Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Hadis-Hadis Ekonomi

Dosen Pengampu: Ainol Yaqin, M.Si.

“Hadis Tentang Perbankan (Tabungan/Investasi)

Kelompok 9:

Rika Royana Harahap 171420005

Iif Fahima 171420021

Rohman Hamid 171420024

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PERBANKAN SYARIAH (A)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi
negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju. Karena
investasi menjadi alat untuk memperbanyak pengeluaran barang dan jasa yang akan
datang dan pada saat yang bersamaan akan memperluas kesempatan kerja. Hal ini
pula yang menjadikan tipe investor lebih baik dilihat dari kaca mata Islam. Sebab
dengan menjadi investor hal itu akan lebih mendatangkan manfaat dari pada halnya
sebagai seorang karyawan saja. Dengan menjadi investor ia dapat memberikan
manfaat bagi dirinya juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Investasi berkaitan dengan pengeluaran dana pada saat sekarang dan
manfaatnya baru akan diterima dimasa datang, maka investasi dihadapkan pada
berbagai macam resiko. Paling tidak ada dua resiko yang akan dihadapi oleh seorang
investor, yakni nilai riil dari uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dan
resiko mengenai ketidakpastian menerima uang dalam jumlah yang sesuai dengan
yang diperkirakan akan diterima dimasa yang akan datang. Sebagai seorang muslim,
tentunya kita harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan investasi jika
dikaitkan dengan syariah Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Apa saja hadits tentang investasi ?
3. Apa saja investasi yang dilarang ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi
Investasi, berasal dari kata ‫إستثمر‬ yang artinya membuahkan. Sedangkan
dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman modal dalam
suatu usaha atau perusahaan dengan maksud mendapatkan keuntungan. Investasi
secara istilah adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum
menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat dilakukan untuk melakukan suatu
usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil.1
Investasi juga bisa berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada
saat ini, atau berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal
dianjurkan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah dengan menabung. Jadi, investasi
syari’ah adalah usaha yang dilakukan seseorang dengan menanamkan modalnya pada
suatu perusahaan atau bisnis yang sesuai dengan syari’ah dengan tujuan mendapatkan
keuntungan profit dan keuntungan sosial.

B. Hadis tentang Investasi

‫س َّل َم َوه َُو ِب َخ ْي َب َر‬


َ ‫علَي ِه َو‬ َ ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫ أ ُ ِت َي َر‬: ‫ع ْنهُ َيقُ ْو ُل‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ص ِار ْي َر ِض َي هللا‬ ُ َ‫ع َْن َفضَالَ َة ْبن‬
َ ‫ع َب ْيد ٍْاْلَ ْن‬
‫ب ا َّلذِي ِفي‬ ِ ‫س َّل َم بِالذَّ َه‬
َ ‫علَي ِه َو‬
َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬ُ ‫ فَأ َ َم ُر َر‬،ُ‫ َو ِه َي ِمنَ ا ْل َمغَانِ ِم تُبَاع‬,‫ت فِ ْي َها َخ َرز َوذَ َهب‬ ٍ ‫بِ ِق ََل َد‬
‫و ْزنَا بِ َو ْز ِن" )رواه‬،
َ ‫ب‬ِ ‫ب بِالذَّ َه‬
ُ ‫" الذَّ َه‬: ‫سلَّم‬
َ ‫علَي ِه َو‬
َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫سو ُل هللا‬ َ ‫ا ْل ِق ََل َد ِة َفنُ ِز‬
ُ ‫ ث ُ َّم قَا َل َل ُه ْم َر‬،‫ع َوحْ َد ُه‬
(‫مسلم‬

Artinya: “Fadhalah bin ubaid al-Anshari r.a. mengatakan bahwa rasulullah


disodori sebuah kalung yang berisi merjan (permata) dan emas untuk dijual ketika
beliau ada di Khabair. Kalung tersebut berasal dari Ghanimah. Maka Rasulullah
memerintahkan untuk mengambil emas yang ada dikalung itu lalu dipisahkan,
kemudian beliau bersabda, “emas hendaknya dijual (ditukar) dengan emas dengan
berat yang sama””.2

1
Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, Difa Publisher.
2
Nashiruddin Al-Banawi, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.450-451
Hadits tersebut menjelaskan tentang berinvestasi dengan ketentuan yang benar
yang tidak menimbulkan kerugian dari pihak yang terlibat didalamnya.

