Abstrak
Perilaku curang merupakan suatu prilaku negatif yang sering dilakukan oleh
manusia. Dalam al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad saw memasukkan orang-
orang yang melakukan prilaku curang bukan termasuk golongan bagi Nabi
Muhammad. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apa yang dinamakan curang
khususnya dalam transaksi jual beli. Penelitian ini lebih mengutamakan prilaku
curang dalam transaksi jual beli dengan alasan prilaku curang paling sering
dilakukan dalam hal transaksi jual beli dengan berbagai bentuknya, sehingga banyak
costumer yang sering merasa dirugikan dengan perilaku kecurangan penjual.
Penelitian ini merupakan penelitian library research, dengan langkah-
langkah:pertama, berusaha mentakhrij hadis yang berkaitan dengan prilaku curang
khususnya dalam transaksi jual beli; Kedua, peneliti mengkategorikan bentuk-
bentuk curang dalam transaksi perdagangan dengan tematik, ketiga, peneliti
berusaha menjelakan bentuk-bentuk kecurangan itu berdasarkan kitab-kitab syarah
hadis, dan fiqh hadis. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menemukan dalam
bahasa arab ada beberapa kata yang menunjukkan makna curang dengan berbagai
bentuk derivasiya, yaitu al-ghisy, gharar, ihtikar, dan Najasy. Beberapa kata ini
mengindikasikan prilaku kecurangan penjual kepada pembeli (costumer).
Perbuatan curang adalah perbutan yang tidak jujur dan tidak adil yang dimna
akibat dari perbuatan itu orang lain merasa dirugikan. Pada umumnya perbuatan
curang ini dilakukan untuk mencari keuntungan dengan cara melawan hukum yang
berlaku.
Perbutan curang ini sering kali kita temui pada praktek jual beli dengan
hari, Allah swt pun telah mensyaratkan agar jual beli dilakukan dengan baik tanpa
ada unsure kesamaran, penipuan, riba, dan sebagainya. Dan jual beli juga harus
didasarkan atas suka sama suka diantara keduanya. Sebab keikhlasan dalam islam
Apabila telah tunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
Dalam tulisan ini penulis ingin lebih dahulu mentakhrij hadis tentang
penulis akan lebih terfokus kepada kecurangan dalam praktik jual beli dan bentuk
B. Pembahasan
a. Pengertian Curang
Secara umum curang dalam kamus besar bahasa Indonesia yang diartikan
tidak jujur atau tidak lurus hati serta tidak adil, sedangkan mencurangi dapat
Sedangkan kecurangan dapat diartikan perihal curang atau perbuatan atau kejujuran
serta keculasan.1
Dalam bahasa arab, curang disebut dengan al-ghisy yang berarti curang atau
menipu. Sedangkan secara istilah al-ghisy adalah segala bentuk penipuan atau
kecurangan dalam akad jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, gadai, dan
muamalah lainnya. Mencampurkan sesuatu yang baik dengan sesuatu yang jelek dan
dengan al-ghisy.2
Prilaku curang secara tegas telah dilarang allah swt dalam Q.s al-
Terjemahnya:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Ayat al-Quran di atas, ditafsirkan oleh hadis riwayat Nasa’I dan ibnu majah
1
KBBI
2
Safuan, Ismartaya, Budiandru, Fraud dalam Perspektif Islam,Owner Riset & Jurnal
Akuntansi 5, no. 1 (2021), h. 219-220.
disana dikenal sering kali melakukan kecurangan pada takaran. Sehingga turunlah
firman Allah pada surah al-Mutaffifin ayat 1-3. Setelah kejadian itu masyarakat
(MUSLIM - 146) : Telah menceritakan kepada kami Qutabiah bin Sa'id telah
riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash
Muhammad bin Hayyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim keduanya
dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
menyerang kami, maka dia bukan dari golongan kami. Dan barangsiapa menipu
tangannya dan mendapati bagian dalam gundukan tersebut basah. Dalam islam hal
3
Safuan, Ismartaya, Budiandru, Fraud dalam Perspektif Islam,Owner Riset & Jurnal
Akuntansi 5, no. 1 (2021), h. 219-220.
ini termasuk kedalam kategori curang karena menyembunyikan kecacatan barang
dagangan.
berbeda. Yang paling umum adalah Taghrir, tadlis, ghabn, ghubn, dan gharar,
sementara itu ada beberapa term kecurangan yang kurang umum termasuk , khallab,
khiyanah, ihtiyal, tahayul, tadlil, iham, nasb dan khadi’a. semua ini merupakan
variasi dari penipuan dalam islam.
Untuk lebih jelasnya mengetahui hadis tentang prilaku curang peneliti akan
melakukan takhrij hadis terkait curang dengan menggunakan kata al- Ghisy, Gharar,
Ihtikar, dan Najazy sebagai term-term tentang perbuatan curang dalam Jual Beli.
perbedaan dua warna.5 Selain itu, kata takhri>j dapat pula diartikan kumpulan dua hal
Kata takhri>j merupakan ism mas}d}ar dari kata ﲣﺮﳚﺎ-ﳜﺮج-ﺧﺮجyang terbentuk dari fi’il s\ula>s\i> al-
4
mujarrad, lihat Muhammad Ma’su>m bin ‘Ali>, Ams\ilah al-Tas\r>ifiyyah, Surabaya: Maktabah Sa>lim
Nabha>n, h.12.
5
Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariya> al-Qazwaini>, Mu’jam Maqa>yis al-Lugah, Da>r al-Fikr, 1979
M, Juz 17 h. 2.
6
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, Cet; III , Beiru>t: Da>r al-Qur’a>n
al-Kari>m, 1981 M, h. 9.
1. Takhri>j al-h}adis\ adalah mengeluarkan hadis serta menunjukkan kepada banyak
2. Takhri>j al-h}adi>s\ adalah para ra>w>i yang mengeluarkan hadis untuk dirinya
mu’jam.8
3. Takhri>j al-h}adi>s\adalah mengembalikan hadis kepada sumber aslinya dengan
sumbernya, atau para perawi yang mengeluarkan hadis lewat metode mereka
masing-masing.10
5. Takhri>j al-h}adi>s\ adalah menunjukkan letak asal hadis pada sumbernya yang
asli, yakni berbagai kitab yang di dalamnya dikemukakan hadis tersebut secara
7
Sa’id bin ‘Abdilla>h ’Ali> H}umaidi>, Turuq Takhri>j al-H}adi>s, Da>r ‘Ulu> al-Sunnah, h. 6.
8
‘Abdulla>h bin Yu>suf al-Ju>di>’,Tah}ri> Ulu>m al-H}adi>s\, Cet; I, Beiru>t: Muassasah al-Riya>d},
2003, Juz 2 h. 732.
9
H}amzah ‘Abdulla>h al-Mali>ba>ri> dan S}ult}a>n al-Aka>ilah, Kaifa Nadrus ‘Ilm Takhri>j al-H}adi>s\,
Cet; I, Yaman: S}ult}a>n al-Aka>ilah, 1998, h. 16.
10
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Usu>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, h. 10
11
H. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Cet. I, Jakarta: Bulan Bintang,
1992 M, h. 42
h}adi>s\lebih lanjut lagi, meskipun bahasa yang digunakan oleh mereka berbeda tetapi
sesungguhnya maksud dan tujuannya sama.
Suatu hadis akan sulit diteliti status dan kulitasnya apabila terlebih
lemah dan yang lain sebagainya. Untuk dapat melacak hal seperti ini, perlu
diadakan takhri>j.
diteliti.
Ketika suatu hadis diteliti sanadnya, mungkin ada periwayat yang lain yang
mendukung pada sanad yang sedang diteliti. Dukungan tersebut apabila berada pada
12
Tasmin Tangareng, Metode Takhrij Dalam Penelitian Sanad Hadis, makalah disajiakan
pada forum kajian Islam Program Pascasarjana IAIN Alauddin Ujung pandang, tanggal 31 mei 1999.
13
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 45.
tingkat yang pertama, yakni tingkat sahabat, maka disebut sya>hid, sedang apabila
terdapat pada bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut muta>bi>’. Dalam
penelitian sebuah sanad, sya>hid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat
memperkuat sanad yang diteliti. Begitu pula muta>bi>’ yang memiliki sanad yang
kuat, maka sanad yang diteliti mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh
muta>bi’ tersebut. Oleh karena itu,untuk mengetahui suatu sanad memiliki sya>hid
dan muta>bi>’, maka seluruh sanad hadis harus dikemukakan.
tah}di>s\, d) mengetahui para guru serta murid perawi, d) mengetahui keluarga kerabat
perawi, dan e) mengetahui nama yang tidak jelas pada sanad dan matan.
beda, ada yang menggunakan tiga metode di antaranya al-Syaikh Sa’ad bin
Sementara M. Syuhudi Ismail hanya menggunakan dua metode yaitu takhri>j bi al-
14
H}amzah ‘Abdulla>h al-Mali>ba>ri> dan S}ult}}a>n al-Aka>ilah, Kaifa Nadrus ‘Ilm Takhri>j al-H}adi>s\,
Cet; I, Yaman: S}ult}a>n al-Aka>ilah, 1998, h. 29-30.
15
Sa’ad Ibn ‘Abdulla>h ‘A<li H{umaidi, Turuq Takhri@j al-H}adi>s\, 25-62.
16
Muh}ammad Mah}mu>d Bakka>r, ‘Ilm Takhri>j Wudu>rih fi> H}ifz} al-Sunnah al-Nabawiyyah,
Madinah: Majma’ al-Ma>lik, h. 21.
17
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 46.
1. Takhri>j al-h}adi>s\ dengan metode mencari salah satu lafal matan hadis.18
Mentakhri>j sebuah hadis dapat dilakukan dengan melihat salah satu lafal matan.
Kitab yang tersedia untuk melakukan pencarian hadis adalah dengan menggunakan
adalah menentukan kata kunci lafal matan hadis kemudian mengembalikan kepada
kata asli lafal matan tersebut.Metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan tetapi
metode ini adalah mengetahui dengan pasti awal matan sebuah hadis.Banyak orang
yang lebih mengunggulkan metode ini karena menganggap lebih praktis dan
kitab al-Ja>mi’ al-s}agi>r minh}adi>s\ al-basyi>r al-naz}}i>r, al-Fath al-kabi>r fi d}am al-ziya>dah
ila> al-ja>mi’ al-s}agi>r, Jam’u al-Jawa>mi’, dan al-Ja>mi’ al-azha>r min h}adi>s\ al-nabi> al-
anwar.Metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.20
18
‘Abd al-Gafu>r bin ‘Abd bin ‘Abd al-H}aq al-Balu>syi>, ‘Ilm Takhri>j Wudu>rih fi> H}ifs} al-
Sunnah al-Nabawiyyah, Madinah: Majma’ al-Ma>lik, h. 93.
19
Kelebihan metode ini yakni: a) metode ini mempercepat pencarian hadis. b) para penyusun
kitab-kitab takhri>j dengan metode ini membatasi hadis-hadis dalam beberapa kitab-kitab induk
dengan menyebut nama kitab, juz, bab dan haman. c) memungkinkan pencarian hadis melalui kata-
kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. sementara kekurangannya yaitu: a) keharusan
memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmu-ilmu yang memadai. b) metode ini tidak
meyebutkan perawi dari kalangan sahabat. c) terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu
kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain. Lihat Abu Muhammad
Abdul Mahdi bin Abdul Qadir diterjemahkan S. Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,
Metode Takhrij Hadits, Semarang: Dina Utama h. 60.
20
Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar penelitian akan dengan cepat
menemukan hadis-hadis yang dimaksud. Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut
sedikitpun akan sulit menemukan hadis. Lihat Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir
diterjemahkan S. Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits, h. 17.
3. Takhri>j al-h}adi>s\ melalui periwayat pertama hadis.
Jika telah ditemukan periwayat pertamanya, selanjutnya mencari hadis hadis yang
akan ditakhri>j yang tercantum pada nama perawi pertamanya. Penelitian dapat
Pemahaman yang baik serta analisis yang kuat dibutuhkan dalam metode
ini.Takhri<j dengan metode ini mengacu pada pengenalan tema sebuah hadis. Jika
telah menentukan hadis yang akan dikaji maka selanjutnya simpulkan tema menurut
pemahaman terhadap hadis yang dimaksud. Cara ini juga ditemukan beberapa
21
Kelebihannya: a) metode ini memperpendek masa proses takhrij dengan diperkenalkannya
ulama hadis yang meriwayatkannya beserta kitab-kitabnya. b) metode ini memberikan mamfaat yang
tidak sedikit, di antaranya memberikan kesempatan melakukan persanad. Kekurangannya: a) metode
ini tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa mengetahui lebih dahulu perawi pertama hadis yang kita
maksud. b) terdapatnya kesulitan-kesulitan mencari hadis di antara yang dibawah setiap perawi
pertamanya. Lihat Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir diterjemahkan S. Agil Husin
Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits, h. 78.
22
Keistimewaannya: a) metode tema hadis tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
lain di luar hadis, seperti keabsahan lafal pertamanya. b) metode ini mendidik ketajaman pemahaman
hadis pada diri peneliti. c) metode ini juga memperkenalkan kapada peneliti maksud hadis yang
dicarinya dan hadis-hadis yang senada dengannya. Kekurangannya: a) terkadang kandungan hadis
sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak dapat menentukan temanya. b) terkadang pula
pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab. Lihat Abu> Muh}ammad ‘Abd al-
Mahdi bin Abd al-Qa>dir diterjemahkan S. Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode
Takhrij Hadits, h. 122.
Menentukan status hadis menjadi salah satu metode yang digunakan oleh
para ulama dalam melakukan kegiatan takhri>j. Metode ini mengetengahkan suatu hal
yang baru berkenaan upaya para ulama yang telah menyusun kumpulan hadis-hadis
berdasarkan status hadis. Kitab yang digunakan adalah al-Ittih}a>fa>t al-Saniyyah fi al-
h}adi>s\ al-qudsiyyah, dan al-Maq>as}id al-hasanah dan sebagainya. Metode ini pun
memiliki kelebihan dan kekurangan.23
Pada penelitian ini penulis akan melalukan takhrij hadis tentang prilaku curang
dengan menggunakan salah satu lafal hadis Adapun kitab yang digunakan pada
sebagai berikut;
ﻏﺶ
a) Takhrij Hadis tentang Curang dalam Jual Beli dengan kata
25 ,5 ﺣﻢ
ﺖ
َ ﻚ َﻏ َﺸ ْﺸ َ ﻟَ َﻌﻠﱠ-
36 ﲡﺎرات,ﺟﻪ
ﺖ اﻟﻠﱠﻪَ َوَر ُﺳﻮﻟَﻪُ ﻳَـ ْﻮًﻣﺎ ﻗَ ﱡ ِ
ﻂ ُ َﻫ ْﻞ َﻋﻠ ْﻤﺘَِﲏ َﻏ َﺸ ْﺸ-
23
Kelebihannya memudahkan proses takhri>j. H ini dimungkinkan karena sebagian besar
hadis-hadis yang dimuat dalam sutu karya tulis berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga
tidak memerlukan pemikiran yang lebih rumit,sedang kekurangannya adalah cakupannya sangat
terbatas karena sedikitnya hadis-hadis yang dimuat tersebut. Lihat Abu Muhammad Abdul Mahdi bin
Abdul Qadir diterjemahkan S. Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij
Hadits, h. 195.
,3,ﺣﻢ 455
ِ
ُﺼْﻴﺘُﻪُ َوَﻻ َﻏ َﺸ ْﺸﺘُﻪَ ﻓَـ َﻮاﻟﻠﱠﻪ َﻣﺎ َﻋ-
75 ,67 ,1, ﺣﻢ,38 ﻣﻨﺎﻗﺐ اﻷﻧﺼﺎر,7 , خ ﻓﻀﺎﺋﻞ أﺻﺤﺎب اﻟﻨﱯ
َوَﻻ ﺗَـ ْﻐ ُﺸ ْﺸ َﻦ-
422 ,379 ,6 ﺣﻢ
َﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﺣْﻨﺒَ ٍﻞ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔَ َﻋ ْﻦ اﻟْ َﻌ َﻼ ِء َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ْ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ.2
ِ ِ ِ َ ﻫﺮﻳـﺮَة أَ ﱠن رﺳ
َُﺧﺒَـَﺮﻩ ُ ِﻒ ﺗَﺒ
ْ ﻴﻊ ﻓَﺄ ُ ِﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣﱠﺮ ﺑَﺮ ُﺟ ٍﻞ ﻳَﺒ
َ ﻴﻊ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ ﻓَ َﺴﺄَﻟَﻪُ َﻛْﻴ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ َْ ُ
ﺻﻠﱠﻰ ِ ُ ﻮل ﻓَـ َﻘ َﺎل رﺳ
َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ٌ ُُوﺣ َﻲ إِﻟَْﻴ ِﻪ أَ ْن أ َْد ِﺧ ْﻞ ﻳَ َﺪ َك ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَﺄ َْد َﺧ َﻞ ﻳَ َﺪﻩُ ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَِﺈ َذا ُﻫ َﻮ َﻣْﺒـﻠ
ِ ﻓَﺄ
ﺎح َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ﱟﻲ َﻋ ْﻦ َْﳛ َﲕ ﻗَ َﺎل
ِ ﺼﺒﱠ
اﳊَ َﺴ ُﻦ ﺑْ ُﻦ اﻟ ﱠ ْ ﺶ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎﺲ ِﻣﻨﱠﺎ َﻣ ْﻦ َﻏ ﱠ َ ﻴ
َْﻟ ﻢ
َ
اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ
ِ
ﺲ ﻣﺜْـﻠَﻨَﺎ ِ ِ
Artinya:
َ ﺲ ﻣﻨﱠﺎ ﻟَْﻴ َ َﻛﺎ َن ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن ﻳَﻜَْﺮﻩُ َﻫ َﺬا اﻟﺘﱠـ ْﻔﺴ َﲑ ﻟَْﻴ
(ABUDAUD - 2995) : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah,
dari Al 'Ala` dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melewati seorang laki-laki yang membeli makanan, kemudian ia
bertanya kepadanya; bagaimana engkau berjualan? Kemudian orang tersebut
memberitahukan kepada beliau bagaimana ia berjualan. Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam diberi wahyu; masukkan tanganmu ke dalam
makanan tersebut! Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, dan
ternyata makanan tersebut basah. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Bukan dari golongan kami orang yang menipu."
