium nyata di mana peserta didik melakukannya dengan perangkat dan bahan
mengumpulkan data, dan menganalisis data (Ruby, 2006). Reagan (2012) menyatakan
bahwa saat ini terdapat empat jenis pendekatan dalam pembelajaran di laboratorium,
yaitu video based laboratory, vitual laboratory, home experiment, dan remote
Sesuai jenis aksesnya (jarak jauh atau lokal) dan sumber daya (nyata atau
mana peserta didik dapat mengakses peralatan nyata secara lokal, yang secara fisik
`
42
komputer dari peralatan laboratorium. Jenis akses bisa berupa lokal atau remote.
laboratorium yang menggunakan kedua jenis akses dan sumber daya. Laboratorium
jenis ini mencakup beberapa peralatan nyata yang bisa dikontrol secara lokal seperti
masih berperan kecil untuk menggantikan kegiatan pada laboratorium nyata (Corter
dkk., 2007). Laboratorium remote mirip dengan teknik simulasi/virtual dalam hal
`
43
kebutuhan ruang dan waktu yang minimal, karena eksperimen dapat dikonfigurasi
dengan cepat dan dijalankan melalui internet/web. Tapi tidak seperti simulasi,
laboratorium remote menyediakan data nyata (Ma & Nickerson, 2006; Elawady &
Tolba, 2011). Dalam komparasi terhadap tiga jenis laboratorium, Elawady dan Tolba
masing. Kesulitan menerapkan laboratorium hands-on karena biaya mahal atau topik
`
45
Serikat pada awal tahun 90-an dengan proyek yang dikenal dengan Collaboratories.
Tujuan dari proyek ini untuk memudahkan akses jarak jauh ke instrumen berbiaya
tunneling (Kouzes, Myers, & Wulf, 1996). Di bidang pendidikan, proyek remote
laboratory dirintis pada tahun 1996 di Oregon University (Aktan dkk., 1996).
dengan tujuh pengalaman jarak jauh dilakukan (Henry & Jim, 1996). Dalam
penelusuran literatur oleh Matarrita dan Concari (2016) yang difokuskan pada
informasi di internet, dengan kata kunci dan ungkapan seperti: Physics Remote
ditemukan sekitar 130 artikel. Dari 43 artikel yang dipilih diperoleh distribusi
sebagaimana Gambar 5.
`
46
tahun 2002 dari tulisan Forinash dan Wisman (2002) tentang sistem sederhana
Tompkins dan Pingen (2002) menggunakan remote laboratory atau dikenal juga
lurus berarus listrik berdasarkan hukum Biot-Savart. Perangkat lunak yang digunakan
LabVIEW.
untuk topik-topik fisika lain yang berbasis e-learning seperti pada topik getaran
2012), pengukuran radiasi nuklir, dan spektroskopi (Park, Lee, Yuk, & Lee, 2005).
pembelajaran praktik laboratorium atau real time experiment dan dapat dilaksanakan
secara jarak jauh (Silva dkk., 2013). Hal ini akan meningkatkan keteraksesan
`
47
perangkat laboratorium, yang selama ini sering terkendala kesulitan akses terkait
eksperimen jarak jauh (remote) dan virtual dengan berbagai tingkat kompleksitas.
browser web standar dalam hubungannya dengan lingkungan runtime Java. Sistem ini
Java (Gambar 6). Dalam sistem ini hanya satu mahasiswa pada suatu waktu dapat
mengontrol eksperimen tertentu, peserta didik lain pasif saat pengambilan data.
dikembangkan dan diterapkan ke Jaringan Komputer Lab. Sistem ini terdiri dari fitur-
fitur untuk otentifikasi pengguna, manajemen pengguna dan berbasis teks komunikasi
Java yang dapat diunggah (Hua & Ganz, 2003). Sistem ini telah mengintegrasikan
dan Indiana University merancang arsitektur instrumen middleware untuk akses jarak
jauh, akuisisi data dan manajemen data (Gambar 8). Kontrol instrumen jarak jauh
difasilitasi dengan representasi instrumen virtual berbasis X3D, dan model meta data
digunakan untuk definisi dan manajemen meta data (Atkinson dkk., 2007).
`
49
Arsitektur sistem laboratorium online untuk dua jenis percobaan remote dan
2008). Sistem ini didasarkan pada jaringan peer-to-peer dari pengelolaan sumber daya
yang saling berhubungan, yang terletak di lembaga yang berbeda dan memfasilitasi
Sebuah repositori sumber daya terpusat dengan indeks pencarian disediakan untuk
kegiatan laboratorium yang diakses lewat internet (Harward dkk., 2008). Sistem iLab
mana layanan umum bersama diberikan oleh broker layanan. Para pengguna
mengakses laboratorium secara online melalui single sign on dan standar antarmuka
`
50
sebagaimana Gambar 11. Sistem remote laboratory ini digunakan untuk pembelajaran
tergolong sukses, dan memungkinkan peserta didik di tingkat perguruan tinggi dan
misalnya karena peralatan tidak tersedia di laboratorium fisik, ruang laboratorium fisik
pendidikan jarak jauh (Rivera & Petrie, 2016). Meskipun remote laboratory telah
terbukti sangat bermanfaat dalam penggunaan secara mandiri, namun masih bisa
diintegrasikan dengan perangkat atau sumber daya lain yang dapat meningkatkan
penggunaan, fungsi, dan nilai pedagogis. LMS memainkan peran dalam hal ini. LMS
adalah aplikasi perangkat lunak atau teknologi berbasis web yang digunakan untuk
merencanakan, menerapkan, dan menilai proses belajar yang spesifik (Kreneta dkk.,
2013). Model integrasi remote laboratory dengan LMS seperti pada Gambar 12.
pelaporan dari program e-learning. Tren saat ini adalah menggabungkan LMS dengan
remote laboratory (Guinaldo dkk, 2013). Dengan demikian pengajar dapat menawar-
kan lebih banyak program e-learning lengkap karena dapat didasarkan pada pembela-
teori, interaktivitas sosial dan manajemen pembelajaran yang mudah berkat LMS.
`
52
produk perangkat lunak telah menjadi tugas penting. Beberapa model diusulkan untuk
menilai kualitas. Sejak tahun 2000, pengembangan perangkat lunak mulai bergantung
pada komponen yang terlibat dan menimbulkan tantangan baru untuk menilai kualitas.
sediaan, kualitas yang lebih baik dan biaya lebih rendah (Sundararajan & Dautremont,
2014). Model ini diklasifikasikan sebagai model dasar yang dikem-bangkan sampai
tahun 2000, dan komponen tersebut berdasarkan model kualitas yang disesuaikan
(Miguel, Mauricio, & Rodríguez, 2014). Model kualitas diperlukan untuk mengeva-
luasi dan menetapkan sasaran untuk kualitas produk perangkat lunak. International
perangkat lunak. Zeiss, Vega, dan Schieferdecker (2007) menyajikan sebuah adaptasi
dari model kualitas ISO/IEC 9126 untuk menguji spesifikasi produk (Gambar 13).
Gambar 13. The ISO/IEC 9126-1 Model for Internal and External Quality
(Zeiss dkk., 2007: 233)
`
53
Standar ISO 9126 berkaitan dengan definisi model kualitas yang dapat
pengembangan perangkat lunak dan evaluasi perangkat lunak. Model ini terdiri dari
enam karakteristik kualitas. Setiap karakteristik kualitas sangat luas dan oleh karena
itu terbagi menjadi seperangkat sub karakteristik atau atribut. Enam karakteristik
kualitas yang didefinisikan dalam ISO 9126 dijelaskan sebagaimana Tabel 6 (Miguel,
mewakili perasaan pengguna bahwa ia melakukan tugas dengan cepat, berhasil dan
ekonomis. Lawan yang ekstrem adalah bahwa program menghambat kinerja tugas.
Dampak mewakili ekspresi psikologis untuk deskripsi perasaan, yang dalam konteks
ini merujuk pada perasaan pengguna saat bekerja dengan program (stimulatif dan
dengan program ini mudah dan jelas, dan juga jika program tersebut bersedia untuk
apakah program tersebut secara konsisten menanggapi perintah dan data masukan
untuk belajar menggunakan program dan bahwa instruksi dan materi lainnya dapat
`
55
Berkenaan dengan materi dalam sistem remote laboratory, Akhavan dan Arefi
(2014) menyatakan bahwa ada empat aspek yang akan menentukan kualitas materi,
yaitu kualitas konten dan informasi, ketepatan konten dan strategi pembelajaran,
ketepatan konten dengan standar, dan ketepatan konten dengan desain pembelajaran
(Gambar 14). Secara terperinci, empat aspek evaluasi materi elektronik pada sistem e-
`
56
`
57
secara online guna memenuhi kebutuhan kegiatan laboratorium. Peserta didik dalam
satu grup melakukan percobaan fisika di laboratorium fisik dan peserta didik dalam
penelitian ini adalah seberapa baik hasil belajar yang diukur dengan pretest, laporan
Berdasarkan hasil t-test yang membandingkan perbedaan rata-rata pretest dan posttest,
lebih besar. Penelitian ini menggunakan satu topik fisika dalam mekanika yaitu gerak
pada bidang miring, sedangkan dalam disertasi ini menggunakan lima topik dalam
Latal (2011) meneliti tentang eksperimen yang dikendalikan dari jarak jauh atau
mahasiswa dan guru. Kuesioner diberikan kepada 74 mahasiswa fisika fakultas sains
di Olomouc dan 48 guru Fisika dari sekolah menengah untuk meneliti sikap
mahasiswa dan guru terhadap eksperimen secara remote. Tujuan dari penelitian ini
belum digunakan dalam mengajar fisika di sekolah menengah. Dalam survei itu
`
59
diketahui sekitar 90% guru sekolah menengah tidak menggunakan percobaan yang
remote terus dilakukan dengan membuat panduan dan manual bagi guru, bagaimana
bekerja dengan eksperimen secara remote. Evaluasi terhadap guru dan mahasiswa
yang akrab dengan jenis eksperimen ini menunjukkan sikap yang positif. Sebanyak
60% guru yang mengikuti tutorial untuk bekerja dengan percobaan jarak jauh
melakukan percobaan ini di kelas mereka setidaknya sekali selama setengah tahun.
Penelitian oleh Latal ini fokus pada perubahan sikap pendidik dan peserta didik
didik.
hands-on dan laboratorium remote. Jika secara pedagogis dilakukan dengan benar,
(hanya membutuhkan pengaturan satu set dalam kelas), peserta didik di daerah
tradisional dan remote laboratory (berbasis web jarak jauh). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil pekerjaan
seperangkat tujuan pembelajaran yang berasal dari meta analisis dari literatur juga
`
60
diselidiki dan tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan. Berdasarkan hasil
penelitian ini maka untuk tujuan pembelajaran tertentu laboratorium remote dapat
menggunakan topik eksperimen e/m (rasio muatan elektron terhadap massanya) dan
aparatus/sistem akuisisi data baru untuk topik teori foton, spektroskopi atom, dan
pencacahan radiasi.
percobaan fisika optik dipilih sebagai sampel, yaitu mempelajari proses pelemahan
optik dari cahaya karena melewati bahan optik transparan. Dengan menggunakan
halaman web dinamis, peserta didik dapat mengubah parameter dan membuat
pengukuran kuantitatif yang kemudian dapat dianalisis. Aspek yang menarik dalam
proyek ini adalah bahwa biaya rendah. Secara umum, penggunaan dalam semua
mengurangi baik biaya pengembangan dan ruang yang dibutuhkan. Fakta bahwa situs
web percobaan yang terorganisasi dengan baik, teori yang relevan dan komprehensif,
kejelasan prosedur eksperimental yang harus dilakukan oleh peserta didik banyak
menghadapi tugas melakukan percobaan secara individual, merasa tidak pasti dan
untuk mengatasi situasi ini, chat room dapat dibuat di situs percobaan, di mana peserta
didik dapat meminta panduan instruktur untuk membantu secara real time, sehingga
`
61
membangun kepercayaan. Pada penelitian Mitsou, portal web yang digunakan untuk
Portal web untuk disertasi ini menggunakan LMS Moodle yang memudahkan
Berikut ini secara singkat disajikan tiga proyek weblab atau remote laboratory
yang paling representatif dan digunakan secara luas, yaitu MIT iLabs di Amerika
Serikat, NetLab di Australia, dan proyek VISIR di Swedia. Proyek ini mewakili jenis
arsitektur dan karakteristik teknis remote laboratory yang berbeda dan mendapat
apresiasi luas sebagai implementasi remote laboratory yang sukses. MIT iLabs
terdistribusi, proyek Netlab dan VISIR berfokus pada arsitektur dan infrastruktur
dasarnya (Costa, 2014; Zine dkk., 2018). Kedua proyek terakhir saat ini memberikan
eksperimen yang dirancang dan diuji dengan baik dalam domain listrik yang telah
sejumlah pengguna dan laboratorium online yang berpotensi tak terbatas. iLabs
`
62
dapat ditentukan secara ketat sebelum praktik dimulai, atau peserta didik dapat
circuit under test (CUT) dari awal secara virtual, menggunakan matriks switching
digunakan oleh guru dan tutor untuk demonstrasi selama kuliah, dan
jarak jauh pada peralatan laboratorium nyata (Nedic & Machotka, 2007).
teknis yang spesifik dan berbeda yang didukung oleh pendekatan client-server, dengan
beberapa arsitektur dan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak menggunakan
bahasa pemrograman yang berbeda. Keragaman solusi inilah yang masih menghambat
`
63
masih ada kesulitan untuk berbagi dan replikasi modul remote laboratory
standar umum apa pun, 4) fleksibilitas rendah, karena sulit mendesain ulang
posisi sebagai lingkungan belajar berbasis siber atau internet. Posisi ini erat
kontek industri 4.0 yang bertumpu pada Cyber Physical System (CPS), yaitu
`
64
konsep STEM education menjadi salah satu tren pendidikan yang banyak
C. Kerangka Pikir
mana peserta didik belajar. Karena peserta didik dapat belajar dalam berbagai keadaan,
seperti lokasi di luar sekolah dan lingkungan di luar ruangan. Istilah lingkungan
sering digunakan sebagai alternatif yang lebih akurat atau lebih disukai daripada istilah
kelas, yang memiliki konotasi lebih terbatas dan tradisional, misalnya sebuah ruangan
dengan barisan meja dan papan tulis. Dengan kata lain, lingkungan belajar meliputi
ruang, teknologi, dan budaya. Istilah ini juga mencakup budaya sekolah atau kelas
merupakan salah satu pendorong tentang lingkungan belajar, walaupun banyak prinsip
dasar yang terlibat sama-sama valid dalam pengaturan dengan sedikit atau tanpa
teknologi. Diskusi tentang lingkungan belajar yang sangat penting saat ini adalah
berbagai peluang yang disediakan teknologi untuk menciptakan jenis kegiatan belajar
dan pengalaman baru. Tantangannya adalah menemukan tempat yang tepat untuk
`
65
disiplin ilmu. Teknologi memungkinkan untuk melibatkan peserta didik dalam topik
yang secara tradisional sangat canggih dan sulit dilakukan secara eksperimental.
teknis dari pendidik dan peserta didik, dan pendekatan pedagogis yang tepat dalam
aplikasi potensi teknologi dalam lingkungan belajar yang secara pedagogis berdampak
kolaboratif secara online. Untuk kerja laboratorium secara kolaboratif, peserta didik
tidak harus datang secara fisik ke laboratorium, tetapi dapat melakukan kontrol pada
peralatan laboratorium dan berkomunikasi secara remote dan online melalui web.
Berdasarkan kajian terhadap sistem remote laboratory yang telah dikembangkan dan
perangkat lunak yang dapat digunakan, maka model remote laboratory yang secara
`
66
dari jarak jauh yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan eksperimental. Data
acquisition system merupakan perangkat keras dan perangkat lunak berupa antar muka
bahasa pemrograman grafis yang digunakan dalam menyusun aplikasi akuisisi data.
Lab server adalah personal computer (PC) yang digunakan untuk menjalankan
aplikasi akuisisi data, yang mana PC ini terhubung ke experimental apparatus melalui
perangkat antar muka. Web server adalah PC yang penerima permintaan yang dikirim
melalui browser dan memberi tanggapan. Di dalam PC ini terinstal perangkat lunak
laboratory.
laboratorium nyata dari jarak jauh. Kemampuan ini menjadi salah satu syarat kualitas
sistem untuk kerja praktik online. Remote laboratory harus meningkatkan akses
peserta didik ke peralatan yang mungkinkan penugasan yang lebih luas, dan
laboratory ini membawa harapan untuk mengurangi biaya dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan sains. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas remote laboratory
adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk eksperimen jarak
`
67
baik remote laboratory bekerja sebagai produk sesuai dengan spesifikasi yang
mereka sendiri tentang konten yang dipelajari. Untuk mencapai tujuan ini, peserta
refleksi dan penemuan. Salah satu bentuk pembelajaran yang dikembangkan sesuai
teori belajar konstruktivisme dan karakteristik fisika (sebagai bagian dari sains) adalah
sehingga empat aspek sains dapat diajarkan ke peserta didik. Kegiatan eksperimental
yang termasuk dalam salah satu tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Pembelajaran
berbasis inkuiri biasa dilakukan dalam kerja tim atau kolaboratif secara tatap muka.
dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung tetapi dapat dimediasi secara online
melalui web atau kerja kolaboratif secara online. Remote laboratory yang terintegrasi
Gambar 16.
`
68
Kolaboratif Kolaboratif
online • Eksperimen online •Penyusunan
•Pernyataan dan Pengam- •Analisis data laporan
•Pertanyaan
masalah bilan data eksperimen
saintifik •Pembahasan
•Hipotesis Kolaboratif •Kesimpulan
Kolaboratif dengan Remote Kolaboratif
online •Prediksi hasil online
Laboratory
Gambar 16. Model Hipotetis Inkuiri Kolaboratif secara Online dengan Remote
Laboratory
dengan orang lain. Belajar harus disituasikan dalam latar lingkungan yang nyata,
penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang
fisika yang diyakini sesuai dengan karakternya adalah pembelajaran berbasis inkuiri.
Untuk mendukung pembelajaran inkuiri dan nyata diperlukan sarana atau lingkungan
laboratorium virtual lebih menekankan pada pembelajaran konseptual dan data yang
`
69
tersedia merupakan data simulasi yang diidealisasi dan kurang nyata. Remote
online dengan data real time. Oleh karena itu apabila dikembangkan sistem remote
yang efektif pada pembelajaran eksperimen fisika berbasis inkuiri kolaboratif untuk
penting yang berpengaruh pada hasil belajar, di antara faktor-faktor penting lain
bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan berbasis sains, yaitu peserta didik dapat
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data yang terukur nyata dengan cara
yang etis sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab dan menarik kesimpulan yang
`
70
bermakna dari pengamatan pribadi dari dunia fisik. Dalam kegiatan laboratorium
peserta didik harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik yang dikerjakan
dan harus mampu memprediksi hasil yang diharapkan. Untuk dapat berhasil
membangun pengetahuan yang tidak bergantung pada otoritas luar, harus secara
dengan cara ini, dan harus membangun kepercayaan pada kemampuan mereka untuk
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka
secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet, optika, dan
fisika modern?
modern pada remote laboratory ditinjau dari akurasi hasil pengukurannya untuk
fisika modern pada remote laboratory menurut ahli bidang studi, e-learning,
`
71
magnet, optika, dan fisika modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara
magnet, optika, dan fisika modern pada pembelajaran eksperimen fisika secara
easie of use?
`
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Sesuai dengan jenis penelitian disertasi ini yang merupakan penelitian dan
satu model yang banyak digunakan desainer instruksional untuk merencanakan dan
menciptakan pengalaman belajar yang efektif (Stapa & Mohammad, 2019). Aktivitas
empat tahap model ADDIE adalah: 1) Tahap Analisis. Pada tahap ini masalah
pengetahuan dan keterampilan peserta didik ditetapkan. Untuk penetapan ini dilakukan
analisis terhadap capaian pembelajaran lulusan pada kurikulum pendidikan fisika, standar
Indonesia. 2). Tahap Desain. Tahap desain berkaitan dengan penetapan tujuan
perencanaan pembelajaran. Di tahap ini dilakukan kajian terhadap desain dan produk
remote laboratory yang pernah dikembangkan pada aspek teknologi dan konten
eksperimen, perangkat keras dan lunak akuisisi data, dan mengembangkan konten e-
learning berdasarkan hasil tahap desain. 4) Tahap Implementasi. Tahap ini meliputi
prosedur uji penerapan produk remote laboratory pada subjek uji coba untuk mengkaji
kendala-kendala yang ditemui. 5) Tahap Evaluasi. Tahap ini terdiri dari dua bagian yaitu
72
73
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif ada di setiap tahap proses ADDIE. Evaluasi
sumatif terdiri dari pengujian yang dirancang terkait kriteria khusus dan memberikan
disajikan pada Gambar 18. Pemilihan model ini didasarkan pada tingkatan ke empat
penelitian dan pengembangan, yaitu meneliti dan menguji produk yang belum ada.
Penelitian dan pengembangan ini berangkat dari potensi yang ada pada lembaga di mana
peneliti berafiliasi dan permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran fisika
1. Analisis
5. Evaluasi 2. Desain
Pengembangan
Remote Physics
Laboratory
4. Implementasi 3. Pengembangan
Gambar 18. Diagram Blok Model ADDIE (Stapa & Mohammad, 2019)
B. Prosedur Pengembangan
1. Analisis
Pada tahap ini ada dua 2 langkah yang dilakukan yaitu studi literatur dan studi
`
74
program studi Pendidikan Fisika. Studi literatur dilakukan dengan mengkaji naskah
terdahulu yang bisa sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan remote laboratory.
Selain studi literatur, studi lapangan dilakukan pada potensi sumber daya laboratorium
keras dan lunak, dan perangkat laboratorium. Studi lapangan juga dilakukan pada
2. Desain
didasarkan pada komponen hardware dan software utama yang perannya saling
accessing devices, experiment target, pedagogical content. Kedudukan dan peran dari
komponen ini dalam sistem remote laboratory adalah: a) Networks merupakan saluran
komunikasi yang digunakan dalam setiap percobaan jarak jauh. Komponen ini
menyediakan akses jarak jauh ke infrastruktur remote lab. Jaringan internet yang
tinggi dan koneksi yang andal. b) Graphical User Interface (GUI). GUI merupakan
`
75
antarmuka dengan elemen grafis untuk mengontrol remote laboratory. Bagian ini
yang digunakan oleh infrastruktur remote lab. Perangkat yang digunakan dalam hal
ini adalah sensor buatan Vernier Technology dan interface SensorDAQ buatan Vernier
target eksperimen yang dapat diakses dari jarak jauh yang digunakan dalam
pengembangan di sini adalah aparatus medan magnet oleh koil, polarisasi cahaya,
contents berisi konten teoritis yang diperlukan oleh setiap kegiatan eksperimental,
3. Pengembangan
remote laboatrory berupa aparatus eksperimen yang terdiri dari perangkat keras
aparatus fisika dan perangkat lunak akuisisi data dengan front panel berupa graphical
user interface untuk topik eksperimen medan magnet oleh koil, polarisasi cahaya,
konstanta Planck, spektroskopi atom, dan pencacahan radiasi. Perangkat lunak akuisisi
bahwa perangkat lunak ini menghasilkan tampilan graphical user interface mirip
dengan instrumen nyata dan mudah dikonversi ke HTML sehingga dapat diakses
`
76
berupa bahan ajar eksperimen fisika, satuan acara perkuliahan berbasis pembelajaran
inkuiri kolaboratif secara online. c) Portal web untuk konten dan aktivitas e-learning
pembelajaran antar lembaga pendidikan (Surjono, 2010). Fitur Chat dan Forum di
inkuiri kolaboratif. Dengan fitur ini, mahasiswa dapat berkolaborasi secara online
dengan peserta dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan,
yaitu: Yudhiakto Pramudya, Ph.D. (ahli bidang fisika), Prof. Dwi Sulisworo dan Eko
Nur Sulistyo, M.Pd. (ahli teknologi instruksional), Dr. Muchlas, M.T., dan Toni Kus
sebagai evaluasi formatif terhadap produk yang sedang dikembangkan. Masukan dari
dalam pembelajaran perlu didahului dengan aktivitas hands-on untuk mencegah salah
konsep. Jangan sampai terjadi komponen pendukung pada sebuah aparatus dianggap
menyusahkan. 3) Pada kegiatan eksperimen ada baiknya jika didahului dengan tatap
`
77
muka dan aktivitas eksperimen hands-on misalnya dengan blended learning. Sehingga
siswa pernah merasakan atau melakukan pengukuran besaran yang sama namun
dengan device yang berbeda. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
salah konsep.
4. Implementasi
sebagai produk awal diuji coba untuk pengukuran secara remote atau jarak jauh. Uji
coba dilakukan terhadap semua unit eksperimen dengan menempatkan aparatus fisika
(LTPS) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan. Akses terhadap
remote leboratory melalui local network (lab server dengan local IP) untuk satu
lingkungan WiFi dalam satu unit kampus. Jika akses dilakukan antar unit kampus
dengan lingkungan WiFi berbeda, akses ke remote laboratory melelui public network
(lab server dengan public IP). Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dianalisis
akurasinya.
dicobakan dalam pembelajaran eksperimen fisika secara online. Topik eksperimen dan
hambatan yang terjadi, baik dalam proses pengukuran ataupun akses ke perangkat.
`
78
Hasil ini digunakan untuk merevisi produk dan pengembangan strategi pembelajaran
yang diprediksi lebih baik. Dalam tahapan implementasi juga dilakukan validasi
terhadap produk yang dihasilkan oleh ahli di bidang materi fisika, e-learning,
5. Evaluasi
disajikan dalam setiap tahap proses ADDIE, sedangkan evaluasi sumatif di sini terdiri
dari evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dirancang untuk peserta
diberikan secara online. Kuesioner USE diberikan kepada peserta didik sebagai
umpan balik bagi peneliti. Checklist digunakan untuk menilai tingkat keterlaksanaan
apakah interaksi siswa dengan konten berhasil dan bagaimana hal itu dapat
Pada tahap evaluasi ini, topik eksperimen yang digunakan ialah eksperimen
medan magnet dengan koil ganda (Helmholtz coils) dan solenoida, penentuan
Universitas Siliwangi.
`
79
C. Pengujian Produk
Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui secara teoritis dan empiris apakah
produk yang dibuat layak digunakan atau tidak, dan melihat sejauh mana produk yang
dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Sesuai tahapan model pengembangan yang
digunakan pada penelitian ini, uji coba produk dilakukan pada tahap implementasi
dan evaluasi. Tahap uji coba dimaksudkan untuk mengetahui akurasi hasil pengukuran
pada sistem akuisisi data, kelayakan dari modul e-learning sistem remote laboratory
dan keterlaksanaan pembelajaran eksperimen fisika. Pada tahap ini dilakukan juga
Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah produk awal,
dalam mendukung proses pembelajaran inkuiri kolaboratif ditinjau dari substansi isi,
fleksibilitas perangkat. Uji coba di tahap evaluasi merupakan uji lapangan utama untuk
Diagram blok proses uji coba produk R-PhyLab dengan tiga tahap yaitu uji kelayakan
produk, uji keterlaksanaan pembelajaran, dan uji dampak pembelajaran disajikan pada
Gambar 19. Diagram Blok Proses dan Instrumen Uji Coba Produk
`
80
Produk sistem remote laborarory divalidasi oleh validator dari empat bidang
keahlian, yaitu: Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. (ahli bidang fisika), Dr. Priyanto, M.Kom. (
ahli bidang e-learning ), Prof. Dr. Dwi Sulisworo, M.T. (ahli bidang desain
instruksional, dan Dr. Muchlas, M.T. (ahli bidang multimedia). Subjek uji coba
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Siliwangi, yang telah menempuh mata
kuliah Fisika Dasar dan Fisika Modern. Pelibatan mahasiswa Universitas Siliwangi
dalam uji coba ini sebagai bentuk implementasi permintaan kerja sama dalam
mulai tanggal 12 Oktober 2020 sampai dengan 5 November 2020. Uji coba produk
dan tidak bermaksud membuat kesimpulan yang belaku umum atau generalisasi,
sehingga subjek uji coba ini diperlakukan sebagai populasi penelitian ini.
learning didefinisikan sebagai konten dan teknologi digital apa pun yang dimediasi
Instrumen ini tidak mengidentifikasi ambang batas diskrit yang harus dipenuhi oleh
`
81
Learning ini diadopsi/diterjemahkan dari Rubric for eLearning Tool Evaluation yang
dikembangkan oleh Anstey & Watson (2018), hak cipta pada Center for Teaching and
University, Rubric for eLearning Tool Evaluation saat digunakan oleh pengembang
instruktur dan staf dalam penilaian dan pemilihan perangkat e-learning melalui
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/ ; https://er.educause.edu/
articles/2018/9/a-rubric-for-evaluating-e-learning-tools-in-higher-education).
`
82
learning yang dievaluasi terhadap serangkaian kategori dan kriteria ( Tabel 12).
contoh instruksi online yang patut dicontoh dan tersedia untuk dilihat. Rubrik
licenses/by/3.0/us/).
`
83
operation dan useability digunakan instrumen yang diadopsi dari USE (Usefulness,
Lund (2001). USE Questionnaire berisi 30 item yang meneliti empat dimensi
Item dalam USE juga memiliki validitas tampilan yang baik dengan deskripsi yang
`
84
tidak ambigu dan relevan. Secara keseluruhan, USE adalah instrumen yang valid
of Scientific Inquiry and related descriptions, yang merupakan versi modifikasi dari
the Essential Features of Classroom Inquiry and their Variations (Mawn, Carrico,
`
85
Penilaian terhadap keterampilan proses sains dari subjek uji coba dilakukan melalui
merupakan salah aspek dalam keterampilan proses sains. Instrumen penilaian yang
Lab Reports Rubric yang dikembangkan dalam proyek LabWrite. LabWrite adalah
proyek pengajaran yang berasal dari North Carolina State University dan
keuntungan dari potensi belajar dalam menulis laporan laboratorium. Rubrik ini
terdiri dari aspek penilaian tentang Judul, Abstrak, Pengantar, Metode, Hasil,
pada Lampiran 5.
terhadap hasil belajar dalam aspek pengetahuan diukur dengan instrumen tes
pilihan ganda. Materi tes meliputi polarisasi cahaya, medan magnet oleh arus
`
87
listrik, teori foton dan konstanta Planck, radiasi nuklir, dan spektroskopi atom. Kisi-
kisi tes pengetahuan sebagaimana Tabel 15. Tes pengetahuan fisika di Lampiran 7.
Tes pengetahuan fisika ini diadopsi/diterjemahkan dari Engineering Physics Question and
Bangalore pada tahun 2011 untuk menyediakan program pelatihan dan lokakarya
questions-answers/)
Jenis data uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini dikelompokkan
ke dalam tiga kategori yaitu: (1) data-data untuk keperluan analisis validasi produk
oleh ahli, (2) data-data yang berhubungan dengan analisis persepsi subjek uji coba
terhadap produk yang dikembangkan dalam aspek instruksional dan wujud produk,
dan (3) data-data yang terkait dengan analisis dampak instruksional dari produk yang
dikembangkan. Data yang terkait dengan uji ahli berupa skor angket aspek-aspek
validasi dan pendapat serta saran-saran dari ahli bidang fisika, desain instruksional, e-
learning, dan multimedia. Data yang berhubungan dengan penilaian dan persepsi
subjek dalam aspek kualitas dan keterterapan atau aplikabilitas produk remote
laboratory dalam skor dalam skala Likert. Data yang berhubungan dengan dampak
`
89
instruksional dari skor pre-test dan post-test fisika tentang medan magnet, radiasi
nuklir, spektroskopi atom, konstanta Planck, dan polarisasi cahaya berupa skala rasio.
operation dan useability remote laboratory, (2) konten e-learning remote laboratory
Tingkat kelayakan produk ditentukan oleh skor penilaian terhadap aspek kelayakan
x ij
Ri =
j
(1)
n
Dalam hal ini R adalah skor rata-rata aspek, n adalah jumlah item aspek, dan xi pilihan
skor setiap item (x1=1, x2=2, x3=3, dan x4=4). Makna skor pada item aspek kelayakan
Dari hasil perhitungan persentase ini akan dilakukan konfirmasi dengan kriteria
n x i i
P= i
(2)
4 N
Dalam hal ini P adalah persentase jawaban, ni adalah jumlah pilihan untuk skor xi
(x1=1, x2=2, x3=3, dan x4=4), dan N adalah jumlah total butir angket. Makna skor pada
gain ternormalisasi (g) antara skor pre-test dan post-test dari masing-masing
kelompok. Dari nilai g ini dapat ditetapkan kelas mana yang dampak pembelajarannya
`
91
`
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Hasil Analisis
aspek sosialisasi dan bekerja dalam kelompok untuk memupuk solidaritas sosial
dan keterampilan lunak (soft skills), 5) Peningkatan dan Pemerataan Mutu Layanan
Pendidikan Kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan dan pemerataan mutu
tinggi adalah: meningkatkan mutu dan memperluas layanan pendidikan jarak jauh
92
93
remote laboratory meliputi konten pengetahuan dan keterampilan, yaitu apa yang
seharusnya mereka pelajari dan apa yang seharusnya dapat mereka kerjakan. Hal
ini meliputi konsep dasar dan kegiatan laboratorium fisika. Peserta didik yang
menjadi target penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
profil lulusan dan capaian pembelajaran pada kurikulum Program Studi Pendidikan
dan konten pembelajaran. Di era digital ini lulusan program studi Pendidikan Fisika
`
94
tingkat sarjana, pembelajaran untuk peserta didik difokuskan pada: (1) Membangun
nyata dari pengamatan pribadi dunia fisik untuk mengembangkan pandangan dunia
fisik. (2) Pemodelan, yaitu mengembangkan representasi abstrak dari sistem nyata
menguji model dan hipotesis dalam batasan tertentu seperti biaya, waktu,
laboratorium dalam aspek teknis dan praktis, yaitu menjadi mahir menggunakan
secara kritis menafsirkan validitas dan batasan data ini dan ketidakpastiannya. (6)
Berkomunikasi tentang fisika, yaitu menyajikan hasil dan ide dengan argumen
Internet telah menjadi media yang ideal untuk keperluan pembelajaran jarak jauh.
Standar dan protokol yang ada di mana-mana membuat komunikasi data dan
`
95
Pengajaran laboratorium jarak jauh dapat ditawarkan kepada peserta didik dalam
pembelajaran jarak jauh yang tidak terbatas dan lengkap. Sebagai manfaat
peralatan canggih, dari jenis yang hanya mungkin mereka temukan di lingkungan
industri, dan yang mungkin terlalu mahal untuk dibeli sebagian besar sekolah atau
organisasi pendidikan.
Sejak awal, Web diakui sebagai sarana independen berbiaya rendah, fleksibel,
pendidikan berbasis web bergantung pada distribusi halaman statis. Dalam mode
Kurangnya interaktivitas dari proyek pendidikan jarak jauh berbasis web awal
yang terintegrasi dengan erat telah dihasilkan dari penelitian dan pengembangan di
bidang ini. Ini memberikan sarana bagi instruktur untuk secara cepat
jarak jauh tidak bermaksud untuk menggantikan ruang kelas konvensional, akan
`
96
tetapi hal ini dirancang untuk meningkatkan pembelajaran di luar kelas. Salah satu
bidang sains dan teknik adalah remote laboratory atau web-based laboratory.
komputer yang dapat diakses dan dikontrol secara eksternal melalui beberapa
proses yang berjalan secara lokal tetapi dapat dimonitor dan dikendalikan melalui
Selain faktor lingkungan belajar yang baik, kualitas proses pembelajaran juga
menantang dan menarik untuk pendidikan saat ini. Hal ini bertujuan untuk
belajar di mana peserta didik dalam kelompok terlibat dalam kegiatan belajar
mandiri yang didukung oleh pendidik. Cara pembelajaran ini diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap sains, sehingga peserta didik
dan lingkungan belajar laboratorium di era digital, maka dapat disimpulkan bahwa
`
97
B. Hasil Desain
pengalaman belajar mengajar yang baik. Persyaratan yang dipenuhi adalah remote
balik jika ada kesalahan), 2) memberikan situasi nyata sehingga peserta didik
`
98
laboratorium ini dikembangkan berisi materi dan aparatus untuk eksperimen fisika
R-PhyLab. Komputer Lab Server dan Web Server merupakan infrastruktur sistem.
`
99
berisi bahan dan media pembelajaran, serta fitur komunikasi untuk interaksi antara
dikembangkan untuk pengukuran medan magnet oleh arus listrik pada koil
motor stepper secara linear sepanjang sumbu horizontal yang melalui titik pusat
kelengkungan koil. Medan magnet dapat diukur dalam rentang -12 cm sampai
dengan 12 cm pada sumbu dari pusat koil/sistem koil. Koil pada aparatus ini
`
100
dapat divariasi, yaitu bisa 1 koil, 2 koil (Helmholtz Coils), dan solenoida. Bentuk
geometri koil berupa lingkaran dan persegi. Gerakan sensor dan proses akuisisi
hukum Malus dengan menunjukkan bahwa intensitas cahaya yang melewati dua
polarisator bergantung pada kuadrat kosinus sudut antara dua sumbu polarisasi.
dicatat sebagai fungsi sudut antara sumbu polarisasi dari dua polarisator. Sudut
[6] Halaman grafik data intensitas cahaya sebagai fungsi sudut rotasi
polarisator
[7] Tombol untuk memutar polarisator
[8] Tombol untuk pengambilan data intensitas cahaya dan posisi sudut
polarisator
[9] Halaman tabel data intensitas cahaya dan posisi sudut polarisator
Saklar Relay
Arduino Board
Rangkaian Seri
Kapasitor, Resistor
dan LED
cara sederhana dan hemat biaya untuk memfasilitasi eksperimen dalam topik
fisika modern. Serangkaian LED mencakup rentang cahaya dari biru tua hingga
infra merah. LED ini dipasang secara seri pada rangkaian resistor (R) dan
kapasitor (C). Dengan memantau tegangan sisa untuk setiap LED pada proses
LED dalam rangkaian dilakukan dengan sistem saklar relay yang dikendalikan
`
103
melalui Arduino dan perangkat lunak akuisisi data. Eksperimen oleh pengguna
8 7
3 4 5 6
penentuan hukum Beer untuk konsentrasi yang tidak diketahui. GUI yang
berpusat pada peserta didik memudahkan semua tingkat peserta didik dan
`
104
nuklir, dan memantau peluruhan radon. Sensor yang mudah digunakan ini terdiri
dari tabung Geiger-Mueller yang dipasang di dalam wadah plastik yang kecil
dan kokoh. Jendela tipis yang dilindungi oleh layar logam memungkinkan
radiasi alfa dideteksi, bersama dengan beta dan gamma (Gambar 30). Proses
Keterangan:
[1] : Penentuan interval waktu pencacahan
[2] : Halaman tabel data cacah radiasi untuk setiap interval waktu
[3] : Halaman grafik data cacah radiasi
[4] : Scroll Bar untuk memilih webcame yang akan digunakan
[5] : Layar untuk menampilkan gambar/video aparatus
[6] : Indikator data cacah radiasi per menit
`
106
Poster hasil
pengembangan
R-PhyLab
Desktop
Lab Server
Meja tempat
aparatus
Gambar 32. Instalasi Aparatus Remote Physics Laboratory di Ruang Lab Server
keras), dan antarmuka antara LMS dan remote laboratory yang harus
dan media pembelajaran dalam bentuk elektronik, serta penilaian siswa. Untuk
`
107
didokumentasikan untuk setiap peserta daring dan disimpan dalam data base.
Komunikasi antara peserta didik dan pendidik, pertukaran pendapat dan kerja
sama dengan semua peserta didik dalam kelompok dilakukan melalui fitur
email, chat, forum, dan video meeting. LMS memungkinkan pengguna untuk
Registrasi/Login
RL-LMS
Komunikasi Bahan/media
(Chat, Forum, pembelajaran
Google, Zoom) (Doc, PDF, Video)
Asesmen
(Kuis dan Tugas)
laboratory adalah Moodle. LMS ini disusun sebagai seperangkat modul yang
bersifat sumber terbuka, ini menyisakan ruang untuk membuat modul baru untuk
`
108
lab dan pasca-lab, diskusi interaktif antara peserta didik dan pendidik, dan
penilaian.
dengan Moodle ditunjukkan pada Gambar 34. Situs web dari RL-LMS ini dapat
`
109
Hasil eksperimen secara remote (akses jarak jauh melalui web) disajikan
terhadap kuat medan magnet dari hasil eksperimen dibandingkan dengan hasil
`
110
Gambar 37 adalah hasil eksperimen secara remote dan Gambar 38 adalah hasil
analisis intensitas cahaya sebagai fungsi kuadrat dari cosinus sudut polarisator.
Dari hasil ini disimpulkan bahwa nilai eksperimental memiliki presisi dan
Gambar 38. Grafik Hubungan Intensitas Cahaya dengan cos2() dari Analiser
Gambar 39 merupakan hasil pengukuran secara remote terhadap tegangan
persamaan garis pada Gambar 40 dan perhitungan lebih lanjut diperoleh nilai
dikembangkan di sini sebesar 6,67×10-34 J.s. Nilai ini memiliki perbedaan nilai
yang sangat baik dengan nilai baku konstanta Planck. Disimpulkan bahwa
konstanta Planck bekerja baik dengan hasil akurat dan presisi. Apparatus
remote.
4.50
4.00
3.50
E (10-19 J)
3.00
2.50
2.00
1.50
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
f (10+14 Hz)
`
112
Contoh data hasil uji coba eksperimen pencacahan radiasi dengan remote
untuk cacah dengan nilai rata-rata kecil, distribusi kebolehjadian nilai cacah
Gambar 42. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Kurang dari 10 cacah
Gambar 43. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 10 cacah
Jika nilai cacah besar, lebih dari 10 cacah/interval waktu, distribusi nilai
hasil uji coba eksperimen pencacahan radiasi untuk nilai cacah radiasi kecil
(kurang dari 10 cacah/interval waktu) dan nilai cacah besar lebih dari 10
Gambar 44. Distribusi Nilai Cacah untuk Rata-rata Lebih dari 20 cacah
Hasil pengukuran spektrum emisi atom Hidrogen sebagaimana Gambar 45
disajikan di Lampiran 8.
experiment) oleh pendidik (Gambar 47), eksperimen secara remote oleh peserta
didik (Gambar 48), remote classroom experiment oleh pendidik (Gambar 49).
Server. Pendidik melakukan akses ke sistem melalui salah satu moda yang
tersedia di portal web R-PhyLab, yaitu mengakses melalui aplikasi web browser
atau aplikasi remote desktop. Selain itu, pendidik juga menjalankan aplikasi
video meeting (Google Meet atau Zoom) sebagai media komunikasi dengan
`
115
peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik berinteraksi dengan pendidik dan
mengamati proses eksperimen (akuisisi data dengan GUI dan video aparatus dari
meeting.
melalui GUI) oleh peserta didik, akses ke remote laboratory dilakukan oleh
peserta didik melalui aplikasi web browser atau remote desktop. Komunikasi
dan interaksi dengan pendidik melalui aplikasi video meeting. Dalam hal ini
pendidik sebagai pengarah atau fasilitator agar peserta didik dapat melakukan
dari dosen atau tugas mandiri yang terkait dengan topik eksperimen. Remote
Pengantar Eksperimen
(Pengenalan Perangkat Eksperimen)
remote physics laboratory dilakukan terhadap objek dan desain e-learning. Uji
terhadap objek e-learning oleh dua orang ahli, yaitu ahli e-learning dan ahli
bidang studi Pendidikan Fisika, disajikan pada Gambar 51. Tabel data hasil uji
menggunakan skor rata-rata dan simpangan baku ideal secara keseluruhan dan
6.0
5.0
SKOR ASPEK
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
Fungsionalitas Aksesibilitas Dukungan Desain Seluler Privasi Data, Dukungan Dukungan Dukungan
Teknis dan Hak Sosial Pengajaran Kognitif
ASPEK PERANGKAT E-LEARNING
`
118
pengajar. Hasil validasi terhadap desain e-learning oleh dua orang ahli, yaitu
ahli desain instruksional dan ahli media, disajikan pada Gambar 52. Tabel data
hasil uji kelayakan di Lampiran 10. Hasil validasi untuk seluruh aspek dengan
masuk dalam kategori sangat layak. Namun demikian, ada satu aspek berada
dalam kategori kurang layak, yaitu aspek penggunaan umpan balik dari
ini. Hal ini terjadi karena di dalam modul e-learning belum dilengkapi instrumen
umpan balik dari mahasiswa. Atas saran penilai desain instruksional, perbaikan
topik eksperimen.
Sangat Layak
6.0 Sangat Layak
Sangat Layak Sangat Layak
5.0 Layak
SKOR ASPEK
4.0
Kurang Layak
3.0
2.0
1.0
0.0
Dukungan & Desain & Penyampaian Penilaian & Pengajaran Penggunaan
Sumber Daya Organisasi & Desain Evaluasi Inovatif umpan balik
Pemelajar Daring Pengajaran Pembelajaran dengan mahasiswa
pemelajar Teknologi oleh pengajar
ASPEK KELAYAKAN DESAIN PEMBELAJARAN
`
119
setiap menu.
menerapkan konsep yang dipelajari untuk menjelaskan fenomena lain atau untuk
fisika terlaksana penuh sebesar 71% dan kadang terlaksana sebesar 29%. Tidak
semua aspek inkuiri terlaksana penuh, karena tidak semua topik eksperimen cocok
dan perumusan hipotesis. Hasil penilaian oleh dua orang dosen sebagai pengamat
ditunjukkan pada Tabel 23, Gambar 53, dan Lampiran 11. Rekapitulasi
Lampiran 12.
100%
87% 83% 86%
90% 82%
Persentase skor aspek
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kegunaan Kemudahan Mudah untuk Kepuasan
(Usefulness) Penggunaan (Ease belajar (Ease of (Satisfaction)
to Use) Learning)
Aspek evaluasi penggunaan R-PhyLab dalam pembelajaran
eksperimen fisika mendapat respon sangat baik. Dilihat dari masing-masing apsek
Hal ini terjadi karena pada penggunaan remote laboratory memerlukan dukungan
akses internet yang cepat dan stabil. Dalam pelaksanaan eksperimen beberapa
`
123
belum stabil. Fakta ini didukung oleh cacatan/komentar yang diberikan oleh
sains dilakukan dengan melakukan penilaian pada laporan hasil eksperimen fisika
kategori baik dengan nilai rata-rata aspek sebesar 75,7% (Gambar 54). Tabel data
hasil penilaian laporan hasil eksperimen di Lampiran 14, dan temuan beberapa
90.0%
80.0% 77.00% 76.33% 76.00%
75.00% 75.00% 75.00%
Persentase skor aspek (%)
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Aspek laporan
Tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 item yang dikerjakan
secara online, meliputi topik medan magnet, spektroskopi atom, dan teori foton.
Hasil tes di Lampiran 16. Dari skor tes Pra-Lab dan tes Pasca-Lab (Tabel 24)
rendah. Nilai gain yang masih rendah ini bisa diakibatkan oleh aktivitas
pembelajaran yang masih lebih menekankan pada proses eksperimen, Akan tetapi,
hasil belajar aspek pengetahuan bisa lebih diperbaiki. Hal ini memberi peluang
laboratory.
aparatus eksperimen fisika, unit mekatronika, sensor, antar muka dan perangkat
lunak akuisisi data yang dibuat tampilan berupa Graphical User Iterface (GUI).
penggerak berupa motor servo untuk mengerakkan sensor. Dalam uji coba
`
125
Atas dasar uji coba ini, komponen penggerak pada unit mekatronika diganti
menggunakan motor stepper, sehingga diperoleh gerakan sensor yang presisi pada
proses pengukuran. Dalam penelitian ini, dari 5 aparatus yang dihasilkan baru 3
besaran fisis pada topik medan magnet, polarisasi cahaya, konstanta Planck,
spektroskopi atom, dan radiasi nuklir menunjuk hasil pengukuran yang presisi dan
akurat. Sistem akuisisi ini dilengkapi dengan antar muka pengguna grafis yang
dari jarak jauh pada kegiatan pembelajaran eksperimen fisika online. Hal ini sejalan
dengan kriteria laboratorium untuk pembelajaran sains (Farag, 2017; Leblond &
Hicks, 2021), yaitu sistem eksperimen yang dapat dikontrol langsung oleh
dan menyajikan data dalam bentuk tabel serta grafik sehingga gejala dapat diamati
secara visual.
sangat layak menurut penilaian ahli bidang studi, e-learning, desain instruksional,
dan multimedia. Modul e-learning dikembangkan dengan LMS Moodle yang telah
panel kendali jarak jauh bagi peserta didik untuk mengontrol peralatan nyata dan
mengamati status eksperimen selama sesi laboratorium (Duan, Hosseini, & Ling,
`
126
teknologi yang membahas tidak hanya hasil pembelajaran kognitif, tetapi juga yang
berbasis kolaboratif inkuiri menunjukkan tingkat keterterapan yang baik. Hasil ini
(Mawn dkk., 2011; Maiti, Maxwell, Kist, & Orwin, 2014). Kolaborasi online antar
rekaman kegiatan kolaborasi online melalui fitur forum di Lampiran 20. Hal ini
sudah sesuai dengan langkah-langkah strategi inkuiri kolaboratif (Chang, Sung, &
Lee, 2003). Fitur forum di learning management system menjadi media utama yang
sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran
dengan remote laboratory (Zine dkk., 2018; Kharki, Berrada, & Burgos, 2021).
Hasil penelitian ini menambah bukti bahwa remote laboratory diterima baik oleh
kenaikan yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena waktu pembelajaran yang masih
`
127
kecenderungan bahwa peserta didik belajar terfokus pada apa yang dilakukan
maka peserta didik belajar tentang merancang dan mengerjakan percobaan tersebut
(Roth & Jornet, 2014). Penting untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran
Oleh karena belum ada pendampingan, dalam laporan eksperimen oleh mahasiswa
masih banyak ditemukan kekurangan dalam tata tulis ilmiah, seperti penulisan
persamaan dan satuan yang belum sesuai dengan aturan International System of
Units, tabel data dan grafik yang belum diberi label dan besaran, pemilihan analisis
E. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan Teknis
Komponen utama sebagai media komunikasi antara aparatus fisika dan
eksperimen fisika adalah graphical user interface (GUI) atau antar muka pengguna
grafis. GUI dikenal juga sebagai perangkat lunak kendali dan akuisisi data. Dalam
`
128
diakses melalui web browser. Untuk mengakses GUI melalui web browser, di
runtime engine dan LabVIEW browser plugins. Hal ini merupakan salah satu
kendala akses ke remote laboratory karena tidak semua browser versi terbaru
memiliki file plugins. Hanya UC Browser yang memiliki file plugins yang
diperlukan.
Selain kendala ini, untuk mengakses GUI melalui web browser memerlukan
jaringan internet yang cepat dan stabil, dan sering terjadi kegagalan akses jika
menggunakan jaringan nirkabel (wireless network). Atas kendala akses ini, maka
di dalam RL-LMS disediakan dua moda akses ke lab server di mana GUI remote
laboratory dijalankan, yaitu akses melalui web browser dan aplikasi remote
remote desktop, akses ke lab server mudah dilakukan melalui jaringan nirkabel.
penggantian sumber cahaya, masih dilakukan secara manual oleh laboran atau
administrator laboratorium.
Keterbatasan teknis lain dari remote physics laboratory ialah tidak semua
aparatus dapat dikendalikan secara remote. Dari 5 aparatus yang dapat dikendalikan
secara remote oleh pengguna adalah aparatus eksperimen medan magnet, aparatus
`
129
lanjut diperlukan kajian terhadap teknologi web server yang memungkinkan akses
sebagai embedded web server untuk ekses paralel ke aparatus remote laboratory.
2. Keterbatasan Pedagogis
terlaksana dengan baik. Level inkuiri yang dapat diterapkan dengan dukungan
`
130
remote laboratory dalam penelitian ini adalah level 1 (inkuiri konfirmasi), level 2
rendah. Hal ini terjadi karena waktu pembelajaran yang masih relatif singkat dan
menerapkan prinsip atau teori belajar yang lebih sesuai untuk pembelajaran
berorientasi kognitif.
hasil pekerjaan mahasiswa. Oleh karena belum ada pendampingan, dalam laporan
eksperimen oleh mahasiswa masih banyak ditemukan kekurangan dalam tata tulis
ilmiah, seperti penulisan persamaan dan satuan yang belum sesuai dengan aturan
International System of Units, tabel data dan grafik yang belum diberi label dan
besaran, pemilihan analisis data yang kurang tepat dengan gejala fisika yang dikaji.
`
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
fisika secara online berbasis inkuiri kolaboratif dalam topik listrik magnet, optika,
2. a. Aparatus remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika
kolaboratif telah dihasilkan dengan kualitas akurasi hasil pengukuran sangat baik.
b. Modul e-learning remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan
fisika modern telah dihasil dengan kualitas sangat layak untuk menurut ahli bidang
3. a. Keterterapan Remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika
b. Keterterapan Remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika
131
132
paling aktif pada tahapan inkuiri di perumusan pertanyaan ilmiah, dan perumusan
4. a. Keefektifan remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika
b. Keefektifan remote laboratory dalam topik listrik magnet, optika, dan fisika
kategori rendah.
masih harus dibenahi untuk penggunaan laboratorium ini terutama mengenai strategi
Berdasarkan hasil penelitian ini dan merujuk pada rekomendasi AAPT tentang
kurikulum laboratorium pendidikan sarjana, maka untuk pendidik fisika dan program
menganalisis, dan menafsirkan data yang terukur nyata secara online dengan cara
nilai prediksi teoritis dan eksperimen dalam konteks model yang telah mahasiswa
ukur yang akurat dan presisi sehingga cocok digunakan pada eksperimen verifikasi
teoritisnya. Oleh karena itu mahasiswa juga dapat mengenali keterbatasan model,
data yang diinginkan, biaya, waktu, peralatan yang tersedia, dan masalah
`
134
memilih bentuk grafik yang tepat untuk mewakili, dan mencocokkan data dengan
adalah bagian penting dari proses eksperimental karena pengamatan tidak berguna
seperti plot grafik, tabel, hasil numerik dengan ketidakpastian, dan diagram. Lebih
jauh, format dan gaya presentasi keseluruhan menggunakan format yang otentik
untuk disiplin ilmu, seperti laporan teknis, artikel bergaya jurnal, dan poster
`
135
Diseminasi remote laboratory dilakukan oleh peneliti sebagai pemateri atau nara
sumber pada serangkaian webinar atau video conreference dalam berbagai tema dan
melalui media massa cetak dan televisi, dan kerja sama dengan pusat studi. Berikut ini
daftar kegiatan diseminasi yang telah dilakukan (bukti diseminasi di Lampiran 19):
`
136
kerja sama TVMU Stasiun UAD Jogja untuk menampilkan narasumber dari
seluruh program studi yang ada di UAD.
https://www.youtube.com/watch?v=SMOri15tqQQ&t=263s
8. Mengadakan Memorandum of Agreement (MoA) tertanggal 25 November 2020
dengan Pusat Riset STEM Universitas Syiah Kuala untuk melakukan kerja sama
riset terkait dengan peningkatan pemahaman konsep bagi siswa melalui penerapan
ISLE-based STEM dan penerapan Remote Physics Laboratory (R-PhyLab).
9. “Virtual & Remote Laboratory: Sebagai Solusi Praktikum Fisika di Era Pandemi
Covid-19”, Kuliah Tamu Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021 dengan
tema Virtual Laboratory untuk Solusi Praktikum Fisika di Era Pandemi, Program
Studi Pendidikan Fisika, Universitas Indraprasta PGRI, 23 Desember 2020.
10. Webinar Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar dengan
Tema “Remote Laboratory: Alternative Praktikum pada Masa Pandemi”, tanggal
24 Februari 2021
11. Webinar Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya dengan
Tema “Pembelajaran Fisika: Adaptasi Kebiasaan Baru ”, tanggal 02 Maret 2021
jurnal Physics Education, IOP Publishing Ltd, terindeks Scopus dengan ranking Q2.
Dahlan (UAD) pada Milad UAD ke-60 tanggal 19 Desember 2020. Remote Physics
Fisika Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19 berdasarkan Keputusan Rektor UAD
dengan biaya relatif murah, seperti Arduino Board. Dengan komponen ini sistem
mekatronika yang menjadi unit utama mengendalikan aparatus secara online dapat
produk lebih lanjut adalah menjadikan Remote Physics Laboratory sebagai Cyber-
jaringan, dan proses fisis untuk mendukung dan mengelola kegiatan pembelajaran
ini dapat diakses oleh peserta didik di seluruh Indonesia. Dalam pengembangan ini
ke hadapan peserta didik Indonesia”, dan rumusan misi “Berbagi laboratorium untuk
`
DAFTAR PUSTAKA
Aktan, B., Bohus, C. A., Crowl, L. A., & Shor, M. H. (1996). Distance learning applied
to control engineering laboratories. IEEE Transactions on Education, 39(3), 320–
326. https://doi.org/10.1109/13.538754
Al Musawi, A., Asan, A., Abdelraheem, A., & Osman, M. (2012). A case of web-
based inquiry learning model using learning objects. Turkish Online Journal of
Educational Technology - TOJET, 11(1), 1–9. Retrieved from https://files.eric.
ed.gov/fulltext/EJ976562.pdf
Atkinson, I. M., du Boulay, D., Chee, C., Chiu, K., Coddington, P., Gerson, A., …
Zhang, D. (2007). Developing CIMA-based cyberinfrastructure for remote
access to scientific instruments and collaborative e-research. In Proceedings of
the Fifth Australasian Symposium on Grid Computing and e-Research (Vol. 68,
pp. 3–10). Sydney. Retrieved from https://researchonline.jcu.edu.au/
3038/1/3038_Atkinson_2007.pdf
Banchi, H., & Bell, R. (2008). The many levels of inquiry. Science and Children,
46(2), 26–29.
Bell, D., Dolin, J., Léna, P., Peers, S., Person, X., Rowell, P., & Saltiel, E. (2013).
Assessment & inquiry-based science education: Issues in policy and practice.
Book. Trieste: IAP-SEP.
Bell, R., Smetana, L., & Binns, I. (2005). Simplifying inquiry instruction: Assessing
the inquiry level of classroom activities. The Science Teacher, 72(7), 30–33.
https://doi.org/Article
Bell, T., Urhahne, D., Schanze, S., & Ploetzner, R. (2010). Collaborative inquiry
learning: Models, tools, and challenges. International Journal of Science
Education, 32(3), 349–377. https://doi.org/10.1080/09500690802582241
Bishop, A. P., Bruce, B. C., Lunsford, K. J., Jones, M. C., Nazarova, M., Linderman,
D., … Brock, A. (2004). Supporting community inquiry with digital resources.
Journal of Digital Information, 5(3), 1–6.
Bochicchio, M., & Longo, A. (2009). Hands-on remote labs: Collaborative web
laboratories as a case study for it engineering classes. IEEE Transactions on
Learning Technologies, 2(4), 320–330. https://doi.org/10.1109/TLT.2009.30
Bolte, C., Holbrook, J., & Rauch, F. (2012). Inquiry-based science education in
Europe: reflections from the profiles project. (Mira Dulle, Ed.). Berlin: Freie
Universität Berlin.
Boniec, M. Le, & Joyce, A. (2011). Impact of data loggers on science teaching and
learning. (A. Joyce, Ed.). Brussels: European Schoolnet.
Bradbury, H., Highton, M., & O’Rourke, R. (2010). Learning from each other? Using
technology to develop collaborative learning in clinical education. In
Interprofessional E-Learning and Collaborative Work (pp. 117–128).
Pennsylvania: IGI Global. https://doi.org/10.4018/978-1-61520-889-0.ch010
BSNP. (2010). Paradigma pendidikan nasional abad XXI (1st ed.). Jakarta: BSNP.
Chang, K. E., Sung, Y. T., & Lee, C. L. (2003). Web-based collaborative inquiry
learning. Journal of Computer Assisted Learning, 19, 56–69.
https://doi.org/10.1046/j.0266-4909.2003.00006.x
Corter, J. E., Nickerson, J. V., Esche, S. K., Chassapis, C., Im, S., & Ma, J. (2007).
Constructing reality: A study of remote, hands-on, and simulated laboratories.
ACM Transactions on Computer-Human Interaction, 14(2), 7–27.
https://doi.org/10.1145/1275511.1275513
Dillenbourg, P., Schneider, D., & Synteta, P. (2002). Virtual learning environments.
In 3re Hellenic Conference “Information & Communication Technologies in
Education” (pp. 3–18).
`
140
Duan, B., Hosseini, H. M., & Ling, K. V. (2014). An architecture for online laboratory
e-learning system. Journal of Distance Education Technologies, 4(2).
https://doi.org/10.4018/jdet.2006040107
Enonbun, O. (2010). Constructivism and web 2.0 in the emerging learning era : A glo-
bal perspective. Journal of Strategic Innovation and Sustainability, 6(4), 17–27.
Etkina, E. E., Murthy, S., & Zou, X. (2006). Using introductory labs to engage students
in experimental design. American Journal of Physics, 74(11), 979–986.
https://doi.org/10.1119/1.2238885
Forinash, K., & Wisman, R. (2002). Simple internet data collection for physics
laboratories. American Journal of Physics, 70(4), 458. https://doi.org/10.1119/
1.1445408
Gao, M., Kortum, P., & Oswald, F. (2018). Psychometric evaluation of the USE
(usefulness, satisfaction, and ease of use) questionnaire for reliability and
validity. Proceedings of the Human Factors and Ergonomics Society,
3(September), 1414–1418. https://doi.org/10.1177/1541931218621322
`
141
Guinaldo, M., De La Torre, L., Heradio, R., & Dormido, S. (2013). A virtual and
remote control laboratory in moodle: The ball and beam system. In 10th IFAC
Symposium Advances in Control Education (Vol. 46, pp. 72–77). https://doi.org/
10.3182/20130828-3-UK-2039.00033
Hamed, G., & Aljanazrah, A. (2020). The effectiveness of using virtual experiments
on students’ learning in the general physics lab. Journal of Information
Technology Education: Research, 19, 977–996. https://doi.org/10.28945/4668
Harlen, W., Bell, D., Devés, R., Dyasi, H., Fernández, G., Garza, D., & Léna, P.
(2015). Big ideas of science education. Trieste: Science Education Programme of
IAP. Retrieved from www.interacademies.net
Harward, V. J., Del Alamo, J. A., Lerman, S. R., Bailey, P. H., Carpenter, J., DeLong,
K., … Zych, D. (2008a). The iLab shared architecture: A web services
infrastructure to build communities of internet accessible laboratories.
Proceedings of the IEEE, 96(6), 931–950. https://doi.org/10.1109/JPROC.
2008.921607
Harward, V. J., Del Alamo, J. A., Lerman, S. R., Bailey, P. H., Carpenter, J., DeLong,
K., … Zych, D. (2008b). The iLab shared architecture: A web services
infrastructure to build communities of internet accessible laboratories. In
Proceedings of the IEEE (Vol. 96, pp. 931–950). https://doi.org/10.1109/
JPROC.2008.921607
Henry, J. (1996). Controls laboratory teaching via the world wide web. In ASEE
Annual Conference Proceedings (pp. 1–4).
Hua, J., & Ganz, A. (2003). Web enabled remote laboratory (R-Lab) framework. In
33rd ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference T2C-8 (pp. 1–6).
Imawan, C., Harmoko, A., Supriyanto, & Fauziyyah. (2010). Rancang bangun
eksperimen hidrostatika untuk aplikasi remote laboratory. In Prosiding Seminar
Nasional Fisika II (pp. 26–27).
`
142
Jara, C. A., Heradio, R., De La Torre, L., Sanchez, J., Dormido, S., Torres, F., &
Candelas, F. A. (2012). Synchronous collaboration with virtual and remote labs
in moodle. IFAC Proceedings Volumes (IFAC-PapersOnline), 9(PART 1), 270–
275. https://doi.org/10.3182/20120619-3-RU-2024.00030
Jaya, H., Haryoko, S., Lu’mu, & Ida, P. (2020). Use of remote lab for online and real
time practicum at vocational school in Indonesia. International Journal of Online
and Biomedical Engineering, 16(5), 4–14. https://doi.org/10.3991/IJOE.
V16I05.13201
Kapting, P., & Rutto, D. K. (2014). Challenges facing laboratory practical approach
in physics instruction in Kenyan district seconday schools. International Journal
of Advancements in Research & Technology, 3(8), 13–17.
Katili, N. S., Sadia, I. W., & Suma, K. (2013). Analisis sarana dan intensitas
penggunaan laboratorium fisika serta kontribusinya terhadap hasil belajar siswa
SMA negeri di kabupaten Jembrana. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 3, 1–9.
Kharki, K. El, Berrada, K., & Burgos, D. (2021). Design and implementation of a
virtual laboratory for physics subjects in Moroccan Universities. Sustainability,
13(3711), 1–28.
Kouzes, R. T., Myers, J. D., & Wulf, W. A. (1996). Collaboratories: Doing science on
the internet. Computer, 29(8), 40–46. https://doi.org/10.1109/2.532044
`
143
Krneta, R., Brkovic, M., Damnjanovic, D., Melosevic, M., & Milosevic, D. (2013).
Integration of remote DSP experiment into moodle learning environment. In The
Fourth International Conference on e-Learning (pp. 26–27). Belgrade, Serbia.
Kusairi, S., Hardiyana, H. A., Suwasono, P., Suryadi, A., & Afrieni, Y. (2021). E-
formative assessment integration in collaborative inquiry : A Strategy to enhance
student’s conceptual understanding in static fluid concepts. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, 17(1), 13–21. https://doi.org/10.15294/jpfi.v17i1.23969
Lämsä, J., Hämäläinen, R., Koskinen, P., & Viiri, J. (2018). Visualising the temporal
aspects of collaborative inquiry-based learning processes in technology-
enhanced physics learning. International Journal of Science Education, 40(14),
1697–1717. https://doi.org/10.1080/09500693.2018.1506594
Lang, J. (2012). Comparative study of hands-on and remote physics labs for first year
university level physics students. Transformative Dialogues: Teaching &
Learning Journal, 6(1), 1–25.
Leblond, L., & Hicks, M. (2021). Designing laboratories for online instruction using
the iOLab device. The Physics Teacher, 59(5), 351–355. https://doi.org/10.1119/
10.0004886
Li, Y., Esche, S. K., & Chassapis, C. (2008). A scheduling system for shared online
laboratory resources. Proceedings - Frontiers in Education Conference, FIE,
(November 2008). https://doi.org/10.1109/FIE.2008.4720253
Ma, J., & Nickerson, J. V. (2006). Hands-on, simulated, and remote laboratories. ACM
Computing Surveys, 38(3), 7–24. https://doi.org/10.1145/1132960.1132961
Machotka, J., & Nedic, Z. (2009). Collaboration in Remote Laboratory - vision for the
future. In Proceedings of the 6Th Wseas International Conference on
Engineering Education (pp. 80–84).
Maiti, A., Maxwell, A. D., Kist, A. A., & Orwin, L. (2014). Merging remote
laboratories and enquiry-based learning for STEM Education. International
Journal of Online Engineering, 10(6), 50–57. https://doi.org/10.3991/
ijoe.v10i6.3997
Matarrita, C. A., & Beatriz Concari, S. (2016). Remote laboratories used in physics
teaching: A state of the art. Proceedings of 2016 13th International Conference
on Remote Engineering and Virtual Instrumentation, REV 2016, (February),
385–390. https://doi.org/10.1109/REV.2016.7444509
`
144
Mawn, M. V., Carrico, P., Charuk, K., Stote, K. S., & Lawrence, B. (2011). Hands-on
and online: Scientific explorations through distance learning. Open Learning,
26(2), 135–146. https://doi.org/10.1080/02680513.2011.567464
Miguel, J. P., Mauricio, D., & Rodríguez, G. (2014). A review of software quality
models for the evaluation of software products. International Journal of Software
Engineering & Applications, 5(6), 31–53. https://doi.org/10.5121/ijsea.
2014.5603
Mikroyannidis, A., Okada, A., Scott, P., Rusman, E., Specht, M., Stefanov, K., …
Chaimala, F. (2013). WeSPOT: A personal and social approach to inquiry-based
learning. Journal of Universal Computer Science, 19(14), 2093–2111.
https://doi.org/10.3217/jucs-019-14-2093
Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science.
High School Science Laboratories: Role and Vision. Washington, DC.
Mitsou, G., Vavougios, D., Sianoudis, J., & Ioannidis, G. S. (2016). Design and
development of physics remotely controlled teaching laboratory (RCL): The case
of light attenuation passing through transparent materials experiment. Asian
Journal of Education and E-Learning, 04(03), 85–91.
Naddami, A., Fahli, A., Goumaj, M., German-Sallo, Z., Grif, H.-Ş., & Gligor, A.
(2015). Remote laboratories in electronics engineering education. Scientific
Bulletin of the Petru Maior, 12(1), 18–23. Retrieved from http://www.scopus.
com/inward/record.url?eid=2-s2.0-84901362037&partnerID=40&md5=827ee
3b5191a4f1e062618b9344ad587
NAS. (2000). Inquiry and the national science education standards: A guide for
teaching and learning. Washington, DC: National Academy of Sciences.
https://doi.org/10.17226/9596
`
145
Nedic, Z., & Machotka, J. (2007). Remote laboratory NetLab for effective teaching of
1st year engineering students. International Journal of Online Engineering, 3(3),
1–6.
Oon, P. T., & Subramaniam, R. (2011). On the declining interest in physics among
students-from the perspective of teachers. International Journal of Science
Education, 33(5), 727–746. https://doi.org/10.1080/09500693.2010.500338
P21. (2009). 21st century skills map: Science. Tucson: The Partnership for 21st
Century Learning. Retrieved from 21stcenturyskills.org
Padilla, M. J. (1990). The science process skills. The National Association for
Research in Science Teaching (Vol. March). Retrieved from http://www.educ.
sfu.ca/narstsite/publications/research/skill.htm.
Park, S.-T., Lee, H., Yuk, K.-C., & Lee, H. (2005). Web-based nuclear physics
laboratory. Recent Research Developments in Learning Technologies, 1–5.
Reagan, A. (2012). Online introductory physics labs: Status and methods. Journal of
the Washington Academy of Sciences, 98(1), 31–46. Retrieved from
http://www.washacadsci.org/Journal/Journalarticles/V.98-1-online physics labs
aReagan.pdf
Rohrig, C., & Jochheim, A. (2000). Java-based framework for remote access to
laboratory experiments. In 5th IFAC/IEEE Symposium on Advances in Control
Education (Vol. 33, pp. 67–72).
Rojko, A., Debevc, M., & Hercog, D. (2009). Implementation, effectiveness and
experience with remote laboratory in engineering education. Organizacija, 42(1),
23–33. https://doi.org/10.2478/v10051-008-0025-3
Roth, W., & Jornet, A. (2014). Toward a theory of experience. Science Education,
2(98), 106–126. https://doi.org/10.1002/sce.21085
Salah, R. M., Cecil, J., & Atrushi, D. (2018). Collaborative remote laboratories for
serving sciences and engineering education in Iraq: Rexnet Project. In ICOASE
2018 - International Conference on Advanced Science and Engineering (pp. 134–
139). IEEE. https://doi.org/10.1109/ICOASE.2018.8548885
Sari, P. (2019). Analisis terhadap kerucut pengalaman Edgar Dale dan keragaman
gaya belajar untuk memilih media yang tepat dalam pembelajaran. Jurnal
Manajemen Pendidikan, I(1), 58–78. Retrieved from https://ejournal.insud.ac.id/
index.php/MPI/article/view/27
Silva, J. B., Rochadel, W., Simao, J. P., Marcelino, R., & Gruber, V. (2013). Using
mobile remote experimentation to teach physics in public school. In International
Conference on Interactive Computer aided Blended Learning (pp. 46–51).
Singer, S. R., Hilton, M. L., & Schweingruber, H. A. (2005). America’s lab report:
Investigations in high school science. Washington, DC: National Academy of
Sciences. https://doi.org/10.17226/661
Sipayung, H. D., Sani, R. A., & Bunawan, W. (2018). Collaborative Inquiry For 4C
Skills. In 3rd Annual International Seminar on Transformative Education and
Educational Leadership (Vol. 200, pp. 440–445). https://doi.org/10.2991/aisteel-
18.2018.95
Stapa, M. A., & Mohammad, N. (2019). The use of addie model for designing blended
learning application at vocational colleges in Malaysia. Asia-Pacific Journal of
Information Technology & Multimedia, 08(01), 49–62. https://doi.org/10.17576/
apjitm-2019-0801-05
`
147
Strauch, C. C., & Al-Omar, M. J. (2014). Critical analysis of learning theories and
ideologies and their impact on learning : " Review article ". The Online Journal
of Counseling and Education, 3(2), 62–77.
Sugiarti, E., & Harmoko, A. (2011). Monitoring kelembaban dan temperatur melalui
sistem java remote laboratory berbasis internet. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 29(2), 47–54.
Tawfik, M., Sancristobal, E., Martin, S., Gil, R., Diaz, G., Colmenar, A., …
Gustavsson, I. (2013). Virtual instrument systems in reality (VISIR) for remote
wiring and measurement of electronic circuits on breadboard. IEEE Transactions
on Learning Technologies, 6(1), 60–72. https://doi.org/10.1109/TLT.2012.20
Tippins, D. J., & Ritchie, S. (2015). Pedagogi bertaut budaya untuk pendidikan sains.
In K. Tobin (Ed.), Handbook Pengajaran dan Pembelajaran Sains (pp. 315–
321). Bandung: Nusa Media. Retrieved from www.syekhnurjati.ac.di/jurnal/
index.php/sceducatia
Tompkins, P. A., & Pingen, G. (2002). Real‐time experimentation across the internet.
The Physics Teacher, 40(10), 408–410. https://doi.org/10.1119/1.1517881
Van Joolingen, W. R., De Jong, T., Lazonder, A. W., Savelsbergh, E. R., & Manlove,
S. (2005). Co-Lab: Research and development of an online learning environment
for collaborative scientific discovery learning. Computers in Human Behavior,
21(4), 671–688. https://doi.org/10.1016/j.chb.2004.10.039
Viegas, C., Pavani, A., Lima, N., Marques, A., Pozzo, I., Dobboletta, E., … Alves, G.
