Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS MATA KULIAH STUDI FIQIH KELOMPOK 12

1.Muhammad Arvian Rifanda 4. Dinsa Selia Putri (B) 8. Jamilatul Holidyah (C)
(A) 5. Wulidatul Imro’ah (B) 9. Diana Rahmah Radliyah
2.Jafria Vinori (A) 6. Diyah Isthi Ayu (B) (C)
3.M. Rohim (A) 7. Septia Hidayatin (B)

Deskripsi Kasus:
Kasus penipuan akibat jual beli online yang kini banyak terjadi di masyarakat dari tahun ke tahun
semakin meningkat, seperti kasus yang dialami oleh seorang warga Mojokerto, Jawa Timur. Tidak
sedikit warga Mojokerto yang menjadi korban penipuan jual beli handphone (HP) Iphone. Korban
membeli barang tersebut melalui iklan dari akuninstagram @kreditiphone. Setelah korban
melakukan pembayaran melalui transfer ke rekening pemilik akun tersebut ternyata barang yang
dipesan tidak dikirim ke korban sehingga korban membuat laporan pengaduan ke Polres
Mojokerto.
Dari kasus tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana hukum pidana dalam kasus penipuan
online dalam kajian fiqih jinayah dalam agama Islam?

Pembahasan Studi Kasus:


Dalam kasus tindak pidana penipuan jual beli online melaui instagram ditemukan adannya
kerugian yang dialami korban atau konsumen disebabkan dalam transaksi jual beli online tersebut
adanya pelanggaran atau kecurangan didalam akad jual beli yang telah disepakati sebelumnya.
Sebagaimana yang sudah penulis jelaskan mengenai unsur- unsur jarimah penipuan menurut
hukum islam maupun hukum pidana positif, maka dapat dianalisa bahwa penipuan jual beli online
adalah suatu perbuatan tindak pidana, sehingga bisa dikenakan sanksi atau hukuman. Jika sanksi
atau hukuman pelaku penipuan jual beli online dikaitkan dengan Undang-undang ITE dan KUHP
maka sanksi yang diterapkan hanya sanksi berupa penjara dan denda, dapat dikatakan sejalan
dengan teori hukum islam karena dalam jarimah ta’zir ada beberapa jenis hukuman yakni hukuman
rajam, penjara/kurungan, pengasingan, salib dll,namun jika dikaitkan dari tujuannya antara hukum
pidana islam dan hukum positif sudah berbeda. Kasus penipuan jual beli online tidak termasuk
dalam kategori pelanggaran namun sudah menjadi perbuatan kejahatan atau tindak pidana karena
hal ini tindakan yang dilakukan pelaku telah merugikan oranglain, karena penipuan didalam jual
beli terdapat beberapa macam:
1. Penipuan dari perbuatannya, yaitu memberitahu sifat yang tidak sesuai / nyata pada suatu objek
perjanjian.
2. Penipuan dari ucapannya, berbohong kepada seseorang yang telah melakukan perjanjian
dengannya, atau penipu biasanya menjual barang dengan harga yang tidak sesuai dengan wujud
barang yang dipromosikan
3. Penipuan dengan menyembunyikan kecacatan barangnya padahal ia telah mengetahui.
3 Jika dilihat dari sisi tindakan pelaku yang melakukan penipuan dalam jual beli biasanya sudah
memiliki potensi untuk menipu seseorang, kemudian jika ditinjau dari segi hukum kesalahan yang
terjadi pada tindak pidana penipuan bukan hanya dari pelaku saja namun juga dari kelalaian korban
atau kecerobohan korban yang ditipu oleh karena itu hukuman bagi pelaku penipuan lebih ringan
daripada pelaku pencurian.
Namun tetap saja perbuatan menipu termasuk perbuatan yang merusak dalam kegiatan jual beli,
perbuatan yang juga dikecam oleh nabi dan dilarang dalam islam karena perbuatan penipuan
termasuk ciri-ciri orang munafik pada firman Allah SWT dalam al-quran surat annisa ayat 145.