(TIRMIDZI - 3863) : Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr Al 'Abdi telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Abdullah bin Al Aswad dari Hushain bin Umar Al
Ahmasi dari Mukhariq bin Abdullah dari Thariq bin Syihab dari Utsman bin 'Affan
dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menipu
orang-orang Arab, maka ia tidak akan masuk (dari golongan yang akan)
mendapatkan syafa'atku, dan tidak pula mendapatkan kasih sayangku." Abu Isa
berkata; "Hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari
hadits Hushain bin Umar Al Ahmasi dari Mukhariq dan menurut ahli hadits,
riwayatnya Hushain tidaklah kuat."
ََﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ َﺸ ُﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن َﻋ ْﻦ اﻟْ َﻌ َﻼ ِء ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮة .5
ﺎب أَِﰊ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑِ ْﺸ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ِ َت ِﰲ ﻛِﺘ ُ ﻗَ َﺎل أَﺑُﻮ َﻋْﺒﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َو َﺟ ْﺪ.6
َﲪَ ِﺴ ﱢﻲ َﻋ ْﻦ ﻃَﺎ ِرِق ْ ﲔ ﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ َﻋ ْﻦ ُﳐَﺎ ِرِق ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ْاﻷ ِ ْﺼ ِ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ ْاﻷ
َ َﺳ َﻮد َﻋ ْﻦ ُﺣ ْ ْ
ِ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ْﻦ َﻏ ﱠ ِ ِ
ٍ ﺑْ ِﻦ ﺷﻬ
ﺶ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ ﺎب َﻋ ْﻦ ﻋُﺜْ َﻤﺎ َن ﺑْ ِﻦ َﻋﻔﱠﺎ َن ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل َر ُﺳ َ
ﺎﻋ ِﱵ َوَﱂْ ﺗَـﻨَـ ْﻠﻪُ َﻣ َﻮﱠدِﰐ
َ ب َﱂْ ﻳَ ْﺪ ُﺧ ْﻞ ِﰲ َﺷ َﻔ َ اﻟْ َﻌَﺮ
Artinya:
(AHMAD - 488) : Abu Abdurrahman berkata; aku mendapatkan di dalam kitab
bapakku tertera; Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Bisyr telah
menceritakan kepadaku Abdullah Bin Abdullah Bin Al Aswad dari Hushain Bin
Umar dari Mukharik Bin Abdullah Bin Jabir Al Ahmasi dari Thariq Bin Syihab dari
Utsman Bin Affan, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa menipu orang Arab, maka tidak akan masuk dalam Syafa'atku dan
tidak akan mendapatkan kecintaan dariku."
ﻮل
ُ ﺎل َﻣﱠﺮ َر ُﺳ ِ ِ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨﺎ ﺧﻠَﻒ ﺑﻦ اﻟْﻮﻟ.7
َ َﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ َﻣ ْﻌ َﺸ ٍﺮ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ ﻗ َ ُْ ُ َ َ َ
ﺎﺣﺒُﻪُ ﻓَﺄ َْد َﺧ َﻞ ﻳَ َﺪﻩُ ﻓِ ِﻴﻪ ﻓَِﺈ َذا ﻃَ َﻌ ٌﺎم
ِ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺑِﻄَﻌ ٍﺎم وﻗَ ْﺪ ﺣ ﱠﺴﻨَﻪ ﺻ
َ ُ َ َ َ َ ََ َْ ُ َ
ِ
ﺲ ﻣﻨﱠﺎ ٍ ِ ٍ ِ ِ َ َرِديءٌ ﻓَـ َﻘ
َ ﺎل ﺑ ْﻊ َﻫ َﺬا َﻋﻠَﻰ ﺣ َﺪة َوَﻫ َﺬا َﻋﻠَﻰ ﺣ َﺪة ﻓَ َﻤ ْﻦ َﻏﺸﱠﻨَﺎ ﻓَـﻠَْﻴ
Artinya:
(AHMAD - 4867) : Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Al Walid
telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar dari Nafi' dari Ibnu Umar ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati tumpukan makanan dan
telah diperbagus oleh pemiliknya. Lalu beliau memasukkan tangannya dan ternyata
ada makanan yang telah rusak. Maka beliau pun berkata, "Juallah yang ini dengan
harga tertentu dan yang ini dengan harga tertentu pula. Barangsiapa menipu kami, ia
bukan golongan kami."
َﺧﺒـﺮﻧَﺎ اﺑﻦ َﻋﻮ ٍن َﻋﻦ ﻋُﻤﺮ ﺑ ِﻦ َﻛﺜِ ِﲑ ﺑ ِﻦ أَﻓْـﻠَ ٍﺢ ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل َﻛﻌﺐ ﺑﻦ ﻣﺎﻟِ ٍ ِ ِ
ﻚ َﻣﺎ ْ ُ ُْ َ ْ ﻴﻞ ﻗَ َﺎل أ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ إ ْﲰَﺎﻋ ُ
ﻚ اﻟْﻐَﺰاةِ ﻗَ َﺎل ﻟَ ﱠﻤﺎ ﺧﺮج رﺳ ُ ِ ِ ِِ ِ ٍ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ََ َ َ ُ ﺖ ِﰲ َﻏَﺰاة أَﻳْ َﺴَﺮ ﻟﻠﻈﱠ ْﻬ ِﺮ َواﻟﻨﱠـ َﻔ َﻘﺔ ﻣ ﱢﲏ ِﰲ ﺗ ْﻠ َ َ ُﻛْﻨ ُ
آﺧ ُﺬ ِﰲ ِ
ﺖ ُ ﺖ َوَﱂْ أَﻓْـ ُﺮ ْغ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ ت ِﰲ َﺟ َﻬﺎ ِزي ﻓَﺄ َْﻣ َﺴْﻴ ُ َﺧ ْﺬ ُ َﳊَ ُﻘﻪُ ﻓَﺄ َﺖ أ ََﲡَ ﱠﻬ ُﺰ َﻏ ًﺪا ﰒُﱠ أ ْ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗُـ ْﻠ ُ
ِ ِ
ت َﺧ ْﺬ ُﺚأَ ﺖ َوَﱂْ أَﻓْـ ُﺮ ْغ ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ َﻛﺎ َن اﻟْﻴَـ ْﻮُم اﻟﺜﱠﺎﻟ ُ َﳊَ ُﻘ ُﻬ ْﻢ ﻓَﺄ َْﻣ َﺴْﻴ ُ
ﻳﺐ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ ﰒُﱠ أ ْ ﱠﺎس ﻗَ ِﺮ ٌَﺟ َﻬﺎزي َﻏ ًﺪا َواﻟﻨ ُ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪﺖ ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ ﻗَ ِﺪ َم َر ُﺳ ُ ﱠﺎس ﺛََﻼﺛًﺎ ﻓَﺄَﻗَ ْﻤ ُﺎت َﺳ َﺎر اﻟﻨ ُ ﺖ أَﻳْـ َﻬ َ ِﰲ َﺟ َﻬﺎ ِزي ﻓَﺄ َْﻣ َﺴْﻴ ُ
ﺖ ﻓَـﻠَ ْﻢ أَﻓْـ ُﺮ ْغ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ
ِ ِ ِ ِ َﱠ ﱠ ِ ﱠ
ﺖ ﺖ َﻣﺎ ُﻛْﻨ ُ ﲔ ﻳَ َﺪﻳْﻪ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ ﺖ ﺑَـ ْ َﺖ َﺣ ﱠﱴ ﻗُ ْﻤ ُ ﱠﺎس ﻳَـ ْﻌﺘَﺬ ُرو َن إِﻟَْﻴﻪ ﻓَﺠْﺌ ُ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َﻢ َﺟ َﻌ َﻞ اﻟﻨ ُ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﰲ َﻏﺰاةٍ أَﻳﺴﺮ ﻟِﻠﻈﱠﻬ ِﺮ واﻟﻨﱠـ َﻔ َﻘ ِﺔ ِﻣ ﱢﲏ ِﰲ ﻫ ِﺬﻩِ اﻟْﻐَﺰاةِ ﻓَﺄ َْﻋﺮض ﻋ ﱢﲏ رﺳ ُ ِ
ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َ َ َ َ َُ َ َ ْ ََ ْ َ
ات ﻳَـ ْﻮٍم ﻓَِﺈ َذا ِ
َ ت َﺣﺎﺋﻄًﺎ َذ
ِ ْ وأَﻣﺮ اﻟﻨﱠﺎس أَ ْن َﻻ ﻳ َﻜﻠﱢﻤﻮﻧَﺎ وأ ُِﻣﺮ
ُ ت ﻧ َﺴ ُﺎؤﻧَﺎ أَ ْن ﻳَـﺘَ َﺤ ﱠﻮﻟْ َﻦ َﻋﻨﱠﺎ ﻗَ َﺎل ﻓَـﺘَ َﺴ ﱠﻮْر َ َ ُ ُ َ ََ َ
ِ ِ َ ُأَﻧَﺎ ِﲜﺎﺑِ ِﺮ ﺑ ِﻦ ﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻓَـ ُﻘ ْﻠﺖ أَي ﺟﺎﺑِﺮ ﻧَ َﺸ ْﺪﺗ
ﺖ اﻟﻠﱠﻪَ َوَر ُﺳﻮﻟَﻪُ ﻳَـ ْﻮًﻣﺎُ ﻚ ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪ َﻫ ْﻞ َﻋﻠ ْﻤﺘَِﲏ َﻏ َﺸ ْﺸ ُ َ ْ ُ َْ ْ َ
ﺖ َر ُﺟ ًﻼ َﻋﻠَﻰ اﻟﺜﱠﻨِﻴﱠ ِﺔ ِ ٍ
ُ ات ﻳَـ ْﻮم إِ ْذ َﲰ ْﻌ َ َﺖ َﻋ ﱢﲏ ﻓَ َﺠ َﻌ َﻞ َﻻ ﻳُ َﻜﻠﱢ ُﻤ ِﲏ ﻗَ َﺎل ﻓَـﺒَـْﻴـﻨَﺎ أَﻧَﺎ ذ َ ﻂ ﻗَ َﺎل ﻓَ َﺴ َﻜ ﻗَ ﱡ
ﻮل َﻛ ْﻌﺒًﺎ َﻛ ْﻌﺒًﺎ َﺣ ﱠﱴ َدﻧَﺎ ِﻣ ﱢﲏ ﻓَـ َﻘ َﺎل ﺑَﺸ ُﱢﺮوا َﻛ ْﻌﺒًﺎ
ُ ﻳَـ ُﻘ
Artinya:
(AHMAD - 15211) : Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata; telah
mengabarkan kepada kami Ibnu 'Aun dari 'Umar bin Katsir bin Aflah berkata; Ka'ab
bin Malik berkata; saya tidak menjumpai peperangan yang lebih ringan untuk
mendapatkan kendaraan dan bekal daripada perang Khaibar. Ketika Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam hendak berangkat, saya berkata 'Saya akan
mempersiapkannya besok. Saya akan menyusul setelah mengambil bekalku. Namun
sampai masuk waktu sore, saya belum juga melakukannya. Saya berkata; saya akan
mengambil bekalku besok. Orang-orang masih dekat, saya akan menyusul mereka.
Pada waktu sore, saya belum juga selesai mempersiapkannya. Pada hari ketiga, saya
mempersiapkan bekalku, sampai sore hari dan saya belum selesai. Saya berkata lagi,
Aduh, manusia telah pergi selama tiga hari dan saya masih tetap tertinggal. Tatkala
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam datang, maka orang-orang memberikan alasan
kepada beliau, lalu saya datang sampai saya berada di depan beliau. Saya berkata;
tidak ada perang yang lebih mudah bagiku untuk mendapatkan kendaraan dan bekal
kecuali pada perang ini. Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berpaling dan
menyuruh orang-orang untuk tidak berbicara kepada kami dan menyuruh isteri kami
agar meninggalkan kami (Ka'ab bin Malik Radliyallahu'anhu) berkata; lalu saya
memanjat kebun pada suatu hari, ternyata saya temui Jabir bin Abdullah. Saya
berkata; Wahai Jabir, demi Allah apakah kau mengetahuiku, saya telah menipu Allah
dan Rasul-Nya pada hari itu? (Ka'ab bin Malik Radliyallahu'anhu) berkata; lalu dia
mendiamkanku dan tidak berbicara kepadaku sedikitpun. Pada suatu hari saya
mendengar seorang, di atas bukit Tsaniyah berkata; bergembiralah wahai Ka'ab,
bergembiralah wahai Ka'ab, sampai dia mendekatiku dan berkata; berilah kabar
gembira kepada Ka'ab.