َ ‫ص َدقَ ٍة َج ِاريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


‫صا ِلحٍ يَ ْدعُو لَهُ )رواه‬ َ ‫ع َملُهُ ِإ َّْل ِم ْن ث َ ََلث َ ٍة ِم ْن‬
َ ‫سانُ ا ْنقَ َط َع‬ ِ ْ َ‫إِذَا َمات‬
َ ‫اْل ْن‬
(‫مسلم‬

Artinya: “Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga


perkara yaitu, Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim).
Hadits tersebut menjelaskan tentang investasi akhirat, yakni Investasi yang
mendatangkan keberuntungan bagi sipenanamnya, yang akan dituai diakhirat nanti.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, salah satu faktor yang memengaruhi investasi
adalah suku bunga. Keputusan untuk investasi tergantung dari perbandingan antara
keuntungan yang diharapkan dengan bunga. Dalam ekonomi islam, investasi tidak
dipengarungi oleh tingkat bunga, tetapi meningkatnya keuntungan yang diharapkan
dan tingkat zakat atas dana yang tidak produktif.
Menurut pandangan sejumlah tokoh agama, seorang muslim yang
menginvestasikan tabungannya tidak akan terkena zakat, mereka hanya berkewajiban
membayar zakat atas hasil yang diperoleh dari investasinya. Sebaliknya jika
memegang harta kekayaan dalam bentuk cash atau memegang tabungan dalam bentuk
aset tidak produktif semisal deposito, pinjaman yang melebihi nisab maka akan
dikenakan zakat. Oleh karenanya penabung muslim akan terdorong mengerahkan
tabungannya untuk investasi.

Dalam berinvestasi haruslah memerhatikan kehalalan dari suatu hal yang akan
diinvestasikan, seperti dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim:

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ ‫ع ْن ُه َما َقا َل‬
َ ُ‫شي ٍْر َر ِض َي هللا‬ ِ ‫ان ب ِْن َب‬ِ ‫هللا النُّ ْع َم‬
ِ ‫ع ْب ِد‬َ ‫ع َْن أَ ِبي‬
‫ فَ َم ِن‬،‫اس‬
ِ ‫شتَبِ َهات ْلَ يَ ْع َل ُم ُهنَّ َك ِثيْر ِمنَ ال َّن‬ْ ‫ إِنَّ ا ْل َحَلَ َل بَ ِين َو ِإنَّ ا ْل َح َرا َم َبيِن َو َب ْينَ ُه َما أ ُ ُم ْور ُم‬: ‫يَقُ ْو ُل‬
َ ‫ كَال َّرا ِعي يَ ْر‬،‫ت َوقَ َع فِي ا ْل َح َر ِام‬
‫عى َح ْو َل‬ ُّ ‫ َو َم ْن َوقَ َع ِفي ال‬،‫ستَب َْرأَ ِل ِد ْي ِن ِه َو ِع ْر ِض ِه‬
ِ ‫شبُ َها‬ ْ ‫ت فَقَ ْد ا‬ ُّ ‫اتَّقَى ال‬
ِ ‫شبُ َها‬
ً‫ضغَة‬ ْ ‫س ِد ُم‬ َ ‫ أَْلَ َوإِنَّ ِلك ُِل َملِكٍ ِح ًمى أَْلَ َوإِنَّ ِح َمى هللاِ َم َح ِار ُمهُ أَْلَ َوإِنَّ فِي ا ْل َج‬،‫شكُ أَ ْن يَ ْرت َ َع فِ ْي ِه‬
ِ ‫ا ْل ِح َمى يُ ْو‬
ُ ‫س ُد ُكلُّهُ أَْلَ َو ِه َي ا ْل َق ْل‬
‫ب‬ َ َ‫سدَتْ ف‬
َ ‫س َد ا ْل َج‬ َ َ‫س ُد ُكلُّهُ َو ِإذَا ف‬
َ ‫ص َل َح ا ْل َج‬ َ ‫إِذَا‬
َ ْ‫صلَ َحت‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami (Abu Nu'aim) Telah menceritakan
kepada kami (Zakaria) dari ('Amir) berkata; aku mendengar (An Nu'man bin Basyir)
berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang halal
sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara
syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barang siapa yang
menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan
kehormatannya.” (HR. Bukhari Nomor 50 dan Muslim Nomor 2996)