ِ ِۚ َّ‫ا َِّن ْال ُم ٰن ِف ِقيْنَ فِى الد َّْركِ ْاْلَ ْسفَ ِل مِ نَ الن‬
ِ ‫ار َولَ ْن ت َِجدَ لَ ُه ْم ن‬
‫َصي ًْرا‬
“Sungguh orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.
Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka”.
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa perbuatan orang munafik lebih membahayakan dari orang
kafir oleh karena itu dalam hukum islam sangat mengecam dan melarang perbuatan tersebut.
Bahkan pada zaman rosululloh SAW dan sahabat sangat melarang adanya penipuan dalam jual
beli, seperti hadist dibawah ini:
Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫ب‬
َ ِ‫صاح‬ َ َ‫ت أ‬
َ ‫صا ِبعُهُ بَلَالً فَقَا َل َما َهذَا يَا‬ ْ َ‫ط َع ٍام فَأَدْ َخ َل يَدَهُ فِ ْي َها فَنَال‬
َ ِ‫صب َْرة‬
ُ ‫علَى‬ َ ‫سلَّ َم َم َّر‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ
ِّ
‫ – رواه مسلم‬.‫ْس مِ نِى‬ َ
َ ‫َش فلي‬َ ْ
َّ ‫اس َمن غ‬ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ َ
ُ ‫س ْو َل هللاِ قا َل أفال َجعَلتهُ ف ْوقَ الطعَ ِام ك ْي يَ َراهُ الن‬َ ُ ‫ار‬ َ َ‫س َما ُء ي‬ ْ
َّ ‫صابَتهُ ال‬ َ َ َّ
َ ‫الطعَ ِام قا َل أ‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan (dipasar), lalu
beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang
basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab,
“Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak
meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa
menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102).
Oleh karena itu hukum islam mengatur tentang sanksi penipuan jual beli online meskipun tidak
secara khusus dijelaskan tentang aturan atau sanksi penipuan jual beli online, untuk sanksi tindak
pidana penipuan ini dikenakan jarimah ta’zir. jarimah ta'zir adalah hukuman yang dilaksanakan
atau diserahkan sepenuhnya kepada penguasa atau hakim. Adapun pelaksanaan dalam jarimah
ta’zir yakni dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya tindak pidana, jarimah ta'zir ini tidak
ditentukan dalam nash, maka dari itu sanksi ta'zir dalam hukum pidana Islam lebih berpeluang
untuk dikembangkan, terbukti dengan adanya seorang hakim yang dimungkinkan bisa menetapkan
sanksi dengan mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan tindak pidana, dengan
eksistensi nya yang mana pelaku tindak pidana dikenakan hukuman ta'zir sebagai upaya
penyesuaian ke dalam konteks dimana fiqh berkembang.
Para ulama fiqh mengklasifikasikan hukuman ta’zir menjadi empat kelompok:
1. Hukuman ta’zir yang berkaitan dengan badan, yaitu seperti halnya hukuman mati dan hukuman
jilid.
2. Hukuman ta’zir yang berkaitan dengan harta, sepert halnya denda, pengasingan, penyitaan dan
penghancuran harta benda,
3. Hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti halnya penjara dan
pengasingan
4. Hukuman yang ditentukan oleh ulil amri demi kemaslahatan bersama.
Jika ditinjau dari segi hukuman penipuan jual beli online masuk kedalam hukaman ta’zir yang
ditentukan dan diserahkan kepada ulil amri atau ijtihad hakim karena tindak pidana penipuan
belum ada ketententuannya dalam nash. Tujuan utama penerapan hukum pidana islam yakni
sebagai pembalasan atas perbuatan yang melanggar ketentuan syara’, dengan bertujuan sebagai
memelihara ketertiban dan kepentingan masyarakat dan individu, jadi apabila dikaitkan dengan
penegakan hukum dalam upaya penyelesaian yang diambil pada kasus diatas maka tidak sejalan
dengan tujuan hukum pidana islam, karena dilihat dari tujuan hukum pidana islam sendiri
seseorang yang melakukan tindak pidana akan memperoleh hukuman yang lebih berat, meskipun
didunia tidak tampak berat hukuman itu, tetapi diakhirat kelak terdapat juga pembalasan terhadap
apa yang dilakukan didunia.

Kesimpulan
Sebagaimana yang sudah penulis jelaskan mengenai unsur-unsur jarimah penipuan menurut
hukum islam, maka dapat dianalisa bahwa penipuan jual beli online adalah suatu perbuatan tindak
pidana, sehingga bisa dikenakan sanksi atau hukuman. Adapun tindak pidana penipuan jual beli
online termasuk ke dalam jarimah Ta’zir. Jarimah Ta'zir adalah jarimah yang tidak ditentukan
dalam nash yang bersumber dari Al – Qur’an maupun Hadist. Oleh karena itu, hukuman ini
dilaksanakan atau diserahkan sepenuhnya kepada penguasa atau hakim. Jika dilihat dari sisi
tindakan pelaku yang melakukan penipuan dalam jual beli biasanya sudah memiliki potensi untuk
menipu seseorang, kemudian jika ditinjau dari segi hukum kesalahan yang terjadi pada tindak
pidana penipuan bukan hanya dari pelaku saja namun juga dari kelalaian korban atau kecerobohan
korban yang ditipu. Oleh karena itu, hukuman bagi pelaku penipuan lebih ringan daripada pelaku
pencurian.
Namun tetap saja perbuatan menipu termasuk perbuatan yang merusak dalam kegiatan jual beli,
perbuatan yang juga dikecam oleh Nabi Muhammad dan dilarang dalam Islam karena termasuk
perbuatan munafik. Jadi penipuan jual beli online menurut tinjauan hukum pidana islam masuk
kedalam hukaman ta’zir yang ditentukan dan diserahkan kepada ulil amri atau ijtihad hakim maka
tidak sejalan dengan tujuan hukum pidana islam, karena hukum pidana Islam seseorang yang
melakukan tindak pidana akan memperoleh hukuman yang lebih berat sesuai dengan berat
ringannya tindak pidana yang dilakukan, tidak hanya didunia namun juga diakhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmi, A. N. (2022). Tindak pidana penipuan jual beli online melalui Instagram dalam tinjauan
hukum pidana Islam: studi kasus di Polres Mojokerto (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai