3 Mariyatul Qibtiyah
OUTCOME
VALUE =
COST
4 Mariyatul Qibtiyah
Peran Apoteker dalam tugas rutin layanan farmasi klinik
berperan penting dalam penerapan PGA/AMS
• mengkaji peresepan
• memberikan umpan balik
• memantau pemberian terapi (efficacy & safety)
• memberikan informasi dan edukasi
• melakukan monitoring & evaluasi penggunaan
• membuat laporan (target: indikator prioritas)
5
Pembatasan jenis antimikroba (Formulary
1 restriction)
Strategi Inti 2
Penghentian otomatis (automatic
stop order)
pelaksanaan
6 Mariyatul Qibtiyah
Perbandingan Proses Sebelum dan Setelah PGA
7 Mariyatul Qibtiyah
Antibiotik Target (Indikator prioritas) PGA
• Antibiotik target pra-otoriasi dan reviu prospektif dipilih
berdasarkan variabel target PGA:
• Antibiotik yang berpotensi penggunaan berlebihan (high
volume): kelompok ACCESS atau WATCH
• Antibiotik yang berpotensi untuk cepat terjadinya resistensi:
kelompok WATCH
• Antibiotik yang dicadangkan/pilihan terakhir utk MDRO:
kelompok RESERVE
• Antibiotik yang mahal (high cost)
• Antibiotik yang berisiko terjadinya efek samping yang serius
(high risk)
8 Mariyatul Qibtiyah
Pra Otorisasi
• Tujuan untuk mengendalikan
penggunaan antimikroba
berdasarkan kewenangan yang
ditetapkan oleh pimpinan RS
• Peresepan antimikroba berdasarkan
indikasi profilaksis, terapi empiris
atau terapi definitif
• Sebelum meresepkan antimikroba
perlu diperhatikan kelompok AWaRe
yaitu access, watch dan reserve
• Pengelompokan ini selalu ditinjau dan
diperbarui sesuai dengan update data
antibiogram.
Watch
12
KEBIJAKAN RESTRIKSI ANTIBIOTIK - AWaRe
DI RSUD DR SOETOMO (SK Direktur No: 188.4 / 237 / 301 / 2018)
Patients consume
Year Total Patients meropenem
N %
Decreasing the consumption of Meropenem (gram) up to 61,9%
2017 12.133 150 1,24 and Cost saving (Rupiah) up to 53,7%
2018 8.560 57 0,67
KPRA RSUD Dr.Soetomo * Data surveilans KPRA RSUD Dr.Soetomo
Dampak penggunaan antibiotik RESERVE sesudah Peluncuran PGA
(indikator prioritas: Meropenem, RSUD Dr.Soetomo)
Penggunaan meropenem 1 gram Maret-Desember 2019 (vial) Biaya Penggunaan Meropenem 1 gram Maret-Desember 2019
(Rupiah)
2500
Rp100.000.000 Peluncuran PGA
Peluncuran PGA Rp80.733.900
2000 1950 Rp80.000.000 Rp65.953.386
Rp58.873.644
1593 Rp49.309.782
1500 Rp60.000.000
1422 1386
1191 Rp57.383.172 Rp38.793.674
1055 937 Rp40.000.000
1000 938 Rp38.835.076
Rp43.679.110
Rp19.086.322
500 461 Rp20.000.000
363
Rp15.028.926
Rp-
0
Mariyatul Qibtiyah 16
Alur Reviu Prospektif
dan Umpan Balik
Mariyatul Qibtiyah 17
Contoh review prospektif dan umpan balik oleh Apoteker
Pengkajian resep antibiotik Review Rekomendasi
(indkator prioritas)
Hari ke-2 • terapi empiris • Optimalisasi dosis
Hari ke-4 • terapi extended empiris • De-eskalasi
• Cek hasil kultur 3x 24 jam
Hari ke-7 • terapi extended empiris (jika belum • De-eskalasi
ada hasil kultur) • Switching parenteral to oral
• terapi definitif (jika ada hasil kultur)
• Cek hasil kultur 6 x 24 jam
• Review lama terapi
Hari selanjutnya secara • Review lama terapi • Automatic stop order
berkala • Evaluasi efektivitas terapi
• Monitoring ESO
• Evaluasi kasus sulit/ kompleks • Diskusi dg Tim PGA (Tim ASP)
• FORKKIT
Mariyatul Qibtiyah 18
De-Eskalasi
• Suatu prosedur yang dilakukan ketika
efektivitas terapi antibiotik sudah tercapai,
terutama pada kasus sepsis berat
• bertujuan untuk menghindari penggunaan
antibiotik berlebihan dapat memicu resistensi
• Komponen Utama De-eskalasi:
– mempersempit spektrum antibiotik
(respons klinis, hasil kepekaan antibiotik)
– menghentikan penggunaan antibiotik
(jika tidak ada marker infeksi)
• Contoh:
– tx Meropenem diganti Ceftazidim, hasil kultur
Pseudomonas aeruginosa
19
Penggantian Rute Prenteral ke Oral (1)
20
Penggantian Rute Parenteral ke Oral (2)
Strategi penggantian terapi parenteral ke oral
21
Contoh
alur Switching
Parenteral to Oral
22
Contoh pergantian rute fluoroquinolon iv ke oral
Mariyatul Qibtiyah 23
Optimalisasi Dosis (PK-PD)
24
Program Pelatihan khusus penyakit infeksi
untuk apoteker PGA/AMS
25
Kesimpulan
• Apoteker merupakan Tim inti dalam penerapan PGA
KPRA RS secara multidisiplin.
• Salah satu keberhasilan PPRA di RS tergantung pada
praktek rutin apoteker yang menjalankan pelayanan
farmasi klinis.
• PGA menjadi praktek kolaborasi antara dokter, apoteker,
perawat/bidan dengan dukungan dari Tim/Komite PRA
lainnya.
26