C. Investasi yang Dilarang


Investasi haram adalah segala perilaku (jasa) atau barang (efek, komoditas,
dan barang) yang dilarang dalam syariat Islam, jika dikerjakan mendapat dosa dan
jika ditinggalkan akan mendapat pahala. Investasi yang dilarang dalam al-Qur’an dan
al-Hadits dibagi menjadi dua golongan. Pertama, haram karena zatnya (li dzatihi) dan
kedua, haram karena bukan atau selain zatnya (li ghairihi).
Haram li dzatihi adalah haram semenjak semula ditentukan syara’ bahwa hal
itu haram. Keharaman dalam contoh ini adalah keharaman pada zat pekerjaan itu
sendiri. Akibatnya melakukan suatu transaksi dengan sesuatu yang haram li dzatihi ini
hukumnya batal dan tidak sah, tidak ada akibat hukumnya.
Dari Ibnu ‘Umar r.a, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫املَ َها َوا ْل َمحْ ُمولَةَ إِ َل ْي ِه‬


ِ ‫َاص َر َها َو ُم ْعت َ ِص َر َها َو َح‬ َ ‫َّللاُ ا ْل َخ ْم َر َوش َِاربَ َها َو‬
َ ‫ساقِ َي َها َوبَائِعَ َها َو ُم ْبتَا‬
ِ ‫ع َها َوع‬ َّ َ‫لَعَن‬

Artinya: “Allah melaknat khamr, orang yang meminumnya, orang yang


menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang
mengambil hasil perasannya, orang yang mengantar dan orang yang meminta
diantarkan.” (HR. Abu Daud, no. 3674 dan Ibnu Majah no. 3380)
Sedangkan haram li ghairihi adalah haram yang dahulunya oleh syara’
hukumnya wajib atau sunnah atau mubah, karena ada sesuatu hal yang baru sehingga
perbuatan itu diharamkan. Artinya benda-benda tersebut adalah benda yang
dibolehkan (dihalalkan), akan tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan
adanya unsur tadlis, maysir, gharar, riba, al-Gabhn dan terjadinya ikhtikaar dan an-
Najasy.
Berikut hadist Dari Auf bin Malik, Rasullullah SAW bersabda:
،‫ ا ْلغُلُو ُل‬:‫وب الَّ ِتي ْل ت ُ ْغفَ ُر‬ َ ُ‫”إِ َّياكَ َوالذُّن‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬، ٍ‫ف بن َمالِك‬ ِ ‫ع َْن ع َْو‬
ُ ‫ث يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َمجْ نُونًا َيت َ َخ َّب‬
‫ط‬ ِ ‫الر َبا فَ َم ْن أ َ َك َل‬
َ ‫الر َبا بُ ِع‬ ِ ‫ َوآ ِك ُل‬،‫ش ْيئ ًا أَتَى ِب ِه يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬ َ ‫فَ َم ْن‬
َ ‫غ َّل‬

Artinya: “Dari Auf bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Hati-hatilah dengan dosa-dosa yang tidak akan diampuni. Ghulul
(korupsi), barang siapa yang mengambil harta melalui jalan khianat maka harta
tersebut akan didatangkan pada hari Kiamat nanti. Demikian pula pemakan harta riba.
Barang siapa yang memakan harta riba maka dia akan dibangkitkan pada hari Kiamat
nanti dalam keadaan gila dan berjalan sempoyongan” (HR Thabrani).
1. Haram Karena Tadlis
Tadlis adalah sesuatu yang mengandung unsur penipuan. Tadlis dalam
berinvestasi adalah menyampaikan sesuatu dalam transaksi bisnis dengan
informasi yang diberikan tidak sesuai dengan fakta yang ada pada suatu bisnis
tersebut. Berikut hadist mengenai haram karena tadlis:

ِ ‫أَنَّ ال َّن ِب َّي صلى هللا عليه وسلم نَ َهى ع َْن َبي‬
َ ‫ْع الث َّ َم ِر َحت َّى َي ْبد َُو‬
‫صَلَ ُحه‬

Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw. telah melarang untuk menjual buah


hingga mulai tampak kelayakannya”. (HR Muslim, an-Nasa’i, Ibn Majah dan
Ahmad).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa jual beli itu sangat dilarang karena hal
tersebut termasuk perbuatan tipu daya. Begitu juga perbuatan tipu daya dan
curang dalam melakukan investasi sangat dilarang, karena setiap investasi yang
didasari dengan tipu daya muslihat hukumnya haram.

Investasi yang dilakukan oleh seorang muslim tidak boleh melakukan


penipuan terhadap barang dan uang yang diinvestasikannya. Ia juga tidak
dibenarkan melakukan manipulasi agar uang tersebut bisa diterima sesuai dengan
harga barang sehingga menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak
lain.

2. Haram karena Maysir (perjudian)


Maysir adalah memperoleh sesuatu dengan mudah tanpa kerja keras atau
mendapat keuntungan tanpa bekerja, oleh itu disebut berjudi.3

َ َ‫ام ْركَ َف ْل َيت‬


ٍ‫صدَّقْ ِبش َْيء‬ ِ َ‫اح ِب ِه ت َ َعا َل أُق‬
ِ ‫ص‬َ ‫َم ْن قَا َل ِل‬
Artinya: “Siapa yang berkata kapada temannya : “Kemarilah saya
berqimar denganmu”, maka hendaknya ia bershodaqoh.”
Qimar menurut sebagian ulama sama dengan maisir, dan menurut
sebagian ulama lain qimar hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan
atau pertaruhan. Dan hadits di atas menunjukan haramnya maisir/qimar dan
ajakan melakukannya dikenakan kaffarah (denda) dengan bershodaqoh. Dan tidak
ada perselisihan pendapat di kalangan para ‘ulama tentang haramnya maisir.
3. Haram karena Gharar
Dalam bahasa arab gharar berarti akibat, bencana, bahaya, resiko. Dalam
kontak bisnis berarti melakukan sesuatu secara membabi buta atau mengambil
resiko sendiri tanpa memikirkann konsekuensinya.

‫ْع ا ْلغَ َر ِر‬ َ ‫سلَّ َم ع َْن بَي ِْع ا ْل َح‬


ِ ‫صا ِة َوع َْن بَي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫نَ َهى َر‬
َّ ‫سو ُل‬

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli al-


hashah dan jual-beli al-gharar.” (Hr. Muslim).

4. Haram karena Riba


Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.

‫ض ش َْرطٍ ِأل َ َح ٍد ال َعاقِ َدي ِْن‬ ْ َ‫افى الش َّْرعِ ه َُو ف‬


ِ ‫ض ُل ال َخا ٍل ع َْن ِع َو‬ ِ ‫ا َ ِلر َب‬
Artinya: “Kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan
yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad
(transaksi).”
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang keras
antara lain adalah riba. Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan,
kenaikan, dan ketinggian. Sedangkan menurut terminologi syara’, riba berarti :

3
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2003) hlm. 141.
“akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian
syariat ketika berakad atau bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau
salah satunya.”4
Dengan demikian riba menurut istilah ahli fiqh adalah penambahan pada
salah satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak
semua tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam
sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang
diistilahkan dengan nama “riba” dan al-qur’an datang menerangkan
pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti rugi dari tempo,
qatadah berkata: “sesungguhnya riba orang jahiliyah adalah seseorang menjual
satu jualan sampai tempo tertentu dan ketika jatuh tempo dan orang yang
berhutang tidak bisa membayarnya dia menambah hutangnya dan melambatkan
tempo.”
َ ‫الربَا َو ُم َو ِكلَهُ َوكَا ِتبَهُ َو‬
)‫شا ِه َد ْي ِه (رواه المسلم‬ ُ ‫ع َْن َجابِ ٍر لَ َعنَ َر‬
ِ ‫س ْو ُل هللاِ آ ِك َل‬

Artinya: “Dari jabir, Rasulullah melaknat riba, yang mewakilkannya,


penulisnya dan yang menyaksikannya (H.R. Muslim).”

َّ ‫ب َواْل ِفض ِة ِبا ْل ِف‬


‫ض ِة َوال ِب َّر ِبال ِب ِر‬ ِ ‫ب ِبالذَّ َه‬
ِ ‫ يَ ْن َهى ع َْن بَي ِْع اَلذَّ َه‬.‫س ْو ُل هللاِ ص م‬ ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ :َ‫عبدة َقال‬
‫ع ْينًا بِعَي ٍْن فَ َم ْن ا َ ْزدَا ْاوا ِْزدَادَقعد‬َ ٍ‫س َواء‬ َ َ‫الم ْلحِ ا َْل‬
َ ِ‫س َوا ًء ب‬ ِ ِ‫الم ْلحِ ب‬
ِ ‫س ِعي ِْر َوالت َّ َم ِر ِبالت َّ َم ِر َو‬
َّ ‫س ِعي ِْر ِبال‬
َّ ‫َوال‬
‫ازلى‬
Artinya: “Ubadah berkata; saya mendengar rasulullah SAW. Melarang
jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma dan garam dengan garam, kecuali dengan sama (dalam
timbangan/takaran) dan kontan. Barang siapa melebihkan salah satunya, ia
termasuk dalam praktek riba.” (Ubadah bin Al-Shamit).
5. Haram karena Penipuan (Al-Ghabn)
Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa ada seseorang laki-laki mengatakan
kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa dia telah menipu dalam jual-
beli, maka beliau bersabda:

4
Abdul Aziz Muhammad Azzam, 2010, Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam, Jakarta: AMZAH, hlm.
215.
ِ ‫ ث ُ َّم أ َ ْنتَ فِى ُك ِل‬.َ‫إِذَا أ َ ْنتَ بَايَ ْعتَ فَقُ ْل ْلَ ِخَلَبَة‬
ِ ‫س ْلعَ ٍة ا ْبت َ ْعت َ َها بِا ْل ِخيَ ِار ثََلَث لَيَا ٍل فَ ِإ ْن َر ِضيْتَ فَأ َ ْم‬
ْ‫سك‬
‫اح ِبه‬
ِ ‫ص‬َ ‫علَى‬ ْ َ‫س ِخ ْطتَ ف‬
َ ‫ار ُد ْد َها‬ َ ‫َوإِ ْن‬

Artinya: “Jika engkau berjual-beli maka katakanlah, “Tidak ada


penipuan.” Kemudian dalam setiap barang yang engkau beli, engkau memiliki
khiyar tiga malam. Jika engkau ridha, pertahankan; jika engkau tidak suka maka
kembalikanlah kepada pemiliknya (HR. Ibn Majah, al-Baihaqi dan ad-
Daraquthni).”
6. Terhindar dari Ikhtikar dan an-Najasy
Ikhtikar berasal dari bahasa Arab yang artinya dzalim atau aniaya.
Dalam bisnis konvensional disebut monopoli yaitu mengumpulkan atau
menahan barang-barang yang beredar di pasar dengan tujuan untuk bertindak
sesuka hatinya dalam peredaran barang terebut atau menguasai penawaran dan
permintaan sesuatu barang dengan tujuan untuk mengatur keuntungan yang
berlebihan.

َ ُ‫ َوه َُو ا ْبن‬- ‫ ع َْن يَحْ يَى‬- ‫ يَ ْعنِى ا ْبنَ ِبَلَ ٍل‬- ُ‫س َل ْي َمان‬
- ‫س ِعي ٍد‬ ٍ َ‫سلَ َمةَ ب ِْن َق ْعن‬
ُ ‫ب َح َّدثَنَا‬ ْ ‫َّللاِ ْبنُ َم‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫ « َم ِن احْ تَك ََر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫ِث أَنَّ َم ْع َم ًرا قَا َل َقا َل َر‬
ُ ‫ب يُ َحد‬ ِ ‫س َّي‬ َ َ‫قَا َل كَان‬
َ ‫س ِعي ُد ْبنُ ا ْل ُم‬
َ ‫ِث َهذَا ا ْل َحد‬
‫ِيث كَانَ يَحْ ت َ ِكر‬ َ ‫س ِعي ٍد َف ِإ َّنكَ تَحْ ت َ ِك ُر َقا َل‬
ُ ‫س ِعيد ِإنَّ َم ْع َم ًرا الَّذِى كَانَ يُ َحد‬ َ ‫ فَ ِقي َل ِل‬.» ‫اطئ‬
ِ ‫فَ ُه َو َخ‬
)‫(رواه مسلم‬