(2018). Impact of a remote lab on teaching practices and student learning.
Computers and Education, 126, 201–216. https://doi.org/10.1016/j.compedu.
2018.07.012
Williams, C., Stanisstreet, M., Spall, K., Boyes, E., & Dickson, D. (2003). Why aren’t
secondary students interested in physics? Physics Education, 38(4), 324–329.
https://doi.org/10.1088/0031-9120/38/4/306
`
148
Zeiss, B., Vega, D., Schieferdecker, I., Neukirchen, H., & Grabowski, J. (2007).
Applying the ISO 9126 quality model to test specifications. In Conference:
Software Engineering (Vol. 105, pp. 231–244). Hamburg. Retrieved from
http://upload.wikimedia.org/wikiversity/beta/archive/d/d2/20130202124457!IS
O9126.pdf
Zine, O., Errouha, M., Zamzoum, O., Derouich, A., & Talbi, A. (2018). SEITI
RMLab: A costless and effective remote measurement laboratory in electrical
engineering. International Journal of Electrical Engineering and Education,
56(1), 3–23. https://doi.org/10.1177/0020720918775041
Zutin, D. G., Auer, M. E., Maier, C., & Niederstatter, M. (2010). Lab2go - A repository
to locate educational online laboratories. In EEE Education Engineering
Conference (pp. 1741–1746). Madrid. https://doi.org/10.1109/ EDUCON.
2010.5492412
`
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Situs Web:
• http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/
• https://er.educause.edu/articles/2018/9/a-rubric-
for-evaluating-e-learning-tools-in-higher-
education
2. Rubrik Desain Rubrik Desain Pembelajaran Online diadopsi/
Pembelajaran Online diterjemahkan dari Rubric for Online Instruction yang
dikembangkan oleh California State University
untuk menciptakan dan meningkatkan lingkungan
belajar berkualitas tinggi dalam pembelajaran
online.
Situs Web:
https://www.csuchico.edu/eoi/rubric.shtml
http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/us/
Referensi:
Meiyuzi Gao, Philip Kortum, and Frederick
Oswald, 2018. Psychometric Evaluation of the USE
(Usefulness, Satisfaction, and Ease of use)
Questionnaire for Reliability and Validity,
Proceedings of the Human Factors and Ergonomics
Society, Annual Meeting, 2018.
4. Rubrik Penilaian Rubrik Penilaian Laporan Laboratorium diadopsi/
Laporan diterjemahkan dari Grading Lab Reports Rubric
Laboratorium yang dikembangkan dalam proyek LabWrite.
`
151
`
152
`
153
`
154
`
155
`
156
`
157
`
158
`
159
Yogyakarta, _________________
Penilai
(___________________________)
`
160
Nama Ahli :
NIP : _________________________
Jabatan Akademik/Pangkat : _________________________
Institusi : _____________________________________________________
Keahlian : Bidang Studi Teknologi Pembelajaran
E-Learning Multimedia Pembelajaran
Panduan Penilaian:
Instrumen ini dirancang sebagai instrumen formatif untuk mengevaluasi perangkat E-Learning dalam
pendidikan menengah/tinggi. Perangkat E-Learning didefinisikan sebagai konten, desain pembelajaran dan
teknologi digital apa pun yang dimediasi melalui penggunaan perangkat komputasi, yang dipilih untuk mendukung
pembelajaran di sekolah/perguruan tinggi. Instrumen ini mendukung evaluasi multidimensi dari aspek fungsional,
teknis, dan pedagogis perangkat E-Learning. Instrumen ini tidak mengidentifikasi ambang batas diskrit yang harus
dipenuhi oleh perangkat E-Learning sebelum digunakan. Sebagai instrumen formatif diharapkan untuk
memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan relatif dari perangkat E-Learning dengan Remote
Physics Laboratory, yang dievaluasi terhadap serangkaian kategori dan kriteria. Instrumen ini terdiri dari 6
kategori, yaitu: 1). Dukungan & Sumber Daya Pemelajar [3 kriteria], 2). Desain & Organisasi Daring [5 kriteria],
3). Pengajaran Penyampaian & Desain [5 kriteria], 4). Penilaian & Evaluasi Pembelajaran pemelajar [5
kriteria], 5). Pengajaran Inovatif dengan Teknologi [4 kriteria], dan 6). Penggunaan umpan balik mahasiswa
oleh pengajar [3 krtiteria].
Penilaian dilakukan dengan cara:
4) Mengakses perangkat E-Learning di alamat web: http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/ dan login dengan
username : penilai1 ; password : penilai. Untuk menilai aparatus remote laboratory dan melakukan remote
experiment, penilai dimohon menghubungi peneliti terlebih dahulu, agar mengoperasikan aparatus, melalui
WhatsApp: 08122786356.
5) Memberi skor untuk setiap kriteria di kolom paling kanan. Makna skor sesuai dengan salah satu pilihan
deskriptor yang tersedia, yaitu: 3=Sangat Baik, 2=Baik, 1=Kurang Baik
6) Memberi komentar/saran perbaikan secara keseluruhan terhadap konten/perangkat E-Learning
`
161
`
163
`
164
Yogyakarta, _________________
Penilai
(___________________________)
`
166
No. Pernyataan 1 2 3 4
28 R-PhyLab mengagumkan
29 Saya merasa saya perlu memiliki R-PhyLab
30 R-PhyLab sangat nyaman untuk digunakan
Saran/Komentar:
___________, ____________
Responden
(_____________________)
`
168
`
169
`
170
I. Soal Pra-Lab
1. Arus listrik mengalir masuk halaman gambar. Bagaimana arah medan magnetnya?
2. Apa yang terjadi pada medan magnet di solenoida ketika jumlah lilitan bertambah?
1. Tetap konstan
2. b. Menjadi nol
3. Meningkat
4. Menurun
3. Kawat I memiliki arus i yang kuat yang mengalir ke luar seperti yang terlihat pada
gambar. Kawat II memiliki arus i yang kuat yang mengalir ke dalam. Ke arah mana
medan magnet pada titik P ?
a) ↑
b) ←
c) →
d) ↓
4. Medan magnet pada titik berjarak r dari kabel panjang akibat arus listrik i di
dalamnya…
a) µ0i/r
b) b. µ0i/2r
c) µ0i/2πr
d) µ0i/πr
`
171
7. Apa yang terjadi pada medan magnet dalam solenoida bila panjang solenoida
bertambah?
a) Meningkat
b) Menjadi nol
c) Tetap konstan
d) Menurun
9. Diagram di bawah ini menunjukkan sebuah kabel dengan arus listrik yang
besar I dengan arah ke luar dari permukaan kertas. Ke arah manakah medan
magnet pada posisi A dan B ?
a)
b)
c)
`
172
d)
10. Dua kawat I dan II yang saling berdekatan, mengalirkan arus i dan 3i dengan arah
yang sama. Bandingkan besarnya gaya pada kedua kawat yang diakibatkan oleh
masing-masing kawat satu sama lainnya.
a) Kawat I menolak dengan kekuatan gaya yang lebih besar terhadap kawat II
daripada kawat II mendesak pada kawat I.
b) Kawat II menolak dengan kekuatan gaya yang lebih besar terhadap kawat I
daripada kawat I mendesak pada kawat II.
c) Kedua kawat tarik menarik dengan gaya yang sama terhadap satu sama lainnya.
d) Kedua kawat tolak menolak dengan gaya yang sama terhadap satu sama
lainnya.
1. Apa yang terjadi pada medan magnet di solenoida ketika arus meningkat?
a) Menjadi nol
b) Menurun
c) Meningkat
d) Tetap konstan
2. Sebuah batang besi lunak dimasukkan ke dalam solenoida pembawa arus. Medan
magnet di dalam solenoida
a) akan berkurang
b) akan tetap sama
c) akan meningkat
d) akan menjadi nol
3. Arus dalam solenoida adalah 30 A, jumlah lilitan per satuan panjang adalah 500
lilitan per meter. Hitung medan magnet jika intinya adalah udara.
a) 1,84 T
b) 18.84 mT
c) 1.84 mT
d) 18,84 T
`
173
4. Medan magnet solenoida adalah 18.84 mT, jumlah lilitan per satuan panjang
adalah 500 lilitan per meter. Hitung arus jika intinya adalah udara.
a) 3 A
b) 300 A
c) 300 mA
d) 30 A
6. Faktor-faktor manakah berikut ini yang berpengaruh pada kekuatan medan magnet
yang dihasilkan oleh solenoida...
a) Sifat bahan inti solenoida
b) semua pilihan jawaban benar
c) Jumlah lilitan
d) Besarnya arus
7. Arus melalui saluran listrik horizontal mengalir dari arah selatan ke utara. Arah
garis medan magnet 0,5 m di atasnya
a) Selatan
b) Utara
c) Timur
d) Barat
8. Pola medan magnet yang dihasilkan oleh kabel penghantar arus lurus adalah
a) melingkari kawat
b) dalam arah sejajar kabel
c) searah arus
d) dengan arah berlawanan dengan arus
10. Sifat garis medan magnet yang melewati pusat loop melingkar pembawa arus
adalah ...
a) melingkar
b) garis lurus
c) parabola
d) elips
`
174
I. Soal Pra-Lab
2. Apa yang terjadi ketika dua filter polarisasi ditempatkan sehingga sumbu
polarisasi saling tegak lurus satu sama lain?
a) Cahaya yang ditransmisikan terpolarisasi
b) Tidak ada cahaya yang ditransmisikan
c) Cahaya yang ditransmisikan sedikit lebih lemah
d) Cahaya yang ditransmisikan berosilasi ke segala arah
5. Jika X adalah intensitas cahaya datang tak terpolarisasi pada polarizer, berapa
intensitas sinar yang ditransmisikan oleh polarizer?
a) X/2
b) X
c) X/2
d) X cos (sudut)
8. Dua filter polarisasi ditempatkan pada 30 derajat satu sama lain. Cahaya
intensitas X yang tidak terpolarisasi memasuki polarizer. Berapa intensitas
cahaya yang ditransmisikan setelah polarizer kedua?
a) X
b) X/2
c) X/2
d) X/4
9. Satu molar larutan dengan kedalaman 20 cm dari larutan gula memutar sudut
polarisasi sebesar 10 derajat. Melalui sudut berapa untuk 40 cm kedalaman
larutan 2 molar memutar bidang polarisasi
a) 40 derajat
b) 80 derajat
c) 5 derajat
d) 10 derajat
10. Saat LCD dinyalakan, kristal cair memutar sudut dengan berapa derajat?
a) 45 derajat
b) 0 derajat
c) 90 derajat
d) 180 derajat
3. Melalui sifat mana kita dapat membedakan gelombang cahaya dari gelombang
suara
a) Interferensi
b) Pembiasan
c) Polarisasi
d) Refleksi
`
176
4. Sudut polarisasi untuk beberapa media adalah 60o, dalam hal ini akan terjadi sudut
kritis pada
a) sin− 1(√3)
b) tan− 1(√3)
c) cos−1(√3)
d) sin−1(1/√3)
7. Polaroid ditempatkan pada 45o terhadap intensitas cahaya masuk I0. Sekarang
intensitas cahaya yang melewati polaroid setelah polarisasi akan terjadi
a) I0
b) I0/2
c) I0/4
d) Nol
10. Dalam propagasi gelombang elektromagnetik sudut antara arah propagasi dan
bidang polarisasi adalah
`
177
a) 0o
b) 45o
c) 90o
d) 180o
I. Soal Pra-Lab
a) v2 > v3 > v1
b) v1 > v2 > v3
c) v1 > v3 > v2
d) v3 > v2 > v1
3. Dalam eksperimen Fotolistrik berdasar teori Einstein, perubahan apa yang diamati
ketika frekuensi radiasi yang datang ditingkatkan?
a) Nilai potensial penghentian menurun
b) Nilai potensial penghentian meningkat
c) Nilai arus saturasi meningkat
d) Tidak berpengaruh
a) Tidak berpengaruh
b) Saat intensitas meningkat, efek fotolistrik menurun
c) Saat intensitas meningkat, efek fotolistrik meningkat
d) Saat intensitas menurun, efek fotolistrik menjadi dua kali
8. Cahaya dengan panjang gelombang 3500 Å bertumbukan dengan dua logam A dan
B. Logam manakah yang akan menghasilkan lebih banyak fotoelektron jika fungsi
kerjanya masing-masing adalah 5 eV dan 2 eV?
a) B
b) C
c) A
d) A & B
9. Apa hubungan antara parameter interaksi, 'b', dan jari-jari atom, R, untuk efek
fotolistrik?
a) tidak ada hubungan antara b dan R
b) b ≈ R
c) b <R
d) b> R
10. Fungsi kerja lithium adalah 2,5 eV. Panjang gelombang maksimum cahaya yang
dapat menyebabkan efek fotolistrik dalam litium adalah …
a) 3980 Å
b) 4980 Å
c) 5980 Å
d) 6980 Å
1. Manakah dari bahan berikut yang dapat digunakan untuk menghasilkan LED
inframerah?
`
179
a) Si
b) GaAs
c) CdS
d) PbS
a) B
b) D
c) C
d) A
6. Berapa band gap pada semikonduktor yang akan digunakan sebagai LED?
a) 1 eV
b) 1,5 eV
c) 0,5 eV
d) 1,8 eV
a) Gerakan
b) Difusi
c) Rekombinasi
d) Generasi
10. Untuk efek fotolistrik dalam natrium, gambar menunjukkan plot tegangan cut-off
versus frekuensi radiasi yang datang. Frekuensi ambang adalah ...
a) 3 ´ 1014 Hz
b) 6,5 ´ 1014 Hz
c) 4,5 ´ 1014 Hz
d) 5 ´ 1014 Hz
I. Soal Pra-Lab
`
181
4. Teori yang menjadi dasar munculnya teori atom modern adalah ....
a) tabung sinar katode
b) penghamburan sinar alfa
c) mekanika gelombang
d) spektrum atom hidrogen
6. Proton menarik elektron. Lalu mengapa elektron tidak jatuh pada inti atom?
a) Pada jarak yang sangat kecil, proton menolak elektron
b) Elektron dalam menolak orbital luar
c) Neutron mengusir elektron
d) Elektron dalam keadaan dasar tidak dapat memancarkan energi
`
182
`
183
8. Dalam spektroskopi emisi atom emisi akibat transisi elektronik dari ...
a) Keadaan triplet tereksitasi ke keadaan dasar singlet
b) Keadaan dasar singlet ke keadaan triplet tereksitasi
c) Keadaan tereksitasi singlet ke keadaan dasar singlet
d) Keadaan dasar singlet ke kondisi singlet tereksitasi
I. Soal Pra-Lab
1. Manakah dari gas berikut ini yang digunakan dalam Pencacah proporsional sebagai
gas pengion?
a) Gas Argon
b) Kripton
c) Hidrogen
d) Alkohol
`
184
2. Manakah dari berikut ini yang bertindak sebagai gas pendingin di Pencacah Geiger
Muller?
a) Gas Argon
b) Hidrogen
c) Kripton
d) Alkohol
3. Pencacah Geiger mencatat 1000 cacah/sekon dari sampel yang mengandung isotop
radioaktif polonium. Setelah 5,0 menit, penghitung mencatat 281 cacah/detik.
Berapa waktu paruh isotop ini dalam satuan sekon?
a) 264 sekon
b) 164 sekon
c) 87 sekon
d) 110 sekon
4. Manakah dari berikut ini yang bertindak sebagai gas pengion pada Pencacah
Geiger Muller?
a) Alkohol
b) Hidrogen
c) Kripton
d) Gas Argon
5. Manakah dari detektor yang mirip dengan Pencacah Geiger Muller dalam
konstruksi tetapi diisi dengan gas yang lebih berat?
a) Pencacah proporsional
b) Detektor semikonduktor
c) Pencacah sintilasi
d) Pencacah aliran
6. Ketika radiasi nuklir melewatinya, ionisasi gas dihasilkan. Ini adalah prinsip dari
detektor berikut ini?
a) Pencacah Geiger Muller
b) Pencacah proporsional
c) Pencacah aliran
d) Pencacah sintilasi
7. Manakah dari berikut ini yang bukan merupakan jenis detektor radiasi?
a) Pencacah Geiger Muller
b) Pencacah proporsional
c) Detektor semikonduktor
d) Detektor emisi cahaya
8. Probabilitas untuk mendapatkan nilai terukur yang "benar" jika pulsa yang dicacah
sangat sedikit menggunakan
a) Distribusi Gaussian
b) Distrubusi Hypergeometric
c) Distribusi Binomial
d) Distribusi Poisson
`
185
1. Detektor sintilasi adalah kristal datar besar yang mana dari bahan berikut?
a) Natrium karbonat
b) Natrium klorida
c) Natrium sulfat
d) Natrium iodida
2. Manakah dari berikut ini yang merupakan kelemahan utama dari detektor
semikonduktor solid state?
a) Tekanan tinggi harus diproduksi
b) Sensitivitas rendah
c) Akurasi rendah
d) Itu harus dijaga pada suhu rendah
3. Emisi manakah dari berikut ini yang menyebabkan nomor atom dan nomor massa
tidak berubah?
a) partikel alfa
b) partikel beta
c) radiasi gamma
d) positron
4. Pernyataan mana yang benar untuk ketiga jenis emisi radioaktif (partikel alfa,
partikel beta, dan sinar gamma)?
a) Mereka dibelokkan oleh medan listrik
b) Mereka memancarkan cahaya
c) Mereka sepenuhnya diserap oleh lembaran aluminium tipis
d) Mereka mengionisasi gas
5. Manakah dari bahan berikut yang digunakan sebagai insulasi antara elektroda
dalam dan luar ruang ion?
a) Polythene
b) Plastik
c) Polytetrafluoroethylene
d) Poliakrilamida
`
186
8. Manakah dari berikut ini yang menjelaskan apa yang terjadi dalam proses fisi?
a) Sebuah neutron terpecah menjadi neutron dan proton
b) Inti yang berat terfragmentasi menjadi yang lebih ringan
c) Proton dibagi menjadi tiga quark
d) Dua inti ringan digabungkan menjadi yang lebih berat
`
187
`
188
`
189
4.50
4.00
3.50
E (10-19 J)
3.00
2.50
2.00
1.50
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
f (10+14 Hz)
Gambar L-4. Grafik analisis hubungan energi foton (E) terhadap frekuensi (f)
Ralat=8,9 %
`
190
Simpulan hasil pengukuran: Hasil sangat akurat dengan ralat terhadap nilai teoritis <1%
N=160 data
m f P(m) m*P(m) Pt(m)' Nt(m) Chi2-P Chi2-N
1 5 0.0313 0.0313 0.0287 0.0329 6.573E-06 2.869E-06
2 9 0.0563 0.1125 0.0746 0.0661 3.361E-04 9.618E-05
3 27 0.1688 0.5063 0.1293 0.1098 1.558E-03 3.481E-03
4 29 0.1813 0.7250 0.1681 0.1511 1.739E-04 9.097E-04
5 26 0.1625 0.8125 0.1748 0.1723 1.509E-04 9.688E-05
6 20 0.1250 0.7500 0.1515 0.1629 7.012E-04 1.436E-03
7 18 0.1125 0.7875 0.1125 0.1276 7.980E-10 2.270E-04
8 9 0.0563 0.4500 0.0731 0.0828 2.854E-04 7.037E-04
9 10 0.0625 0.5625 0.0423 0.0445 4.096E-04 3.237E-04
10 4 0.0250 0.2500 0.0220 0.0198 9.147E-06 2.675E-05
11 2 0.0125 0.1375 0.0104 0.0073 4.459E-06 2.684E-05
12 1 0.0063 0.0750 0.0045 0.0022 3.057E-06 1.609E-05
160 Rerata= 5.2000 3.638E-03 7.346E-03
`
191
0.200
0.180 Eksperimen
Dist. Poisson
0.160
Dist. Normal
Probabilitas 0.140
0.120
0.100
0.080
0.060
0.040
Cacah rata-rata cacah=5,2
0.020
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14
cacah radiasi/interval waktu
Gambar L-5. Distribusi probabilitas cacah radiasi (cacah rata-rata<10)
Tabel L-8. Hasil uji kelayakan nilia ukur modul eksperimen pencacahan radiasi
N=148 data
m f P(m) m*P(m) P(m)' N(m) Chi2-P Chi2-N
1 1 0.00676 0.00676 0.00002 0.00051 4.543E-05 3.896E-05
4 1 0.00676 0.02703 0.00172 0.00472 2.540E-05 4.161E-06
6 2 0.01351 0.08108 0.01065 0.01483 8.204E-06 1.733E-06
7 3 0.02027 0.14189 0.02075 0.02381 2.336E-07 1.251E-05
8 6 0.04054 0.32432 0.03539 0.03577 2.653E-05 2.278E-05
9 6 0.04054 0.36486 0.05364 0.05029 1.717E-04 9.507E-05
10 12 0.08108 0.81081 0.07318 0.06618 6.245E-05 2.221E-04
11 12 0.08108 0.89189 0.09075 0.08150 9.357E-05 1.726E-07
12 17 0.11486 1.37838 0.10317 0.09393 1.367E-04 4.384E-04
13 16 0.10811 1.40541 0.10827 0.10131 2.486E-08 4.620E-05
14 10 0.06757 0.94595 0.10550 0.10227 1.439E-03 1.204E-03
15 13 0.08784 1.31757 0.09594 0.09661 6.572E-05 7.703E-05
16 11 0.07432 1.18919 0.08180 0.08542 5.595E-05 1.231E-04
17 14 0.09459 1.60811 0.06564 0.07068 8.381E-04 5.719E-04
18 7 0.04730 0.85135 0.04975 0.05473 6.022E-06 5.528E-05
19 9 0.06081 1.15541 0.03572 0.03967 6.295E-04 4.471E-04
20 4 0.02703 0.54054 0.02437 0.02690 7.086E-06 1.537E-08
21 2 0.01351 0.28378 0.01583 0.01708 5.357E-06 1.270E-05
23 1 0.00676 0.15541 0.00582 0.00564 8.750E-07 1.248E-06
24 1 0.00676 0.16216 0.00331 0.00293 1.189E-05 1.461E-05
148 Rata-rata= 13.6418 3.629E-03 3.389E-03
`
192
0.140
0.120
Eksperimen
0.100 Dist. Poisson
Dist. Normal
Probabilitas
0.080
0.060
0.040
Cacah rata-rata=13,6
0.020
0.000
0 5 10 15 20 25 30
Cacah radiasi/interval wakru
Gambar L-6. Distribusi probabilitas cacah radiasi (cacah rata-rata>10)
Skor Skor
No. Kategori Item Kriteria dan Deskriptor
P1 P2
1 Fungsionalitas 1.1. Kapasitas kelas 4 3
1.2 Kemudahan Penggunaan 3 3
1.3 Dukungan Teknis /
4 3
Ketersediaan Bantuan
1.4 Hipermedialitas 4 3
2 Aksesibilitas 2.1 Standar aksesibilitas 4 3
2.2 Partisipasi yang berfokus ke
3 3
pengguna
2.3 Perlatan yang Dibutuhkan 4 4
2.4 Biaya Penggunaan 4 3
3 Dukungan 3.1 Integrasi dalam Sistem
Teknis 4 3
Manajemen Pembelajaran
3.2 Sistem Operasi di
4 4
Laptop/Desktop
3.3 Perambah (Browser) 4 4
3.4 Unduhan Tambahan 4 4
`
193
Skor Skor
No. Kategori Item Kriteria dan Deskriptor
P1 P2
4 Desain Seluler 4.1
Akses 3 4
(Mobile)
4.2 Fungsionalitas 4 3
4.3 Akses Luring (offline) 4 4
5 Privasi, 5.1
Perlindungan Daftar/Masuk 4 4
Data, dan Hak
5.2 Privasi Data dan Kepemilikan 4 4
5.3 Mengarsip, Menyimpan, dan
4 4
Mengekspor Data
6 Dukungan Sosial 6.1 Kolaborasi 4 4
6.2 Akuntabilitas Pengguna 4 3
6.3 Difusi/Penyebaran 3 3
7 Dukungan 7.1
Fasilitasi (Pemfasilitasan) 3 3
Pengajaran
7.2 Kustomisasi/Penyesuaian 4 3
7.3 Analisis Pembelajaran 4 4
8 Dukungan 8.1 Peningkatan Tugas-tugas
4 4
Kognitif Kognitif
8.2 Berpikiran Tingkat Tinggi 4 3
8.3 Keterlibatan Metakognitif 3
Keterangan:
Skor P1 : Skor dari penilai 1 (Ahli E-Learning)
Skor P2 : Skor dari penilai 2 (Ahli Bidang Studi Pendidikan Fisika)
`
194
Skor Skor
No. Kategori Item Deskriptor
P1 P2
1 Dukungan & Sumber 1.1 Informasi mata kuliah
3 3
Daya Pemelajar
1.2 Variasi sumber/bahan mata kuliah 3 2
1.3 Variasi akses ke sumber belajar 2 3
2 Desain & Organisasi 2.1 Pengorganisasian mata kuliah
3 2
Daring
2.2 Silabus mata kuliah 3 3
2.3 Dasain Estetika 2 3
2.4 Konsistensi halaman web 3 3
2.5 Aksesibiltas mata kuliah 2 2
3 Penyampaian & 3.1 Variasi bentuk interaksi perkuliahan
Desain Pengajaran 3 3
3.2 Tujuan mata kuliah 3 3
3.3 Tujuan pembelajaran 3 3
3.4 Variasi bentuk penyajian kegiatan
perkuliahan 3 2
3.5 Variasi capaian pembelajaran 3 2
4 Penilaian & Evaluasi 4.1 Bentuk kegiatan perkuliahan
Pembelajaran 2 3
pemelajar
4.2 Keselarasan tujuan dengan penilaian 3 3
4.3 Bentuk strategi penilaian 3 3
4.4 Ketersediaan umpan balik 1 2
4.5 Ketersediaan penilaian diri 1 2
5 Pengajaran Inovatif 5.1 Penggunaan teknologi pada
dengan Teknologi perkuliahan 3 3
5.2 Kebaruan metode pembelajaran 3 3
5.3 Keterlibatan jenis multimedia 3 3
5.4 Optimalsisasi penggunaan internet 3 3
6 Penggunaan umpan 6.1 Umpan balik tentang konten mata
balik mahasiswa oleh kuliah 1 2
pengajar
6.2 Umpan balik tetang kemudahan
1 3
teknologi dan aksesibilitas
6.3 Penggunaan umpan balik dalam
1 2
pembelajaran
Keterangan:
P1 : Penilai ahli satu (Ahli Teknologi Instruksional)
P2 : Penilai ahli dua (Ahli Multimedia Pembelajaran)
`
195
`
196
`
197
3 Penggunaan Rphylab sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman baru. Rphylab cukup
mudah untuk digunakan dan sangat dibantu apabila praktikan mengalami kendala.
4 R-Phylab sudah cukup baik
5 Perasaannya menyenangkan bisa melakukan percobaan dengan menggunakan R-PhyLab, selain itu,
mudah dilakukan dan tidak menghabiskan banyak waktu. tetapi, karena ini online, jadi kurang
memberikan pengalaman langsung pada praktikan, terlebih saya. Dan pndangan saya terhadap R-
PhyLab adalah hebat, bisa menggabungkan rangkaian yang nyatanya ke komputer sehingga dapat
diakses secara jarak jauh.
6 RPhylab cukup efektif ketika digunakan karena hanya perlu menyiapkan perangkat laptop dan internet
untuk pengguna, namun kendala terbesar adalah jaringan.
7 Alhamdulillah, Penggunaan R-phylab ini sangat lah membantu kami dalam menjalankan eksperimen
fisika ini, dan juga arahan dari bpk. Ishafit Jauhari sangatlah jelas sehingga kami yang pertama kali
menggunakan alat ini dengan mudah memahami dan menjalankannya, Mungkin untuk sarannya, saya
harap R-phylab ini bisa terus berkembang lagi sehingga materi atau eksperimennya bisa lebih banyak.
Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
8 sangat membantu dalam pembelajaran daring ini, khususnya yang bersangkutan dengan praktikum
9 Saran untuk R-Phylab yaitu mohon untuk menyajikan video bagaimana cara mengolah data yang telah
didapatkan untuk semua materi. perasaan saya sangat senang, karena sudah difasilitasi dalam mata
kuliah ini. bapak nya juga ramah dan sangat sabar menghadapi kendala kami, terutama jaringan. terima
kasih banyak pak, sehat dan sukses selalu.
10 Dapat merasakan dan berpengalaman dalam melakukan eksperimen jarak jauh menggunakan R-
Phylab sangat menyenangkan sekali, menjadi tau lebih banyak tentang eksperimen yang ternyata bisa
dilakukan secara on line seperti ini. R-Phylab sangat membantu sekali dalam kegiatan pembelajaran.
Sangat sangat menarik. Terima kasih.
11 dalam menghadapi kuliah daring akibat pandemi covid-19, R-Phylab sangat membantu mahasiswa
dalam melakukan eksperimen, karena eksperimen dilakukan secara real dan untuk mengaksesnya
cukup mudah yaitu dengan kita menggunakan laptop atau pc kita bisa melakukan sebuah eksperimen
yang nyata, kendalanya hanya membutuhkan jaringan internet yang stabil.
12 mungkin kedepannya bisa lebih banyak lagi materi praktikumnya
13 Saya sangat setuju menggunakan rphylab ini, karena dengan jarak jauh saya dapat melakukan
praktikum. Akan tetapi dalam kendala sinyal praktikum rphylab jika tidak stabil harus dimulai di awal,
sarannya semogaa untuk nanti rphylab dapat digunakan dalam keadaan offline
14 Saya sangat setuju menggunakan kegiatan praktkum berbasis rphylab, dikarenakan adanya kombnasi
antara kegiatan langsung dengan teknologi, naun tetap harus adanya persiapan dalam bentuk teanga,
material untuk ketersdeian jaringan internet. semoga kedepannya, dari pengalaman yang dapatkan
menjadi bahan untuk pembelajaran kedepannya
15 Rphylab ini sudah sangat baik, sebuah inovasi untuk melakukan praktikum. untuk kedepannya
mungkin bisa disediakan tujuan praktikum untuk praktikan
16 R-PhyLab sudah sangat membantu dalam kegiatan praktikum jarak jauh, namun alangkah lebih baik
jika pelaksanaan praktikum dengan R-PhyLab dijelaskan dulu secara rinci dalam hal tujuan dan yang
lainnya supaya tidak kebingungan ketika pelaksanaannya.
17 Ketika saya melakukan eksperimen saya sangat terbantu, karena dengan menggunakan rphylab
eksperimennya lebih mudah dipahmi dan lebih fleksibel dan lebih terasa nyata seperti melakukan
eksperimen secara langsung di laboratorium
18 pengalaman saya saat melakukan eksperimen dengan R-PhyLab awalnya deg deg an takut salah saat
praktikum tetapi ketika sudah dijalankan alhamdulillah lancar dan menyenangkan. mungkin saran
untuk kedepannya ketika sedang menjelaskan materi atau ketika sedang membimbing untuk
melakukan eksperimen tidak terlalu cepat. Terimakasih.
19 berdasarkan pengalaman saya menggunakan R-PhyLab, dibandingkan dengan aplikasi virtual lain, R-
PhyLab sangat mudah digunakan dan diakses, pengerjaan eksperimen juga dilakukan dengan mudah
dan tanpa ada kesulitan. siswa dipandu dengan baik dalam melakukan eksperimen
`
198
21 Sangat baik untuk melakukan eksperimen di Rphylabnya. Jadi pengalaman bisa melakukan
eksperimennya
22 R-phylab sangat membantu saya dalam melakukan praktikum dan juga menyenangkan, tetapi kadang
dalam penggunaan laptop dan internet harus mendukung sehingga tidak terjadi lag
23 cukup baik digunakan apalagi ketika kondisi perang wabah melawan Covid-19 ini mengefektifkan
eksperimen secara daring. Disamping itu, pemerolehan data cukup akurat serta kesalahan random bisa
diminimalisir cukup baik.
24 sangat baik
25 sangat baik,
26 Alhamdulillah dengan adanya Rphylab ini memudahkan setiap pengguna nya untuk dapat melalukan
eksperimen jarak jauh, namun koneksi internet kadang menjadi kendala
27 eksperimen menggunakan r-phylab cukup mudah dipahami dan mudah dioperasikan, namun
terkendalanya hanya beberapa eksperimen saja yang dapat dilakukan menggunakan r-phylab. saya
berharap kedepannya lebih banyak dimasukan beberapa eksperimen penunjang perkuliahan fisika,
karena saat masa pandemi saat ini r-phylab sangat berguna bagi mahasiswa melakukan eksperimen
dari jarak jauh.
28 R-Phylab sangat menarik dan mudah digunakan, membantu kita bereksperimen dengan mudah dan
cepat disaat kita tidak bisa bereksperimen secara langsung atau tatap muka, bisa juga digunakan jika
kita kekurangan alat untuk eksperimennya. R-Phylab mudah digunakan, dan fitur nya pun banyak,
dimulai dari fitur untuk tes pra lab, pasca lab, kolom tugas, atau bisa berdiskusi juga melalui forum.
29 R-phylab sanggat efektif. Hanya saja sering terhambat oleh jaringan.
30 R-PhyLab sangat membantu dalam melakukan praktikum penggunaanya juga mudah. sarannya supaya
lebih banyak lagi praktikum yang disediakan, dasar teorinya supaya diperjelas dan lebih lengkap,
tujuan praktikum disediakan di awal supaya jelas dalam mengambil data kemudian kalau bisa di
youtube disediakan penjelasan dasar teori pada saat sebelum melakukan praktikum.
31 setelah menggunakan R-PhyLab saya menjadi paham bagaimana melakukan praktikum untuk
kosntanta planck, spektroskopi atom serta pencacah radiasi, serta mudah diakses dan penggunaan R-
PhyLab mudah
32 Rphylab sudah sangat baik sejauh ini . Praktikum yang nyaman dan fleksibel . Bermanfaat bagi
kondisi kita saat ini khususnya saat pandemi sekarang ini. Sehingga belajar dapat berjalan dengan
lancar dengan adanya rphylab. Untuk saran tolong Lebih sederhanakan lagi dari tampilanya.
33 untuk semuanya sudah bagus apa yang ada didalam r-phylab seperti fitur fitur didalamnya yang sudah
lumayan lengkap, saran ditambahkan eksperimen lain selain yang sudah ada saat ini, karena menurut
saya ini bagus untuk situasi saat ini yang belajar dari rumah dan ingin mencoba eksperimen lainnya.
37 Sangat senang menggunakan Rphylab ini, karena merupakan media pembelajaran yang efektif dan
efisien. Pernah ada beberapa kendala dalam eksperimen, tapi dapat diselesaikan kembali. Rphylab ini
bagus sekali.
38 Dalam proses praktikum dengan menggunakan Rphylab sangat berkesan, selain mudah untuk
digunakan, Rphylab sangat membantu mahasiswa/siswa serta pendidik agar dapat melaksanakan
proses praktikum, apalagi pada masa pandemic seperti sekarang ini, dimana kegiatan secara langsung
sangat dibatasi. Untuk penggunaan Rphylab ini harus menggunakan internet, dan ini dapat menjadi
salah satu kendala dalam menggunakan Rphylab ini bagi mereka yang tinggal di daerah yang jaringan
internetnya kurang stabil, karena kita ketahui bahwa akses internet yang baik belum merata secara
menyeluruh di indonesia
`
199
`
200
79 R-PhyLab memudahkan eksperimen dan mendapatkan nilai hasil percobaan dengan persen ralat yang
kecil.
80 Dengan R-PhyLab saya senang sekali, mempermudah perkerjaan dan sangat bermanfaaat bagi yang
ingin berkesksperimen tanpa berhadapan langsung dengan alat, tetapi melalui Remote Lab ini. Dan
saya terpukau dengan kuis yang di sajikan oleh R-PhyLab ini karena yang di sajikan begitu mudah
sekali di mengerti serta mennyangkut sekali dengan materi. Terimakasih R-PhyLab Remote Lab.
`
201
`
202
`
203
`
204
`
205
`
206
`
207
`
208
Lampiran 16. Hasil Tes Pra-Lab dan Pasca-Lab tentang Pengetahuan Fisika
Hasil Tes Konstanta Planck Hasil Tes Polarisasi Cahaya Hasil Tes Medan Magnet
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
No. Sujek Pra Pasca No. Sujek Pra Pasca No. Sujek Pra Pasca
1 Mhs1 5 6 1 Mhs1 2 5 1 Mhs1 5 8
2 Mhs2 5 7 2 Mhs2 2 4 2 Mhs2 8 8
3 Mhs3 5 6 3 Mhs3 5 4 3 Mhs3 10 9
4 Mhs4 6 4 4 Mhs4 5 4 4 Mhs4 5 4
5 Mhs5 4 10 5 Mhs5 4 10 5 Mhs5 3 7
6 Mhs6 3 5 6 Mhs6 6 7 6 Mhs6 6 10
7 Mhs7 9 10 7 Mhs7 8 5 7 Mhs7 4 8
8 Mhs8 5 5 8 Mhs8 3 4 8 Mhs8 5 3
9 Mhs9 6 5 9 Mhs9 6 4 9 Mhs9 3 7
10 Mhs10 7 9 10 Mhs10 5 9 10 Mhs10 2 7
11 Mhs11 5 8 11 Mhs11 2 10 11 Mhs11 6 5
12 Mhs12 1 4 12 Mhs12 2 2 12 Mhs12 3 3
13 Mhs13 5 4 13 Mhs13 5 6 13 Mhs13 5 6
14 Mhs14 5 5 14 Mhs14 4 2 14 Mhs14 2 8
15 Mhs15 6 5 15 Mhs15 4 6 15 Mhs15 9 10
16 Mhs16 6 4 16 Mhs16 4 5 16 Mhs16 4 3
17 Mhs17 7 5 17 Mhs17 5 7 17 Mhs17 5 7
18 Mhs18 7 3 18 Mhs18 6 3 18 Mhs18 2 7
19 Mhs19 6 3 19 Mhs19 3 4 19 Mhs19 3 4
20 Mhs20 4 4 20 Mhs20 4 4 20 Mhs20 3 7
21 Mhs21 6 5 21 Mhs21 7 6 21 Mhs21 10 10
22 Mhs22 6 3 22 Mhs22 6 4 22 Mhs22 3 3
23 Mhs23 7 6 23 Mhs23 4 6 23 Mhs23 6 5
24 Mhs24 6 6 24 Mhs24 7 8 24 Mhs24 9 9
25 Mhs25 9 5 25 Mhs25 10 7 25 Mhs25 3 2
26 Mhs26 5 6 26 Mhs26 5 6 26 Mhs26 4 8
27 Mhs27 5 4 27 Mhs27 9 7 27 Mhs27 6 7
28 Mhs28 10 9 28 Mhs28 6 6 Rata-rata 4.96 6.48
29 Mhs29 5 5 29 Mhs29 4 3
30 Mhs30 5 6 30 Mhs30 4 3
31 Mhs31 5 3 31 Mhs31 5 3
32 Mhs32 3 5 32 Mhs32 4 2
33 mhs33 6 4 33 mhs33 2 6
34 Mhs34 4 5 34 Mhs34 5 5
35 Mhs35 7 7 35 Mhs35 5 4
36 Mhs36 6 3 36 Mhs36 5 3
37 Mhs37 7 4 37 Mhs37 6 4
38 Mhs38 5 7 38 Mhs38 6 3
`
209
39 Mhs39 6 4 39 Mhs39 4 6
40 Mhs40 3 4 40 Mhs40 2 5
41 Mhs41 2 4 41 Mhs41 6 9
42 Mhs42 9 9 42 Mhs42 3 6
43 Mhs43 4 10 43 Mhs43 4 4
44 Mhs44 5 4 44 Mhs44 4 6
45 Mhs45 6 6 45 Mhs45 4 6
46 Mhs46 7 2 46 Mhs46 3 7
47 Mhs47 4 4 47 Mhs47 5 4
48 Mhs48 6 5 48 Mhs48 7 4
49 Mhs49 2 4 49 Mhs49 4 3
50 Mhs50 3 4 50 Mhs50 6 5
51 Mhs51 6 5 51 Mhs51 7 4
52 Mhs52 4 5 52 Mhs52 6 5
53 Mhs53 3 4 53 Mhs53 3 5
54 Mhs54 5 3 54 Mhs54 4 10
55 Mhs55 6 10 55 Mhs55 3 2
56 Mhs56 3 4 56 Mhs56 4 5
57 Mhs57 5 4 57 Mhs57 4 3
58 Mhs58 5 3 58 Mhs58 7 4
59 Mhs59 5 5 59 Mhs59 5 4
60 Mhs60 4 3 60 Mhs60 5 6
61 mhs61 6 4 Rata-rata 4.75 5.07
Rata-rata 5.30 5.16
`
210
A. Judul
Eksperimen Medan Magnet dengan Dua Kumparan
B. Pernyataan Masalah
Secara teori kawat yang dialiri oleh arus listrik akan menghasilkan medan magnet,
dan medan magnet tersebut dipengaruhi oleh kuat arus, jumlah lilitan, dan jarak kawat.
Untuk memperbesar medan magnet yang dihasilkan maka dibuatlah kumparan/
kumparan. Selain dibentuk menjadi sebuah kumparan, bisa pula dikombinasikan
dengan kumparan lainnya yang memiliki ukuran identik dan terpisah pada jarak yang
sama dengan jari-jari kumparan tersebut. Kedua kumparan tersebut dinamakan dengan
kumparan Helmholtz. Kemudian yang jadi masalah adalah bagaimana dengan kondisi
medan magnet disekitar kumparan tersebut, apakah semakin kuat atau malah semakin
rendah. Untuk mengetahui hal tersebut, maka praktikan melakukan eksperimen
dengan menggunakan aparatus sebagai berikut:
`
211
C. Prediksi
Berdasarkan teori kumparan helmholtz dan gambar yang ada di bawah, dapat kita
prediksi bahwasanya pada kawat helmholtz antara kumparan 1 dan kumparan 2
terhubung secara seri akibatnya pada kawat helmholtz ini memiliki arah arus listrik
yang searah, dengan adanya keseragaman ini, medan magnet yang dihasilkan oleh
kedua kumparan dapat mencapai puncaknya yaitu keadaan superposisi dengan cara
kedua kumparan didekatkan sejauh jari-jari (R).
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kuat medan magnet yang muncul akibat arus
listrik pada kumparan ternyata nilainya berubah-ubah sesuai dengan jaraknya dari
pusat kumparan Helmholtz. Semakin dekat dengan kumparan maka medan magnet
akan semakin besar, begitu pula pada jarak yang semakin jauh maka medan magnet
akan semakin kecil. Nilai terendah dari medan magnet oleh kumparan Helmholtz
terlihat pada jarak -12 cm dari pusat kumparan yaitu sebesar 5,38 x 10-05 T. Sedangkan
nilai tertinggi dapat dilihat pada titik 0 cm atau pusat kumparan, yaitu sebesar
0,0007643 T.
Untuk mengukur medan magnet di pusat kedua kumparan, praktikan menggunakan
persamaan yang diturunkan dari hukum Biot-Savart,
`
213
Secara keseluruhan, pengukuran medan magnet dengan cara eksperimen dan medan
perhitungan medan magnet secara teoritis memiliki nilai yang tidak jauh berbeda.
Dapat dilihat pada tabel diatas, persentase kesesuaian terendah adalah pada posisi 0,1
m dan persentase kesesuaian tertinggi terjadi pada posisi -0,02 m. Praktikan
beranggapan bahwa perbedaan ini bisa saja terjadi karena alat yang kurang presisi,
sehingga terjadi hasil pengukurannya tidak selalu tepat, selain itu bisa saja karena ada
pengaruh lingkungan tempat eksperimen dilakukan.
`
214
E. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen kumparan Helmholtz yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa medan magnet di sepanjang sumbu kumparan sangat bervariasi.
Variasi medan magnet tersebut bergantung pada jarak dari pusat kumparan, semakin
jauh maka semakin lemah medan magnetiknya. Medan magnet terkuat terdapat
diantara dua kumparan, pada posisi tersebut terjadi superposisi antara medan magnet
oleh kumparan 1 dan kumparan 2, kondisi tersebutlah yang mengakibatkan posisi di
antara kedua kumparan memiliki medan magnet yang hampir seragam.
Referensi
Teori Koil Helmholtz. Diakses pada 6 Oktober 2020
http://rphylab.pf.uad.ac.id/sistem/mod/page/view.php?id=230
`
215
`
216
`
217
`
218
`
219
`
220
`
221
`
222
`
223