Anda di halaman 1dari 361

PENGEMBANGAN MODEL MOBILE LABORATORY BASED LEARNING

(MLBL) BERBANTU MODUL TERINTEGRASI AUGMENTED REALITY


(AR) UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI, KETERAMPILAN PROSES
SAINS, DAN KREATIVITAS PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR 1

Disusun oleh:
Arif Rahman Aththibby
17703261023

Disertasi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Doktor pendidikan

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022

i
ABSTRAK

ARIF RAHMAN ATHTHIBBY: Pengembangan Model Mobile Laboratory


Based Learning (MLBL) Berbantu Modul Terintegrasi Augmented Reality (AR)
untuk Meningkatan Motivasi, Keterampilan Proses Sains, dan Kreativitas pada
Mata Kuliah Fisika Dasar 1. Disertasi. Yogyakarta: Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan: (1) prototype model mobile


laboratory based learning (MLBL) berbantuan modul yang terintegrasi dengan
Augmented Reality (AR) yang dikembangkan untuk meningkatkan motivasi, KPS,
dan kreativitas mahasiswa, (2) model mobile laboratory based learning
berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang layak untuk meningkatkan
motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa, dan (3) menghasilkan model mobile
laboratory based learning berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang
efektif dalam meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang menggunakan


langkah ADDIE. Subyek uji coba meliputi mahasiswa pendidikan fisika semester
I yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar. Data keefektifan model diperoleh
melalui angket motivasi belajar serta lembar observasi KPS dan kreativitas
mahasiswa. Analisis dari penilaian validasi instrumen menggunakan Aiken‘s V.
Terkait pengujian efektivitas penggunaan model dianalisis dengan uji MANOVA.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Model MLBL berbantuan modul yang
terintegrasi dengan AR memiliki karakteristik sintaks terdiri atas: orientasi,
konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan, dan diskusi dengan sistem
pendukung berupa perangkat pembelajaran dan modul yang yang terintegrasi AR,
dan (2) model MLBL berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR layak untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, (3) model MLBL berbantuan modul
yang terintegrasi dengan AR efektif meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas
mahasiswa.

Kata kunci: mobile laboratory based learning, motivasi, keterampilan proses


sains, kreativitas.

ii
ABSTRACT

ARIF RAHMAN ATHTHIBBY: Developing of Mobile Laboratory Based


Learning (MLBL) Models Assisted with Augmented Reality (AR) Integrated
Module to Improve Motivation, Science Process Skills, and Creativity in Basic
Physics Courses 1 Dissertation. Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta
State University, 2021.

This study aims to produce: (1) a prototype of a module-assisted laboratory-based


mobile learning model that is integrated with Augmented Reality (AR), which
was developed to increase motivation, science process skills (SPS), and student
engagement; (2) a module-assisted mobile laboratory-based learning model that is
integrated with AR that is feasible to increase motivation, SPS, and student
creativity; and (3) produce a mobile laboratory-based learning model assisted by
an integrated AR module that is effective in increasing student motivation, SPS,
and creativity.

This research is research and development using the ADDIE step. The test
subjects are physics education students in the first semester who take Basic
Physics courses. The effectiveness model of the data was obtained through
questionnaires on learning motivation, SPS, and creativity observation sheets. The
data obtained through these various instruments was then analyzed using the
MANOVA test.

The results of this study are: (1) A mobile laboratory-based learning model
assisted by an AR integrated module has characteristics consisting of:
conceptualization, summary, and discussion with a support system for AR-
integrated learning devices and modules, and (2) A mobile laboratory-based
learning model assisted by an AR integrated module is suitable for use in learning
activities, (3) the module-assisted mobile laboratory-based learning model
integrated with AR is effective in increasing student motivation, SPS, and
creativity.

Keywords: mobile laboratory based learning, motivation, science process skills,


creativity.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN MODEL MOBILE LABORATORY BASED LEARNING


(MLBL) BERBATU MODUL TERINTEGRASI AUGMENTED REALITY
(AR) UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI, KETERAMPILAN PROSES
SAINS, DAN KREATIVITAS PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR 1

ARIF RAHMAN ATHTHIBBY


NIM 17703261023

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Disertasi


Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Tanggal: 25 Januari 2022

DEWAN PENGUJI

NAMA Tanda Tangan Tanggal


Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd.
(Ketua /Penguji) ………………… ……………………
Dr. Arif Rohman, M.Si.
(Sekretaris/Penguji) ………………… ……………………
Prof. Dr. Heru Kuswanto, M.Si.
(Promotor 1/Penguji) ………………… ……………………
Prof. Dr. Mundilarto, M.Pd..
(Promotor 2/Penguji) ………………… ……………………
Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si.
(Penguji 2) ………………… ……………………
Prof. Dr. Dwi Sulisworo, M.T.
(Penguji1) ………………… ……………………

Yogyakarta,………………………..
Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Direktur,

Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd.


NIP. 196211111988031001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arif Rahman Aththibby

NIM : 17703261023

Program Studi : Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar doktor di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya dalam disertasi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Metro, Januari 2022


Yang membuat pernyataan,

Arif Rahman Aththibby


NIM. 17703261023

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat, taufik dan hidayah hingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul ―Pengembangan Model Mobile Laboratory Based
Learning (MLBL) Berbantu Modul Terintegrasi Augmented Reality (AR) untuk
Meningkatan Motivasi, Keterampilan Proses Sains, dan Kreativitas pada Mata
Kuliah Fisika Dasar 1.‖. Disertasi ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan dari Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada Prof. Dr. Heru Kuswanto, M.Si. dan Prof. Dr. Mundilarto, M.Pd. selaku
tim promotor dalam penyusunan proposal disertasi ini. Beliau yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan koreksi dengan penuh kesabaran dan
ketelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan seluruh staf, atas segala
pelayanan yang diberikan sehingga memudahkan peneliti dalam
menyelesaikan studi.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dan seluruh staf yang
telah memberikan dukungan terhadap penyelesaian studi.
3. Kaprodi S3 Ilmu Pendidikan yang telah memberikan arahan untuk dapat
menyelesaikan studi tepat waktu.
4. Seluruh teman-teman Program S3 Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta angkatan 2017, khususnya pada kosentrasi pendidikan
fisika yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
5. Orang tuaku tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
6. Istri dan anak ku tercinta yang selalu memberikan doa serta mendukung
proses studi ini.
7. Sahabat dan saudaraku tercinta, yang selalu membantu, memberikan
dukungan dan doa.

Metro, 26 Januari 2022

Arif Rahman Aththibby


NIM.17703261023

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
ABSTRACT....................................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 17
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 19
D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 19
E. Tujuan Pengembangan ...................................................................................... 20
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan .......................................................... 20
G. Manfaat Pengembangan .................................................................................... 22
H. Asumsi Pengembangan ..................................................................................... 23
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 25
A. Kajian Teori ...................................................................................................... 25
1. Hakikat Pendidikan ................................................................................... 25
2. Pendidikan Fisika ...................................................................................... 28
3. Pembelajarannya Fisika di Perguruan Tinggi ........................................... 33
4. Teori Pembelajaran Konstruktivisme ........................................................ 77
5. Mobile Laboratory Based Learning .......................................................... 83
6. Motivasi Belajar Fisika ........................................................................... 104
7. Keterampilan Proses Sains ...................................................................... 110
8. Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran Sains ............................................ 113
9. Fisika Dasar 1 ......................................................................................... 123
B. Kajian Penelitian Relevan ............................................................................... 142
C. Kerangka Pikir ................................................................................................. 146
D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian ............................................................... 152

vii
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 154
A. Model Pengembangan ..................................................................................... 154
B. Prosedur Pengembangan ................................................................................ 156
C. Desain Uji Coba Produk .................................................................................. 161
1. Desain Ujicoba ........................................................................................ 161
2. Subjek Uji Coba ...................................................................................... 162
3. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data.................................................. 162
4. Teknik Analisis Data............................................................................... 170
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ......................................... 177
A. Hasil Pengembangan Produk Awal ................................................................. 177
1. Analisis ................................................................................................... 177
2. Perencanaan ............................................................................................ 183
3. Pengembangan ........................................................................................ 191
4. Implementasi ........................................................................................... 206
5. Evaluasi ................................................................................................... 216
B. Revisi Produk .................................................................................................. 217
C. Kajian Produk Akhir........................................................................................ 221
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 227
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 229
A. Simpulan tentang Produk ................................................................................ 229
B. Saran Pemanfaatan Produk .............................................................................. 230
C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut ..................................... 231
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 232
Lampiran ......................................................................................................................... 254

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fase dan Sub Fase Pembelajaran Berbasis Inquiry ................................. 40


Tabel 2. Perpektif-perspektif tentang Konstruktivisme ........................................ 82
Tabel 3. Sintaks Mobile Laboratory Based Learning .......................................... 88
Tabel 4. Gambaran Model MLBL ...................................................................... 104
Tabel 5. Aspek dan Indikator Motivasi Belajar Fisika ....................................... 109
Tabel 6. Aspek dan Indikator KPS ...................................................................... 112
Tabel 7. Aspek dan Indikator Berpikir Kreatif ................................................... 122
Tabel 8. Matriks Hubungan antar Elemen ......................................................... 158
Tabel 9. Jabaran Aspek yang Dinilai dalam Pengembangan Model ................... 163
Tabel 10. Kisi-Kisi Validasi Buku Model MLBL ............................................ 164
Tabel 11. Kisi-Kisi Validasi RPS ....................................................................... 165
Tabel 12. Kisi-Kisi Validasi Modul Praktikum .................................................. 165
Tabel 13. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar ................................................. 166
Tabel 14. Kisi-Kisi Instrumen KPS ................................................................... 168
Tabel 15. Kisi-Kisi Instrumen Kreativitas .......................................................... 169
Tabel 16. Pedoman Konversi Validitas dan Keterlaksanaan Produk ................. 173
Tabel 17. Penilaian Ahli Isi, Desain, Media Terhadap Model MLBL .............. 195
Tabel 18. Penilaian Kelayakan Modul Praktikum .............................................. 197
Tabel 19. Hasil Validasi Ahli untuk Angket Motivasi ........................................ 198
Tabel 20. Hasil Validasi Empiris Butir Angket Motivasi ................................... 199
Tabel 21. Hasil Reliabilitas Butir Angket Motivasi ........................................... 199
Tabel 22. Hasil Validasi Ahli untuk Lembar Observasi KPS ............................. 200
Tabel 23. Hasil Validasi Empiris Butir Lembar Observasi KPS ........................ 200
Tabel 24. Hasil Reliabilitas Butir Lembar Observasi KPS ................................. 201
Tabel 25. Hasil Validasi Ahli untuk Instrumen Kreativitas ................................ 201
Tabel 26. Hasil Validasi Empiris Butir Instrumen Kreativitas ........................... 202
Tabel 27. Hasil Reliabilitas Butir Instrumen Kreativitas ................................... 202
Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Masing-Masing Faktor...................................... 203
Tabel 29. Hasil Uji-t Motivasi Belajar ................................................................ 204

ix
Tabel 30. Hasil Uji-t Keterampilan Proses Sains ................................................ 204
Tabel 31. Hasil Uji-t Kreativitas ......................................................................... 205
Tabel 32. Perbedaan Aspek Implementasi Masing-Masing Model .................... 206
Tabel 33. Hasil Uji Normalitas Uji Diperluas ..................................................... 207
Tabel 34. Hasil Uji Korelasi Data Multivariat .................................................... 208
Tabel 35. Hasil Uji Box Kesamaan Matriks Kovarian ....................................... 209
Tabel 36. Hasil Uji Lavene Homogenitas Variansi Populasi .............................. 210
Tabel 37. Hasil Uji Variansi Multivariat ............................................................ 210
Tabel 38. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Antar Subjek ...................................... 211
Tabel 39. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan Motivasi ........................... 211
Tabel 40. Ketercapaian Indikator KPS ............................................................... 213
Tabel 41. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan KPS .................................. 213
Tabel 42. Ketercapaian Indikator Kreativitas ..................................................... 214
Tabel 43. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan Kreativitas ........................ 215
Tabel 44. Saran Ahli Terkait Buku Model .......................................................... 218
Tabel 45. Saran Ahli Terkait RPS ....................................................................... 219
Tabel 46. Saran Ahli Terkait Instrumen Penelitian ............................................. 219
Tabel 47. Saran Ahli Terkait Instrumen Penelitian ............................................. 220

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram TPACK ................................................................................. 34


Gambar 2. Ciri Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa ..................................... 35
Gambar 3. Model Struktur Kreativitas Ilmiah ................................................... 118
Gambar 4. Jalur Gerak Peluru ............................................................................. 127
Gambar 5. Diagram Gaya. .................................................................................. 129
Gambar 6. Usaha yang Dialami Benda Saat Gaya Searah Perpindahan ............. 132
Gambar 7. Usaha yang Dialami Benda Saat Gaya Bekerja pada Sudut θ ......... 132
Gambar 8. Gaya Pegas ........................................................................................ 135
Gambar 9. Eksperimental Memperoleh Kelajuan Versus Massa pada Pegas. .... 139
Gambar 10. Gaya yang Bekerja pada Bandul ..................................................... 141
Gambar 11. Model Hipotetik Pengembangan Model MLBL ............................. 151
Gambar 12. Desain Pengembangan Dengan Model ADDIE ............................. 156
Gambar 13. Produk Awal Model MLBL ............................................................ 160
Gambar 14. One Group Pre test and Post Test Design ....................................... 161
Gambar 15. Pretest and Post Test Control Group Design ................................... 162
Gambar 16. Rancangan Produk Model ............................................................... 184
Gambar 17. Regresi Data Multivariat ................................................................. 208
Gambar 18. Tampilan Sampul Modul Praktikum Terintegrasi AR .................... 212
Gambar 19. Hasil Eksperimen dan Pengumpulan Data ...................................... 215
Gambar 20. Contoh Tampilan AR pada Bagian Materi ...................................... 221

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan......................................................................... 255


Lampiran 2. Desain Instrumen ADDIE .............................................................. 262
Lampiran 3. Istrumen Penelitian ......................................................................... 267
Lampiran 4. Instrumen Validasi dan Kelayakan ................................................. 283
Lampiran 5. Perangkat Pembelajaran ................................................................. 330
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Penelitian ....................................................... 339
Lampiran 7. Dokumen Pendukung .................................................................... 374
Lampiran 8. Produk Pengembangan ................................................................... 378

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergeseran orientasi pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat

pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah

terjadi. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berkembang

berdasarkan teori pembelajaran konstruktivistik yang menekankan bahwa

pembelajar wajib membangun pengetahuannya agar dapat belajar secara

efektif (Attard et al., 2010).

Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) juga menyebutkan

bahwa salah satu karakteristik pembelajaran adalah berpusat pada mahasiswa

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Pembelajaran dalam

Program Studi Pendidikan Fisika yang ada di Indonesia juga diharapkan

mampu menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Pasal 19 ayat 1 dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang standar nasional pendidikan, menjelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik. Hal tersebut

memperkuat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

mengenai menjelaskan bahwa lulusan sarjana berada pada jenjang 6

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI terutama pada level

1
6 mewajibkan para peserta didik untuk mampu mengambil keputusan yang

tepat berdasarkan analisis informasi dan data, serta mampu memberikan

petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan

kelompok menuntut mahsiswa untuk menguasai capaian pembelajaran yang

didapat melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi,

dan juga pengalaman kerja.

Berdasarkan KKNI level 6, program studi pendidikan fisika

diharuskan memiliki capaian pembelajaran yang terdiri dari empat aspek,

yaitu sikap, penguasaan pengetahuan, keterampilan khusus, dan keterampilan

umum. Pada aspek sikap, mahasiswa dituntut untuk berkontribusi dalam

peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban berdasarkan Pancasila. Pada aspek keterampilan umum,

mahasiswa dituntut untuk berpikir terbuka, kritis, inovatif, kreatif, dan

percaya diri. Pada aspek pengetahuan, mahasiswa diharapkan mampu

menguasai konsep teoritis dan prinsip-prinsip pokok fisika klasik dan

kuantum (Modern) serta menguasai pengetahuan tentang teknologi yang

berdasarkan fisika dan penerapannya. Pada aspek keterampilan khusus,

mahasiswa harus mampu merumuskan gejala dan masalah fisis melalui

analisis berdasarkan hasil observasi dan eksperimen.

Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Republik Indonesia, tingkat kedalaman dan keluasan materi

pembelajaran untuk tingkat diploma 4 dan sarjana adalah menguasai konsep

teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum dan

2
konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan

tersebut secara mendalam.

Motivasi belajar merupakan bagian penting untuk menghasilkan

kemampuan akademik yang baik bagi mahasiswa (Dermitzaki, Stavroussi,

Vavougios, & Kotsis, 2013). Hal itu dapat diawali dari persepsi dan rasa

tertarik terhadap sains merupakan sikap yang berkaitan dengan cara

memandang sains itu sendiri sehingga membentuk perhatian dan motivasi

untuk lebih berhasil dalam mempelajari sains dan bekerja di bidang sains

(Rahmad et al., 2018). Masalah motivasi dalam pembelajaran fisika sudah

dialami para mahasiswa sejak mereka berada di tingkat Sekolah Menengah

Atas (SMA). Imbas dari kesulitan mereka memahami fisika di tingkat sekolah

menengah atas (SMA) mengakibatkan fisika menjadi lebih sulit lagi bagi

mereka di perguruan tinggi (Guido, 2013). Oleh karena itu, perlu adanya

proses pembelajaran yang lebih menarik hingga mampu memotivasi mereka

dalam mempelajari fisika.

Banyak dari mahasiswa tidak suka belajar fisika karena kerumitan

materi, sehingga perlu suatu inovasi agar pembelajaran fisika lebih mudah

diakses, dimengerti, dan menarik (Korsun, 2017). Hal tersebut menjadikan

aspek motivasi dalam belajar perlu dihadirkan. Hal ini tidak lepas dari

meningkatnya kualitas berpikir serta pembelajaran di perguruan tinggi

dipengaruhi oleh motivasi belajar dari mahasiswa yang tinggi (Sari, 2016).

Kondisi motivasi yang rendah dapat dilihat dari beberapa temuan di

program studi pendidikan fisika Indonesia yang terakreditasi B. Berdasarkan

3
penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2016), pada tingkat mahasiswa, di

STKIP PGRI Pontianak diketahui bahwa motivasi mahasiswa pendidikan

fisika masih tergolong sedang, bahkan hasil riset dari Sari, Nursyahra, dan

Husna (2014) di STKIP PGRI Sumatera Barat juga dimungkinkan masih

terdapat mahasiswa yang memiliki minat dan motivasi belajar terhadap fisika

yang rendah.

Masalah serupa juga dialami pada program studi pendidikan fisika

Universitas Mataram (Gunada, Sahidu, & Sutrio, 2017). Hal senada terjadi di

Gorontalo, rendahnya motivasi belajar mahasiswa fisika menyebabkan

kegiatan belajar menjadi kurang optimal (Abdjul, 2013). Hasil riset di

Universitas Muhammadiyah Mataram juga menunjukkan rendahnya motivasi

menyebabkan kemampuan dan kemauan mereka untuk mamahami konsep

menjadi kurang( Islahudin, & Ramdhan, 2018). Hal tersebut mengindikasikan

kurangnya motivasi belajar mahasiswa dalam mempelajari fisika.

Bagi mahasiswa pendidikan fisika tingkat sarjana, penting untuk

menguasai Keterampilan Proses Sains (KPS). Hal ini terkait dengan tujuan

dari pendidikan fisika yaitu untuk mengembangkan keterampilan mahasiswa

dalam penyelidikan yang didukung oleh pengetahuan ilmiah dan pendekatan

ilmiah (Shahali, Halim, Treagust, Won, & Chandrasegaran, 2015; Subali,

Paidi, & Mariyam, 2017; Darmaji, Kurniawan, Parasdila, & Irdianti, 2018).

Namun, di program studi pendidikan fisika dengan akreditasi B, KPS masih

menjadi salah satu masalah yang perlu dicari solusinya.

4
Hasil riset di program studi pendidikan fisika UIN Raden Intan

menunjukkan bahwa beberapa indikator KPS seperti kemampuan

mengelompokkan/mengklasifikasi, melakukan komunikasi, mengajukan

pertanyaan serta mengajukan hipotesis masih tergolong rendah (Lestari &

Diana, 2018). Program studi pendidikan fisika STKIP Nurul Huda juga

mengalami masalah terkait KPS, hal itu disebabkan karena rendahnya

kemandirian mahasiswa dalam kegiatan praktikum yang selama ini dilakukan

(Rohman & Lusiyana, 2017).

Hasil riset lainnya menunjukkan bahwa mahasiswa angkatan 2017 di

Universitas Lambung Mangkurat memiliki persentase indikator keterampilan

proses sains sebesar 64% tidak terampil merumuskan masalah, 60% tidak

terampil merumuskan hipotesis, 100% tidak terampil mengidentifikasi

variabel dan mendefinisikan operasional variabel, 100% tidak terampil

menganalisis data, dan 64% kurang terampil menarik kesimpulan dari 53

mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh langkah-langkah yang disajikan dalam

petunjuk praktikum kurang melatih mahasiswa melakukan proses ilmiah,

menganalisis dan menemukan suatu konsep. Petunjuk praktikum yang

digunakan mahasiswa dari tahun ke tahun juga kurang pembaharuan (Misbah,

Wati, Rif‘at, & Prastika, 2018). Hal tersebut menunjukkan kemampuan KPS

mahasiswa terkategori masih rendah.

Kreativitas juga merupakan bagian penting bagi mahasiswa

pendidikan fisika, namun rendahnya kreativitas juga menjadi tantangan bagi

dunia pendidikan. Faktor yang diduga mempengaruhi rendahnya kreativitas

5
ilmiah adalah proses pembelajaran fisika di Indonesia yang umumnya lepas

dari mata pelajaran praktik, termasuk pembelajaran fisika yang cenderung

ditekankan pada konsep matematis (Suyidno et al., 2018). Kreativitas juga

menjadi salah satu keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki di era

globalisasi (Hasyim et al., 2020).

Berpikir kreatif sebagai bagian dari kreativitas merupakan inti dari

pembelajaran abad ke-21 selain kemampuan penyelidikan, eksperimen,

pemecahan masalah, kolaborasi, dan inovasi. Cara untuk melatih kreativitas

dapat melalui proses pengembangan individu, pemikiran kreatif, dan

optimalisasi pengajaran (Ren & Tang, 2008). Kondisi lingkungan belajar

yang kreatif dapat mempengaruhi kemampuan akademik, motivasi,

partisipasi serta kemampuan berpikir para peserta didik (Davies, Snape,

Collier, Digby, Hay, & Howe, 2013).

Kemampuan berpikir kreatif akan secara efektif memfasilitasi

mahasiswa dalam memecahkan tantangan yang terkait dengan peristiwa

dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, kemampuan berpikir kreatif sangat

penting untuk dikembangkan dan dimiliki oleh mahasiswa dalam proses

pembelajaran dan setelah proses pembelajaran. Hal ini dirasakan di program

studi pendidikan fisika dengan akreditasi B seperti di IKIP Mataram

(Herayanti, & Habibi, 2017) dan juga di Universitas Mataram (Sahidu,

Gunawan, Rokhmat, & Rahayu, 2018). Beberapa kendala yang menyebabkan

hal ini antara lain karena perangkat pembelajaran, model dan media yang

digunakan ternyata membatasi kemampuan peserta didik untuk berpikir

6
kreatif (Suranti, Gunawan, & Sahidu, 2017). Selain itu, konten materi yang

diberikan oleh buku teks yang menjadi rujukan masih cenderung bersifat

matematis, banyak formula, banyak mengandung konsep abstrak, berdasarkan

prinsip, dan menyatakan proses dan siklus yang selama ini kurang

mendukung pengembangan pemikiran kreatif (Hakim et al., 2017).

Sebagai upaya untuk memecahkan tantangan yang terkait dengan

peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, mahasiswa masih kurang ditunjang

dengan atmosfer kegiatan berbasis eksperimen/laboratorium. Hal ini terlihat

dari jumlah buku teks pembelajaran fisika yang kurang mengakomodir

kegiatan eksperimen, sehingga sulit untuk dijadikan media dan sarana dalam

membangun pengetahuan mereka (Bancong & Song, 2018).

Fisika akan sulit dipahami jika hanya dipelajari melalui imajinasi.

Sulit membayangkan belajar melakukan sains, atau belajar tentang sains

tanpa melakukan percobaan laboratorium atau kerja lapangan (Musik, 2017).

Oleh karena itu, laboratorium dan kegiatan eksperimen yang menjadi salah

satu karakteristik dalam pembelajaran fisika dapat menjadi alternatif solusi

dalam mengatasi kesenjangan ini. Kegiatan praktikum dapat dilakukan

apabila media pembelajarannya digunakan secara tepat.

Praktikum akan berjalan dengan baik dan lancar jika dilengkapi buku

petunjuk praktikum. Melalui petunjuk praktikum mahasiswa mampu

memecahkan suatu masalah melalui proses penyelidikan. Penyelidikan yang

dilakukan oleh mahasiswa akan melatih keterampilan proses sains dan

mengembangkan sikap mahasiswa meliputi sikap tanggung jawab serta kerja

7
sama. Proses penyelidikan tugas yang dilaksanakan secara berkelompok

harus diselesaikan dengan tujuan mahasiswa mampu memunculkan karakter

atau sikap tanggung jawab dan kerja sama (Misbah, Wati, Rif‘at, & Prastika,

2018).

Kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium yang ada selama ini

kurang optimal, hal ini disebabkan oleh terbatasnya perangkat pembelajaran

dan pendekatan pembelajaran yang digunakan belum menggiring mahasiswa

menuju proses ilmiah seperti yang diharapkan (Ariesta, & Supartono, 2011).

Sebagai upaya untuk menghadirkan kegiatan berbasis laboratorium terdapat

beberapa model yang telah diterapkan. Model paling klasik dari kegiatan

laboratorium adalah model buku resep. Banyak kegiatan laboratorium di

tingkat sarjana saat ini masih menggunakan model ini, biasanya ditandai

dengan mahasiswa menyelesaikan percobaan pada topik yang telah

ditentukan menggunakan petunjuk praktikum yang memandu mereka

mengikuti aturan dalam pengumpulan data, dan analisis. Kegiatan seperti ini

mendapat banyak kritik sebagai menghafal dan tidak otentik untuk proses

esperimen fisika (Wilcox & Lewandowski, 2016).

Kegiatan laboratorium berbasis resep akan memberikan para

mahasiswa semua langkah yang perlu mereka ambil untuk menyelesaikan

praktik, hal ini akan memberi mereka kesempatan untuk fokus pada keahlian

teknis dan analisis. Namun hal itu tidak melibatkan mereka dalam proses

perencanaan dalam kegiatan eksperimen (Parappilly, Siddiqui, Zadnik, &

Shapter, 2013). Pada model kegiatan laboratorium seperti ini, masalah yang

8
dihadapi adalah mahasiswa hadir di laboratorium hanya sekedar untuk

menggugurkan kewajibannya saja, tanpa memperhatikan esensi dan tujuan

bereksperimen yaitu menguji konsep-konsep Fisika Dasar yang telah mereka

dapatkan di mata kuliah Fisika Dasar. Hal ini juga yang menyebabkan

rendahnya motivasi mahasiswa (Samsudin, Suhendi, Efendi, & Suhandi,

2012).

Tempat optimal untuk menerapkan proses pembelajaran fisika yang

baik adalah laboratorium. Di laboratorium tradisional, mahasiswa mengikuti

instruksi buku masak/cookbook lab yang singkat dan sering membingungkan,

dan menghasilkan sedikit pemahaman tentang apa yang mereka lakukan.

Mereka kemudian pulang dengan banyaknya data mentah dalam tabel tulisan

tangan untuk membuat grafik, menarik kesimpulan, dan menjawab

pertanyaan akhir (Winfrey, 2017).

Kekurangan dari implementasi cookbook lab ini perlu diperbaiki.

Untuk memperbaiki pembelajaran agar lebih baik lagi, lembaga pendidikan

harus mempertimbangkan penggunaan laboratorium dengan lebih fleksibel.

Fleksibilitas/keluwesan pembelajaran dalam penggunaan laboratorium,

mungkin dapat memberi siswa pengalaman yang lebih bermakna (DeBuvitz,

2018).

Berangkat dari model laboratorium berbasis cookbook lab atau recipe

book lab, beberapa pihak kemudian mengembangkan model laboratorium

berbasis inkuiri juga dapat menjadi alternatif dalam pelaksanaan kegiatan

praktikum, model ini memasukkan proses desain ke dalam bagian praktikum/

9
eksperimen. Namun kegiatan seperti yang ditunjukkan oleh Parappilly,

Siddiqui, Zadnik, dan Shapter (2013) masih terbatas pada kegiatan dalam

ruangan laboratorium. Model lain dari pembelajaran berbasis laboratorium

adalah model pembelajaran laboratorium berbasis masalah. Model ini juga

masih berfokus pada kegiatan praktikum di dalam ruang laboratorium. Hal itu

terlihat dari sistem penilaian dari model ini yang terdiri atas kegiatan individu

dalam laboratorium, evaluasi diri sendiri dan rekan sejawat, log book,

presentasi, dan laporan grup (Ayuni, Bahri, Ahmad, & Abu, 2012).

Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dan

berbasis masalah, ternyata masih dapat dijumpai laboratorium yang memiliki

keterbatasan peralatan untuk eksperimen fisika yang menyebabkan kegiatan

berbasis laboratorium berjalan kurang optimal. Masalah ini juga harus dicari

solusinya. Peralatan yang tersedia umumnya tidak sebanding dengan jumlah

mahasiswa. Laboratorium dan peralatan pendukungnya memerlukan

dukungan biaya untuk pengelolaan, penyimpanan, perawatan laboratorium,

peralatan dan bahan (Gunawan, Harjono, Sahidu, & Herayanti, 2017).

Penggunaan teknologi mobile dapat menjadi alternatif solusi dari

masalah keterbatasan peralatan dan sumberdaya pembelajaran berbasis

laboratorium yang selama ini ada. Penggunaan teknologi dalam kegiatan

praktikum juga berpotensi untuk dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan

pembelajarannya. Selain itu, sebagai instrumen pengukuran, perangkat mobile

mampu mengintegrasikan sensor pengukuran menjadi all-in-one, yang

memungkinkan untuk melakukan berbagai pengukuran. Aplikasi yang berisi

10
perangkat seluler ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran yang cukup

cepat dan tepat (Oprea, 2017).

Eksperimen yang sederhana bahkan eksperimen yang lebih kompleks

dapat dilakukan dengan perangkat mobile (gawai) untuk menentukan variabel

fisik mendasar. Melalui sensor yang terdapat di gawai, pembelajaran berbasis

eksperimen menjadi lebih mudah dilakukan baik ruang kelas atau di rumah

serta di taman rekreasi (Kuhn & Vogt, 2013). Hasil riset dari Cziprok, Miron,

dan Popescu (2014) juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang melakukan

kegiatan eksperimen yang terintegrasi dengan ponsel dan komputer

mengalami peningkatkan motivasi belajar. Akan tetapi, kondisi penggunaan

gawai sebagai alat ukur dapat lebih optimal jika ada model pembelajaran

yang dapat mengakomodir keunggulan gawai dalam pembelajaran berbasis

laboratorium.

Selain masalah keterbatasan peralatan, beberapa masalah lain juga

perlu diperhatikan terkait kondisi pembelajaran laboratorium saat ini.

Pertama, kegiatan perkuliahan terkadang kegaiatan praktikum tidak sejalan

dengan kegiatan perkuliahan. Kedua, tidak ada interaksi antara dosen kelas

dan laboratorium. Akhirnya, ada perbedaan besar dalam kemampuan

mengajar dan kinerja asisten praktikum yang berbeda. Oleh karena itu,

situasi yang ada saat ini bertentangan dan tidak mendukung pendekatan yang

mampu menumbuhkan kreativitas, minat, peningkatan pemahaman dan sikap

positif (Thomas, Meldrum, & Beamish, 2017). Untuk mengatasi masalah ini,

11
penggunaan media sosial sebagai bagian dari mobile learning dapat menjadi

pilihan dalam memperkuat pembelajaran berbasis laboratorium yang ada.

Data dari kementerian riset dan pendidikan tinggi (2018)

mengungkapkan 25% dari 65 juta penduduk Indonesia telah menggunakan

smartphone tiap harinya. Fakta ini menjadi masalah sekaligus peluang bagi

pendidikan agar mampu menciptakan proses pembelajaran dengan kolaborasi

antara teknologi, budaya, dan pendidikan yaitu media pembelajaran

berbantuan telepon pintar atau dikenal dengan mobile learning.

Penggunaan teknologi mobile dalam kegiatan praktikum juga

berpotensi untuk dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan

pembelajarannya. Potensi yang bisa dioptimalkan dari berbagai sensor yang

sudah banyak terdapat dalam berbagai aplikasi yang dapat diintegrasikan

dengan gawai menjadi potensi unggul pembelajaran fisika di era Revolusi

Industri 4.0. Pembelajaran fisika berbasis pada kegiatan

laboratorium/eksperimen akan lebih menarik jika ditunjang dengan modul

berbasis AR. Melalui modul berbasis AR, fenomena fisis yang disajikan

menjadi dinamis, proses konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih baik.

Bagian selanjutnya adalah proses konfirmasi teori dari realita yang

digambarkan dalam modul melalui kegiatan eksperimen lapangan

menggunakan perangkat mobile akan lebih menegaskan upaya pembentukan

konsep berdasarkan realitas fenomena fisis yang ada.

Mobile learning memungkinkan bagi mahasiswa untuk belajar

dimanapun dan kapanpun. Hasil studi menunjukkan bahwa teknologi mobile

12
mampu mendukung keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

yang kreatif, kolaboratif, kritis, dan komunikatif (Cavus & Uzunboylu.,

2009). Mobile learning merupakan strategi pembelajaran terbaru yang dapat

digunakan sebegai media pembelajaran dalam pendidikan, alat penyampaian

materi, dan mendukung proses pembelajaran (Acedo, 2014: Kumar, 2018,

Sarrab, Elgamel & Aldabbas, 2013).

Salah satu alternatif menghadirkan pembelajaran berbasis

laboratorium yang fleksibel guna mencapai tujuan pembelajaran fisika adalah

dengan mengintegrasikannya dengan perangkat mobile. Melalui model

pembelajaran berbasis laboratorium mobile/mobile laboratory based learning

(MLBL) kelemahan dari aktivitas laboratorium dalam pembelajaran fisika

yang ada selama ini akan dapat diminimalisir.

Pengembangan model Mobile Laboratory Based Learning (MLBL)

sangat mungkin dilakukan, dengan mengadopsi model pembelajaran inkuiri

yang terdiri dari 5 langkah utama, yaitu: (1) orientasi permasalahan, (2)

konseptualisasi, (3) investigasi, (4) menyimpulkan, (5) mendiskusikan

(Pedaste et al., 2015). Adaptasi model inquiri kedalam model MLBL yang

akan dikembangkan tidak lepas dari keterkaitan inquiri dengan teori

konstruktivisme dalam pembelajaran. Hakikat dasar model inkuiri adalah

proses di mana mahasiswa mengembangkan pertanyaan, melakukan

eksperimen, serta menghasilkan kesimpulan, dan mengkomunikasikan

kesimpulan tersebut dalam upaya mengeksplorasi berbagai fenomena dan

13
membangun serta merekonstruksi model berdasarkan hasil yang dicapai oleh

penyelidikan ilmiah (Wang et al., 2015).

Kesesuaian model MLBL dengan tujuan yang harus dicapai dalam

pembelajaran (motivasi, keterampilan proses sains, dan kreativitas

mahasiswa) yaitu model MLBL adalah model pembelajaran yang mampu

membangun pengetahuan dan keterampilan mereka, serta berpusat pada

peserta didik. Sesuai dengan model inquiry, dalam pelaksanaan model MLBL

para mahasiswa dapat akan diberikan masalah atau pertanyaan. Mereka akan

diminta untuk merencanakan bagaimana memecahkan masalah eksperimental

atau untuk menguji hipotesis.

Pada proses MLBL, mahasiswa harus merumuskan prosedur

penyelidikan untuk menemukan sendiri hasil yang belum ditentukan. Hal ini

memungkinkan peserta didik untuk berpikir seperti ilmuwan. Nantinya

mereka akan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan pemahaman

mereka sendiri tentang konsep, prinsip, atau bahkan teori (Sujarittham et al.,

2019). Oleh karena itu, dengan berpusatnya pembelajaran pada mahasiswa,

maka mahasiswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan fakta tersebut, diketahui bahwa permasalahan pada

pembelajaran di mata kuliah Fisika Dasar terletak pada proses serta hasil

pembelajaran. Proses pembelajaran khususnya bagi pembelajaran berbasis

laboratorium masih mengadopsi model cookbook lab yang bersifat monoton

(Shi et al., 2020). Kondisi ini justru mereduksi berbagai potensi dari

14
pembelajaran berbasis laboratorium. Potensi dari pembelajaran berbasis

laboratorium sesungguhnya lebih dari sekadar proses transfer pengetahuan.

Penggunaan media interaktif berbasis komputer seperti pemodelan

video dan gambar yang dianalisis menggunakan perangkat lunak mampu

mengajarkan konsep fisika yang berkaitan dengan dinamika dan kinematika

(Phommarach, Wattanakasiwich, & Johnston, 2012). Perangkat yang

potensial untuk menunjang laboratorium mobile adalah Tracker. Perangkat

lunak ini memungkinkan para mahasiwa mampu menganalisis konsep fisis

melalui video berdasarkan situasi kehidupan nyata (Hockicko et al., 2015).

Penggunaan perangkat mobile yang mampu menghadirkan penggambaran

konsep berdasarkan fenomena fisis mampu menghasilkan pembelajaran

berbasis eksperimen yang menarik (Susilawati et al., 2020).

Terkait penyajian dan penyampaian materi pembelajaran fisika

berbasis laboratorium penggunaan modul praktikum yang terintegrasi

augmented reality (AR) mampu menjadi solusi. Pengaruh positif dari

penggunaan aplikasi AR yang dikembangkan ditunjang oleh kemampuan AR

yang mampu mengubah gambar statis menjadi gambar dinamis dalam bentuk

animasi (Ugwuanyi et al., 2020). AR juga bisa memperkuat pembelajaran

berbasis laboratorium mobile (Akçayır, Pektas, & Ocak., 2016), dan juga

kemampuannya dalam mendukung kegiatan berbasis inqiury (Chen, et al.

2012). Selain itu, AR memungkinkan untuk menggabungkan konten virtual

dengan dunia nyata dengan baik (Azuma, Billinghurst, & Klinker, 2011).

Namun hal ini masih jarang dilakukan.

15
Model MLBL juga mampu mengkombinasikan kegiatan pembelajaran

berbasis laboratorium dengan penggunaan media sosial. Banyak hal positif

dari penggunaan media sosial dalam pendidikan sebagai sarana evaluasi dan

komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga perlu adanya model

pembelajaran yang mampu mengakomodir keunggulan teknologi mobile yang

berkembang saat ini serta mampu meminimalisir masalah yang telah

diuraikan.

Penggunaan media sosial sebagai bagian dari mobile learning mampu

menghasilkan hal yang positif dalam kegiatan belajar-mengajar (Junco, 2012;

Karvounidis et al., 2014; Mbatha, 2014). Hal ini didasarkan bahwa sejumlah

besar mahasiswa di perguruan tinggi menggunakan media sosial sebagai

media komunikasi resmi (Aydin, 2012; Karvounidis et al, 2014; Mbatha,

2014; Roblyer et al, 2010; Rogers-Estable, 2014).

Kenyataan bahwa banyak mahasiswa memeriksa status media sosial

mereka secara teratur menunjukkan bahwa informasi disampaikan secara

lebih efektif dan diskusi lebih terasa pada jenis media ini. Hal ini didukung

fakta bahwa 33% dari total pengguna media sosial di Indonesia berada di

rentang usia 18- 24 tahun. Pendapat tersebut juga diperkuat dengan penelitian

yang menunjukkan penggunaan media sosial dalam pembelajaran berbasis

laboratorium sangat menarik bagi para mahasiswa dan mampu meningkatkan

motivasi belajar (Junco, 2011; Akgündüz & Akinoglu, 2017). Namun, belum

adanya model pembelajaran yang mengakomodir peran media sosial

16
menyebabkan potensi yang dimiliki oleh media sosial khususnya pada

pembelajaran berbasis laboratorium menjadi kurang optimal.

Pembelajaran konsep dasar sains dalam MLBL juga dapat diperkuat

dengan penggunaan Google Meet. Hal ini tidak lepas dari kemapuan Google

Meet yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan bekerja secara

ilmiah dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran konsep dasar sains dengan

Google Meet dapat menggali dan mengembangkan kreativitas siswa dalam

merancang eksperimen sederhana yang dapat diterapkan di sekolah dasar

(Septantiningtyas et al., 2021).

Disertasi ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang berkaitan

tentang pengembangan model mobile laboratory based learning (MLBL)

berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR. Model MLBL dan seluruh

perangkat pendukungnya merupakan sistem yang mampu mengakomodir

karakter khas fisika agar mahasiswa dapat nyaman belajar dan mendalami

fisika tanpa mengurangi esensi dari fisika itu sendiri. Hal ini dimaksudkan

untuk mengatasi tantangan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa

masalah yang perlu untuk diselesaikan yaitu:

1. Motivasi merupakan bagian penting untuk menghasilkan kemampuan

akademik yang baik bagi mahasiswa. Tetapi kondisi saat ini

memperlihatkan kurangnya motivasi mahasiswa dalam mempelajari

17
fisika. Kegiatan berbasis laboratorium yang ada seharusnya mampu

menghadirkan motivasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Keterampilan proses sains merupakan bekal untuk memahami fisika.

Namun, keterampilan proses sains di beberapa perguruan tinggi saat ini

masih rendah. Oleh karena itu, peran dari laboratorium sangat dibutuhkan.

3. Kreativitas akan secara efektif memfasilitasi mahasiswa dalam

memecahkan tantangan yang terkait dengan peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari, akan tetapi kondisi penunjang kegiatan pembelajaran yang

ada sulit untuk dijadikan media dan sarana dalam menumbuhkan

kreativitas mahasiswa.

4. Laboratorium dan kegiatan eksperimen menjadi salah satu karakteristik

dalam pembelajaran fisika. Namun model buku resep yang selama ini

banyak diadopsi kurang otentik untuk proses eksperimen fisika. Hal ini

berdampak pada rendahnya Motivasi, KPS, kreativitas dalam mempelajari

fisika.

5. Petunjuk praktikum menjadi bagian yang penting dalam kegiatan

ekperimen. Namun bagian yang disajikan dalam petunjuk praktikum

kurang memfasilitasi proses ilmiah, menganalisis dan menemukan suatu

konsep. Perlu ada pembaharuan dalam bentuk modul yang terintegrasi

AR, sehingga mampu menghadirkan gambaran teori yang lebih baik dan

kegiatan praktikum yang lebih aktif.

6. Penggunaan perangkat mobile (gawai) sebagai pengganti alat ukur dalam

kegaitan laboratorium mulai marak, begitu juga dengan pemanfaatan

18
media sosial dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran fisika

yang belum optimal. Namun belum ada model pembelajaran yang

mengintegrasikan perangkat mobile (gawai) sebagai alat ukur dan

penggunaan sosial media sebagai bagian dari pembelajaran mobile

khususnya pada kegaiatan pembelajaran berbasis laboratorium.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi dan

difokuskan pada pengembangan model mobile laboratory based learning

(MLBL). Model MLBL dikembangkan untuk meningkatkan motivasi,

keterampilan proses sains (KPS), dan kreativitas mahasiswa dengan

mengoptimalkan potensi penggunaan gawai yang biasa digunakan oleh

mahasiswa ke dalam bagian model dan perangkat penunjang pembelajaran

berbasis laboratorium/praktikum. Bagian model yang dikembangkan terdiri atas

sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, dan dampak terhadap pembelajaran.

Sedangkan perangkat yang dikembangkan adalah rencana pembelajaran

semester (RPS), dan modul pembelajaran yang terintegrasi dengan Augmented

Reality (AR) berbasis picture marker.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,

maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana prototype model mobile laboratory based learning

berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang dikembangkan

dalam meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa?

19
2. Bagaimana kelayakan model mobile laboratory based learning

berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang dikembangkan

untuk meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa ?

3. Berapakah sumbangan (keefektifan) model mobile laboratory based

learning berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang

dikembangkan dalam meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas

mahasiswa?

E. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,

maka tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan:

1. Prototype model mobile laboratory based learning berbantuan modul

yang terintegrasi dengan AR yang sesuai dengan karakter model

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas

mahasiswa.

2. Model mobile laboratory based learning berbantuan modul yang

terintegrasi dengan AR yang layak menurut para ahli untuk meningkatkan

motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa.

3. Model mobile laboratory based learning berbantuan modul yang

terintegrasi dengan AR yang efektif dalam meningkatkan KPS, motivasi,

dan kreativitas mahasiswa.

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk utama dari penelitian ini adalah Model mobile laboratory based

learning (MLBL) berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR. Implementasi

20
MLBL dapat membantu motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa agar lebih

baik. MLBL merupakan model kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium

yang ditopang oleh penggunaan perangkat mobile baik dalam kegiatan

pengambilan data (sebagai alat ukur), maupun penunjang aktivitas komunikasi

selama proses berlangsung.

Bentuk MLBL dapat terlihat dari luaran berupa rencana pembelajaran

semester (RPS), buku model, modul praktikum yang terintegrasi dengan AR,

dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Buku model MLBL berisi mengenai penjelasan pengembangan model

MLBL meliputi teori yang melandasi, sintaks, sistem sosial, sistem

pendukung, dampak instruksional & dampak pengiring serta pengelolaan

lingkungan belajarnya.

2. Aplikasi AR yang dikembangkan dalam mendukung model MLBL dapat

dioperasikan dengan spesifikasi minimal gawai yaitu RAM 4 GB,

kamera 16 MP, Sistem Operasi Android 5.0, dan Prosesor Dual-core 1,8

GHz.

3. Model yang dikembangkan mampu mengkombinasikan potensi-potensi

pembelajaran mobile dengan beragam platform seperti Tracker, aplikasi

AR, Whatsapp, serta Google Meet.

4. Rencana pembelajaran semester mengacu pada kurikulum perguruan

tinggi yang sesuai dengan KKNI level 6, serta capaian pembelajaran

yang telah ditetapkan oleh Physics Society of Indonesia (PSI).

21
G. Manfaat Pengembangan

Hasil dari pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara

teoritis dan praktis

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya model laboratorium fisika

yang dapat meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai landasan teoritik tentang

penelitian dan pengembangan terutama dalam pengembangnan kegiatan

praktikum yang mengambil inti sisi teknologi, pedagogi yang juga

memiliki konten fisika yang kuat.

2. Secara Praktis

a. Bagi mahasiswa

Penelitian dan pengembangan ini dapat mendorong mahasiswa belajar

secara aktif, menumbuhkan rasa ingin tahu, memiliki motivasi belajar

yang tinggi serta memiliki KPS, dan berpikir kreatif yang lebih baik.

b. Bagi Dosen

Produk penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat membantu

para dosen yang memiliki mata kuliah yang terintegrasi dengan kegiatan

praktikum untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih

dinamis.

c. Bagi Lembaga

Produk penelitian dan pengembangan ini diharapkan dijadikan sebagai

acuan oleh lembaga dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran

22
yang terkait dengan mata kuliah yang memiliki kegiatan praktikum di

dalamnya.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti serta dijadikan landasan dalam melaksanakan

penelitian berikutnya khususnya berkaitan dengan penelitian sejenis.

H. Asumsi Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan model mobile laboratory based learning

ditunjang modul terintegrasi Augmented Reality (AR) untuk meningkatkan

motivasi, keterampilan proses sains, dan kreativitas pada mata kuliah fisika

dasar 1 adalah sebagai berikut:

1. Model yang dikembangkan mampu mengkombinasikan potensi

perangkat gawai dari para pengguna dengan optimasi penggunaan

perangkat lunak Tracker sebagai basis alat pengumpul dan analisa data,

sosial media sebagai sarana pembimbingan kegiatan praktikum serta

Google Meet sebagai sarana diskusi akhir. Model MLBL yang

dikembangkan diasumsikan dapat menjadi alternatif kegiatan praktikum

di masa pandemi Covid 19.

2. Dosen, asisten praktikum dan mahasiswa mampu mengaplikasikan

perangkat mobile sebagai alat bantu kegiatan laboratorium.

3. Dosen, asisten praktikum dan mahasiswa sebagai pengguna dari model

MLBL memiliki perangkat gawai dengan platform android Marshmallow

23
6.0, sehingga Augmented Reality (AR) berbasis image marker dapat

digunakan.

4. Model Mobile Laboratory Based Learning (MLBL) ditunjang modul

terintegrasi Augmented Reality (AR) yang dihasilkan adalah model

pembelajaran yang mampu menghasilkan kegiatan pembelajaran fisika

yang efektif dan efisien.

24
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses yang pasti dialami oleh setiap manusia

sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan adalah usaha dari manusia yang

telah sadar akan kemanusiaanya dalam membimbing, melatih, mengajar,

dan menanamkan nilai dan dasar dari pandangan hidup kepada generasi

selanjutnya, agar dapat menjadi manusia yang dapat bertanggung jawab

akan tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan kodratnya (Jalaludin

& Idi, 2014). Pendidikan berpengaruh sebagai pendukung untuk

berkembangnya kemampuan jiwa seseorang. Pendidikan akan memperkuat

potensi-potensi berupa bakat dan pengalaman dari seseorang (Anwar,

2015). Oleh karena itu, pendidikan secara umum adalah usaha untuk

membentuk manusia yang seutuhnya.

Hakikat pendidikan secara umum terikat dengan dua istilah yaitu

paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie (pedagogi) bermakna

pendidikan, sedangkan paedagogiek (pedagogik) berarti ilmu pendidikan

(Triwiyanto, 2014). Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu yang

menyelidiki, merenungkan tentang perbuatan mendidik (Ngalim, 2009).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam mempelajari dan memahami

25
hakikat pendidikan kita bisa meninjau aspek pendidikan itu sendiri atau

dari sisi keilmuannya.

Saat ini pendidikan mengalami penyempitan makna sebagai proses

pengajaran yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal

(Mudyahardjo, 2008). Kegiatan pendidikan ada yang dilaksanakan sebagai

sebuah kegiatan yang lepas dari lembaga formal dan ada pula yang terikat

dengan lembaga pendidikan formal (Triwiyanto, 2014). Selain itu,

kegiatan pendidikan merupakan upaya untuk menjebatani antara kondisi-

kondisi aktual dan kondisi-kondisi ideal (Mudyahardjo, 2008). Secara

umum pendidikan mencakup seluruh proses dan interaksi sosial yang

membawa individu dalam kehidupan budaya. Keluarga, lingkungan,

komunitas, media, tempat ibadah, dan semua aspek yang mempengaruhi

individu merupakan bagian yang berperan dalam pendidikan (Gutek,

1974). Sehingga, pendidikan seharusnya tidak dibatasi pada lembaga

pendidikan resmi saja melainkan pada setiap pengalaman yang dialami di

lingkungannya.

Selain pergeseran makna pendidikan ke lingkup yang lebih sempit,

pendidikan juga sering disamakan dengan pengajaran. Padahal keduanya

memiliki perbedaan. Pendidikan atau mendidik memerlukan kemampuan

untuk mengenal aspek-aspek kepribadian, seperti sikap, budi pekerti,

mental, kesadaran sosial, dan sebagainya. Sedangkan pengajaran atau

mengajar adalah memberikan ilmu tertentu kepada anak didik (Anwar,

2015). Proses mendidik lebih baik dan ideal, sedangkan mengajarkan suatu

26
ilmu hanya bersifat mengajar. Oleh karena itu jelas bahwa pendidikan dan

perbedaan adalah dua hal terkait namun berbeda.

Pendidikan memiliki tiga fungsi. Fungsi yang pertama adalah sarana

untuk mengembangkan wawasan peserta didik mengenai dirinya dan

lingkungannya, sehingga mengakibatkan timbulnya kemampuan

menganalisis, mengembangkan kreativitas, dan produktivitas. Fungsi

kedua adalah pendidikan sebagai alat untuk melestarikan nilai-nilai insani

yang dapat menuntun hidupnya, sehingga keberadaannya baik secara

individu maupun sosial menjadi lebih bermakna. Fungsi ketiga adalah

pendidikan berfungsi untuk membangun pengetahuan dan keterampilan

yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan individu maupun

sosial (Achmadi, 2010).

Secara sederhana ada dua faktor yang mempengaruhi hasil dari proses

pendidikan. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam individu

yang terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor kedua adalah faktor dari

luar individu, yaitu lingkungan alam, sosial, ekonomi, sarana dan

prasarana (Triwiyanto, 2014). Pendidikan juga merupakan instrumen yang

membantu dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi diri

peserta didik (Gutek, 1974).

Pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang

dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri yang

berfungsi sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikan bangsa

tersebut (Anwar, 2015). Dewantara (2013) menjelaskan bahwa tujuan

27
pendidikan bersifat tidak tetap, akan senantiasa berubah, bergantung pada

perkembangan masyarakat dan zaman. Selain itu, para pakar akan

memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan pendidikan. Hal ini

bergantung pada kondisi diri, pengalaman, dan keadaan di masing-masing

negara. Meskipun demikian, secara umum pendidikan menurutnya

memiliki tujuan yang sifatnya umum yaitu untuk memperbaiki kehidupan

lahir dan batin.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan adalah usaha manusia untuk mendapat pengalaman terprogram

dan bertujuan untuk mengoptimalisasi kemampuan-kemampuan manusia.

Selain itu, yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa pendidikan berbeda

dengan pengajaran, karena pendidikan bukan hanya sebatas transfer

pengetahuan, namun juga ada kemampuan memperhatikan mental dan

spiritual peserta didik.

2. Pendidikan Fisika
Pendidikan sains secara umum dan fisika khususnya memiliki karakter

yang khas dan berbeda dengan bidang ilmu lainnya. Tujuan dari sains

termasuk fisika di dalamnya adalah untuk mengamati, memahami,

menghayati, dan memanfaatkan fenomena alam yang melibatkan zat atau

materi dan energi (Mundilarto, 2010). Komunitas sains saat ini perlu

mengubah pendidikan sains agar efektif dan relevan sesuai dengan

zamannya (Wieman & Perkins, 2005). Oleh karena itu, perlu adanya

28
adptasi kondisi mendidik dan mengajar fisika sesuai dengan karakter khas

fisika.

Fisika adalah salah satu ilmu tertua yang ada. Melalui fisika,

seseorang dapat memahami tentang alam semesta dan bagian-bagiannya

yang saling terkait (Homer & Bowen-Jones, 2014). Fisika memberikan

pemahaman kita tentang proses fundamental di alam (Young & Freedman,

2002; Rex & Wolfson, 2010). Fisika merupakan ilmu yang didasarkan dari

kegiatan eksperimen (Serway & Jewett, 2004). Berdasarkan pendapat

tersebut dapat disimpulkan tujuan dari fisika adalah memahami berbagai

gejala dan keterkaitan antar proses alam serta gejala/fenomena yang

didasari kegiatan eksperimen.