Artinya: “Di ceritakan dari Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab,


diceritakan dari Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id berkata; Sa’id bin
Musayyab menceritakan bahwa sesungguhnya Ma’mar berkata; Rasulullah saw
pernah bersabda: Barang siapa yang melakukan praktek ihtikar (monopoli)
maka dia adalah seseorang yang berdosa. Kemudian dikatakan kepada Sa’id,
maka sesungguhnya kamu telah melakukan ihtikar, Sa’id berkata; sesungguhnya
Ma’mar yang meriwayatkan hadits ini ia juga melakukan ihtikar". (HR.
Muslim).
Hal inilah yang menjadi alasan kenapa investasi tidak boleh ada unsur
ikhtikar karena kemadharatan yang di timbulkan lebih banyak dibandingkan
manfaatnya.
Adapun yang dimaksud dengan Najasy adalah mempermainkan harga
yaitu pihak pembeli menawar dalam suatu pembelian dengan maksud agar orang
lain menawar lebih tinggi. Investasi yang dilakukan dengan cara an-najasy di
larang dalam syariat Islam, sebab cara bertransaksi seperti ini akan mendatangkan
madharat, yakni kepada pihak pembeli. Seperti hadits Nabi Muhammad SAW
yang diriwayatkan oleh Malik.

ِ‫َّللا ُ ع َ ل َ يْ ه‬ َّ َ‫َّللا ِ ب ْ ِن ع ُ َم َر أ َ َّن َر س ُ و ل‬


َّ ‫َّللا ِ صَ ل َّ ى‬ َّ ‫ق َ ا لَ َم ا ل ِ ك ع َ ْن ن َ ا ف ِ ع ٍ ع َ ْن ع َ بْ ِد‬
‫س لْ ع َ ت ِ ِه أ َكْ ث َ َر ِم ْن ث َ َم ن ِ هَ ا‬
ِ ِ ‫ش أ َ ْن ت ُع ْ ِط ي َ ه ُ ب‬ ُ ‫ش ق َ ا لَ َم ا ل ِ ك َو ال ن َّ ْج‬ ِ ‫َو سَ ل َّ مَ ن َ هَ ى عَ ْن ال ن َّ ْج‬
‫س َك ا شْ ت ِ َر ا ُؤ ه َ ا ف َ ي َ ق ْ ت َ ِد ي ب ِ َك غَ يْ ُر َك‬ ِ ْ‫ْس ف ِ ي ن َ ف‬
َ ‫َو ل َ ي‬

Artinya: “Malik berkata; dari (Nafi') dari (Abdullah bin Umar) berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang berjualan dengan cara najasy."
Malik berkata; "Najasy ialah engkau beli barang dagangannya dengan harga yang
lebih tinggi, tidak dengan niat untuk membelinya; hingga orang-orang
mengikutimu." (HR. Malik Nomor 1190).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam tidak melarang umat muslim untuk berinvestasi tapi menganjurkannya
berinvestasi untuk mensejahterakan keluarganya tetapi dengan cara dan sesuai aturan-
aturan islam. Ada banyak jenis investasi, jika ingin berinvestasi dipasar modal
sebaiknya teliti memilihinya ada tidaknya unsur-unsur haram. Karena jika salah
dalam memilih berinvestasi akan fatal akibatnya.
Dalam berinvestasi ada beberapa prinsip yang harus di penuhi antara lain
prinsip halal, prinsip maslahah dan prinsip terhindar dari investasi yang haram.
Prinsip terhindar dari investasi yg haram sendiri ada beberapa macam antara lain:
1. Haram karena tadlis
2. Haram karena maysir
3. Haram karena gharar
4. Haram karena riba
5. Haram karena al-ghabn
6. Haram karena ikhtikar dan an-najasy
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang
berkenan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun senanntiasa kami
harpkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga bermanfaat dan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, Em Zul, Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.

Al-Banawi, Nashiruddin. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani.

Rahman, Afzalur. 2003. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf.

Aziz, Abdul, Muhammad Azzam. 2010. Fiqh Muamalat System Transaksi dalam
Islam, Jakarta: AMZAH.

Anda mungkin juga menyukai