ٍ ﻴﺪ ﻗَ َﺎل ﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أَِﰊ َﻋﻦ ﻳﻮﻧُﺲ ﻗَ َﺎل اﺑْﻦ ِﺷﻬ ٍ ِﻴﺐ ﺑ ِﻦ ﺳﻌ
َﺧﺒَـَﺮِﱐ ﻋُْﺮَوةُ أَ ﱠنْ ﺎب أ َ ُ َ ُ ْ َ َ ْ ِ َِﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺷﺒ ْ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أ
َﺳ َﻮِد ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ِ ِْ ي ﺑ ِﻦ
ْ اﳋﻴَﺎ ِر أ
ْ َﺧﺒَـَﺮُﻫﺄَ ﱠن اﻟْﻤ ْﺴ َﻮَر ﺑْ َﻦ ﳐََْﺮَﻣﺔَ َو َﻋْﺒ َﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ ﺑْ َﻦ ْاﻷ
ِ ِ
ْ ﻋُﺒَـْﻴ َﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ َﻦ َﻋﺪ ﱢ
ت ﻟِﻌُﺜْ َﻤﺎ َن ِ ِ ﻴﺪ ﻓَـ َﻘ ْﺪ أَ ْﻛﺜَـﺮ اﻟﻨ ِ َِﺧ ِﻴﻪ اﻟْﻮﻟ
ِ ﻚ أَ ْن ﺗُ َﻜﻠﱢﻢ ﻋﺜْﻤﺎ َن ِﻷ
ُ ﺼ ْﺪ َ ﱠﺎس ﻓﻴﻪ ﻓَـ َﻘ ُ َ َ َُ َ َ ُﻮث ﻗَ َﺎﻻ َﻣﺎ ﳝَْﻨَـﻌ
َ ُﻳَـﻐ
ِ ِ َ ﺖ إِ ﱠن ِﱄ إِﻟَْﻴ
ِ ﺣ ﱠﱴ ﺧﺮج إِ َﱃ اﻟ ﱠ
ُﻚ ﻗَ َﺎل ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟْ َﻤ ْﺮء
َ َﻴﺤﺔٌ ﻟ
َ ﺎﺟﺔً َوﻫ َﻲ ﻧَﺼ َ ﻚ َﺣ ُ ﺼ َﻼة ﻗُـ ْﻠ َ ََ َ
ُﻮل ﻋُﺜْ َﻤﺎ َن ﻓَﺄَﺗَـْﻴﺘُﻪ ُ ﺖ إِﻟَْﻴ ِﻬ ْﻢ إِ ْذ َﺟﺎءَ َر ُﺳ ُ ﺖ ﻓَـَﺮ َﺟ ْﻌ ُ ْﺼَﺮﻓَ ْﻚ ﻓَﺎﻧ َ ﻗَ َﺎل َﻣ ْﻌ َﻤٌﺮ أ َُراﻩُ ﻗَ َﺎل أَﻋُﻮذُ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻣْﻨ
ﺎﳊَ ﱢﻖ َوأَﻧْـَﺰَلْ ِﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑ َ ﺚ ُﳏَ ﱠﻤ ًﺪا َ ﺖ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧَﻪُ ﺑَـ َﻌ ُ ﻚ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ
َ ُﻴﺤﺘ ِ
َ ﻓَـ َﻘ َﺎل َﻣﺎ ﻧَﺼ
ﲔِ ْ ت ا ْﳍِ ْﺠﺮﺗَـ ﺮ ﺎﺟ ﻬ ـ
َ ﻓ ﻢ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ ِِﻋﻠَﻴ ِﻪ اﻟْ ِﻜﺘَﺎب وُﻛْﻨﺖ ِﳑﱠﻦ اﺳﺘَﺠﺎب ﻟِﻠﱠ ِﻪ وﻟِﺮﺳﻮﻟ
ﻪ
َ َ ْ َ َ َ َ ََُ َ َ ْ ْ َ َ َ َْ
ﻴﺪ ﻗَ َﺎل ِ ِﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ورأَﻳﺖ ﻫ ْﺪﻳﻪ وﻗَ ْﺪ أَ ْﻛﺜـﺮ اﻟﻨﱠﺎس ِﰲ ﺷﺄْ ِن اﻟْﻮﻟ َ ﺖ َر ُﺳ ِ و
َ َ ُ ََ َ َُ َ َ ْ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ﺻﺤْﺒ ََ
ﺺ إِ َﱃ ِ ِ ِ ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻗُـ ْﻠﺖ َﻻ وﻟَ ِﻜﻦ ﺧﻠَﺺ إِ َﱠ
ُ ُﱄ ﻣ ْﻦ ﻋ ْﻠﻤﻪ َﻣﺎ َﳜْﻠ َ َ ْ َ ُ َ ََ َْ ُ َ َ ﺖ َر ُﺳَ أ َْد َرْﻛ
ﺖ ِﳑ ْﱠﻦ ْ ِﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑ
ُ ﺎﳊَ ﱢﻖ ﻓَ ُﻜْﻨ َ ﺚ ُﳏَ ﱠﻤ ًﺪا
ِ
َ اﻟْ َﻌ ْﺬ َراء ِﰲ ِﺳ ِْﱰَﻫﺎ ﻗَ َﺎل أَﱠﻣﺎ ﺑـَ ْﻌ ُﺪ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﺑَـ َﻌ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﲔ َﻛﻤﺎ ﻗُـ ْﻠﺖ و ِ اﺳﺘﺠﺎب ﻟِﻠﱠ ِﻪ وﻟِﺮﺳﻮﻟِِﻪ وآﻣْﻨﺖ ِﲟﺎ ﺑﻌِﺚ ﺑِِﻪ وﻫﺎﺟﺮ
َ ﺖ َر ُﺳ ُ ﺻﺤْﺒ َ َ َ َ ِ ْ ت ا ْﳍ ْﺠَﺮﺗَـ ُ َْ ََ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َْ
ﺼْﻴﺘُﻪُ َوَﻻ َﻏ َﺸ ْﺸﺘُﻪُ َﺣ ﱠﱴ ﺗَـ َﻮﻓﱠﺎﻩُ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ ﰒُﱠ أَﺑُﻮ ِ ِ
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوﺑَﺎﻳـَ ْﻌﺘُﻪُ ﻓَـ َﻮاﻟﻠﱠﻪ َﻣﺎ َﻋ َ
ِ ِ ْ ﺑ ْﻜ ٍﺮ ِﻣﺜْـﻠُﻪ ﰒُﱠ ﻋﻤﺮ ِﻣﺜْـﻠُﻪ ﰒُﱠ اﺳﺘﺨﻠِ ْﻔﺖ أَﻓَـﻠَﻴﺲ ِﱄ ِﻣﻦ
ﺖ ﺑَـﻠَﻰ ﻗَﺎ َل ﻓَ َﻤﺎ ُ اﳊَ ﱢﻖ ﻣﺜْ ُﻞ اﻟﱠﺬي َﳍُ ْﻢ ﻗُـ ْﻠ ْ َ ْ ُ ْ ُْ ُ َُ ُ ُ َ
ِ ْ ِﻴﺪ ﻓَﺴﻨَﺄْ ُﺧ ُﺬ ﻓِ ِﻴﻪ ﺑ ِِ ِ ِ ﻳﺚ اﻟﱠِﱵ ﺗَـﺒـﻠُﻐُِﲏ ﻋْﻨ ُﻜﻢ أَﱠﻣﺎ ﻣﺎ ذَ َﻛﺮ ِ ﻫ ِﺬﻩِ ْاﻷ
َﺎﳊَ ﱢﻖ إ ْن َﺷﺎء َ ت ﻣ ْﻦ َﺷﺄْن اﻟْ َﻮﻟ َْ َ ْ َ ْ ُ َﺣﺎد َ َ
ِ ِ ِ
ﲔَ اﻟﻠﱠﻪُ ﰒُﱠ َد َﻋﺎ َﻋﻠﻴﺎ ﻓَﺄ ََﻣَﺮﻩُ أَ ْن َْﳚﻠ َﺪﻩُ ﻓَ َﺠﻠَ َﺪﻩُ َﲦَﺎﻧ
Artinya:
(BUKHARI - 3420) : Telah bercerita kepadaku Ahmad bin Syabib bin Sa'id berkata,
telah bercerita kepadaku bapakku dari Yunus, berkata Ibnu Syihab telah
mengabarkan kepadaku 'Urwah bahwa 'Ubaidullah bin 'Adiy bin Al Khiyar
mengabarkan kepadanya bahwa Al Miswar bin Makhramah dan 'Abdur Rahman bin
Al Aswad bin 'Abdu Yaghuts keduanya berkata kepadanya ('Ubaidullah); "Apa yang
menghalangimu untuk berbicara kepada 'Utsman tentang perkara saudaranya, yaitu
Al Walid. Sungguh orang-orang sudah banyak yang menuntutnya". Maka aku
sengaja menanti 'Utsman hingga dia keluar untuk shalat lalu aku katakan kepadanya;
"Aku punya keperluan dengan anda yaitu nasehat untukmu". 'Utsman berkata;
"Wahai laki-laki". Ma'mar berkata; "Aku kira dia berkata; "Aku berlindung kepada
Allah dari kamu". Maka aku beranjak darinya dan pergi menemui mereka. Sesaat
kemudian utusan 'Utsman datang, maka aku menemui 'Utsman lalu dia bertanya;
"Apa nasehat kamu tadi?". Aku katakan; "Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah
mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan benar dan telah
menurunkan Kitab (Al Qur'an) dan kamu termasuk orang yang menyambut seruan
Allah dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan kamu sudah berhijrah dua kali
dan telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam serta kamu juga telah
melihat petunjuknya. Sungguh banyak orang telah membicarakan persoalan Al
Walid". 'Utsman bertanya; "Apakah kamu pernah bertemu dengan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam?". Aku jawab; "Tidak. Akan tetapi ilmu beliau telah
sampai kepadaku sebagaimana sampai kepada gadis yang dipingit dalam bilik
rumahnya". Dia berkata; "Amma ba'du, Allah telah mengutus Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam dengan benar dan aku adalah termasuk diantara orang
yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Aku juga beriman dengan apa yang
beliau bawa sebagai utusan dan aku juga telah berhijrah ke dua negeri hijrah
sebagaimana yang tadi kamu katakan dan aku juga telah mendampigi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan berbai'at kepada beliau. Demi Allah, aku tidak
pernah membantah dan menipu beliau hingga Allah 'azza wajalla mewafatkan beliau.
Kemudian Abu Bakr menjadi khalifah lalu 'Umar, kemudian aku diangkat menjadi
khalifah. Apakah aku tidak puya hak sebagaimana mereka memilikinya?". Aku
kataka; "Ya, anda punya hak". Dia berkata; "Lalu apa maksud pembicaraan kalian
yang telah sampai kepadaku. Adapun persoalan Al Walid, kami akan menegakkan
urusannya dengan hak, insya Alah". Kemudian 'Utsman memanggil 'Ali lalu
memerintahkanya agar mencambuk Al Walid". Maka 'Ali mencambuknya sebanyak
delapan puluh kali".
اﳊَ َﻜ ِﻢ ﺑْ ِﻦْ ﻮب ﺑْ ِﻦ َ ﻂ ﺑْ ُﻦ أَﻳﱡ ُ ﺎق ﻗَ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َﺳﻠِﻴ َ ﻮب ﻗَ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَِﰊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ إِ ْﺳ َﺤ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳَـ ْﻌ ُﻘ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِ ِ ِ ِ ﺳﻠَﻴ ٍﻢ ﻋﻦ أُﱢﻣ ِﻪ ﻋﻦ ﺳ ْﻠﻤﻰ ﺑِْﻨ
َ ﺖ إِ ْﺣ َﺪى َﺧ َﺎﻻت َر ُﺳﻮل اﻟﻠﱠﻪ ْ َﺲ َوَﻛﺎﻧ ٍ ﺖ ﻗَـْﻴ َ َ َْ َْ ْ ُ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ َي ﺑ ِﻦ اﻟﻨﱠ ﱠﺠﺎ ِر ﻗَﺎﻟ ِ ِ ِ ِ ْ ﺖ َﻣ َﻌﻪُ اﻟْ ِﻘْﺒـﻠَﺘَـ
َ ﺖ َر ُﺳ ُ ﺖ ﺟْﺌ ْ ْ ﺖ إِ ْﺣ َﺪى ﻧ َﺴﺎء ﺑَِﲏ َﻋﺪ ﱢ ْ َﲔ َوَﻛﺎﻧ ْ ﺻﻠﱠَ ﻗَ ْﺪ
ﺼﺎ ِر ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ َﺷَﺮ َط َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ أَ ْن َﻻ ﻧُ ْﺸ ِﺮَك ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َﺷْﻴﺌًﺎ ٍِ ِ ِ
َ ْﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـﺒَﺎﻳَـ ْﻌﺘُﻪُ ِﰲ ﻧ ْﺴ َﻮة ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ
ِ ﺎن ﻧَـ ْﻔ ِﱰ ِﻳﻪ ﺑـﲔ أَﻳ ِﺪﻳﻨَﺎ وأَرﺟﻠِﻨَﺎ وَﻻ ﻧَـﻌ ٍ
ﺼﻴَﻪُ ِﰲ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ََوَﻻ ﻧَ ْﺴ ِﺮ َق َوَﻻ ﻧَـ ْﺰِﱐَ َوَﻻ ﻧَـ ْﻘﺘُ َﻞ أ َْوَﻻ َدﻧَﺎ َوَﻻ ﻧَﺄِْﰐَ ﺑِﺒُـ ْﻬﺘ
ﺖ ِﻻ ْﻣَﺮأَةٍ ِﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ ْارِﺟﻌِﻲ ُ ﺼَﺮﻓْـﻨَﺎ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ
َ ْﺖ ﻓَـﺒَﺎﻳَـ ْﻌﻨَﺎﻩُ ﰒُﱠ اﻧ
ْ َاﺟ ُﻜ ﱠﻦ ﻗَﺎﻟ
ٍ
َ َﻣ ْﻌ ُﺮوف ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل َوَﻻ ﺗَـ ْﻐ ُﺸ ْﺸ َﻦ أ َْزَو
ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﺎ ِﻏ ﱡ َ ﺎﺳﺄَِﱄ َر ُﺳ
ُﺖ ﻓَ َﺴﺄَﻟَْﺘﻪُ ﻓَـ َﻘ َﺎل ﺗَﺄْ ُﺧ ُﺬ َﻣﺎﻟَﻪ ْ َﺶ أ َْزَواﺟﻨَﺎ ﻗَﺎﻟ َ َ ََ َْ ُ َ ْ َﻓ
ِ
ُﻓَـﺘُ َﺤ ِﺎﰊ ﺑِﻪ َﻏْﻴـَﺮﻩ
Artinya:
(AHMAD - 25882) : Telah menceritakan kepada kami Ya'qub berkata, telah
menceritakan kepada kami ayahku dari Ibnu Ishaq dia berkata, telah menceritakan
kepadaku Salith bin Ayyub bin Al Hakam bin Sulaim dari Ibunya dari Salma binti
Qais dia adalah salah satu bibi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa dia
pernah shalat bersama beliau menghadap dua kiblat, dan termasuk salah satu wanita
Bani 'Adi bin Najjar. Dia berkata, "Aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk berbait kepada beliau bersama para wanita Anshar, ketika itu beliau
memberi kami syarat agar kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak
mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak mendatangi
keburukan yang kami perbuat antara kedua tangan dan kaki kami, dan tidak
bermaksiat dalam kebaikan." Salith berkata, "Rasulullah bersabda: "Janganlah kalian
berbuat curang pada suami-suami kalian." Salma binti Qais berkata, "Maka kami
berbaiat kepada beliau kemudian kami beranjak pergi, lalu aku berkata kepada
seorang wanita di antara mereka, 'Kembali dan tanyakanlah kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, apa yang dimaksud berbuat curang kepada suami-suami
kami? ' Salma bin Qais berkata, "Wanita itu lalu kembali dan menanyakannya,
kemudian beliau bersabda: "Kamu mengambil hartanya sedangkan kamu lebih
mengutamakan selainnya."
اﳊَ َﺴ ِﻦ ﻗَ َﺎل َﻋ َﺎد ﻋُﺒَـْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ِزﻳَ ٍﺎد َﻣ ْﻌ ِﻘ َﻞْ ﺐ َﻋ ْﻦ ِ وخ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ْاﻷَ ْﺷ َﻬ
َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺷْﻴﺒَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻓَـﱡﺮ-
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﻚ ﺣ ِﺪﻳﺜًﺎ َِﲰ ْﻌﺘُﻪ ِﻣﻦ رﺳ ِ ِ ِ ِ ﺑﻦ ﻳﺴﺎ ٍر اﻟْﻤ ِﺰﱐﱠ ِﰲ ﻣﺮ ِﺿ ِﻪ اﻟﱠ ِﺬي ﻣ
َُ ْ ُ َ َ ُﺎت ﻓﻴﻪ ﻗَ َﺎل َﻣ ْﻌﻘ ٌﻞ إ ﱢﱐ ُﳏَ ﱢﺪﺛ َ َ ََ ُ َ َ َْ
ِ َ ﻚ إِ ﱢﱐ َِﲰﻌﺖ رﺳ ِ ِ
ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ُ ْ َ ُﺖ أَ ﱠن ِﱄ َﺣﻴَﺎ ًة َﻣﺎ َﺣ ﱠﺪﺛْـﺘ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ْﻮ َﻋﻠ ْﻤ َ
ش ﻟَِﺮ ِﻋﻴﱠﺘِ ِﻪ إِﱠﻻ َﺣﱠﺮَم ﻮت َوُﻫ َﻮ َﻏﺎ ﱞ ُ َُﻮت ﻳَـ ْﻮَم ﳝ
ِ ِِ ٍ ِ ُ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻳـ ُﻘ
ُ َُﻮل َﻣﺎ ﻣ ْﻦ َﻋْﺒﺪ ﻳَ ْﺴﺘَـ ْﺮﻋﻴﻪ اﻟﻠﱠﻪُ َرﻋﻴﱠﺔً ﳝ َ َ ََ َْ
ْ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ
َاﳉَﻨﱠﺔ
Artinya:
(MUSLIM - 203) : Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah
menceritakan kepada kami Abu al-Asyhab dari al-Hasan dia berkata, "Ubaidullah
bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin Yasar al-Muzani yang sedang sakit dan
menyebabkan kematiannya. Ma'qil lalu berkata, 'Sungguh, aku ingin menceritakan
kepadamu sebuah hadits yang aku pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, sekiranya aku mengetahui bahwa aku (masih) memiliki kehidupan,
niscaya aku tidak akan menceritakannya. Sesunguhnya aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Barangsiapa diberi beban oleh Allah untuk
memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah
mengharamkan Surga atasnya'."
اﳊَ َﺴ ِﻦ ﻗَ َﺎل َﻋ َﺎد ﻋُﺒَـْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ِزﻳَ ٍﺎد َﻣ ْﻌ ِﻘ َﻞْ ﺐ َﻋ ْﻦ ِ وخ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ْاﻷَ ْﺷ َﻬ َ و َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺷْﻴﺒَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻓَـﱡﺮ-
ﻚ َﺣ ِﺪﻳﺜًﺎ َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ِﻣ ْﻦ َر ُﺳﻮِل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ِ ﺑﻦ ﻳﺴﺎ ٍر اﻟْﻤﺰِﱐﱠ ِﰲ ﻣﺮ ِﺿ ِﻪ اﻟﱠ ِﺬي ﻣ
َ ُﺎت ﻓ ِﻴﻪ ﻓَـ َﻘ َﺎل َﻣ ْﻌﻘ ٌﻞ إِ ﱢﱐ ُﳏَ ﱢﺪﺛَ َ ََ َُ َ َ َ ْ
ِ َ ﻚ إِ ﱢﱐ َِﲰﻌﺖ رﺳ ِ ِ
ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ُ ْ َ ُﺖ أَ ﱠن ِﱄ َﺣﻴَﺎةً َﻣﺎ َﺣ ﱠﺪﺛْـﺘ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ْﻮ َﻋﻠ ْﻤ َ
ش ﻟَِﺮ ِﻋﻴﱠﺘِ ِﻪ إِﱠﻻ َﺣﱠﺮَم ﻮت َوُﻫ َﻮ َﻏﺎ ﱞ ُ َُﻮت ﻳَـ ْﻮَم ﳝ
ِ ِِ ٍ
ُ َُﻮل َﻣﺎ ﻣ ْﻦ َﻋْﺒﺪ ﻳَ ْﺴﺘَـ ْﺮﻋﻴﻪ اﻟﻠﱠﻪُ َرﻋﻴﱠﺔً ﳝ
ِ ُ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻳـ ُﻘ
َ َ ََ َْ
اﳊَ َﺴ ِﻦ ﻗَ َﺎل َد َﺧ َﻞ ْ ﺲ َﻋ ْﻦ َ ُﻳﺪ ﺑْ ُﻦ ُزَرﻳْ ٍﻊ َﻋ ْﻦ ﻳُﻮﻧُ َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ ﻳَِﺰ
ْ اﳉَﻨﱠﺔَ و َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎﻩ َْﳛ َﲕ ﺑْ ُﻦ َْﳛ َﲕ أ ْ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ
ِ ﻳﺚ أَِﰊ ْاﻷَ ْﺷ َﻬ ِ اﺑﻦ ِزﻳ ٍﺎد ﻋﻠَﻰ ﻣﻌ ِﻘ ِﻞ ﺑ ِﻦ ﻳﺴﺎ ٍر وﻫﻮ وِﺟﻊ ﲟِِﺜْ ِﻞ ﺣ ِﺪ
ﺖ َﺣ ﱠﺪﺛْـﺘَِﲏ َ ﺐ َوَز َاد ﻗَ َﺎل أﱠَﻻ ُﻛْﻨ َ ٌ َ ََُ َ َ ْ َْ َ َ ُ ْ
ِ ِ
ﻚ َ ﻚ أ َْو َﱂْ أَ ُﻛ ْﻦ ﻷ
َ َُﺣ ﱢﺪﺛ َ َُﻫ َﺬا ﻗَـْﺒ َﻞ اﻟْﻴَـ ْﻮم ﻗَ َﺎل َﻣﺎ َﺣ ﱠﺪﺛْـﺘ
Artinya:
(MUSLIM - 3409) : Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh telah
menceritakan kepada kami Abu Al Ayshab dari Hasan dia berkata, "Ubaidullah bin
Ziyad menjenguk Ma'qil bin Yasar Al Muzanni ketika dia sedang sakit yang
mengantarkan kepada kematiannya, maka Ma'qil lalu berkata, "Sungguh saya akan
menceritakan kepadamu suatu hadits yang pernah saya dengar langsung dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sekiranya saya masih hidup lama niscaya
tidak akan saya ceritakan hal ini kepadamu. Sesungguhnya saya pernah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang pemimpin yang
Allah serahi untuk memimpin rakyatnya, ketika meninggal dalam keadaan menipu
rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga untuknya." Dan telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Yazid
bin Zurai' dari Yunus dari Hasan dia berkata, "Ibnu Ziyad menemui Ma'qil bin Yasar
yang sedang sakit, seperti haditsnya Abu Al Asyhab, lalu ia menambahkan, "Ibnu
Ziyad bertanya, "Tidakkah sebelumnya kamu telah menceritakan hal ini kepadaku?"