Para ahli melihat isi fisika sebagai struktur koheren dari konsep-

konsep umum yang menggambarkan alam dan ditetapkan melalui

eksperimen, dan mereka menggunakan pendekatan pemecahan masalah

berbasis konsep yang sistematis yang dapat diterapkan pada berbagai

situasi (Wieman & Perkins, 2005). Fisika bersifat kuantitatif, jadi penting

untuk mengetahui besaran fisika apa yang diukur dan bagaimana cara

mengukurnya kembali. Teori fisika menghubungkan kuantitas terukur

yang berbeda dan memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang

alam tujuan akhir fisika (Rex & Wolfson, 2010). Sehingga, penting untuk

menanamkan konsep dan menghadirkan fisika secara nyata dalam

mempelajari fisika.

29
Aktivitas dalam pendidikan dan pembelajaran fisika saat ini

mengalami tantangan yang berat. Hal ini dikarenakan ketidaktertarikan

masyarakat pada fisika. Alasan ketidak tertarikan pada fisika ini bisa

bermacam-macam. Pertama-tama, masyarakat umum, bahkan masyarakat

yang berpendidikan ilmiah, tidak lagi menganggap fisika sebagai disiplin

vital yang membuat penemuan-penemuan inovatif. Industri juga didorong

oleh persaingan global, dan pemerintah yang terinspirasi oleh perubahan

situasi politik global dan keadaan industri minyak yang lebih stabil telah

melakukan pemotongan besar dalam program penelitian dasar di mana

fisika memainkan peran penting (Esquembre, 2002). Oleh karena itu

hambatan dalam pendidikan fisika sejauh ini tidak hanya disebabkan dari

individu peserta didik, namun juga kondisi lingkungan sekitar.

Kegiatan dalam pendidikan fisika tidak hanya mengarahkan para

mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan secara statis terkait materi

saja, tetapi seharusnya juga ada proses dinamis seperti melakukan

penyelidikan (Goldstone & Downey, 2013). Feynman, seorang fisikawan

peraih nobel menyatakan bahwa seseorang tidak tahu apa-apa sampai

seseorang itu berlatih untuk melakukannya (Serway & Jewett, 2004). Bagi

peserta didik, proses mengkonstruk pengetahuan dalam pembelajaran

fisika merupakan hal yang penting. Peserta didik hanya akan benar-benar

mengerti dan memiliki kompetensi di bidang fisika bila peserta didik aktif

dalam belajar, mengolah, mencerna dan merumuskan apa yang dia pelajari

sendiri (Suparno, 2013). Berdasarkan pendapat para ahli, untuk memahami

30
fisika, peserta didik perlu untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,

tujuannya adalah mengkonstruk pengetahuan yang dimilikinya.

Kabil (2015) menyatakan bahwa proses pendidikan dan pembelajaran

fisika tidak boleh hanya memberikan peserta didik pengetahuan kumulatif

atau gudang informasi. Pertama-tama harus disorot oleh para pendidik,

bahwa fisika adalah kegiatan nyata para ilmuwan dalam komunitas ilmiah.

Fisika tidak dapat direduksi hanya dengan formalisme matematika, dan

setiap simbol yang digunakan dalam formula mewakili konsep fisik dan

memiliki makna tertentu.

Para peserta didik perlu mempelajari konsep-konsep fisik terpisah dari

kemunculannya dalam formulasi matematika murni. Harus diakui, bahwa

konsep-konsep fisika memiliki hubungan erat dengan matematika tetapi di

sisi lain menantang gagasan bahwa pengajaran konsep fisik hanya

mungkin melalui manipulasi matematika murni. Oleh karena itu

pendidikan fisika harus mampu meningkatkan pemahaman konseptual

peserta didik tentang istilah-istilah fisik. Tidak hanya memberikan teori

fisika kepada peserta didik, instruktur juga harus fokus pada logika

penemuan ilmiah, dengan kata lain, pada cara sains bekerja.

Chiapetta dan Koballa (2010) menyatakan pembelajaran secara

berkelompok dalam sains tidak bisa disepelekan. Kegiatan pembelajaran

berkelompok, baik di kelas maupun di laboratorium dapat membantu

peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajarnya yang berpengaruh

terhadap motivasi belajar yang lebih baik. Dari pendapat para ahli

31
diketahui bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi aktif terdiri atas

manusia, materi, fasilitas, perlengkapan serta prosedur yang dapat

mempengarugi tercapainya tujuan pembelajaran.

Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi di segala bidang (Daryanto & Karim, 2017).

Pembelajaran fisika juga tidak bisa dilepaskan dari hal ini. Teknologi

mobile juga telah mengubah kehidupan setiap orang dan cara orang belajar

juga. Para pengajar di bidang fisika juga diharapkan tidak buta terhadap

teknologi informasi. Para pengajar fisika diharapkan mampu

merencanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi mobile

(Suparno, 2013). Hal itu tidak lepas dari teknologi mobile yang telah

diakui sebagai salah satu inovasi paling penting yang mempengaruhi

proses belajar mengajar. Untuk memenuhi pembelajaran mobile "kapan

saja" dan "di mana saja", diperlukan banyak upaya dan kolaborasi (Zhang,

2015).

Para pengajar sains di perguruan tinggi perlu mengubah format dan

keterampilan dasar bagi mahasiswa di tingkat dasar dan menengah. Hal ini

agar dapat membuat pembelajaran tentang sains lebih relevan, lebih

interaktif, lebih seperti pengalaman aktual dalam memahami sains

(Susman, 2015). Kondisi ini tidak lepas dari objektivitas sains selalu

dipertahankan tiga alasan. Pertama, sains dimulai dari data yang dapat

diamati secara publik yang dijelaskan dalam bahasa bebas dari asumsi

teoretis. Kedua, generalisasi teori sains dapat dikonfirmasi atau disangkal

32
dengan perbandingan dengan data eksperimental. Ketiga, teori pilihan

antara bisa jadi rasional, obyektif, dan berdasarkan data tertentu

(Trowbridge & Bybee, 1990).

3. Pembelajarannya Fisika di Perguruan Tinggi


Pembelajaran di Pendidikan Tinggi

Pendidikan Tinggi memiliki peran penting untuk dimainkan dalam

membentuk transisi masyarakat yang diperlukan untuk menyesuaikan diri

dengan Revolusi Industri 4.0. Tetapi Pendidikan Tinggi hari ini dirancang

untuk memenuhi kebutuhan Revolusi Industri masa lalu (Gleason, 2017).

Capaian pembelajaran pendidikan saat ini mengacu pada Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, KKNI merupakan pernyataan

kualitas sumber daya manusia Indonesia yang penjenjangan kualifikasinya

didasarkan pada tingkat kemampuan yang dinyatakan dalam rumusan

capaian pembelajaran (learning outcomes).

Pengajar fisika dalam prosesnya diharapkan dapat membantu

mahasiswa belajar dengan lebih demokratis. Pengajar yang demokratis

dipengaruhi filsafat konstruktivisme yang menekankan bahwa

pengetahuan bukanlah sesuatu yang tinggal dimasukkan ke dalam pikiran

peserta didik, namun suatu proses yang harus digeluti, dipikirkan, dan

dikonstruksi (Suparno, 2013).

Tujuan pendidikan tinggi adalah untuk mempersiapkan lulusan yang

produktif. Institusi pendidikan tinggi perlu menggabungkan interaksi

33
dengan lingkungan sebagai bagian dari budaya belajar (Gleason, 2017).

Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana

tercantum dalam peraturan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi

tahun 2015 tentang standar nasional pendidikan tinggi (SN-DIKTI) pasal

9, ayat (2), diploma empat dan sarjana diharapkan dapat menguasai konsep

teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum dan

konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan

tersebut secara mendalam.

Mishra dan Kohler (2006) mengembangkan kerangka Technological

Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) yang dapat kita ikuti agar

para pengajar lebih mengetahui kombinasi dari komponen tersebut yang

dapat digunakan dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Diagram

TPACK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram TPACK


(Koehler, Mishra, & Yahya, 2007)

Proses membangun pengetahuan dalam pembelajaran fisika di

perguruan tinggi khususnya di program studi pendidikan fisika merupakan

34
hal yang penting. Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa menjadi

prinsip yang utama dalam pembelajaran di perguruan tinggi, sedangkan

prinsip pembelajaran yang lain akan melengkapi. Ciri pembelajaran yang

berpusat pada mahasiswa secara skematik dapat diikuti pada Gambar 2.

Gambar 2. Ciri Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa


(Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016)

Model Pembelajaran fisika di perguruan tinggi

Model Pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola

(blueprint) yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran (Joyce & Weil, 2003;

Eggen & Kauchak, 2012). Model pembelajaran berfungsi untuk

membantu peserta didik memperoleh informasi, gagasan, keterampilan,

nilai-nilai, cara pikir dan pengertian yang diekspresikan para peserta didik

(Daryanto & Karim, 2017). Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka

model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

35
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan untuk

mendukung proses belajar mengajar.

Terdapat beberapa ciri dari model pembelajaran. Pendapat pertama

datang dari Joyce dan weil (2003) yang menyatakan bahwa Secara umum

model pembelajaran terdiri atas 5 bagian penting yaitu sintaks, prinsip

reaksi, sistem sosial, sitem pendukung, dan juga dampak instruksional

serta dampak pengiring. Sementara Eggen dan Kauchak (2012)

menyatakan tiga karakter dari model pembelajaran yaitu tujuan (goal),

adanya fase (phases) serta memiliki dasar (foundations). Kedua pendapat

para ahli tersebut juga didukung oleh 4 ciri-ciri khusus model

pembelajaran yang dikemukakan Kurniasih dan Sani (2015) yang terdiri

atas adanya teori, adanya rangkaian langkah dan strategi, adanya sistem

dan fasilitas penunjang, adanya metode untuk evaluasi .

Berdasarkan pendapat para ahi tersebut, disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah rancangan yang disusun berdasarkan prinsip dan teori

dan digunakan oleh pengajar dalam merencanakan pembelajaran dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran harus

memiliki beberapa unsur pokok. Unsur yang pertama adalah adanya

landasan pemikiran/teori. Unsur kedua dari model pembelajaran adalah

adanya tujuan. Unsur ketiga yaitu adanya langkah-langkah pelaksanaan.

Serta unsur keempat terkait sistem sosial dan pendukung.

Model dalam pembelajaran fisika (dan sains pada umumnya) adalah

model-model yang diadopsi oleh komunitas ilmuwan sebagai

36
memungkinkan penjelasan otoritatif dari fenomena tertentu; model-model

ini memainkan peran yang kuat, memberikan cara untuk mewakili dan

menyandikan pemahaman dan penjelasan, dan memungkinkan pertanyaan

untuk diajukan dan prediksi harus dibuat.

Kegiatan sains melibatkan beberapa jenis alat: alat fisik (peralatan),

prosedur (keterampilan), dan alat linguistik (konsep, model). Peserta didik

menjadi kompeten dengan alat-alat ini dengan berpartisipasi dalam

kegiatan menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan dunia fisik. Teori

konstruktivis dan sosial-budaya menyarankan serangkaian kriteria yang

mungkin berlaku jika model akan digunakan pada proses pembelajaran

(Hart, 2008).

Pendekatan inovatif dalam pembelajaran diperlukan untuk

mengaktifkan keterlibatan peserta didik secara mandiri dalam proses

pembelajaran yang berorientasi pada proses pencarian (inquiry) dan

penemuan (discovery).

1) Model Inkuiri

Inkuiri merupakan suatu pendekatan untuk pembelajaran yang

melibatkan proses mengeksplorasi dunia nyata atau material, dan yang

mengarah pada mengajukan pertanyaan, membuat penemuan, dan

menguji dengan teliti penemuan-penemuan itu dalam mencari

pemahaman baru. Inquiry secara ilmiah dapat menuntun peserta didik

untuk mempertanyakan segala sesuatu di sekitar mereka, membuat

hipotesis, dan mengevaluasi hasil mereka serta dampaknya terhadap

37
masyarakat dan pendidikan. Hal ini karena inti dari pengajaran inquiry

adalah mengatur lingkungan belajar untuk memfasilitasi pengajaran

yang berpusat pada siswa dan memberikan panduan yang memadai

untuk memastikan arah dan keberhasilan dalam menemukan konsep

dan prinsip ilmiah (Trowbridge & Bybee, 1990).

Alasan untuk menggunakan inquiry dalam pembelajaran menurut

Soesilo (2014) antara lain karena memungkinkan peserta didik untuk

menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau

prinsip ilmiah. Selanjutnya dengan inquiry, banyak keuntungan seperti

meningkatkan fungsi intelegensi, membantu anak belajar melakukan

penelitian, meningkatkan daya ingat, menghindari proses belajar secara

menghafal, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi,

membuat proses pengajaran menjadi student centered sehingga dapat

membantu pembentukan konsep diri. Alasan penggunaan inkuiri

lainnya adalah pembelajaran yang terlalu kaku dan otoriter perlu

dihindari, agar peserta didik dapat berpikir bebas, serta bekerja dengan

baik karena mereka merasa aman dan mengetahui tujuannya, serta

mewujudkan potensi kreativitasnya karena diperkenankan untuk

melakukannya.

Untuk mahasiswa, prosesnya sering melibatkan penyelidikan

terbuka ke pertanyaan atau masalah, mengharuskan mereka untuk

terlibat dalam penalaran berbasis bukti dan pemecahan masalah kreatif,

serta "penemuan masalah." Untuk pendidik, prosesnya adalah tentang

38
menjadi responsif untuk kebutuhan belajar siswa, dan yang paling

penting, mengetahui kapan dan bagaimana memperkenalkan siswa pada

ide-ide yang akan mendorong mereka maju dalam inkuiri mereka.

Bersama-sama, para pendidik dan peserta didik ikut menulis

pengalaman belajar, menerima tanggung jawab bersama untuk

perencanaan, penilaian untuk pembelajaran dan kemajuan pemahaman

individu serta kelompok dari konten dan ide-ide bermakna pribadi

(Fielding, 2012).

Kelabihan-kelebihan inquiry menurut Anam (2016) adalah

siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakuakn (real life

skills). Selain itu inquiry juga menjadikan tema yang dipelajari tidak

terbatas, bisa bersumber dari mana saja (open ended topic). Inquiry juga

menyebabkan peserta didik lebih aktif serta mampu mengerahkan

seluruh potensi mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Selain itu,

dengan inquiry, peserta didik juga dimungkinkan memiliki kemampuan

berpikir yang lebih baik (Zain & Jumadi, 2018). Peluang peserta didik

melakukan penemuan melalui observasi dan eksperimen yang

dilakukan juga dimungkinkan untuk terjadi. Fase dan sub fase

pembelajaran berbasis inkuiri menurut Pedaste et al. (2015) dijabarkan

pada Tabel 1.

39
Tabel 1. Fase dan Sub Fase Pembelajaran Berbasis Inquiry

Fase umum Definisi Sub-fase Definisi


Proses merangsang
keingintahuan tentang suatu
Orientasi topik dan mengatasi tantangan
belajar melalui pernyataan
masalah
Proses menghasilkan
pertanyaan penelitian
Bertanya
berdasarkan masalah yang
Proses menyatakan pertanyaan
Konseptuali- dinyatakan.
dan / atau hipotesis
sasi
berdasarkan teori. Generasi Proses
menghasilkan hipotesis
Hipotesa
mengenai masalah yang
dinyatakan
Proses pembuatan data yang
sistematis dan terencana
Eksplorasi
berdasarkan pertanyaan
penelitian.
Proses perencanaan eksplorasi
atau eksperimen, Proses merancang dan
Investigasi pengumpulan dan analisis data Percobaan melakukan percobaan untuk
berdasarkan desain menguji hipotesis.
eksperimental atau eksplorasi. Proses membuat makna dari
Interpretasi data yang dikumpulkan dan
data mensintesis pengetahuan
baru.
Proses menggambar
kesimpulan dari data.
Membandingkan kesimpulan
Kesimpulan
yang dibuat berdasarkan data
dengan hipotesis atau
pertanyaan penelitian.
Proses penyajian hasil
penyelidikan fase atau
Proses penyajian temuan fase seluruh siklus penyelidikan
tertentu atau seluruh siklus Komuni- kepada orang lain (teman
penyelidikan dengan kasi sebaya, guru) dan
berkomunikasi dengan orang mengumpulkan umpan balik
Diskusi
lain dan / atau mengendalikan dari mereka. Diskusi dengan
seluruh proses pembelajaran orang lain.
atau fase-fase dengan terlibat Proses menggambarkan,
dalam kegiatan reflektif. mengkritik, mengevaluasi,
Refleksi dan mendiskusikan seluruh
siklus penyelidikan atau fase
tertentu.

40
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa inquiry

merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Tahapan-tahapan inquiry yang terdiri dari orientasi,

konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan, dan diskusi menyebabkan

peserta didik lebih aktif serta mampu mengerahkan seluruh potensi mulai

dari kreativitas hingga imajinasi.

2) Model pembelajaran Discovery

Pembelajaran Discovery adalah proses mental dimana peserta

didik mampu mengasimilasi suatu konsep atau prinsip (Daryanto &

Karim, 2017). Discovery melibatkan perumusan dan pengujian hipotesis,

bukan sekedar membaca dan mendengarkan para pengajar fisika.

Discovery adalah sebuah tipe penalaran induktif karena para peserta didik

bergerak dari mempelajari contoh spesifik ke merumuskan aturan,

konsep, dan prinsip-prinsip umumnya (Schunk, 2012).

Sebagai sebuah model pembelajaran, discovery mempunyai

prinsip yang sama dengan inquiry dan problem solving. Perbedaannya

adalah inquiry lebih pada penyelidikan suatu masalah yang secara ketat

mengikuti metode ilmiah, sedangkan discovery tidak harus penyelidikan

masalah, tetapi dapat berupa penemuan yang biasa, dan dapat juga

memecahkan persoalan yang tidak konkrit. Tekanannya adalah

menemukan sendiri. Tujuan utama dari discovery learning tidak terletak

pada pencarian aplikasi pengetahuan, melainkan suatu upaya untuk

membangun pengetahuan secara induktif dari pengalaman-pengalaman

41
siswa dan pengalaman merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi

dalam proses pembelajaran (Anam, 2016). Inquiry menuntut proses yang

lebih kompleks dan lengkap prosesnya (Suparno, 2013).

Proses Discovery terdiri atas 5 kegiatan. Kegiatan pertama yaitu

mengamati, yaitu peserta didik mengamati gejala atau persoalan yang

dihadapi. Kegiatan kedua yaitu menggolongkan. Peserta didik

mengklasifikasi hal yang ditemukan dalam pengamatan sehingga menjadi

lebih jelas. Kegiatan ketiga adalah memprediksi. Peserta didik diajak

untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi atau mengapa persolaan

itu terjadi. Kegiatan keempat yaitu mengukur dimana peserta didik

melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk memperoleh data

yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan.

Kegiatan kelima adalah Menguraikan atau menjelaskan, yaitu peserta

didik dibantu untuk menjelaskan atau menguraikan dari data pengukuran

yang dilakukan. Kegiatan kelima adalah Menyimpulkan yaitu peserta

didik mengambil kesimpulan dari data yang didapatkannya (Suparno,

2013).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa. model

discovery learning merupakan model yang menekankan peran aktif

peserta didik peserta didik dalam pembelajaran serta peran pengajar

dalam model ini adalah sebagai fasilitator yang bertugas membantu

peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan yang didapat melalui

proses pembelajaran.

42
Pada penelitian ini model dasar yang akan digunakan adalah

model guided inquiry. Model ini dirasa tepat untuk menjadi model yang

kemudian akan diadopsi dalam pembelajaran berbasis mobile laboratory.

Hal ini karena pada model guided inquiry terdapat tahapan-tahapan yang

memiliki konsep yang dapat memperkuat kegiatan pembelajaran

laboratorium yaitu orientasi, konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan

serta mendiskusikan hasil pembelajaran.

b. Laboratorium dalam Pembelajaran Fisika

Sains berhubungan dengan fenomena alam. Fenomena-fenomena ini

tidak dapat dipelajari secara efektif melalui diskusi abstrak atau teoretis

saja, walaupun hal ini mungkin diperlukan pada waktu-waktu tertentu.

Materi sains, peralatan serta bahan demonstrasi dan juga bahan untuk

eksperimen dirancang untuk memahami fenomena alam (Throwbridge &

Bybee, 1990). Fisika sebagai bagian dari sains memerlukan pengamatan

dan pengukuran yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen (Sani,

2016; Sokolowska & Michelini, 2018).

Secara umum kegiatan pembelajaran dalam laboratorium terdiri atas

5 hal pokok (Gunawan et al, 2017) yaitu mengidentifikasi dan tentukan

masalah. Hal pokok selanjutnya adalah pendefinisian tujuan dan sasaran.

Bagian penting berikutnya adalah perencanaan penyelesaian masalah

yang ada. Bagian selanjutnya adalah membuat rencana aksi, dan bagian

kelima adalah solusi pelaksanaan. Lebih rinci, Chen et al (2012)

menjelaskan setidaknya ada tujuh peran pembelajaran di laboratorium

43
dengan integrasi teknologi di dalamnya yaitu menjadikan kegiatan lebih

menyenangkan, wahana untuk mencari informasi, tempat dimana

mahasiswa dapat menanyakan dan memperbaiki pertanyaan tentang

konsep yang dipelajari. Selain itu laboratorium juga menjadi tempat

merencanakan dan merancang kegiatan, tempat melaksanakan praktikum,

memahami data serta berbagi temuan.

Proses penetapan bahan kajian pada pembelajaran di perguruan

tinggi perlu melibatkan kelompok bidang keilmuan/laboratorium yang

ada di program studi. Lingkungan Pembelajaran Laboratorium Fisika

tingkat Sarjana (UPLLES/ Undergraduate Physics Laboratory Learning

Environment Scale) juga memiliki indikator. Indikator yang pertama

yaitu integrasi bahwa kegiatan dan konten laboratorium terintegrasi

dengan kelas-kelas non-laboratorium dan teori. Indikator kedua adalah

adanya komunitas mahasiswa yang saling membantu dan mendukung

satu sama lain dan pembelajaran fisika mereka. Indikator ketiga yaitu

adanya orientasi dimana mahasiswa diminta untuk terlibat dalam

penyelidikan tipe penyelidikan dan berpikir untuk belajar tentang fisika.

Indikator keempat adalah dukungan instruktur. Para mahasiswa didukung

dan didorong oleh instruktur laboratorium untuk terlibat dan

meningkatkan pembelajaran fisika mereka. Indikator kelima adalah

lingkungan material yaitu sumber daya material di laboratorium fisika

memadai untuk melaksanakan tugas yang diperlukan (Thomas, Meldrum,

& Beamish, 2017).

75
Ada tujuh tahapan dalam pembelajaran berbasis laboratorium.

Tahapan yang pertama elicit (Memperoleh) Ketahui apa yang Anda

ketahui. Tahapan kedua explore (Jelajahi) yaitu dengan menentukan

variabel, nyatakan hipotesis, dan rancang percobaan untuk diuji. Tahapan

ketiga explain (Menjelaskan) yaitu kegiatan menjelaskan

percobaan/acara mulai dari pengalaman Anda sebelumnya. Tahapan

keempat elaborated (Menguraikan) yaitu kegiatan menerapkan definisi,

penjelasan, dan keterampilan baru untuk situasi yang berbeda. Tahapan

kelima extend (Memperpanjang) dengan mencoba mengasosiasikan

konsep/subyek saat ini dengan kehidupan nyata. Tahapan keenam adalah

exchage (Bertukar) melakukan diskusi tentang hasil kerja yang telah

dilakukan. Tahapan ketujuh evaluate (Evaluasi) dengan Evaluasi

informasi dan pengembangan Anda sendiri (Kanli & Yagbasan, 2008).

Kemampuan matematis dan aktivitas laboratorium berbasis inkuiri

memiliki keterkaitan yang erat. Inquiry dalam pengajaran sains

membutuhkan peningkatan penggunaan keterampilan matematika. Ada

banyak peluang untuk menerapkan keterampilan ini dalam

menyelesaikan masalah yang ada. Masalah-masalah ini disajikan atau

timbul secara normal selama kegiatan di laboratorium. Para peserta didik

akan megalami peningkatan pengalaman di laboratorium. Solusi masalah

laboratorium memerlukan data. Pengumpulan dan analisis data

menyiratkan operasi matematika (Trowbridge & Bybee, 1990).

76
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

laboratorium merupakan bagian penting dalam pembelajaran fisika.

Beberapa bagian penting dari kegiatan pembelajaran berbasis

laboratorium adalah adanya integrasi antara kelas asins dan materi

praktikum, terbentuknya kelompok praktikum, mahasiswa diminta aktif

dalam kegiatan praktikum, adanya dukungan instruktur serta ketersediaan

sarana dan prasarana yang memadai.

4. Teori Pembelajaran Konstruktivisme


Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

individu dengan lingkungannya untuk memenuhi kehidupan hidupnya.

Belajar menurut Schunk (2012) adalah proses memperoleh pengetahuan

dan juga perubahan kemampuan yang diperoleh dari hasil latihan. Belajar

juga dapat didefinisikan sebagai proses mencari, memahami, menganalisis

suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku (Iskandar, 2008).

Sehingga penting untuk memahami bahwa belajar tidak hanya berkaitan

dengan hasil, namun juga proses bagaimana hasil dari belajar itu dicapai.

Belajar memiliki beberapa ciri. Hal ini dijelaskan oleh Hergenhahn

dan Olson (2008). Ciri yang pertama adalah adanya kemampuan baru atau

perubahan meliputi kemapuan kognitif, psikomotor maupun afektif. Ciri

yang kedua adalah perubahan yang terjadi bersifat tetap. Ciri yang ketiga

perubahan memerlukan usaha dan interaksi dengan lingkungan. Ciri

keempat perubahan yang terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh

pertumbuhan fisik saja.

77
Pengajaran memiliki pengertian yang mirip dengan pembelajaran,

namun pengajaran memberi kesan hanya memberi kesan aktivitas pada

satu pihak, yaitu usaha dari para pengajar. Pembelajaran mengharuskan

adanya interaksi antara guru dan peserta didik (Siregar & Nara, 2010).

Pembelajaran adalah proses aktif dari peserta didik dalam mengembankan

potensi dirinya. Pembelajaran berarti proses interaksi antara pihak

pengajar dan pihak yang belajar (Danajaya, 2013; Rusman, 2014). Unsur-

unsur dalam pembelajaran terdiri atas manusia, materi, fasilitas,

perlengkapan serta prosedur yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran (Hamalik, 2011).

Salah satu teori yang menjadi rujukan dalam pembelajaran di

perguruan tinggi adalah teori konstruktivisme. Belajar menurut teori

konstruktivisme merupakan proses pembentukan dari si belajar itu

sendiri (Siregar & Nara, 2010). Teori konstruktivisme berangkat dari

pendapat beberapa tokoh, diantaranya adalah Piaget dan Vygotsky.

Piaget (1955) menyatakan bahwa konsep dari suatu objek jauh dari sifat

bawaan yang siap pakai. Suatu konsep dapat dibangun melalui kegiatan

observasi dan ekperimentasi. Melalui kegiatan tersebut konsep akan

dibangun sedikit demi sedikit. Dari pendapat tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pengetahuanbukanlah sesuatu yang sudah siap pakai,

namun merupakan sesuatu yang didapat melalui pengalaman.

Konstruktivisme berasal dari kata to construct yang artinya

membangun atau menyusun (Anwar, 2017). Schunk (2012) menjabarkan

78
tentang perspektif dalam konstruktivisme yang semuanya mengaitkan

antara terbentuknya pengetahuan dan lingkungan sekitar. Hal ini sejalan

dengan pendapat Vygotsky (1978) yang menyatakan bahwa pengetahuan

dibangun melalui interaksi dengan lingkungan. Pengetahuan dalam

pendangan konstruktivisme dibentuk dari pemahaman organisme melalui

proses interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya. Hal

ini tidak lepas dari arti konstruktivisme itu sendiri.

Hal lain yang penting dalam konstruktivisme adalah terkait dengan

proses pembelajaran. Pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran

lebih menekankan proses dari pada hasil pembelajaran. Hal ini berarti

hasil belajar yang merupakan tujuan dari pembelajaran tetap dianggap

penting, namun proses belajar yang melibatkan cara maupun strategi juga

dianggap penting. Pandangan konstruktivisme menganggap bahwa

pengetahuan dibentuk oleh peserta didik sendiri (Karwono, 2010).

Proses aktif ini sangat dipengaruhi interaksi antara peserta didik dan

pendidik, serta interaksi antar peserta didik (Wardoyo, 2013). Peserta

didik harus punya pengalaman dengan membuat hipotesa, memanipulasi

objek, memecahkan persolaan, mencari jawaban, menggambarkan,

meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan

untuk mengkonstruksi pengetahuan yang baru (Suparno, 2013). Oleh

karena itu, belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi

suatu perkembangan berpikir dengan membuat suatu kerangka pengertian

yang baru.

79
Penjelasan konstruktivis tentang pembelajaran dan perkembangan

menonjolkan kontribusi individu terhadap apa yang dipelajari.

Konstruktivisme telah mempengaruhi pemikiran dalam bidang

pendidikan mengenai kurikulum dan pengajaran. Asumsi dari paham ini

adalah sebaiknya para pengajar tidak menyampaikan materi secara

tradisional kepada sejumlah siswa. Aktivitas dalam pembelajaran

konstruktivis meliputi mengamati fenomena-fenomena, mengumpulkan

data-data, merumuskan dan menguji hipotesis dan bekerja sama dengan

orang lain (Schunk, 2012) .Para pengajar seharusnya membangun situasi-

situasi sedemikian rupa sehinga para peserta didik secara aktif terlibat

dengan materi pelajaran melalui pengolahan materi-materi dan interaksi

sosial.

Pada sisi metodologis, paham ini secara jelas menyatakan bahwa

penelitian harus dilakukan di luar laboratorium, yaitu di alam bebas,

secara wajar guna menangkap fenomena apa adanya dari alam dan secara

menyeluruh tanpa campur tangan dan manipulasi dari pengamat atau

peneliti (Salim, 2006). Sehingga, secara metodologis konstruktivisme

menerapkan metode hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai

kebenaran. Metode pertama melalui identifikasi kebenaranatau

konstruksi pendapat orang per orang. Metode kedua adalah dengan

membandingkan dan menyilangkan pendapat orang per orang yang

diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh konsesus

kebenaran yang disepakati bersama.

80
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa sebelum membahas

topik pembelajaran, para pengajar harus mengetahui gagasan-gagasan

yang ada pada peserta didik fisika terkait fenomena yang akan diajarkan.

Melalui proses ini diharapkan pemahaman tentang fakta, prinsip, dan

proses berpikir secara ilmiah dapat lebih mudah untuk diperoleh

(Prasetyo, 2001). Dengan demikian, belajar akan lebih efektif jika

kegiatan yang ada dimulai gagasan yang ada dari masing-masing peserta

didik, kemudian dikembangkan sampai pada gagasan baru hasil

modifikasi.

Para kritikus menganggap bahwa tidak semua teknik pembelajaran

yang berarkar dari konstruktivisme efisien dan efektif bagi para peserta

didik (Suyono & Hariyanto, 2011). Teori konstruktivistik mendapat

kririk dari para para behavioris dan maturasionis. Para behavioris

mengkritik tentang dilema antara belajar yang dibimbing dan tanpa

bimbingan. Sedangkan para maturasionis berpendapat bahwa

perkembangan peserta didik sesungguhnya dapat terjadi tanpa bantuan

dari pembimbing dalam suatu lingkungan yang permisif (Suyono &

Hariyanto, 2011).

Terkait dengan dampak konstruktivisme dalam proses

pembelajaran, ada hal yang perlu dicermati. Hal itu adalah para peserta

didik biasanya sudah membawa konsep-konsep fisika sebelum mereka

mengikuti kegiatan pembelajaran formal. Misal mereka sudah membawa

konsep gerak, gaya, listrik, magnet. Terkadang konsep tersebut tidak

81
tepat dan tidak sesuai dengan pengertian para ahli fisika. Pengertian dan

konsep awal itulah yang perlu diluruskan (Suparno, 2013). Perpektif

konstruktivisme lebih lanjut dijabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perpektif-Perspektif tentang Konstruktivisme.

Perspektif Dasar Pikiran


Eksogenus Penguasaan pengetahuan merepresentasikan sebuah
konstruksi ulang dari dunia luar. Dunia mempengaruhi
keyakinan-keyakinan melalui pengalaman dan pengamatan
terhadap model-model, dan pengajaran. Pengetahuan
dipandang akurat jika mencerminkan realitas eksternal.
Endogenous Pengetahuan diperoleh dari pengetahuan yang telah
dipelajarisebelumnya, tidak secara langsung dari interaksi-
interaksi lingkungan. Pengetahuan bukanlah sebuah
cermin dari dunia luar; pengetahuan itu berkembang
melalui abstraksi kognitif.
Dialektikal Pengetahuan diperoleh dari interaksi-interaksi antara
orang-orang dari lingkungan mereka. Konstruksi-
konstruksi atau interpretasitidak selalu terikat dengan
dunia luar ataupun keseluruhan kegiatan pikiran.
Pengetahuan mencerminkan hasil-hasil dari kontradiksi
mental yang timbul dari interaksi seseorang dengan
lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

konstruktivisme adalah teori yang memandang bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari konstruksi kognitif masing-masing peserta didik

yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Pada proses konstruksi,

peserta didik diharuskan memiliki dasar pembuatan hipotesis, serta

kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan dan menjawab persoalan

yang ada, merenungkan untuk kemudian mengekspresikan ide atau

gagasan sehingga didapatkan konstruksi yang baru.

Terkait dengan model pembelajaran yang akan dikembangkan, maka

teori konstruktivisme yang humanis perlu dikedepankan. Hal ini

82
dikarenakan keunggulan dari teori konstruktivisme yang memungkinkan

peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri. Namun, teori ini

tidak lepas dari kritik dan potensi kelemahan yang ada. Oleh karena itu

aspek humanis yang merupakan bagian yang ekletik dirasa mampu

menutupi kelemahan dari teori konstruktivisme yang dianut.

5. Mobile Laboratory Based Learning

a. Teori yang Melandasi

Teori yang diacu dalam model MLBL adalah teori

konstruktivisme yang memandang bahwa peserta didik belajar dengan

cara membangun sendiri pengetahuannya melalui proses asimilasi,

akomomodasi serta konsep seperti diungkapkan oleh Piaget. Peserta

didik memiliki potensi belajar dengan cara melakukan sendiri (learning

by doing) (Thobroni, 2016). Hal ini sejalan dengan filsafat pragmatisme

yang beranggapan bahwa individu belajar melalui pengalaman langung

(eksperimental) (Knight, 2007). Konstruktivisme juga menekankan

pentingnya bahwa belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan.

Secara praksis, konstruktivisme memiliki beberapa kelemahan,

kelemahan pertama adalah sulit mengubah keyakinan para pengajar yang

sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional.

Kelemahan kedua adalah para pengajar yang menganut konstruktivis

dituntut lebih kreatif dalam merencakan pelajaran dan memilih atau

menggunakan media. Kelemahan ketiga adalah lingkungan pembelajaran

83
mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan

mengajar yang baru (Riyanto, 2010).

Setiap perspektif teoretis konstruktivisme menawarkan manfaat

bagi model yang akan dikembangkan, tetapi perspektif harus diambil ke

dalam konteks tergantung pada situasi, tujuan kinerja, dan peserta didik.

Karena konteks di mana pembelajaran berlangsung bisa dinamis dan

multidimensi, dan juga karena teori konstruktivisme memiliki beberapa

kelamahan, beberapa masukan dari teori belajar lain dan mungkin yang

lain harus dipertimbangkan dan dimasukkan ke dalam proses desain

pembelajaran untuk memberikan pembelajaran yang optimal (McLeod,

2003).

Berdasarkan analisis terhadap teori belajar yang ada, maka

konstruktivisme dapat dijadikan sebagai landasan dalam implementasi

MLBL. Hal ini tidak lepas dari dasar konstruktivisme yang lebih

mengedepankan proses pembangunan pengetahuan dari peserta didik

melalui sesuatu yang dialami oleh peserta didik itu sendiri. Namun

demikian dalam proses itu, perlu bimbingan dari para dosen/instruktur

dalam membangun pengetahuan itu.

b. Tujuan

Para pendidik termasuk dosen adalah motivator yang dapat

mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Untuk

memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, dosen

sebagai pemimpin melakukan dua usaha utama yaitu memperkokoh

84
motivasi peserta didik dan memilih strategi mengajar yang tepat

(Daryanto & Karim, 2017).

Pada proses pembelajaran fisika dilakukan melalui kerja praktek

olah pikir (minds-on) dan olah tangan (hands-on) sama-sama akan

dilakukan dan dikuasai oleh pembelajar fisika (Prasetyo, 2001). Oleh

karena itu, laboratorium memiliki peran yang sangat penting dalam

pembelajaran Fisika.

Aktivitas laboratorium menjadikan fisika belajar lebih menarik dan

menyenangkan (Gunawan et al., 2017). Melalui laboratorium, mahasiswa

dapat dilatih dan dilengkapi dengan beberapa keterampilan seperti

mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan,

menafsirkan data, dan membuat kesimpulan.

Sebagian besar pendidik setuju bahwa aktivitas laboratorium

merupakan komponen penting dalam pembelajaran sains. Salah satu

tujuan dari pembelajaran fisika dan sains berbasis laboratorium adalah

mengajarkan pendekatan penelitian dan observasi, mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah, dan membantu mahasiswa

mengembangkan sikap positif (Hanif, Sneddon, Al-Ahmadi, & Reid,

2009). Pendapat tersebut sesuai dengan tujan sains dan teknologi yaitu

agar mahasiswa mampu menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan

masalah, membuat keputusan. Selain itu, mahasiwa juga diharapkan

mampu memahami sifat sains dan teknologi. Penggunaan sains dan

teknologi juga membuat mahasiswa mampu menganalisis secara kritis

85
pengetahuan ilmiah dan perannya bagi masyarakat (Özkal, Tekkaya,

Sungur, Çakıroğlu, & Çakıroğlu., 2010). Aktivitas laboratorium

bukanlah sesuatu yang terpaku pada kegiatan yang terbatas pada ruang

dan waktu tertentu. Aktivitas laboratorium juga dapat berupa kegiatan

lapangan/outdoor learning. Dengan tidak adanya batasan ruang dan

waktu dalam kegiatan laboratorium, maka kemampuan dan pemahaman

peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran fisika juga dapat

meningkat.

Laboratorium sains dapat dijadikan sebagai alat untuk membawa

pertanyaan kepada mahasiswa. Meskipun demikian, tidak semua

pengalaman laboratorium serupa karena kegiatan laboratorium sains

berbeda pada tiap tingkatan pendidikan (Fay, Grove, Towns, & Bretz,

2007). Misalnya, laboratorium sarjana tradisional biasanya disebut

sebagai laboratorium buku masak, hal ini karena mahasiswa sering diberi

prosedur untuk diikuti dan satu set pertanyaan yang telah dirumuskan

sebelumnya untuk dijawab (Fay, et al., 2007; Morton., 2008; Chen et al.,

2012).

Untuk memperkuat kegiatan berbasis laboratorium, perangkat

mobile dapat menjadi pilihan dalam fungsinya sebagai alat ukur, karena

sensor terintegrasi sistem pengukuran menjadi all-in-one, yang

memungkinkan kami untuk melakukan berbagai pengukuran metrik

selama interval jarak yang diperpanjang. Aplikasi yang berisi perangkat

seluler ini memungkinkan kami melakukan pengukuran yang cukup

86
cepat dan tepat (Oprea, 2017). Melalui sensor yang terdapat di gawai,

pembelajaran berbasis eksperimen menjadi lebih mudah dilakukan baik

ruang kelas atau di rumah serta di taman rekreasi. (Kuhn & Vogt, 2013).

Eksperimen yang sederhana dan jelas serta eksperimen yang lebih

kompleks dapat dilakukan dengan gawai untuk menentukan variabel fisik

mendasar.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa

eksperimen dengan menggunakan gawai sejalan dengan paradigma baru

dalam pembelajaran fisika berdasarkan prinsip pengajaran sains

terintegrasi. Para peserta didik dalam hal ini menghubungkan

pengetahuan mereka tentang fisika dengan domain lain, seperti

matematika, teknologi dan materi lainnya. Selain itu, kelas fisika menjadi

lebih dinamis melalui kegiatan eksperimental dengan fungsi gawai

sebagai alat ukur.

c. Sintaks

MLBL merupakan model pembelajaran yang diadopsi dari model

inquiry. Implementasi iquiry dalam MLBL menerapkan Bounded inquiry

lab, yakni proses yang memiliki fokus pada peningkatan kemapuan dan

kemandirian peserta didik dalam merancang dan melakukan eksperimen

dengan bantuan dari instruktur yang sedikit (Anam, 2016). Tahapan-

tahapan pembelajaran dalam model MLBL mengikuti tahapan yang

terdiri atas orientasi, konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan, dan

87
diskusi. Sintaks dari model Mobile Laboratory Based Learning (MLBL)

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sintaks Mobile Laboratory Based Learning


Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa
Orientasi 1. Membagi mahasiswa 1. Membuat pertanyaan
dalam beberapa kelompok berdasarkan materi yang
untuk kemudian menyajikan telah disampaikan melalui
video fenomena fisis sosial media (Whatsapp).
melalui via media sosial
(Whatsapp).
2. Memberikan 2. Merumuskan jawaban
permasalahan terkait materi sementara dari masalah
yang diberikan via media yang telah diberikan
sosial (Whatsapp).
Konseptualisasi 3. Membagi modul MLBL 3. Melakukan diskusi
yang terintegrasi dengan AR berdasarkan materi yang
disajikan
4. Meminta mahasiswa 4. Membuat rumusan
rumusan masalah serta masalah serta merumuskan
merumuskan hipotesis hipotesis terhadap masalah
terhadap masalah yang yang diberikan
diberikan
Investigasi 5. Memberikan kesempatan 5. Merencanakan
pada mahasiswa untuk eksperimen, mengumpulkan
merencanakan, dan menganalisis data
mengumpulkan dan berdasarkan desain
menganalisis data eksperimental dengan
eksperimental menggunakan menggunakan gawai.
gawai.
Menyimpulkan 6. Meminta para mahasiswa 6. Menjawab pertanyaan
untuk merumuskan dan berdasarkan teori yang
menyimpulkan hasil berkaitan dengan percobaan
percobaan dalam rangka
menyimpulkan percobaan
Diskusi 7. Memberikan kesempatan 7. Evaluasi terhadap
kepada mahasiswa untuk kegiatan eksperimen via
mendiskusikan hasil Google Meet.
eksperimennya via Google
Meet.
8. Menjawab pertanyaan 8. Memberikan pertanyaan
dari hasil eksperimen tekait hasil eksperimen
9. Melakukan klarifikasi 9.Mengkomunikasikan hasil
terhadap hasil yang didapat. eksperimen

88
d. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi pada MLBL merujuk pada peran hubungan antara

mahasiswa dengan mahasiswa (sebagai sesama praktikan), mahasiswa

dengan pendamping praktikum, mahasiswa dengan dosen pengampu,

pendamping praktikum dengan dosen pengampu mata kuliah, serta

norma yang harus diikuti dalam proses pembelajaran yang ada. MLBL

memposisikan dosen dan pendamping praktikum sebagai fasilitator.

Disamping kegiatan tatap muka langsung dengan fasilitator dan sesama

praktikan, para mahasiswa dapat berdiskusi dengan semua elemen sistem

sosial melalui media sosial.

Media Sosial dalam MLBL

Integrasi alat jejaring media sosial dalam program pendidikan dan

pembelajaran telah ditransformasikan dan disesuaikan dengan teori

pedagogi untuk abad ke-21. Transformasi dalam pedagogi ini semakin

meningkat integrasi praktik memanfaatkan alat jejaring sosial dalam

kegiatan pembelajaran .

Belakangan ini, teknologi ‗Web 2.0‘ telah menjadi lebih maju dan

populer, oleh karena itu, media sosial tidak hanya beroperasi berbasis

web, tetapi juga dapat dioperasikan sebagai berbasis mobile. Media sosial

adalah jenis teknologi yang mendorong interaksi sosial dan termasuk

blog, wiki dan multimedia (audio, foto, video, teks) berbagi di dunia

maya (Bryer & Zavattaro, 2011).

89
Revolusi Industri 4.0 diiringi dengan teknologi web 2.0 lambat laun

mulai mengubah kondisi pengajaran yang selama ini ada. Pembelajaran

yang semula harus bertatap muka, perlahan bergeser ke arah

pembelajaran mobile. Penggunaan perangkat mobile merupakan bagian

dari masa depan pendidikan pendidikan (Huang, Yang, Huang, & Hsiao,

2010).

Istilah web 2.0 diciptakan tahun 2004 untuk mengacu kepada situs

dan aplikasi web yang mendorong kolaborasi, partisipasi penggunanya,

interaktivitas, dan pembagian isi. Web 2.0 mencakup blog, jejaring

sosial, papan diskusi online, dan lingkungan virtual lain yang dapat

digunakan oleh banyak pengguna (Davis, 2013).

Huang, Huang, dan Hsieh (2008), menyatakan bahwa lingkungan di

mana studi pembelajaran mobile telah dilakukan memiliki beberapa fitur

serupa dengan dalam studi sebelumnya. Fitur-fitur ini meliputi.

meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas jaringan informasi.

Pembelajaran mobile juga dapat melibatkan peserta didik dalam kegiatan

yang terkait dengan pembelajaran di berbagai lokasi fisik, serta

mendukung kerja kelompok berbasis proyek. Penggunaan pembelajaran

mobile juga dapat meningkatkan komunikasi dan pembelajaran

kolaboratif di kelas, dan mengaktifkan pengiriman materi dengan cepat.

Terdapat kesalahan presepsi terkait M-learning yang berarti

pembelajaran bergerak. Kesalahan persepsi ini juga dapat didasarkan

pada asumsi bahwa "ponsel" mengacu pada mobilitas - dengan kata lain,

90
belajar sambil "bergerak". Hal menarik ditunjukkan oleh Parsons (2014),

bahwa kita jarang belajar sambil bergerak secara fisik. Dia melanjutkan

dengan menegaskan bahwa kita cenderung membawa alat belajar kita ke

tempat yang tepat. Kesalahan persepsi terletak pada kenyataan bahwa M-

learning dapat terjadi ketika pembelajar bersifat statis. Pelajar tidak perlu

secara fisik bergerak.

M-learning dapat diartikan sebagai semua jenis pembelajaran yang

terjadi di lingkungan dan ruang belajar yang memperhitungkan mobilitas

teknologi, mobilitas peserta didik, dan mobilitas pembelajaran (Huang.,

Hwang & Chang, 2010; El-hussein, & Cronje, 2016; Kumar Basak,

Wotto, & Bélanger, 2018). Melihat kondisi saat ini, penggunaan media

sosial sebagai bagian dari M-Learning juga jamak dilakukan karena

fungsi dan manfaat dalam pendidikan (Motiwalla, 2007; Huang, Jeng, &

Huang, 2009; Hughes, 2009; Ng & Wong, 2013). Seiring dengan

perkembangan teknologi informasi, para mahasiswa saat ini dapat

menggunakan teknologi mobile di mana saja dan kapan saja untuk

mengakses sumber daya pendidikan (Ally & Prieto-Blázquez, 2014;

Dew, 2010; Lowenthal, 2010). Sesuai dengan kajian yang telah diuraikan

maka dengan pembelajaran mobile memberi manfaat yang baik dari sisi

aksesibilitas bagi para mahasiswa.

Pembelajaran mobile dapat mengubah pedagogi untuk melayani

generasi baru dari peserta didik karena menawarkan kesempatan untuk

menggunakan strategi pembelajaran aktif dan bagi peserta didik untuk

91
belajar dalam konteks mereka sendiri, yang akan menghasilkan

pembelajaran tingkat yang lebih tinggi (Cochrane, Antonczak, &

Wagner, 2013). Selain dari sisi aksebilitas, pembelajaran mobile juga

memiliki manfaat dari sisi pedagogis. Perangkat mobile secara inheren

merupakan kolaborasi sosial dan perangkat komunikasi yang sebagai

sarana yang memungkinkan konstruktivisme pedagogi, dan dengan

demikian memungkinkan partisipasi dalam komunitas global, pelajar dan

praktisi.

Mobile learning week report dari UNESCO (2011) melaporkan

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses adopsi M-

learning yakni: keterjangkauan, kepemimpinan, konten, dukungan dari

pendidik dan orang tua, tujuan M-learning yang terdefinisi dengan baik,

pengakuan pembelajaran informal, dan kelompok target pembelajar yang

ditentukan.

Mengartikan M-learning dengan kegiatan mengakses dan

menyelesaikan semua materi pembelajaran dan pembelajaran di

perangkat mobile merupakan sebuah kesalahpahaman. Poin penting

yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa M-learning bisa berupa

komponen kecil, kegiatan, atau peristiwa dalam cara penyampaian apa

pun. Kuncinya adalah pada nilai yang ditambahkan komponen M-

learning pada keberhasilan dan kualitas pengajaran dan pembelajaran

(Brown & Mbati, 2015)

92
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa M-learning adalah pembelajaran yang portabel, mengakomodir

interaksi sosial, sensitif terhadap konteks, konektivitas, dan kesesuaian

dengan kondisi yang ada. Pada penelitian ini akan diterapkan model

rotasi (rotation model) dimana mahasiswa belajar dalam siklus aktivitas

belajar, misalnya mengikuti kuliah di kelas, diskusi kelompok kecil,

belajar daring, termasuk mengerjakan tugas bersama secara kolaboratif.

Integrasi alat jejaring media sosial dalam program pendidikan dan

pembelajaran telah ditransformasikan dan disesuaikan dengan teori

pedagogi untuk abad ke-21. Transformasi dalam pedagogi ini semakin

meningkat integrasi praktik memanfaatkan alat jejaring sosial dalam

kegiatan pembelajaran.

Teknologi informasi dengan tuntutan mobilitas menawarkan cara

untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis baik di dalam

maupun di luar kelas. Penggunaan perangkat mobile dapat digunakan

untuk memfasilitasi umpan balik, penyampaian materi, serta mampu

memfasilitasi kegiatan pembelajaran di luar kelas (Davis, 2013).

Belakangan ini, teknologi ‗Web 2.0‘ telah menjadi lebih maju dan

populer, oleh karena itu, media sosial tidak hanya beroperasi berbasis

web, tetapi juga dapat dioperasikan sebagai berbasis mobile. Media sosial

adalah jenis teknologi yang mendorong interaksi sosial dan termasuk

blog, wiki dan multimedia (audio, foto, video, teks) berbagi di dunia

maya (Bryer & Zavattaro, 2011).

93
Teknologi seluler memiliki banyak manfaat khusus, seperti koneksi

sosial, fungsi interaktif, dan beberapa atribut teknologi mobile, misalnya,

dukungan multimedia dan atribut interaktif, dapat melibatkan peserta

didik dalam pembelajaran yang memotivasi diri sendiri atau membantu

siswa dengan kebutuhan khusus (Zhang, 2015). Penelitian terbaru

memberikan landasan yang kuat untuk memahami beberapa efek media

sosial pada mahasiswa, khususnya, hubungan antara media sosial dan

jaringan sosial siswa serta modal sosial, kinerja akademik, dan

keterlibatan dan keterlibatan mahasiswa (Davis et al, 2015). Tercatat saat

ini para pendidik mulai mengamati manfaat potensial dari menggunakan

media sosial dalam tujuan pendidikan (Hughes, 2009; Ng & Wong,

2013). Penggunaan media sosial saat ini terbukti dapat meningkatkan

motivasi dengan memfasilitasi kolaborasi dan berbagi informasi (Davis,

2013).

Penelitian terbaru memberikan landasan yang kuat untuk memahami

beberapa efek media sosial pada mahasiswa, khususnya hubungan antara

media sosial dan jaringan sosial mahasiswa dan modal sosial, kinerja

akademik, dan keterlibatan dan keterlibatan mahasiswa (Davis et al,

2015). Tercatat saat ini para pendidik mulai mengamati manfaat potensial

dari menggunakan media sosial dalam tujuan pendidikan (Hughes, 2009;

Ng & Wong, 2013).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media sosial saat ini telah menarik minat banyak orang

94
karena menyenangkan. Media sosial dapat mempermudah tiap individu

untuk berbagi ide, foto, video dan juga mempermudah mencari tahu

perasaan dan pikiran seseorang yang dicurahkannya ke dalam media

sosial. Salah satu manfaat dalam duania pendidikan dari aplikasi ini

adalah untuk berkomunikasi antara pendidik dengan peserta didiknya,

baik untuk pemberian tugas, pembahasan soal dan tugas, maupun untuk

diskusi.

Google Meet dalam MLBL

Sumber informasi digital berkembang pada Revolusi Industri 4.0.

Hal ini ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat

dan berdampak luas pada masyarakat yang terbiasa menerima informasi

berkecepatan tinggi (Elyta, & Darmawan, 2021).

Meskipun adopsi teknologi telah dibahas oleh banyak peneliti dalam

studi sebelumnya, diyakini bahwa adopsi cara mengajar yang inovatif,

yaitu Google Meet, dalam keadaan luar biasa; Artinya, pandemi virus

corona belum diselidiki. Baik Google Play dan Apple Store baru-baru ini

menyediakan Google Meet bagi semua pengguna. Aplikasi dapat diakses

dan diperbarui secara otomatis dari Store. Strategi freemium yang

ditemukan di App Store secara positif mempengaruhi jumlah pengguna

(Habes et al., 2020; Liu et al., 2014; McIlroy et al., 2016).

Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan dari penggunaan Google

Meet karena platform ini dianggap sebagai lingkungan yang aman dalam

pengajaran online, dan sangat direkomendasikan selama wabah pandemi.

95
Faktor penting kedua adalah tautan yang disediakan dalam setiap waktu

kelas dapat digunakan beberapa kali yang memungkinkan siswa untuk

terhubung dengan guru mereka setiap saat sepanjang hari. Faktor krusial

terakhir adalah siswa lebih percaya diri dan rasa takut berkurang hingga

ke tingkat minimal.

Pembelajaran konsep dasar IPA dengan Google Meet pada siswa

dapat diterapkan secara konduktif. Pembelajaran konsep dasar IPA

dengan Google Meet dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

bekerja secara ilmiah dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran konsep dasar

sains dengan Google Meet dapat menggali dan mengembangkan

kreativitas siswa dalam merancang eksperimen sederhana yang dapat

diterapkan di sekolah dasar (Septantiningtyas et al., 2021).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa Google Meet dapat menjadi alternatif dalam proses pembelajaran

di era pandemik. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pembelajaran

melalui Google Meet yang mampu memfasilitasi kemampuan berpikir

dan bekerja secara ilmiah dan sikap ilmiah peserta didik.

Tracker dalam MLBL

Saat ini merupakan era digital dimana teknologi menjadi bagian

yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari (López-Pérez et al.,

2013). Hal ini menyebabkan pra pendidik dan peserta didik diberikan

pilihan cara-cara inovatif untuk mengajar dan mempelajari konsep-

konsep baru dalam fisika seperti kinematika. Saat ini, ada berbagai cara

96
untuk merekam dan menampilkan hasil eksperimen semacam ini baik

untuk laboratorium fisika pengantar atau demonstrasi kelas (Phommarach

et al., 2012).Salah satu cara untuk mengajarkan kinematika adalah

dengan menggunakan analisis video Tracker (Fadilah, & Yohandri, 2019;

Muliyati et al., 2020).

Rekaman video dari eksperimen nyata, juga disebut aktivitas

eksperimen berbasis video adalah pendekatan yang sangat dekat dengan

kenyataan, dan memiliki satu keuntungan besar bagi siswa: eksperimen

dapat dilihat (dan akibatnya dianalisis) kapan saja, seperti sebanyak yang

mereka inginkan, dan hasilnya didiskusikan secara online dengan teman-

teman mereka melalui internet (Rodrigues & Carvalho, 2014).

Ada beberapa keuntungan didaktik dalam menggunakan analisis

video dalam mengajarkan konsep fisika: (1) video dapat didistribusikan

secara bebas di web dan dieksplorasi bersama peserta didik di dalam

kelas, atau sebagai tugas rumah untuk meningkatkan pemahaman mereka

tentang konten tertentu; (2) pendidik dapat melibatkan peserta didik

dengan meminta mereka melakukan eksperimen sederhana; (3) peserta

didik dapat melakukan analisis eksperimen setiap saat, sebanyak yang

mereka inginkan; dan (4) peserta didik dapat menerapkan dan

mengasosiasikan konsep fisika dalam situasi nyata (Rodrigues &

Carvalho., 2014).

Video dan analisisnya dapat dimodifikasi dan digunakan dalam

proses percobaan. Ini akan membantu siswa untuk menghubungkan teori

97
dengan gerak nyata, dan mereka akan membangun pemahaman yang

benar tentang topik ini dengan lebih baik (Phommarach et al., 2012).

Tracker (yang dapat diunduh secara gratis dari Open Source Physics,

OSP) telah menjadi alat yang sangat cocok dalam pendidikan fisika

((Wee, 2015; Aguilar-Marín et al., 2018) . Potensi penggunaan Tracker

dikukung perangkat lunak ini memiliki banyak alat yang cocok untuk

analisis video dan gambar (Brown & Cox, 2009). Melalui perangkat ini,

pendidik dapat menentukan strategi kelas yang memadai untuk

mengeksplorasi video, sehingga dapat digunakan sebagai demonstrasi,

eksplorasi atau masalah (Rodrigues & Carvalho, 2014).

Tracker memberikan kesempatan kepada siswa untuk (i) dilatih

dalam analisis video dan pemrosesan data kinematika, (ii)

mengidentifikasi hubungan antara kuantitas fisik, dan (iii) menyadari

sendiri seberapa baik model cocok dengan dunia nyata dengan

perbandingan rinci antara hasil eksperimen dan model teoritis (Aguilar-

Marín et al., 2018).

Secara sederhana, Tracker memiliki kemampuan untuk melacak

gerak suatu objek sehingga dapat memperoleh berbagai informasi yang

diperlukan dalam analisis suatu peristiwa gerak. Melalui kegiatan

perekaman fenomena gerak nyata menggunakan perekam video, hasil

perekaman dapat diolah dalam aplikasi Tracker. Penggunaan Tracker

harus diintegrasikan ke dalam topik pengajaran/pembelajaran seperti

kinematika, dinamika dan usaha, dan energi (Fianti et al., 2020).

98
Berdasarkan pendapat para ahli, Tracker mampu menghasilkan

proses pembelajaran fisika yang baik. Melalui Tracker ada ruang

kebebasan yang lebih luas dalam proses eksperimen dan pembelajaran

serta penggambaran fisika.

e. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam model MLBL meliputi dalam jaringan

(daring), serta luar jaringan (luring). Disebut lingkungan di luar jaringan

jika para bagian dari sistem sosial yang ada dalam pembelajaran secara

berkelompok berdiskusi memecahkan masalah atau terlibat dalam tatap

muka langsung. Disebut lingkungan dalam jaringan, jika anggota sistem

sosial dalam pembelajaran tergabung dalam satu forum ilmiah duia maya

(Larson, & Miller, 2011).

f. Sitem Pendukung

Sistem pendukung model MLBL terdiri atas sarana, perangkat

pembelajaran, alat dan bahan praktikum, dan media atau sumber belajar.

Sistem pendukung yang dibutuhkan model MLBL adalah RPS, modul

praktikum, alat evaluasi. Selain itu, kemampuan dosen serta asisten

praktikum dalam penggunaan gawai juga berperan penting dalam model

MLBL.

1) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

Rencana pembelajaran semester (RPS) suatu mata kuliah adalah

rencana proses pembelajaran yang disusun untuk kegiatan pembelajaran

selama satu semester guna memenuhi capaian pembelajaran yang

99
dibebankan pada mata kuliah. Rencana pembelajaran semester atau

istilah lain seperti silabus perkuliahan, ditetapkan dan dikembangkan

oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian suatu

bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi.

Tujuan dari adanya RPS atau silabus adalah membantu dosen

untuk mengorganisasikan perkuliahan dan penetapan jadwal. Sosialisasi

RPS atau silabus kepada mahasiswa adalah memberi gambaran kepada

mahasiswa tentang gambaran kondisi kegiatan perkuliahan berikutnya

(Davis, 2013).

RPS merupakan dokumen program pembelajaran yang dirancang

untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sesuai CPL yang

ditetapkan, sehingga harus dapat ditelusuri keterkaitan dan kesesuaian

dengan konsep kurikulumnya .

RPS atau silabus perkuliahan menurut Davis (2013) paling sedikit

memuat informasi dasar sepert nama universitas, program studi, nama

dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu. Selain itu,

RPS juga harus memuat gambaran perkuliahan yang terdiri dari capaian

pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah. Berikutnya,

RPS juga harus memuat kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap

tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan serta

bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai.

Bagian RPS selanjutnya adalah terdiri atas metode pembelajaran,

waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap

100
pembelajaran. RPS juga harus memuat pengalaman belajar mahasiswa

yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh

mahasiswa selama satu semester. Bagian akhir dari RPS adalah kriteria,

indikator, dan bobot penilaian dan daftar referensi yang digunakan serta

jadwal perkuliahan.

2) Modul

Perangkat model pembelajaran dapat juga berupa modul. Modul

adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan

sistematis, di dalamnya terdapat seperangkat pengalaman belajar yang

terencana dan dirancang untuk membantu peserta didik untuk mencapai

tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013). Modul disusun dengan

harapan bahwa penggunanya dapat menyerap sendiri materi yang

disajikan dalam modul tersebut (Warso, 2016). Modul minimal memuat

tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar dan evaluasi. Modul

berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta

didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-

masing.

Sudjana dan Rivai (2013), menyatakan bahwa modul mempunyai

beberapa karakteristik tertentu yaitu berbentuk unit pengajaran terkecil

dan lengkap. Selain itu, modul juga berisi rangkaian kegiatan belajar

yang dirancang secara sistematis. Kemudian, modul harus berisi tujuan

belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus. Modul juga

memungkinkan peserta didik belajar mandiri. Modul juga dapat

101
menunjukkan perbedaan individual serta perwujudan pengajaran

individual.

Kemampuan sistem AR yang dapat mendukung pembelajaran sains

mahasiswa. Salah satu keuntungan penggunaan sistem AR adalah dapat

menunjukkan konten pembelajaran dalam perspektif 3D dan membantu

mahasiswa untuk memvisualisasikan yang tidak terlihat (Wu, Lee,

Chang, & Liang., 2013).

Modul yang akan digunakan dalam model MLBL akan terintegrasi

dengan AR. AR adalah salah satu kondisi lingkungan yang berisi lebih

banyak objek dunia nyata daripada materi virtual (Wang, Duh, Li, Lin, &

Tsai., 2014). Selain menawarkan fitur-fitur tertentu yang berguna bagi

mahasiswa, teknologi AR mengurangi beban kerja para dosen dan asisten

praktikum. Tetapi harus dicatat bahwa pengalaman teknologi yang sudah

ada dari para mahasiswa penting untuk penggunaan AR dalam

pembelajaran (El Sayed, Zayed, & Sharawy., 2011). Teknologi AR

dalam kegiatan berbasis laboratorium terbukti dapat meningkatkan

motivasi dari para peserta didik (Martin-gutierrez, Guinters, & Perez-

lopez., 2012).

Teknologi AR yang digunakan dalam pendidikan sains dapat

diidentifikasi menurut dua pendekatan utama, AR berbasis gambar dan

AR berbasis lokasi (Cheng, & Tsai., 2013). AR berbasis gambar

didukung oleh pengenalan label atau gambar alami, sedangkan GPS atau

jaringan nirkabel digunakan sebagai teknik pengenalan untuk

102
mendaftarkan lokasi pengguna untuk AR berbasis lokasi. Pengguna atau

pelajar dapat berinteraksi dengan komputer yang dihasilkan komponen

multimedia dan dunia nyata pada saat bersamaan. Pada penelitian ini

teknologi AR yang digunakan adalah AR berbasis gambar yang

dimasukkan ke dalam modul praktikum.

Dari pendapat beberapa tersebut, dapat disimpulkan tentang fungsi

dan tujuan pengembangan modul adalah agar proses pembelajaran dan

penyampaian pesan agar dapat menjadi lebih efektif dan efisien serta

dapat dijadikan sebagai alat evaluasi, bahan rujukan, serta upaya untuk

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Modul dapat digunakan sebagai

bahan belajar baik secara individu ataupun kelompok sehingga peserta

didik dapat memngunakan modul secara mandiri sesuai dengan

kemampuan dan karakter belajarnya masing-masing.

g. Dampak instruksional dan pengiring


Dampak instruksional MLBL yang pertama adalah penguasaan

materi fisika dasar yang sesuai dengan kompetensi dan indikator

pembelajaran yang direncanakan dalam RPS. Aspek KPS yang

meningkat terdiri atas aspek keterampilan mengamati, keterampilan

mengukur, keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan

menginterpretasikan, keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan

mengomunikasikan. Motivasi mahasiswa dalam belajar fisika juga

meningkat, terutama pasa aspek self efficacy, aktif dalam pembelajaran,

mendapatkan makna pembelajaran sains, tujuan pembelajaran, target

pencapaian, partisipasi dalam lingkungan belajar. MLBL juga akan

103
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelancaran,

fleksibilitas, keaslian, dan elaborasi. Adapun dampak pengiring dari

model MLBL adalah pemahaman konsep yang lebih baik. Gambaran

model MLBL dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Gambaran Model MLBL


No Aspek Indikator
Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan
1 Teori yang melandasi humanisme.
2 isi MLBL
Orientasi, konseptualisasi, investigasi,
a. Sintaks menyimpulkan, diskusi.
Sistem dalam jaringan (daring) menggunakan
b. Sistem sosial media sosial, serta luar jaringan (luring).
Integrasi alat jejaring media sosial dalam
c. Prinsip reaksi komunikasi antar komponen pembelajaran.
d. Sistem pendukung RPS, Modul Praktikum
e. Dampak Meningkatnya KPS, Motivasi, dan Berpikir
Instruksional dan kreatif, diiringi pemahaman konsep, kemampuan
Pendukung komunikasi dan kerjasama.

6. Motivasi Belajar Fisika

a. Motivasi Belajar

Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dorongan

yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Istilah motivasi berasal

dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat

dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

berbuat (Uno et al, 2014). Motivasi mengacu secara luas pada apa yang

orang inginkan, apa yang mereka pilih untuk lakukan, dan apa yang

mereka berkomitmen untuk lakukan. Sejauh ini, penelitian tentang

motivasi bertujuan untuk menjelaskan kekhawatiran yang ada di antara

104
orang-orang tentang mengapa kita melakukan hal-hal yang kita lakukan.

(Keller, 2010).

Motivasi memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam

dalam (Intrinsik) dan dari luar (Ekstrinsik) untuk mengadakan perubahan

dari suatu keadaan kepada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk

mencapai tujuan (Daryanto & Rahardjo, 2012; Kompri, 2015). Desain

motivasi dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar, motivasi karyawan untuk bekerja, motivasi orang untuk mengejar

jalur karier yang dipilih, dan peningkatan keterampilan kehendak, atau

pengaturan sendiri, mereka. Ini juga dapat digunakan untuk membawa

perubahan dalam komponen motivasi spesifik kepribadian seseorang

seperti meningkatkan tingkat keingintahuan seseorang, mengembangkan

self-efficacy yang lebih positif, atau mengatasi perasaan cemas dan tidak

berdaya.

Desain motivasi bersifat sistematis dan bertujuan untuk prinsip dan

proses yang dapat ditiru. Desain motivasi didasarkan pada literatur ilmiah

tentang motivasi manusia dan sangat berbeda dengan pembicara dan

lokakarya motivasi karismatik yang tujuannya sebagian besar di bidang

gairah emosional dan didasarkan pada pengalaman pribadi, intuisi, dan

adagium. Tentu saja, keberhasilan pembicara motivasi atau siapa pun

yang mencoba untuk mempengaruhi motivasi orang lain dapat dijelaskan

atau diselidiki, bahkan jika berdasarkan post hoc, dalam hal konstruksi

motivasi. Perbedaannya adalah bahwa desain motivasi mencari

105
penjelasan dan prediktabilitas, sementara pendekatan karismatik

cenderung lebih didasarkan pada bakat unik individu yang telah

mencapai kesuksesan.

Teori terkini yang membingkai motivasi berfokus pada aspek

perilaku kognitif, emosional dan afektif (Keller, 2010). Motivasi sangat

dibutuhkan dalam proses belajar. Penting untuk dicatat bahwa motivasi

dan pembelajaran berkorelasi, motivasi sangat menentukan tingkat

berhasil tidaknya perbuatan belajar (Hamalik, 2011; Reynolds, Roberts,

& Hauck, 2017).

Prinsip ARCS (attention, relevance, confidence satisfaction) yang

dikembangkan oleh Keller merupakan prinsip-prinsip dari motivasi yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran (Kompri, 2015). Siregar dan

Nara (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa attention (perhatian) dalam

pembelajaran disebabkan rasa ingin tahu. Relevance (relevansi)

disebabkan adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi

pembelajaran, kebutuhan, dan kondisi peserta didik. Confidence

(kepercayaan diri) yaitu merasa diri kompeten. Satisfaction (kepuasan)

merupakan dampak dari keberhasilan dalam mencapai satu tujuan.

b. Motivasi dalam Pembelajaran Fisika

Motivasi juga cukup penting dalam mendapatkan minat mahasiswa

dalam sains, dalam membuat pembelajaran yang lebih bermakna dan

permanen dan dalam mencapai sukses di tingkat yang diperlukan.

Mempelajari kursus/pelajaran secara efektif dan efisien terkait dengan

106
motivasi dan kedua konsep ini saling memengaruhi. Studi tentang

pengaruh motivasi pada siswa sebagian besar dilakukan di cabang ilmu

pengetahuan utama. Ilmu pengetahuan dengan disiplin ilmu (fisika-

kimia-biologi) adalah materi yang terdiri dari informasi abstrak,

berdasarkan pemecahan masalah dan berisi langkah-langkah kognitif

tingkat tinggi. Fitur-fitur seperti metode dan teknik pengajaran, kegiatan

di dalam kelas dan di luar kelas dan aplikasi di dalam kelas memengaruhi

sikap siswa terhadap kursus dan motivasi mereka (Çibik, 2014).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar. Sedangkan

faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2017).

Fisika dianggap sebagai bidang yang paling bermasalah dalam

bidang sains, dan secara tradisional menarik siswa lebih sedikit daripada

sains lain seperti kimia dan biologi. Sebagian besar siswa menganggap

fisika sebagai subjek yang sulit selama masa sekolah menengah dan

menjadi lebih bermasalah ketika mereka berada di perguruan tinggi, dan

bahkan lebih menantang dalam pendidikan pascasarjana. Dengan ini,

hanya siswa yang berprestasi baik dalam fisika SMA dan siswa yang

sangat baik dalam matematika, sangat berbakat dan berbakat dalam sains

yang dapat menghargai peran fisika dalam kehidupan sehari-hari mereka

(Guido, 2013).

107
Eryilmaz, Yildiz, dan Akin (2011) meneliti hubungan antara sikap

peserta didik terhadap laboratorium fisika dan motivasi mereka untuk

terlibat dalam aktivitas kelas atau tidak. Mereka menyimpulkan bahwa

siswa yang memiliki motivasi tingkat tinggi untuk keterlibatan kelas juga

memiliki sikap positif terhadap laboratorium fisika. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi tingkat rendah

untuk keterlibatan kelas memiliki sikap negatif terhadap laboratorium

fisika.

Jika mahasiswa tidak memiliki motivasi untuk berpartisipasi dalam

pelajaran, banyak kasus menjadi bosan, mereka tidak dapat memusatkan

perhatian mereka pada materi pelajaran, dan mereka tidak dapat

membangun hubungan dengan studi yang dilakukan antara pembelajaran

di kelas dan kehidupan nyata. (Pintrich & Maehr, 2004). Oleh karena itu,

utnuk membangun hubungan antara materi pelajaran dan perhatian

mahasiswa diperlukan motivasi yang baik.

Motivasi dalam prmbelajaran sains sering didefinisikan sebagai

‗keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan, dan

mempertahankan perilaku belajar sains (Glynn, Brickman, Armstrong, &

Taasoobshirazi, 2011). Tuan (2005) mengembangkan enam aspek dalam

mengukur motivasi belajar pada pembelajaran sains yaitu: Self-effycacy,

aktif dalam pembelajaran, Nilai pembelajaran sains, Sasaran kinerja,

Tujuan pencapaian, dan menstimulasi lingkungan untuk belajar.

108
Tabel 5. Aspek dan Indikator Motivasi belajar fisika

Definisi konseptual
Motivasi secara umum
didefinisikan sebagai sesuatu Motivasi merupakan rasa
untuk ingin terlibat Motivasi untuk belajar sains dapat
yang menjelaskan arah dan
dalam suatu tindakan didefinisikan sebagai keadaan
besarnya perilaku, atau dengan
untuk kepentingan internal yang membangkitkan,
kata lain, menjelaskan tujuan
mereka sendiri dan tanpa mengarahkan, dan menopang
apa yang dipilih orang untuk
perilaku belajar sains ( Glynn et al.,
dikejar dan seberapa aktif atau paksaan (Alderman,
2011).
intens mereka mengejarnya. 2013).
(Keller, 2009).
Aspek
Keller (2009) Wang et al. (2015) Tuan et al. (2005)
Perhatian Keyakinan Diri Keyakinan diri
Relevansi Tujuan belajar Strategi pembelajaran aktif
Keyakinan Tujuan kinerja Nilai pembelajaran sains
Kepuasan Orientasi nilai Tujuan kinerja
Hubungan Kegelisahan ujian Target pencapaian
Stimulasi lingkungan belajar
Motivasi dalam belajar sains adalah kondisi yang mampu
Definisi Operasional membangkitkan, mengarahkan, dan menopang perilaku untuk
mencapai target-target pembelajaran sains.
Aspek Sub Aspek Indikator Motivasi
Percaya pada kemampuan mereka
Percaya diri
Keyakinan diri sendiri
Kemampuan Melakukan tugas belajar sains
Melaksanakan Tugas dengan baik
Keaktifan dalam Aktif dalam menggunakan berbagai
melaksanakan kegiatan strategi untuk memahami materi
Aktif dalam pembelajaran Kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
mengkaitkan konsep berdasarkan pemahaman mereka
antar pertemuan sebelumnya
memperoleh kompetensi
Kemampuan melakukan pemecahan masalah
penyelidikan dalam mengalami aktivitas penyelidikan
Nilai-nilai dalam menstimulasi pemikiran mereka
pembelajaran
Pembelajaran sendiri
Mengkaitkan fenomena menemukan relevansi sains
dengan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari.
Tujuan kinerja bersaing untuk mendapatkan
Target dan Tujuan perhatian dari guru
Target pencapaian Rasa puas karena mereka
meningkatkan kompetensi

Ketika mengukur motivasi untuk belajar sains, peneliti pendidikan sains

berusaha untuk menentukan mengapa siswa berusaha untuk belajar sains, emosi

109
apa yang mereka rasakan saat mereka berjuang, seberapa intensif mereka

berusaha, dan berapa lama mereka berjuang. Mengukur motivasi untuk belajar

sains adalah menantang karena konstruk dan komponennya bukan variabel yang

dapat diamati secara langsung.

Berangkat dari teori-teori motivasi yang telah dikemukakan dapat disintesa

bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan

dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku/aktifitas tertentu lebih baik dari keadaan

sebelumnya. Motivasi peserta didik telah diterima secara luas sebagai faktor

kunci yang mempengaruhi tingkat dan keberhasilan pembelajaran. Motivasi

pada penelitian ini akan menjadi kovarian dengan aspek dan indikator seperti

dapat dilihat pada Tabel 5.

7. Keterampilan Proses Sains

Salah satu tujuan penting pendidikan saat ini adalah untuk mendidik

keterampilan berpikir ilmiah dan keterampilan proses sains (KPS). Selama

beberapa tahun terakhir, banyak negara menekankan pada pemikiran ilmiah dan

keterampilan proses sains dalam kurikulum mereka. Hal ini dikarenakan KPS

adalah fondasi pemikiran kritis dan penyelidikan dalam sains (Ostlund, 1992).

KPS melibatkan cara dan metode untuk mencapai informasi ilmiah dan dengan

demikian memungkinkan peserta didik untuk berpikir secara ilmiah.

KPS dapat memberi kesempatan agar para mahasiswa dapat membangun

konsep yang didasari penemukan fakta, melalui kegiatan dan atau pengalaman-

110
pengalaman seperti ilmuwan (Tawil & Liliasari, 2014). Sehingga, dalam

pembelajaran, peserta didik secara langsung perlu dilibatkan, agar mereka dapat

mengalami aktivitas dan pengalaman ilmiah, tujuan akhirnya adalah para peserta

didik terlatih terampil memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas

berpikir.

Secara umum KPS dapat mendorong peserta didik untuk dapat

mengembangkan pemikiran logis, pencarian pengetahuan, dan pemecahan

masalah. Keterampilan proses menurut Trianto (2010) perlu dilatih dalam

pembelajaran IPA karena dapat membantu siswa belajar mengembangkan

pikirannya. Selain itu, keterampilan proses juga memberi kesempatan kepada

siswa untuk melakukan penemuan. Keterampilan proses juga dapat

meningkatkan daya ingat, serta memberikan kepuasan intrinsik bila peserta didik

berhasil melakukan sesuatu.

KPS menurut Subekti dan Ariswan (2016) adalah kemampuan dalam

kemampuan mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasikan,

menemukan hubungan, membuat prediksi, melakukan penelitian,

mengumpulkan dan menganalisis data, menginterpretasikan data serta

mengkomunikasikan hasil penelitian.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, KPS yang akan diterapkan pada

penelitian ini terdiri atas enam aspek yaitu melakukan mengamati, memprediksi,

bereksperimen, menafsirkan data, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan.

Aspek dan indikator KPS pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada Tabel 6.

111
Tabel 6. Aspek dan Indikator KPS

Definisi konseptual
KPS adalah fondasi Keterampilan proses sains Keterampilan proses sains adalah
pemikiran kritis dan adalah pengajaran keterampilan yang memfasilitasi peserta didik
penyelidikan dalam keterampilan dalam sains untuk aktif, mengembangkan rasa tanggung
sains (Ostlund, melalui penyelidikan ilmiah jawab, dan menggunakan cara dan metode
1992) (Zeidan & Jayosi, 2014). penelitian, yaitu, memastikan peserta didik
berpikir dan berperilaku seperti ilmuwan
(Chiappetta & Koballa, 2010).
Aspek
Trowbridge dan Bybee
Usman (2013) Chiappetta dan Koballa (2010)
(1990)
Mengamati Menghipotesis Keterampilan Proses Dasar
menggolongkan Menyimpulkan Mengamati
menafsirkan Mengukur Mengklasifikasi
meramalkan Merancang dan bereksperimen Penggunaan waktu
menerapkan Mengamati Menggunakan perhitungan
merencanakan Menyiapkan Peralatan Mengukur
penelitian Membuat Grafik Menyimpulkan
mengkomunikasikan Mengurangi Kesalahan Memprediksi
eksperimental Kerampilan Proses Terintegrasi
Mendefinisikan operasional
Merumuskan model
Mengontrol variabel
Menafsirkan data
Hipotesa
Bereksperimen
Keterampilan proses sains adalah keterampilan layaknya seorang ilmuwan
Definisi Operasional untuk menghasilkan dan menggunakan informasi ilmiah melalui kegiatan
eksperimen secara prosedural.
Aspek KPS Sub Aspek Indikator
 Ketelitian
Memperhatikan sifat benda dan situasi
Mengamati  Optimasi penggunaan menggunakan panca indera
Indera
 Membuat dugaan sementara
 Medeteksi kemungkinan Peramalan kejadian masa depan berdasarkan
Memprediksi
yang belum terjadi dengan pengamatan masa lalu atau ekstensi data
cermat
Menguji hipotesis melalui manipulasi dan
kontrol variabel independen dan mencatat
 Melakukan identifikasi pengaruh dari variabel dependen; mengartikan
Bereksperimen
 Melakukan percobaan dan menyajikan hasil dalam bentuk laporan
yang dapat diikuti orang lain untuk
mereplikasi percobaan
Penjelasan, kesimpulan, atau hipotesis dari
Menafsirkan data  Penyajian data data yang telah dibuat grafik atau ditempatkan
dalam tabel.
 Keterkaitan hasil dengan Memberikan penjelasan untuk objek atau
Menyimpulkan
teori fenomena tertentu
 Menjelaskan Hasil Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
Mengkomunikasikan
 Berdiskusi mendiskusikannya

112
8. Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran Sains

a. Kreativitas dalam pembelajaran sains

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang

menakjubkan dalam memahami dan menghadapi situasi atau masalah

secara berbeda dengan yang biasanya dilakukan oleh orang lain pada

umumnya. Kreativitas berarti memiliki kekuatan atau kualitas untuk

mengekspresikan diri dengan caranya sendiri. Ini adalah topik yang

semakin menarik, mengingat pentingnya dan penerapannya untuk setiap

bidang. Di era pengetahuan dan teknologi ini, kekhawatiran dan kebutuhan

individu, dan perspektif tentang pendidikan juga, sedang berubah (Anwar,

Shamim-ur-Rasoo, & Haq, 2012). Kemampuan berkreasi memungkinkan

manusia untuk mempertemukan, menghubungkan, atau menggabungkan

berbagai kenyataan-kenyataan, gagasan-gagasan, atau hal yang berbeda

yang sebelumnya belum berhubungan untuk kemudian menjadi suatu

gagasan baru yang berguna untuk menjawab masalah yang ada (Soesilo,

2014).

Sejauh ini kreativitas masih dipandang sebagai bagian dari aktivitas

dan produk dari bidang seni, meskipun kenyataannya kreativitas

dibutuhkan oleh semua bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Lembaga pendidikan memiliki peran dalam pembinaan kreativitas para

peserta didik. Namun yang sangat disayangkan adalah para pengajar lebih

mengandalkan berpikir konvergen tanpa memberi kesempatan peserta

didik untuk berpikir divergen.

113
Runco & Jaeger (2012) menyatakan bahwa syarat utama kriteria

kreatif adalah mampu menghasilkan produk yang memiliki keaslian dan

nilai manfaat. Kreativitas dalam konteks pendidikan sains merujuk, atau

harus merujuk, apa yang pengajar sains lakukan (yaitu, ia merangsang dan

mendorong pemikiran kreatif) dan/atau ke peluang yang dimiliki

mahasiswa, secara mandiri dan/atau sebagai hasil dari apa yang guru

mereka lakukan, untuk berpikir kreatif (Hadzigeorgiou, Fokialis, &

Kabouropoulou, 2012).

Sehubungan dengan pengembangan kreativitas perlu ditinjau empat

aspek kreativitas (Munandar, 2012), yaitu: (1) Pribadi: Kreativitas adalah

ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan

lingkungannya. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas

dari individu tersebut. Dari ungkapan individu yang unik ini dapat

diharapkan timbulnya ide dan produk yang inovatif: (2) Pendorong : Bakat

kreatif peserta didik akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari

lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri

(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu, (3) Proses: Untuk

megembangkan kreativitas anak diberi kesempatan untuk bersibuk diri

secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk

melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu

mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. (4) Produk: Kondisi

yang memungkinkan seseorang menciptakan produk yang bermalma ialah

114
kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya

mendorong seseorang melibatkan dirinya dalam proses kreatif.

Baihaqi (2016) menyatakan proses kreatif dapat digambarkan

sebagai tiga wujud. Bentuk pertama adalah sensitivity (kepekaan), adalah

penggunaan alat-alat indera sebagai jendela untuk mengetahui dan

menguasai dunia atau lingkungan. Berpikir kreatif melibatkan perhatian

atau ingatan seseorang mengenai beberapa aspek. Bentuk kedua yaitu

sinergy (penggabungan) dimaknai sebagai penggabungan bersama bagian-

bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Sinergi ini

dapat menggabungkan antar elemen benda, antar orang yang berbeda

minat, hobi, dan profesi, antar kelompok yang berbeda-beda. Bentuk

ketiga adalah serendipity (keberuntungan) adalah sautu penemuan yang

terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu

kejadian atau kesempatan.

Namun, ada bukti empiris bahwa siswa tidak menghargai pemikiran

kreatif yang diperlukan dalam melakukan sains, dan bahwa mereka tidak

melihat sains secara umum sebagai upaya kreatif (Schmidt, 2011).

Konsensus di antara para ilmuwan dan pendidik ilmiah bahwa

pengetahuan ilmiah memang merupakan produk dari pemikiran kreatif

(Osborne et al., 2003).

Untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif terdapat empat tahapan

proses menurut (Lau, 2011). Tahapan pertama yaitu persiapan. Tahapan

ini terdiri dari kegiatan memformulasikan suatu masalah dan membuat

115
usaha awal untuk memecahkannya dengan cara mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan dengan permasalahan. Tahapan kedua adalah

eksplorasi, yaitu mencoba untuk mengklasifikasikan bahan, mengatur

ulang mereka, melihatnya dari perspektif yang berbeda, dan mencoba

untuk menghubungkan ide-ide dan menarik kesimpulan. Tujuannya

adalah untuk menggunakan koneksi untuk menghasilkan ide baru dan

berguna. Tahapan ketiga adalah inkubasi yaitu masa dimana tidak ada

usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan

perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya. Tahap inkubasi dapat

membebaskan dari pikiran-pikiran yang melelahkan akibat proses

pemecahan masalah. Tahapan keempat adalah verifikasi, yang terdiri

dari aktivitas pengujian pemahaman yang telah didapat dan membuat

solusi. Setelah ide/solusi diperoleh, maka ide/solusi tersebut harus diuji.

Tahap verifikasi ini merupakan tahap untuk menguji sebuah produk hasil

proses kreatif.

Di sisi lain, retorika seputar kreativitas pada umumnya dan

kreativitas ilmiah pada khususnya juga merupakan sesuatu yang perlu

dipertimbangkan. Slogan seperti "ilmu kreatif", "pemecahan masalah

kreatif" dan "penyelidikan kreatif" dapat tetap hanya slogan jika kita

terus berfokus pada narasi untuk gagasan ini (Kind & Kind, 2007;

Schmidt, 2011) dan peran pengetahuan konten dalam pemikiran kreatif

(Rowlands, 2011). Selain itu kemampuan kreativitas seseorang dapat

berkembang yang didukung oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

116
internal antara lain berupa motivasi dan yang kuat dari diri pribadi untuk

mengembangkannya (Soesilo, 2014).

Kreativitas pada umumnya dan kreativitas ilmiah pada khususnya

juga merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan Sebagai upaya

menghasilkan pemikiran yang kreatif, para dosen dapat memikirkan

kreativitas dan pemikiran kreatif sebagai proses seperti brainstorming

dimana mahasiswa menghasilkan ide atau topik baru. Lembaga

pendidikan memiliki peran dalam pembinaan kreativitas para peserta

didik. Namun yang sangat disayangkan adalah para pengajar lebih

mengandalkan berpikir konvergen tanpa memberi kesempatan peserta

didik untuk berpikir divergen.

b. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah. Pengertian

berpikir kreatif terkait dengan kreativitas, berpikir kreatif menghasilkan

pemikiran kreatif, dan pemikiran kreatif inilah yang disebut dengan

kreatifitas. Berpikir Kreatif adalah suatu bentuk pemikiran untuk

menemukan jawaban, metode atau cara-cara yang baru dalam

menanggapi suatu persoalan untuk memecahkan masalah (Uno et al,

2014). Selain itu, berpikir kreatif juga dapat memfasilitasi pembelajaran

individu dengan realisasi imajinasinya, serta memberi kesempatan bagi

peserta didik untuk berpikir, mengungkapkan ide dengan mudah untuk

memperoleh informasi baru dalam bentuk pengetahuan (Ersoy & Baser,

2014).

117
Berpikir Kreatif merupakan bagian esensial dari dari kreativitas.

Prosedur dan teknik evaluasi kemapuan berpikir kreatif tidak boleh lepas

dari apek kelancaran, keluesan, orisinalitas, dan elaborasi (Daryanto &

Rahardjo, 2012). Berpikir kreatif dalam pembelajaran fisika adalah

bentuk kreativitas yang melibatkan kreativitas dalam eksperimen sains,

penemuan, dan pemecahan masalah ilmiah yang bergantung pada

pengetahuan kognitif dan keterampilan ilmiah (Hu & Adey, 2002).

Model struktur kreativitas ilmiah digambarkan dalam bentuk tiga dimensi

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Model struktur kreativitas ilmiah


(Hu & Adey, 2002)

Kreativitas dapat dilihat dari berbagai perspektif, seperti proses

berpikir kreatif, produk, lingkungan kreatif dan individu. Terkait dengan

domain fisika, yang didasarkan pada eksperimen, penelitian, hipotesis,

dan pemikiran di luar kotak, dapat berfungsi sebagai landasan yang

sempurna untuk pengembangan kreativitas. Berpikir kreatif termasuk

118
pemikiran divergen, yang terdiri dari empat komponen inti: kelancaran,

fleksibilitas, kebaruan, dan elaborasi (Klieger & Sherman, 2015).

Jauk et al. (2013) berpendapat bahwa berpikir kreatif merupakan

konsep perbedaan individu yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa

beberapa orang memiliki potensi lebih tinggi untuk memberikan solusi

baru terhadap masalah lama daripada yang lain. Berpikir kreatif

dipengaruhi oleh empat aspek yaitu: faktor internal yang meliputi

kecerdasan dan kepribadian. Faktor berikutnya adalah faktor eksternal

yang terdiri dari pendidikan dan sosial budaya. Berpikir kreatif juga

dipengaruhi oleh fasilitas serta motivasi dari individu (Chasanah,

Kaniawati, & Hernani, 2017).

Berpikir kreatif menurut Piirto (2011) akan didapatkan melalui

menggunaan berbagai macam teknik pembuatan ide (seperti

brainstorming), membuuat ide-ide baru dan bermanfaat (baik konsep

inkremental dan radikal), merumuskan, menyaring, analisis, dan evaluasi

ide-ide mereka sendiri untuk meningkatkan dan memaksimalkan upaya

kreatif.

Cara, teknik, atau strategi yang dapat ditempuh seseorang untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang pertama yaitu

mempertanyakan kembali asumsi. Asumsi mempengaruhi cara dalam

memilih dan menginterpretasi informasi. Kemampuan mempertanyakan

asumsi memainkan peran penting di dalam kreativitas. Strategi kedua

119
adalah analisis komponen, yaitu kemampuan untuk memecahkan

persoalan dalam bagian yang lebih kecil (Munandar, 2012).

Strategi berikutnya untuk menghasilkan berpikir kreatif adalah

berpikir kebalikan. Berpikir kebalikan menuntut seseorang untuk

mengubah persepsinya tentang suatu hal, hal ini penting agar hal tersebut

dapat dipandang dari sudut yang berlawanan. Strategi keempat adalah

berpikir visual berdasarkan teori struktur intelek yang dikembangkan.

Untuk hal ini seseorang dapat berlatih dalam bentuk visual. Latihan

seperti ini sangat berguna bagi berpikir kreatif. Strategi kelima adalah

berpikir global dan perspektif waktu jauh. Berpikir global melibatkan

proses berpikir yang dapat menghasilkan representasi mental yang

abstrak dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai suatu masalah.

Terdapat tiga komponen berpikir kreatif yang dinilai oleh Torrance

test of Creative Thingking (TTCT) yaitu kelancaran, fleksibilitas dan

kebaruan (Silver, 1997). Ketiga indikator ini juga digunakan pada

penelitian Mokaram, Al-Shabatat, Fong, dan Abdallah (2011) dalam

menguji berpikir kreatif peserta didik dalam merancang slide elektronik.

Sementara pendapat lain meyatakan bahwa ada empat perilaku yang

memunculkan kreativitas, yaitu: (1) Kelancaran berpikir (fluency), yang

merupakan kemampuan untuk membangkitkan ide; (2) Fleksibilitas

(fleksibility), yaitu kemampuan menghasilkan sejumlah ide, pertanyaan

atau jawaban yang bervariasi, dapat melihat dari sudut pandang yang

berbeda, serta dapat mencari solusi alternatif dari masalah yang ada; (3)

120
Originalitas (originallity), merupakan respons yang unik terhadap situasi

tertentu, (4) Elaborasi (elaboration), merupakan perluasan pemikiran

tentang topik tertentu (Almeida, Prieto, Ferrando, Oliviera, & Ferrandiz,

2008; Semiawan, 2009; Jolly, Treffinger, Inman, & Smutny, 2011).

Kriteria atau aspek berpikir kreatif dalam pembelajaran fisika terdiri atas

fluency, flexibility, originality, dan elaboration (Jankowska, Gadja &

Karwowski, 2019).

Lai dan Vierning (2012) mendefinisikan ciri dari berpikir kreatif

yaitu keterampilan mengidentifikasi masalah, menghasilkan ide, berpikir

divergen dengan lancar, luwes, elaboratif, asli serta mampu menjelaskan

permasalahan yang ada. Pendapat lain dikemukakan Uno, Umar dan

Panjaitan (2014), yang mengidentifikasi ciri dari berpikir kreatif terdiri

atas Kepekaan dalam pengamatan, kelancaran berpikir, keluwesan

berpikir, keaslian berpikir, mendefinisikan kembali, menguraikan,

menilai, minat, ketaatan pada aturan, menerima hal-hal baru,

mengkhayal, percaya diri serta kemampuan untuk bertindak.

Dari teori dan definisi tersebut, maka yang dimaksud dengan

berpikir kreatif adalah bentuk pemikiran individu. Aspek berpikir kreatif

yang akan diimplementasikan pada penelitian ini terdiri atas 4 hal yaitu

Kelancaran, keluwesan berpiki, keaslian, dan elaborasi. Kisi-kisi berpikir

kreatif dapat dilihat pada Tabel 7.

121
Tabel 7. Kisi-kisi berpikir kreatif

Definisi konseptual
Berpikir kreatif merupakan
Berpikir Kreatif adalah Berpikir kreatif
keterampilan dalam
kemampuan untuk mensintesis merupakan proses
mengidentifikasikan permasalahan,
informasi untuk menghasilkan imajinatif yang
menghasilkan ide, berpikir divergen
keluaran yang bermanfaat dan melibatkan proses kreatif
dengan berpikir secara lancar,
memproduksi jawaban dengan karena membuat suatu
luwes, elaboratif, asli dan mampu
berpikir secara divergen hal dengan cara berbeda
menjelaskan permasalahan (Lai &
(Hawthorne et al, 2013). (Lindqvist, 2003)
Vierning , 2012)

Aspek
Mitchell et al.,(1983) Jolly et al. (2017) Lai dan Vierning (2012)
Mengembangkan humor
Kelancaran (fluency)
Keluwesan (flexibility)
Originality
Elaboration
Menggolongkan
Self–concept
Fluency Menafsirkan
Eksperimentasi
Flexibility Meramalkan
Belajar dari kesalahan
Originality Menerapkan
Toleransi terhadap
Elaboration Merencanakan penelitian
keambiguan
Mengkomunikasikan
Resourcefullnes
Peka pada masalah
Synergi
Imajinasi
Synetic

Definisi Operasional Proses kognitif yang menghasilkan sesuatu gagasan yang berbeda
Aspek Sub Aspek Indikator Berpikir Kreatif
Menjawab Pertanyaan dengan
Merumuskan Jawaban
Kelancaran sejumlah fakta.
Mengekspresikan ide membuat ide / hipotesis
Mengkritik objek Lihat kesalahan suatu objek
Menafsirkan. Memberikan sudut pandang.
Mencari jawaban alternatif Pikirkan cara memecahkan masalah
Fleksibilitas Kategorikan berbagai hal
Mengkategorikan berdasarkan bagian atau kategori
yang berbeda
Keaslian Rencanakan hal-hal baru. menetapkan masalah baru.
Mencari makna yang lebih dalam
Mengatasi Masalah dengan tentang suatu masalah
Elaborasi prosedur terperinci Mengembangkan gagasan/ide
Mencoba membuat sesuatu yang
Pengujian.
baru

122
9. Fisika Dasar 1
a. Kinematika Gerak

Gerak partikel dapat benar-benar diketahui jika posisi partikel setiap

saat di dalam ruang diketahui. Posisi partikel adalah lokasi partikel pada

suatu kerangka acuan yang kita anggap sebagai titik awal sistem

koordinat. Terdapat beberapa kekeliruan yang jamak dipahami antara

posisi dan jarak. Perpindahan partikel didefinikan sebagai perubahan

posisi dalam suatu selang watu. Jarak adalah panjang lintasan yang

dilalui partikel. Perpindahan atau perubahan posisi dapat dirumuskan

dengan

(1)

Berdasarkan persamaan 1 kita ketahui bahwa bernilai positif jika

lebih besar dari , dan negatif jika lebih kecil dari . Perpindahan

merupakan besaran vektor. Besaran vektor lainnya yang akan dibahas

pada topik kinematika yang merupakan besaran vektor adalah posisi,

kecepatan, dan percepatan.

Kelajuan dan Kecepatan

Berdasarkan hasil penelitian dari Suana (2014), terdapat beberapa

miskonsepsi terkait kinematika. Hasil analisis terkait miskonsepsi

menunjukkan sebagian besar mahasiswa menganggap kecepatan sama

dengan kelajuan, akibatnya kecepatan dianggap selalu positif. Selain itu,

hasil penelitian lain juga menemukan kesalahan konsep terkait konsep

jarak, posisi, dan kecepatan. Pada umumnya peserta belum dapat

membedakan ketiga besaran tersebut dengan baik. Selain itu, kecepatan

123
dan percepatan juga belum terbedakan dengan baik (Saehana & Kasim,

2011).

Kecepatan rata-rata sebuah partikel didefinisikan sebagai perpindahan

partikel dibagi selang waktu selama perpindahan tersebut terjadi.


⃗̅ (2)

Kecepatan berbeda dengan kelajuan. Kelajuan rata-rata partikel, sebuah

besaran skalar didefinisikan sebagai jarak tempuh total dibagi waktu

yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.

(3)

Kecepatan sesaat vx sama dengan limit rasio / seiring mendekati

nol.

⃗ ⃗
⃗ (4)

Percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan tiap satuan waktu.

Percepatan menyatakan nilai dari perubahan kecepatan/kelajuan objek

dalam rentang waktu tertentu. Percepatan merupakan besaran vektor. Jika

sebuah objek bergerak dengan kecepatan yang konstan, maka tidak ada

perubahan kecepatan sehingga objek tersebut tidak mengalami

percepatan atau percepatan benda tersebut adalah nol.

⃗⃗
⃗ (5)

124
Percepatan rata-rata

Percepatan rata-rata dari suatu objek adalah perubahan kecepatan

dengan rentang waktu yang diperlukan untuk mengubah kecepatan objek

tersebut. Secara matematis dituliskan:


⃗̅ (6)

Percepatan sesaat

Percepatan sesaat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata objek

pada selang waktu yang sangat kecil. Percepatan sesaat adalah limit dari

percepatan rata- rata pada selang waktu mendekati nol. Secara matematis

dituliskan dengan:

⃗⃗ ⃗⃗
⃗ (7)

Percepatan sesaat sama dengan turunan kecepatan terhadap waktu,

yang didefinisikan oleh kemiringan dari grafik kecepatan terhadap waktu.

Sebuah objek yang bergerak sepanjang sumbu x yang mempunyai

kecepatan vi pada saat waktu ti dan vf pada saat waktu tf.

Jika sebuah partikel memiliki percepatan yang bervariasi dan

bergantung pada waktu, maka gerak partikel tersebut dapat menjadi lebih

kompleks dan sulit dianalisis. Namun demikian, jenis gerak yang umum

dan biasa adalah gerak dengan percepatan konstan. Berikut beberapa

persamaan kinematika terkait gerak partikel dengan percepatan konstan.

(8)

(9)

125
(10)

(11)

Masalah lain pada konsep kinematika adalah mahasiswa mengaitkan

atau menyamakan konsep kelajuan pada gerak peluru dengan gerak

vertikal ke atas.

Jenis gerak selanjutnya adalah gerak dua dimensi. Salah satu gerak

dua dimensi yang paling popular adalah gerak peluru. Disebut gerak

peluru karena gerak ini yang akan ditempuh oleh setiap peluru yang

ditembakkan ke atas dengan membentuk sudut tertentu terhadap arah

horizontal atau yang ditembakkan dengan sudut sembarang dari

ketinggian tertentu. Setiap benda yang dilempat ke atas dalam arah tidak

vertikal atau ditembakkan dengan sudut sembarang dari ketinggian

tertentu disebut melakukan gerak peluru. Jalur gerak peluru dapat dilihat

pada Gambar 4.

Komponen kecepatan awal dari gerak peluru mengikuti persamaan

dan (12)

Dengan tidak adanya hambatan udara, dan percepatan konstan. Proyektil

tidak memiliki percepatan horizontal, jadi akselerasi satu-satunya adalah

akselerasi jatuh bebas. Karena percepatan konstan, kita dapat

menggunakan persamaan kinematik untuk akselerasi konstan. Komponen

kecepatan pada sumbu x adalah konstan karena tidak ada percepatan

horizontal:

(13)

126
Pada komponen y, kecepatan berubah terhadap waktu mengikuti

persamaan

(14)

Berdasarkan persamaan (10), perpindahan benda ke arah x dan y adalah

(15)

(16)

Persamaan umum untuk jalur y (x) dari proyektil dapat diperoleh dari

Persamaan (16) dengan menghilangkan variabel t. Memilih x0=0 dan

y0=0, kita memperoleh dari Persamaan 15 disubtitusikan ke

dalam persamaan 16 didapatkan

( ) ( ) ( ) ( ) (17)

Jika kita mensubtitusikan kecepatan pada komponen x dan y ke dalam

persamaan (17) akan didapatkan

( ) (18)

Jadi, saat menganalisis gerak proyektil, anggaplah gerak tersebut sebagai

superposisi dua gerak, yaitu gerak dengan kecepatan konstan dalam arah

horizontal, dan gerak jatuh bebas dalam arah vertikal.

Tinggi makasimum dari proyektil mengikuti persamaan

(19)

Sedangkan jangkauan proyektil, mengikuti persamaan

(20)

127
Gambar 4. Jalur gerak peluru, menunjukkan komponen kecepatan pada waktu
yang berbeda.

b. Dinamika

Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang sangat luar biasa.

Newton menemukan bahwa semua persoalan gerak di alam semesta

dapat diterangkan dengan hanya tiga hukum yang sederhana. Hukum I

Newton mendefinsikan adanya sifat kelembaman benda, yaitu

keberadaan besaran yang dinamai massa. Karena sifat kelembaman ini

maka benda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Keadaan

gerak direpresentasikan oleh kecepatan. Jadi, sifat kelembaman

mengukur kecenderungan benda mempertahankan kecepatannya. Makin

besar kelembaman yang dimiliki benda maka makin kuat benda

mempertahankan sifat kelembamannya. Atau diperlukan pengganggu

yang lebih besar untuk mengubah kecepatan benda. Makin besar massa

maka benda makin lembam. Itulah penyebabnya bahwa kita sangat sulit

mendorong benda yang memiliki massa lebih besar darimapa benda yang

memiliki massa lebih kecil.

128
Hukum I Newton baru mendefinisikan besaran yang bernama massa,

tetapi belum membahas penyebab benda bergerak atau berhenti. Hukum

II Newton menjelaskan perubahan keadaan gerak benda. Hukum ini

menyatakan bahwa benda dapat diubah keadaan geraknya jika pada

benda bekerja gaya. Gaya yang bekerja berkaitan langsung dengan

perubahan keadaan gerak benda. Gaya merupakan diferensial dari

momentum terhadap waktu

⃗⃗ ⃗⃗

Jika massa konstan, maka =0

⃗⃗ ⃗⃗

⃗⃗

⃗ ⃗ (21)

Hukum III Newton mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang

sama besar dengan gaya aksi, tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama

melakukan gaya pada benda kedua (gaya aksi), maka benda kedua

melakukan gaya yang sama besar pada benda pertama tetapi arahnya

berlawanan (gaya reaksi).

(22)

Seperti ditunjukkan pada gambar 5, jika diletakkan sebuah benda di

atas meja, maka bumi menarik benda tersebut dengan gaya yang sama

129
dengan berat benda tersebut, maka pada saat bersamaan benda tersebut

juga menarik bumi dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan.

Gambar 5. (a) Sebuah balok yang berada di atas meja mengalami


gaya normal yang tegak lurus dengan permukaan meja. (b) Diagram
benda bebas untuk balok (Halliday, Resnick, & Walker, 2013).

Gaya berat

Semua benda yang berada di permukaan bumi akan ditarik oleh

bumi. Gaya tarik yang yang diberikan Bumu pada benda disebut gaya

gravitasi Bumi. Gaya ini mengarah ke pusat bumi dan besarnya

disebut dengan berat benda. Jka kita terapkan Hukum II Newton pada

benda jatuh bebas bermassa m, dengan a=g dengan F=w, maka akan

diperoleh

(23)

Oleh karena bergantung pada g, maka berat benda berubah sesuai

lokasi geografisnya. Hal ini disebabkan g berkurang seiring

bertambahnya jarak dari pusat Bumi.

Gaya gesek

130
Ketika sebuah benda sedang bergerak, baik pada suatu permukaan

ataupun pada media seperti udara atau air, ada kekuatan yang

melawan gerak benda itu karena benda berinteraksi dengan

lingkungannya. Kita sebut kekuatan yang melawan ini dengan gaya

gesek. Gaya gesek penting bagi kehidupan sehari-hari, hal ini karena

gaya ini memungkinkan kita berjalan, berlari, serta diperlukan bagi

gerak kendaraan beroda.

Gaya gesek statis antara dua permukaan yang bersentuhan dapat

bernilai

(24)

Dimana konstanta disebut koefisien gaya statis dan n adalah besar

gaya normal yang dikerjakan oleh satu permukaan kepada permukaan

lain.

Besar gaya gesek kinetik yang bekerja antara dua permukaan

adalah

(25)

Di mana adalah koefisien gesek kinetik. Nilai dan

bergantung pada sifat permukaannya, tetapi umumnya kurang dari

Pada topik dinamika terdapat kesalahan tentang konsep gaya

normal yang dikerjakan lantai pada balok yang berada di bidang

horizontal dan ditarik dengan gaya dengan sudut tertentu terhadap

horizontal. Sebagian besar miskonsepsi terjadi karena mahasiswa

131
berkeyakinan bahwa gaya normal besarnya selalu sama dengan gaya

berat, tidak peduli adanya gaya lain pada sumbu y yang juga

berpengaruh (Suana, 2014).

Konsep lain yang juga mengalami miskonsepsi adalah konsep

Hukum Newton, dimana peserta belum bisa menganalisis gaya

sebagai penyebab gerak benda. tingginya tingkat abstraksi konsep

yang diujicobakan juga diyakini menjadi penyebab tingginya tingkat

miskonsepsi (Saehana & Kasim, 2011).

c. Usaha dan Energi

Usaha

Usaha adalah kuantitas skalar yang bisa positif, negatif, atau nol.

Usaha yang dilakukan oleh objek A pada objek B adalah positif jika

energi ditransfer dari A ke B, dan negatif jika energi ditransfer dari B

ke A. Jika tidak ada energi yang ditransfer, usaha yang dilakukan

adalah nol (Tipler, & Mosca, 2007).

Usaha dilakukan pada suatu benda oleh suatu gaya ketika titik

penerapan gaya bergerak melalui suatu perpindahan. Untuk gaya

konstan, usaha yang dilakukan sama dengan komponen gaya dalam

arah perpindahan dikalikan besarnya perpindahan. Sebagai contoh,

misalkan Anda mendorong sebuah kotak di sepanjang tanah dengan

gaya horizontal konstan ke arah perpindahan (Gambar 6). Karena gaya

bekerja pada kotak dalam arah yang sama dengan perpindahan, usaha

yang dilakukan oleh gaya pada kotak adalah

132
(26)

Gambar 6. Usaha yang dialami benda saat gaya searah dengan


perpindahan
(Tipler, & Mosca, 2007).

Sekarang anggaplah Anda menarik tali yang melekat pada kotak,

sehingga gaya bekerja pada sudut perpindahan, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Usaha yang dialami benda saat gaya bekerja pada sudut
terhadap perpindahan
(Tipler, & Mosca, 2007).

Usaha yang dilakukan pada kotak oleh gaya diberikan oleh komponen
gaya dalam arah perpindahan kali besarnya perpindahan:
(27)

Ada kekeliruan terkait konsep usaha bagi para mahasiswa calon guru

di salah satu universitas di Lampung (Suana., 2014). Mereka masih

kebingungan antara konsep usaha dan konsep gaya ketika dihadapkan

pada persoalan penentuan besar usaha pada kegaiatan memindahkan

balok menggnakan bidang miring.

133
Energi

Energi adalah nilai yang terkait dengan sistem dari satu objek

atau lebih. Jika gaya mengubah salah satu objek seperti membuatnya

bergerak, maka bilangan energi berubah. Setelah percobaan yang tak

terhitung jumlahnya, para ilmuwan dan insinyur menyadari bahwa

jika skema yang kita gunakan untuk menetapkan angka energi

direncanakan dengan cermat, angka-angka tersebut dapat digunakan

untuk memprediksi hasil eksperimen dan, yang lebih penting lagi,

untuk membangun mesin, seperti mesin terbang. Keberhasilan ini

didasarkan pada sifat luar biasa dari alam semesta kita: Energi dapat

ditransformasikan dari satu tipe ke tipe lainnya dan ditransfer dari satu

objek ke objek lain, tetapi jumlah totalnya selalu sama (energi

dilestarikan). Tidak terkecuali prinsip konservasi energi ini yang

pernah ditemukan (Halliday, Resnick, & Walker, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Wahyudi dan Maharta (2013)

terhadap guru-guru fisika di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI) di Bandar Lampung, diketahui terdapat miskonsepsi terkait

energi pada benda yang bergerak pada bidang miring. Tidak hanya

pada guru pada siswa dan mahasiswa konsep energi dengan perbedaan

lintasan juga mengalami miskonsepsi (Suana, 2014; Jubaedah,

Kaniawati, Suyana, I., Samsudin, & Suhendi, 2017).

Energi Potensial Gravitasi

134
Energi potensial adalah kerja yang dilakukan gaya konservatif untuk

memindahkan benda dari posisi awal ke posisi akhir sama dengan

selisih energi potensial awal dan energi potensial akhir. Gaya gravitasi

bumi termasuk gaya konservatif. Dengan demikian kita dapat

mengkategorikan gaya gravitasi sebagai salah satu penyebab adanya

energi potensial, atau kemudian lebih dikenal dengan energi potensial

gravitasi.

(28)

Energi Potensial Pegas

Energi potensial lain yang dapat kita jumpai selain energi

potensial gravitasi adalah energi potensial pegas. Gambar 8

menunjukkan balok pada permukaan horizontal tanpa gesekan yang

terhubung ke pegas. Jika pegas diregangkan atau dikompresi, pegas

memberikan gaya pada blok. Gaya yang diberikan oleh pegas pada

blok diberikan oleh

(28)

Gambar 8. Gaya Pegas


(Tipler, & Mosca, 2007).

135
di mana k adalah konstanta positif dan x adalah perpanjangan pegas.

Jika pegas diperpanjang, maka Fx positif dan komponen gaya negatif.

Jika pegas dikompresi, maka Fx negatif dan komponen gaya positif.

Secara umum usaha yang dilakukan pada pegas mengikuti persamaan

(29)

Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiki oleh suatu benda atau

objek ketika bergerak. Energi kinetik tidak pernah berharga negatif,

bagaimana pun jenis gerak benda. Ini disebabkan energi kinetik

merupakan fungsi kuadratik dari kecepatan atau laju. Jika laju benda

bertambah dua kali lipat maka energi kinetik bertambah empat kali

lipat. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena adanya

gerakan. Apabila benda itu ditahan maka sebagian atau seluruh energi

kinetik berubah menjadi energi bentuk lain. Akibatnya, energi kinetik

berkurang (kecepatan benda berkurang) atau hilang (benda berhenti).

Secara matematis, energi kinetik dapat dirumuskan dengan

(30)

dari Persamaan usaha merupakan besarnya

energi, pada konteks ini, usaha adalah perubahan energi. Hubungan

dari usaha dan energi kinetik ditulis dengan Persamaan

(31)

136
(32)

Daya

Usaha yang dilakukan tiap satuan waktu. Jika gaya melakukan

sejumlah pekerjaan W dalam jumlah waktu t, daya rata-rata akibat

gaya selama interval waktu tersebut adalah

(33)

Daya sesaat P adalah laju waktu sesaat dari melakukan pekerjaan,

yang dapat kita tuliskan sebagai

(34)

d. Osilasi

Osilasi adalah gerak bolak balik di sekitar posisi setimbang. Agar

ini dapat terwujud maka saat benda menyimpang dari posisi setimbang

harus ada gaya yang menarik kembali benda ke arah posisi setimbang. Ini

berarti pada peristiwa osilasi arah gaya selalu berlawanan dengan arah

simpangan.

Jenis gerak osilasi yang umum, sangat penting, dan sangat

mendasar adalah gerak harmonik sederhana seperti gerakan benda yang

melekat pada pegas (Gambar 8). Dalam kesetimbangan, pegas tidak

memberikan gaya pada objek. Ketika objek dipindahkan suatu jumlah

dari posisi keseimbangannya, pegas memberikan gaya seperti yang

diberikan oleh hukum Hooke.

137
di mana konstanta gaya pegas, ukuran kekakuan pegas. Tanda minus

menunjukkan bahwa gaya adalah gaya pemulih; yaitu, berlawanan

dengan arah perpindahan dari posisi kesetimbangan. Menggabungkan

Persamaan 14-1 dengan hukum kedua Newton yang kita miliki

(35)

atau

(36)

(37)

Percepatan sebanding dengan perpindahan dan tanda minus

menunjukkan bahwa percepatan dan perpindahan berlawanan arah.

Relasi ini adalah ciri khas gerak harmonik sederhana dan dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sistem yang akan menunjukkannya:

Dalam gerak harmonik sederhana, akselerasi, dan dengan demikian gaya

total, keduanya proporsional dengan, dan berlawanan arahnya,

perpindahan dari posisi kesetimbangan.

Waktu yang diperlukan untuk objek yang dipindahkan untuk

menjalankan siklus lengkap gerak osilasi dari satu simpangan ke

simpangan lainnya dan kembali disebut periode. Kebalikan dari periode

adalah frekuensi yang merupakan jumlah siklus per unit waktu:

(38)

(39)

138
√ (40)

Gambar 9. menunjukkan bagaimana kita dapat secara eksperimental

memperoleh x versus t pada massa pegas. Persamaan umum untuk kurva

tersebut adalah

(41)

di mana A,ω, dan ϕ adalah konstanta. Perpindahan maksimum dari

kesetimbangan disebut amplitudo A. Penjelasan dari fungsi kosinus,

ωt+ϕ disebut fase gerak, dan konstanta ϕ disebut konstanta fase, yang

sama dengan fase pada t = 0.

Gambar 9. Sebuah spidol melekat pada sebuah massa pada pegas, dan
kertas ditarik ke kiri. Saat kertas bergerak dengan kecepatan konstan,
pena melacak perpindahan sebagai fungsi waktu.
(Halliday, Resnick, & Walker, 2013).

Jika kita memiliki dua sistem berosilasi dengan frekuensi yang sama

tetapi dengan fase yang berbeda, kita dapat memilih salah satunya.

Persamaan untuk kedua sistem itu

139
(42)

dan

(44)

Jika perbedaan fase adalah 0 atau bilangan bulat kali maka sistem

dikatakan dalam fase. Jika perbedaan fasa adalah atau bilangan bulat

ganjil maka sistem dikatakan keluar dari faseTurunan pertama dari

memberi kecepatan

(45)

Dengan menurunkan kecepatan terhadap waktu, maka akan didapatkan

percepatan

(46)

atau

(47)

Salah satu bentuk gerak osilasi yang lain adalah gerak bandul

matematis sederhana. Badul tersebut diilustrasikan pada Gambar 10.

Bandul tersebut terdiri dari seutas tali yang dianggap tidak memiliki

massa dan beban yang diikat di ujung bawah tali. Ujung atas tali

dikaitkan pada posisi tetap (seperti paku). Beban bergantung bebas dan

bergerak bolak-balik akibat pengaruh dari gaya gravitasi bumi.

Sifat bandul matematis sederhana adalah simpangan dari bandul

yang tidak boleh terlalu besar. Kalau simpangan sangat besar maka gaya

yang bekerja pada benda tidak lagi berbanding lurus dengan simpangan.

140
Gaya berbanding lurus dengan simpangan hanya untuk simpangan kecil.

Pada Gambar 10 gaya penarik benda ke posisi setimbang (gaya yang

menyinggung lintasan benda) adalah

(48)

Frekuensi sudut dari bandul sederhana dapat ditulis dengan

√ (49)

Dan periode geraknya adalah

√ (50)

Perlu diperhatikan bahwa periode dan frekuensi bandul sederhana hanya

bergantung pada panjang tali dan percepatan yang diakibatkan oleh

gravitasi.

Gambar 10. Gaya yang bekerja pada bandul adalah gaya gravitasi g
( ⃗ ) dan gaya dari tali ( ⃗⃗). Komponen tangensial ⃗ dari gaya
gravitasi adalah gaya pemulih yang cenderung membawa pendulum
kembali ke posisi sentralnya.
(Halliday, Resnick, & Walker, 2013).

141
B. Kajian Penelitian Relevan

Fisika didasarkan pada pengamatan eksperimental dan pengukuran

kuantitatif. Hukum dasar dinyatakan dalam bahasa matematika sebagai alat

yang menjembatani antara teori dan eksperimen. Laboratorium dengan

kegiatan eksperimen di dalamnya telah lama menjadi ciri khas dari pendidikan

sains (Hırça, 2013). Para pendidik fisika terus berupaya meningkatkan

pemahaman para peserta didik tentang berbagai fenomena dan hukum dasar

(Hockicko et al., 2015). Namun, untuk mencapai target-target dalam

pembelajaran fisika diperlukan laboratorium yang memadai.

Kegiatan pembelajaran berbasis eksperimen dan laboratorium yang ada

terutama dimasa pendemi mengalami banyak kendala. Berbagai penelitian

yang berupaya memperkuat kegiatan laboratorium dan memperkuatnya dengan

penggunaan teknologi mulai banyak dilakukan. Beberapa penelitian hasil

penelitian menjelaskan pengaruh positif penggunaan perangkat gawai dalam

upaya mencapai target pembelajaran fisika (Kuhn & Vogt, 2013; Shabrina &

Kuswanto, 2018). Hasil penelitian lain juga menjelaskan, dengan menerapkan

teknologi Mobile (smartphone, tablet, aplikasi mobile, sensor, perangkat

penyimpanan data, kamera data) ke dalam proses belajar mengajar fisika,

dimungkinkan untuk mendemonstrasikan dan mempelajari berbagai proses

nyata yang cepat (Juskaite et al., 2019). Hal ini dapat dimaknai bahwa capian

pembelajaran fisika dapat dicapai dengan integrasi teknologi dalam

pembelajaran berbasis laboratorium.

142
Fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Untuk

mengatasi hal ini, motivasi belajar mahasiswa perlu ditingkatkan dengan

memperbaiki cara penyampaian materi fisika. Pembelajaran yang terintegrasi

dengan penggunaan teknologi yang tepat juga terbukti dapat mendukung

konstruksi sosial pembelajaran, penilaian, motivasi, diferensiasi dan

personalisasi, dan keterlibatan dalam pembelajaran untuk mahasiswa (de

Winter, Winterbottom, & Wilson, 2010). Keuntungan dari Pembelajaran

Online/mobile dalam Kegiatan Laboratorium antara lain: mengembangkan

sikap aktif terhadap pembelajaran, memungkinkan individualisasi belajar, dan

memperkuat motivasi berkaitan dengan pengetahuan, ketegasan diri, dan

sosialitas (Biasi & Domenici, 2014).

Mahasiswa yang melakukan kegiatan eksperimen yang terintegrasi

dengan ponsel dan komputer mengalami peningkatkan motivasi belajar

(Cziprok, Miron, & Popescu, 2014; Ince et al, 2014). Perangkat seluler saat ini

dapat menjadi instrumen pengukuran yang memungkinkan penggunanya untuk

melakukan berbagai pengukuran (Oprea, 2017).

Feyzioğlu (2009) menemukan adanya hubungan yang signifikan dan

positif ditemukan antara keterampilan proses sains yang diajarkan melalui

penggunaan laboratorium yang efisien dari para mahasiswa. KPS merupakan

hal yang bermanfaat bagi mahasiswa dan hal itu dapat dicapai melalui

partisipasi mereka dalam kegiatan di laboratorium sains (Karamustafaoğlu,

2011; Hırça, 2013). Hal ini diperkuat oleh penelitian Amnah et al. (2017) yang

menyatakan pembelajaran berbasis laboratorium/eksperimen terbukti dapat

143
memberikan kesempatan untuk menanamkan keterampilan proses sains. Oleh

karena itu, dalam upaya meningkatkan KPS mahasiswa perlu adanya

optimalisasi penggunaan laboratorium.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat menghasilkan

kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif yang lebih baik (Koray, &

Köksal, 2009). Hal ini diperkuat hasil riset yang menyatakan bahwa ponsel

pintar terbukti mamapu meningkatkan kemampuan berpikir divergent dari

peserta didik (Mardiana & Kuswanto, 2017).

Bentuk teknologi mobile/seluler yang dapat diintegrasikan dengan

kegiatan laboratorium adalah AR. Teknologi AR dalam kegiatan berbasis

laboratorium terbukti dapat meningkatkan motivasi dari para peserta didik

(Martin-gutierrez, Guinters, & Perez-lopez, 2012). Penggunan AR juga terbukti

dapat meningkatkan keterampilan laboratorium mahasiswa dan membantu

mereka membangun sikap positif terhadap laboratorium fisika (Akçayır et al.,

2016).

Terkait dengan media sosial sebagai bagian dari mobile learning,

beberapa penelitian telah melaporkan kemampuan positif untuk belajar-

mengajar menggunakan media sosial (Junco, 2012; Karvounidis et al., 2014;

Mbatha, 2014). Hal ini didasarkan bahwa sejumlah besar mahasiswa di

perpengajaran tinggi menggunakan media sosial sebagai media komunikasi

resmi (Aydin, 2012; Karvounidis et al, 2014; Mbatha, 2014; Roblyer et al,

2010; Rogers-Estable, 2014).

144
Kenyataan bahwa banyak mahasiswa memeriksa status media sosial

mereka secara teratur menunjukkan bahwa informasi disampaikan secara lebih

efektif dan diskusi lebih terasa pada platform ini. Misalnya, dalam sebuah studi

oleh Bosch (2009), seorang dosen membuktikan bahwa ia menemukan media

sosial sebagai cara yang lebih efektif dan mudah untuk berkomunikasi dengan

mahasiswa. Pendapat tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang

menunjukkan penggunaan media sosial dalam pembelajaran berbasis

laboratorium sangat menarik bagi para mahasiswa dan mampu meningkatkan

motivasi belajar (Junco, 2011; Akgündüz & Akinoglu, 2017). Optimasi

penggunaan media sosial sebagai bagian dari pembelajaran berbasis

laboratorium akan menjadi solusi alternative dari pembelajaran mobile berbasis

LMS.

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka model MLBL yang

terintegrasi dengan modul berbasis AR akan dapat menunjang kegiatan

pembelajaran berbasis eksperimen yang sulit dilakukan di masa pandemi ini

dengan berbasis fenomena fisis yang ada di sekitar mahasiswa. Perbedaan dari

model eksperimen yang sudah ada sejauh ini adalah selain optimalisasi

pemanfaatan perangkat lunak termasuk perangkat Tracker dalam kegiatan

pengumpulan dan analisis data eksperimen, model MLBL juga diperkuat

modul praktikum yang terintegrasi dengan animasi berbasis AR. Fenomena

fisis yang sejauh ini digambarkan statis, dalam modul ini menjadi dinamis

dengan animasi berbasis AR.

145
C. Kerangka Pikir

Merujuk pada KKNI level 6, program studi pendidikan fisika

diharuskan memuat capaian pembelajaran yang terdiri atas empat aspek, yaitu

sikap, penguasaan pengetahuan, keterampilan khusus, dan keterampilan

umum. Seluruh aspek tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran

fisika di perguruan tinggi. Tujuan dari sains termasuk fisika di dalamnya

adalah untuk mengamati, memahami, menghayati, dan memanfaatkan gejala-

gejala alam yang melibatkan zat atau materi dan energi.

Untuk mencapai nilai-nilai dalam pembelajaran fisika, dosen

diharapkan dapat menerapkan bahkan mengembangkan model pembelajaran

fisika yang dapat membantu tercapainya target-target pembelajaran fisika.

Akan tetapi berdasarkan kondisi faktual yang terjadi, penerapan model

pembelajaran fisika sejauh ini masih didominasi proses pembelajaran kelas.

Laboratorium dan kegiatan eksperimen yang menjadi salah satu karakteristik

dalam pembelajaran fisika dapat menjadi alternatif solusi dalam mencapai

target dalam pembelajaran fisika.

Tantangan dalam kegiatan berbasis laboratorium adalah kegiatan yang

ada berbasis buku masak. Setiap langkah percobaan dibuat secara runtut

untuk diikuti secara sitematis, sehingga mahasiswa terlalu mengikuti langkah-

langkah yang tercantum dalam buku praktikum terserbut. Kondisi tersebut

berdampak pada situasi dari proses belajar yang cenderung pasif, kurang

menarik, dan bersifat monoton. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran

yang belum mampu memotivasi mahasiswa untuk berpikir konstruktivis.

146
Selain itu keterampilan proses sains dan kreativitas mahasiswa juga sulit

berkembang secara optimal pada mata kuliah Fisika Dasar 1.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan

adalah Mobile Laboratory Based Learning (MLBL). MLBL merupakan

model yang memiliki empat unsur pokok. Unsur yang pertama yaitu adanya

landasan pemikiran/ teori yang berdasar pada filsafat konstruktivisme. Unsur

kedua dari model pembelajaran adalah adanya tujuan yaitu model yang

dihasilkan memiliki pengaruh positif terhadap motivasi belajar, KPS, berpikir

kreatif mahasiswa. Hal ini sejalan tujuan umum dari model inkuiri yang

kemudian dimodifikasi menjadi MLBL yaitu untuk membantu mahasiswa

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban yang berasal dari keingintahuan

mereka.

Unsur ketiga dari MLBL adalah adanya sintaks. Jika ditinjau dari

sintaksnya, model MLBL mengadaptasi pembelajaran laboratorium berbasis

inkuiri yang terdiri atas orientasi, konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan,

diskusi. Pengaruh dari model MLBL akan mampu meningkatkan motivasi

belajar mahasiswa. Indikasi dari peningkatan minat adalah perubahan positif

dari beberapa aspek yang dapat dikur, yaitu self efficacy, aktif dalam kegiatan

pembelajaran, memahami nilai-nailai pembelajaran serta tercapinya target

pembelajaran.

Pada tahap orientasi mahasiswa akan diberi pertanyaan berdasarkan

materi yang telah disampaikan untuk selanjutnya dapat menjawab pertanyaan

147
dalam tugas awal penelitian yang mampu meningkatkan self efficacy dan

juga menanamkan nilai-nilai dalam pembelajaran fisika. Selain itu MLBL

juga akan berkontribusi positif terhadap KPS terutama aspek mengamati.

Selain itu aspek kelancaran (fluency) yang merupakan bagian dari berpikir

kreatif juga mendapat pengaruh positif.

Pada tahap konseptualisasi, mahasiswa akan melakukan diskusi

berdasarkan video dan materi yang diunggah dan juga mereka akan diminta

merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis dari kegiatan praktikum

yang akan dilakukan. Tahap kedua dari MLBL ini akan berpengaruh positif

terhadap aspek aktif dalam pembelajaran. Kemampuan memprediksi yang

merupakan dari KPS juga akan mendapat pengaruh positif. Aspek kelancaran

(fluency) dan keluwesan (flexibility) yang merupakan bagian dari berpikir

kreatif juga akan meningkat.

Tahap ketiga adalah tahap investigasi. Pada tahap ini para mahasiswa

akan melakukan kegiatan percobaan sehingga aspek aktif dalam pembelajaran

dapat meningkat. Implementasi dari tahap ini, mahasiswa juga akan

meningkatkan kemampuan bereksperimen dan kemampuan menafsirkan data

yang merupakan bagian dari KPS. Pada faktor berpikir kreatif mahasiswa,

aspek elaborasi dan keaslian juga akan meningkat.

Tahapan keempat adalah menyimpulkan. Aktivitas mahasiswa pada

tahapan ini adalah menjawab pertanyaan berdasarkan teori yang berkaitan

dengan percobaan yang akan berdampak pada target pencapaian

pembelajaran fisika. Selain itu, KPS terutama aspek menyimpulkan juga akan

148
meningkat. Tahapan ini juga akan meningkatkan aspek elaborasi dari

komponen berpikir kreatif.

Tahapan kelima yaitu mendiskusikan hasil praktikum/eksperimen.

Melalui kegiatan ini, KPS mahasiswa akan meningkat terutama aspek

mendiskusikan. Berpikir kreatif mahasiswa juga mendapat pengaruh yang

positif pada aspek elaborasi.

Unsur keempat dari MLBL terkait sistem sosial dan pendukung berupa

penggunaan media sosial dan format penggunaannya dalam pembelajaran di

perguruan tinggi. Sistem sosial dalam MLBL memerlukan dukungan dari

dosen pengampu mata kuliah maupun para asisten kegiatan praktikum.

Sistem pendukung dalam kegiatan pembelajaran ini adalah media sosial yag

digunakan sebagai bagian dari mobile learning yang ada. melalui media

sosial, kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium dapat lebih terarah.

Komunikasi antara dosen, asisten praktikum serta mahasiswa sebagai

praktikan yang selama ini terbatas pada ruang dan waktu tertentu akan lebih

fleksibel. Dampak akhir dari lancarnya komunikasi adalah kegiatan

praktikum akan menjadi sarana meningkatkan KPS, motivasi, serta berpikir

kreatif mahasiswa.

Berdasarkan kelemahan dan keunggulan dari kegiatan laboratorium

dalam pembelajaran dan dipadukan dengan penggunaan teknologi mobile

maka dihasilkan model pembelajaran yang disebut Mobile Laboratory Based

Learning (MLBL). Penggunaan teknologi dapat mengurangi permasalahan

keterbatasan alat karena beberapa alat dapat digantikan oleh sitem perangkat

149
lunak bahkan simulasi dalam penggunaannya. Masalah keterbatasan ruang

dan waktu juga dapat diatasi dengan teknologi dalam laboratorium.

Penggunaan teknologi masih memiliki kelemahan di dalamnya, salah satunya

adalah kelemahan dari sisi evaluasi dan komunikasi. Hal tersebut dapat

diatasi dengan penggunaan media sosial. Gawai yang selama ini hanya

digunakan untuk komunikasi sehari-hari dapat juga dijadikan alat diskusi

pembelajaran sekaligus evaluasi proses pembelajaran. Potensi positif dari

media sosial inilah yang diupayakan dapat digapai melalui pengembangan ini.

Pengaruh dari penggunaan gawai dalam pembelajaran berbasis

laboratorium ini adalah motivasi, keterampilan proses sains dan berpikir

kreatif yang lebih baik. Fasilitas teknologi dalam gawai memunginkan peserta

didik untuk mengambil dan mengolah data serta sistem komunikasi melalui

media sosial yang sitematis dan terdokumentasi dengan baik. MLBL juga

dirasa akan berpengaruh terhadap berpikir kreatif dan Motivasi dari

mahasiswa dapat ditandai oleh adanya rasa perhatian, adanya rasa

sesuai/relevansi, percaya diri dan kepuasan.

Model MLBL juga memiliki dampak pengiring berupa perbaikan

berpikir kritis dan ICT Literacy dari mahasiswa. Hal ini tidak lepas dari

modul yang tidak hanya menampilkan gambar diam, namun akan dihadirkan

realita berupa animasi dalam bentuk AR yang mampu memberikan gambaran

konsep yang lebih baik. Hal ini akan memperkuat eksperimen lapangan dalam

pembelajaran yang menjadi bagain penting MLBL. Model Hipotetik

150
Pengembangan MLBL yang didukung modul berbasis AR dapat dilihat pada

Gambar 11.

Gambar 11. Model Hipotetik Pengembangan Model MLBL

PPengembangan Model MLBL untuk Pembelajaran Fisika

 Teori Belajar  Gawai dalam


Konstruktivisme Pembelajaran
 Inquiry Learning  Augmented Reality
Komponen Pengembangan
 Pembelajaran berbasis
Model MLBL Laboratorium

Analisis Permasalahan
Pembelajaran

Buku Pedoman Model Perangkat Pembelajaran


Isi Model MLBL Model MLBL Orientasi
MLBL

Pendahuluan Konseptualisasi

Sintaks
Landasan Teori Investigasi
Sistem Sosial
Model MLBL Menyimpulkan
Prinsip Reaksi
Penutup Mendiskusikan
Dampak

Sistem Pendukung Perangkat


Pembelajaran

RPS

Modul

Laporan Praktikum

Alat Evaluasi

 Model MLBL berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR yang


layak dan valid pada mata kuliah Fisika Dasar
Sasaran Model MLBL
 Model MLBL berbantuan modul yang terintegrasi dengan AR efektif
diterapkan pada mata kuliah Fisika Dasar

Capaian Pembelajaran  Meningkatkan Motivasi, Keterampilan Proses Sains, dan Kreativitas


Mahasiswa

151
D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian

1. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dipaparkan, maka dapat diajukan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kualitas prototype model MLBL untuk mata kuliah fisika

dasar 1 yang dikembangkan?

b. Apakah model MLBL yang dikembangkan memenuhi kriteria

kelayakan dari para Ahli?

c. Bagaimana kelayakan modul praktikum yang terintegrasi AR yang

dikembangkan dalam mendukung model MLBL?

d. Bagaimana kevalidan dan nilai reliabilitas alat ukur motivasi, KPS,

dan kreativitas pembelajaran dalam mengukur ketercapaian target

pengembangan model MLBL?

e. Bagaimana keefektifan model MLBL yang dikembangkan dilihat

dari pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa ?

f. Bagaimana keefektifan model MLBL yang dikembangkan terhadap

peningkatan keterampilan proses sains mahasiswa?

g. Bagaimana keefektifan model MLBL yang dikembangkan terhadap

peningkatan kreativitas mahasiswa?

h. Bagaimana keefektifan model MLBL yang dikembangkan terhadap

peningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas secara simultan.

152
2. Hipotesis Penelitian

a. Model MLBL yang terintegrasi dengan AR mampu meningkatkan

motivasi belajar mahasiswa

b. Model MLBL yang terintegrasi dengan AR mampu meningkatkan

KPS mahasiswa

c. Model MLBL yang terintegrasi dengan AR memberi pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa secara

simultan.

d. Terdapat perbedaan pengaruh antar model MLBL yang terintegrasi

dengan AR terhadap motivasi belajar mahasiswa

e. Terdapat perbedaan pengaruh antar model MLBL yang terintegrasi

dengan AR terhadap KPS mahasiswa

f. Terdapat perbedaan pengaruh antar model MLBL yang terintegrasi

dengan AR terhadap kreativitas mahasiswa

g. Terdapat korelasi yang signifikan antara implementasi MLBL yang

terintegrasi dengan AR dan motivasi belajar mahasiswa

h. Terdapat korelasi yang signifikan antara implementasi MLBL yang

terintegrasi dengan AR dan KPS mahasiswa

i. Terdapat korelasi yang signifikan antara implementasi MLBL yang

terintegrasi dengan AR dan kreativitas mahasiswa

153
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian

pengembangan adalah cara ilmiah untuk meneliti, merancang, memproduksi dan

menguji validasi dari suatu produk (Sugiyono, 2019). Richey dan Klein (2009)

menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah penelitian yang sistematis

meliputi proses desain, pengembangan, dan evaluasi yang bertujuan menetapkan

dasar empiris untuk menghasilkan suatu produk, baik berupa produk baru

ataupun revisi dari yang sudah ada.

Penelitian pengembangan ini akan mengikuti prosedur ADDIE. Model

ADDIE merupakan salah satu bentuk model prosedur pengembangan (Tegeh,

Jampel, & Pudjawan, 2014; Sugiyono, 2019). ADDIE adalah akronim dari

Analyze (menganalisis), Design (merancang), Develop (mengembangkan),

Implement (menerapkan), and Evaluate (mengevaluasi). Filosofi pendidikan

untuk aplikasi ADDIE ini adalah bahwa pembelajaran yang disengaja harus

berpusat pada siswa, inovatif, otentik, dan inspirasional.

Model ADDIE dipilih karena cocok untuk mengembangan produk berupa

desain pembelajaran (Sugiyono, 2019). Penggunan ADDIE mampu mendukung

pengembangan MLBL yang merupakan model pembelajaran yang tidak bisa

dilepaskan dari desain pembelajaran.

154
Alasan lain pemilihan ADDIE sebagai model pengembangan juga tidak

lepas dari karakter ADDIE antara lain tahapan pada model ADDIE

menggambarkan pendekatan sistematis untuk pengembangan instruksional

(Sugihartini, & Yudiana, 2018). Selain itu, model ini juga cocok digunakan

untuk pengembangan bahan pembelajaran (Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014).

Pemilihan model ADDIE dalam pengembangan MLBL juga tidak lepas

dari peluang dilakukannya evaluasi disetiap aktivitas/tahapan pengembangan.

Hal ini menjadikan tingkat kekurangan/kelemahan dari produk dapat

diminimalisir (Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014).

ADDIE diterapkan untuk membangun produk pembelajaran berbasis

kinerja (Branch, 2009). Penggunaan ADDIE dalam pengembangan Model

MLBL juga sesuai dengan karakter penelitian pengembangan yang berupaya

menetapkan fungsi, rancangan sistem yang ideal serta pemilihan keputusan yang

mungkin diambil dalam meningkatkan kualitas pembelajaran (Tegeh, Jampel, &

Pudjawan, 2014). Model MLBL juga dikembangkan dengan mengikuti unsur-

unsur model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (2003).

Penggunaan model ADDIE juga digunakan dalam proses pengembangan

bahan dan media ajar. Penggunaan model pengembangan ADDIE juga dinilai

cocok dalam mendesain dan mengembangkan media pembelajaran seperti telah

diterapkan oleh peneliti lain seperti Suana et al. (2017), Lesmono et al. (2018),

Syamsudin et al. (2019). Hal tersebut tidak lepas dari desain pengembangan

dalam ADDIE yang jelas dan sistematis dalam mengembangkan sumber belajar

berdasarkan kebutuhan siswa (Wang & Hsu, 2009).

155
Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapat disimpulkan penelitian dan

pengembangan merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu produk, baik itu produk baru ataupun hasil revisi dari

produk yang sudah ada, serta menguji tingkat keefektifan produk yang

dikembangkan tersebut.

B. Prosedur Pengembangan

Tahap pengembangan model MLBL mengikuti model prosedur

pengembangan ADDIE. Prosedur pengembangan berguna untuk memperjelas

langkah prosedural yang harus dilalui agar sampai ke produk yang diharapkan.

Prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya terdiri atas dua tujuan

utama, yaitu mengembangkan produk, dan menguji keefektifan produk berkaitan

dengan capaian hasil pembelajaran. Pengembangan produk mengikuti model

ADDIE (Branch, 2009) seperti tersaji pada Gambar 12.

Gambar 12. Desain Pengembangan dengan Model ADDIE (Branch, 2009).

156
1. Analisis

Kegiatan yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan yaitu melakukan

pengamatan lapangan, menganalisis karakteristik dan kebutuhan mahasiswa,

melakukan pengkajian pustaka dan mengumpulkan serta menganalisis jurnal

penelitian terdahulu yang relevan. Berdasarkan analisis yang ada terdapat

beberapa masalah yang perlu dipecahkan yaitu masalah KPS, Motivasi dan

kreativitas dari mahasiswa. Opsi untuk menyelesaikan masalah-masalah

tersebut adalah dengan pembelajaran berbasis laboratorium.

Pilihan penyelesaian masalah motivasi, KPS, dan kreativitas pada

penggunaan pembelajaran berbasis laboratorium juga memiliki kekurangan.

Hal tersebut diketahui melalui kegiatan pengkajian pustaka dan

penganalisisan jurnal penelitian terdahulu yang relevan dilakukan untuk

memperoleh teori-teori yang dapat digunakan menjadi landasan pijak untuk

mengembangkan alternatif pemecahan masalah yang akan dibuat. Sebagai

hasilnya perlu adanya modifikasi dalam pembelajaran berbasis laboratorium.

Modifikasi itu adalah dengan penambahan perangkat mobile dalam kegiatan

pengambilan data, serta menggunaan sosial media sebagai alat bantu

komikasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Design (Perencanaan)

Fase perencanaan mengikuti fase analisis, di mana terdapat upaya untuk

mengatasi kesenjangan kinerja yang telah diuraian pada tahap analisis. Pada

tahap perencanaan ini dilakukan kajian mendalam sebagai upaya

menghasilkan model mobile laboratory based learning (MLBL) dari sisi teori

157
pembelajaran maupun teknis pembelajaran sebagai upaya mengatasi masalah

pembelajaran yang telah teridentifikasi sebelumnya. Berdasarkan hasil telaah

yang telah dilakukan, didapatkan matriks hubungan antar elemen yang akan

diteliti. Kerangka hubungan antar elemen yang akan diteliti dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Hubugan Antar Elemen

Variabel Bebas Variabel Terikat


(MLBL) Motivasi Belajar KPS Kreativitas
Orientasi Self Efficacy Mengamati Kelancaran

Konseptualisasi Aktif dalam Memprediksi Kelancaran


(Implementasi media sosial pembelajaran
dalam gawai sebagai
MOOC)
Keluwesan
Investigasi Aktif dalam Bereksperimen Elaborasi
(Implementasi media sosial pembelajaran
dalam gawai sebagai
MOOC dan juga sebagai
alat ukur)
Nilai belajar fisika Menafsirkan Keaslian
data
Menyimpulkan Nilai belajar fisika Menyimpulkan Elaborasi
Diskusi Target pencapaian Mendiskusikan Elaborasi
(Implementasi media sosial
dalam gawai sebagai
MOOC)

Pada tahap ini juga disusun perencanaan komponen-komponen dalam

model MLBL meliputi perangkat pembelajaran yang akan mendukung

keterlaksanaan sebagai pendukung buku model MLBL, yaitu RPS dan modul

praktikum. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam tahap perencanaan

adalah pengembangan instrumen kelayakan produk. Pada bagian perencanaan

158
ini telah dilakukan perumusan indikator serta deskripsi dari indikator yang

kemudian akan menjadi bagian inti dari model mobile laboratory based

learning.

3. Development (pengembangan)

Produk hasil pengembangan ini adalah berupa model mobile

laboratory based learning. MLBL dalam tahap ini dinilai kelayakannya oleh

para ahli. Produk yang dikembangkan ini kemudian digunakan oleh pengajar

khususnya dosen yang mata kuliahnya terintegrasi dengan praktikum dalam

skala terbatas. Selain itu produk yang akan dihasilkan adalah model mobile

laboratory based learning ditunjukkan pada mahasiswa dengan memberikan

kesempatan merencanakan prkatikum mandiri.

Kegiatan ujicoba terbatas dari penelitian ini diimplementasikan kepada

mahasiswa semester 1 yang mengambil mata kuliah fisika dasar 1. Ujicoba

terbatas ini dimaksudkan untuk mengetahui keterlaksanaan model dan

perangkat. Selain itu, ujicoba terbatas juga dimaksudkan untuk mengetahui

keefektifan MLBL dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran fisika

mahasiswa. Rencana pengembangan produk awal model MLBL dapat dilihat

pada gambar 13.

4. Implementation (Penerapan)

Fase Implementasi merupakan bagian penerapan dari model yang telah

dikembangkan, untuk memastikan dampaknya di dunia nyata. Produk yang

telah divalidasi oleh para ahli dan telah direvisi akan dilakukan uji coba pada

159
kegiatan perkuliahan pada skala lebih luas. Ujicoba diperluas melibatkan tiga

kelompok. Satu kelompok berperan sebagai kelompok eksperimen yang

menggunakan MLBL dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan dua kelompok

lainnya menggunakan kegiatan laboratorium berbasis simulasi dan cookbook

lab. Hasil dari tahapan implementation akan menjadi tolok ukur bagi

kefektifan MLBL baik dari sisi substansi maupun metodologi.

Gambar 13. Produk awal model MLBL

Buku Model Sintaks

Pendahuluan Sistem Sosial

Landasan Teori Prinsip Reaksi

Model MLBL Dampak Perangkat

Penutup Pendukung RPS

Modul

Alat Evaluasi

5. Evaluation (evaluasi)

Bagian akhir dari tahapan pengembangan adalah proses evaluasi. Pada

pengembangan model MLBL, proses evaluasi terdiri dari agenda

mendokumentasikan aspek-aspek MLBL dan bahan pendukung MLBL yang

memerlukan pengembangan lebih lanjut, dimana hasil perbaikan akan

kembali dianalisis atau jika produk memenuhi kebutuhan dan target yang

160
telah ditetapkan, maka model MLBL dapat digunakan untuk proses

pembelajaran yang sebenarnya.

C. Desain Uji Coba Produk


Uji coba produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian

pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba

produk bertujuan untuk mengetahui apakah kelayakan dari produk yang

dikembangkan. Uji coba produk juga ditujukan untuk melihat ketercapaian

sasaran dan tujuan dari produk yang dikembangkan. Produk yang baik

memenuhi 2 kriteria yaitu: kriteria pembelajaran (insiructional criterid) dan

kriteria penampilan (presentation criteria). Untuk mengetahui kelyakan produk,

dilakukan proses penilaian oleh ahli isi, ahli media, dan ahli desain. Untuk

mengetahui tanggapan daripara pengguna dilakukan proses uji coba kepada

pengguna, yaitu dosen.

1. Desain Ujicoba
Poduk hasil pengembangan dalam penelitian ini yaitu model MLBL

akan diuji lapangan dengan tujuan akhir adalah menghasilkan produk yang

benar-benar layak dalam pembelajaran. Pada tahap uji coba, dilakukan

eksperimen semu. Rancangan ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu ujicoba

terbatas dan uji coba luas. Uji coba terbatas menggunakan satu kelompok

dengan desain one group pre test–post test. Desain uji coba terbatas dapat

dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. One Group Pretest and Post Test Design


(Knapp, 2016)

R Y1 x Y2

161
Pada uji coba luas melibatkan satu kelompok eksperimen dan dua

kelompok kontrol. Desain pada uji diperluas menggunaan pre test-post test

control group design. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran

dengan model MLBL sedangkan kelompok kontrol melakukan kegiatan

laboratorium konvensional. Desain uji coba diperluas dapat dilihat pada

Gambar 15.

Gambar 15. Pretest and Post Test Control Group Design


(Knapp, 2016)
R Y1 x Y2

R Y3 x Y4

R Y5 x Y6

2. Subjek Uji Coba


Subjek ujicoba dalam penelitian ini mahasiswa pendidikan fisika

semester 1 di lampung. Untuk mengetahui keefektifan produk yang

dihasilkan, maka dilakukan dua kali uji coba, yaitu uji coba terbatas yang

melibatkan satu kelompok dan uji coba diperluas yang melibatkan tiga

kelompok. Pemilihan subjek yang akan diperi perlakuan dalam penelitian ini

menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pemilihan smpel secara

acak berdasarkan kelas/kelompok yang sudah ada.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data


Instrumen pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian

pengembangan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, sebab

menentukan baik tidaknya data yang diperoleh oleh peneliti. Instrumen dalam

162
penelitian ini digunakan untuk mengukur keseluruhan aspek yang berkaitan

dengan kevalidan dan keefektifan produk. Jabaran aspek yang dinilai dalam

pengembangan model terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jabaran Aspek yang Dinilai dalam Pengembangan Model

Aspek yang Instrumen Data yang diamati


No dinilai
1 Analisis Angket Menganalisis skor rata-rata
Kebutuhan kemudian mengkonversikan dengan
pedoman konversi skala 5
2 Kelayakan Angket Uji kelayakan model dan perangkat
Produk (RPS, Buku Model, Modul
Praktikum, alat evaluasi)
menggunakan analisis statistik
deskriptif

Uji reliabilitas lembar observasi


motivasi belajar menggunakan
percentage of agreement
Kefektifan Angket, Lembar Mancova
3 Produk Observasi dan
Tes

a. Instrumen Validasi MLBL

Instrumen validasi berguna untuk memvalidasi lembar model dan

perangkat pendukung pembelajaran yang dikembangkan. Prosedur dalam

penyusunan instrumen ini terdiri atas: penyusunan kisi-kisi, pembuatan

butir-butir pertanyaan, uji validasi, revisi, dan produk akhir. Validasi ini

mencakup lembar validasi perangkat model MLBL, lembar validasi tes

KPS, berpikir kreatif dan motivasi belajar.

Lembar penilaian model MLBL digunakan untuk menilai produk

buku model MLBL yang dihasilkan. Indikator dari buku model MLBL

163
yang menjadi acuan model ini dikatakan layak atau tidak terdiri atas:

sampul, layout dan tata tulis, penyajian isi/materi, pendahuluan, landasan

teori, isi mdel MLBL, bagian akhir dan kebahasaan. Kisi-kisi validasi

buku model dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kisi-kisi validasi buku model MLBL

No Aspek Indikator
1 Sampul Kejelasan dan kemenarikan cover
2 Lay out dan tata tulis Kualitas lay out dan tata tulis
3 Penyajian isi/materi Kejelasan uraian materi, Tabel dan
gambar.
4 Pendahuluan Kejelasan uraian, latar belakang, tujuan,
cakupan dan petunjuk penggunaan
5 Landasan Teori Kesesuaian teori pendukung dengan
model
6 Isi MLBL kejelasan konsep dasar, prinsip
engembangan, dan komponen model
MLBL (Sintaks, sistem sosial, prinsip
reaksi, sistem pendukung, dampak
instruksional dan pengiring)
7 Bagian Akhir Kejelasan penutup, daftar pustaka dan
glosarium
8 Kebahasaan Menggunakan bahasa yang baik dan
benar

Untuk validitas RPS dapat dilihat dari berbagai aspek meliputi: identitas

mata kuliah, indikator capaian, kemampuan akhir, isi dan kegiatan

pembelajaran, evaluasi, serta rujukan. Kisi-kisi validasi RPS terdapat

pada Tabel 11. Terkait validitas modul praktikum terdiri atas: sampul,

layout dan tata tulis, ilustrasi, format, isi, dan kebahasaan. Kisi-kisi

validasi modul praktikum dapat dilihat pada Tabel 12.

164
Tabel 11. Kisi-kisi validasi RPS

No Aspek Indikator
1 Identitas Mata Kejelasan identitas mata kuliah meliputi
Kuliah nama program studi, nama dan kode mata
kuliah, semester, sks, nama dosen
pengampu
2 Indikator Capaian Kejelasan capaian pembelajaran lulusan
yang dibebankan pada mata kuliah
3 Kemampuan Akhir Kejelasan kemampuan akhir yang
direncanakan pada tiap tahap
pembelajaran untuk memenuhi capaian
pembelajaran lulusan
4 Isi dan Kegiatan Kejelasan bahan kajian, model
pembelajaran, alokasi waktu, serta
deskripsi pengalaman belajar
5 Evaluasi Kejelasan kriteria, indikator serta bobot
penilaian
6 Rujukan Kejelasan Refrensi yang digunakan
dalam pembelajaran

Tabel 12. Kisi-kisi validasi Modul Praktikum

No Aspek Indikator
1 Sampul Kejelasan dan kemenarikan cover
2 Lay out dan tata tulis Kualitas lay out dan tata tulis
3 Ilustrasi Kejelasan dukungan ilustrasi/gambar
yang digunakan
4 Format Kejelasan uraian, sistem penomoran,
huruf dan pengaturan gambar
5 Isi kejelasan percobaan praktikum yang
dilakukan
6 Kebahasaan Menggunakan bahasa yang baik dan
benar

b. Instrumen Penilaian Motivasi Belajar

Instrumen penilaian motivasi belajar disusun berupa angket.

Indikator dari motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Self-efficacy, Strategi pembelajaran aktif, Nilai belajar Fisika, Target

165
Pencapaian. Angket motivasi belajar yang digunakan menggunakan skala

likert. Kisi-kisi instrumen motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar

Aspek Indikator
MLBL menstimulasi siswa untuk percaya pada
Self-efficacy. kemampuan mereka sendiri untuk melakukan
dengan baik dalam tugas pembelajaran fisika.
MLBL menstimulasi mahasiswa untuk berperan
Aktif dalam aktif dalam menggunakan berbagai strategi untuk
pembelajaran membangun pengetahuan baru berdasarkan
pemahaman mereka sebelumnya.
MLBL membiarkan mahasiswa memperoleh
kompetensi pemecahan masalah, mengalami
Nilai –nilai aktivitas penyelidikan, menstimulasi pemikiran
pembelajaran mereka sendiri, dan menemukan relevansi sains
Fisika. dengan kehidupan sehari-hari. Jika mereka dapat
melihat nilai-nilai penting ini, mereka akan
termotivasi untuk belajar fisika.
MLBL menghasilkan mahasiswa yang puas setelah
Target
mereka mampu meningkatkan kompetensi dan
Pencapaian.
prestasi mereka selama pembelajaran fisika

Proses penilaian kevalidan angket motivasi belajar dilakukan melalui

penilaian validasi isi dengan kesepakatan ahli (rater agreement).

Perhitungan dalam menentukan validasi ini mengikuti rumus:


(Retnawati, 2016)

Dengan s adalah skor yang diberikan masing-masing ahli dikurangi skor

terendah dalam kategori, n merupakan banyaknya ahli yang menilai angket

dan c adalah banyaknya kategori yang dapat dipilih oleh ahli yang menilai

angket motivasi belajar. Interpretasi nilai validasi adalah jika hasil

perhitungan (indeksnya) kurang dari 0,40 maka validitas masuk kategori

rendah, jika indeksnya 0,40 hingga 0,80 maka validitas masuk kategori

166
sedang, dan jika indeksnya lebih dari 0,80 maka validitas masuk kategori

tinggi (Wawan, 2020).

Uji tingkat reliabilitas instrumen menggunakan Percentage of Agreement

(PA) dari dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

A= Besarnya frekuensi kecocokan antara dua data validator/pengamat

D=Besarnya frekuensi ketidakcocokan antara dua data validator/pengamat

PA= Koefisien reliabilitas instrumen

c. Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian KPS berasal dari kemampuan mahasiswa dalam melakuakn

berbagai aktivitas sains. Aktivitas tersebut meliputi keterampilan mengamati,

menyimpulkan, memprediksi, mengontrol variabel, menafsirkan data,

hipotesa dan melakukan eksperimen. Instrumen KPS dikembangkan melalui

prosedur: penyusunan kisi-kisi, pembuatan butir-butir pertanyaan, uji validasi

ahli dan praktisi, revisi, uji coba, analisis hasil uji coba, dan penulisan akhir.

Kisi-kisi instrumen KPS dapat dilihat pada Tabel 14.

Proses penilaian kevalidan lembar observasi KPS dilakukan melalui

penilaian validasi isi dengan kesepakatan ahli (rater agreement). Perhitungan

dalam menentukan validasi ini mengikuti rumus:


(Retnawati, 2016)

167
Tabel 14. Kisi-kisi instrumen KPS

Aspek Indikator
Melalui proses pengamatan pada MLBL mahasiswa
Mengamati mampu mengklasifikasikan gerak obyek pada
berbagai situasi situasi menggunakan
Melaui MLBL mahasiswa mampu memprediksi
Memprediksi
pola gerak obyek beradasrkan data yang ada.
Menguji hipotesis melalui manipulasi dan kontrol
variabel independen dan mencatat efek pada
Bereksperimen variabel dependen; menafsirkan dan menyajikan
hasil dalam bentuk laporan yang dapat diikuti orang
lain untuk mereplikasi percobaan
Penjelasan, kesimpulan, atau hipotesis dari data
Menafsirkan
yang telah dibuat grafik atau ditempatkan dalam
data
Tabel.
Melalui MLBL mahasiswa mampu menjelaskan
Menyimpulkan pola gerak benda berdasarkan kinematika gerak
untuk objek atau acara tertentu
Melalui MLBL mahasiswa mampu menjawab
Mengkomuni-
pertanyaan-pertanyaan sesuai topik praktikum dan
kasikan
mendiskusikannya dengan rekan-rekan
Dengan s adalah skor yang diberikan masing-masing ahli dikurangi

skor terendah dalam kategori, n merupakan banyaknya ahli yang menilai

angket dan c adalah banyaknya kategori yang dapat dipilih oleh ahli yang

menilai lembar observasi KPS. Interpretasi nilai validasi adalah jika hasil

perhitungan (indeksnya) kurang dari 0,40 maka validitas masuk kategori

rendah, jika indeksnya 0,40 hingga 0,80 maka validitas masuk kategori

sedang, dan jika indeksnya lebih dari 0,80 maka validitas masuk kategori

tinggi (Wawan, 2020).

Uji tingkat reliabilitas instrumen menggunakan Percentage of Agreement

(PA) dari dengan rumus sebagai berikut.

168
Keterangan:

A= Besarnya frekuensi kecocokan antara dua data validator/pengamat

D=Besarnya frekuensi ketidakcocokan antara dua data validator/pengamat

PA= Koefisien reliabilitas instrumen

d. Instrumen Penilaian Kreativitas

Kreativitas mahasiswa diukur menggunakan lembar observasi. Indikator

dari kreativitas dalam penelitian ini adalah Kelancaran, Fleksibilitas, Keaslian,

Elaborasi. Instrumen kreativitas dikembangkan melalui prosedur: penyusunan

kisi-kisi, pembuatan butir-butir pertanyaan, uji validasi ahli dan praktisi, revisi,

uji coba, analisis hasil uji coba, dan penulisan akhir. Kisi-kisi instrumen

kreativitas dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Kisi-kisi Instrumen Kreativitas

Aspek Indikator Berpikir Kreatif


Melalui model MLBL mahasiswa mampu menjawab
pertanyaan dengan sejumlah fakta.
Kelancaran Melalui model MLBL mahasiswa mampu membuat ide /
hipotesis
Melalui model MLBL mahasiswa mampu melihat
kesalahan suatu objek
Melalui model MLBL mahasiswa mampu memberikan
sudut pandang dari suatu fenomena.
Melalui model MLBL mahasiswa mampu memiikirkan
Fleksibilitas cara memecahkan masalah
Melalui model MLBL mahasiswa mampu
mengkategorikan berbagai hal berdasarkan bagian atau
kategori yang berbeda
Keaslian Melalui model MLBL mahasiswa mampu menetapkan
masalah baru.
Melalui model MLBL mahasiswa mampu mencari makna
yang lebih dalam tentang suatu masalah
Elaborasi Melalui model MLBL mahasiswa mampu
mengembangkan gagasan/ide
Melalui model MLBL mahasiswa mampu mencoba
membuat sesuatu yang baru

169
Proses penilaian kevalidan lembar observasi kreativitas dilakukan

melalui penilaian validasi isi dengan kesepakatan ahli (rater agreement).

Perhitungan dalam menentukan validasi ini mengikuti rumus:


(Retnawati, 2016)

Dengan s adalah skor yang diberikan masing-masing ahli dikurangi skor

terendah dalam kategori, n merupakan banyaknya ahli yang menilai

angket dan c adalah banyaknya kategori yang dapat dipilih oleh ahli yang

menilai lembar observasi kreativitas. Interpretasi nilai validasi adalah jika

hasil perhitungan (indeksnya) kurang dari 0,40 maka validitas masuk

kategori rendah, jika indeksnya 0,40 hingga 0,80 maka validitas masuk

kategori sedang, dan jika indeksnya lebih dari 0,80 maka validitas masuk

kategori tinggi (Wawan, 2020). Uji tingkat reliabilitas instrumen

menggunakan Percentage of Agreement (PA) dari dengan rumus sebagai

berikut.

Keterangan:

A= Besarnya frekuensi kecocokan antara dua data validator/pengamat

D=Besarnya frekuensi ketidakcocokan antara dua data validator/pengamat

PA= Koefisien reliabilitas instrumen

4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian pengembangan

ini ada dua, yaitu teknik analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif

terdiri atas analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

170
Secara umum, lewat analisis data kualitatif akan diketahui melalui

pengategorian dari hasil pengukuran dengan interval data yang bergerak dari

sangat kurang sampai sangat baik. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang berbagai kondisi lapangan yang bersifat tanggapan

(respons). Metode ini digunakan menganalisis komentar maupun saran dari

para ahli dan responden pada saat studi pendahuluan dan validasi instrumen.

Analisis kuantitatif bertujuan untuk menguji atau memverifikasi hasil

penelitian (Creswell, 2017). Metode ini digunakan untuk menganalisis data

yang diperoleh dari angket atau tes dalam bentuk skor. Metode ini digunakan

dalam menganalisis data validitas instrumen, reliabilitas instrumen, validitas

model, serta perangkat pembelajaran yang mendukung model MLBL. Teknik

analisis inferensial digunakan untuk mengetahui keefektifan model

pembelajaran yang dikembangkan.

a. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen

Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk mengambil data,

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Validasi

terhadap angket motivasi, lembar observasi KPS serta lembar observasi

kreativitas diperoleh melalui validitas isi oleh ahli. Tingkat kevalidan

instrumen diketahui dari indeks validitas oleh Aiken dengan persamaan

berikut:

Dengan V adalah indeks kesepakatan rater (penilai) tentang

validitas butir; s merupakan skor yang ditetapkan setiap rater (penilai)

171
dikurangi skor terendah dalam kategori yang digunakan (s = r – lo, dengan

r = skor kategori pilihan rater (penilai) dan lo merupakan skor terendah

yang digunakan dalam penyekoran); n banyaknya rater (penilai); dan c

banyaknya kategori yang dapat dipilih rater. Indeks V nilainya berkisar di

antara 0-1, jika indeks kesepakatan kurang dari 0,4 maka dikatakan

validitas rendah, jika di antara 0,4-0,8 validitas sedang, dan jika lebih dari

0,8 dikatakan tinggi (Retnawati, 2017).

Untuk mengetahu estimasi reliabilitas dari instrumen angket motivasi,

lembar obervasi KPS, serta observasi kreativitas menggunakan Percentage

of Agreement (PA) dari dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

A= Besarnya frekuensi kecocokan antara dua data validator/pengamat

D=Besarnya frekuensi ketidakcocokan antara dua data validator/pengamat

PA= Koefisien reliabilitas instrumen

Kriteria instrumen dikatakan reliabel, apabila koefisien reliabilitasnya (PA)

70% (Nitko & Brookhart, 2007).

Hasil validitas instrument akan dilengkapi dengan reliabilitas alfa

dari cronbach. Khusus untuk pengujian instrument kreativitas, karena

dilengkapi dengan tes soal uraian maka reliabilitas instrument akan

dilengkapi dengan reliabilitas alfa dari cronbach dan reliabilitas inter-rater.

Reliabilitas inter-rater dapat ditentukan dengan membandingkan

172
banyaknya butir yang di skor sama oleh rater dengan butir soal, kemudian

disajikan dalam persentase (Retnawati, 2017).

b. Analisis Kelayakan Produk

Analisis kelayakan produk berupa model pembelajaran dilihat dari

dua hal, yaitu kelayakan dan keterlaksanaan produk. Data untuk

menentukan kelayakan model dan perangkat pembelajaran dikumpulkan

menggunakan angket yang telah diberikan pada ahli isi, ahli media, ahli

desain pembelajaran, dan dosen pengguna. Sementara, data keterlaksanaan

model dikumpulkan dengan lembar observasi. Data penilaian kelayakan dan

keterlaksanaan model dan perangkatnya dianalisis dengan analisis statistik

deskriptif dengan menghitung persentase yang menggunakan rumus sebagai

berikut (Tegeh, Jampel , & Pudjawan, 2014):

Keterangan:
∑ = Jumlah skor
SMI = Skor Maksimal Ideal
Pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan dalam proses

validasi dan keterlaksanaan produk diasjikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Pedoman Konversi Validitas dan Keterlaksanaan Produk

No Rentang skor (%) Kategori


1 90,00-100 Sangat Baik
2 75,00-89,00 Baik
3 65,00-74,00 Cukup
4 55,00-64,00 Kurang
5 0,00-54,00 Sangat Kurang

173
Kriteria kelayakan dan keterlaksanaan produk dapat dinilai berhasil

jika mencapai skor minimal 75% dengan kualifikasi minimal baik. Apabila

tidak demikian, maka perlu dilakukan revisi sesuai dengan saran validator

dan melihat kembali aspek-aspek yang masih kurang. Selanjutnya

dilakukan validasi dan implementasi ulang, dan demikian seterusnya

sampai terpenuhi kriteria minimal baik.

c. Analisis Efektivitas Produk

Efektivitas produk dianalisis menggunakan statistik inferensial.

Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji keefektifan produk

pada uji terbatas (kelas) adalah dengan paired sample t test. Uji ini

digunakan untuk menganalisis data uji coba kelompok terbatas (kelas)

untuk menentukan keefektifan model pembelajaran terhadap peningkatan

KPS, Motivasi, dan kreativitas mahasiswa. Pada uji coba kelompok

terbatas digunakan 12 orang sebagai sampel. Penggunaan jumlah sampel

didasari pada uji coba terbatas yang merupakan bentuk eksperimental

sederhana,. Pada eksperimental sederhana dapat menggunakan sampel

antara 10 sampai 20 orang (Wawan, 2020).

Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji keefektifan

produk pada uji diperluas adalah Multivariate Analysis of Variance

(MANOVA). Secara umum, analisis multivariat berhubungan dengan

metode-metode statistik yang secara bersama-sama melakukan analisis

terhadap lebih dari dua variabel pada setiap objek yang diteliti (Santoso,

2017). Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.

174
Terkait persyaratan dalam uji MANOVA atau MANCOVA ada hal

yang perlu dipenuhi antara lain independensi antar anggota grup.

Persyaratan kedua adalah adanya kesamaan matrik kovarians antar grup

pada variabel dependen. Persyaratan ketiga adalah variabel-variabel

dependen seharusnya berdistribusi normal. Persyaratan keempat adalah

tidak ada korelasi yang kuat antar variabel independen. Persyaratan kelima

adalah deteksi terkait ada atau tidaknya outliner (Santoso, 2017).

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah H0 diterima jika

ketiga model pembelajaran memberikan efek yang sama terhadap

motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa. H1 akan diterima jika ketiga

model pembelajaran tidak semuanya memberi efek yang sama terhadap

motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa. Taraf uji signifikansi dalam

penelitian ini adalah 0,05 atau 5%. Penggunaan taraf signifikansi 5%

didasarkan pada tidak adanya pengarahan pada hipotesis yang ada (Field,

2018).

Sebelum dilakukan analisis statistik inferensial, terlebih dahulu

dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat menggunakan uji normalitas sebaran

data dan Uji homogenitas varians antar kelompok (Candiasa, 2011). Uji

normalitas sebaran data digunakan untuk mendapatkan data empiris bahwa

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga uji

hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas yang digunakan adalah uji

Kolmogrov Test dan Shapiro-Wilks (Candiasa, 2011). Kriteria pengujian:

data memiliki sebaran distribusi normal jika angka signifikansi yang

175
dihasilkan lebih besar dari 0,05. Uji normalitas pada penelitian ini

dilakukan dengan memanfaatkan bantuan SPSS 26.0.

Uji homogenitas varians antar kelompok dimaksudkan untuk

mendapatkan data empiris bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis

diakibatkan adanya perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians

antar kelompok menggunakan Levene test of Eguatity of Error Varians

(Candiasa, 2011). Kriteria pengujian: data memiliki varians yang sama

(homogen) jika angka signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan

bantuan SPSS 26.0.

176
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Hasil Pengembangan Produk Awal

Penelitian pengembangan bertujuan untak memastikan bahwa produk yang

dikembangkan merupakan produk yang layak dan efektif. Produk dikembangkan

berdasarkan model ADDIE. Tahapan-tahapan dalam proses pengembangan terdiri

atas Analyze (Analisis), Design (Perencanaan), Development (pengembangan),

Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi).

1. Analisis

a. Survei Lapangan

Survei awal lapangan dilakukan melalui wawancara dengan dosen

pengampu mata kuliah fisika dasar dan juga kepala laboratorium fisika

Universitas Muhammadiyah Metro. Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa kegiatan praktikum fisika dasar telah berlangsung, dan

berbasis cookbook lab. Kegiatan observasi lapangan dilakukan satu kali

pertemuan tanpa penyelesaian masalah, sehingga diketahui target luaran

dari upaya perbaikan yang akan dilakukan.

Hasil analisis kebutuhan ini diperkuat dengan hasil wawancara dan

survey di UIN Raden Intan Lampung yang menyatakan perlu adanya

perubahan modul/petunjuk praktikum fisika dasar 1. Melalui modul yang

mampu menampilkan video ataupun animasi diharapkan dapat membantu

memahami konsep terkait materi dalam praktikum.

177
b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan untuk mengidentifikasi capaian

pembelajaran sesuai dengan KKNI pada mata kuliah Fisika Dasar yang

telah disepakati oleh organinasi profesi bagi mahasiswa tahun ajaran

2019/2020. Capaian pembelajaran terdiri dari:

1) Capaian Pembelajaran Prodi

a) Sikap: bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu

menunjukkan sikap religius, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan etika,

menginternalisasi nilai, norma dan etika akademik

b) Keterampilan umum: mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,

sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau

implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan

dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang

keahliannya serta mampu mengkaji implikasi pengembangan atau

implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan

dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya

berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka

menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni;

c) Pengetahuan: mampu menguasai konsep teoretis fisika klasik dan

modern (kuantum) secara umum, konsep umum, prinsip, dan

aplikasi matematika, komputasi, dan fisika instrumentasi serta

memiliki pengetahuan operasional lengkap tentang fungsi, cara

178
mengoperasikan instrumen fisika yang umum dan yang khusus

untuk proses pembelajaran.

d) Keterampilan khusus: Mampu menganalisis masalah, menemukan

sumber masalah, dan menyelesaikan masalah instrumentasi fisika

dalam proses pembelajaran fisika dan masalah manajemen

laboratorium fisika sesuai dengan kaidah keilmuan fisika, serta

mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam

penyelenggaraan kelas dan penggunaan laboratorium untuk

pembelajaran Fisika.

2) Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Capaian pembelajaran mata kuliah Fisika Dasar adalah

a) Menganalisis konsep besaran (besaran pokok dan besaran turunan)

dan pengukurandalam kehidupan sehari-hari, serta menganalisis

besaran vektor, operasi pada vektor, aplikasi vektor dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Menganalisis dan menjelaskan tentang dasar-dasar mekanika

(ditinjau dari keilmuan, kinematika,dan dinamika).

c) Menganalisis dan menjelaskan tentang konsep dasar kalor (bentuk

energi, Satuan Internasional, Konversi Suhu, dan jenis-jenis kalor

dalam kehidupan sehari-hari).

d) Menganalisis dan menjelaskan konsep dasar kelistrikan dan

kemagnetan (tokoh berpengaruh, penemuan-penemuan penting

179
kelistrikan dan kemagnetan, serta contoh penerapan dalam

kehidupan sehari-hari).

e) Menganalisis dan mengkaji dasar-dasar optik (Hukum pemantulan,

Cermin dan Lensa, serta memahami konsep dasar optik dalam

kehidupan sehari-hari).

c. Analisis Materi Pembelajaran

Mata kuliah Fisika Dasar akan memberikan landasan dasar bagi

mahasiswa tentang pengetahuan dan berbagai prinsip dasar fisika

khususnya; analisis vektor, mekanika, kalor, optika dasar, fenomena

kelistrikan dan kemagnetan, serta konsep dasar fisika modern. Mata kuliah

ini merupakan pengantar perkuliahan fisika dan diharapkan dapat menjadi

landasan pengetahuan untuk perkuliahan fisika lanjutan.

d. Analisis Lingkungan Belajar

Analisis lingkungan belajar dilakukan menganalisis kondisi fisik

perguruan tinggi, potensi mahasiswa, potensi dosen, fasilitas pembelajaran

dan media, serta kondisi laboratorium fisika. Hasil analisis lingkungan

belajar menunjukkan bahwa kondisi fisik perguruan tinggi sudah tertata.

Terdapat fasilitas yang mampu memfasilitasi kegiatan diskusi baik luring

maupun Daring. Pengelolaan fasilitas yang ada dikelola secara profesional

oleh tenaga kependidikan sesuai dengan bidangnya. Secara umum

mahasiswa pendidikan fisika memiliki keuletan dan aktif dalam berbagai

kegiatan baik kegaiatan akademik, ekstrakulikuler kampus.

180
Dosen pendidikan fisika di UM Metro memiliki kompetensi dalam

menyampaikan materi ajar pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari

kondisi 8 dari 9 dosen telah tersertifikasi. Penugasan matakuliah juga

disesuaikan dengan bidang yang menjadi keahlian dari para dosen.

Fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran juga sudah memadai, dosen

dapat menfasilitasi mahasiswa untuk meningkatkan motivasi belajar

dengan beragam media yang telah disediakan kampus. Bahkan untuk

kegaiatan pembelajaran bauran (Blended Learning), UM Metro juga

memfasilitasi dengan SPADA.

Terkait dengan kondisi laboratorium, di UM Metro telah terdapat

beberapa laboratorium mampu menunjang kegiatan pembelajaran yaitu

laboratorium fisika dan komputer. Laboratorium fisika sudah memiliki

paralatan yang cukup lengkap. Khusus untuk kegiatan praktikum fisika

dasar pengelola laboratorium mampu menyiapkan dan memfasilitasi 6

topik praktikum.

e. Analisis Persepsi Mahasiswa Terkait Kegiatan Praktikum

Sebagai upaya untuk persepsi mahsiswa terkait kegiatan praktikum

maka dilakukan survey terhadap mahasiswa. Berdasarkan hasil survei

yang dilakukan oleh Suseno et al. (2020), diketahui bahwa sebagaian besar

(91,0%) mahasiswa lebih senang praktikum di laboratorium. Dari seluruh

responden, sebanyak 63,6% menyatakan praktikum di laboratorium lebih

mengesankan dan bermakna, dan 36,4% menyatakan praktikum

181
menggunakan alat dan bahan di lingkungan sekitar mengesankan dan

bermakna.

Selain itu, tim dosen pendidikan fisika Universitas Muhammadiyah

Metro juga melakukan survei terkait pilihan dan harapan responden

dalam pelaksanaan praktikum pada masa pandemi Covid-19. Responden

dari pelaksanaan praktikum fisik dan virtual, menunjukkan bahwa 67,5%

responden lebih senang jika kegiatan praktikum dilakukan secara luring,

sedangkan 32,5% lebih memilih kegiatan praktikum berbasis virtual

simulasi.

Hasil analisis di UIN Raden Intan Lampung juga menunjukkan hal

yang setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa pendidikan yang belum

mendapatkan nilai di atas 75 dalam beberapa pelaksanaan praktikum. Hal

ini berarti masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai rendah.

Hasil analisis lanjut juga menunjukkan para mahasiswa mengalami

kesulitan ketika praktikum mandiri menggunakan alat dan bahan di

lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh tim

dosen pendidikan fisika Universitas Muhammadiyah Metro, diperoleh data

kualitatif penguasaan mahasiswa setelah melakukan praktikum mandiri

berbasis lingkungan sekitar di era pandemik. Berdasarkan data yang

didapat temuan bahwa para mahsiswa belum memahami cara menuliskan

hasil perhitungan daru pengolahan data. Selain itu, aspek komunikasi antar

mahasiswa, asisten praktikum, dan juga dosen kurang fleksibel.

182
Pendapat mereka terkait praktikum mandiri menggunakan peralatan di

lingkungan sekitar antara lain: memperhatikan protokol kesehatan,

berkelompok dengan memperhatikan zonasi agar saling belajar, dan perlu

mempertimbangkan kondisi daerah, panduan harus lebih rinci dan lebih

mudah. Sedangkan saran untuk praktikum di laboratorium adalah:

menerapkan protokol kesehatan secara tegas dan ketat, berkelompok,

kegiatan praktikum tidak dipadatkan, sehingga menjadi sangat berat dan

kurang memberikan hasil yang signifikan.

Berdasarkan analisis kondisi yang ada, maka dapat disimpulkan

bahwa dibutuhkan sebuah model MLBL untuk meningkatkan motivasi,

KPS, dan Kreativitas mahasiswa dengan mempertimbangkan kondisi

mahasiswa, kurikulum, dan materi yang sesuai.

2. Perencanaan

Hasil pengembangan produk adalah model aktivitas laboratorium

mobile berbantu AR serta perangkatnya yang layak dan efektif. Tahap

perencanaan merupakan tahap merancang produk yang akan dibuat.

Rancangan produk model seperti terdapat pada Gambar 16.

Produk yang hasil pengembangan adalah model aktivitas

laboratorium mobile berbantu AR untuk meningkatkan motivasi,

keterampilan proses sains (KPS) dan kreativitas mahasiswa. Proses

perencanaan diawali dengan merancang buku panduan penggunaan model,

RPS, Modul, serta alat evaluasi motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa,

serta bahan ajar sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

183
Sistematika buku panduan penggunaan model terdiri atas pendahuluan,

landasan teori yang melandasi model aktivitas laboratorium mobile

berbantu AR, implmentasi model, penutup dan daftar pustaka.

Gambar 16. Rancangan Produk Model

Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, sasaran pembaca,

serta cakupan dan cara penggunaan buku model. Latar belakang berisi

uraian tentang tantangan pembelajaran fisika di perguruan tinggi dan

184
pentingnya model kegiatan laboratorium/eksperimen mobile dalam

pembelajaran di Perguruan Tinggi.

Sub bagian tujuan berisi fokus model agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai terutama pada pencapaian motivasi, KPS, dan kreativitas

mahasiswa. Sasaran pembaca adalah dosen pendidikan fisika pada

khususnya dan dosen Jurusan MIPA FKIP pada umumnya. Buku model

aktivitas laboratorium mobile berbantu AR disusun dengan mengacu pada

mata kuliah fisika dasar dan didukung perangkat pembelajarannya seperti

bahan ajar, Rencana Pembelajaran Semester (RPS), modul praktikum, alat

evaluasinya, dan panduan implementasi model aktivitas laboratorium

mobile berbantu AR.

a. Sintaks model aktivitas laboratorium mobile berbantu augmented

reality

Berikut ini merupakan sintaks model MLBL:

1) Orientasi

Pada tahap orientasi, tim asisten praktikum membagi mahasiswa

dalam beberapa kelompok untuk kemudian menyajikan video

fenomena fisis melalui via media sosial. Dari video yang disajikan

akan ditanyakan konsep terkait fenomena yang ada.

2) Konseptualisasi

Pada tahap konseptualisasi, modul MLBL yang terintegrasi AR

disampaikan kepada mahasiswa. Pada modul tersebut terdapat

beberapa pertanyaan terkait topik yang telah ditentukan. Pada tahap

185
ini, mahasiswa sebagai praktikan akan menjawab dan merumuskan

jawaban terkait fenomena yang disajikan.

3) Investigasi

Pada tahapan ini, para asisten memberikan kesempatan pada

mahasiswa untuk merencanakan desain eksperimen, sebagai bagian

dari tahapan mengumpulkan dan menganalisis data. Desain

eksperimen pada model MLBL akan menggunakan gawai baik

sebagai alat bantu pegumpul data maupun sarana komunikasi. Pada

tahap ini para praktikan dapat menggunakan perangkat lunak Tracker

yang terpasang pada gawai mereka.

4) Menyimpulkan

Mahasiswa pada tahap ini perlu menjawab pertanyaan berdasarkan

teori yang berkaitan dengan percobaan dalam rangka menyimpulkan

hasil percobaan.

5) Diskusi

Pada tahapan diskusi, para asisten dan juga dosen pengampu

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan

hasil eksperimennya. Hal ini dilakukan dengan forum diskusi dengan

media sosial yang memberi peluang bagi kelompok praktikum

mempresentasikan hasil percobaanya.

Secara umum aktivitas dosen, asisten praktikum dan mahasiswa dalam

MLBL dapat dilihat pada Tabel 3.

186
b. Sistem Sosial model aktivitas laboratorium mobile berbantu

augmented reality

Sistem sosial dalam model MLBL meliputi dalam jaringan (daring),

serta luar jaringan (luring). Disebut lingkungan di luar jaringan jika para

bagian dari sistem sosial yang ada dalam pembelajaran secara

berkelompok berdiskusi memecahkan masalah atau terlibat dalam tatap

muka langsung.

Baik pada sistem daring dan luring, dosen berperan sebagai

pembimbing, moderator, dan juga fasilitator dalam proses praktikum

dalam upaya meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa baik

secara kelompok maupun individu. Bagian lain dari sistem sosial dalam

model MLBL adalah asisten praktikum. Para asisten praktikum akan

menjadi konsultan dan mediator bagi para praktikan dalam menjalankan

kegiatan praktikumnya.

Sistem sosial model MLBL terdapat pada setiap sintaksnya. Pada

tapan orientasi, dosen akan berperan dalam pembagian kelompok dan juga

memberikan video fenomena fisis untuk didiskusikan para mahasiswa.

Pada tahapan konseptualisasi para asisten praktikum akan membantu para

mahasiswa untuk meluruskan konsep sesuai dengan fenomena fisis yang

telah disajikan dalam bentuk video.

Tahapan selanjutnya adalah investigasi. Tahapan investigasi ini

merupakan kombinasi dari kegiatan daring dan luring. Pada proses ini,

sistem daring dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi Whatsapp. Para

187
asisten akan membimbing pengambilan dan analisis data. Sebelum

dilakukan proses pengambilan data, para asisten praktikum akan

memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk merencanakan kegiatan

percobaan dengan menggunakan gawai yang mereka miliki. Sedangkan

kegiatan pengambilan data dilakukan di lingkungan tempat tinggal

mahasiswa. Karena masa pandemik COVID-19, para mahasiswa

dipersilahkan mendesain percobaan dengan alat dan bahan yang

dikomunikasikan dengan para asisten praktikum. Tahapan investigasi

Pada tahapan ini, proses pengumpulkan data-data eksperimen dapat

dilakukan menggunakan perangkat Tracker sebagai alat pengumpulan dan

analisis data.

Pada tahapan menyimpulkan, mahasiswa melaporkan hasil penelitian

kepada asisten praktikum. Dosen akan menerima laporan mahasiswa

melalui asisten praktikum. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk

laporan praktikum. Tahapan akhir dari model MLBL adalah diskusi. Hasil

laporan kegiatan praktikum/eksperimen mahasiswa dipresentasikan

melalui aplikasi Google Meet. Pada tahap ini dosen akan memberi

masukan dan juga koreksi atas kesimpulan atas eksperimen yang

dilakukan oleh para mahasiswa.

c. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi pada MLBL merujuk pada peran hubungan antara

mahasiswa dengan mahasiswa (sebagai sesama praktikan), mahasiswa

dengan asisten praktikum, mahasiswa dengan dosen pengampu,

188
pendamping praktikum dengan dosen pengampu mata kuliah, serta norma

yang harus diikuti dalam proses pembelajaran yang ada. MLBL

memposisikan dosen dan pendamping praktikum sebagai fasilitator.

Disamping kegiatan tatap muka langsung/luring dengan fasilitator dan

sesama praktikan, para mahasiswa dapat berdiskusi dengan semua elemen

sistem sosial melalui media sosial/daring. Dosen pengampu akan lebih

berperan sebagai pembimbing, moderator dan juga fasilitator, terutama

pada tahapan orientasi dan diskusi. Sedangkan para asisten praktikum akan

menjadi fasilitator akan menjadi fasilitator dan juga mediator pada

kegiatan konseptualisasi dan juga investigasi.

d. Sistem Pendukung

Sistem pendukung model MLBL, yaitu sarana, perangkat

pembelajaran, alat dan bahan praktikum, dan media atau sumber belajar.

Sistem pendukung yang dibutuhkan model MLBL adalah Buku Model

MLBL, RPS, modul praktikum, alat evaluasi. Selain itu, kemampuan

dosen serta asisten praktikum dalam penggunaan gawai juga berperan

penting dalam model MLBL.

1) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

RPS akan membantu dosen dalam mengorganisasikan perkuliahan dan

penetapan jadwal. RPS adalah penjabaran dari kurikulum pembelajaran

yang terdiri atas capaian pembelajaran mata kuliah, bahan kajian dan

sub bahan kajian, indikator, metode, bentuk penilaian, dan referensi

189
perkuliahan. Adapun RPS yang dikembangkan, disesuaikan dengan

model MLBL.

2) Modul Praktikum

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara

utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman

belajar yang terencana dan didesain untuk membantu mahasiswa dalam

meningkatkan motivasi, KPS, dan juga kreativitas nya. Modul

praktikum dalam menunjang model MLBL terintegrasi dengan AR

pada bagian penggambaran fenomena dalam modul.

3) Gawai

Optimasi gawai dalam model MLBL akan lebih terasa terutama pada

masa pandemic COVID-19. Hal ini tidak lepas dari penggunaan gawai

dalam proses pengamatan, pengumpulan hingga komunikasi antar

sesama praktikan atau praktikan dan asisten praktikum bahkan dengan

dosen pengampu mata kuliah. Pada proses pengamatan dan

pengumpulan data akan digunakan kamera yang sudah tertanam dalam

masing-masing perangkat android mahasiswa. Sebagai alat

pengumpulan data digunakan perangkat lunak Tracker. Sebagai media

komunikasi akan digunakan aplikasi Whatsapp dan juga Google Meet.

4) Alat Evaluasi

Alat evaluasi merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data terkait

kemampuan praktikum mahasiswa yang kemudian menjadi dasar

190
evaluasi dalam mengukur motivasi, keterampilan proses sains, dan

kreativitas mahasiswa.

e. Dampak Instruksional dan Pengiring

Dampak instruksional MLBL yang pertama adalah motivasi

mahasiswa dalam belajar fisika juga meningkat, terutama pasa aspek self

efficacy, aktif dalam pembelajaran, mendapatkan makna pembelajaran

sains, tujuan pembelajaran, target pencapaian, partisipasi dalam

lingkungan belajar. Keterampilan proses sains meningkat yang berkenaan

dengan aspek keterampilan mengamati, keterampilan mengukur,

keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan menginterpretasikan,

keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan mengomunikasikan.

MLBL juga akan meningkatkan kreativitas mahasiswa pada aspek

kelancaran, fleksibilitas, keaslian, dan elaborasi.

Dampak pengiring dari model MLBL, yaitu pemahaman konsep

mahasiswa, selain itu, ujicoba penggunaan model MLBL dirasa mampu

mengembangkan berpikir kritis dan mampu meningkatkan ICT literacy.

3. Pengembangan

Pada tahapan pengembangan dihasilkan prototype 1 dari sistem

pendukung. Hasil pengembangan protoype 1 dari masing-masing sistem

pendukung dijelaskan sebagai berikut:

a. Prototype 1 Buku model MLBL

191
1) Buku model MLBL berisi tentang konsepsi dasar model, prinsip

dasar pengembangan model, sintaks model, prinsip reaksi, sistem

pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.

2) Sintaks model MLBL ditujukan untuk meningkatkan motivasi, KPS,

dan kreativitas mahasiswa.

b. RPS (Rencana Pembelajaran Semester) prototype 1 adalah sebagai

berikut:

1) RPS dikembangkan berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi (KPT)

di era industri 4.0.

2) alokasi waktu disesuaikan dengan jumlah SKS dalam mata kuliah.

capaian pembelajaran disesuaikan dengan capaian pembelajaran

program studi dan mata kuliah.

3) mata kuliah yang dipilih adalah fisika dasar.

4) model pembelajaran yang digunakan adalah MLBL.

5) langkah pembelajaran terdiri dari orientasi, konseptualisasi,

investigasi, menyimpulkan, diskusi.

6) RPS yang disusun menitik beratkan pada upaya meingkatkan

motivasi, keterampilan proses sains dan kreativitas mahasiswa.

7) penilaian berupa tes untuk mengukur motivasi, keterampilan proses

sains dan mahasiswa.

c. Modul Praktikum

Modul praktikum disusun dengan tujuan untuk mempermudah mahasiswa

melakukan penelitian. Prototype 1 dari modul praktikum sebagai berikut:

192
1) Modul yang disusun disesuaikan denganmodel MLBL

2) Modul yang disusun dintegrasikan dengan animasi yang berbasis AR.

d. Angket Motivasi Belajar

1) Angket motivasi belajar mahasiswa dilakukan untuk mengukur

indikator motivasi yang diadopsi dari angket students motivation

towards science learning .

2) Indikator motivasi yang digunakan adalah Self-efficacy, aktif dalam

pembelajaran, nilai-nilai pembelajaran fisika dan juga target

pencapaian.

3) Angket motivasi belajar menggunakan 4 skala penilaian

4) Angket motivasi belajar mahasiswa dilengkapi dengan rubrik

penilaian sesuai dengan indikator.

e. Instrumen pengukuran keterampilan proses sains

Instrumen pengukuran keterampilan proses sains dibuat untuk menilai

komponen-komponen KPS mahasiswa pada saat dan setelah kegiatan

praktikum. Prototype 1 lembar observasi KPS mahasiswa adalah sebagai

berikut:

1) Instrumen pengukuran keterampilan proses sains mahasiswa

dilakukan untuk mengukur indikator KPS yang terdiri atas

mengamati, memprediksi, bereksperimen, menafsirkan data,

menyimpulkan, serta mengkomunikasikan.

2) Instrumen pengukuran keterampilan proses sains mahasiswa

menggunakan 4 skala penilaian

193
3) lembar Instrumen pengukuran keterampilan proses sains mahasiswa

dilengkapi dengan rubrik penilaian sesuai dengan indikator.

f. Lembar Penilaian Kreativitas

1) Instrumen pengukuran kreativitas mahasiswa dilakukan untuk

mengukur indikator kreativitas yang terdiri atas kelancaran (fluency),

keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi

(elaboration).

2) Instrumen pengukuran kreativitas mahasiswa dilengkapi dengan

rubrik penilaian sesuai dengan indikator.

g. Uji Kelayakan Produk

Hasil Penilaian Kelayakan Model MLBL

Kelayakan model MLBL dilakukan untuk penilaian pada aspek isi,

desain, dan media. Masing-masing ahli memberi tanggapan terhadap

Model MLBL yang dikembangkan. Untuk aspek isi dalam MLBL terdiri

atas empat aspek, yaitu 1) pendahuluan, 2) isi model, 3) bagian akhir, dan

4) bahasa. Aspek desain terdiri atas tiga aspek yaitu 1) Sampul/Cover, 2)

layout dan tata tulis, dan 3) Isi dan materi. Untuk aspek media terdapat

lima aspek untuk dinilai yaitu 1) Ketepatan dan kesesuaian

Ilustrasi/gambar yang digunakan, 2) Kualitas gambar dalam uraian

materi, 3) Ketepatan ukuran dan penempatan gambar, 4) Kualitas teks,

dan 5) Kualitas Gambar.

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan penilaian dengan

interval satu hingga empat yang menggambarkan tanggapan dari para

194
ahli. Nilai satu (1) artinya tidak baik/tidak sesuai, skor dua (2) artinya

kurang baik/kurang sesuai, skor tiga (3) artinya baik/sesuai, dan skor

empat (4) artinya sangat baik/sangat sesuai. Saran serta pertimbangan

juga diberikan oleh ahli isi terhadap MLBL.

Bedasarkan hasil penilaian kelayakan buku model dari para ahli

ditunjukkan pada Tabel 17. Ketiga aspek berada pada kategori minimal

baik. Hal ini mengindikasikan bahwa dari aspek isi, model MLBL yang

dikembangkan layak digunakan sebagai fasilitas pembelajaran.

Tabel 17. Penilaian Ahli Isi, Desain, Media Terhadap Model MLBL

No Aspek Rerata Kriteria


Isi
1 Pendahuluan 81,25 Baik
2 Isi Model 86,28 Baik
3 Bagian Akhir 91,67 Sangat Baik
4 Bahasa 94,44 Sangat Baik
Desain
1 Sampul 75 Baik
2 Layout dan tata tulis 88,33 Baik
3 Isi/Materi 83,33 Baik
Media
Ketepatan dan kesesuaian
1 Ilustrasi/gambar yang digunakan 79,17 Baik
Kualitas gambar dalam uraian
2 materi 75 Baik
Ketepatan ukuran dan penempatan
3 gambar 95,83 Sangat Baik
4 Kualitas teks 91,67 Sangat Baik
5 Kualitas tabel 91,67 Sangat Baik

Penilaian kelayakan terhadap panduan model juga dilakukan oleh

para praktisi. Para praktisi akan menilai komponen desain dan isi.

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan penilaian dengan interval

satu hingga empat yang menggambarkan tanggapan dari para ahli. Nilai 1

195
(tidak baik/tidak sesuai), 2 (kurang baik/kurang sesuai), 3 (baik/sesuai)

dan 4 (sangat baik/sangat sesuai). Berdasarkan analisis dari para praktisi,

buku model dinyatakan layak untuk digunakan pada semua aspek yang

ada.

Hasil Penilaian Kelayakan Modul Praktikum

Penilaian terhadap petunjuk praktikum terbagi menjadi dua bagian.

Bagian yang pertama adalah penilaian/tanggapan ahli terhadap isi dari

petunjuk praktikum. Penilaian dilakukan oleh ahli terhadap 5 (lima)

komponen, yaitu 1) halaman sampul, 2) ilustrasi, 3) format, 4) isi, dan 5)

bahasa. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor satu hingga

empat yang mempresentasikan respon dari para penilai, yaitu skor satu

(1) artinya tidak baik/tidak sesuai, skor dua (2) artinya kurang

baik/kurang sesuai, skor tiga (3) artinya baik/sesuai, dan skor empat (4)

artinya sangat baik/sangat sesuai.

Bagian kedua dari penilaian petunjuk praktikum adalah kelayakan

animasi berbasis AR yang terdapat dalam petunjuk praktikum. Penilaian

dilakukan oleh ahli terhadap 4 (empat) komponen, yaitu 1) kegunaan, 2)

kemudahan penggunaan, 3) sikap positif, dan 4) tindak lanjut. Penilaian

dilakukan dengan cara memberikan penilaian dengan interval satu hingga

empat yang menggambarkan tanggapan dari para ahli, yaitu skor satu (1)

artinya tidak baik/tidak sesuai, skor dua (2) artinya kurang baik/kurang

sesuai, skor tiga (3) artinya baik/sesuai, dan skor empat (4) artinya sangat

baik/sangat sesuai.

196
Bedasarkan hasil validasi modul praktikum seperti ditunjukkan pada

Tabel 18. Hasil validasi dari isi modul dan animasi dalam bentuk AR

berada pada kategori minimal baik. Hal ini mengindikasikan bahwa

modul praktikum yang dikembangkan layak digunakan sebagai media

pembelajaran.

Tabel 18. Penilaian Kelayakan Modul Praktikum

NO Aspek Rerata Kriteria


Isi Modul
1 Halaman Sampul 87,5 Baik
2 Ilustrasi 91,67 Sangat Baik
3 Format 87,5 Baik
4 Isi 90 Sangat Baik
5 Bahasa 80,56 Baik
Animasi
1 Kegunaan 83,33 Baik
2 Kemudahan dalam Penggunaan 83,33 Baik
3 Sikap Positif 91,67 Sangat Baik
4 Tindak Lanjut 79,17 Baik

Hasil Penilaian Kelayakan Rencana Pembelajaran Semester

Penilaian kelayakan terhadap rencana pembelajaran semester

dilakukan oleh ahli dan praktisi. Para ahli menilai komponen RPS seperti

kriteria yang terdapat dalam contoh RPS yang terdapat dalam panduan

KPT yaitu 1) Identitas Mata Kuliah, 2) indikator capaian, 3) kemampuan

akhir, dan 4) isi dan kegiatan pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan

cara memberikan penilaian dengan interval satu hingga empat yang

menggambarkan tanggapan dari para ahli. Nilai 1 (tidak baik/tidak

sesuai), 2 (kurang baik/kurang sesuai), 3 (baik/sesuai) dan 4 (sangat

baik/sangat sesuai). Penilai dapat memberikan saran terhadap penilaian

197
yang diberikan. Penilaian kelayakan RPS berada pada kategori minimal

baik. Hal ini mengindikasikan bahwa RPS yang dikembangkan layak

digunakan sebagai media pembelajaran.

Hasil Validasi Alat Evaluasi

Validasi Angket Motivasi

Validasi isi terhadap angket motivasi dilakukan oleh 3 orang ahli.

Penilaian dilakukan pada 4 komponen yaitu kejelasan format, isi,

pedoman penskoran dan bahasa. Penilaian dilakukan dengan cara

memberikan penilaian dengan interval satu hingga empat yang

menggambarkan tanggapan dari para ahli. Nilai dengan krtiteria 1 (tidak

baik/tidak sesuai), 2 (kurang baik/kurang sesuai), 3 (baik/sesuai) dan 4

(sangat baik/sangat sesuai). Validator dapat memberikan saran terhadap

penilaian yang diberikan. Hasil validasi seperti pada Tabel 19

menunjukkan bahwa rata-rata skor penilaian memenuhi kriteria valid.

Hal ini menjelaskan bahwa angket motivasi layak digunakan.

Tabel 19. Hasil Validasi Isi untuk Angket Motivasi

Nilai
No Aspek Kriteria
Aiken -V
1 Kejelasan format 0,778 Validitas Sedang
2 Kejelasan Isi 0,667 Validitas Sedang
3 Kejelasan pedoman penskoran 0,667 Validitas Sedang
4 Kejelasan Bahasa 0,889 Validitas Tinggi

Setelah isi dari instrumen motivasi dinilai valid, kemudian diuji juga

reliabilitasnya. Hasilnya diperoleh nilai estimasi reliabilitas sebesar

198
81,25. Tahapan selanjutnya adalah validasi empiris dan juga uji

reliabilitas Instrumen. Hasil validasi empiris seperti pada Tabel 20

menunjukkan bahwa keempat aspek motivasi dalam pembelajaran valid

untuk digunakan. Selain itu, angket motivasi juga dinyatakan reliabel

berdasar hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 21.

Tabel 20. Hasil Validasi Empiris Butir Angket Motivasi

Pearson
No Aspek Signifikansi Corelation
1 Keyakinan 0.000 0.753
2 Aktif 0.000 0.774
3 Value 0.000 0.734
4 Target 0.000 0.794

Tabel 21. Hasil Reliabilitas Butir Angket Motivasi

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.754 4

Validasi Lembar Observasi KPS

Instrumen selanjutnya adalah lembar observasi KPS. Validasi

terhadap lembar observasi KPS dilakukan oleh 3 orang ahli. Penilaian

dilakukan pada 4 komponen yaitu kejelasan format, isi, pedoman

penskoran dan bahasa. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan

penilaian dengan interval satu hingga empat yang menggambarkan

tanggapan dari para ahli. Nilai dengan krtiteria 1 (tidak baik/tidak

sesuai), 2 (kurang baik/kurang sesuai), 3 (baik/sesuai) dan 4 (sangat

baik/sangat sesuai). Validator dapat memberikan saran terhadap penilaian

199
yang diberikan. Hasil validasi lembar observasi KPS seperti pada Tabel

22. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor

penilaian memenuhi kriteria minimal baik. Hal ini menjelaskan bahwa

lembar observasi KPS dinyatakan valid.

Tabel 22. Hasil Validasi Ahli untuk Lembar Observasi KPS

Nilai
No Aspek Kriteria
Aiken -V
1 Kejelasan format 0,889 Validitas Tinggi
2 Kejelasan Isi 0,667 Validitas Sedang
3 Kejelasan pedoman penskoran 0,667 Validitas Sedang
4 Kejelasan Bahasa 0,778 Validitas Sedang

Setelah para ahli menyatakan instrument KPS valid kemudian diuji juga

reliabilitasnya. Hasilnya diperoleh nilai estimasi reliabilitas sebesar

81,25. Setelah lembar observasi KPS layak dan reliabel dari sisi isi, maka

tahapan selanjutnya adalah validasi empiris dan juga uji reliabilitas

Instrumen. Hasil validasi empiris seperti pada Tabel 24 menunjukkan

bahwa seluruh aspek KPS yang akan digunakan dalam penelitian valid

untuk digunakan. Selain itu, instrumen KPS juga juga dinyatakan reliabel

berdasar hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 25.

Tabel 23. Hasil Validasi Empiris ButirLembar Observasi KPS

Pearson
No Aspek Signifikansi Corelation
1 Mengamati 0.002 0.610
2 Memprediksi 0.000 0.754
3 Bereksperimen 0.000 0.724
4 Menafsirkan 0.000 0.689
5 Menyimpulkan 0.000 0.882
6 Mengkomunikasikan 0.000 0.895

200
Tabel 24. Hasil Reliabilitas Butir Lembar Observasi KPS

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.847 6
Validasi Lembar Observasi Kreativitas

Instrumen berikutnya adalah Instrumen kreativitas. Validasi terhadap

instrument ini dilakukan oleh 3 orang ahli. Penilaian dilakukan pada 4

komponen yaitu kejelasan format, isi, pedoman penskoran dan bahasa.

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan penilaian dengan interval

satu hingga empat yang menggambarkan tanggapan dari para ahli. Nilai

dengan krtiteria 1 (tidak baik/tidak sesuai), 2 (kurang baik/kurang

sesuai), 3 (baik/sesuai) dan 4 (sangat baik/sangat sesuai). Validator dapat

memberikan saran terhadap penilaian yang diberikan. Hasil validasi

instrument ini ditunjukkan seperti pada Tabel 25. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor penilaian memenuhi

kriteria minimal baik. Hal ini menjelaskan bahwa instumen kreativitas

dinyatakan valid.

Tabel 25. Hasil Validasi Isi untuk Instrumen Kreativitas

Nilai
No Aspek Kriteria
Aiken -V
1 Kejelasan format 0,778 Validitas Sedang
2 Kejelasan Isi 0,778 Validitas Sedang
3 Kejelasan pedoman penskoran 1 Validitas Tinggi
4 Kejelasan Bahasa 1 Validitas Tinggi

201
Setelah isi dari instrumen lembar observasi kreativitas dinilai valid untuk

digunakan dari sisi isi, kemudian diuji juga reliabilitasnya. Hasilnya

diperoleh nilai estimasi reliabilitas sebesar 85,42. Tahapan selanjutnya

adalah validasi empiris dan juga uji reliabilitas Instrumen. Hasil validasi

empiris seperti pada Tabel 26 menunjukkan bahwa keempat aspek

motivasi dalam pembelajaran valid untuk digunakan. Selain itu, lembar

observasi kreativitas juga dinyatakan reliabel berdasar hasil analisis

seperti ditunjukkan pada Tabel 27. Reliabilitas soal berpikir kreatif yang

merupakan bagian dari pengamatan kreatifitas diukur dengan interater

reliability yang hasilnya adalah 75.

Tabel 26. Hasil Validasi Empiris Butir Instrumen Kreativitas

Pearson
No Aspek Signifikansi Corelation
1 Kelancaran 0.000 0.923
2 Keluwesan 0.000 0.893
3 Keaslian 0.000 0.771
4 Elaborasi 0.000 0.866

Tabel 27. Hasil Reliabilitas Butir Instrumen Kreativitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.834 4

h. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas terdiri dari 12 orang mahasiswa pendidikan fisika.

Hasil dari uji coba terbatas adalah data motivasi, keterampilan proses sains

dan kreativitas mahasiswa. Data motivasi, keterampilan proses sains dan

202
kreativitas mahasiswa yang kemudian digunakan untuk mengestimasi

keefektifan model MLBL.

Analisa hasil uji coba terbatas menggunakan Uji-t. Uji-t dilakukan

untuk mengetahui signifikansi peningkatan Motivasi, KPS, dan kreativitas

sebelum dan setelah penerapan model MLBL. Uji asumsi dilakukan

sebelum melakukan uji-t dengan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Masing-masing Faktor

Kolmogorov-Smirnova
Item
Statistic df Sig.
Motivasi .140 12 .200
KPS .198 12 .200
Kreativitas .154 12 .148

Hasil Penilaian Motivasi Belajar Mahasiswa

Nilai signifikansi (p) pada uji kolmogorov-smirnov seperti ditunjukkan pada

Tabel 28 adalah 0.2 (p>0.05), sehingga berdasarkan uji normalitas

kolomogorov-smirnov data berdistribusi normal.

Nilai signifikansi (2-tailed) penggunaan modul terintegrasi AR terhadap

Motivasi belajar Mahasiswa seperti ditunjukkan pada Tabel 29 adalah

0.000 (p<0.05). Sehingga hasil test awal dan test akhir mengalami

perubahan yang signifikan (berarti). Berdasarkan statistika deskriptif pre test

dan post test terbukti test akhir lebih tinggi. Dapat disimpulkan

penggunaan model MLBL yang diperkuat modul terintegrasi AR dapat

meningkatkan motivasi belajar Mahasiswa.

203
Tabel 29. Hasil Uji-t Motivasi Belajar

Paired Differences
95% Confidence
Sig. (2-
Pair Mean Std. Std. Error Interval of the t df
Mean tailed)
Deviation Mean Difference
Lower Upper
MotivasiPost
– 3.83333 3.45972 .99874 1.63513 6.03154 3.838 11 .003
MotivasiPre

Hasil Penelitian KPS Mahasiswa

Nilai signifikansi (p) pada uji kolmogorov-smirnov seperti

ditunjukkan pada Tabel 28 adalah 0.2 ( p > 0.05), sehingga berdasarkan uji

normalitas kolomogorov-smirnov data berdistribusi normal. Nilai

signifikansi (2-tailed) penggunaan modul terintegrasi AR terhadap KPS

Mahasiswa seperti ditunjukkan pada Tabel 30 adalah 0.000 (p < 0.05).

Sehingga hasil test awal dan test akhir mengalami perubahan yang

signifikan (berarti). Berdasarkan statistika deskriptif pre test dan post test

terbukti test akhir lebih tinggi. Dapat disimpulkan bahwa implementasi

model MLBL dengan modul terintegrasi AR dapat meningkatkan KPS

Mahasiswa.

Tabel 30. Hasil Uji-t Keterampilan Proses Sains

Paired Differences
95% Confidence
Std. Sig. (2-
Pair Mean Std. Interval of the t df
Mean Error tailed)
Deviation Difference
Mean
Lower Upper
KPSPost -
3.833 2.209 .638 5.237 2.430 6.012 11 .000
KPSPre

204
Hasil Penilaian Kreativitas Mahasiswa

Kreativitas mahasiswa dalam penelitian ini dinilai saat mereka

melakukan kegiatan eksperimen dan juga laporan kegiatan eksperimen.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa peningkatan nilai kreativitas

siswa dengan data yang tersedia diketahui nilai pre-test dan post-test semua

kelompok.

Nilai signifikansi (p) pada uji kolmogorov-smirnov seperti

ditunjukkan pada Tabel 28 adalah 0.168 ( p > 0.05), sehingga berdasarkan

uji normalitas kolomogorov-smirnov data berdistribusi normal. Hasil uji

peningkatan kreativitas seperti terlihat pada Tabel 31 yang menunjukkan

nilai signifikansi (2-tailed) dari implementasi MLBL dengan modul

terintegrasi AR terhadap kreativitas mahasiswa adalah 0.000 (p < 0.05).

berdasarkan hasil test awal dan test akhir diketahu adanya perubahan yang

signifikan (berarti). Sehingga, jika ditinjau dari statistika deskriptif pre test

dan post test, terbukti test akhir lebih tinggi. Atas dasar hal itu, dapat

disimpulkan penggunaan model MLBL dengan modul terintegrasi AR dapat

meningkatkan kreativitas Mahasiswa.

Tabel 31. Hasil Uji-t Kreativitas

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

PostKreativitas 7.333 3.229 .932 9.385 5.282 7.868 11 .000


- PreKreativitas

205
4. Implementasi

Pada tahap implementasi, digunakan tiga kelompok yang akan dinilai

pengaruhnya terhadap motivasi, KPS, dan kreativitas. Tabel 32. menjabarkan

perbedaan aspek implementasi MLBL, simlab, dan cook book lab.

Tabel 32. Perbedaan Aspek Implementasi MLBL, SimLab, dan Cook Book Lab.

MLBL SimLab CookBookLab

Sesuai Desain
Dapat dicari dari Sesuai Aplikasi
Fenomena Praktikum yang
lingkungan Sekitar yang ditentukan
Baku

Sesuai alat ukur Sesuai Desain


Fleksibel Sesuai
Alat dan Bahan yang tersedia di Praktikum yang
Desain mahasiswa
aplikasi Baku

Tahapan Penyusunan dan Mengikuti tahapan-


Fleksibel disesuaikan
Pengambilan aktivasi alat ukur tahapan yang telah
desain mahasiswa.
Data fleksibel. ditetapkan.

Sangat Variatif
Hasilnya baku, Hasil dapat berbeda,
bergantung pada
karena formula yang namun ada standar
fenomena yang
Hasil ditanam dalam berdasar penelitian
diamati serta
simulasi terdahulu
kemampuan tracking
(verifikatif). (verifikatif).
data .

Implementasi dari penggunaan model MLBL dilakukan pada saat uji

coba luas. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap beberapa variabel dependen secara utuh. Pada penelitian

digunakan tiga model kegiatan praktikum yaitu MLBL, simulasi lab, dan

cook book lab. dengan tujuan mengetahui pengaruh penggunaan masing-

masing model terhadap motivasi, keterampilan proses sains dan kreativitas

mahasiswa. Uji kesamaan skor rata-rata menggunakan uji statistik MANOVA

206
dengan taraf signifikansi 5%. Uji asumsi terlebih dahulu dilakukan sebelum

uji MANOVA. Hasil uji normalitas sebagai salah satu prasyraat uji Manova

terdapat pada Tabel 33.

Berdasarkan hasil uji normalitas pada seperti ditunjukkan pada Tabel 33

diketahui bahwa nilai signifikansi seluruh kelompok, baik pengguna model

MLBL, kelompok pengguna simulasi praktikum dan kelompok yang

menerapkan cookbook lab, masing-masing kelompok berada pada nilai sig >

0,05. Hal ini diartikan bahwa data motivasi, KPS, dan kreativitas mahasiswa

seluruh kelompok adalah berdistribusi normal.

Tabel 33. Hasil Uji Normalitas


Statistic df Sig.
Motivasi MLBL .122 30 .200*
SimLab .144 30 .116
CookBook .094 30 .200*
KPS MLBL .156 30 .060
SimLab .139 30 .142
CookBook .133 30 .187
Kreativitas MLBL .098 30 .200*
SimLab .144 30 .113
CookBook .132 30 .196

Uji selanjutnya adalah uji linearitas data. Berdasarkan Gambar 17, dapat

dilihat bahwa data yang didapat linear. Hal ini terlihat dari grafik qi (chi

square) terhadap mahalanobis distance yang diperoleh membentuk garis

lurus. Jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance) merupakan suatu metode

statistika yang digunakan untuk mendapatkan suatu data dengan jarak tertentu

terhadap rataan data tersebut sehingga diperoleh suatu penyebaran data yang

memiliki pola terhadap nilai rataan (Anisa, 2018).

207
Penggunaan jarak mahalanobis penting dalam klasifikasi,

pengelompokan, pengujian hipotesis, dan deteksi outlier pada analisis

multivariate (Galeano et al., 2015). Grafik linear dalam Gambar 17

menujukkan bahwa data yang diperoleh berdasarkan sebaran yang normal.

Gambar 17. Regresi Data Multivariat

Tabel 34. Hasil Uji Korelasi Data Multivariat

Correlations
Mahalanobis
Distance qi
Mahalanobis Pearson Correlation 1 .994**
Distance Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
qi Pearson Correlation .994** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90

Mahalobis distance didasarkan pada korelasi antara variabel dengan pola

yang berbeda yang dapat diidentifikasi dan dianalisis (Renaningtias et al., 2015).

Jika dilihat hubungan/korelasi dari data yang didapat, mahalanobis distance dan

208
qi juga terbukti terbukti berkorelasi secara positif dan signifikan. Hal ini terlihat

dari Tabel 34 yang menunjukkan nilai sig >0,05 dan pearson correlation yang

menunjukkan nilai 0,994.

Hasil uji Box kesamaan matriks kovarian variabel motivasi, KPS, dan

kreativitas mahasiswa pendidikan fisika antar kelompok pengguna model

MLBL, kelompok pengguna simulasi praktikum dan kelompok yang

menerapkan cookbook lab dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Hasil Uji Box Kesamaan Matriks Kovarian

Box's M 11.613
F .919
df1 12
df2 36680.538
Sig. .526

Berdasarkan Tabel 35. dikatahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh

adalah 0,526. Jika dilihat bahwa nilai sig > 0,05 hal ini berarti matriks-matriks

kovarians dari variabel terikat adalah sama. Uji Lavene digunakan untuk

mengetahui kesamaan varians dari variabel motivasi, KPS, dan kreativitas

mahasiswa pendidikan fisika antar kelompok pengguna model MLBL, kelompok

pengguna simulasi praktikum dan kelompok yang menerapkan cookbook lab.

Hasil uji Lavene terdapat pada Tabel 36, dengan nilai sig.>0,05. Oleh karena itu,

varians masing-masing pasangan kelompok adalah homogen atau varians

masing-masing pasangan kelompok adalah sama.

209
Tabel 36. Hasil Uji Lavene Homogenitas Variansi Populasi

Levene df1 df2 Sig.


Statistic
Motivasi .070 2 87 .932
KPS .975 2 87 .381
Kreativitas 1.027 2 87 .363

Tahapan selanjutnya adalah uji variansi multivariat terdapat pada Tabel 38.

Berdasarkan Tabel 37 diketahui bahwa nilai-nilai statistik Pillai‘s Trace, Wilks'

Lambda, Hotelling's Trace, Roy's Largest Root, untuk variabel kovariat maupun

variabel model, masing-masing memiliki nilai sig. < 0,05. Hal ini menunjukkan

adanya pengaruh penggunaan model MLBL terhadap motivasi, KPS, dan

kreativitas mahasiswa secara simultan, sehingga pengujian pengaruh antar

subjek dapat dilanjutkan.

Tabel 37. Hasil uji variansi multivariat

Partial
Hypothesis Eta
Effect Value F df Error df Sig. Squared Effect
Model Pillai's Trace .432 7.904 6.000 172.000 .000 .216
Wilks' .577 8.954b 6.000 170.000 .000 .240
Lambda
Hotelling's .715 10.012 6.000 168.000 .000 .263
Trace
Roy's Largest .691 19.808c 3.000 86.000 .000 .409
Root

Hasil analisis pengaruh antar variabel model MLBL terhadap motivasi, KPS,

dan kreativitas mahasiswa terdapat pada Tabel 38.

210
Tabel 38. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Antar Subjek

Variabel Variabel Type III Sum Mean Partial Eta


Bebas Terikat of Squares df Square F Sig. Squared
Model Motivasi 226.489 2 113.244 3.330 .040 .071
KPS 99.089 2 49.544 9.733 .000 .183
Kreativitas 246.867 2 123.433 20.571 .000 .321

Hasil Penilaian Motivasi Belajar Mahasiswa (Uji Diperluas)

Berdasarkan Tabel 39 diketahui bahwa pengaruh model pembelajaran

terhadap motivasi memiliki nilai F 3,330 dan nilai signifikasi < 0,005 sehingga

dapat diartikan terdapat perbedaan motivasi belajar mahasiswa dengan

penggunaan model MLBL, simulasi Lab dan cookbook lab. Hubungan antara

penggunaan model dan pembelajaran dan motivasi dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan Motivasi

Model Motivasi
Model Pearson Correlation 1 .256*
Sig. (2-tailed) .015
N 90 90
*
Motivasi Pearson Correlation .256 1
Sig. (2-tailed) .015
N 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Motivasi belajar mahasiswa yang mengimplementasikan MLBL menjadi

lebih baik karena kegiatan mereka berbasis fenomena nyata. Berbagai benda

menjadi objek pengamatan para mahasiswa, sehingga kegiatan pembelajaran dan

praktikum fisika menjadi lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Selain itu, model MLBL juga ditunjang penyajian materi yang

menggunakan modul terintegrasi animasi AR. Contoh tampilan modul dapat

211
dilihat pada Gambar 18. Pada modul yang terintegrasi AR, dimulai dari bagian

sampul mahasiswa langsung disajikan animasi berbasis AR. Bagian sampul

tanpa ditunjang AR dapat dilihat pada Gambar 18a. Ketika program AR sudah

dipasang, maka gawai berbasis Android dapat melihat animasi dan penjelasan

materi secara singkat seperti ditunjukkan pada gambar 18 b dan 18 c.

Gambar 18. Tampilan Sampul Modul Praktikum Terintegrasi AR.

a.
b.

c.

Hasil Penilaian KPS Belajar Mahasiswa (Uji Diperluas)

Berdasarkan Tabel 40, pengaruh model pembelajaran terhadap KPS

mahasiswa, menghasilkan nilai F adalah 9,733 dan nilai signifikansi < 0,005

yang berarti bahwa terdapat perbedaan KPS dari mahasiswa yang menerapkan

model MLBL, simulasi Lab dan cookbook lab. Indikator KPS yang dinilai pada

penelitian ini adalah aspek mengamati, memprediksi, bereksperimen,

menafsirkan data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Berdasarkan hasil

212
analisis, ketercapaian aspek KPS dari penggunaan MLBL dikarenakan

mahasiswa diberi kesempatan yang lebih untuk memilih alat dan bahan yang

digunakan untuk diamati. Secara umum.

Tabel 40. Ketercapaian Indikator KPS

Tahapan MLBL Indikator KPS Kemampuan Mahasiswa


Mengamati Mengklasifikasikan gerak obyek
Orientasi
pada berbagai situasi.
Memprediksi pola gerak obyek
Konseptualisasi Memprediksi
beradasrkan data yang ada.
Bereksperimen Menguji hipotesis melalui
Investigasi
manipulasi dan kontrol variabel.
Menafsirkan dan menyajikan
Menafsirkan data
hasil eksperimen dalam bentuk
Menyimpulkan tabel dan represntasi matematis.
Menyimpulkan Mengkaitkan hasil eksperimen
dengan konsep yang ada.
Mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan sesuai topik
Diskusi Mengkomunikasikan
praktikum dan mendiskusikannya
dengan rekan-rekan.
Ketercapaian Indikator KPS sesuai dengan tahapan MLBL dapat dilihat

pada Tabel 40. Selain itu, hubungan antara penggunaan model dan KPS dapat

dilihat pada tabel 41. Berdasarkan Tabel 41, dapat disimpulkan bahwa

implementasi model memiliki hubungan yang erat dan positif terhadap KPS.

Tabel 41. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan KPS

Model KPS
Model Pearson Correlation 1 .287**
Sig. (2-tailed) .006
N 90 90
KPS Pearson Correlation .287** 1
Sig. (2-tailed) .006
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

213
Hasil Penilaian Kreativitas Belajar Mahasiswa (Uji Diperluas)

Berdasarkan analisis terkait uji pengaruh anatar subjek seperti ditunjukkan

pada Tabel 40, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran

terhadap kreativitas mahasiswa. Hal ini berdasarkan hasil nilai F yaitu 20,571

dan nilai signifikansi < 0,005 yang dapat dimaknai bahwa terdapat perbedaan

kreativitas dari mahasiswa yang menerapkan model MLBL, simulasi Lab dan

cookbook lab. Masing-masing indikator kreativitas juga dapat meningkat secara

optimal karena mahasiswa memiliki kesempatan melakukan pengamatan

terhadap objek yang berbeda-beda. Pada penelitian ini penilaian kreativitas

mahasiswa dinilai dari empat indokator, yaitu kelancaran, keaslian, fleksibilitas,

dan elaborasi. Ketercapaian indikator kreativitas berdasarkan tahapan MLBL

dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Ketercapaian Indikator Kreativitas

Tahapan MLBL Indikator Kreativitas Kemampuan Mahasiswa


Kelancaran Menjawab pertanyaan
Orientasi dengan sejumlah fakta.

Mendesain eksperimen
Konseptualisasi Keaslian dengan cara yang berbeda

Memikirkan cara
memecahkan masalah, serta
Fleksibilitas mampu mengkategorikan
Investigasi
berbagai hal berdasarkan
bagian atau kategori yang
berbeda.
Mengembangkan
Menyimpulkan gagasan/ide dalam kegiatan
Elaborasi eksperimen.
Diskusi

214
Hasil implementasi model MLBL terhadap kreativitas dapat juga dilihat

dari korelasi keduannya seperti dapat dilihat pada Tabel 43. Pada Tabel 43

diketahui bahwa adanya hubungan yang positif anatar penggunaan model dan

juga kreativitas mahasiswa.

Tabel 43. Hasil Analisis Korelasi antara Model dan Kreativitas

Perlakuan Kreativitas
Perlakuan Pearson Correlation 1 .368**
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**
Kreativitas Pearson Correlation .368 1
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Gambar 19. Hasil Eksperimen dan Pengumpulan Data

Hasil eksperimen mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 19. Berdasarkan Gambar

19 dapat dilihat variasi objek yang diamati dalam kegiatan praktikum. Perbedaan

215
objek ini juga berimplikasi pada beda data yang didapat baik data numerik

maupun grafik. Hal ini yang menjadikan indikator-indikator kreativitas dapat

meningkat.

Berdasarkan hasil eksperimen seperti ditunjukkan pada Gambar 19 maka,

mahasiswa akan mendapat persamaan matematis yang berbeda juga. Dengan

persamaan matematis yang berbeda ini kemudian mahasiswa akan memaknai

secara fisis fenomena yang ada berdasarkan konsep yang telah mereka dapatkan.

Hal ini memerlukan kreativitas dari mulai berpikir lancar hingga mengelaborasi

berdasarkan fenomena yang ada.

5. Evaluasi

Model MLBL mengacu pada teori konstruktivistik pada pembelajaran.

Model MLBL mengadopsi sintaks dan konsep dari guided inquiry. Sintaks

MLBL terdiri atas 5 tahap yaitu: orientasi, konseptualisasi, Investigasi,

menyimpulkan, dan diskusi.

Pada tahap orientasi para mahasiswa akan meganalisis konsep fisis dari

video yang dibagikan oleh asisten praktikum via media sosial. Pada tahap

konseptualisasi mahasiswa mendapat modul praktikum fisika dasar yang

terintegrasi dengan AR. Para mahasiswa akan melakukan diskusi berdasarkan

materi yang disajikan dalam modul yang telah disajikan. Pada tahap

konseptualisasi ini, para mahasiswa diberi kesempatan untuk menjawab

pertanyaan serta membuat rumusan masalah dan merumuskan hipotesis

terhadap masalah yang diberikan beberapa tangkapan layar jawaban dari

mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 6.

216
Pada tahap investigasi, mahasiswa sebagai praktikan diberi kesempatan

untuk merencanakan eksperimen. Desain eksperimen termasuk pemilihan alat

dan bahan ekperimen diserahkan kepada para mahasiswa. Pada tahap

investigasi juga para mahasiswa melakukan pengumpulan dan analisis data

berdasarkan desain eksperimental dengan menggunakan gawai baik sebagai

alat bantu pegumpul data, maupun sebagai sarana komunikasi selama

kegiatan investigasi. Melalui model MLBL mahasiswa mampu

mengembangkan gagasan/ide serta menghasilkan kegiatan eksperimen yang

berbeda antar kelompok.

Para tahap menyimpulkan, para mahasiswa membandingkan hasil yang

didapat melalui kegiatan eksperimen dengan teori yang ada. Rujukan dalam

menyimpulkan hasil eksperimen baik dalam bentuk grafik mauapun

persamaan matematis diartikan dalam narasi fenomena fisis berdasarkan

landasan teori yang jelas.

Pada tahap diskusi, hasil praktikum mahasiswa dipersentasikan melalui

media Google Meet. Hasil eksperimen yang mereka lakukan menjadi bahan

diskusi baik dari sisi pemilihan alat dan bahan, grafik yang dihasilkan dari

eksperimen, maupun kesimpulan yang dihasilkan dari kegiatan praktikum

menjadi diskusi yang mampu memperkuat konsep yang telah mereka

dapatkan melalui kegiatan perkuliahan.

B. Revisi Produk

Revisi Buku Model MLBL

217
Revisi dari buku model dilakukan dengan mempertimbangkan aspek isi,

desain, dan juga kemampuan buku model sebagai media. Saran dari para ahli

dapat dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Saran Ahli Terkait Buku Model

Isi Desain Media


Ahli 1 Sistem Sosial, Perlu ada Gambar dalam
Prinsip Reaksi, perbaikan dari sampul agar lebih
Serta Teori yang sisi Sampul memberi gambaran
melandasi agar tentang isis model
diperbaiki
Ahli 2 Abstraksi model Perlu adanya Sebaiknya ilustrasi
perlu diperjelas peta konsep menggambarkan
Selain itu, perlu penggunaan karakteristik materi
ada SAP. buku.
Ahli 3 Format buku baik Perlunya ilustrasi Perbaiki sampul
dari segi layout gambar fenomena buku model
dan perbaikan tata fisika yang jelas
tulis.

Revisi RPS

RPS adalah penjabaran dari silabus pembelajaran yang memuat capaian

pembelajaran mata kuliah. Para validator seperti ditunjukkan pada Tabel 45

menyatakan bahwa RPS yang dikembangkan layak untuk digunakan dengan

revisi pada beberapa bagian.

Berdasarkan masukan dari para ahli, telah dilakukan perbaikan secara

optimal. Dengan demikian, RPS yang dikembangkan dalam penelitian ini

dapat digunakan oleh dosen dan asisten praktikum sebagai pedoman dalam

mengelola pembelajaran.

218
Tabel 45. Saran Ahli Terkait RPS

Saran Kriteria
Ahli 1 - Materi dan waktu Dapat digunakan dengan
disesuaikan sedikit Revisi
- Pengalaman Belajar
disesuaikan dengan
sintaks

Ahli 2 Sebaiknya RPS memiliki Dapat digunakan dengan


kegiatan yang sesuai dengan sedikit revisi
capaian yang diharapkan
Ahli 3 Baik Dapat digunakan tanpa revisi

Revisi Instrumen
Instrumen yang telah dikembangkan kemudian diberikan kepada

ahli/validator. Saran dan masukan dari para validator dapat dilihat pada

Tabel 46. Secara umum berdasarkan penilaian dari para validator dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang telah dikembangkan layak

digunakan untuk mengumpulkan data.

Tabel 46. Saran Ahli Terkait Instrumen Penelitian

Angket Motivasi Lembar Lembar Penilaian


Observasi KPS Kreativitas
Ahli 1 Aspek dan Aspek dan Instrumen perlu
Indikator Indikator didampingi tes
ditinjau ulang, ditinjau ulang, kreativitas
disesuaikan disesuaikan
dengan pendapat dengan pendapat
ahli ahli
Ahli 2 Diperjelas Perbaiki format Perlu perbaikan format
sumber teori lembar dan tambahan tes
atau instrumen observasi
Ahli 3 Perlu kombinasi Cukup Cermati kembali
penyataan kalimat-kalimat pada
positif dan instrumen
negatif

219
Revisi Modul Terintegrasi AR

Modul disusun dengan tujuan dapat membantu dan mempermudah

kegiatan pembelajaran sehingga terjadi interaksi antara praktikan dengan

asisten praktikum yang efektif. Adanya modul yang terintegrasi AR

ditujukan untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar dan tercapainya tujuan

pembelajaran. Secara umum saran dari validator dapat dilihat pada Tabel

47. Para validator menyatakan bahwa modul yang dikembangkan layak

untuk digunakan.

Berdasarkan masukan dari para ahli, maka dilakukan perbaikan secara

optimal. Dengan demikian, modul yang dikembangkan dapat memenuhi

standar isi, desain, dan media sebagai modul. Modul praktikum yang

terintegrasi AR dapat dijadikan pedoman di dalam melakukan praktikum

oleh mahasiswa. Hasil akhir dari modul terintegrasi AR dalam mendukung

model MLBL harus memenuhi spesifikasi minimal gawai yaitu RAM 4 GB,

kamera 16 MP, Sistem Operasi Android 5.0, dan Prosesor Dual-core 1,8

GHz.

Tabel 47. Saran Ahli Terkait Modul Terintegrasi AR

Petunjuk Praktikum Animasi Terintegrasi AR


Ahli 1 Penyajian Petunjuk Spesifikasi diupayakan
Praktikum mengacu pada seminimal mungkin agar dapat
sintaks model. lebih banyak pengguna.
Ahli 2 Pertanyaan perlu diarahkan Animasi perlu dibuat lebih
kepada tujuan yang detail dan mengungkap
diharapkan variable-variabel fisik yang
terukur.
Ahli 3 Kalimat kurang efektif Perlu perbaikan spesifikasi AR

220
Contoh hasil modul dengan integrasi AR di dalamnya dapat dilihat pada

Gambar 20. Pada Gambar 20 a. ditunjukkan tampilan statis dari modul tanpa

scaning program AR. Setelah program AR di gawai diaktifkan, maka

tampilan animasi akan berubah menjadi animasi seperti pada Gambar 20 b

dan 20 c.

Gambar 20. Contoh Tampilan AR pada Bagian Materi

(a) (b) (c)

C. Kajian Produk Akhir

Implementasi model MLBL tidak hanya berupaya meningkatkan motivasi

pembelajaran, tetapi juga keterampilan proses sains serta kreativitas mahasiswa.

Aspek motivasi belajar meliputi: efikasi diri, keaktifan dalam kegiatan belajar,

nilai-nilai belajar fisika, serta pencapaian target pembelajaran. Pada uji coba

terbatas, diketahui bahwa motivasi belajar dari mahasiswa yang menggunakan

model MLBL, hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cookbook model dan

221
simulasi praktikum. Hal serupa juga terlihat pada pengaruh penggunaan model

MLBL pada KPS dan kreativitas mahasiswa.

Sebagai upaya meningkatkan motivasi dan juga mendukung kegiatan

praktikum, modul praktikum dapat diintegrasikan dengan penggunaan perangkat

mobile. Dalam penelitian ini modul praktikum diintegrasikan dengan animasi

berbasis AR. Hasil implementasi model MLBL yang diintegrasikan dengan

penggunaan modul praktikum terbukti mampu menghasilkan peningkatan

motivasi belajar fisika.

Dampak positif penggunaan model kegiatan laboratorium dengan

pemanfaatan teknologi mobile sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan

bahwa para praktikan yang melakukan kegiatan eksperimen terintegrasi dengan

telepon seluler dan komputer mengalami peningkatan motivasi belajar (Cai et al.,

2014; Ibáñez et al., 2014; Ince et al., 2014). Indikator motivasi belajar yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari efikasi diri, keaktifan dalam kegiatan

belajar, nilai-nilai belajar fisika, pencapaian target. Jika dilihat dari setiap

aspek/indikator motivasi dalam penelitian, penelitian ini juga menunjukkan hasil

yang positif. Selain itu, faktor keberhasilan model MLBL ini juga tidak lepas dari

integrasi penggunaan modul yang terintegrasi AR yang terbukti dapat

meningkatkan self efficacy (Cai et al., 2021; Nasir et al., 2019). Selain itu,

integrasi AR dalam kegiatan laboratorium fisika juga meningkatkan sikap aktif

siswa dalam proses pembelajaran (Cai et al., 2017). Aspek peningkatan nilai dan

pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika juga mengalami peningkatan dan

peningkatan target dalam pembelajaran fisika. Implementasi model ini juga

222
menjadi alternatif untuk tetap menjaga motivasi dalam pelaksanaan pembelajaran

di era pandemic Covid-19 yang membatasi pembelajaran tatap muka.

Sikap aktif dalam pembelajaran kelompok eksperimen juga menigkat secara

signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa teknologi mobile

berdampak positif terhadap pembelajaran fisika (Juskaite et al., 2019; Zakaria et

al., 2019), termasuk dampaknya terhadap pembelajaran berbasis laboratorium

yang meliputi: mengembangkan sikap aktif terhadap pembelajaran,

memungkinkan pembelajaran individual. dan memperkuat motivasi dan

pengetahuan kognitif (Biasi & Domenici, 2014).

Berdasarkan hasil analisis terhadap KPS, model MLBL yang disertai modul

sebagai pendukung yang terintegrasi dengan AR juga terbukti mampu

menghasilkan KPS yang lebih baik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya

kegiatan berbasis alam nyata, dimana para mahasiswa mampu mengeksplorasi

fenomena alam sekitar dalam melakukan kegiatan praktikum. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang menyatakan bahwa KPS dimungkinkan didapat dari

kegiatan sains dari lingkungan sekitar (Nugroho & Surjono, 2019; Wardani et al.,

2019). Proses pembimbingan juga penting dalam proses membangun KPS dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan eksploratif (Amnah et al., 2017).

MLBL merupakan kegiatan pembelajaran yang berbasis guided inquiry,

dengan bantuan gawai sebagai media pembelajaran. Hasil positif penggunaan

model MLBL terhadap KPS mahasiswa juga tidak lepas dari dasar guided inqury.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa sebagai upaya

meningkatkan KPS perlu adanya pemberian tugas kepada para mahasiswa dengan

223
masalah yang lebih kompleks dari pada sekedar cookbook lab. Salah satu model

pembelajaran yang disarankan atas hal ini adalah proyek laboratorium berbasis

inkuiri(Irwanto et al., 2018; Wardani et al., 2019) .

Implementasi MLBL juga bisa diselaraskan dengan program Merdeka

Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3/M/2021 tentang Indikator Kinerja

Utama Perguruan Tinggi Negeri dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kriteria metode pembelajaran di dalam

kelas harus menggunakan salah satu atau kombinasi dari metode pembelajaran

pemecahan kasus (case method) atau pembelajaran kelompok berbasis projek

(team-based project). Hal ini tidak lepas dari kemampuan model MLBL

menjadikan mahasiswa berperan sebagai ―protagonis‖ yang berusaha untuk

memecahkan sebuah kasus.

MLBL yang menggunakan model dasar guided inquiry juga mampu

mendukung mahasiswa untuk melakukan analisis terhadap kasus untuk

membangun rekomendasi solusi dari teori fisika yang ingin

dipecahkan/dibuktikan, dibantu dengan diskusi dengan para sisten praktikum

untuk menguji dan mengembangkan rancangan solusi. Di bagian akhir dari model

MLBL juga memberi kesempatan seluruh anggota kelas untuk berdiskusi secara

aktif, dengan mayoritas dari percakapan dilakukan oleh mahasiswa, sedangkan

dosen hanya memfasilitasi dengan cara mengarahkan diskusi, memberikan

pertanyaan, dan observasi.

224
Penggunaan modul yang terintegrasi AR juga mampu menunjang KPS.

Secara umum, pengaruh positif penggunaan modul yang terintegrasi AR dalam

mendukung kegiatan praktikum sesuai dengan beberapa hasil penelitian dari Cai

et al. (2014) yang menyatakan penggunaan AR dapat menunjang kegiatan

praktikum. Hal ini tidak lepas dari kemampuan AR dalam mengubah format

gambar statis yang biasa ada di modul praktikum konvensional menjadi gambar

yang dinamis dalam bentuk animasi (Sumarni et al., 2020). Hasil positif

penggunaan AR meiliki pengaruh positif terhadap KPS sejalan dengan riset

terdahulu (Siagian, Sahat, &Tanjung, 2012; Akçayır et al., 2016). Hal ini sejalan

dengan riset yang menyimpulkan bahwa penggunaan modul untuk kegiatan

praktikum dengan bantuan ICT terbukti mampu menghasilkan KPS yang lebih

baik (Astalini et al., 2019; Darmaji et al., 2019; Nugroho & Surjono, 2019).

Kegiatan yang dilakukan terutama dalam implementasi model MLBL

merupakan bentuk upaya pembelajaran dalam membangun lingkungan belajar

yang dapat merangsang kreativitas siswa. Kebutuhan pembelajaran yang

meningkatkan kreativitas memerlukan ketersediaan perangkat yang memadai

(Suyidno et al., 2018). Peraangkat perkuliahan, dan perangkat laboratorium, dapat

ditunjang dengan TIK. Secara umum hal tersebut dapat terwujud karena kegiatan/

dalam mobile MLBL sejalan dengan penelitian Zhou et al. (2014) yang

menyatakan bahwa penggunaan TI berpengaruh positif terhadap pembelajaran

karena dapat menghasilkan lebih banyak interaksi antara siswa, tugas

pembelajaran dan perangkat pembelajaran (Zhou et al., 2014).

225
Sebagai upaya meningkatkan kreativitas mahasiswa, diperlukan

ketersediaan media yang berkualitas termasuk di dalamnya peralatan perkuliahan,

peralatan laboratorium, dan media TIK beserta pendukungnya. Sehingga dengan

penelitian yang telah dilakukan berupa kegiatan model MLBL mampu

mendukung pembelajaran yang dapat membangkitkan kreativitas siswa.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

analisis mobile eksperimen terutama yang berbasis video eksperimen memiliki

pengaruh terhadap kreativitas siswa (Firdaus et al., 2017). Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang disampaikan oleh Crooks et al. (2012) yang menyatakan

bahwa web/mobile learning memungkinkan untuk menghasilkan kreativitas dan

kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik (Crooks et al., 2012). Jika dilihat

lebih detail, empat indikator kreativitas mahasiswa yaitu kelancaran, keluwesan,

orisinalitas, dan elaborasi yang menunjukkan pengaruh positif sebagai pengaruh

dari penerapan model MLBL.

Aspek kelancaran dalam berpikir dapat meningkat secara signifikan karena

dalam pembelajaran dengan model MLBL, mahasiswa sebagai praktikan

diperbolehkan untuk mencari fenomena fisis yang ada di sekitarnya. Para

mahasiswa dapat melakukan eksperimen sendiri untuk kemudian menganalisis

dan menyimpulkan hasil fenomena yang mereka dapatkan sesuai topik

eksperimen yang ada. Siswa membuat keputusan sendiri tentang bagaimana

merencanakan, mengimplementasikan, dan mencatat hasilnya.

Hasil pelaksanaan model MLBL memperkaya hasil penelitian tentang

faktor-faktor hasil belajar siswa. Penelitian yang telah dilakukan seperti Darmaji

226
et al. (2019) yang menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran berbasis

mobile lab menghasilkan persepsi positif terhadap pembelajaran fisika (Darmaji et

al., 2019). Hasil ini juga mendukung penelitian Liu et al. (2017) yang

menunjukkan bahwa penggunaan perangkat mobile dapat memberikan alternatif

dan pendekatan yang bermakna untuk melakukan praktikum fisika di bidang

pembelajaran (Liu et al., 2017).

MLBL juga berpotensi untuk menjadi pendukung program Merdeka

Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) khususnya program pertukaran mahasiswa.

Optimasi perangkat gawai yang ada dengan ketersediaan akses internet yang

cukup mampu menjembatani proses pembelajaran daring yang ada.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Pandemik Covid-19 menyebabkan terbatasnya subjek yang dapat dijadikan

sampel penelitian serta.

2. Perguruan tinggi yang digunakan sebagai subjek uji coba terbatas pada 2

Perguruan tinggi di provinsi lampung yang memiliki program studi yang

memiliki mata kuliah fisika dasar.

3. Materi praktikum yang mengimplementasikan model MLBL terbatas pada

materi GLBB dan Energi.

4. Kompetensi yang diukur terbatas pada 3 variabel yaitu motivasi, keterampilan

proses sains, dan kreativitas mahasiswa pada mata kuliah fisika dasar.

5. Instrumen pengukuran motivasi belajar mahasiswa terbatas pada penggunaan

angket motivasi belejar.

227
6. Pengukuran kreativitas berorientasi pada hasil/produk.

7. Dari sisi penggunaan modul juga memiliki kelemahan, diantaranya beberapa

interface tidak dapat mengoperasikan aplikasi AR yang disediakan karena

tidak memenuhi spesifikasi minimal.

228
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan tentang Produk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Model MLBL yang dikembangkan berbasis teori kontruktivisme dan

dengan model dasar guided inquiry dilengkapi dengan modul yang

terintergrasi Augmented Reality. Komponen model MLBL yang

dikembangkan meliputi: 1) sintaks pembelajaran yang terdiri dari

orientasi, konseptualisasi, investigasi, menyimpulkan, dan mendiskusikan,

2) sistem sosial yang aktif dan komunikatif pada kegiatan praktikum dan

memberikan kontribusi terhadap motivasi, KPS, dan kreativitas, 3) prinsip

reaksi yang memberikan kesempatan interaksi intensif dalam proses

praktikum, 4) sistem pendukung berupa perangkat pembelajaran seperti:

RPS, modul, dan alat evaluasi motivasi, KPS, dan kreativitas, dan 5)

dampak instruksional berupa peningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas

sedangkan dampak pengiring berupa ICT literacy dan berpikir kritis

dimungkinkan dapat tercapai.

2. Model MLBL dan perangkat yang digunakan sebagai upaya

meningkatkan motivasi, KPS, dan kreativitas dinilai kelayakannya oleh

ahli dan praktisi. Model MLBL dinyatakan layak oleh ahli dan praktisi.

Berdasarkan penilaian kelayakan pada aspek isi, desain dan media, model

229
MLBL pada kategori minimal yaitu baik, sehingga model MLBL layak

untuk digunakan sebagai upaya meningkatkan motivasi, KPS, dan

kreativitas.

3. Implementasi model MLBL yang ditunjang penggunaan modul

terintgrasi AR terbukti efektif untuk meningkatkan motivasi, KPS, dan

kreativitas mahasiswa pendidikan fisika. Model dinilai efektif dibuktikan

dengan adanya perbedaan yang signifikan pada motivasi, KPS, maupun

kreativitas mahasiswa antara mahasiswa yang mengimplementasikan

model MLBL dan model yang lain.

B. Saran Pemanfaatan Produk

Berdasarkan analisis, ada beberapa saran dalam pemanfaatan model MLBL

yaitu:

1. Karakteristik model MLBL merupakan model pembelajaran yang

beorientasi inkuiri terbimbing sehingga dapat dijadikan salah pilihan

dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran berbasis kegiatan

praktikum di era pandemic covid-19.

2. Dosen disarankan untuk membimbing kegiatan praktikum mahasiswa

secara intensif agar dapat meminimalisir kesalahan dalam proses

pengambilan data.

3. Modul penunjang kegiatan MLBL modul terintegrasi AR dalam

mendukung model MLBL harus memenuhi spesifikasi minimal gawai

yaitu RAM 4 GB, kamera 16 MP, Sistem Operasi Android 5.0, dan

Prosesor Dual-core 1,8 GHz.

230
4. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model MLBL

berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi, KPS, dan kreativitas

mahasiswa sehingga disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan

terkait dengan pengaruh model MLBL terhadap aspek berpikir kritis, dan

ICT Literacy.

C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

1. Tahapan diseminasi dilakukan dengan publikasi hasil penelitian pada

berbagai forum ilmiah dan dipublikasikan dalam prosiding pada penerbit

yang bereputasi agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai institusi dan

peneliti lain sebagai acuan dalam mengembangkan model ataupun

perangkat pembelajaran berbasis kegiatan praktikum yang mobile.

2. Langkah pengembangan produk lebih lanjut dapat dilakukan melalui

penelitian lanjutan terkait optimasi penggunaan perangkat mobile lain dan

perangkat lunak lainnya untuk menunjang praktikum fisika di perguruan

tinggi atau SMA.

3. Perlu dilakukan studi komparasi ataupun studi korelasional dengan model

kegiatan praktikum lainnya seperti remote lab untuk memperkuat klaim

pengaruh model MLBL terhadap peningkatan motivasi, KPS, dan

kreativitas mahasiswa pada mata kuliah Fisika Dasar 1.

231
DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, T. (2013). Peningkatan Motivasi Mahasiswa PGBI Kelas Fisika Dasar II


pada Penyelenggaraan Lesson Study. Jurnal Entropi, 8(01).
Acedo, C. (2014). Mobile learning for literacy, teacher training and curriculum
development. Prospects, 44, 1–4. https://doi.org/10.1007/s11125-014-9299-
9
Achmadi. (2010). Ideologi pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aguilar-Marín, P., Chavez-Bacilio, M., & Jáuregui-Rosas, S. (2018). Using
analog instruments in Tracker video-based experiments to understand the
phenomena of electricity and magnetism in physics education. European
Journal of Physics, 39(3), 035204.

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Akçayır, M., Akçayır, G., Pektas, H. M., & Ocak, M. A. (2016). Augmented
reality in science laboratories: The effects of augmented reality on
university students‘ laboratory skills and attitudes toward science
laboratories. Computers in Human Behavior , 334-342.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.12.054
Akgündüz, D., & Akinoglu, O. (2017). The impact of blended learning and social
media-supported learning on the academic success and motivation of the
students in science education. Education and Science, 42(191), 69–90.
https://doi.org/10.15390/EB.2017.6444
Alderman, M. K. (2013). Motivation for achievement: Possibilities for teaching
and learning. Routledge
Ally, M., & Prieto-Blázquez, J. (2014). What is the future of mobile learning in
education? International Journal of Educational Technology in Higher
Education, 11(1), 142–151. https://doi.org/10.7238/rusc.v11i1.2033
Al-Maroof, R. S., Salloum, S. A., Hassanien, A. E., & Shaalan, K. (2020). Fear
from COVID-19 and technology adoption: the impact of Google Meet
during Coronavirus pandemic. Interactive Learning Environments, 1-16.
Almeida, L. S., Prieto, L., Ferrando, M., Oliveira, E., & Ferr, C. (2008). Torrance
Test of Creative Thinking : The question of its construct validity. Thinking
Skills and Creativity, 3, 53–58. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2008.03.003
Amnah, R., Rauf, A., Rasul, M. S., Mansor, A. N., Othman, Z., & Lyndon, N.
(2017). Inculcation of Science Process Skills in a Science Classroom. Asian
Social Science, 9(8), 47–57. https://doi.org/10.5539/ass.v9n8p47

232
Anam, K. (2016). Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anisa, A. (2018). Perbandingan Metode Analisis Diskriminan dan Mahalanobis
Taguchi (MT) untuk Data Penderita DM RS. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi, 10(1), 35-47.
Anwar, C. (2017). Buku Lengkap Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga
Kontemporer. Formula dan Penerapannya dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: ICRISoD.
Anwar, M. (2015). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana
Anwar, M. N., Shamim-ur-Rasool, S., & Haq, R. (2012). A Comparison of
Creative Thinking Abilities of High and Low Achievers Secondary School
Students. International Interdisciplinary Journal of Education, 1(1).
Ariesta, R. (2011). Pengembangan perangkat perkuliahan kegiatan laboratorium
fisika dasar II berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kerja ilmiah
mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7, 62–68.
Astalini, Darmaji, Kurniawan, W., Anwar, K., & Kurniawan, D. A. (2019).
Effectiveness of using e-module and e-assessment. International Journal of
Interactive Mobile Technologies, 13(9), 21–39.
https://doi.org/10.3991/ijim.v13i09.11016
Attard, A., Di Lorio, E., Geven, K. and Santa, R. (2010). Student-centred learning
–Toolkit for students, staff and higher education institutions. Brussels: European
Students Union. http:// www.esib.org/index.php/Publications
Aydin, S. (2012). A review of research on Facebook as an educational
environment. Educational technology research and development, 60(6),
1093-1106.
Ayuni, N., Bahri, S., Ahmad, N., & Abu, N. (2012). Problem-based Learning
Laboratory (PBLab): Facilitators‘ Perspective on Rubric Assessment,
56(Ictlhe), 88–95. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.635
Azuma, R. M., Billinghurst., and Klinker. 2011.―Editorial: Special Section on
Mobile Augmented Reality‖. Computer Graphics. pp. vii-viii.
Baihaqi, M. (2016). Pengantar Psikologi Kognitif. Bandung: Refika Aditama.
Bancong, H., & Song, J. (2018). Do Physics Textbooks Present the Ideas of
Thought Experiments ?: a Case in Indonesia. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. 7(1), 25–33. https://doi.org/10.15294/jpii.v7i1.12257
Biasi, V., & Domenici, G. (2014). Motivational processes in online learning: The
role of tutorship for laboratory activities through the semistructured self-

233
evaluation tests. Education Research International, 2014, 1–7.
https://doi.org/10.1155/2014/242417
Bosch, T. E. (2009). Using online social networking for teaching and learning:
Facebook use at the University of Cape Town. Communication: South
African Journal for Communication Theory and Research, 35 (2),185-200.
Branch, R. M. (2009). Instructional Design:The ADDIE Approach. New York:
Springer.
Brown, D., & Cox, A. J. (2009). Innovative uses of video analysis. The Physics
Teacher, 47(3), 145-150.

Brown., T. H., & Mbati, L. S. (2015). Mobile Learning: Moving Past the Myths
and Embracing the Opportunities. The International Review of Research in
Open and Distributed Learning, 16(2), 115–135. Retrieved from
http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/view/2071/3328
Bryer, T. & Zavattaro, S. (2011). Social media and public administration:
Theoretical dimensions and introduction to symposium. Administrative
Theory & Praxis, 33(3), 325-340.
Cai, S., Chiang, F. K., Sun, Y., Lin, C., & Lee, J. J. (2017). Applications of
augmented reality-based natural interactive learning in magnetic field
instruction. Interactive Learning Environments, 25(6), 778–791.
https://doi.org/10.1080/10494820.2016.1181094
Cai, S., Liu, C., Wang, T., Liu, E., & Liang, J. C. (2021). Effects of learning
physics using Augmented Reality on students‘ self-efficacy and conceptions
of learning. British Journal of Educational Technology, 52(1), 235–251.
https://doi.org/10.1111/bjet.13020
Cai, S., Wang, X., & Chiang, F. K. (2014). A case study of Augmented Reality
simulation system application in a chemistry course. Computers in Human
Behavior, 37, 31–40. https://doi.org/10.1016/j.chb.2014.04.018
Candiasa, I. M. (2011). Statistik Multivariat disertai SPSS. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha Press.
Cavus, N., & Uzunboylu, H. (2009). Improving critical thinking skills in mobile
learning, Procedia Social and Behavioral Sciences, 1(1), 434–438.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.078
Chasanah, L., Kaniawati, I., & Hernani, H. (2017). How to Assess Creative
Thinking Skill in Making Products of Liquid Pressure? International
Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE), 1-7.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/895/1/012164
Chen, S., Lo, H. C., Lin, J. W., Liang, J. C., Chang, H. Y., Hwang, F. K., … Tsai,
C. C. (2012). Development and implications of technology in reform-based

234
physics laboratories. Physical Review Special Topics - Physics Education
Research, 8(2), 1–12. https://doi.org/10.1103/PhysRevSTPER.8.020113
Cheng, K.H., & Tsai, C.C. (2013). Affordances of augmented reality in science
learning: suggestions for future research. Journal of Science Education and
Technology, 22(4), 449-462. https://doi.org/10.1007/s10956-012-9405-9
Chiappetta, E. L., & Koballa, T. R. (2010). Science Instruction in the Middle and
Secondary School (7thed). Boston: Allyn & Bacon.
Çibik, A. S. (2014). Investigation of primary education second level students ‘
motivations toward science learning in terms of various factors. Asia-Pacific
Forum on Science Learning and Teaching, 15(2), 1–30.
Cochrane, T. (2013). M-learning as a catalyst for pedagogical change. In Z. L.
Berge & L. Y. Muilenburg (Eds.), Handbook of mobile learning. New
York, NY: Routledge.
Creswell. J.W. (2017). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran, Edisi 4. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Crooks, S. M., Cheon, J., Inan, F., Ari, F., & Flores, R. (2012). Modality and
cueing in multimedia learning: Examining cognitive and perceptual
explanations for the modality effect. Computers in Human Behavior, 28(3),
1063–1071. https://doi.org/10.1016/j.chb.2012.01.010
Cziprok, C. D., Miron, C., & Popescu, F. (2014). Inquiry-Based Learning Using
Mobile Physics Laboratory - Ipad, Bluetooth and Sensors. The 10th
International Scientific Conference eLearning and Software for Education,
(pp. 110-115). Bucharest.
Danajaya, U. (2013). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendikia.
Darmaji., Kurniawan, D. A., Parasdila, H., & Irdianti. (2018). Deskripsi
Keterampilan Proses Sains Mahasiswa pada Materi Termodinamika.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 345–353.
Daryanto., & Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Daryanto. (2013). Menyusun Modul. Yogyakarta: Gava Media
Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Davies, D., Jindal-Snape, D., Collier, C., Digby, R., Hay, P., & Howe, A. (2013).
Creative learning environments in education—A systematic literature
review. Thinking skills and creativity, 8, 80-91.
Davis, B. G. (2013). Perangkat Pembelajaran, Teknik Mempersiapkan dan
Melaksanakan Perkuliahan yang Efektif. (Terjemahan Elok Dianike)
Jakarta: Rajawali Pers. (Edisi asli berjudul Tools for Teaching)

235
Davis, C. H. F., Deil-Amen, R., Rios-Aguilar, C., & González Canché, M. S.
(2015). Social Media, Higher Education, and Community Colleges: A
Research Synthesis and Implications for the Study of Two-Year Institutions.
Community College Journal of Research and Practice, 39(5), 409–422.
https://doi.org/10.1080/10668926.2013.828665
DeBuvitz, W. (2018). Physics education reform in lab and classroom. Physics
Today, 71(2), 13–14. https://doi.org/10.1063/pt.3.3832
Dermitzaki, I., Stavroussi, P., Vavougios, D., & Konstantinos, T. (2013).
Adaptation of the Students' Motivation Towards Science Learning (SMTSL)
questionnaire inthe Greek language. European Journal of Psychology of
Education , 747-766.
Dew, J. (2010). Global, mobile, virtual, and social: The college campus of
tomorrow. The Futurist, 44(2), 46-50.
https://doi.org/10.4018/jmbl.2012100103
Dewantara, K. H. (2013). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka. II
Kebudayaan. Yogyakarta: UST Press.
De Winter, J., Winterbottom, M., & Wilson, E. (2010). Developing a user guide to
integrating new technologies in science teaching and learning: Teachers‘
and pupils‘ perceptions of their affordances. Technology, Pedagogy and
Education, 19(2), 261-267. https://doi.org/10.1080/1475939X.2010.491237
Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategies and models for teachers:
Teaching content and thinking skills (6th) ed. Boston: Pearson
Education.Inc.
El-hussein, M. O. M., & Cronje, J. C. (2016). International Forum of Educational
Technology & Society Defining Mobile Learning in the Higher Education
Landscape Published by : International Forum of Educational Technology &
Society Defining Mobile Learning in the Higher Education Landscape.
International Forum of Educational Technology & Society, 13(3), 12–21.
Elyta, E., & Darmawan, D. (2021). Education politics: Learning model through
Google Apps in office administration management of diploma students.
Cypriot Journal of Educational Sciences, 16(5), 2152-2160.
El Sayed, N. A. M., Zayed, H. H., & Sharawy, M. I. (2011). ARSC: augmented
reality student card – an augmented reality solution for the education field.
Computers & Education, 56(4), 1045–1061.
http://dx.doi.org/10.1016/j.compedu.2010.10.019
Ersoy, E., & Baser, N. (2014). The effects of problem-based learning method in
higher education on creative thinking. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 116, 3494–3498. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.790

236
Eryilmaz, A., Yildiz, I. & Akin, S. (2011). Investigating of Relationship between
Attitudes towards Physics Laboratories, Motivation and Amotivation for the
Class Engagement. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education.
59-64.
Esquembre, F. (2002). Computers in physics education. Computer physics
communications, 147(1-2), 13-18.
Fadilah, R., & Yohandri. (2019). Need analysis of student worksheet based on
Tracker on static fluid learning material in high school. Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012115). IOP Publishing.
Fay, M. E., Grove, N. P., Towns, M. H., & Bretz, S. L. (2007). A rubric to
characterize inquiry in the undergraduate chemistry laboratory. Chemistry
Education Research and Practice, 8(2), 212–219.
https://doi.org/10.1039/B6RP90031C
Fianti., Listiagfiroh, W., & Susilo. (2020). Video Tracker analysis: a strategy for
measuring students communication and collaboration skills. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1567, No. 2, p. 022019). IOP Publishing.
Field, A. (2018). Discovering statistics using IBM SPSS statistics. California:
SAGE Publisher.
Feyzioğlu, B. (2009). An Investigation of the Relationship between Science
Process Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievement in
Chemistry Education. Journal of Turkish Science Education, 6(3), 114–133.
Fielding, M. (2012). Beyond student voice: Patterns of partnership and the
demands of deep democracy. Revista de Educación, 359, 45–65.
Firdaus, T., Setiawan, W., & Hamidah, I. (2017). The Kinematic Learning Model
using Video and Interfaces Analysis. Journal of Physics: Conference Series,
895(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/895/1/012108
Galeano, P., Joseph, E., & Lillo, R. E. (2015). The Mahalanobis distance for
functional data with applications to classification. Technometrics, 57(2),
281-291.
Gleason, N. W. (2017). Higher Education in the Era of the Fourth Industrial
Revolution. Singapore: Springer Nature Singapore Pte Ltd.
Glynn, S. M., Brickman, P., Armstrong, N., & Taasoobshirazi, G. (2011). Science
Motivation Questionnaire II : Validation With Science Majors and
Nonscience Majors. Journal of Research In Science Teaching, 48(10),
1159–1176. https://doi.org/10.1002/tea.20442
Goldston, M. J., & Downey, L. (2013). Your Science Classroom: Becoming an
elementary/middle school science teacher. London: SAGE Publications.

237
Guido, R. M. (2013). Attitude and Motivation towards Learning Physics.
International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT),
2(11), 2087–2094. https://doi.org/10.1093/nar/gkn1085
Gunada, I. W., Sahidu, H., & Sutrio, S. (2017). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1),
38-46.
Gunawan, A. Harjono, H. Sahidu, L. Herayanti.(2017).Virtual Laboratory to
Improve Students‘ Problem-Solving Skills on Electricity Concept. Jurnal
Pendidikan IPA, 6 (2) 257-264. http://dx.doi.org/10.15294/jpii.v6i1.8750 .
Gutek, L. G. (1974). Philosophical alternatives in education. Ohio: Charles E.
Merrill Publishing Company.
Habes, M., Alghizzawi, M., Ali, S., SalihAlnaser, A., & Salloum, S. A. (2020).
The relation among Marketing ads, via Digital Media and mitigate (COVID-
19) pandemic in Jordan. International Journal of Advanced Science, 29(7),
12326– 12348. http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/27927
Hadzigeorgiou, Y., Fokialis, P., & Kabouropoulou, M. (2012). Thinking about
Creativity in Science Education. Creative Education, 3(5), 603–611.
http://dx.doi.org/10.4236/ce.2012.35089 .
Hakim, A., Liliasari., Setiawan, A., & Saptawati, G. A. P. (2017). Interactive
multimedia thermodynamics to improve creative thinking skill of physics
prospective teachers. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 13(1), 33–40.
https://doi.org/10.15294/jpfi.v13i1.8447
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2013). Fundamentals of physics. John
Wiley & Sons.
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanif, M., Sneddon, P. H., Al-Ahmadi, F. M., & Reid, N. (2009). The
perceptions, views and opinions of university students about physics
learning during undergraduate laboratory work. European Journal of
Physics, 30(1), 85-96.
Hart, C. (2008). Models in Physics , Models for Physics Learning , and Why the
Distinction may Matter in the Case of Electric Circuits. Research in Science
Education, 529–544. https://doi.org/10.1007/s11165-007-9060-y .
Hasyim, F., Prastowo, T., & Jatmiko, B. (2020). The Use of Android-Based PhET
Simulation as an Effort to Improve Students‘ Critical Thinking Skills during
the Covid-19 Pandemic. International Journal of Interactive Mobile
Technologies, 14(19), 31–41. https://doi.org/10.3991/ijim.v14i19.15701

238
Henderson, C., & Dancy, M. H. (2009). Impact of physics education research on
the teaching of introductory quantitative physics in the United States.
Physical Review Special Topics - Physics Education Research, 5(2), 1–9.
https://doi.org/10.1103/physrevstper.5.020107
Herayanti, L., & Habibi, H. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Simulasi Komputer untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 61-
66.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Theories of Learning. Pearson
Education.
Hırça, N. (2013). The Influence of Hands on Physics Experiments on Scientific
Process Skills According to Prospective Teachers‘ Experiences. European
Journal of Physics Education, 4 (1), 1-9.
Hockicko, P., Krišt′ ák, L. U., & Němec, M. (2015). Development of students‘
conceptual thinking by means of video analysis and interactive simulations
at technical universities. European journal of engineering education, 40(2),
145-166.
Homer, D., & Bowen-Jones, M. (2014). Oxford IB Diploma Programme Physics
edition. Oxford: Oxford University Press.
Hu, W., & Adey, P. (2002). A scientific creativity test for secondary school
students. International Journal of Science Education, 24(4), 389-403.
Huang, J. J., Yang, S. J., Huang, Y., & Hsiao, I. Y. (2010). Social learning
networks: Build mobile learning networks based on collaborative services.
Educational Technology & Society, 13(3), 78-92.
Huang, Y.-M., Huang, T.-C., & Hsieh, M.-Y. (2008). Using Annotation Services
in a Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning. Educational Technology &
Society, 11 (2), 3-15.
Huang, Y.M., Hwang, W.Y., & Chang, K.E., (2010). Guest editorial-innovations
in designing mobile learning applications. Educational Technology &
Society 13(3): 1–2.
Huang, Y., Jeng, Y., & Huang, T. (2009). An educational mobile blogging
system for supporting collaborative learning. Educational Technology &
Society, 12(2), 163-175.
Hughes, G. (2009). Social software: New opportunities for challenging social
inequalities in learning? Learning, Media and Technology, 34(4), 291-305.
Ibáñez, M. B., Serio, Á. Di, Villarán, D., & Kloos, C. D. (2014). This document is
published in : student experience and educational effectiveness. Computers &

239
Education, 71, 1–13.
Ince, E., Kirbaslar, F. G., Yolcu, E., Aslan, A. E., Kayacan, Z. C., Alkan Olsson,
J., Akbasli, A. C., Aytekin, M., Bauer, T., Charalambis, D., Guneş, Z. O.,
Kandemir, C., Sari, U., Turkoglu, S., Yaman, Y., & Yolcu, O. (2014). 3-
dimensonal and interactive Istanbul university virtual laboratory based on
active learning methods. Turkish Online Journal of Educational Technology,
13(1), 1–20. https://doi.org/10.3390/molecules22081312
Irwanto, Rohaeti, E., & Prodjosantoso, A. K. (2018). Undergraduate students‘
science process skills in terms of some variables: A perspective from
Indonesia. Journal of Baltic Science Education, 17(5), 751–764.
https://doi.org/10.33225/jbse/18.17.751
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan
Kuantitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Islahudin, I., & Ramdhan, M. F. (2018). Pengaruh Penerapan Metode Drill and
TutorialTerhadap Peningkatan Hasil dan Motivasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram.
PAEDAGORIA: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan
Kependidikan, 4(2), 1-8.
Jalaluddin, J. & Idi, A. (2017). Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. PT. Rajagrafindo Persada.
Jankowska, D. M., Gajda, A., & Karwowski, M. (2019). How children‘s creative
visual imagination and creative thinking relate to their representation of
space. International Journal of Science Education, 41(8), 1096–1117.
https://doi.org/10.1080/09500693.2019.1594441
Jauk, E., Benedek, M., Dunst, B., & Neubauer, A. C. (2013). The relationship
between intelligence and creativity: New support for the threshold
hypothesis by means of empirical breakpoint detection. Intelligence, 41(4),
212-221.
Jubaedah, D. S., Kaniawati, I., Suyana, I., Samsudin, A., & Suhendi, E. (2017).
Pengembangan Tes Diagnostik Berformat Four-Tier untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Siswa pada Topik Usaha dan Energi. In Prosiding Seminar
Nasional Fisika (e-journal) (Vol. 6, pp. SNF2017-RND).
Juskaite, L., Ipatovs, A., & Kapenieks, A. (2019). Mobile technologies in physics
education in Latvian secondary schools. Periodicals of Engineering and
Natural Sciences, 7(1), 187–196. https://doi.org/10.21533/pen.v7i1.361
Jolly, J. L., Treffinger, D. J., Inman, T. F., & Smutny, A. J. (2011). Parenting
Gifted Children. Waco, TX: Prufrock Press.
Joyce & Weil. (2003). Model of teaching (5th ed). New Delhi: Prentice Hall of
India Private Limited.

240
Junco, R., Heiberger, G., & Loken, E. (2011). The effect of Twitter on college
student engagement and grades. Journal of Computer Assisted Learning,
27(2), 119–132. https://doi.org/10.1111/j.1365-2729.2010.00387.x
Kabil, O. (2015). Philosophy in physics education. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 197, 675-679.
Kanli., U & Yagbasan., R. (2008). The effectiveness of a laboratory approach
based on the 7E model in developing students' science process skills. GÜ,
Gazi Eǧitim Fakültesi Dergisi. 28. 91-125.
Karamustafaoğlu, S. (2011). Improving the Science Process Skills Ability of
Science Student eachers. Eurasian Journal of Physics and Chemistry
Education, 3(1) :26-38.
Karwono, & Mularsih, H. (2010). Belajar serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Jakarta: Cerdas Jaya
Karwono, & Mularsih, H. (2017). Belajar dan Pembelajaran : Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Depok: Rajawali Pers.
Karvounidis, T., Chimos, K., Bersimis, S., & Douligeris, C. (2014). Evaluating
Web 2.0 technologies in higher education using students' perceptions and
performance. Journal of Computer Assisted Learning, 30(6), 577–596.
Keller, J.M. (2010). Motivational Design for Learning and Performance.
Springer, New York, NY.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Panduan Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 untuk Mendukung
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. (2016). Buku Panduan Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan.
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. (2018). Smartphone Rakyat Indonesia.
Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
https://ristekdikti.go.id/kabar/smartphone-rakyat-indonesia/
Kind, P., & Kind, V. (2007). Creativity in science education: Perspec-tives and
challenges for developing school science. Studies in Science Education, 43,
1-37. https://doi:10.1080/03057260708560225
Klieger, A., & Sherman, G. (2015). Physics textbooks : do they promote or inhibit
students ‘ creative thinking. Physics Education, 305.
https://doi.org/10.1088/0031-9120/50/3/305

241
Knapp, T. R. (2016). Why is the one-group pretest–posttest design still used?
Clinical Nursing Research, 25(5), 467–472.
https://doi.org/10.1177/1054773816666280
Kompri. (2015). Motivasi Pembelajaran Perspektif Pengajar dan Siswa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Knight, G. R. (2007). Filsafat Pendidikan. Diterjemahkan oleh Mahmud Arif.
Yogyakarta: Gama Media.
Koehler, M. J., Mishra, P., & Yahya, K. (2007). Tracing the development of
teacher knowledge in a design seminar: Integrating content, pedagogy and
technology. Computers & Education, 49, 740–762.
https://doi:10.1016/j.compedu.2005.11.012 .
Koray, Ö., Köksal, M. S. (2009). The effect of creative and critical thinking based
laboratory applications on academic achievement and science process skills.
Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 10 (1), 377–389.
Korsun, I. (2017). The Formation of Learners‘ Motivation to Study Physics in
Terms of Sustainable Development of Education in Ukraine. Journal of
Teacher Education for Sustainability, 19(1), 117–128.
https://doi.org/10.1515/jtes-2017-0008
Kuhn, J., & Vogt, P. (2013). Smartphones as Experimental Tools: Different
Methods to Determine the Gravitational Acceleration in Classroom Physics
by Using Everyday Devices. European Journal of Physics Education, 4(1),
16–27. https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.6303-11.2012.
Kumar, B., S., Wotto, M., & Bélanger, P. (2018). E-learning, M-learning and D-
learning: Conceptual definition and comparative analysis. E-Learning and
Digital Media, 15(4), 191–216. https://doi.org/10.1177/2042753018785180
Kurniasih, I., & Berlin. S. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
untuk Peningkatan Profesionalitas Pengajar. Yogyakarta: Kata Pena.
Lai, E. R. & Viering, M. (2012). Assesing 21 st Century Skills: Integrating
Research Finding. National Council on Measurement in Education. Person.
1-66. https://ww.ncme.org/home
Larson, L. C., & Miller, T. N. (2011). 21st century skills: Prepare students for the
future. Kappa Delta Pi Record, 47(3), 121-123
Lau, J. Y. (2011). An Introduction To Critical Thinking And Creativity Think
More, Think Better. New Jersey: A John Wiley & Sons, Inc., Publication.
Lesmono, A. D., Bachtiar, R. W., Maryani, M., & Muzdalifah, A. (2018). The
instructional-based andro-web comics on work and energy topic for senior
high school students. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(2), 147-153.

242
Lestari, M. Y., & Diana, N. (2018). Keterampilan Proses Sains ( KPS ) pada
pelaksanaan praktikum fisika dasar I. Indonesian Journal of Science and
Mathematics Education, 1(1), 49–54.
López-Pérez, M. V., Pérez-López, M. C., Rodríguez-Ariza, L., & Argente-
Linares, E. (2013). The influence of the use of technology on student
outcomes in a blended learning context. Educational Technology Research
and Development, 61(4), 625-638.
Lowenthal, J. N. (2010) Using Mobile Learning: Determinates Impacting
Behavioral Intention. American Journal of Distance Education, 24(4), 195-
206. http://dx.doi.org/10.1080/08923647.2010.519947 .
Liu, C. Y., Wu, C. J., Wong, W. K., Lien, Y. W., & Chao, T. K. (2017). Scientific
modeling with mobile devices in high school physics labs. Computers and
Education, 105, 44–56. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2016.11.004
Liu, C. Z., Au, Y. A., & Choi, H. S. (2014). Effects of freemium strategy in the
mobile app market: An empirical study of Google play. Journal of
Management Information Systems, 31(3), 326–354.
https://doi.org/10.1080/07421222.2014.995564
Mardiana, N., & Kuswanto, H. (2017). Android-assisted physics mobile learning
to improve senior high school students‘ divergent thinking skills and
physics HOTS. AIP Conference Proceedings, 1868.
https://doi.org/10.1063/1.4995181
Martin-gutierrez, J., Guinters, E., & Perez-lopez, D. (2012). Improving strategy of
self-learning in engineering : laboratories with augmented reality. Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 51, 832–839.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.08.249
Mbatha, B. (2014). Global transition in higher education: From the traditional
model of learning to a new socially mediated model. The International
Review of Research in Open and Distance Learning, 15(3), 257–274.
McIlroy, S., Ali, N., & Hassan, A. E. (2016). Fresh apps: An empirical study of
frequently-updated mobile apps in the Google play store. Empirical
Software Engineering, 21(3), 1346–1370. https://doi.org/10.1007/s10664-
015-9388-2
McLeod, G. (2003). Learning theory and instructional design. Learning Matters,
2(3), 35-43.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (2015).
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi.

243
Misbah., Wati, M., Rif‘at, M. S., & Prastika, M. D. (2018). Pengembangan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I Berbasis 5M Untuk Melatih
Keterampilan Proses Sains dan Karakter Wasaka. Jurnal Fisika FLUX, 15,
26–30. Retrieved from
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/f/article/view/4480
Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content
knowledge: A framework for teacher knowledge. Teachers College Record,
108(6), 1017–1054. https://doi.org/10.1111/j.1467-9620.2006.00684.x
Mokaram, A. A. K., Al-Shabatat, A. M., Fong, F. S., & Abdallah, A. A. (2011).
Enhancing Creative Thinking through Designing Electronic Slides.
International Education Studies, 4(1), 39-43.
Morton, J. (2008). Learning to be a sport and exercise ‗scientist‘: evaluations and
reflections on laboratory-based learning and assessment. The Journal of
Hospitality Leisure Sport and Tourism, 7(2), 93–100.
https://doi.org/10.3794/johlste.72.195
Motiwalla, L. F. (2007). Mobile learning: A framework and evaluation.
Computers & Education, 49(3), 581-596.
Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muliyati, D., Septiningrum, A. D., Ambarwulan, D., & Astra, I. M. (2020). The
development of guided inquiry student worksheet using Tracker video
analysis for kinematics motion topics. Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1491, No. 1, p. 012062). IOP Publishing.
Munandar, U. (2012). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
Mundilarto. (2010). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: P2IS UNY
Musik, P. (2017). Development of Computer-Based Experiment Set on Simple
Harmonic Motion of Mass on Springs. The Turkish Online Journal of
Educational Technology, 16(4), 1–12.
Nasir, M., Fakhruddin, Z., & Prastowo, R. B. (2019). Development of Physics
Learning Media Based on Self-Efficacy Use Mobile Augmented Reality for
Senior High School. Journal of Physics: Conference Series, 1351(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1351/1/012018
Ng, E. M., & Wong, H. C. (2013). Facebook: More than social networking for at-
risk students. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 73, 22-29
Ngalim, P. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

244
Nitko, A. J. & Brookhart, S. M. (2007). Educational Assesment of Student. Upper
Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.
Nugroho, T. A. T., & Surjono, H. D. (2019). The effectiveness of mobile-based
interactive learning multimedia in science process skills. Journal of Physics:
Conference Series, 1157(2). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1157/2/022024
Oprea, M. (2017). The Use of Smartphones in the Physics Class: Distance
Measurements. The 13th International Scientific Conference eLearning and
Software for Education, (pp. 128-135). Bucharest.
Osborne, J., Collins, S., Ratcliffe, M., Millar, R., & Duschl, R. (2003). What
―ideas-about-science‖ should be taught in school? A Delphi study of the
expert community. Journal of Research in Science Teaching, 40, 692-720.
https://doi:10.1002/tea.10105
Özkal, K., Tekkaya, C., Sungur, S., Çakıroğlu, J., and Çakıroğlu, E., (2010).
Elementary students‘ scientific epistemological beliefs in relation to socio-
economic status and gender. Journal of Science Teacher Education, 21,
873-885.
Parappilly, M. B., Siddiqui, S., Zadnik, M. G., & Shapter, J. (2013). An Inquiry-
Based Approach to Laboratory Experiences : Investigating Students ‘ Ways
of Active Learning, 21(5), 42–53.
Parsons, D. (2014). The future of mobile learning and implications for education
and training. In Ally, M. & Tsinakos, A., Editors, Perspectives on Open
And Distance Learning: Increasing access through mLearning. Published by
the Commonwealth of Learning and Athabasca University, Vancouver,
Canada.
Pedaste, M., Mäeots, M., Siiman, L. A., Jong, T. De, Zacharia, Z. C., &
Tsourlidaki, E. (2015). Phases of inquiry-based learning : Definitions and
the inquiry cycle. Educational Research Review, 14, 47–61.
https://doi.org/10.1016/j.edurev.2015.02.003
Phommarach, S., Wattanakasiwich, P., & Johnston, I. (2012). Video analysis of
rolling cylinders. Physics Education, 47(2), 189.
Piaget, J. (1955). The Child's Construction of Reality. London : Routledge &
Kegan Paul LTD.
Piirto, J. (2011). Creativity for 21 st Century Skills How to Embed Creativity Into
the Curriculum. Boston: Sense Publishers.
Pintrich, P.R. & Maehr, M. L. (2004). Advances in motivation and achievement:
Motivating students, improving schools (Vol. 13). Oxford, England: JAI,
Elsevier Science.

245
Prasetyo, Z. K. (2001). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Presiden Republik Indonesia. (2012). Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Phommarach, S., Wattanakasiwich, P., & Johnston, I. (2012). Video analysis of
rolling cylinders. Physics Education, 47(2), 189.
Rahmad, M., Kurnia, N., & Hadi, M. S. (2018). Science Process Skills and
Attitudes toward Science of Lower Secondary Students of Merbau Island : A
Preliminary Study on the Development of Maritime- Based Contextual
Science Learning Media. 2(2), 90–99.
Ren, L. J., & Tang, Z. (2008). An Exploration of Creative Talents Training.
International Education Studies., 1 (2), 25–27. Retrieved from
www.ccsenet.org/journal/index.php/ies/article/download/881/855
Renaningtias, N., Efendi, R., & Susilo, B. (2015). Aplikasi Biometrika
Pencocokan Citra Garis Telapak Tangan Dengan Metode Transformasi
Wavelet Dan Mahalanobis Distance. Rekursif: Jurnal Informatika, 3(2).
Retnawati, H. (2017). Validitas dan Reliabilitas & Karakteristik Butir.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Rex, A. F., & Wolfson, R. (2010). Essential college physics (Vol. 1). Addison-
Wesley
Reynolds, K. M., Roberts, L. M., & Hauck, J. (2017). Exploring motivation:
integrating the ARCS model with instruction. Reference Services Review,
45(2), 149–165. https://doi.org/10.1108/RSR-10-2016-0057
Richey, R. C. & Klein, J. D. (2009). Design and Development Research. New
York: Routledge.
Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana .
Roblyer, M. D., McDaniel, M., Webb, M., Herman, J., & Witty, J. V. (2010).
Findings on Facebook in higher education: A comparison of college faculty
and student uses and perceptions of social networking sites. The Internet
and Higher Education, 13(3), 134-140.
Rodrigues, M., & Carvalho, P. S. (2013). Teaching physics with Angry Birds:
exploring the kinematics and dynamics of the game. Physics Education,
48(4), 431.

246
Rodrigues, M., & Carvalho, P. S. (2014). Teaching optical phenomena with
Tracker. Physics Education, 49(6), 671.
Rogers-Estable, M. (2014). Web 2.0 Use in Higher Education. European Journal
of Open, Distance and e-Learning, 17(2), 129–141.
Rohman, F., & Lusiyana, A. (2017). Pengembangan Modul Praktikum Mandiri
Sebagai Asesmen Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Sosial
Mahasiswa. JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah,
1(2), 47-56.
Rowlands, S. (2011). Discussion article: Disciplinary boundaries for creativity.
Creative Education, 2, 47-55. https://doi:10.4236/ce.2011.21007
Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity.
Creativity Research Journal, 24, 92–96.
Rusman. (2014). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali press.
Saehana, S., & Kasim, S. (2011). Studi awal miskonsepsi mekanika pada guru
fisika sma di kota palu. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta (Vol. 14).
Sahidu, H., Gunawan, G., Rokhmat, J., & Rahayu, S. (2018). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi Pada Kreativitas Calon Guru.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 4(1), 1-6.
Salim, A. (2006). Teori dan Pradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber untuk
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Samsudin, A., Suhendi, E., Efendi, R., & Suhandi, A. (2012). Pengembangan ―
CELS ‖ dalam Eksperimen Fisika Dasar untuk Mengembangkan
Performance Skills dan Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 8(229), 15–25. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1317
Sani, R. A. (2016). Demonstrasi dan Eksperimen Fisika. Jakarta: Bumi Aksara.
Santoso, S. (2017). Statistik Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sari, H. K. (2016). Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar
Fisika Siswa pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division. Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 1(1),
15-22.

247
Sari, S. Y., Syahra, N., & Husna, H. (2014). Pengembangan Handout Fisika Dasar
Berbasis Konstruktivitas Pada Materi Dinamika. Jurnal Riset Fisika
Edukasi dan Sains, 1(1), 1-8.
Sarrab, M., Elgamel, L., & Aldabbas, H. (2013). Mobile Learning (M-Learning)
and Educational Environments. International Journal of Distributed and
Parallel Systems, 3(4), 31–38.
Schmidt, A. (2011). Creativity in science: Tensions between percep-tions and
practice. Creative Education, 2, 435-445. https://doi:10.4236/ce.2011.25063
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective (6thed).
Boston: Pearson Education, Inc.
Semiawan, C. R. (2009). Kreativitas keberbakatan : mengapa, apa, dan
bagaimana. Jakarta: Indeks.
Septantiningtyas, N., Juhji, J., Sutarman, A., Rahman, A., & Sa‘adah, N. (2021).
Implementation of Google Meet Application in the Learning of Basic
Science in the Covid-19 Pandemic Period of Student Learning Interests. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1779, No. 1, p. 012068). IOP
Publishing.
Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2004). Physics for Scientists and Engineers with
Modern Physics. Singapore: Cengage Learning.
Seyhan, H. G. (2015). The effects of problem solving applications on the
development of science process skills , logical thinking skills and perception
on problem solving ability in the science. Asia-Pacific Forum on Science
Learning and Teaching, 16(2), 1–32.
Shahali, E. H. M., Halim, L., Treagust, D. F., Won, M., & Chandrasegaran, A. L.
(2015). Primary School Teachers ‘ Understanding of Science Process Skills
in Relation to Their Teaching Qualifications and Teaching Experience.
https://doi.org/10.1007/s11165-015-9500-z
Shi, W. Z., Ma, L., & Wang, J. (2020). Effects of Inquiry-Based Teaching on
Chinese University Students' Epistemologies about Experimental Physics
and Learning Performance. Journal of Baltic Science Education, 19(2), 289-
297.
Siagian, Sahat dan Tanjung, P. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VIII Siswa SMP Negeri 1 Dolo
Panribuan. Jurnal Teknologi Pendidikan, 5(2).
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/734
Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Retrived from
https://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf

248
Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Soesilo, T. D. (2014). Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sokolowska, D., & Michelini, M. (2018). The Role of Laboratory Work in
Improving Physics Teaching and Learning. Switzerland: Springer.
Suana, W. (2014). Mengungkap Miskonsepsi Mekanika Mahasiswa Calon Guru
Fisika Semester Akhir pada Salah Satu Universitas di Lampung. Jurnal
Pendidikan MIPA, 15(1).
Suana, W., Maharta, N., Nyeneng, I. D., & Wahyuni, S. (2017). Design and
implementation of schoology-based blended learning media for basic
physics I course. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(1).
Subali, B., Paidi., & Mariyam, S. (2016). The Divergent Thinking of Basic Skills
of Sciences Process Skills of Life Aspects on Natural Sciences Subject in
Indonesian Elementary School Students. Asia-Pacific Forum on Science
Learning and Teaching, 17(1), 23.
Subekti, Y., & Ariswan, A. (2016). Pembelajaran fisika dengan metode
eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan
proses sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252–261.
https://doi.org/10.21831/jipi.v2i2.627
Sudjana, N., & Rivai, A. (2013). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugihartini, N., & Yudiana, K. (2018). ADDIE sebagai model pengembangan
media instruksional edukatif (mie) mata kuliah kurikulum dan pengajaran.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 15(2).
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujarittham, T., Tanamatayarat, J., & Kittiravechote, A. (2019). Investigating the
Students' Experimental Design Ability toward Guided Inquiry Based
Learning in the Physics Laboratory Course. Turkish Online Journal of
Educational Technology-TOJET, 18(1), 63-69.
Sumarni, R. A., Bhakti, Y. B., Astuti, I. A. D., Sulisworo, D., & Toifur, M.
(2020). The Development of Animation Videos Based Flipped Classroom
Learning on Heat and Temperature Topics. Indonesian Journal of Science
and Mathematics Education, 3(3), 304-315.
Suparno, P. (2013). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivis &
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

249
Suranti, N. M. Y., Gunawan, G., & Sahidu, H. (2017). Pengaruh model project
based learning berbantuan media virtual terhadap penguasaan konsep
peserta didik pada materi alat-alat optik. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 2(2), 73-79.
Suseno, N. & Riswanto. (2020). Hasil Belajar Model Pembelajaran Daring
Disertai Praktikum Mandiri dengan Memanfaatkan Sarana di Lingkungan
Sekitar. Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
2020. Di Universitas Muhammadiyah Metro. 89 – 98.
Susilawati, S., Satriawan, M., Rizal, R., & Sutarno, S. (2020). Fluid experiment
design using video Tracker and ultrasonic sensor devices to improve
understanding of viscosity concept. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1521, No. 2, p. 022039). IOP Publishing.
Susman, K. M. (2015). Discovery-Based Learning. New Jersey: Wiley-Blackwell.
Suyidno, Nur, M., Yuanita, L., Prahani, B. K., & Jatmiko, B. (2018).
Effectiveness of creative responsibility based teaching (CRBT) model on
basic physics learning to increase student‘s scientific creativity and
responsibility. Journal of Baltic Science Education, 17(1), 136–151.
https://doi.org/10.33225/jbse/18.17.136
Suyono, & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syamsuddin, I. (2019). VILARITY-Virtual Laboratory for Information Security
Practices. TEM Journal, 8(3), 1011-1016
Tawil,M & Liliasari. 2014. Keterampilan Keterampilan Sains dan
Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit
UNM
Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2014). Model Penelitian
Pengembangan. Singaraja: Graha Ilmu.
Triwiyanto, T. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Thobroni, M. (2016). Belajar dan Pembelajaran Teri dan Praktik, Cetakan II.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Thomas, G. P., Meldrum, A., & Beamish, J. (2017). Transforming the Learning
Environment of Undergraduate Physics Laboratories to Enhance Physics
Inquiry Processes Introduction : The problem facing us at the University of
Alberta. Scientia in educatione, 8, 276–284.
Tipler, P. A., & Mosca, G. (2007). Physics for scientists and engineers.
Macmillan.

250
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School
Science Teacher (5th ed). Ohio: Merrill Publishing Company.
Tuan, H. L., Chin, C. C., & Shieh, S. H. (2005). The Development of a
Questionnaire to Measure Students' Motivation Towards Science Learning.
International Journal of Science Education, 27(6), 639–654.
https://doi.org/10.1080/0950069042000323737
Ugwuanyi, C. S., Okeke, C. I. O., Nnamani, P. A., Obochi, E. C. & Obasi, C. C.
(2020). Relative effect of animated and non-animated powerpoint
presentations on physics students‘ achievement. Cypriot Journal of
Educational Science. 15(2), 282–291.
https://doi.org/10.18844/cjes.v15i2.4647
UNESCO (2011). UNESCO mobile learning week report. Retrieved from
http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/ED/ICT/pdf/UN
ESCO%20MLW%20report%20final%2019jan.pdf.
Uno, H.B., Umar. M. K., Panjaitan. K. (2014). Variabel Penelitian dalam
Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: PT Ina Publikatama.
Uno, H. B. (2017). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Usman, M. U. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vygotsky, L. (1978). Mind in society: The development of higher psychological
processes. Cambridge : Harvard University Press.
Wahyudi, I., & Maharta, N. (2013). Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi Fisika
pada Guru Fisika SMA RSBI di Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan
MIPA, 14(1).
Wahyudi, W. (2016). Analisis Kontribusi Sikap Ilmiah, Motivasi Belajar Dan
Kemandirian belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
Fisika Stkip Pgri Pontianak. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 1(2),
20-31.
Wang, H. Y., Duh, H. B., Li, N., Lin, T. J., & Tsai, C. C. (2014). An Investigation
of University Students ‘ Collaborative Inquiry Learning Behaviors in an
Augmented Reality Simulation and a Traditional Simulation. Journal of
Science Technology, 682–691. https://doi.org/10.1007/s10956-014-9494-8
Wang, J., Guo, D., & Jou, M. (2015). A study on the effects of model-based
inquiry pedagogy on students‘ inquiry skills in a virtual physics lab.

251
Computers in Human Behavior, 49, 658-669.
Wang, P. H., Wu, P. L., Yu, K. W., & Lin, Y. X. (2015). Influence of
implementing inquiry-based instruction on science learning motivation and
interest: A perspective of comparison. Procedia-social and behavioral
sciences, 174, 1292-1299.
Wardani, Y. R., Mundilarto, M., Jumadi, J., Wilujeng, I., Kuswanto, H., & Astuti,
D. P. (2019). The Influence of Practicum-Based Outdoor Inquiry Model on
Science Process Skills in Learning Physics. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
Al-Biruni, 8(1), 23–33. https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v8i1.3647
Wardoyo, S. M. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme: teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.
Warso, A. W. (2016). Publikasi iLmiah Pembuatan Buku, Modul, Diktat, dan
Nilai Angka Kreditnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wawan. (2020). Teknik Analisis Data Penelitian Pendidikan dengan Bantuan
Software Statistik. Yogyakarta: UNY Press.
Wee, L. K., Tan, K. K., Leong, T. K., & Tan, C. (2015). Using Tracker to
understand ‗toss up‘and free fall motion: a case study. Physics Education,
50(4), 436.
Wieman, C., & Perkins, K. (2005). Transforming physics education. Physics
today, 58(11), 36.
Wilcox, B. R., & Lewandowski, H. J. (2016). Open-ended versus guided
laboratory activities: Impact on students‘ beliefs about experimental
physics. Physical Review Physics Education Research, 12(2), 1–8.
https://doi.org/10.1103/PhysRevPhysEducRes.12.020132
Winfrey, J. (2017). Physics education research and student development. Physics
Today, 70(2), 10. https://doi.org/10.1063/PT.3.3440
Wu, H.K., Lee, S. W.Y., Chang, H. Y., & Liang, J. C. (2013). Current status,
opportunities and challenges of augmented reality in education. Computers
& Education, 62, 41-49. https://doi.org/10.1016/j.cis.2013.04.001
Young, D. H., Freedman, A. (2002). Fisika Universitas I (10thed). Jakarta:
Erlangga.
Zain, A. R., & Jumadi. (2018). Effectiveness of guided inquiry based on blended
learning in physics instruction to improve critical thinking skills of the
senior high school student. In Journal of Physics: Conference Series (Vol.
1097, No. 1, p. 012015). IOP Publishing .
Zakaria, N. H., Phang, F. A., & Pusppanathan, J. (2019). Physics on the go: A
mobile computer-based physics laboratory for learning forces and motion.
International Journal of Emerging Technologies in Learning, 14(24), 167–

252
183. https://doi.org/10.3991/ijet.v14i24.12063
Zeidan, H.A., & Jayosi, R. M. (2014). Science process skills and attitudes toward
science among palestinian secondary school students. World Journal of
Education, 1(5), 13- 24. https://doi.org/10.5430/wje.v5n1p13.
Zhang, Y. A. (2015). Handbook of Mobile Teaching and Learning. Wollongong,
NSW: Springer.
Zhou, C., Chen, H., & Luo, L. (2014). Students‘ perceptions of creativity in
learning Information Technology (IT) in project groups. Computers in
Human Behavior, 41, 454-463.

253
Lampiran

254
Lampiran 1
Analisis Kebutuhan

255
Fokus Penelitian
Kondisi Saat ini Kondisi Seharusnya Penyebab (Primary Cause)
Kenyataan
Seluruh dosen turut serta pada
proses diskusi dalam Semua capaian yang
penentuan jabaran, deskripsi dirumuskan pada jenjang 6
dan cakupan mata kuliah. dalam Kerangka Latar belakang mahasiswa
Kurikulum yang Tantangan yang dihadapi Kualifikasi Nasional yang sangat heterogen
terapkan khususnya pada mata kuliah Indonesia (KKNI) dapat dengan motivasi yang
fisika dasar adalah penyesuaian dicapai melalui model kurang.
kondisi dan motivasi pembelajaran yang
mahasiswa untuk mencapai diterapkan.
target capaian pembelajaran.
Kurangnya pemahaman
Sebagaian besar mahasiswa
Mahasiswa dapat tentang perangkat gawai
lebih senang praktikum di
Karakteristik melakukan kegiatan yang memungkinkan
laboratorium karena merasa
mahasiswa eksperimen kapan saja dan kegiatan eksperimen dapat
lebih mengesankan dan
dimana saja. dilakukan kapan saja dan
bermakna.
dimana saja.
Keterbatasan Alat dan
Laboratorium digunakan untuk Optimasi penggunaan Bahan
Kondisi dan Aktivitas matakuliah yang melibatkan laboratorium Serta belum optimalnya
Laboratorium praktikum namun kondisi sebagai sarana belajar penggunaan perangkat
Covid sangat membatasi dengan protocol yang lunak dalam kegiatan
aktivitas laboratorium. ketat. eksperimen.

256
Contoh Modul Praktikum

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

A. Tujuan
1. Melukiskan grafik perpindahan terhadap waktu pada GLBB
2. Menganalisis grafik perpindahan terhadap waktu pada GLBB
3. Melukiskan grafik percepatan terhadap waktu pada GLBB
4. Menganalisis grafik percepatan terhadap waktu pada GLBB

B. Dasar Teori
Perpindahan (s) adalah perubahan posisi benda ditinjau dari posisi awal dan posisi
akhir benda tersebut. Perpindahan merupakan besaran vektor, yang memiliki nilai,
arah dan satuan. Dalam menentukan arahnya bergantung pada tanda positif atau
negatif pada nilai percepatan. Apabila positif, maka benda bergerak ke arah kanan,
dan jika negatif, maka benda bergerak ke arah kiri. Seperti di tampilkan pada
gambar

BENDA
Negatif (-) Positif (+)

Gambar 2.1 Arah pergerakan benda

Percepatan (a) merupakan besaran turunan dari kecepatan terhadap waktu.


Percepatan dapat didefinisikan sebagai besarnya kecepatan per_satuan waktu.

257
Gerak Lurus Berubah beraturan adalah gerak yang lintasannya berentuk garis
lurus dengan kecepatan yang selalu berubah dari waktu ke waktu scara beraturan.
Misalnya adalah mobil yang bergerak dari keadaan diam lalu bergerak dengan
kecepatan tertentu. Kejadian tersebut akan mengakibatkan perubahan kecepatan
dari waktu ke waktu. Apabila digambarkan dalam persamaan adalah sebagai berikut
1 2
x  x0  v0 t  at
2
1 2
x  x0  at
2
2x  x 0 
a
t2
Dengan
a = percepatan
x = jarak akhir
x0 = jarak awal
v0 = kecepatan awal
t = waktu

C. Alat dan Bahan


1. Kereta dinamik/ trolly
2. Beban
3. Slotip
4. Benang 1 meter
5. Katrol rel
6. Kertas grafik
7. Komputer
8. Software Tracker

D. Cara Kerja
1. Rakitlah alat dan bahan seperti gambar berikut:

258
Gambar 2.2

Ikatkan benang 1 meter pada ujung lain kereta/trolly dan rentangkan benang
tersebut melalui katrol rel. Pada saat ini jangan dulu mengikatkan massa 200
gram benang tersebut. Sambil menjaga agar kereta dinamik tidak bergerak,
2. Letakkan balok perlahan di atas meja (dekat katrol)
3. Atur jarak antara kereta dinamik dengan balok penahan sedemikian rupa
sehingga l = h (h adalah jarak jatuh beban)
4. Buat video percobaan menggunakan kamera hadphone
5. Mulai pada jarak tempuh kereta dinamik 10 cm
6. Ulangi langkah 5 pada jarak 20 cm, 30 cm, 40 cm
7. Analisis data menggunakan video analisis tracker
8. Catat dan amati yang terjadi

E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 2.1 Untuk Perpindahan 0 – 10 cm

No. x (cm) t (s)

259
2. Tabel 2.2 Untuk Perpindahan 0 – 20 cm
No. x (cm) t (s)

3. Tabel 2.3 Untuk Perpindahan 0 – 30 cm

No. x (cm) t (s)

4. Tabel 2.4 Untuk Perpindahan 0 – 40 cm

No. x (cm) t (s)

260
5. Tabel 2.5 Data Hasil Pengamatan GLBB
No. x (cm) t (s) a (cm/s2)

F. Pertanyaan
1. Berapakah waktu yang ditempuh pada masing-masing perubahan jarak?
2. Bagaimanakah grafik yang dihasilkan pada masing-masing jarak tempuh?
Jelaskan!
3. Berapakah nilai percepatan dari masing-masing jarak tempuh? Buatlah grafik
hubungannya

261
Lampiran 2
Desain Instrumen ADDIE

262
Tahapan
Pengembangan Aktivitas Luaran Instrumen
1. Menentukan
kesenjangan
2. Menentukan tujuan
dan konstruksi isi dari
solusi yang
ditawarkan. Data Primer:
3. Menentukan 1. Lembar wawancara
sasarannya, bagaimana untuk indetifikasi
karakteristiknya kondisi terkini dan
Solusi, baik berupa model
(misalnya profil instruksional dan strategi yang keadaan yang
pengetahuan), dan ditawarkan untuk menutupi diharapkan
perilaku belajar gap berdasarkan bukti empiris 2. Lembar
tentang potensi kesuksesannya ObservasiMotivasi,
mereka
berdasarkan: KPS, dan
Analisis 4. Menentukan metode 1. Data kesenjangan
pengukuran item Kreativitas.
2. Tujuan instruksional
penilaian dan aktivitas 3. Karakteristik target
kegiatan. 4. Kelengkapan fasilitas Data Sekunder:
5. Mempertimbangkan 5. Rancangan Pelaksanaan Kajian pustaka
sumber daya yang tentang model
tersedia dan kendala pembelajaran
berbasis laborato-
dalam penerapannya.
rium mobile.
6. Menguraikan
keseluruhan tujuan
untuk mengembangkan
tujuan pembelajaran
yang berarti, terukur,
dan dapat di amati

263
(observable).
7. Melakukan analisis
berbagai sumber
tentang model
pembelajaran berbasis
laboratorium mobile.

1. Merancang konstruk
Model pembelajaran
dan hubungan antar
variabel yang
dikembangkan.
2. Merancang sebuah Rancangan Produk (Bersifat
storyboard yang konseptual) yang berisi:
menyajikan isi, 1. Panduan Model Data Primer:
termasuk Pemebelajaran 1. Angket Validasi
mengidentifikasi 2. RPS dan SAP instrumen dan
Desain tujuan spesifik 3. Modul Konstruk
pembelajaran unit 4. Instrumen Penilaian dan 2. Instrumen Uji
/unit. Konten diatur Panduannya untuk Dosen coba Terbatas.
dalam urutan logis, dan Mahasiswa.
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
3. Merancang rencana
penilaian dan itemnya
yang sesuai dengan
karakteristik peserta
didik yang akan diuji.

264
4. Merancang RPS, SAP
dan buku panduan
5. Merancang tugas bagi
asisten praktikum

1. Mengembangkan
konstruk Model MLBL
untuk meningkatkan
motivasi, KPS, dan
kreativitas mahasiswa
2. Mengembangkan
Tujuan Pembelajaran
yang disesuaikan
dengan dikembangkan
Produk yang siap di
berdasarkan kurikulum
Implementasikan pada
pendidikan tinggi lingkungan belajar dan telah di
(KPT) di era industri revisi berupa:
Develop
4.0.
3. Mengembangkan 1. Panduan Model MLBL
materi dan modul 2. RPS dan SAP
3. Modul
sesuai dengan Model
4. Instrumen Penilaian
MLBL untuk
Meningkatkan
motivasi, KPS, dan
kreativitas mahasiswa.
4. Mengembangkan
penilaian sesuai
dengan Tujuan
penggunaaan Model

265
MLBL

Menyiapkan lingkungan Strategi dan Respon mahasiswa Lembar Observasi


belajar yang melibatkan keterlaksanaan
dosen, asisten praktikum model MLBL
Implementation
dan juga praktikan serta
menentukan desain
eksperimen
1. Angket Motivasi
1. Menentukan Kriteria Belajar
evaluasi 2. Lembar penilaian
Evaluation Rencana Evaluasi
2. Memilih alat evaluasi KPS
3. Melakukan Evaluasi 2. Lembar kreativitas
mahasiswa

266
Lampiran 3
Istrumen Penelitian

267
ANGKET
MOTIVASI BELAJAR

PENERAPAN MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE


BERBANTU AUGMENTED REALITY PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

268
No.
No Aspek Indikator Butir
Model aktivitas laboratorium mobile berbantu 1, 2, 3, 4,
augmented reality menstimulasi mahasiswa 5,6, 7
1 Keyakinan diri untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri
untuk melakukan dengan baik dalam tugas
pembelajaran fisika.
Model aktivitas laboratorium mobile berbantu 8, 9, 10,
augmented reality menstimulasi mahasiswa 11, 12,
Aktif dalam untuk berperan aktif dalam menggunakan 13, 14,
2
pembelajaran berbagai strategi untuk membangun 15.
pengetahuan baru berdasarkan pemahaman
mereka sebelumnya.
Model aktivitas laboratorium mobile berbantu 16, 17,
augmented reality membantu mahasiswa 18, 19,
memperoleh kompetensi pemecahan masalah, 20.
Nilai –nilai mengalami aktivitas penyelidikan, menstimulasi
3 pembelajaran pemikiran mereka sendiri, dan menemukan
Fisika. relevansi sains dengan kehidupan sehari-hari.
Jika mereka dapat melihat nilai-nilai penting
ini, mereka akan termotivasi untuk belajar
fisika.
Model aktivitas laboratorium mobile berbantu 21, 22,
augmented reality menghasilkan mahasiswa 23, 24,
Target
4 yang puas setelah mereka mampu 25, 26,
Pencapaian.
meningkatkan kompetensi dan prestasi mereka 27, 28,
selama pembelajaran fisika

269
Angket Motivasi Belajar

Model Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality

Nama :

NIM :

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi belajar
mahasiswa
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Anda.
2. Point penilaiannya adalah 1 (tidak sesuai); 2 (kurang sesuai); 3 (sesuai); 4
(sangat sesuai).
3. Angket diadaptasi dari Albalate et al. (2018) tentang Students’ Motivation
Towards Science Learning.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO Aspek yang Dinilai Penilaian


1 2 3 4
1 Saya yakin saya bisa memahami materi
perkuliahan walaupun itu sulit.
2 Saya tidak yakin memiliki konsep materi
perkuliahan yang benar
3 Saya yakin saya bisa mengerjakan semua tugas
perkuliahan dengan baik.
4 Tidak peduli berapa banyak usaha yang saya
lakukan, saya tidak bisa belajar sains
5 Ketika aktivitas sains terlalu sulit, saya lebih baik
menyerah atau hanya melakukan bagian yang mudah

270
NO Aspek yang Dinilai Penilaian
1 2 3 4
6 Selama kegiatan sains, saya lebih suka bertanya pada
orang lain untuk jawabannya daripada berpikir sendiri.

7 Ketika saya menemukan konten sains sulit, saya tidak


mencoba mempelajarinya

8 Saat mempelajari konsep sains baru, saya berusaha


memahaminya

9 Saat mempelajari konsep sains baru, saya


menghubungkannya dengan pengalaman saya
sebelumnya.
10 Ketika saya tidak memahami konsep sains, saya akan
mencari sumber yang relevan yang dapat membantu
saya.
11 Ketika saya tidak memahami konsep sains, saya akan
berdiskusi dengan dosen atau mahasiswa lain untuk
memperjelas pemahaman saya.
12 Selama proses pembelajaran, saya berusaha membuat
hubungan antara konsep yang saya pelajari.
13 Ketika saya melakukan kesalahan, saya mencoba
mencari tahu mengapa.
14 Ketika saya bertemu konsep sains yang saya tidak
mengerti, saya masih mencoba untuk mempelajarinya.
15 Ketika konsep sains baru yang saya pelajari
bertentangan dengan pemahaman saya sebelumnya,
saya mencoba memahami mengapa.
16 Saya pikir pembelajaran fisika itu penting karena saya
bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari
saya.
17 Saya pikir belajar fisika itu penting karena merangsang
pemikiran saya.
18 Dalam sains, saya pikir penting untuk
belajar memecahkan masalah
19 Dalam sains, saya pikir penting untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penyelidikan

271
NO Aspek yang Dinilai Penilaian
1 2 3 4
20 Penting untuk memiliki kesempatan untuk memuaskan
rasa ingin tahu saya sendiri ketika belajar sains.
21 berpartisipasi dalam pembelajaran fisika untuk tampil
lebih baik daripada mahasiswa lain
22 Saya berpartisipasi dalam pembelajaran fisika sehingga
mahasiswa lain berpikir bahwa saya pintar
23 Saya berpartisipasi dalam pembelajaran fisika sehingga
dosen memperhatikan saya
24 Selama pembelajaran fisika, saya merasa paling puas
ketika saya mencapai nilai yang bagus dalam ujian.
25 Saya merasa paling puas ketika saya merasa yakin
tentang konten dalam pembelajaran fisika.
26 Selama pembelajaran fisika, saya merasa paling puas
ketika saya bisa menyelesaikan masalah yang sulit.
27 Selama pembelajaran fisika, saya merasa paling puas
ketika dosen menerima ide saya.
28 Selama pembelajaran fisika, saya merasa paling puas
ketika teman-teman menerima ide saya.

..........................., ...........................................

.....................................................................

272
Kisi-Kisi Instumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

No Aspek Indikator
1 Mengamati Memperhatikan sifat benda dan situasi menggunakan
panca indera
2 Memprediksi Peramalan kejadian masa depan berdasarkan
pengamatan masa lalu atau ekstensi data
3 Bereksperimen Menguji hipotesis melalui manipulasi dan kontrol
variabel independen dan mencatat efek pada variabel
dependen; menafsirkan dan menyajikan hasil dalam
bentuk laporan
4 Menafsirkan data Penjelasan, kesimpulan, atau hipotesis dari data yang
telah dibuat grafik atau ditempatkan dalam tabel.
5 Menyimpulkan Memberikan penjelasan untuk objek atau
acara tertentu
6 Mengkomunikasikan Menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya

273
Lembar Observasi
Keterampilan Proses Sains (KPS)

No. Mahasiswa :

Judul Praktikum :

Hari/Tanggal :

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur keterampilan proses sains mahasiswa

B. Petunjuk

1. Berilah tanda () dalam kolom penilaianyang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu
2. Makna point KPS adalah 1 (sangat rendah); 2 (rendah); 3 (Tinggi); 4(Sangat tinggi)

C. Penilaian KPS ditinjau dari beberapa aspek

Skor
No Aspek Indikator Rubrik
4 3 2 1
1 Mengamati  Aktif dalam kegiatan pengambilan data Memenuhi 3 indikator skor 4
melalui kegiatan melihat, mendengar dan Memenuhi 2 indikator skor 3
melakukan Memenuhi 1 indikator skor 2
 Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan Indikator tidak terpenuhi skor 1
 Menggunakan fakta-fakta yang relevan

274
Skor
No Aspek Indikator Rubrik
4 3 2 1
2 Memprediksi  Menuliskan hipotesis dari percobaan yang Memenuhi 3 indikator skor 4
akan dilakukan Memenuhi 2 indikator skor 3
 Mengkaitkan hipotesis dengan teori yang ada Memenuhi 1 indikator skor 2
 Memperkirakan faktor-faktor yang mungkin Indikator tidak terpenuhi skor 1
dapat menyebabkan simpangan hasil
 Memanipulasi dan mengontrol variabel
independen Memenuhi 3 indikator skor 4
3 Bereksperimen  Mencatat efek pada variabel dependen Memenuhi 2 indikator skor 3
 Menyajikan hasil percobaan Memenuhi 1 indikator skor 2
Indikator tidak terpenuhi skor 1
 Adanya penjelasan dari tabel data Memenuhi 3 indikator skor 4
 Adanya penjelasan dari grafik yang dihasilkan Memenuhi 2 indikator skor 3
4 Menafsirkan Data  Adanya Penjelasan dari gambar yang Memenuhi 1 indikator skor 2
dicantumkan Indikator tidak terpenuhi skor 1

 Memberikan ulasan singkat atas hasil Memenuhi 3 indikator skor 4


percobaan yang dilakukan Memenuhi 2 indikator skor 3
 Membandingkan hasil percobaan dengan teori Memenuhi 1 indikator skor 2
5 Menyimpulkan
yang ada Indikator tidak terpenuhi skor 1
 Menjelaskan kekurangan dari percobaan yang
dilakukan
 Memberi laporan secara rinci Memenuhi 3 indikator skor 4
 Menjawab pertanyaan sesuai dengan teori Memenuhi 2 indikator skor 3
6 Mengkomunikasikan yang ada Memenuhi 1 indikator skor 2
 Mendiskusikan hasil percobaan pada grup Indikator tidak terpenuhi skor 1
diskusi.

275
D. Catatan
Jika terdapat sesuatu yang perlu dilaporkan, Saudara dapat menuliskan pada bagian berikut.

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.........................., .....................................

Observer

............................................................

276
Kisi-Kisi Penilaian Kreativitas

Nomor
Aspek Indikator Deskripsi tugas
Tugas
Memberikan banyak Disajikan tugas/masalah yang dapat memberikan
jawaban dengan kesempatan kepada para mahasiswa untuk
Kelancaran 1,4
sistematis dan benar. memberikan banyak jawaban yang relevan atau
sesuai dengan konsep fisika yang ada.
Membuat beragam Disajikan tugas/narasi argumentatif tentang
penjelasan dari jawaban konsep kinematika gerak, sehingga para
Keluwesan yang diberikan terkait mahasiswa mampu memberikan berbagai 2, 4
konsep kinematika gerak. penjelasan dari jawaban yang diberikan dengan
benar.
Menyelesaikan Disajikan tugas praktikum/eksperimen
permasalahan dengan kinematika gerak dan mahasiswa diharapkan
Keaslian cara yang baru atau cara mampu mendesain dan melakukan kegiatan 4
yang berbeda dari yang eksperimen yang berbeda dari mahasiswa
lain. lainnya.
Menyelesaikan persoalan Disajikan tugas praktikum/eksperimen
fisika dengan langkah kinematika gerak, sehingga mahasiswa mampu
Elaborasi 3,4
yang lengkap, rinci, memberi jawaban atau pemecahan masalah
runtut, dan benar. lengkap, rinci, runtut, dan benar.

277
Tugas

1. Sebut dan jelaskan 3 peristiwa yang berkaitan dengan konsep kinematika


gerak yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari!
Contoh Peristiwa Skor
Penjelasan Persamaan
Sehari hari
Kendaraan Perlambatan Skor 4 jika
mengalami merupakan bagian dari mahasiswa
perlambatan percepatan namun menyebutkan
menjelang lampu bernilai negatif (-) yang min. 3 peristiwa
merah. menyebabkan disertai penjelasan
kendaraan lambat laun dan persamaan
akan berhenti. dengan tepat
Tembakan bebas Terdapat 2 bagian Persamaan GLB Skor 3 jika
pada bola basket penting dalam mahasiswa
tembahan bebas pada Persamaan GLBB menyebutkan 2
bola basket yaitu Saat bola menuju h max peristiwa disertai
konsep gerak lurus penjelasan dan
beraturan (GLB) persamaan dengan
kecepatan bola pada Saat bola menjauhi h max tepat. Atau
arah horizontal dan menyebutkan 3
Gerak lurus berubah peristiwa namun
Beraturan (GLBB) ada ketidak
yang mempengaruhi sesuaian baik di
kecepatan bola pada penjelasan atau
arah vertikal. pun persamaan
Atlet lompat Pada olahraga lompat Skor 2 jika
Indah indah seorang atlet mahasiswa hanya
Atau
melompat dari menyebutkan 1
ketinggian tertentu peristiwa disertai
menuju permukaan penjelasan dan
kolam renang. Hal ini persamaan dengan
tidak lepas dari konsep tepat.
gerak jatuh bebas, yaitu Atau
gerak yang dipengaruhi menyebutkan 2
oleh gravitasi. peristiwa namun
ada ketidak
sesuaian baik di
penjelasan atau
pun persamaan

278
Contoh Peristiwa Skor
Penjelasan Persamaan
Sehari hari
Anak mengayuh Pada peristiwa Skor 1 jika
sepeda dari bersepeda ini dapat mahasiswa hanya
keadaan diam mengandung konsep menyebutkan 1
menjadi lebih laju gerak lurus berubah ( ) peristiwa namun
beraturan. Hal ini ada ketidak
dikarenakan adanya sesuaian baik di
pertambahan kecepatan penjelasan atau
dari posisi awal menuju pun persamaan.
kecepatan ternetu yang
disebabkan oleh
percepatan .

2. Perhatikan gambar ini.

Jika sebuah kera jatuh dari pohon. Titik A merupakan titik awal jatuhnya kera.
Titik B dan titik C merupakan posisi kera beberapa saat setelah jatuh,
sedangkan titik D merupakan posisi saat kera mencapai permukaan.
Pernyataan yang benar dari peristiwa tersebut adalah:
a. Percepatan kera pada semua titik adalah sama
b. Percepatan kera pada titik A adalah nol
c. Percepatan kera paling besar terdapat pada titik D.
Jelaskan alasan dari jawaban yang Anda berikan.

279
Indikator Skor
Jawaban benar yaitu “A” disertai alasan bahwa percepatan pada 4
semua titik adalah sama. Hal ini dikarenakan faktor gravitasi bumi
yang berpengaruh pada benda yang berada di permukaan bumi.
Jawaban benar yaitu “A” disertai alasan, namun alasan kurang tepat. 3
Jawaban salah, namun mencoba memberi alasan terhadap fenomena 2
yang disajikan.
Jawaban Salah dan tidak mencoba memberi alasan terhadap 1
fenomena yang disajikan.

3. Saat berdiri di lift suatu pusat perbelanjaan, Anda melihat sebuah boneka
jatuh dari lantai kedua pusat perbelanjaan itu. Lantai kedua pusat perbelanjan
berada 3,0 m di atas lantai dasar. Berapa lama waktu yang dibutuhkan boneka
untuk menyentuh lantai dasar jika lift bergerak ke atas dan mendapatkan
penambahan kecepatan secara konstan sebesar 4,0 m/s2 pada saat boneka
jatuh dari lantai kedua?

Pembahasan Skor
Diketahui :
h = 3,0 m
alift= 4 m/s2
g = 9,8 m/s2 1

Ditanya: t?

Tulis persamaan yang menentukan posisi yl lantai elevator dan posisi yb


boneka sebagai fungsi waktu. boneka dan elevator memiliki kecepatan
awal yang sama:

1
Dan

280
1
=

1
√ √

4. Susunlah kegiatan praktikum tentukan fenomena yang berkaitan tentang


kinematika gerak ! (Tujuan, Alat dan Bahan, Langkah-langkah Percobaan,
Hasil dan Pembahasan, serta Kesimpulan).
Pembahasan:

Bagian Lap. Skor


No Indikator Kreativitas
Praktikum
 Mahasiswa mampu menyampaikan
tujuan percobaan sesuai materi 1
kinematika dari peristiwa sehari-hari
(Kelancaran).
1 Tujuan  Mahasiswa mampu membuat ide / 1
hipotesis dari fenomena yang ada
(Kelancaran).
 Mahasiswa mampu menetapkan 1
masalah baru (keaslian).
 Mahasiswa mampu memilih alat dan 1
2 Alat dan Bahan bahan dalam upaya memecahkan
masalah (keluwesan).
Langkah-langkah  Mahasiswa mampu memikirkan cara 1
3
Percobaan memecahkan masalah (Keluwesan)
 Mahasiswa mampu memberikan sudut 1
pandang dari suatu fenomena
Hasil dan (Keluwesan).
4
Pembahasan  Mahasiswa mampu mengkategorikan 1
berbagai hal berdasarkan bagian atau
kategori yang berbeda (Keluwesan).

281
 Mahasiswa mampu menemukan 1
makna yang lebih dalam tentang
5 Kesimpulan konsep kinematika (Elaborasi).
 Mahasiswa mampu mengembangkan 1
gagasan/ide (Elaborasi).

282
Lampiran 4
Instrumen Validasi dan Kelayakan

283
PENILAIAN/TANGGAPAN

KELAYAKAN

TERHADAP
PEDOMAN MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE
BERBANTU AUGMENTED REALITY

JUDUL DISERTASI
MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU
AUGMENTED REALITY UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI,
KPS, DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020

284
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN BUKU MODEL
AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU
AUGMENTED REALITY

(MATERI)

Nomor
No Aspek Indikator
Butir
1. Pendahuluan Latar Belakang 1
Tujuan 2
Sasaran Pembaca 3
Cakupan 4
2. Isi Model Kebutuhan Pengembangan Model 5,6,7,8,9
Aktivitas Pengetahuan Mutahir 10
Laboratorium Dukungan Teori 11,12,13,
14
Mobile
Merencanakan dan Melaksanakan 15,16,17,
Berbantu 18, 19,
20,21, 22
Augmented
Lingkungan Belajar 23,24
Reality
Penggunaan Teknik Evaluasi Mutahir 25,26
3. Bagian Penutup 27
Akhir Daftar Pustaka 28
4. Bahasa Tata Bahasa 29,30, 31

285
Lembar Penilaian Kelayakan Isi Buku Model

Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk menilai kelayakan isi buku model aktivitas
laboratorium mobile berbantu augmented reality
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu
2. Point kelayakan nya adalah 1 (tidak berguna); 2 (cukup berguna); 3
(berguna); 4 (sangat berguna)
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan
bagian-bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan
pada naskah ini.
C. Penilaian kelayakan isi buku model ditinjau dari beberapa aspek berikut

Penilaian
NO Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
Pendahuluan
1. Latar Belakang
I 2. Tujuan
3. Sasaran Pembaca
4. Cakupan dan Pengaturan Bahan
II
Isi Model Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality
Kebutuhan Pengembangan Model
5. kebutuhkan dalam meningkatkan motivasi, keterampilan
proses sains dan kreativitas bagi mahasiswa.
6.Model ini merupakan pemenuhan kebutuhan tuntutan zaman
yang sesuai kurikulum perguruan tinggi
8.Ruang lingkup dan fitur model ini didesain untuk
mendukung peningkatan motivasi, keterampilan proses sains
dan kreativitas bagi mahasiswa, seperti diuraikan dalam buku
model
9. Tujuan model ini mengacu pada peningkatan motivasi,
keterampilan proses sains dan kreativitas bagi mahasiswa

286
Penilaian
Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
Pengetahuan mutakhir (State of the art of knowledge)
10. Menggunakan landasan teori dari tokoh-tokoh psikologi
pendidikan yang tercantum dalam buku standar
Dukungan Teori Model Mobile Laboratori Based Learning
11. Model ini didukung oleh teori konstruktivisme
dalam pembelajaran.
12. Model ini didukung oleh teori tentang laboratorium sains
dalam pembelajaran, teori tentang pembelajaran mobile dan
teori motivasi
13. Landasan empirik pengembangan motivasi
belajar, keterampilan proses sains, dan kreativitas
beserta assesmennya banyak dijumpai dalam
jurnal-jurnal internasional terkini.
14. Referensi yang digunakan untuk menulis buku model,
baru (sesuai diuraikan dalam daftar pustaka)
Merencanakan dan Melaksanakan Model
15. Perencanaan model ini memenuhi kebutuhan sesuai
kurikulum perguruan tinggi meliputi tujuan pembelajaran,
aktivitas dosen dan mahasiswa serta perencanaan perangkat
pembelajaran.
16.Pelaksanaan sintaks model ini sesuai dengan kurikulum
perguruan tinggi yaitu fokus pada motivasi, keterampilan
proses sains, dan kreativitas mahasiswa.
17. Fase-fase dalam sintaks menunjukkan urutan kegiatan
pembelajaran yang logis dan Keterkaitan antar fase dalam
sintaks model pembelajaran saling mendukung
sebagaimana diuraikan pada buku model.
18. Pelaksanaan model ini terlihat dalam aktivitas dosen dan
mahasiswa sebagaimana diuraikan pada buku model.
19. Sistem sosial yang menyatakan peran dan hubungan antara
dosen dan mahasiswa dinyatakan dan diuraikan pada buku
model.
20. Prinsip reaksi yang menyatakan peran dan hubungan antara
dosen dan mahasiswa dinyatakan dan diuraikan pada buku
model.
21. Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah
semua sarana, bahan, dan alat untuk menerapkan model ini
dinyatakan dengan logis pada buku model.
22. Dampak instruksional dan pengiring model ini dinyatakan
dinyatakan dengan jelas dan logis pada buku model.

287
Penilaian
Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
Lingkungan Belajar
23. Lingkungan belajar model ini disusun berdasarkan landasan
teoritis dan empirik dari pembelajaran model ini bagi
mahasiswa.
24. Lingkungan belajar mendukung tercapainya pembelajaran
yang optimal sehingga dapat meningkatkan motivasi,
keterampilan proses sains dan kreativitas
Penggunaan Teknik-teknik Evaluasi Mutakhir

25. Evaluasi terhadap motivasi belajar mahasiswa meliputi


keyakinan diri,keaktifan dalam pembelajaran, pemahaman
terhadap nilai-nilai pembelajaran fisika, dan target capaian
dalam pembelajaran.
26. Evaluasi terhadap KPS meliputi mengamati, memprediksi,
bereksperimen, menafsirkan data, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
27. Evaluasi terhadap kreativitas meliputi kelancaran,
fleksibilitas, keaslian dan elaborasi
III Bagian Akhir
28. Penutup
29. Daftar Pustaka
IV Bahasa
30. Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia
31. Kesederhanaan struktur kalimat
32. sifat komunikasi bahasa yang digunakan

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

288
....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

289
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN BUKU
MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE
BERBANTU AUGMENTED REALITY

(DESAIN)

Nomor
No Aspek Indikator
Butir
1. Halaman Kualitas sampul 1
Sampul Kemenarikan desain 2
2. Layout dan 3
Ketepatan layout pengetikan
Tata tulis konsistensi penggunaan spasi judul, sub 4
judul, dan pengetikan materi
5
Kejelasan penulisan/pengetikan
6
Pengaturan tata letak
7
kesesuaian jenis dan ukuran huruf
3. Isi/Materi Kelengkapan komponen-komponen pada setiap 8
bab pedoman model
9
Ketepatan cara penyajian materi
Ketepatan penempatan gambar-gambar dan 10
ilustrasi
Kejelasan urutan penyajian 11

290
Lembar Penilaian Kelayakan Desain Buku Model
Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk menilai kelayakan desain buku model
aktivitas laboratorium mobile berbantu augmented reality.
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai)
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan
bagian-bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan
pada naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

Penilaian
NO Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
I Sampul
1. Kualitas Sampul
2. Kemenarikan desain Sampul
Layout dan Tata tulis
3. Ketepatan layout pengetikan
II 4. konsistensi penggunaan spasi judul, sub judul, dan
pengetikan materi
5. Kejelasan penulisan/pengetikan
6. Pengaturan tata letak
7. kesesuaian jenis dan ukuran huruf
Isi/Materi
8. Kelengkapan komponen-komponen pada setiap bab
III pedoman model
9. ketepatan cara penyajian materi
10. ketepatan penempatan gambar-gambar dan ilustrasi
11. Kejelasan urutan penyajian

291
D. Penilaian Umum Kesimpulan
penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

.....................................................................

292
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN BUKU
MODEL

(ASPEK MEDIA)

No Aspek No. Butir


1 Ketepatan gambar yang digunakan pada sampul 1
2 Kesesuaian materi dengan media/gambar yang digunakan 2
3 Kualitas gambar dalam uraian materi 3
4 Ketepatan penempatan gambar 4
5 Ketepatan ukuran gambar 5
6 Kualitas teks 6
7 Kualitas tabel 7

293
Lembar Penilaian Kelayakan Media Buku Model
Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk menilai kelayakan media buku model
aktivitas laboratorium mobile berbantu augmented reality.
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai)
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada
naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO Aspek yang Dinilai Penilaian


1 2 3 4
1 Ketepatan Ilustrasi/gambar yang digunakan dalam Sampul
2 Kesesuaian materi dengan media/gambar yang digunakan
3 Kualitas gambar dalam uraian materi
4 Ketepatan penempatan gambar
5 Ketepatan ukuran gambar
6 Kualitas teks
7 Kualitas tabel

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

294
E. Komentar dan Saran Perbaikan
Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

295
PENILAIAN /TANGGAPAN

PENGGUNA (DOSEN)

TERHADAP
PEDOMAN MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE
BERBANTU AUGMENTED REALITY

JUDUL DISERTASI

MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU


AUGMENTED REALITY UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI,
KPS, DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

296
Angket Kelayakan Pengguna (Dosen) Pedoman Model
Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality
A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengukur kelayakan buku model aktivitas
laboratorium mobile berbantu augmented reality.
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu.
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai).
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada
naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek
Penilaian
NO Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Sampul
1. Kualitas Sampul
I 2. Kemenarikan desain Sampul
Layout dan Tata tulis
3. Ketepatan layout pengetikan
4. konsistensi penggunaan spasi judul, sub judul, dan
II pengetikan materi
5. Kejelasan penulisan/pengetikan
6. Pengaturan tata letak
7. kesesuaian jenis dan ukuran huruf
Materi
8. Kelengkapan komponen-komponen pada setiap bab
pedoman model
III
9. ketepatan cara penyajian materi
10. ketepatan penempatan gambar-gambar dan ilustrasi
11. Kejelasan urutan penyajian
Pendahuluan
IV 12. Latar Belakang
13. Tujuan

297
Penilaian
NO Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
14. Pembaca Sasaran
15. Cakupan dan Pengaturan Bahan
Isi Model Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality
Kebutuhan Pengembangan Model
16.kebutuhkan dalam meningkatkan motivasi, keterampilan
proses sains dan kreativitas bagi mahasiswa.
17.Model merupakan pemenuhan kebutuhan tuntutan zaman
V yang sesuai kurikulum perguruan tinggi
18.Ruang lingkup dan fitur model didesain untuk
mendukung peningkatan motivasi, keterampilan proses
sains dan kreativitas bagi mahasiswa, seperti diuraikan
dalam buku model
19.Tujuan model mengacu pada peningkatan motivasi,
keterampilan proses sains dan kreativitas bagi mahasiswa
Pengetahuan mutakhir (State of the art of knowledge)
20. Menggunakan landasan teori dari tokoh-tokoh psikologi
pendidikan yang tercantum dalam buku standar
Dukungan Teori Model Mobile Laboratori Based Learning
21. Model didukung oleh teori konstruktivisme
dalam pembelajaran.
22. Model didukung oleh teori tentang laboratorium sains
dalam pembelajaran, teori tentang pembelajaran mobile dan
teori motivasi
23. Landasan empirik pengembangan motivasi belajar,
keterampilan proses sains, dan erpikir kreatif beserta
assesmennya banyak dijumpai dalam jurnal-jurnal
internasional terkini.
24. Referensi yang digunakan untuk menulis buku model,
baru (sesuai diuraikan dalam daftar pustaka)
Merencanakan dan Melaksanakan Model
25. Perencanaan model memenuhi kebutuhan sesuai kurikulum
perguruan tinggi meliputi tujuan pembelajaran, aktivitas
dosen dan mahasiswa serta perencanaan perangkat
pembelajaran.
26.Pelaksanaan sintaks model sesuai dengan kurikulum
perguruan tinggi yaitu fokus pada motivasi, keterampilan
proses sains, dan kreativitas mahasiswa.
27. Fase-fase dalam sintaks menunjukkan urutan kegiatan
pembelajaran yang logis dan Keterkaitan antar fase dalam
sintaks model pembelajaran saling mendukung
sebagaimana diuraikan pada buku model.
28. Pelaksanaan model terlihat dalam aktivitas dosen dan
mahasiswa sebagaimana diuraikan pada buku model.

298
Penilaian
NO Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
29. Sistem sosial yang menyatakan peran dan hubungan antara
dosen dan mahasiswa dinyatakan dan diuraikan pada buku
model.
30. Prinsip reaksi yang menyatakan peran dan hubungan antara
dosen dan mahasiswa dinyatakan dan diuraikan pada buku
model.
31. Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah semua
sarana, bahan, dan alat untuk menerapkan model
dinyatakan dengan logis pada buku model.
32. Dampak instruksional dan pengiring model dinyatakan
dinyatakan dengan jelas dan logis pada buku model.
Lingkungan Belajar
33. Lingkungan belajar model disusun berdasarkan landasan
teoritis dan empirik dari pembelajaran bagi mahasiswa.
34. Lingkungan belajar mendukung tercapainya
pembelajaran yang optimal sehingga dapat meningkatkan
motivasi, keterampilan proses sains dan kreativitas
Penggunaan Teknik-teknik Evaluasi Mutakhir

35. Evaluasi terhadap motivasi belajar mahasiswa meliputi


keyakinan diri,keaktifan dalam pembelajaran, pemahaman
terhadap nilai-nilai pembelajaran fisika, dan target
capaian dalam pembelajaran.
36. Evaluasi terhadap KPS meliputi mengamati,
memprediksi, bereksperimen, menafsirkan data,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
37. Evaluasi terhadap kreativitas meliputi kelancaran,
fleksibilitas, keaslian dan elaborasi
VI
Bagian Akhir
38. Penutup
39. Daftar Pustaka
VII
Bahasa
40. Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia
41. Kesederhanaan struktur kalimat
42. sifat komunikasi bahasa yang digunakan

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

299
a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini
1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

300
PENILAIAN /TANGGAPAN

TERHADAP
ISI PETUNJUK PRAKTIKUM

JUDUL DISERTASI

MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU


AUGMENTED REALITY UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI,
KPS, DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

301
Lembar Penilaian Kelayakan Isi

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar terintegrasi Augmented Reality

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengukur kelayakan modul praktikum
dalam kegiatan perkuliahan fisika dasar menggunakan model aktivitas
laboratorium mobile berbantu augmented reality.
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu.
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai).
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada
naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO Aspek yang Dinilai Penilaian


1 2 3 4
I Halaman Sampul
1. Menampakkan identitas mata kuliah
2. Kemenarikan desain sampul
II Ilustrasi
3. Ketepatan penempatan gambar/ilustrasi
4. Ketepatan ukuran gambar/ilustrasi
5. Mudah dipahami
III Format
6. Ketepatan layout pengetikan
7. Kejelasan penulisan/pengetikan
8. Pengatutan ruang/tata letak
9. Jenis dan ukuran huruf sesuai
IV Isi
10. Kejelasan nama dan tujuan percobaan
11. Ketepatan cara penyajian materi
12. Kejelasan urutan penyajian materi
13. Kesesuaian perangkat dalam melakukan percobaan

302
14. Kejelasan rumusan pertanyaan awal dan untuk
menunjukkan tercapainya tujuan percobaan
Bahasa
V 15. Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia
16. Kesederhanaan struktur kalimat
17. sifat komunikasi bahasa yang digunakan

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

303
PENILAIAN /TANGGAPAN
AHLI MEDIA

TERHADAP
ANIMASI DALAM PETUNJUK PRAKTIKUM

JUDUL DISERTASI

MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU


AUGMENTED REALITY UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI,
KPS, DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

304
Lembar Penilaian Kelayakan Animasi Berbasis AR
dalam Petunjuk Praktikum
A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengukur kelayakan petunjuk praktikum
dalam kegiatan perkuliahan fisika dasar semester 1 menggunakan model
aktivitas laboratorium mobile berbantu augmented reality.
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu.
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai).
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada
naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO Aspek yang Dinilai Penilaian


1 2 3 4
I Kegunaan
1. kemampuan untuk membantu memahami konten materi
2. Kemampuan untuk mengimajinasikan konsep
II Kemudahan penggunaan
3. animasi mampu melengkapi materi perkuliahan
4. animasi mudah dimengerti
5. animasi berkualitas tinggi
III Sikap positif
6. animasi yang ditampulkan membuat materi lebih menarik
7. Durasi pemutaran animasi

10. rekomendasi penggunaan media


11. animasi mendorong pengembangan konten pembelajaran
dengan cara yang baru

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

305
a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini
1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

306
PENILAIAN /TANGGAPAN
DOSEN

TERHADAP
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

JUDUL DISERTASI

MODEL AKTIVITAS LABORATORIUM MOBILE BERBANTU


AUGMENTED REALITY UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI,
KPS, DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH
FISIKA DASAR

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

307
Angket Kelayakan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengukur kelayakan RPS dalam kegiatan
perkuliahan fisika dasar menggunakan model aktivitas laboratorium mobile
berbantu augmented reality .
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/Ibu.
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang
baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai).
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada
naskah ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

Penilaian
NO Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Identitas Mata Kuliah
1. Kejelasan identitas mata kuliah meliputi nama program studi,
I
serta kode mata kuliah, semester SKS, dan nama dosen
pengampu
Indikator Capian
2. Kesesuaian indikator pencapaian hasil belajar dengan
kompetensi yang diharapkan
II
3. Kejelasan rumusan indikator pencapaian hasil belajar
4. Keterkaitan antar indikator pencapaian hasil belajar
Kemampuan Akhir
5. Kesesuaian kemampuan akhir pembelajaran dengan target
III indikator capaian
6. Kejelasan rumusan kemampuan akhir pembelajaran
Isi dan Kegiatan Pembelajaran
IV 7. Kebenaran isi/materi pembelajaran
8. Kesesuaian alokasi waktu dengan kegiatan yang dilakukan

308
9. Kesesuaian aktivitas pembelajaran dengan pendekatan,
model, dan metode pembelajaran yang digunakan

10. Kesesuaian pengalaman belajar dengan kemampuan akhir


11. Kesesuaian media, alat, dan sumber belajar
Evaluasi
V
12. Kesesuaian Penilaian hasil
belajar Rujukan
VI
15. Kejelasan refrensi yang digunakan dalam pembelajaran

D. Penilaian Umum
Kesimpulan penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. RPS ini b. RPS ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau
menuliskan langsung pada naskah.

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

309
....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................................................................................................................

..........................., ...........................................

Penilai

......................................................................

310
LEMBAR VALIDASI

INSTRUMEN KEVALIDAN TES KREATIVITAS

NAMA :

NIP :

INSTANSI :

TANGGAL :

A. Tujuan

Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi instrumen tes kreativitas sebagai bagian dari penelitian dengan judul model laboratorium
mobile berbantuan augmented reality untuk meningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas pada mata kuliah fisika dasar. Penilaian
terhadap instrumen yang dikembangkan dimaksudkan agar instrumen ini dapat memenuhi kriteria valid, sehingga layak digunakan.
Oleh karena itu, evaluasi dan penilaian dari Bapak/Ibu sangat diperlukan.

B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu
2. Point penilaiannya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat
baik/sangat sesuai)
3. Saran dan komentar dapat dituliskan pada bagian komentar yang telah disediakan atau secara langsung pada tempat
yang telah disediakan pada draft naskah lembar validasi.

311
C. Penilaian

Pilihan
No Aspek Indikator Rubrik Skor penilaian
4 3 2 1
 Format instrumen runtut Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Format instrumen rapi Memenuhi 2 indikator 3
1  Format Instrumen tidak membingungkan
format Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Instrumen dirumuskan secara sistematik Memenuhi 3 indikator 4
 Instrumen dirumuskan secara spesifik Memenuhi 2 indikator 3
2 Kejelasan Isi  Instrumen sesuai dengan aspek penilaian
Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Terdapat rubrik penskoran Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Pembagian skor sesuai indikator Memenuhi 2 indikator 3
3 pedoman  Terdapat indikator penilaian
penskoran Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Penggunaan bahasa yang baku berdasarkan kaidah bahasa Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan Indonesia Memenuhi 2 indikator 3
4  Penggunaan kalimat yang efektif
Bahasa Memenuhi 1 indikator 2
 Penggunaan kalimat yang tidak ambigu
Tidak tidak terpenuhi 1

312
D. Komentar dan Saran Perbaikan

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

E. Kesimpulan

Instrumen penelitian inidinyatakan *)


1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

*) lingkari pilihan

.........................., ...........................................

Validator/Penilai

......................................................................

313
LEMBAR VALIDASI

INSTRUMEN KETERLAKSANAAN MODEL

NAMA :

NIP :

INSTANSI :

TANGGAL :

A. Tujuan

Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi instrumen keterlaksanaan model laboratorium mobile berbantuan augmented reality
untuk meningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas pada mata kuliah fisika dasar. Penilaian terhadap instrumen yang dikembangkan
dimaksudkan agar instrumen ini dapat memenuhi kriteria valid, sehingga layak digunakan. Oleh karena itu, evaluasi dan penilaian dari
Bapak/Ibu sangat diperlukan.

B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu
2. Point penilaiannya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat
baik/sangat sesuai)
3. Saran dan komentar dapat dituliskan pada bagian komentar yang telah disediakan atau secara langsung pada tempat yang
telah disediakan pada draft naskah lembar validasi.

314
C. Penilaian

Pilihan
No Aspek Indikator Rubrik Skor penilaian
4 3 2 1
 Format instrumen runtut Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Format instrumen rapi Memenuhi 2 indikator 3
1  Format Instrumen tidak membingungkan
format Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Instrumen dirumuskan secara sistematik Memenuhi 3 indikator 4
 Instrumen dirumuskan secara spesifik Memenuhi 2 indikator 3
2 Kejelasan Isi  Instrumen sesuai dengan aspek penilaian
Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Terdapat rubrik penskoran Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Pembagian skor sesuai indikator Memenuhi 2 indikator 3
3 pedoman  Terdapat indikator penilaian
penskoran Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Penggunaan bahasa yang baku berdasarkan kaidah bahasa Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan Indonesia Memenuhi 2 indikator 3
4  Penggunaan kalimat yang efektif
Bahasa Memenuhi 1 indikator 2
 Penggunaan kalimat yang tidak ambigu
Tidak tidak terpenuhi 1

315
D. Komentar dan Saran Perbaikan

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

E. Kesimpulan

Instrumen penelitian inidinyatakan *)


1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

*) lingkari pilihan

.........................., ...........................................

Validator/Penilai

......................................................................

316
Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Laboratorium Mobile Berbantuan
Augmented Reality

Nama Observer :

Hari/Tanggal :

A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan model
laboratorium mobile berbantuan augmented reality.
B. Petunjuk
Berilah tanda () dalam kolom keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan model
laboratorium mobile berbantuan augmented reality yang sesuai menurut pendapat
Saudara.
C. Penilaian

Keterlaksanaan
Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa
Ya Tidak
Orientasi 1. Membagi mahasiswa 1. membuat pertanyaan
dalam beberapa kelompok berdasarkan materi yang
untuk kemudian menyajikan telah disampaikan melalui
video fenomena fisis melalui sosial media .
via media sosial.
2. memberikan permasalahan 2. merumuskan jawaban
terkait materi yang diberikan
sementara dari masalah
yang telah diberikan
Konseptualisasi 3 . membagi modul MLBL 3. melakukan diskusi
yang terintegrasi dengan AR berdasarkan materi yang
disajikan
4. memberi pertanyaan dalam 4. menjawab pertanyaan
rangka menyusun rumusan serta membuat rumusan
masalah serta merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis terhadap masalah hipotesis terhadap masalah
yang diberikan yang diberikan

317
Keterlaksanaan
Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa
Ya Tidak
Investigasi 5. Memberikan kesempatan 5. merencanakan
pada mahasiswa untuk eksplorasi atau
merencanakan eksplorasi eksperimen,
atau eksperimen, mengumpulkan dan
mengumpulkan dan menganalisis data
menganalisis data berdasarkan desain
berdasarkan desain eksperimental atau
eksperimental atau eksplorasi eksplorasi dengan
dengan menggunakan gawai menggunakan gawai baik
baik sebagai alat bantu sebagai alat bantu
pegumpul data maupun pegumpul data, maupun
sarana komunikasi. sebagai sarana komunikasi
selama kegiatan
investigasi.
Menyimpulkan 6. . Meminta para mahasiswa 6. menjawab pertanyaan
untuk merumuskan dan berdasarkan teori yang
menyimpulkan hasil berkaitan dengan
percobaan percobaan dalam rangka
menyimpulkan hasil
percobaan
Diskusi 7. memberikan kesempatan 7. Evaluasi terhadap
kepada mahasiswa untuk kegiatan eksperimen
mendiskusikan hasil
eksperimennya
8. menjawab pertanyaan dari 8. memberikan pertanyaan
hasil eksperimen tekait hasil eksperimen
9. melakukan klarifikasi 9.mengkomunikasikan
terhadap hasil yang didapat. hasil eksperimen

D. Catatan
Jika terdapat sesuatu yang perlu dilaporkan, Bapak/Ibu dapat menuliskan pada bagian
berikut.

318
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

.........................., ...........................................
Observer

......................................................................

319
LEMBAR VALIDASI

INSTRUMEN KEVALIDAN ANGKET MOTIVASI

NAMA :

NIP :

INSTANSI :

TANGGAL :

A. Tujuan

Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi instrumen angket motivasi sebagai bagian dari penelitian dengan judul model
laboratorium mobile berbantuan augmented reality untuk meningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas pada mata kuliah fisika dasar.
Penilaian terhadap instrumen yang dikembangkan dimaksudkan agar instrumen ini dapat memenuhi kriteria valid, sehingga layak
digunakan. Oleh karena itu, evaluasi dan penilaian dari Bapak/Ibu sangat diperlukan.

B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu
2. Point penilaiannya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat
baik/sangat sesuai)
3. Saran dan komentar dapat dituliskan pada bagian komentar yang telah disediakan atau secara langsung pada tempat
yang telah disediakan pada draft naskah lembar validasi.

320
C. Penilaian

Pilihan
No Aspek Indikator Rubrik Skor penilaian
4 3 2 1
 Format instrumen runtut Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Format instrumen rapi Memenuhi 2 indikator 3
1  Format Instrumen tidak membingungkan
format Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Instrumen dirumuskan secara sistematik Memenuhi 3 indikator 4
 Instrumen dirumuskan secara spesifik Memenuhi 2 indikator 3
2 Kejelasan Isi  Instrumen sesuai dengan aspek penilaian
Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Terdapat rubrik penskoran Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Pembagian skor sesuai indikator Memenuhi 2 indikator 3
3 pedoman  Terdapat indikator penilaian
penskoran Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Penggunaan bahasa yang baku berdasarkan kaidah bahasa Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan Indonesia Memenuhi 2 indikator 3
4  Penggunaan kalimat yang efektif
Bahasa Memenuhi 1 indikator 2
 Penggunaan kalimat yang tidak ambigu
Tidak tidak terpenuhi 1

321
D. Komentar dan Saran Perbaikan

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................

E. Kesimpulan

Instrumen penelitian inidinyatakan *)


1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

*) lingkari pilihan

.........................., ...........................................

Validator/Penilai

....................................................................

322
LEMBAR VALIDASI

INSTRUMEN KETERAMPILAN PROSES SAINS

NAMA :

NIP :

INSTANSI :

TANGGAL :

A. Tujuan

Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi instrumen keterampilan proses sains sebagai bagian dari penelitian dengan
judul model laboratorium mobile berbantuan augmented reality untuk meningkatan motivasi, KPS, dan kreativitas pada
mata kuliah fisika dasar. Penilaian terhadap instrumen yang dikembangkan dimaksudkan agar instrumen ini dapat
memenuhi kriteria valid, sehingga layak digunakan. Oleh karena itu, evaluasi dan penilaian dari Bapak/Ibu sangat
diperlukan.

B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu
2. Point penilaiannya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang baik/kurang sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat
baik/sangat sesuai)
3. Saran dan komentar dapat dituliskan pada bagian komentar yang telah disediakan atau secara langsung
pada tempat yang telah disediakan pada draft naskah lembar validasi.

323
Penilaian

Pilihan
No Aspek Indikator Rubrik Skor penilaian
4 3 2 1
 Format instrumen runtut Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Format instrumen rapi Memenuhi 2 indikator 3
1  Format Instrumen tidak membingungkan
format Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Instrumen dirumuskan secara sistematik Memenuhi 3 indikator 4
 Instrumen dirumuskan secara spesifik Memenuhi 2 indikator 3
2 Kejelasan Isi  Instrumen sesuai dengan aspek penilaian
Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Terdapat rubrik penskoran Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan  Pembagian skor sesuai indikator Memenuhi 2 indikator 3
3 pedoman  Terdapat indikator penilaian
penskoran Memenuhi 1 indikator 2
Tidak tidak terpenuhi 1
 Penggunaan bahasa yang baku berdasarkan kaidah Memenuhi 3 indikator 4
Kejelasan bahasa Indonesia Memenuhi 2 indikator 3
4  Penggunaan kalimat yang efektif
Bahasa Memenuhi 1 indikator 2
 Penggunaan kalimat yang tidak ambigu
Tidak tidak terpenuhi 1

324
C. Komentar dan Saran Perbaikan

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................................

D. Kesimpulan

Instrumen penelitian ini dinyatakan *)


1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

*) lingkari pilihan

.........................., ...........................................

Validator/Penilai

...................................................................

325
PENILAIAN /TANGGAPAN
DOSEN

TERHADAP
MODUL PRAKTIKUM

JUDUL DISERTASI

PENGEMBANGAN MODEL MOBILE LABORATORY BASED LEARNING


(MLBL) UNTUK MENINGKATAN KPS, MOTIVASI, DAN BERPIKIR
KREATIF PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR 1

Arif Rahman Aththibby


17703261023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

326
Angket Validasi Petunjuk Praktikum

A. Tujuan
Tujuan instrumen ini adalah untuk mengukur kevalidan modul praktikum dalam
kegiatan perkuliahan fisika dasar semester 1 menggunakan model mobile
laboratory based learning (MLBL).
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek () dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu.
2. Point kevalidan nya adalah 1 (tidak baik/tidak sesuai); 2 (Kurang baik/kurang
sesuai); 3 (Baik/sesuai); 4 (Sangat baik/sangat sesuai).
3. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon dapat dituliskan bagian-
bagian revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan pada naskah
ini.
C. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO Aspek yang Dinilai Penilaian


1 2 3 4
I Sampul
1. Menampakkan identitas mata kuliah
2. Menampilkan gambar terkait identitas mata kuliah secara
menarik
II Ilustrasi
1. Kejelasan dukungan ilustrasi/ gambar
2. Memiliki tampilan yang jelas
3. Mudah dipahami
III Format
1. Kejelasan modul sebagai sarana pembelajaran
2. Memiliki daya tarik
3. Sistem penomoran yang jelas
4. Pengatutan ruang/tata letak
5. Jenis dan ukuran huruf sesuai

327
NO Aspek yang Dinilai Penilaian
1 2 3 4
IV Isi
1. Kejelasan nama percobaan
2. Kejelasan tujuan percobaan yang akan dicapai
3. Kesesuaian percobaan dan materi pembelajaran
4. Kesesuaian perangkat dalam melakukan percobaan

5. Kejelasan rumusan pertanyaan untuk menunjukkan tercapainya


tujuan percobaan
6. Kualitas teks/tabel
Bahasa
V 1. Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia
2. Kesederhanaan struktur kalimat
3. sifat komunikasi bahasa yang digunakan

D. Penilaian Umum Kesimpulan


penilaian secara umum
(mohon lingkari angka di bawah ini sesuai penilaian Bapak/Ibu)

a. Buku Pedoman Model ini b. Buku Pedoman Model ini


1. Tidak Baik 1. Belum dapat digunakan
2. Kurang Baik 2. Dapat digunakan dengan banyak revisi
3. Cukup Baik 3. Dapat digunakan dengan revisi yang cukup
4. Baik 4. Dapat digunakan dengan sedikit revisi
5. Baik Sekali 5. Dapat digunakan tanpa revisi

E. Komentar dan Saran Perbaikan


Mohon Bapak/Ibu menuliskan bagian revisi pada bagian berikut dan/atau menuliskan
langsung pada naskah.

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

328
......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................., ...........................

Validator/Penilai

.....................................................

329
Lampiran 5
Perangkat Pembelajaran

330
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Bobot (sks) Semester Tanggal Penyusunan
Fisika Dasar FIS 2001 3 1 06 Oktober 2020
IDENTITAS PENYUSUN

0812-7928-3716

Eko Prihandono

eko.lampungkw@gmail.com

Eko Prihandono, S.Pd. M.Pd


NIDN. 0219128401
1. Menganalisis konsep besaran (besaran pokok dan besaran turunan) dan pengukuran dalam kehidupan
sehari-hari, serta menganalisis besaran vektor, operasi pada vektor, aplikasi vektor dalam kehidupan
CPMK (Capaian sehari-hari.
Pembelajaran Mata 2. Menganalisis dan menjelaskan tentang dasar-dasar mekanika (ditinjau dari keilmuan, kinematika, dan
Kuliah) dinamika)
3. Menganalisis dan menjelaskan tentang konsep dasar kalor (bentuk energi, Satuan Internasional, Konversi
Suhu, dan jenis-jenis kalor dalam kehidupan sehari-hari)

331
4. Menganalisis dan menjelaskan konsep dasar kelistrikan dan kemagnetan (tokoh berpengaruh,
penemuan-penemuan penting kelistrikan dan kemagnetan, serta contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari)
5. Menganalisis dan mengkaji dasar-dasar optik (Hukum pemantulan, Cermin dan Lensa, serta memahami
konsep dasar optik dalam kehidupan sehari-hari)
6. Menganalisis dan menjelaskan konsep dasar fisika modern (tiga ranah besar ilmu fisika, teori atom,
newtonian, dan pembahasan singkat fisika kuantum).
Deskripsi Singkat Mata kuliah Fisika Dasar memberikan pondasi yang kuat kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan berbagai
MK prinsip dasar fisika khususnya; Analisis vektor, mekanika, kalor, optika dasar, fenomena kelistrikan dan kemagnetan,
serta konsep dasar fisika modern. Mata kuliah ini merupakan pengantar perkuliahan fisika dan diharapkan dapat menjadi
landasan pengetahuan untuk perkuliahan fisika lanjutan.
Model, Metode dan
Minggu Waktu
Kemampuan yang diharapkan (CPMK) Bahan Kajian/Materi Pembelajaran Media
ke- (menit)
Pembelajaran
Kuliah, Diskusi-
latihan (Via WA,
Memahami garis besar perkuliahan yang akan
1 Kontrak Perkuliahan SPADA, dan Google- 2x50
dilaksanakan
Classroom)
Video, SPADA
1. Besaran dan Pengukuran Kuliah, Diskusi-
a. Konsep dasar pengukuran latihan (Via WA,
b. Analisis hasil pengukuran SPADA, dan Google-
(angka penting dan notasi Classroom)
ilmiah) SPADA
Menganalisis konsep besaran (besaran pokok
c. Macam-macam besaran fisika
dan besaran turunan) dan pengukuran dalam
(besaran pokok, besaran Youtube:
2-3 kehidupan sehari-hari, serta menganalisis 2x50
turunan, besaran scalar, dan https://www.youtube.
besaran vektor, operasi pada vektor, aplikasi
besaran vektor) com/watch?v=H6OZ
vektor dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis macam-macam CbSvEM0&t=99s
besaran (analisis vektor,
dimensi dan konsep https://www.youtube.
perhitungan besaran) com/watch?v=fF2yv1
e. Aplikasi dalam kehidupan NSBsY&t=59s

332
sehari-hari
2. Dasar-dasar Mekanika : MLBL, Diskusi-
a. Pengertian mekanika latihan, Praktikum
b. Konsep gerak dan tinjauan (Via WA, SPADA,
keilmuan gerak dan Google Meet)
Menganalisis dan menjelaskan tentang dasar- c. Kinematika dan Dinamika SPADA
4-5 dasar mekanika (ditinjau dari keilmuan, d. Analisis gerak 2x50
kinematika, dan dinamika) Youtube
https://www.youtube.
com/watch?v=PP68Z
EN04tE

6 Kuis I (Materi Ke 1-2) 5 soal WA dan SPADA 2x50


Kuliah, Diskusi-
3. Konsep Dasar Kalor :
latihan, Praktikum,
a. Pengertian suhu dan kalor
Menganalisis dan menjelaskan tentang konsep Cookbook Lab. (Via
b. Pengukuran suhu (skala suhu
dasar kalor (bentuk energi, Satuan Internasional, WA, SPADA, dan
7-8 dan konversi skala pengukuran 2x50
Konversi Suhu, dan jenis-jenis kalor dalam Google-Classroom)
suhu)
kehidupan sehari-hari) SPADA
c. Asas Black
d. Aplikasi konsep dasar kalor
Youtube
9 Ujian Tengah Semester (UTS) Materi ke : 1, 2, dan 3 WA dan SPADA 2x50
4. Dasar-dasar Listrik dan Magnet :
a. Penemuan awal konsep listrik
Kuliah, Diskusi-
dan magnet
Menganalisis dan menjelaskan konsep dasar latihan, Praktikum,
b. Mengkaji konsep listrik dan
kelistrikan dan kemagnetan (tokoh berpengaruh, Cookbook Lab.(Via
magnet secara Islami (Tokoh
penemuan-penemuan penting kelistrikan dan WA, SPADA, dan
10-11 Islam yang berpengaruh pada 2x50
kemagnetan, serta contoh penerapan dalam Google-Classroom)
bidang listrik dan magnet)
kehidupan sehari-hari) SPADA
c. Analisis soal dasar kelistrikan
dan kemagnetan
Youtube
d. Aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari
12 Menganalisis dan mengkaji dasar-dasar optik 5. Optika Dasar : Kuliah, Diskusi- 2x50

333
(Hukum pemantulan, Cermin dan Lensa, serta a. Pengertian optik latihan, Prktikum,
memahami konsep dasar optik dalam kehidupan b. Macam-macam alat optik ookbook. Lab. (Via
sehari-hari) c. Analisis keilmuan optika dasar WA, SPADA, dan
d. Aplikasi dalam kehidupan Google-Classroom)
sehari-hari SPADA

Youtube
13 Kuis II (Materi Ke 4-5) WA dan SPADA 2x50
6. Konsep Dasar Fisika Modern :
Kuliah, Diskusi-
a. Model atom (Bohr)
latihan (Via WA,
Menganalisis dan menjelaskan konsep dasar b. Dualisme cahaya
SPADA, dan Google-
fisika modern (tiga ranah besar ilmu fisika, teori c. Konsep fotolistrik
14-15 Classroom) 2x50
atom, newtonian, dan pembahasan singkat fisika d. Relativitas (dasar-dasar
SPADA
kuantum). relativitas khusus dan umum)
e. Mekanika kuantum (konsep
Youtube
dasar fisika kuantum).
16 Ujian Akhir Semester (UAS) (Materi ke : 4, 5, dan 6) WA dan SPADA 2x50

Referensi :
A. Utama
1) Fisika Jilid I: David Halliday dan Robert Resnick, Penerbit Erlangga. Bandung.
2) Fisika Universitas Jilid I: Francis W. Sears dkk, Penerbit Erlangga. Bandung.
3) Seri Fisika: Fisika Dasar Jilid 1 - Mekanika: Sutrisno, Penerbit ITB. Bandung.
4) Fisika Dasar 1: Mkrajuddin Abdullah. E-book: ITB
5) Fisika Lingkungan. J.F Gabriel. 2001. Jakarta: Hipokrates.
B. Pendukung
1) Aktif Belajar Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XI. Cari. 2007. Surakarta: CV Media Tama
2) Aktif Belajar Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XII. Cari. 2007. Surakarta: CV Media Tama
3) Panduan Pembelajaran Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X. Suparmo, dkk. 2007. Jakarta: CV Karya Mandiri Nusantara.

Tugas, Evaluasi dan Penilaian


1. Tugas

334
Tugas terstruktur mandiri dan kelompok
2. Evaluasi
Test tulis dan Penugasan
3. Penilaian
Keaktifan : 10%
Tugas : 40%
UTS : 25%
UAS : 25%

Metro, 08 Oktober 2020


Mengetahui Dosen Pengampu
Ketua Program Studi

Dedy Hidayatullah Alarifin, M.Pd Eko Prihandono, M.Pd


NIDN. 0219128401 NIDN. 0204109105

335
Satuan Acara Perkuliahan

Pertemuan II

Program Studi :Pendidikan Fisika


Mata Kuliah :Fisika Dasar 1
Kode/SKS : MIPA1604/3 sks
Topik :Kinematika
Alokasi Waktu :2 x 50 Menit
Dosen Pengampu : Eko Prihandono, M.Pd.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Memahami serta menganalisis fenomena fisis terkait persamaan-persamaan gerak.

Kemampuan Akhir (Sub CPMK)


1. Mahasiswa diharapkan menguasai pengetahuan dasar kinematika secara
komprehensip, mantap, dan mendalam.
2. Memahami tentang gerak dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
Model dan Metode Pembelajaran
Model :Aktivitas Laboratorium Mobile Berbantu Augmented Reality.
Metode : Penugasan, Eksperimen, dan Diskusi.
Media Alat dan Sumber Belajar
1. Alat ukur fisis (Stop watch, meteran, Neraca Ohauss).
2. Komputer/Laptop dan LCD Projector gadget dan internet.
3. Buku teks
4. Petunjuk praktikum berbasis model aktivitas laboratorium mobile berbantu
augmented reality
5. Fenomena gerak yang ada di sekitar
6. Youtube

336
Langkah-langkah Pembelajaran

Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa


1. Membagi mahasiswa 1. membuat pertanyaan
Orientasi dalam beberapa kelompok berdasarkan materi yang telah
untuk kemudian menyajikan disampaikan melalui sosial
video fenomena fisis melalui media .
via media sosial.
2. memberikan permasalahan 2. merumuskan jawaban
terkait materi yang diberikan sementara dari masalah yang
telah diberikan
3 . membagi petunjuk 3. melakukan diskusi
praktikum fisika dasar yang berdasarkan materi yang
Konseptualisasi terintegrasi dengan AR disajikan
4. memberi pertanyaan dalam 4. menjawab pertanyaan serta
rangka menyusun rumusan membuat rumusan masalah
masalah serta merumuskan dan merumuskan hipotesis
hipotesis terhadap masalah terhadap masalah yang
yang diberikan diberikan
5. Memberikan kesempatan 5. merencanakan atau
mahasiswa untuk eksperimen, mengumpulkan
Investigasi merencanakan eksperimen, dan menganalisis data
mengumpulkan dan berdasarkan desain
menganalisis data eksperimental dengan
berdasarkan desain menggunakan gawai baik
eksperimental dengan sebagai alat bantu pegumpul
menggunakan gawai baik data, maupun sebagai sarana
sebagai alat bantu pegumpul komunikasi selama kegiatan
data maupun sarana investigasi.
komunikasi.
6. . Meminta para mahasiswa 6. menjawab pertanyaan
untuk merumuskan dan berdasarkan teori yang
Menyimpulkan menyimpulkan hasil berkaitan dengan percobaan
percobaan dalam rangka menyimpulkan
hasil percobaan
7. memberikan kesempatan 7. Evaluasi terhadap kegiatan
kepada mahasiswa untuk eksperimen
Diskusi mendiskusikan hasil
eksperimennya

337
8. menjawab pertanyaan dari 8. memberikan pertanyaan
hasil eksperimen tekait hasil eksperimen
9. melakukan klarifikasi 9.mengkomunikasikan hasil
terhadap hasil yang didapat. eksperimen

Penilaian

1. Keaktifan dan Diskusi


2. Laporan kegiatan praktikum

Sumber Belajar / Literatur


Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar I. Bandung: ITB.
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2013). Fundamentals of physics. John
Wiley & Sons.
Hibbeler, R. C. (1998). Mekanika Teknik. Jakarta: PT Prenhallindo.
Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2018). Physics for scientists and engineers with
modern physics. Cengage learning.
Tipler, P. A., & Mosca, G. (2007). Physics for scientists and engineers.
Macmillan.

Dosen Pengampu.

................................

338
Lampiran 6
Hasil Analisis Data Penelitian

339
REKAP PENILAIAN KELAYAKAN BUKU MODEL ASPEK ISI

No Aspek Indikator Ahli Persentase


1 2 3
1 Pendahuluan Latar Belakang 4 3 3 83,33333
Tujuan 4 4 2 83,33333
Sasaran Pembaca 4 4 2 83,33333
Cakupan 4 3 2 75
2 Isi Model Aktivitas Kebutuhan Pengembangan Model 4 3,5 3 87,5
Laboratorium Mobile
Berbantu Augmented Pengetahuan Mutahir 3 4 4 91,66667
Reality
Dukungan Teori 3,5 3,75 3,5 89,58333

Merencanakan dan Melaksanakan 3,75 3,5 3,625 90,625


Lingkungan Belajar 3 3,5 2,5 75
Penggunaan Teknik Evaluasi Mutahir 3 3,666667 3,333333 83,33333
3 Bagian Akhir Penutup 4 4 3 91,66667

Daftar Pustaka 4 4 3 91,66667

4 Bahasa Tata Bahasa 4 3,666667 3,666667 94,44444

340
REKAP PENILAIAN KELAYAKAN BUKU MODEL ASPEK DESAIN

Validator
Persentase
NO Aspek yang Dinilai Indikator 1 2 3
Sampul 1. Kualitas Sampul 3 3 3 75
1
2. Kemenarikan desain Sampul 3 3 3 75
3. Ketepatan layout pengetikan 4 3 3 83,33333
4. konsistensi penggunaan spasi judul, sub
judul, dan pengetikan materi 4 4 4 100
2
Layout dan Tata tulis 5. Kejelasan penulisan/pengetikan 4 4 3 91,66667
6. Pengaturan tata letak 4 3 3 83,33333
7. kesesuaian jenis dan ukuran huruf 4 4 2 83,33333
8. Kelengkapan komponen-komponen pada
setiap bab pedoman model 3 3 3 75
Isi/Materi 9. ketepatan cara penyajian materi 4 4 3 91,66667
3
10. ketepatan penempatan gambar-gambar
dan ilustrasi 4 3 2 75
11. Kejelasan urutan penyajian 4 4 3 91,66667

341
REKAP PENILAIAN KELAYAKAN BUKU MODEL ASPEK MEDIA

Validator
Persentase
NO Aspek yang Dinilai 1 2 3
Ketepatan Ilustrasi/gambar yang digunakan dalam
1 Sampul 3 3 2 66,66667
Kesesuaian materi dengan media/gambar yang
2 digunakan 4 3 4 91,66667
3 Kualitas gambar dalam uraian materi 3 3 3 75
4 Ketepatan penempatan gambar 4 4 4 100
5 Ketepatan ukuran gambar 4 3 4 91,66667
6 Kualitas teks 3 4 4 91,66667
7 Kualitas tabel 3 4 4 91,66667

342
REKAP PENILAIAN KELAYAKAN BUKU MODEL OLEH PRAKTISI

No Aspek Indikator Penilai Persentase


1 2 3
1 Sampul 3 4 4 91,6666667
Kualitas Sampul
Kemenarikan desain Sampul 3 4 3 83,3333333
2 Layout dan Tata tulis 3 4 4 91,6666667
Ketepatan layout pengetikan
konsistensi penggunaan spasi judul,
4 3 4 91,6666667
sub judul, dan pengetikan materi
Kejelasan penulisan/pengetikan 3 4 3 83,3333333

Pengaturan tata letak 3 4 4 91,6666667

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 2 3 4 75


3 Isi/Materi Kelengkapan komponen-komponen
3 3 4 83,3333333
pada setiap bab pedoman model
Ketepatan cara penyajian materi 3 4 4 91,6666667
Ketepatan penempatan gambar-gambar
2 4 4 83,3333333
dan ilustrasi
Kejelasan urutan penyajian 3 3 4 83,3333333
4 Pendahuluan Latar Belakang 3 4 4 91,6666667
Tujuan 2 4 4 83,3333333
Sasaran Pembaca 2 3 4 75
Cakupan 2 4 4 83,3333333

343
5 Isi Model Aktivitas Kebutuhan Pengembangan Model 3 3,75 4 89,58333333
Laboratorium Mobile
Berbantu Augmented Pengetahuan Mutahir 4 4 100
Reality 4
Dukungan Teori 3,5 4 4 95,8888883
Merencanakan dan Melaksanakan 3,875 4 91,6666667
3,625
Lingkungan Belajar 2,5 4 4 87,5
Penggunaan Teknik Evaluasi Mutahir 3,3333 4 4 94,4444444
6 Bagian Akhir Penutup
3 83,3333333
3 4
Daftar Pustaka
3 4 3 83,3333333
7 Bahasa Tata Bahasa 3,6667 3,3333 3,6667 88,888889

344
REKAP PENILAIAN KELAYAKAN MODUL PRAKTIKUM

Kelayakan Isi Modul Praktikum

NO Aspek yang Dinilai


Validator
Rerata
1 2 3
I Halaman Sampul
1. Menampakkan identitas mata kuliah 4 4 4 100
2. Kemenarikan desain sampul 3 3 3 75
II Ilustrasi
3. Ketepatan penempatan gambar/ilustrasi 3 4 4 91,66667
4. Ketepatan ukuran gambar/ilustrasi 3 4 4 91,66667
5. Mudah dipahami 3 4 4 91,66667
III Format
6. Ketepatan layout pengetikan 3 3 3 75
7. Kejelasan penulisan/pengetikan 4 3 3 83,33333
8. Pengatutan ruang/tata letak 4 3 4 91,66667
9. Jenis dan ukuran huruf sesuai 4 4 4 100
Isi
10. Kejelasan nama dan tujuan percobaan 4 3 4 91,66667
11. Ketepatan cara penyajian materi 3 4 4 91,66667
IV 12. Kejelasan urutan penyajian materi 3 4 4 91,66667
13. Kesesuaian perangkat dalam melakukan percobaan 4 4 4 100
14. Kejelasan rumusan pertanyaan awal dan untuk menunjukkan tercapainya tujuan 3 3 3
percobaan 75

345
Validator
NO Aspek yang Dinilai Rerata
1 2 3
Bahasa 80,55556
15. Penggunaan bahasa ditinjau dari kaidah bahasa Indonesia 3 3 4 83,33333
16. Kesederhanaan struktur kalimat 4 4 2 83,33333
V 17. sifat komunikasi bahasa yang digunakan 4 3 2 75

346
Animasi Terintegrasi AR

NO Aspek yang Dinilai Validator


Rerata
1 2 3
1 Kegunaan 83,33333
1. kemampuan untuk membantu memahami konten materi 4 3 3 83,33333
2. Kemampuan untuk mengimajinasikan konsep 4 3 3 83,33333
2 Kemudahan penggunaan 83,33333
3. animasi mampu melengkapi materi perkuliahan 3 4 4 91,66667
4. animasi mudah dimengerti 3 3 3 75
5. animasi berkualitas tinggi 3 4 3 83,33333
3 Sikap positif 91,66667
6. animasi yang ditampulkan membuat materi lebih menarik 4 4 4 100
7. Durasi pemutaran animasi 4 3 3 83,33333
4 Tindak lanjut 79,16667
10. rekomendasi penggunaan media 3 3 4 83,33333
11. animasi mendorong pengembangan konten pembelajaran dengan cara yang baru 3 3 3 75

347
LEMBAR VALIDASI RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

NO Aspek yang Dinilai Indikator Validator Persentase


1 2 3
1 Identitas Mata Kuliah 1. Kejelasan identitas mata kuliah 4 4 4 100
meliputi nama program studi, serta kode
mata kuliah, semester SKS, dan nama
dosen pengampu
2 Indikator Capian 2. Kesesuaian indikator pencapaian hasil 3 4 3 83,33
belajar dengan kompetensi yang diharapkan

3. Kejelasan rumusan indikator 4 3 3 83,33


pencapaian hasil belajar
4. Keterkaitan antar indikator pencapaian 4 3 2 75
hasil belajar
3 Kemampuan Akhir 5. Kesesuaian kemampuan akhir 3 4 3 83,33
pembelajaran dengan target indikator
capaian
6. Kejelasan rumusan kemampuan akhir 4 4 3 91,67
pembelajaran
4 Isi dan Kegiatan 7. Kebenaran isi/materi pembelajaran 3 3 3 75
Pembelajaran 8. Kesesuaian alokasi waktu dengan 3 3 3 75
kegiatan yang dilakukan

348
Validasi Lembar Angket Motivasi

Validator 1 s1 2 s2 3 s3 4 s4
1 4 3 3 2 3 2 4 3
2 3 2 3 2 4 3 4 3
3 3 2 3 2 2 1 3 2
sig s 7 6 6 8
0,777777778 0,666666667 0,666666667 0,888888889
v (Valid) (Valid) (Valid) (Valid)
Rerata 0,75 (Valid)

Reliabilitas Angket Motivasi

Percentage of
Aspek
No Agreement
1 Kejelasan format 83,33
2 Kejelasan Isi 75
3 Kejelasan pedoman penskoran 75
4 Kejelasan Bahasa 91,67
Rerata 81,25

349
Correlations
Keyakinan Aktif Value Target Jumlah
Keyakinan Pearson Correlation 1 .425* .220 .525** .753**
Sig. (2-tailed) .038 .301 .008 .000
N 24 24 24 24 24
Aktif Pearson Correlation .425* 1 .670** .348 .774**
Sig. (2-tailed) .038 .000 .096 .000
N 24 24 24 24 24
Value Pearson Correlation .220 .670** 1 .506* .734**
Sig. (2-tailed) .301 .000 .012 .000
N 24 24 24 24 24
Target Pearson Correlation .525** .348 .506* 1 .794**
Sig. (2-tailed) .008 .096 .012 .000
N 24 24 24 24 24
Jumlah Pearson Correlation .753** .774** .734** .794** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

350
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.754 4

351
Validasi Lembar Observasi KPS

Validator 1 s1 2 s2 3 s3 4 s4
1 4 3 3 2 3 2 4 3
2 4 3 3 2 3 2 4 3
3 3 2 3 2 3 2 2 1
sig s 8 6 6 7
0,888888889 0,666666667 0,666666667 0,777777778
(Valid) (Valid) (valid) (Valid)
Rerata 0,75 (Valid)

Reliabilitas Lembar Observasi KPS

Percentage of
Aspek
No Agreement
1 Kejelasan format 91,67
2 Kejelasan Isi 75
3 Kejelasan pedoman penskoran 75
4 Kejelasan Bahasa 83,33
Rerata 81,25

352
Correlations
Mengamati Memprediksi Eksperimen Menafsirkan Menyimpulkan Komunikasi Total
Mengamati Pearson Correlation 1 .776** .364 .294 .714** .625** .819**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .163 .000 .001 .000
N 24 24 24 24 24 24 24
** * ** **
Memprediksi Pearson Correlation .776 1 .457 .599 .714 .611 .911**
**

Sig. (2-tailed) .000 .025 .002 .000 .002 .000


N 24 24 24 24 24 24 24
*
Bereksperimen Pearson Correlation .364 .457 1 .364 .256 .224 .567**
Sig. (2-tailed) .081 .025 .081 .227 .293 .004
N 24 24 24 24 24 24 24
** *
Menafsirkan Pearson Correlation .294 .599 .364 1 .466 .408 .675**
*

Sig. (2-tailed) .163 .002 .081 .022 .048 .000


N 24 24 24 24 24 24 24
** ** *
Menyimpulkan Pearson Correlation .714 .714 .256 .466 1 .818 .855**
**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .227 .022 .000 .000


N 24 24 24 24 24 24 24
** ** * **
Mengkomunikasikan Pearson Correlation .625 .611 .224 .408 .818 1 .796**
Sig. (2-tailed) .001 .002 .293 .048 .000 .000
N 24 24 24 24 24 24 24
** ** ** ** ** **
Total Pearson Correlation .819 .911 .567 .675 .855 .796 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .000 .000

353
N 24 24 24 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.865 6

354
Validasi Lembar Observasi Kreativitas

Validator 1 s1 2 s2 3 s3 4 s4
1 4 3 3 2 4 3 4 3
2 3 2 3 2 4 3 4 3
3 3 2 4 3 4 3 4 3
sig s 7 7 9 9
0,777777778 0,777777778 1 1
V (Valid) (Valid) (Valid) (Valid)
V rat 0,888888889

Reliabilitas Lembar Observasi Kreativitas

Percentage of
Aspek
No Agreement
1 Kejelasan format 83,33
2 Kejelasan Isi 75
3 Kejelasan pedoman penskoran 91,67
4 Kejelasan Bahasa 91,67
Rerata 85,42

355
Correlations
Kelancaran Keluwesan Keaslian Elaborasi Jumlah
** ** ** **
Kelancaran Pearson Correlation 1 .731 .806 .772 .923
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 24 24 24 24 24
** ** ** **
Keluwesan Pearson Correlation .731 1 .592 .620 .893
Sig. (2-tailed) .000 .002 .001 .000
N 24 24 24 24 24
** ** ** **
Keaslian Pearson Correlation .806 .592 1 .576 .771
Sig. (2-tailed) .000 .002 .003 .000
N 24 24 24 24 24
** ** ** **
Elaborasi Pearson Correlation .772 .620 .576 1 .866
Sig. (2-tailed) .000 .001 .003 .000
N 24 24 24 24 24
** ** ** **
Jumlah Pearson Correlation .923 .893 .771 .866 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 24 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

356
Hasil Uji Interater Soal Berpikir Kreatif

Pilihan Penilaian
Soal
Rater 1 Rater 2
1 Sangat Relevan Sangat Relevan
2 Sangat Relevan Sangat Relevan
3 Relevan Sangat Relevan
4 Sangat Relevan Sangat Relevan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.834 4

357
Ujicoba Terbatas
Uji Prasyarat
Tabel Uji Normalitas Motivasi Belajar

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
MotivasifPre .171 12 .200 .965 12 .850
*
MotivasiPost .131 12 .200 .939 12 .492
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji T

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair MotivasiPost - 4.333 4.097 1.183 1.730 6.937 3.664 11 .004
1 MotivasifPre

Tabel Uji Normalitas KPS

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
KPSfPre .198 12 .200 .922 12 .303
KPSPost .214 12 .135 .944 12 .547
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

358
Hasil Uji T KPS

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair KPSPost - 5.500 3.261 .941 3.428 7.572 5.842 11 .000
1 KPSfPre

Tabel Uji Normalitas Kreativitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KreatifPre .221 12 .109 .881 12 .090
*
KreatifPost .175 12 .200 .949 12 .616
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji T

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair KreatifPost - 6.583 2.151 .621 5.216 7.950 10.600 11 .000
1 KreatifPre

359
Ujicoba Diperluas
Data Pre Test

MLBL SimLab CookBook


No
Motivasi KPS Kreativitas Motivasi KPS Kreativitas Motivasi KPS Kreativitas
1 74 16 6 78 15 13 78 14 12
2 89 15 8 82 16 12 78 16 13
3 85 12 11 82 15 9 72 15 11
4 101 13 10 80 16 13 101 17 12
5 95 16 10 77 17 12 90 16 11
6 77 15 10 73 14 9 71 14 9
7 87 14 9 94 17 11 83 17 10
8 93 16 9 62 18 11 88 15 14
9 91 15 6 88 18 12 87 14 16
10 81 15 8 51 16 10 79 13 11
11 89 16 11 84 14 9 87 14 13
12 94 15 10 93 15 11 91 19 13
13 72 14 8 72 12 10 69 18 8
14 88 13 4 89 17 13 63 14 15
15 86 14 13 99 15 12 89 14 12
16 83 17 8 83 13 10 75 21 14
17 96 15 9 100 13 9 86 15 9
18 86 17 13 77 16 8 83 16 10

360
19 88 17 12 87 15 9 92 16 9
20 83 14 9 93 14 12 83 19 13
21 86 17 12 92 16 8 86 14 8
22 91 15 11 81 15 7 78 14 7
23 83 14 12 89 15 12 87 19 12
24 81 14 9 96 16 5 63 20 7
25 83 14 9 77 15 10 68 20 9
26 94 19 14 87 14 9 91 17 14
27 78 11 8 93 13 11 73 16 8
28 89 15 8 89 14 8 87 15 8
29 90 17 4 81 16 11 83 17 15
30 92 17 13 81 18 12 90 18 12

361
Data Post Test

MLBL SimLab CookBook


No
Motivasi KPS Kreativitas Motivasi KPS Kreativitas Motivasi KPS Kreativitas
1 81 21 16 79 17 17 81 19 15
2 106 22 17 106 18 15 104 21 11
3 99 20 16 98 15 12 86 19 13
4 112 20 17 112 18 13 111 17 13
5 101 21 14 95 17 13 98 19 14
6 110 19 13 110 17 10 109 17 11
7 94 22 14 95 17 14 94 19 10
8 98 22 17 98 15 13 88 17 13
9 92 23 12 91 16 17 93 18 16
10 109 21 15 109 16 17 106 14 13
11 104 18 17 104 18 15 103 16 13
12 97 21 19 94 18 13 96 17 10
13 83 18 11 79 16 11 71 18 14
14 103 19 9 103 19 13 101 20 13
15 111 20 17 111 21 12 109 18 15
16 85 19 16 101 19 9 81 20 14
17 100 19 16 101 22 13 100 21 12
18 104 20 14 104 20 12 103 21 13
19 101 18 16 101 19 11 100 20 11
20 97 20 14 97 20 12 96 21 10
21 93 19 16 93 22 11 94 18 15
22 106 18 12 106 22 12 106 20 12

362
23 95 20 14 95 18 14 90 21 15
24 96 19 15 97 20 9 94 18 12
25 92 19 17 92 20 13 86 20 12
26 101 22 16 101 19 8 96 19 15
27 97 19 15 97 19 14 86 20 12
28 96 21 19 92 19 13 99 18 15
29 99 22 11 90 18 15 98 20 15
30 97 21 19 92 20 15 92 19 13

363
Uji Normalitas Multivariat

a
Kolmogorov-Smirnov
Model
Statistic df Sig.
*
Motivasi MLBL .122 30 .200
SimLab .144 30 .116
*
CookBook .094 30 .200
KPS MLBL .156 30 .060
SimLab .139 30 .142
CookBook .133 30 .187
*
Kreativitas MLBL .098 30 .200
SimLab .144 30 .113
CookBook .132 30 .196

Correlations
Mahalanobis
Distance qi
**
Mahalanobis Distance Pearson Correlation 1 .994
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**
qi Pearson Correlation .994 1
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

364
Uji Homogenitas Matriks Variansi dan Kovariansi

Box's Test of Equality of


Covariance Matricesa
Box's M 11.613
F .919
df1 12
df2 36680.538
Sig. .526
Tests the null hypothesis that the
observed covariance matrices of
the dependent variables are equal
across groups.
a. Design: Intercept + Model

365
Uji Homogenitas Variansi Populasi
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Motivasi Based on Mean .070 2 87 .932
Based on Median .054 2 87 .948
Based on Median and with .054 2 84.942 .948
adjusted df
Based on trimmed mean .072 2 87 .931
KPS Based on Mean .975 2 87 .381
Based on Median .901 2 87 .410
Based on Median and with .901 2 82.969 .410
adjusted df
Based on trimmed mean .957 2 87 .388
Kreativitas Based on Mean 1.027 2 87 .363
Based on Median 1.053 2 87 .353
Based on Median and with 1.053 2 84.343 .354
adjusted df
Based on trimmed mean 1.024 2 87 .363
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Model

366
Uji Beda Antar Kelas
Uji Beda antar kelompok aspek motivasi

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Motivasi Equal variances 3.452 .068 1.395 58 .168 3.16667 2.26995 -1.37714 7.71047
assumed
Equal variances not 1.395 48.863 .169 3.16667 2.26995 -1.39530 7.72863
assumed

367
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Motivasi Equal variances .039 .844 .770 58 .444 1.96667 2.55401 -3.14573 7.07907
assumed
Equal variances not .770 57.014 .444 1.96667 2.55401 -3.14762 7.08095
assumed

368
Uji Beda antar kelompok aspek KPS

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
KPS Equal variances .036 .851 -.476 58 .636 -.20000 .42036 -1.04145 .64145
assumed
Equal variances not -.476 57.523 .636 -.20000 .42036 -1.04160 .64160
assumed

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
KPS Equal variances 4.483 .039 -1.971 58 .053 -.96667 .49041 -1.94832 .01499
assumed
Equal variances not -1.971 52.237 .054 -.96667 .49041 -1.95063 .01730
assumed

369
Uji Beda antar kelompok aspek Kreativitas

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kreativitas Equal variances 1.147 .289 -1.378 58 .174 -.80000 .58066 -1.96232 .36232
assumed
Equal variances not -1.378 54.565 .174 -.80000 .58066 -1.96388 .36388
assumed

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kreativitas Equal variances 1.147 .289 -1.378 58 .174 -.80000 .58066 -1.96232 .36232
assumed
Equal variances not -1.378 54.565 .174 -.80000 .58066 -1.96388 .36388
assumed

370
Uji Analisis Variansi Multivariat

Multivariate Testsa
Hypothesis Partial Eta
Effect Value F df Error df Sig. Squared
b
Intercept Pillai's Trace .872 192.555 3.000 85.000 .000 .872
b
Wilks' Lambda .128 192.555 3.000 85.000 .000 .872
b
Hotelling's Trace 6.796 192.555 3.000 85.000 .000 .872
b
Roy's Largest 6.796 192.555 3.000 85.000 .000 .872
Root
Model Pillai's Trace .432 7.904 6.000 172.000 .000 .216
b
Wilks' Lambda .577 8.954 6.000 170.000 .000 .240
Hotelling's Trace .715 10.012 6.000 168.000 .000 .263
c
Roy's Largest .691 19.808 3.000 86.000 .000 .409
Root
a. Design: Intercept + Model
b. Exact statistic
c. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

371
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Type III Sum of Mean Partial Eta
Source Variable Squares df Square F Sig. Squared
a
Corrected Motivasi 226.489 2 113.244 3.330 .040 .071
b
Model KPS 99.089 2 49.544 9.733 .000 .183
c
Kreativitas 246.867 2 123.433 20.571 .000 .321
Intercept Motivasi 7933.611 1 7933.611 233.271 .000 .728
KPS 1152.044 1 1152.044 226.316 .000 .722
Kreativitas 1020.100 1 1020.100 170.006 .000 .661
Model Motivasi 226.489 2 113.244 3.330 .040 .071
KPS 99.089 2 49.544 9.733 .000 .183
Kreativitas 246.867 2 123.433 20.571 .000 .321
Error Motivasi 2958.900 87 34.010
KPS 442.867 87 5.090
Kreativitas 522.033 87 6.000
Total Motivasi 11119.000 90
KPS 1694.000 90
Kreativitas 1789.000 90
Corrected Motivasi 3185.389 89
Total KPS 541.956 89
Kreativitas 768.900 89
a. R Squared = .071 (Adjusted R Squared = .050)
b. R Squared = .183 (Adjusted R Squared = .164)
c. R Squared = .321 (Adjusted R Squared = .305)

372
Correlations
Perlakuan KPS
**
Perlakuan Pearson Correlation 1 .287
Sig. (2-tailed) .006
N 90 90
**
KPS Pearson Correlation .287 1
Sig. (2-tailed) .006
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Perlakuan Kreativitas
**
Perlakuan Pearson Correlation 1 .368
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**
Kreativitas Pearson Correlation .368 1
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Perlakuan Motivasi
Perlakuan Pearson Correlation 1 .112
Sig. (2-tailed) .292
N 90 90
Motivasi Pearson Correlation .112 1
Sig. (2-tailed) .292
N 90 90

373
Lampiran 7
Dokumen Pendukung

374
Rekapitulasi Keterlaksanaan Model MLBL

Observer
Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa
1 2 3
Orientasi 1. Membagi mahasiswa 1. membuat pertanyaan
dalam beberapa kelompok berdasarkan materi yang
untuk kemudian menyajikan telah disampaikan melalui
  
video fenomena fisis melalui sosial media .
via media sosial.
2. memberikan permasalahan 2. merumuskan jawaban
terkait materi yang diberikan sementara dari masalah   
yang telah diberikan

Konseptualisasi 3 . membagi modul MLBL 3. melakukan diskusi   
yang terintegrasi dengan AR berdasarkan materi yang
disajikan
4. memberi pertanyaan dalam 4. menjawab pertanyaan
rangka menyusun rumusan serta membuat rumusan
masalah serta merumuskan masalah dan merumuskan   
hipotesis terhadap masalah hipotesis terhadap masalah
yang diberikan yang diberikan

Investigasi 5. Memberikan kesempatan 5. merencanakan
pada mahasiswa untuk eksplorasi atau
merencanakan eksplorasi eksperimen,
atau eksperimen, mengumpulkan dan
mengumpulkan dan menganalisis data
menganalisis data berdasarkan desain
berdasarkan desain eksperimental atau   
eksperimental atau eksplorasi eksplorasi dengan
dengan menggunakan gawai menggunakan gawai baik
baik sebagai alat bantu sebagai alat bantu
pegumpul data maupun pegumpul data, maupun
sarana komunikasi. sebagai sarana komunikasi
selama kegiatan
investigasi.
Menyimpulkan 6. . Meminta para mahasiswa 6. menjawab pertanyaan
untuk merumuskan dan berdasarkan teori yang
menyimpulkan hasil berkaitan dengan   
percobaan percobaan dalam rangka
menyimpulkan hasil
percobaan

375
Observer
Fase/Tahapan Aktivitas Dosen Aktifitas Mahasiswa 1 2 3
7. memberikan
kesempatan kepada
mahasiswa untuk
7. Evaluasi terhadap   
kegiatan eksperimen
mendiskusikan hasil
eksperimennya
Diskusi 8. menjawab 8. memberikan
pertanyaan dari hasil pertanyaan tekait hasil
  
eksperimen eksperimen
9. melakukan
klarifikasi terhadap
9.mengkomunikasikan   
hasil eksperimen
hasil yang didapat.

Orientasi

Contoh Implementasi Komunikasi Via WhatsApp pada tahap Orientasi

376
Investigasi

Contoh Tahapan Investigasi dengan media Tracker

Diskusi

Contoh Tahapan Diskusi daring dengan media google meet

377
Lampiran 8
Produk Pengembangan

378
379
380

Anda mungkin juga menyukai