Dia menjawab, "Saya belim pernah menceritakan hal ini kepadamu atau belum
pernah bercerita kepadamu."
َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ َﺸ ُﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن َﻋ ْﻦ اﻟْ َﻌ َﻼ ِء ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ-
ﻳَ َﺪﻩُ ﻓِ ِﻴﻪ ِ ِ
ُ ِﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑَﺮ ُﺟ ٍﻞ ﻳَﺒ
ﻴﻊ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ ﻓَﺄ َْد َﺧ َﻞ ِ ُ ﻫﺮﻳـﺮَة ﻗَ َﺎل ﻣﱠﺮ رﺳ
َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ َ َ َْ ُ
ﺲ ِﻣﻨﱠﺎ َﻣ ْﻦ َﻏ ﱠ
ﺶ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ ﱠ ﱠ ِ ﱠ
َ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َﻢ ﻟَْﻴ ٌ ﻓَِﺈذَا ُﻫ َﻮ َﻣ ْﻐ ُﺸ
ُ ﻮش ﻓَـ َﻘ َﺎل َر ُﺳ
Artinya:
(IBNUMAJAH - 2215) : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin
Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al 'Ala bin
'Abdurrahman dari Bapaknya dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melewati seorang laki-laki yang sedang menjual makanan, lalu
beliau memasukkan tangan ke dalamnya, dan ternyata beliau tertipu (dalam
keranjang bagian bawah kosong), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun
bersabda: "Bukan dari golongan kami orang yang menipu."
Melalui I’tibar akan terlihat dengan jelas seluruh sanad hadis yang diteliti, serta
mengetahui keadaan sanad hadis ditinjau dari ada atau tidak adanya pendukung
akan tetapi penulis hanya akan membatasi penelitian hadis tentang curang
24
Kata اﻋﺘﺒﺎرmerupakan mas}dar dari اﻋﺘﺒﺎر-ﻳﻌﺘﱪ- اﻋﺘﱪyang berarti menjelaskan atau
memberitahukan. Lihat Maji>d al-Di>n Muh}ammad bin Ya’qu>b al-Fairu>z, al-Qamu>s al-Muh}i>t}, Cet. II;
Beiru>t: Muasasah al-Risa>lah, h. 434. Atau peninjauan terhadap berbagai h dengan maksud untuk
dapat diketahui sesuatu yang sejenis. Lihat M.Syuhudi Ismail, “Metodologi Penelitian Hadis Nabi”,
(cet. I; Jakarta:Bulan Ibntang, 1992), h. 51, sedangkan menurut istilah, al-I’tiba>r adalah menyetarakan
sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyetarakan sanad-sanad yang lain tesebut akan dapat
diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
dimaksud. Lihat M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.51.
25
Sya>hid adalah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai sahabat
Nabi. Lihat M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.51.
26
Muta>bi>’ adalah periwayat pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi. Lihat
M.Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.51.
ﻳﺚ َﺣ َﺴ ٌﻦ ٌ ﻳﺚ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َﺣ ِﺪ ِ ِ وﺣ َﺬﻳـ َﻔﺔَ ﺑ ِﻦ اﻟﻴﻤ، وأَِﰊ ﺑـﺮد َة ﺑ ِﻦ ﻧِﻴﺎ ٍر،وﺑـﺮﻳ َﺪ َة
ُ َﺣﺪ.ﺎن َ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َُ َ
.ام اﻟﻐِ ﱡ: َوﻗَﺎﻟُﻮا،ﺶ
ٌ ﺶ َﺣَﺮ اﻟﻌ َﻤ ُﻞ َﻋﻠَﻰ َﻫ َﺬا ِﻋْﻨ َﺪ أ َْﻫ ِﻞ اﻟﻌِْﻠ ِﻢ َﻛ ِﺮُﻫﻮا اﻟﻐِ ﱠ
َ َو,ﻴﺢ
ِ
ٌ ﺻﺤ َ
Artinya:
(TIRMIDZI - 1236) : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah
mengabarkan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Al 'Ala` bin Abdurrahman dari
ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati
setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan jari-jarinya
mengenai sesuatu yang basah, beliau pun mengatakan: "Wahai pemilik makanan, apa
ini?" ia menjawab; Terkena hujan, wahai Rasulullah. Beliau mengatakan: "Mengapa
engkau tidak menempatkannya di atas makanan ini hingga orang-orang
melihatnya?" kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa berbuat curang, ia tidak
termasuk golongan kami." Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari
Umar, Abu Al Hamra`, Ibnu Abbas, Abu Burdah bin Niyar dan Hudzaifah bin Al
Yaman. Abu Isa berkata; Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih dan
menjadi pedoman amal menurut para ulama, mereka memakruhkan perbuatan
curang, mereka mengatakan; Perbuatan curang adalah haram.
Dari penelitian redaksi hadis ini terdapat Syahid dalam kalangan sahabat
yaitu Abu al-Hamra ( Hilal bin al-Harist), Ibnu Umar ( Abdullah bin Umar bin Al-
Khattab bin Nufail), dan Hani’ bin Niya>r bin ‘Amru. Dan juga terdapat Mutabi pada
kalangan setelah sahabat yaitu Nufa’I bin al-Haris}, Nafi’ Maulana ibn Umar, dan
c. Naqd al-Hadis
1. Kritik Sanad
Kritik sanad menjadi salah satu kegiatan urgen untuk menguji validitas
2. S|iqah, yakni mencermati penilaian ulama akan integritas seorang perawi (al-
Beberapa hadis yang penulis paparkan dengan beberapa jalur sanadnya. Oleh
karena itu perlu kiranya penulis menentukan jalur sanad yang menjadi objek kajian
pada kritik sanad. Hadis pada Sunan Tirmidzi menjadi pilihan objek sanad yang
diteliti;
َﻋ ِﻦ ا َﻟﻌﻼَِء ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ،ﻴﻞ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ ُ
ِ أَﺧﺒـﺮﻧَﺎ إِ ْﲰ:ﺎل
ﺎﻋ َ َ َ ْ َ ﻗ
َ ، ﺮٍ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋﻠِ ﱡﻲ ﺑْ ُﻦ ُﺣ ْﺠ
ٍﺻْﺒـﺮة ﻰ َﻠ ﻋ ﺮ
ﱠ ﻣ ﻢ ﱠ
ﻠ ﺳ و ِ
ﻪ ﻴَﻠ ﻋ ﻪ ﱠ
ﻠ اﻟ ﻰ ﱠ
ﻠ ﺻ ِ
اﷲ ﻮل
َ ﺳ ر ﱠ
ن َأ ، ة
َﺮـ ﻳ
ﺮ ﻫ ِ
َﰊأ ﻦ ﻋ ، ِ ِ ﻋﻦ أَﺑ،اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﻦ
ﻴﻪ
َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ
ََ ُ ْ َ َْ َ
َﻣﺎ،ﺐ اﻟﻄﱠ َﻌ ِﺎم ِ
ﺎﺣ ﺻ ﺎﻳ : ﺎل
َ ﻘ
َ ـ
َ ﻓ ، ﻼ
ً ﻠ
َ ـﺑ ﻪ ﻌ َِﺻﺎﺑ أ ﺖ ﻟ
َ ﺎ ﻨ ـ
َ ﻓ ،ﺎ ﻴﻬ ِ
ﻓ ﻩ ﺪ
َ ﻳ ﻞ ﺧ َد ﺄ ﻓ
َ ، ٍ ِﻣﻦ ﻃَﻌ
ﺎم
َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ
ِ ِ
ُ أَﻓَﻼَ َﺟ َﻌ ْﻠﺘَﻪُ ﻓَـ ْﻮ َق اﻟﻄﱠ َﻌﺎم َﺣ ﱠﱴ ﻳَـَﺮاﻩ:ﺎل َ َ ﻗ،ﻮل اﷲ َ َﺻﺎﺑَـْﺘﻪُ اﻟ ﱠﺴ َﻤﺎءُ ﻳَﺎ َر ُﺳ َ أ: ﻗَﺎ َل،َﻫ َﺬا؟
ﺲ ِﻣﻨﱠﺎ َ ﺶ ﻓَـﻠَْﻴ َﻣ ْﻦ ﻏَ ﱠ:ﺎل َ َ ﰒُﱠ ﻗ،ﱠﺎس
ُ اﻟﻨ
1. ‘Ali bin hujjar bin iyyas as su’di (‘ali bin hujjar bin iyyas bin maqotil bin
mukhodis bin musyfiroj bin khalid adalah seorang al hafizh yang memiliki
pada tahun 154H, Ia adalah seorang Huffadz dan imam Hujjah yang terkenal di
desanya, ia wafat didesa yang ia tinggali pada tahun 241H. Komentar Ulama
Hadis Menurut Al-Sama'ani ia berkata tentang Ali bin Hajar bin Saad bin Iyas
Al-Zarzmi dulu tinggal di desa ini, dan di sana dia meninggal, dan makamnya
terkenal dan dikunjungi, dan dia adalah seorang imam hujjah.27 Sedangkan
menurut Ibnu Hajar bahwa ‘Ali ibn hujar adalah seorang yang Tsiqah Hafidz.28
2. Ismail bin Ja’far bin Abi Katsir,nasab lengkap nya adalah Abu Ishaq Ismail bin
tsiqah,yang lahir pada tahun kisaran 100H awal, Ismail bin Ja’far merupakan
seorang yang Tsiqah dan pemilik 500 hadits yang didengar orang-orang, Ia
pada tahun 180 H. Ia mendengarkan hadis dari ‘Abdullah bin Dinar, Abu
Hisyam Bin Urwah , dan beberapa orang dari thabaqat mereka. Diantara
orang-orang yang mengambil Riwayat darinya adalah Qutaibah bin Sa’id, ‘Ali
bin Hujr, Muhammad bin Salam Al-Bikandi, Ibrahim bin ‘Abdillah Al-Harwi.
Ismail bin Ja’far menurut Abd al-Rahman memberi tahu kami, dia berkata:
Abu Zara'a ditanya tentang Ismail bin Jaafar, dan dia berkata: Dia berutang
27
‘Alā’ al-Dīn Muglaṭāy ibn Qalīj ibn ‘Abd Allāh ibn al-Bakjariy al-Miṣriy al-Ḥakariy al-
Ḥanafiy, Ikmāl Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Ed. Muḥammad ‘Uṡmān, Jilid IX (Beirut: Dāral-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 2011), h. 286
28
Muḥammad ibn Ḥibbān ibn Aḥmad ibn Ḥibbān ibn Mu‘āż ibn Ma‘bad al-Tamīmiy Abū
Ḥātim al-Dārimiy al-Bustiy, al-Ṡiqāt, Ed. Muḥammad ‘Abd al-Mu‘īd Khān , Jilid III(Heydarabad:
Dā’irah al-Ma‘ārif al-‘Uṡmāniyah, 1973), h. 406
Dia dapat dipercaya.29 Dan Abdullah Ahmad bin Hanbal mengatakan atas
otoritas ayahnya, Abu Zur'ah, dan Al- Nasa'i: Dia dapat dipercaya.30
3. Al-‘Alaa bin Abdul Rahman bin Yaqoub adalah seorang perawi hadis yang
Madani. Ibu dari Al’ala adalah seorang budak dan ayahnya adalah pria dari Al-
Harqa dari al-juhayna, Al’ala memiliki anak yang bernama Shibl bin Al’ala bin
Hanbal, seperti yang dia tulis kepada saya. Dia berkata: Ayah saya berkata:
Al-Ala bin Abd al-Rahman dapat dipercaya, dan kami belum pernah
mendengar ada yang menyebut Al- Ala dengan niat jahat, dia berkata: Saya
bertanya kepada ayah saya tentang Al-Ala dan Suhail, dan dia berkata: Al- Ala
di atas Suhail. Dari Abd al-Rahman, dari Harb bin Ismail, menurut apa yang
dia tulis kepada saya, dia berkata: Ahmad bin Hanbal berkata: (Al-Ala bin Abd
al-Rahman berada di atas Suhail dan di atas Muhammad bin Amr.31 Sedangkan
Abdullah bin Ahmad berkata, atas otoritas ayahnya: Dia dapat dipercaya, dan
saya belum pernah mendengar ada orang yang menyebut dia buruk. Dia
berkata: Saya bertanya kepada ayah saya tentang Al-Ala dan Suhail, dan dia
29
Abū al-Faḍl Aḥmad ibn ‘Aliy ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Ḥajar al-‘Asqalāniy, Tahżīb
al-Tahżīb, jilid 1 (India: Dā’irah al-Ma‘ārif al-Niẓāmiyah, 1326 H.), h. 145.
30
Yūsuf ibn ‘Abd al-Raḥmān ibn Yūsuf Abū al-Ḥajjāj Jamāl al-Dīn ibn al-Zakiy Abī
Muḥammad al-Qaḍā‘iy al-Kalbiy al-Mazziy, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Ed. Basysyār ‘Awād
Ma‘rūf jilid 3 (Beirut: Mu’assasah al- Risālah, 1980), h. 56.
31
Abū Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn Idrīs ibn al-Munżir al-Tamīmiy al-Ḥanẓaliy al-
Rāziy ibn Abī Ḥātim, al-Jarh wa al-Ta‘dīl, (Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāṡ al-‘Arabiy, 1952), h. 345.
berkata: Al-Ala di atas Suhail. Maka Harb berkata, atas otoritas Ahmad dan
Ya’qub tinggal di Madinah,ia memiliki anak yang Bernama Al’ala yang juga
memasukkan haditsnya dalam "Sahih" -nya, serta Ibn Hibban dan Al-Hakim.33
memeluk Islam tidaklah diketahui dengan jelas, tetapi pendapat yang masyhur
adalah Abdusy Syam. Sedangkan nama Islam nya yaitu Abdur-Rahman. Beliau
berasal dari qabilah Al-dusi di Yaman. Beliau memeluk Islam pada tahun ke 7
yang mauquf hingga Abu Hurairah. Abdullaah bin Raafi' berkata, "Aku
32
Abū al-Faḍl Aḥmad ibn ‘Aliy ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Ḥajar al-‘Asqalāniy, Tahżīb
al-Tahżīb, h.345.
33
‘Alā’ al-Dīn Muglaṭāy ibn Qalīj ibn ‘Abd Allāh ibn al-Bakjariy al-Miṣriy al-Ḥakariy al-
Ḥanafiy, Ikmāl Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Jilid VIII, h. 257.
Hurairah berkata, "Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku
dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku
menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan
(bapaknya si kucing kecil). Abu Hurairah termasuk salah satu di antara kaum
fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga dan harta kekayaan, yang disebut
Ahlush Shuffah, yaitu tempat tinggal mereka di depan Masjid Nabawi. Abu
menikah dengan Said bin Musayyib yaitu salah seorang tokoh tabi'in
Dari sanad ini terdapat rawi yang penilaian terhadap dirinya sebagai Sadu>q
yang dalam artian jujur tetapi tidak mengindikasikan keakuratan periwayatan yaitu
Al-‘Alaa bin Abdur Rahman bin Yaqu>b, sehingga dalam persyarat hadis sahih
periwayat ini menyebabkan hadis ini dinilai beberapa ulama sebagai hadis hasan
tetapi berdasarkan jalur yang lain yang sama menerangkan hadis serupa menaikan
derajat hadis ini menjadi hadis hasan sahih lighairih, karena memiliki syahid dan
b) Takhrij Hadis tentang Curang dalam Jual Beli dengan lafal اﺣﺘﻜﺮ
34
ﻻ ﳛﺘﻜﺮ اﻻ ﺧﺎﻃﺊ
34
A.J. Weinsinck, Al-Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-H}adi>s\ al-Nabawi>y, ( Laiden: Baril,
1965 M), h. 489.
139 ,120 م ﻣﺴﺎﻗﺎة
40 د ﺑﻴﻮع,48 د ﺑﻴﻮع
Nabawi>y maka dapat diketahui bahwa hadis ini ditemukan sebanyak 10 riwayat.
Dengan rincian 2 riwayat dalam Sahi>h Muslim, 1 riwayat dalam Sunan Abu> Da>wud,
1 riwayat dalam Sunan al-Tirmizi>, 1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah, 1 riwayat
1. Riwayat Muslim
َﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ،ﻴﻞ ِ ِ ِ ِ ٍ
َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺣﺎﰎُ ﺑْ ُﻦ إ ْﲰَﺎﻋ،ﻴﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻤﺮو ْاﻷَ ْﺷ َﻌﺜ ﱡﻲ ُ ِ( َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺳﻌ1605) - 130
ِ ﻋﻦ رﺳﻮِل اﷲ،ِ ﻋﻦ ﻣﻌﻤ ِﺮ ﺑ ِﻦ ﻋﺒ ِﺪ اﷲ،ﺐ ِِ ٍ ِ
َُ َْ َْ ْ َ ْ َ ْ َ ِ َﻋ ْﻦ َﺳﻌﻴﺪ ﺑْ ِﻦ اﻟْ ُﻤ َﺴﻴﱢ، َﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َﻋﻄَﺎء،َﻋ ْﺠ َﻼ َن
َﻋ ْﻦ،َﺻ َﺤﺎﺑِﻨَﺎ ِ َ َ ﻗ:ﺎل إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ِ ِ ِﱠ َ َ ﻗ،ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
ُ وﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ ﺑـَ ْﻌ
ْ ﺾأ َ :ﺎل ُﻣ ْﺴﻠ ٌﻢ ُ َ ْ َ َ َﻻ َْﳛﺘَﻜ ُﺮ إﻻ َﺧﺎﻃ ٌﺊ ﻗ:ﺎل َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َﻋ ْﻦ َﺳﻌﻴﺪ ﺑْ ِﻦ، َﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو، َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َْﳛ َﲕ،َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﺧﺎﻟ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒﺪ اﷲ ٍ
ْ أ،َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻮن
:ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِ ُ ﺎل رﺳ
َ ﻮل اﷲ ُ َ َ َ ﻗ:ﺎلَ َ ﻗ،ﺐ َﺣ ِﺪ ﺑَِﲏ َﻋ ِﺪ ﱢ
ٍ ي ﺑْ ِﻦ َﻛ ْﻌ َ َﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ِﺮ ﺑْ ِﻦ أَِﰊ َﻣ ْﻌ َﻤ ٍﺮ أ،ﺐ ِ اﻟْﻤﺴﻴﱢ
َُ
35 ِ ِ
( َﻋ ْﻦ َْﳛ َﲕ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ،ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ ﲟﺜْ ِﻞ َﺣﺪﻳﺚ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ َن ﺑْ ِﻦ ﺑَِﻼ ٍل ِِ
2. Riwayat Muslim
35
Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{asan al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ry, S|ah}ih} Muslim, Juz III (Beirut:
Da>r Ih}ya‘ al-Tura>s\ al-‘arabi>, t.th.), h. 1228.
ﺐَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ ُن ﻳـَ ْﻌ ِﲏ اﺑْ َﻦ ﺑَِﻼ ٍلَ ،ﻋ ْﻦ َْﳛ َﲕ َوُﻫ َﻮ َ (1605) -129ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﷲِ ﺑْﻦ َﻣﺴﻠَﻤﺔَ ﺑْ ِﻦ ﻗَـ ْﻌﻨَ ٍ
ُ ْ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ: ﺎل رﺳ ُ ِ ﱢث أَ ﱠن َﻣ ْﻌ َﻤًﺮا ،ﻗَ َ ﻴﺪ ﺑْﻦ اﻟْﻤﺴﻴﱢ ِ ِ اﺑﻦ ﺳﻌِ ٍ
ﻮل اﷲ َ ﺎل :ﻗَ َ َ ُ ﺐُ ،ﳛَﺪ ُ ﺎلَ :ﻛﺎ َن َﺳﻌ ُ ُ ُ َ ﻴﺪ ،ﻗَ َ ُْ َ
ِ ٍ ِ ِ
ﱢث َﻫ َﺬاﺎل َﺳﻌِﻴ ٌﺪ :إِ ﱠن َﻣ ْﻌ َﻤًﺮا اﻟﱠﺬي َﻛﺎ َن ُﳛَﺪ ُ ﱠﻚ َْﲢﺘَ ِﻜ ُﺮ ،ﻗَ َﻴﻞ ﻟ َﺴﻌِﻴﺪ :ﻓَِﺈﻧ َ ِ
» َﻣ ِﻦ ْ
اﺣﺘَ َﻜَﺮ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﺧﺎﻃ ٌﺊ« ،ﻓَﻘ َ
36
ﻳﺚَ ،ﻛﺎ َن َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ( ِْ
اﳊَﺪ َ
3. Riwayat Abu> Da>ud
َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﺧﺎﻟِ ٌﺪَ ،ﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َْﳛ َﲕَ ،ﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َﻋﻄَ ٍﺎء، ِ
ﺐ ﺑْ ُﻦ ﺑَﻘﻴﱠﺔَ ،أ ْ َ - 3447ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َوْﻫ ُ
ﺻﻠﱠﻰ ﺎل رﺳ ُ ِ
ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ﺎل :ﻗَ َ َ ُ ﺐ ﻗَ َ َﺣ ِﺪ ﺑَِﲏ َﻋ ِﺪ ﱢ
ي ﺑْ ِﻦ َﻛ ْﻌ ٍ ﺐَ ،ﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ِﺮ ﺑْ ِﻦ أَِﰊ َﻣ ْﻌ َﻤ ٍﺮ ،أ َﻴﺪ ﺑْ ِﻦ اﻟْﻤﺴﻴﱢ ِ
َُ
ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ
َْ َ
ﺎل َوَﻣ ْﻌ َﻤٌﺮَ » :ﻛﺎ َن َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ« ، ﱠﻚ َْﲢﺘَ ِﻜ ُﺮ« ،ﻗَ َ ٍ ِ
ﺖ ﻟ َﺴﻌِﻴﺪ» :ﻓَِﺈﻧ َ ِ ِ ِ
اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ» :ﻻ َْﳛﺘَﻜ ُﺮ إِﱠﻻ َﺧﺎﻃ ٌﺊ« ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ
ﺎل ْاﻷَوز ِ ﺶ اﻟﻨ ِ ِِ
اﻋ ﱡﻲ" : ﺎل أَﺑُﻮ َد ُاوَد :ﻗَ َ ْ َ ﱠﺎس« ،ﻗَ َ ﺎلَ » :ﻣﺎ ﻓﻴﻪ َﻋْﻴ ُ اﳊُﻜَْﺮةُ ،ﻗَ َ
َﲪَ َﺪ َﻣﺎ ْ ﺖأْ ﺎل أَﺑُﻮ َد ُاوَدَ :و َﺳﺄَﻟْ ُﻗَ َ
ِ
اﻟْ ُﻤ ْﺤﺘَﻜ ُﺮَ :ﻣ ْﻦ ﻳـَ ْﻌ َِﱰ ُ
37
ﻮق " )رواﻩ اﰊ داود ( ض اﻟ ﱡﺴ َ
4. >Riwayat Tirmizi
36
Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{asan al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ry, S|ah}ih} Muslim, Juz III, h.
1227.
37
Abu> Da>wud Sulaima>n bin al-Asyas\ bin Ish}a>k bin Basyir bin Syida>d bin ‘Amru al-Azadi> al-
Sijista>ni>, Sunan Abi> Da>wud, Juz III, (Beirut: al-Maktabah al-As\ariyah, t.th.), h. 271.
38
Muh}ammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin al-D{ah}a>k al-Turmuz\i>, Juz III (Mesir: Syirkah
Maktabah wa Mutabbiah Must}afa al-Ba>b al-H{alabi>, 1395 H/1975 M), h. 559.
ﺎقَ ،ﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ
ﻳﺪ ﺑْ ُﻦ َﻫ ُﺎرو َنَ ،ﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ إِ ْﺳ َﺤ َﺎلَ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳَِﺰ ُ
َ - 2154ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ ُﻦ أَِﰊ َﺷْﻴﺒَﺔَ ﻗَ َ
ﺎل رﺳ ُ ِ ِ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ،ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ﺎل :ﻗَ َ َ ُ ﺐَ ،ﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ ﻧَ ْ
ﻀﻠَﺔَ ،ﻗَ َ ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ اﻟْﻤﺴﻴﱢ ِ
َُ ْ َْ َ َ ْ َ
39
ﺎﻃ ٌﺊ«) رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ( ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢَ» :ﻻ َﳛﺘَ ِﻜﺮ إِﱠﻻ ﺧ ِ
ْ ُ َ َْ ََ َ
6. Riwayat ad-Darimy
ﻴﺪ ﺑْ ِﻦﺎق ،ﻋﻦ ُﳏ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ،ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ ِ ٍِ
َﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺧﺎﻟﺪَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﺤ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ - 2585ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أ ْ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ي ،ﻗَ َ ِ ِ ِ
ﺖ َر ُﺳ َ
ﺎلَ :ﲰ ْﻌ ُ ﺐ] ،صَ [1657:ﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ ﻧَﺎﻓ ِﻊ ﺑْ ِﻦ ﻧَ ْ
ﻀﻠَﺔَ اﻟْ َﻌ َﺪ ِو ﱢ اﻟْﻤﺴﻴﱢ ِ
َُ
40
ﺎﻃ ٌﺊ« )رواﻩ اﻟﺪارﻣﻲ ( ﻮلَ» :ﻻ َﳛﺘَ ِﻜﺮ إِﱠﻻ ﺧ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ُﻘ ُ
ْ ُ َ َ
7. Riwayat Ah}mad
ﺎق ،ﻋﻦ ُﳏ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ اﻟﺘـﱠﻴ ِﻤﻲ ،ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ
ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ اﻟْﻤﺴﻴﱠ ِ ِ
ﺐ، َُ ﺎل َ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﺤ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ﱢ َ ْ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳَِﺰ ُ
ﻳﺪ ،ﻗَ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَ ُﻘ ُ
ﻮل :ﻻَ ﺎل َِ :ﲰﻌﺖ رﺳ َ ِ ﻀﻠَﺔَ اﻟْ ُﻘَﺮِﺷ ﱢﻲ ،ﻗَ َ ﻋﻦ ﻣﻌﻤ ِﺮ ﺑ ِﻦ ﻋﺒ ِﺪ ِ
اﷲ ﺑْ ِﻦ ﻧَ ْ
ﻮل اﷲ َ ْ ُ َُ َ ْ َ ْ َ ْ َْ
41 ِ ِ
ﺎﻃﺊ) .رواﻩ اﲪﺪ ( َْﳛﺘَﻜ ُﺮ إﻻﱠ َﺧ ٌ
8. Riwayat Ah}mad
ﺎق ،ﻋﻦ ُﳏ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ،ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ
ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ ِ
ﺎل َ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ إ ْﺳ َﺤ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎﻩُ َﻋْﺒ َﺪةُ ﺑْ ُﻦ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ َن ،ﻗَ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻻَ َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ إِﻻﱠ ﺎل رﺳ ُ ِ
ﻮل اﷲ َ ﺎل :ﻗَ َ َ ُ ﺐ َ ،ﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲِ اﻟْ َﻌ َﺪ ِو ﱢ
ي ،ﻗَ َ اﻟْﻤﺴﻴﱠ ِ
َُ
42
ﺎﻃﺊ) .رواﻩ اﲪﺪ ( َﺧ ٌ
9. Riwayat Ah}mad
ﺎق ،ﻋﻦ ُﳏ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ،ﻋﻦ ﺳﻌِ ِ ِ ِ
ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ َ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔُ َ ،ﻋ ْﻦ ُﳏَ ﱠﻤﺪ ﺑْ ِﻦ إ ْﺳ َﺤ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ :ﻻَ َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ إِﻻﱠ ﺎل رﺳ ُ ِ
ﻮل اﷲ َ ﺎل :ﻗَ َ َ ُ ﺐ َ ،ﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ٍﺮ َ ،ر ُﺟ ٍﻞ ِﻣ ْﻦ ﻗـَُﺮﻳْ ٍ
ﺶ ،ﻗَ َ اﻟْﻤﺴﻴﱠ ِ
َُ
43
ﺎﻃﺊ ).رواﻩ اﲪﺪ (
َﺧ ٌ
39
Ibn Ma>jah Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad bin Yazi>d al-Qazwaini>, Sunan Ibnu Ma>jah, Juz II
(Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.), h. 728.
40
Abdullah Ibn Muh}ammad Abu> Muh}ammad al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi, ;Juz III(cet.I
>Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Arabi>, 1407) h. 1656 , selanjutnya disebut al-Da>rimi
41
Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>, Musnad
Ah}mad bin H{anbal, Juz VI (Beirut: ‘A>lim al-Kitab, 1419 H/1998 M), h. 400.
42
Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>, Musnad
Ah}mad bin H{anbal, Juz VI, h. 400
10. Riwayat Ah}mad
ِ ِ ﻋﻦ ﺳﻌ، ﻴﺪ
ِ ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ اﻟْﻤﺴﻴﱠ
َﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤ ٍﺮ، ﺐ ٍ ِ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ َﳛﲕ ﺑﻦ ﺳﻌ: ﺎل ٍ ِﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ َﳛﲕ ﺑﻦ ﺳﻌ
ﻴﺪ اﻷ َُﻣ ِﻮ ﱡ
َُ َ َْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ﻗ، ي َ ُ ْ َْ َ َ
44 ِ ِ ِ ِ ُ ﺎل رﺳ
(ﺎﻃﺊ )رواﻩ اﲪﺪ ٌ ﻻَ َْﳛﺘَﻜ ُﺮ إﻻﱠ َﺧ: ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
َ ﻮل اﷲ ُ َ َ َ ﻗ: ﺎل اﻟْ َﻌ َﺪ ِو ﱢ
َ َ ﻗ، ي
a) Kritik Sanad
Dari kesepuluh sanad yang terdapat dalam kutub al-tis’ah maka peneliti
memilih hadis yang telah diriwayatkan oleh Ah}mad bin H{anbal sebagai obyek kritik.
Ah}mad Ibn H{anbal bernama lengkap Ah{mad Ibn Muh}ammad ibn H{anbal ibn
Tahun 183 H, Ah{mad Ibn H{anbal pergi dibeberapa kota dalam rangka
mencari ilmu. Dia pergi ke Kufah, kemudian ke Basrah pada tahun 186, kemudian
pergi ke Makkah pada tahun 187 H, kemudian lanjut ke Madinah pada tahun 197
H,46 syiria dan mesopotamia.47 Selama perjalanannya mencari ilmu Ah}mad Ibn
43
Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>, Musnad
Ah}mad bin H{anbal, Juz III, h. 453
44
Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>, Musnad
Ah}mad bin H{anbal, Juz III, h. 454.
45
Abu al-‘Abbas Ah}mad bin Muh}ammad bin Abi> Bakar bin Khalka>n, Wafaya>t al-A‘ya>n wa
Anba>’ Abna>’ al-Zama>n, Juz I(Beirut: Da>r Sa>dir, 1900M), h. 63.
46
Inayah Rahmaniyah, Studi Kitab Hadis, Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal, (Cet.I;
Yogyakarta: Teras, 2003), h. 26. Lihat juga, Ali Sami al-Nasyar, ‘Aqaid al-Salaf, (Iskandariyah:
Maktab al-Itsar al-Salafiyah, 1971), h. 9.
47
Inayah Rahmaniyah, Studi Kitab Hadis, Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal, h. 26. Lihat
juga, Muh}ammad bin Ulwy al-Maliki al-Hasany, al-Minh{aj al-Lati>f Us}ul al-H{adi>s\ al-Syari>f, (Jeddah:
Mata>bi‘u Sahr, 1982), h. 270.
Hasyim, Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa’d, Jabir bin ‘Abd al-Hamid, Yahya al-
Qattan, dan Waqi’, Abu Daud at-Tayalisi, Abdurrahman ibn al-Mahdy dan masih
ilmu hadis seperti al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, ibn Mahdi, al-Syafi’i, Abu
Ahmad bin Hanbal adalah seorang ilmuan yang produktif. Dia banyak
Mansukh, kitab Zuhd, al-Masa’il, kitab Fadail Sahabah.50 Dan karyanya yang paling
Ah}mad Ibn H}anbal dijuluki sebagai penghulu para ulama Salaf. Ah}mad bin
H}anbal bukan hanya dikenal sebagai ahli hadis dan fiqih, akan tetapi ia juga dikenal
sebagai seorang sufi yang pemikirannya sangat dipengaruhi oleh seorang sufi besar
yaitu Hasan al-Bisri dan Ibrahim Ibn Adam. Kedua tokoh ini sangat besar
kontribusinya dalam memberikan jalan metode untuk mencapai hidup yang sejati
Abdul Majid Khon menuliskan dalam bukunya yang berjudul Ulumul Hadis
terkait Ahmad bin Hanbal, bahwasanya Ahmad bin Hanbal memiliki sifat wara’
(berhati-hati dalam masalah haram) dan d}ab> it (memiliki memori dan daya ingat)
yang sempurna. Abu Zur’ah berkomentar tentang hafalan dan daya ingatannya yang
48
Rahmaniyah, Studi Kitab Hadis, Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal, h. 26.
49
Rahmaniyah, Studi Kitab Hadis, Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal, h. 26.
50
Subhi al-Salih, Ulu>m al-H{adi>s\ wa Musthalahuhu, (Beirut: Da>r Ilmi wa al-Ma‘ayin, 1988),
h. 394.
51
Ziaul Haque, Ahmad ibn Hanbal: The Saint Scholar of Baghdad, terj. Nurul Agustina,
Jurnal Studi-studi Islam al-Hikmah, (Bandung:Yayasan Muthahari, 1992), h. 98.
sangat tinggi itu, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal itu menghafal 1.000.000 buah
mengatakan bahwa Imam Ahmad sebagai seorang ahli fiqih, hafizh, dan teguh
Penilaian yang diberikan oleh para kritikus hadis terhadap Ahmad bin Hanbal
adalah: Muhammad Sa’d menilai ia S|iqah Ma’mun, menurut Ibn Hibban ia adalah
‘Abdah bin Sulaima>n dilahirkan di Mas}i>s}ah dan wafat pada tahun 239 H.
Junboll menyatakan bahwa hadis pada umumnya baru muncul pada zaman al-tabi’in
dan atba>’ al-tabi’in. ulama hadis pada masa abad ketiga dan awal abad keempat
hijriah telah menetapkan, bahwa seluruh sahabat Nabi bersifat adil dalam arti merek
terpelihara dari kesalahan dalam periwayatan hadi>s\ Nabi.54 Dari pernyataan di atas
maka ‘Abdullah bin Sulaiman adalah periwayat yang bersifat adil dan dapat diterima
Guru-gurunya antara lain ‘Abdullah bin Muba>rak bin Wa>dih dan Hanbal.55
52
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Cet.I, Jakarta: Amzah, 2008), h. 265.
53
Yusuf bin Zakki Abd al-Rahman Abu al-Hajjaj al-Mizzy, Tahzib al-Kamal, Juz XXVII, h.
451.
54
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis\, h. 96.
55
Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Abu Fadl al-‘Asqala>ni>, Tahzib al-Tahzib, Juz II, h. 41.
Abu> Hatim menilainya s}adu>q. S}adu>q adalah periwayat yang jujur terhadap
apa yang diberikan dan periwayat tersebut tidak cacat dalam periwayatan.56 Al-
Ibnu Hibban berkata: mustaqi>m al-H{adi>s\.57 Ibnu Hajar berkata s}adu>q ( periwayat
yang jujur tehadap apa yang diberikan dan perawi tersebut tidak cacat dalam
hapalannya).58
Muhammad bin Isha>q nama lengkapnya adalah Muhammad bin Isha>q bin
Yasa>r. lahir di Madinah dan wafat di Bagdhad pada tahun 150 H. Ia merupakan al-
sugra> min al-ta>bi‘i>n. nama kuniah yang dia miliki adalah Abu> Bakr.59
Guru-gurunya antara lain Aba>n bin Sa>lih bin Umar bin ‘Ubaid, Ibra>him bin
‘Abdillah bin Hunain. Ibra>him bin ‘Uqbah bin Abi Iya>s, dan Muhammad bin Ibra>hi>m
bin al-Hari>s bin Kha>lid. Sedangkan murid-muridnya antara lain Ibra>hi>m bin al-
Imam Ahmad dan Ibnu Numair menilainya hasan al-hadi>s\. Ali bin al-Madi>ny
berkata S}a>lih wast. S{a>lih (sifat-sifat terpuji) dijelaskan oleh M. Syuhudi Isma>il
dalam bukunya Kaidah Kesahihan Sanad Hadis\ bahwa s}a>lih adlah periwayat yang
56
Al-‘Asqala>ni>, Tahzib al-Tahzib, h. 41.
57
Abu> Ha>tim Muhammad bin Hibba>n bin Ah}mad al-Tami>mi>, Masya>hi>r ‘Ulama>’ al-Amsa>r,
Juz I (Beirut: Da>r al-kutu>b al-Ilmiyah, 1959 M.), h. 161.
58
Ensiklopedi Hadis, Kitab 9 Imam, Lidwa Pustaka; Lembaga Ilmu Dakwah dan Publikasi
Sarana Keagamaan. CD. Digital.
59
Abu> ‘Abdillah Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri>, al-Tari>kh al-Kabi>r, Juz. III (Beirut: Da>r
al- Fikr, t.th.), h. 7.
60
Syams al-Di>n Muhamad bin Ahmad bin ‘Usma>n al-Z|ahabi>, Siyar A‘la>m al-Nubala>’, Juz.VII
(Cet.IX; Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1413 H/1993 M), h. 211-212.
memiliki sifat-sifat terpuji dalam meriwayatkan hadis,61 sedangkan kata Wasat
diartikan dengan adil62 jadi sa>lih wasat adalah sifat-sifat terpuji dan adil yang
dimiliki oleh periwayat hadis yakni Muhammad bin Ishaq yng mendapatkan
penilaian dari ‘Ali bin al-Madiniy. Yahya bin Ma’i>n menilainya s\iqah-
s\iqah.63 Siqah adalah sebagai peringkat pertama yang meriwayatkan suatu hadis.64
Al-Ajli menilainya S|iqah, Ibnu Hibban menilainya disebutkan dalam ats-tsiqaat, dan
Nama lengkap Muhammad bin Ibra>hi>m adalah Muhammad bin Ibra>hi>m bin
al-Ha>ris bin Kha>lid. Dia lahir di Madinah dan wafat juga di Madinah pada tahun 121
Adapun guru-gurunya antara lain Abu> Haisam bin Namr bin Dahr, Usa>mah
bin Zaid bin Ha>risah bin Syarhabil, Sa’i>d bin Musayyab. Sedangkan murid-muridnya
antara lain Usa>mah bin Zaid, Taubah bin Abi al-Asad Kassa>n, dan Muhammad bin
Isha>aq.67
An-Nasa>’i, Yahya bin Ma’i>n, Ibnu Khara>sy, Abu Ha>tim al-Ra>zi, Muhammad
bin Sa’ad menilainya siqah.68 Siqah yakni tidak boleh diterima suatu riwayat hadis,
61
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 209.
62
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 168.
63
Al-‘Ijli>, Ma’rifat al-Siqa>t, h. 143.
64
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 209.
65
Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban, Masya>hir ‘Ulama al-Amsyar, h. 161.
66
Ibn Sa’ad bin Mani’ Abu Abdillah al-Basri>, al-Tabaqa>t al-Kubra>, Juz VII, h. 296.
67
Ibn Sa’ad bin Mani’ Abu Abdillah al-Basri>, al-Tabaqa>t al-Kubra>, Juz VII, h. 308.
68
Abu> Muhammad ‘Abd al-Rahma>n bin Abi Ha>tim al-Ra>zi>, al-Jarh wa al-Ta’di>l, Juz III, (Cet.
I; Beirut: Da>r Ihya> al-Tura>s al-Arabi>, 1271 H/1952 M), h. 193.
kecuali yang berasal dari orang-orang yang siqah (terpercaya).69 Dan istilah siqah
pada zaman itu lebih banyak diartikan sebagai kemampuan haalan yang sempurna
sebagai gabungan dari istilah ‘adl dan dabt yang dikenal luas pada zaman
beikutnya.70 Dari berbagai kritikan diatas maka Muhammad bin Ibrahim dapat
siqah lahu Afrad, dan Adz- Zahabi juga menilai mereka mensiqahkan.71
Sa‘i>d bin Abdullah memiliki nama lengkap Sa‘id bin Musayyab bin Hazan
bin Abi> Wahb bin ‘Amr. Ia lahir di Madinah dan juga wafat di Madinah pada tahun
Muhammad. Ia berada pada level kiba>r al-tabi’in.72 Tabi’in adalah orang muslim
yang bertemu dengan sahabat dan mati dalam beragama islam.73 Dalam kamus
Ulumul Hadis dijelaskan bahwasanya, tabi’in itu adalah pengikut sahabat yang
beragama islam sampai matinya. Dengan demikian, tabi’in tidak sezaman dengan
orang islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru kepadanya, tidak bertemu
69
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 124.
70
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 124.
71
Abu> Muhammad ‘Abd al-Rahma>n, al-Jarh wa al-Ta’di>l, h. 193.
72
Abu> Muh}ammad Mahmud bin Ah}mad bin Mu>sa bin Ahmad bin Husain al-Gi>ta>bi> al-Hanafi>,
Maga>ni al-Akhya>r fi Syarh Asmi Rija>l Ma‘a>ni al-As\a>r, Juz III. [t.d.], h. 59.
73
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 113. Lihat juga At-Tahan, Taisi>r Mustalah al-Hadis,
h. 167.
74
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 239.
dengan Nabi dan tidak pula semasa dengan Nabi.75 Sedangkan menurut Ibnu Hajar
berpendapat bahwa tabi’in itu adalah orang yang bertemu dengan sahabat dan dalam
Dari beberapa kritik di atas maka Sa’i>d bin Musayyab adalah seorang
periwayat yang levelnya adalah generasi sesudah sahabat yang masuk islam dan
Adapun guru-guru ia adalah Ka‘ab bin Qais, Bilal bin Raba>h, Anas bin Malik,
Ma’mar bin Abdillah bin Na>fi‘ bin Abi> Ma‘mar Nadlah. Sedangkan murid-muridnya
antara lain Ibra>hi>m bin Ami>r bin Mas‘u>d, Ibra>hi>m bin ‘Uqbah bin Abi> ‘Iya>s, dan
Adapun penilaian ulama terhadap Sa‘i>d bin Musayyab adalah menurut Rabi>
bin Sulaima>n dan Syafi‘i berkata bahwa per-mursalan yang dilakukan oleh Sa‘i>d bin
Musayyab dianggap hasan. dan menurut Abu> Zur‘ah ia berkata: Sa‘i>d bin Musayyab
itu madaniy Quraisy siqah imam. Menurut Abu Hatim ia berkata bahwa tidak ada
seorang pun dalam kalangan tabi’in yang lebih mulia dari Sa‘i>d bin Musayyab. Imam
Ahmad dan Abu> Zar‘ah al-Razi> menilai berliau siqah, Sulaiman bin Musa berkata
afaqah al-hadis.77 Ahmad bin Hanbal menilainya siqah. Dan menurut Adz-Zahabi
menilainya siqah hujjah (Ahli fiqih).78
75
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, h. 239.
76
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, h. 239.
77
Al-Ra>zi>, Abu> Muhammad ‘Abd al-Rahma>n bin Abi Ha>tim, al-Jarh wa al-Ta’di>l, h. 332.
78
Al-Ra>zi>, al-Jarh wa al-Ta’di>l, h. 332.
Nama lengkap ia adlah Ma’mar bin Abdillah bin Na>fi‘ bin Abi> Ma’mar
Nadlah. Dia wafat di Madinah akan tetapi belum diketahui kapan wafatnya.79
sahabat yang meriwayatkan hadis Nabi saw. Ia meriwayatkan hadis dari Rasulullah
dan Mempunyai murid yaitu Sa‘i>d bin Musayyab, ‘Abd al-Rahman bin ‘Uqbah, dan
Bisr bin Sa’d Maula> Ibn Hadrami>.80 Dan kredibilitas menurut para ulama yaitu Ibnu
Dari hasil kritik diatas dilihat dari sanad dan periwayatannya, tidak terdapat
illat (cacat), karena sanadnya bersambung dari murid ke guru ke sahabat dan sampai
kepada Rasulullah saw., tidak terdapatnya Syuzu>z, semuanya bersifat adil dan dabit.
b) Kritik Matan
sehingga dilarang dengan persyaratan sebagai berikut: 1) semua sanad dan periwayat
terhindar dari kejanggalan (Syuzu>z); 3) terhindar dari illah. Menurut kaedah minor
ialah (a) tidak bertentangan dengan al-Quran; (b) tidak bertentngan dengan hadis
lain yang sahih; (c) tidak bertentangan dengan sejarah; (d) tidak bertentangan
79
Al-Bukha>ri>, Sahih Bukha>ri>, h. 221.
80
al-Hanafi>, Maga>ni al-Akhya>r fi Syarh Asmi Rija>l Ma‘a>ni al-Asa>r, h. 564.
81
Al-Ra>zi>, al-Jarh wa al-Ta’di>l, h. 332.
Dari hasil penelitian matan tersebut maka hadis tersebut dapat dikatakan
sahih dan dapat dijadikan sebagai hujjah dalam bermuamalah sebagai pedoman
melakukan perdagangan atau bisnis yang islami menurut hadis dan ekonomi.
Selanjutnya akan dibahas tentang kualitas sanad dan lafazh yang semakna:
1. Kualitas Sanad
kajian dalam skripsi ini, ditemukan bahwa sanad hadis tersebut dianggap s}ahi>h}
karena dinilai siqah oleh para peneliti hadis. Untuk dua perawi terakhir dinilai sadu>q.
Kemudian sanadnya bersambung karena antara satu periwayat dengan periwayat lain
ada hubungan guru murid. Dengan demikian kritik matan dapat dilakukan.
Penelitian matan hadis dilakukan untuk melacak apakah terjadi riwayah bi al-
ma‘na> sehingga lafal hadisnya berbeda satu sama yang lain dengan membandingkan
matan-matan hadis yang semakna. Matan-matan hadis tersebut dipisah-pisah dalam
ِﺧ
ﺎﻃﺊ ﻓَـ ُﻬ َﻮ اﺣﺘَ َﻜَﺮ َﻣ ِﻦ
َ ْ
b. Sunan Abu> Da>ud dengan 1 riwayat : ﺊ ِ إِﱠﻻ َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ
ٌ َﺧﺎﻃ َﻻ
ditemukan bahwa hadis tersebut mengalami perbedaan antara kalimat satu dengan
kalimat yang lainnya. Adapun perbedaan tersebut terdapat pada kata اﻷﺧﺎطdengan
ﺧﺎﻃﺊ. Riwayat Muslim, Abu> Da>ud, al-Tirmidzi>, Ibnu Ma>jah, dan al-Da>rimi> sama
dengan dua riwayat Ahmad, sedangkan dua riwayat lain dari Ahmad berbeda.
akan tetapi makna dari kalimat tersebut tetap sama. Dengan demikian,dapat
(kejanggalan) dan juga selamat dari ‘illah/cacat. Ulama hadis sepakat bahwa unsur-
unsur yang harus dipenuhi oleh matan yang berkualitas sahih ada dua macam yaitu
terhindar dari syuzu>z dan terhindar dari ‘illah (cacat). Hal tersebut dapat dilihat
dimonopoli dan menaikkan harga. Sebagai mana seorang mukmin yang mengaku
taat dan cinta kepada Allah, maka sepatutnya dia tidak melakukan kecurangan
sedangkan Allah membenci orang yang curang dalam berdagang. Salah satu firman
Terjemahnya:
Selanjutnya hadis ini tidaklah bertentangan dengan hadis sahih lainnya. Ini
terbukti dengan adanya hadis lain yang sama-sama melarang melakukan hal tersebut
yaitu:
ﺎل ﺛـَ ُﻘ َﻞ َﻣ ْﻌ ِﻘ ُﻞ ﺑْ ُﻦ ﻳَ َﺴﺎ ٍر ﻓَ َﺪ َﺧ َﻞ ْ ﻳﺪ ﻳـَ ْﻌ ِﲏ اﺑْ َﻦ ُﻣﱠﺮَة أَﺑُﻮ اﻟْ ُﻤ َﻌﻠﱠﻰ َﻋ ِﻦ
َ َاﳊَ َﺴ ِﻦ ﻗ ُ ﺼ َﻤﺪ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳَِﺰ
ِ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟ ﱠ
ُ َْ َ َ
ِ ﺎل َﻫ ْﻞ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻢ ﻳَﺎ َﻣ ْﻌ ِﻘ ُﻞ أ ﱢ ٍ ِ ِ
َﱐﺎل َﻫ ْﻞ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻢ أ ﱢَ َﺖ ﻗُ ﺎل َﻣﺎ َﻋﻠ ْﻤ َ َْﺖ َد ًﻣﺎ ﻗ
ُ َﱐ َﺳ َﻔﻜ ُ ُإِﻟَْﻴﻪ ﻋُﺒَـْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ِزﻳَﺎد ﻳـَﻌ
َ ﻮدﻩُ ﻓَـ َﻘ
اﲰَ ْﻊ ﻳَﺎ ﻋُﺒَـْﻴ َﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﺣ ﱠﱴ َ ََﺟﻠِ ُﺴ ِﻮﱐ ﰒُﱠ ﻗ ِ ِِ ِ ٍ
ْ ﺎل ْ ﺎل أ
َ َﺖ ﻗ ُ ﺎل َﻣﺎ َﻋﻠ ْﻤ َ َﲔ ﻗ َ َﺳ َﻌﺎ ِر اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ
ْ ﺖ ِﰲ َﺷ ْﻲء ﻣ ْﻦ أ ُ َد َﺧ ْﻠ
ِ َ ﲔ َِﲰﻌﺖ رﺳ ِ ِ ِ ِ ْ ﻚ َﺷﻴﺌﺎ َﱂ أ
ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ ُ ْ ِ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣﱠﺮًة َوَﻻ َﻣﱠﺮﺗَـ َ َﲰَ ْﻌﻪُ ﻣ ْﻦ َر ُﺳﻮل اﻟﻠﱠﻪ ْ ًْ َ َُﺣ ﱢﺪﺛ َأ
ﲔ ﻟِﻴُـ ْﻐﻠِﻴَﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻓَِﺈ ﱠن َﺣﻘﺎ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺗَـﺒَ َﺎرَك ِِ ِ ٍ ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَ ُﻘ
َ َﺳ َﻌﺎ ِر اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤْ ﻮل َﻣ ْﻦ َد َﺧ َﻞ ِﰲ َﺷ ْﻲء ﻣ ْﻦ أ
َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ِ ِ ِ ِ ْﺎل أَأَﻧ ِ ِ ِ ِ
ﺎل َ ﺖ َﲰ ْﻌﺘَﻪُ ﻣ ْﻦ َر ُﺳﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َ َﺎﱃ أَ ْن ﻳـُ ْﻘﻌ َﺪﻩُ ﺑِﻌُﻈْ ٍﻢ ﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻳـَ ْﻮَم اﻟْﻘﻴَ َﺎﻣﺔ ﻗ َ َوﺗَـ َﻌ
ِ ْ ﻧـَ َﻌﻢ َﻏْﻴـﺮ َﻣﱠﺮٍة وَﻻ َﻣﱠﺮﺗَـ
ﲔ َ َ ْ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abdushamad, telah menceritakan kepada
kami Yazid yaitu Ibnu Murrah Abu Al Mu'alla dari Al Hasan, dia menuturkan
bahwa Ma'qil bin Yasar sedang menderita sakit yang cukup serius. Kemudian
82
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Karya Azzahra
Mandiri, 2014), h. 587.
'Ubaidullah bin Ziyad datang menjenguknya. Katanya, "Wahai Ma'qil, tahukah
engkau bahwa aku telah menumpahkan darah?" Dia berkata; "Aku tidak tahu."
Katanya lagi, "Apakah kau tahu bahwa aku turut campur dalam (penentuan)
harga barang kaum muslimin?" Dia berkata; "Aku tidak tahu." Lalu Ma'qil
berkata; "Dudukkanlah aku!." Lalu dia melanjutkan; "Dengarlahlah wahai
'Ubaidullah, kuberitahu kau sesuatu yang tidak hanya sekali dua kali aku
mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa sedikit saja
mencampuri harga kaum muslimin untuk menjadikannya mahal untuk mereka,
maka sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala akan benar-benar
mendudukkannya di atas tulang dari api pada hari Kiamat kelak." Dia berkata;
"Apakah kau mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Dia
menjawab, "Benar, bukan hanya sekali atau dua kali."
Kedua hadis ini tidak bertentangan karena hadis di atas melarang umat
muslim untuk melakukan sesuatu hal yang dapat mempengaruhi harga suatu barang
dan barang siapa yang melakukannya akan masuk neraka, sedangkan hadis yang
diteliti berbicara mengenai monopoli barang untuk menaikkan harga ini termasuk
perbuatan yang mempengaruhi harga barang dan perbuatan itu berdosa. Maka kedua
83
A.J. Weinsinck, Al-Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-H}adi>s\ al-Nabawi>y, Juz VI( Laiden:
Baril, 1965 M), h. 381.
dari data diatas maka hadis tentang jual beli najasy terdapat 15 jalur
periwayatan dalam kutub al-tis‘ah yang diantaranya Bukhari 3 jalur, Muslim 1 jalur,
Nasai 2 jalur, ibnu Majah 1 jalur, Muwatta 1 jalur, dan Ahmad 7 jalur.
ﻚَ ،ﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊَ ،ﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ،ﻗَ َ
ﺎل» :ﻧـَ َﻬﻰ اﻟﻨِ ﱡ
ﱠﱯ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﺴﻠَ َﻤﺔََ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻣﺎﻟِ ٌ
84 ِ
ﺶ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ( ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ]صَ [70:ﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ
ﱠﺠ ِ َ
2. Riwayat Bukhari
ﺖَ ،ﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺣﺎ ِزٍمَ ،ﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ، ي ﺑ ِﻦ ﺛَﺎﺑِ ٍ ِ
َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺮ َﻋَﺮةََ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔَُ ،ﻋ ْﻦ َﻋﺪ ﱢ ْ
ِ ِ
اﰊَ ،وأَ ْن ﺗَ ْﺸ َِﱰ َط اﳌ ْﺮأَةَُﻋَﺮِ ﱢﺎع اﳌ َﻬﺎﺟ ُﺮ ﻟ ْﻸ ْ
َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋ ِﻦ اﻟﺘﱠـﻠَﻘﱢﻲَ ،وأَ ْن ﻳـَْﺒﺘََ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪﺎل» :ﻧـَ َﻬﻰ َر ُﺳ ُ ﻗَ َ
َ ُ ِ ِِ
ﱠﺼ ِﺮﻳَِﺔ« ﺗَﺎﺑـَ َﻌﻪُ ُﻣ َﻌﺎذٌَ ،و َﻋْﺒ ُﺪ
ﺶَ ،و َﻋ ِﻦ اﻟﺘ ْ ﱠﺠ ِ ُﺧﺘ َﻬﺎَ ،وأَ ْن ﻳَ ْﺴﺘَ َﺎم اﻟﱠﺮ ُﺟ ُﻞ َﻋﻠَﻰ َﺳ ْﻮم أَﺧﻴﻪَ ،وﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ
ﻃَﻼَ َق أ ِ
ْ
ﺎج ﺑْ ُﻦ ِﻣْﻨـ َﻬ ٍﺎل: ِ ِ ﺼ َﻤ ِﺪَ ،ﻋ ْﻦ ُﺷ ْﻌﺒَﺔََ ،وﻗَ َ
ﺎل ﻏُْﻨ َﺪٌرَ ،و َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦَ ُ :ﻲَ ،وﻗَ َ
ﱠﻀ ُﺮَ ،و َﺣ ﱠﺠ ُ ﺎل اﻟﻨ ْآد ُم ُ :ﻴﻨَﺎَ ،وﻗَ َ ﺎل َ اﻟ ﱠ
85
ﻧـَ َﻬﻰ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري (
3. Riwayat Bukhari
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ »ﻧـَ َﻬﻰ ﻚ ،ﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ ،ﻋ ِﻦ اﺑ ِﻦ ﻋﻤﺮ :أَ ﱠن رﺳ َ ِ
ٍِ ٍِ
ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َُ َ ْ ُ ََ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻗـُﺘَـْﻴﺒَﺔُ ﺑْ ُﻦ َﺳﻌﻴﺪَ ،ﻋ ْﻦ َﻣﺎﻟ َ ْ
86
ﺶ«) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ( ﱠﺠ ِ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ
4. Riwayat Muslim
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻚ ،ﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ ،ﻋ ِﻦ اﺑ ِﻦ ﻋﻤﺮ» ،أَ ﱠن رﺳ َ ِ
ٍِ
ﻮل اﷲ َ َُ َ ْ ُ ََ ﺎل :ﻗَـَﺮأْ ُ
ت َﻋﻠَﻰ َﻣﺎﻟ َ ْ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َﲕ ﺑْ ُﻦ َْﳛ َﲕ ،ﻗَ َ
87
ﺶ«) رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ( َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ
ﱠﺠ ِ
5. Riwayat An-Nasa‘I
84
Al-Bukha>ri<, S|ah}i>h} Bukha>ri<, Juz VIII, h. 81.
85
Al-Bukha>ri<, S|ah}i>h} Bukha>ri<, Juz X, h. 68.
86
Al-Bukha>ri<, S|ah}i>h} Bukha>ri<, Juz XXIV, h. 84.
87
Muslim, S|ah}i<h} Muslim, Juz V, h. 5.
ﺚَ ،ﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪَ ،ﻋ ْﻦ
ﺎل :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺷﻌﻴﺐ ﺑﻦ اﻟﻠﱠﻴ ِ
َْ ُ ْ ُ ْ َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ْ
اﳊَ َﻜ ِﻢ ﺑْ ِﻦ أ َْﻋ ََ
ﲔ ﻗَ َ َ أْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
ﺶﱠﺠ ِ َﻛﺜ ِﲑ ﺑْ ِﻦ ﻓَـ ْﺮﻗَﺪَ ،ﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊَ ،ﻋ ْﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟﻠﱠﻪَ ،ﻋ ْﻦ َر ُﺳﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﻧﱠﻪُ» :ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ
88
ﺎﺿٌﺮ ﻟِﺒَ ٍﺎد« )رواﻩ اﻟﻨﺴﺎئ ( واﻟﺘﱠـﻠَﻘﱢﻲ ،وأَ ْن ﻳﺒِﻴﻊ ﺣ ِ
َ َ َ َ َ
6. Riwayat An-Nasa‘I
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ ِ َﺧﺒـﺮﻧَﺎ ﻗـُﺘَـﻴﺒﺔَُ ،ﻋﻦ ﻣﺎﻟِ ٍ
ﻚَ ،ﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊَ ،ﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ» ،أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
ﱠﱯ َ ْ َ أ ْ َ َ َْ
89
ﺶ«)رواﻩ اﻟﻨﺴﺎئ ( ﱠﺠ ِاﻟﻨ ْ
7. Riwayat Ibnu Ma>jah
ﻚ ﺑْ ُﻦ أَﻧَ ٍ ِ ٍِ ﺐ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﱡﺰﺑـَ ِْﲑ ﱢ
ﺼ َﻌ ِ
ﺲ، ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻣﺎﻟ ُ
وﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ُﺣ َﺬاﻓَﺔَ ﻗَ َ
يَ ،ﻋ ْﻦ َﻣﺎﻟﻚ ،ح َ ت َﻋﻠَﻰ ُﻣ ْ ﻗَـَﺮأْ ُ
90 ِ ِ
ﺶ« )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ( ﱠﺠ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ،ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْﱠﱯ َ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊَ ،ﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ» ،أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
8. Riwayat Muwatta Malik
ﱠﺠ ِ ﻚ ،ﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ ،ﻋﻦ ﻋﺒ ِﺪ اﷲِ ﺑ ِﻦ ﻋﻤﺮ؛ أَ ﱠن رﺳ َ ِ ِ
ﺎل
ﺶ ﻗَ َ ﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ ْ َُ ْ ُ ََ َ ْ َْ َﻣﺎﻟ ٌ َ ْ
ِ ] َﻣﺎﻟِ ٌ
ﻚ ﺲ ِﰲ ﻧَـ ْﻔ ِﺴ َ
ﻚ ا ْﺷﺘَـَﺮ ُاؤَﻫﺎ .ﻓَـﻴَـ ْﻘﺘَﺪي ﺑِ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ﺶ :أَ ْن ﺗـُ ْﻌﻄﻴَﻪُ ﺑﺴ ْﻠ َﻌﺘﻪ أَ ْﻛﺜَـَﺮ ﻣ ْﻦ َﲦَﻨ َﻬﺎَ .وﻟَْﻴ َﱠﺠ ُ
ﻚ[ َ (1) :واﻟﻨ ْ
91
َﻏْﻴـ ُﺮَك) .رواﻩ ﻣﺎﻟﻚ (
9. Riwayat Ah}mad
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ ِ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻣﺎﻟِ ٌ
ﱠﱯ َ ﻚ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
ِ
ﺾ)رواﻩ اﲪﺪ( ﺎل َﻻ ﻳَﺒِ ْﻊ ﺑَـ ْﻌ ُ
ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑـَْﻴ ِﻊ ﺑـَ ْﻌ ٍ ﺶ َوﻗَ َ ﱠﺠ ِاق َوﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ اﻟﻨ ْ
َﺳ َﻮ ُﺗَـﻠَﻘﱢﻲ اﻟ ﱢﺴﻠَ ِﻊ َﺣ ﱠﱴ ﻳـُ ْﻬﺒَ َﻂ َﺎ ْاﻷ ْ
10. Riwayat Ah}mad
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ ِ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﻋﻦ ﻣﺎﻟِ ٍ
ﻚ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤَﺮ أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
ﱠﱯ َ ْ َ ْ َ
ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑـَْﻴ ِﻊ ﺑـَ ْﻌ ٍ ﺶ وﻗَ َ ِ ﺗَـﻠَﻘﱢﻲ اﻟ ﱢﺴﻠَ ِﻊ ﺣ ﱠﱴ ﻳـﻬﺒ َ ِ
ﺾ)رواﻩ ﻴﻊ ﺑَـ ْﻌ ُ
ﺎل َﻻ ﻳَﺒ ُ ﱠﺠ ِ َ اق َوﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ اﻟﻨ ْ
َﺳ َﻮ ُ
ﻂ َﺎ ْاﻷ ْ َ َُْ
92
اﲪﺪ(
88
Al-Nasa>‘i<, Sunan al-Nasa>‘i<, Juz VII, h. 256.
89
Al-Nasa>‘i<, Sunan al-Nasa>‘i<, Juz VII, h. 258.
90
Muh}ammad bin Yazi>d Abu> ‘Abdullah al-Qazwai>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah, Juz II, 734.
91
Ma>lik bin Anas Ibn Ma>lik bin ‘A<mir, Muwat}t}a Ma>lik, Juz IV, (t.d.), h. 380.
11. Riwayat Ah}mad
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧـَ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ ِ ﺐ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َﻣﺎﻟِ ٌ
ﻚ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤَﺮ أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
ﱠﱯ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣ ْ
ﺼ َﻌ ٌ
ﺶ )رواﻩ اﲪﺪ( ﱠﺠ ِ
اﻟﻨ ْ
13. Riwayat Ah}mad
اﳋُ ْﺪ ِر ﱢ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ أَﺑﻮ َﻛ ِﺎﻣ ٍﻞ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ َﲪﱠﺎد ﻋﻦ َﲪﱠ ٍﺎد ﻋﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ﻋﻦ أَِﰊ ﺳﻌِ ٍ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ ي أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
ﱠﱯ َ ﻴﺪ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ ٌ َْ َ َ ُ
ِ
ﺲ َوإِﻟْ َﻘﺎء ْ ِ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻧـَﻬﻰ ﻋﻦ ِ
اﳊَ َﺠ ِﺮ)رواﻩ اﲪﺪ( ﺶ َواﻟﻠﱠ ْﻤ ِ
ﱠﺠ ِ
َﺟ ُﺮﻩُ َو َﻋ ْﻦ اﻟﻨ ْ اﺳﺘْﺌ َﺠﺎ ِر ْاﻷَﺟ ِﲑ َﺣ ﱠﱴ ﻳـُﺒَـ ﱠ َ
ﲔ ﻟَﻪُ أ ْ َْ ََ َ َ َْ ْ
15. Riwayat Ah}mad
ي أَ ﱠن رﺳ َ ِ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ ﺳﺮﻳﺞ ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ َﲪﱠﺎد ﻋﻦ َﲪﱠ ٍﺎد ﻋﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ ﻋﻦ أَِﰊ ﺳﻌِ ٍ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ
ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ اﳋُ ْﺪ ِر ﱢ َ ُ ﻴﺪ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ ُ َْ ٌ َ َ ٌ َ ْ
ِ
ﺲ َوإِﻟْ َﻘﺎء ْ ِ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻧـَﻬﻰ ﻋﻦ ِ
اﳊَ َﺠ ِﺮ )رواﻩ اﲪﺪ( ﺶ َواﻟﻠﱠ ْﻤ ِﱠﺠ ِ
َﺟ ُﺮﻩُ َو َﻋ ْﻦ اﻟﻨ ْ
ﲔأْاﺳﺘْﺌ َﺠﺎ ِر ْاﻷَﺟ ِﲑ َﺣ ﱠﱴ ﻳـُﺒَـ ﱠ َ
َْ ََ َ َ َْ ْ
Dari lima belas jalur periwayatan yang menjadi obyek penelitian ialah jalur
dari an-Nasa‘I.
1. An-Nasa‘I
92
Abu> ‘Abdullah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asadi al-Syai>ba>ni>, Musnad
Ah}mad bin H{anbal. Juz II (t.t.: Muassasah al-Risalah, 1421 H), h. 7.
Bernama lengkap Ahmad ibn Syu‘aib ibn ‘Ali ibn Suna>n ibn Bahar ibn Dina>r
an-Nasa>’I Abu Abdirrahma>n Muhaddis| Hafiz}93. Seorang hakim dan pengarang kitab
Sunan. Ia lahir di kota Nasa di Khurasan pada tahun 215 H ada juga yang
mengatakan ia lahir tahun 214 H dan wafat di palestina pada hari senin tanggal 13
bulan s}afar pada tahun 303 H dan lainnya mengatakan ia wafat di Mekah. Ia banyak
melakukan perjalanan ke Naisabur, Irak, Syam, Mesir, Hijaz dan Jazirah. Diantara
kitab sunannya adalah al-Sunan al-Kubra dan al-Sunan al-Sugrah. Para Imam hadits
mengatakan ia s\iqah.94
Diantara murid-muridnya adalah Ibra>him ibn Ish}aq> ibn Ibra>him ibn Ya‘kub
ibn Yusuf al-Iskandarani>, Abu Ish}aq Ibra>him ibn Muh}ammad ibn S}alih ibn Sunan al-
Quraisyi al-Damsyaqi>.95
Nama lengkap ia adalah Qutaibah bin Sa‘i>d bin Jami>l bin T{ari>f al-S|aqafy96.
Kuniyah ia adalah ‘Abu> Raja>‘. Abu> Ah}mad berkata bahwa nama ia itu Yahya bin
Sa‘i>d sedangkan Qutaibah itu adalah laqab.97 Ia lahir pada tahun 150 H dan wafat
pada tahun 240 H.98 Ia merupakan kiba>r al-Ahadi>s\ ‘an tabi‘ al-‘atba>‘. Dan negeri
93
‘Umar Ibn Rid}a> Kah}}a>lah al-Na>syir, “Mu’jam al-Mu’allifin” jilid I (cet. II; Bei>ru>t: Dar
Ihya>’i al-Tara>s\i al-‘Arabi> Bei>ru>t, t.th.), h. 244
94
Abu Muh}ammad Mah}mu>d Ibn Ah}mad Ibn Mu>sa Ibn Ah}mad Ibn H}usain, “Maga>ni al-
Akhya>r” jilid I,(t.d.) h. 21
95
Jamaluddi>n Abi al-H}ajja>j Yusuf al-Mizzi>, “Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>i al-Rija>l” jilid I, (cet.
IV; Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1406 H/1985 M), h.328>
96
Yusuf bin Zakki> Abd al-Rahman Abu> al-H{ajja>j al-Mizzi>, Tahzib al-Kamal, Juz XXIII, h.
523
97
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz 13, h. 11.
98
Bakr bin Abdulla>h Abu> Zai>d bin Muh}ammad bin Abdulla>h bin Bakr bin Us\ma>n bin Yah}ya,
T|abaqa>t al-Nisa>bain, Juz I (Riya>d}: Da>r al-Rasyad, 1407 H/ 1987 M), h. 60.
semasa hidupnya Himsh. Ia merupakan syaikh islam, seorang ahli hadis dan imam
yang s\iqah dan umat islam banyak yang meriwayatkan hadis dari ia.99 Ia telah
banyak pergi menuntut ilmu dan mencari hadis di berbagai negeri diantaranya Iraq,
Dan ia berguru pada Ma>lik bin Anas, Ya‘qu>b bin Abd al-Rah}ma>n, Hamma>d
bin Ziyad, Abu ‘Awa>nah, Isma>‘i>l bin Ja‘fa>r, Abd al-Wa>hi} d Ziya>d, Sufya>n bin
‘uyainah. Dan ia mempunyai murid yaitu Ah}mad bin H{anbal, Abu> Bakr bin Abi>
Syaibah, H}asan bin Muh}ammad bin al-Sabba>h al-Za‘fara>niy, Yu>suf bin Musa, Abu>
Dawu>d al-Sijista>ni>, Ja‘far bin Muh}ammad bin Sya>kir, Ibra>hi>m al-H{arabiy, Abu>
s\iqah dan An-Nasa‘I juga menilainya s\iqah dan kemudian menambahkannya s}adu>q,
adapun beberapa ulama mengatakan bahwasanya Qutaibah itu adalah seorang
ulama/pakar yang pertama untuk ditanya tentang hadis. Yahya bin Ma‘in juga
menilainya s\iqah. Adapun menurut al-Hakim menilainya s\iqah ma‘mu>n. Dan ahli
Nama lengkap Ma>lik bin Anas adalah Ma>lik bin Anas bin Ma>lik bin Abi>
‘A<mir bin Umar al-Subhi al-Humairi. Ia lahir pada tahun 93 H dan wafat di Madinah
99
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz XIII, h. 11.
100
Abu> Bakr Ah}ma>d bin Ali> bin S|abit bin Ah}madbin Mahdi> al-Khati>b al-Bagda>di>, Ta>ri>kh
Bagda>di> wa Z|uyulih, Juz XII (Beiru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Ilmiyah, 1417 H), h. 460.
101
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz 11, h. 16. Lihat juga, Al-‘Asqala>ni>, Tahzib al-Tahzib, Juz VIII, h. 360.
pada tahun 179 H. Ia berada pada tabaqat min kiba>r Atba‘ al-ta>bi‘i>n. ia adalah
syaikh al-Isla>m dan dapat dijadikan hujjah dan merupakan imam besar Madinah.102
Guru-guru ia diantaranya Abi> Suhai>l, Abi> al-Zina>d, S{a>lih bin Ki>sa>n, Na>fi‘, al-
Zuh}ri>, Amru> bin Yahya bin ‘Ama>rah, al-‘Ala>‘i bin Abdurrahman, Abi> Bakr bin
Na>fi‘, Hisya>m bin ‘Urwah, Abdullah bin Di>na>r, Abdurrahman bin Qa>sim dan masih
Kari>m al-Ansa>ri, Ibra>him bin Umar bin Abi> Wazi>>r, Isha>q bin Sulaima>n al-Ra>zi, al-
Mugi>rah mengatakan bahwa jika seorang muslim ingin menuntut ilmu sesungguhnya
mereka tidak mendapatkan ilmu jika tidak belajar pada ulama madinah, yaitu Sa‘i>d
bin Musayyab setelah itu adalah Syaikh Ma>lik, kemudian Ma>lik. Dan ddikatakan
juga bahwa ulama madinah setelah zaman Rasulullah saw., sahabatnya, Zai>d bin
S|a>bit, dan ‘Aisyah, kemudian Ibnu Umar, kemudian Sa‘i>d bin al-Musayyab,
4. Na>fi‘
102
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam
Al-Nubala>‘, Juz VIII, h. 48.
103
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz VIII, h. 49.
104
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam
Al-Nubala>‘, Juz VIII, h. 50.
105
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz VIII , h. 52. Lihat Juga, Abd al-Rahma>n bin Abi> Bakr, Jala>luddi>n al-Suyu>ti>, Tabaqa>t al-
H{uffa>z}, Juz I (Beirut: Da>r al-Kutu>b al-‘Ilmiyah, 1403 H), h. 96.
Nama lengkap Na>fi‘ adalah Na>fi Abu> Abdullah al-Madani> ia anak dari
Abdulla>h bin Umar bin al-Khatta>b al-Quraisy. Ia merupakan al-wasat} min al-
Ta>bi‘i>n. ia wafat pada tahun 117 H. Ia merupakan seorang imam, mufti>, seseorang
yang dapat dijadikan hujjah, dan ia juga seorang ulama madinah.106
Sa‘i>d al-Khudri>y, Ummu Salamah, Abi> Luba>bah bin Abd al-Munziri, dan lain-lain.107
Umar, Zaid bin Wa>qidin, Ibn Juraij, Yu>nus bin ‘Ubaidin, Isma>il bin Umayyah,
s\iqah, menurut Ibnu Khara>sy ia itu s\iqah nabi>l, dan an-Nasa>‘I berkata ia s\iqah, dan
dalam kitab taqri>b al-Tahzi>b bahwasanya Na>fi‘ Abu Abdullah al-Madani> itu s\iqah
s\a>bit.109
5. Abdullah bin Umar
Nama lengkap Umar ialah Abdullah bin Umar bin Khat}a>b al-Quraisy al-
Adawi>. Lahir di makkah dan wafat pada tahun 73 atau 74 H. Ia adalah seorang
106
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz V, h. 95.
107
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz V, h. 95.
108
Sya>m al-Di>n Abu> Abdulla>h Muh}ammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Z|ahabi>, Siya>r A‘lam Al-
Nubala>‘, Juz V, h. 95.
109
Abu> al-Fad}il Ah}mad bin Ali> bin Muhammad bin Ahmad bin H{ajar al-Asqala>ni>, Taqri>b al-
Tah}z}i>b, (Suriah: Da>r al-Rasyi>d,1406 H/ 1986 M), h. 559.
Adapun guru ia adalah Nabi Muhammad saw., , Bila>l muadzin Rasulullah
saw, Zai>d bin S|a>bit, Sa‘id bin Abi> Waqa>s, Abdullah bin Mas‘u>d, Us\ma>n bin Affa>n,
Adapun murid ia adalah Adam bin Ali>yyi>n, Isma>il bin Abdurrahma>n bin Abi
Z{uai>b, Umayya>h bin Abdillah, S|a>bit bin Ubai>din, S|a>bit bin Muh}ammad, Sulaima>n
bin Abi> Yahya, Sulaima>n bin Yasa>r, Abdullah bin Dina>r, Abu Syiha>b al-Zuhri>, dll.
B. Kritik Matan
penelitian matan hadis dapat dikelompokkan dalam tiga bagian penelitian matan
yaitu dengan melihat kualitas sanadnya, meneliti susunan lafal berbagai matan yang
1. Kualitas Sanad
kajian, maka ditemukan bahwa sanad tersebut dinilai s}ahi>h karena semua perawinya
dinilai s\iqah oleh ulama seperti Ibnu H}ati>m dan Ibnu H}ibba>n. Dengan demikian
110
M. Syuhudi Ismail, “Metodologi Penelitian Hadis Nabi”, (cet.1; Jakarta: Bulan
Bintang,1992) h. 121-122
Penelitian matan hadis dilakukan untuk melacak apakah terjadi riwa>yat bi al-
tambahan
ﻧـَ َﻬﻰ
،ُﺧﺘِ َﻬﺎ ِ ِ
ْ َوأَ ْن ﺗَ ْﺸ َِﱰ َط اﳌَْﺮأَةُ ﻃَﻼَ َق أ،اﰊ
َﻋَﺮِ ﱢ
ْ ﺎع اﳌ َﻬﺎﺟ ُﺮ ﻟ ْﻸ
َ َ َوأَ ْن ﻳـَْﺒﺘ،َﻋ ِﻦ اﻟﺘﱠـﻠَﻘﱢﻲ
ﱠﺼ ِﺮﻳَِﺔﺘ اﻟ ِ
ﻦ ﻋو ،ﺶِ ﱠﺠ ﻨ اﻟ ِ
ﻦ ﻋ ﻰﻬ ـ
َ ﻧو ،ﻴﻪ ِ وأَ ْن ﻳﺴﺘَﺎم اﻟﱠﺮﺟﻞ ﻋﻠَﻰ ﺳُﻮِم أ
ِ َﺧ
ْ ََ ْ َ َ َ َْ َ ُ ُ َ ْ َ َ
Dalam Muslim 1 riwayat:
terdapat beberapa riwayat yang agak panjang seperti riwayat Bukhari dan beberapa
riwayat Ah}mad bin H}anbal dan ada juga riwayat lain yang lebih pendek seperti
riwayat lain dalam Bukhari> dan beberapa riwayat Ah}mad bin H}anbal dan riwayat
Muslim, Ibnu Ma>jah dan Nasa‘I. Dalam matan hadis ini ada beberapa yang hanya
melarang jual beli Najasy akan tetapi dalam beberapa riwayat lain menambahkan
macam-macam jual beli yang dilarang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hadis ini
3. Kandungan Hadis
Hadis yang diteliti ini melarang melakukan jual beli najasy bagi pelaku bisnis
atau yang dikenal sebagai penjual (produsen). Pelarangan ini dikarenakan cara jual
beli ini dilakukan agar memperoleh keuntungan lebih dan merugikan pembeli
(konsumen). Hal ini sejalan dengan dengan firman Allah QS. al-Fatir : 29 :
Terjemahnya:
Ayat ini jelas sangat dianjurkan dalam perdagangan harus berbuat jujur dan
tidak merugikan salah satu pihak. Dan terdapat pula dalam hadis lain yang melarang
111
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 438.
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah telah menceritakan
kepada kami Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma berkata;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari menambahkan harga barang
dagangan yang menganudng unsur penipuan terhadap orang lain.
Dengan demikian hadis tersebut tidak bertentangan dengan al-Quran dan
hadis. Dan hadis ini juga tidak bertentangan dengan akal karena sangat jelaslah tidak
ada seorang pun yang rela unruk dirugikan dalam jual beli. Sehingga perbuatan jual
akan dijual pada orang lain, sebagaimana yang dijelaskan pada hadis riwayat Ibnu
Ma<jah. Bahkan haram hukumnya menjual barang cacat tanpa menjelaskan pada
pembeli.
Realitas historis atau yang dikenal dengan asbab al-wurud hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Berdasarkan riwayat dari Abdullah Ibnu Umar bahwa
mengeluarkannya sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
penjualnya. Maka Rasulullah bersabda kepada penjual tersebut, tidak ada tipu
menipu dikalangan orang muslim. Barang siapa yang menipu, maka bukan dari
golonganku.
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
ُ ﺎل َﻣﱠﺮ َر ُﺳ ِ ِﺣ ﱠﺪﺛـَﻨﺎ ﺧﻠَﻒ ﺑﻦ اﻟْﻮﻟ
َ َﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ َﻣ ْﻌ َﺸ ٍﺮ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ ﻗ َ ُْ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
ِ
ٌﺻﺎﺣﺒُﻪُ ﻓَﺄ َْد َﺧ َﻞ ﻳَ َﺪﻩُ ﻓﻴﻪ ﻓَﺈذَا ﻃَ َﻌ ٌﺎم َرديء َ ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﻄَ َﻌﺎم َوﻗَ ْﺪ َﺣ ﱠﺴﻨَﻪَ
ِ
ﺲ ﻣﻨﱠﺎ ٍ ِ ٍ ِ ِ َ ﻓَـ َﻘ
َ ﺎل ﺑ ْﻊ َﻫ َﺬا َﻋﻠَﻰ ﺣ َﺪة َوَﻫ َﺬا َﻋﻠَﻰ ﺣ َﺪة ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻏَﺸﱠﻨَﺎ ﻓَـﻠَْﻴ
Artinya:
Tabligh yaitu menyampaikan sesuatu.112 Hal ini berarti orang yang memiliki
sifat tabligh, akan menyampaikan keadaan barang yang dijualnya dengan benar dan
seorang pebisnis itu bisa dipercaya karena kesalehan dan kejujurannya, akan
dipercaya dan disukai oleh mitra bisnisnyakata-katanya selalu menjadi rujukan dan
Zaman sekarang ini iklan memainkan peranan yang sangat penting dalam
112
Majma‘ al-Lugah al-‘Arabi>yah, al-Mu‘jam al-Wasit}, Juz I (Teheran: al-Maktabah al-
‘Ilmiyah, t.th.), 68
Ahmad Fuad Afdal bahwasanya iklan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
Dalam hadits ini terdapat ketentuan hukum untuk jual beli barang cacat. Jika
sudah tercapai kesepakatan jual beli dan pembeli mengetahui bahwa ada cacat maka
pembeli akan tetap melakukan jual beli tanpa membayar harga apapun, karena pada
dasarnya ia bersedia. Namun, jika dia menemukan cacat setelah kontrak, cacat
Menurut Syafi'i, jika ada yang membeli barang dan kemudian menjualnya
setelah mengetahui rusak, maka khiyar tersebut akan dibatalkan. Abu Yusuf
113
A. Darussalam, Etika Bisnis dalam Perspektif Hadis, 215.
mengembalikan barang dengan meminta ganti rugi yang sesuai. Di saat yang sama,
Abu Hanifah berpendapat bahwa itu cukup untuk mengganti barang yang cacat
saja.114
tersebut tidak mempengaruhi hukum dasar jual beli, tetapi hanya mempengaruhi
keabsahan kepemilikan barang tersebut. Tidak hanya itu, jika ternyata produk
tersebut mengandung cacat, maka upaya agar konsumen tidak dirugikan oleh pelaku
Praktek ini juga merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam jual beli.
Penimbunan dalam bahasa Arab disebut dengan ikhtikar yang merupakan asal kata
dari ﺣﻜﺮا- ﳛﻜﺮ- ﺣﻜﺮyang artinya menimbun, memborong, dam kata اﺣﺘﻜﺮartinya
114
Indriyati, “Penerapan Khiyar Pada Jual Beli”, Al-SYIRAH: Jurnal Ilmiah, vol. 2, no. 2
2014, 38.
115
Ahmad Sya’bi, Kamus al-Qalam Indonesia-Arab Arab-Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya,
t.t), 46.
116
Abuddin Nata, Ensiklopedia Islam, cet.ke-8 (Jakarta: PT. Lehtiar Baru Van Hoeve, 2001),
224.
117
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlemgkap, cet. Ke-4
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 285.
Sedangkan menurut istilah “menimbun” ialah membeli barang dalam jumlah
besar dan simpan untuk dijual kepada warga dengan harga tinggi saat dibutuhkan.118
Dan dalam buku Etika Bisnis Dalam Al-Quran oleh Luqman Faroni diterangkan
dilakukan dengan sengaja sampai batas waktu menunggu tingginya harga barang-
dengan monopoli, yakni menahan barang untuk beredar dipasar agar harganya
melambung tinggi.120
Hadis tentang perbuatan curang dalam menimbun barang yang akan dijual
Artinya:
Dari ma’mar bin abu ma’mar salah Bani ‘Ady bin Ka’ab, ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang menimbun barang, kecuali telah
berbuat salah .”
Hadis di atas menunjukkan bahwa pedagang atau pelaku usaha menimbun
harta untuk tujuan menjual harta benda pada saat barang langka dan harganya
118
Rachmat Syafe’I, al-Hadis, Aqidah , Akhlak Sosial dan Hukum ( Bandung: CV Pustaka
setia, 2000), 174.
119
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006),
128.
120
Yusuf Qaradhawi, Peran , Nilai dan Moral dalam Perekonomian, terj. Didin
Hafidhuddin, (Jakarta: Robbani Press, 1997) 87, Lihat juga, Mustafa Kamal Rokan, Hukum
Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 42.
121
Abu> Dawu>d Sulaima>n bin al-Asy‘as\ bin Ish}a>k bin Basyi>r bin Syida>d bin ‘Amru al-Azadi>
al-Sijista>ni>, Sunan Abi> Dawu>d, Juz X (Beirut: al-Maktabah al-As\ariyah, t.t), 313.
melambung tinggi untuk mendapatkan keuntungan berlipat, perilaku ini dianggap
bersalah.
Hal ini sesuai dengan pandangan Muhammad Salam Madkur tentang ihtikar
yang dilarang keras dalam Islam karena memonopoli hal-hal yang sangat dibutuhkan
banyak orang dalam hidupnya, dan karena perilaku ini memberi Masyarakat
aturan jual beli dalam sistem ekonomi Islam berdasarkan Alquran dan Sunnah.123
pada saat masyarakat sedang membutuhkan dengan tujuan agar memperoleh laba
yang sebanyak banyaknya karena menimbun dengan niat seperti hukumnya haram
untuk menimbun barang apapun tanpa terkecuali apalagi saat barang itu dibutuhkan
predikat ﺧﺎﻃﺊartinya orang yang berbuat dosa dan bukanlah perkara ringan karena
Allah juga telah menyebutkan nama Firaun dan Ha>man beserta tentaranya dengan
122
Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam al-Qur’an, 131.
123
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, (Malang: Uin Malang Press, 2008), 6.
124
Rahmat Syafie’i, al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum, 178.
125
Rahmat Syafie’i, al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum, 178.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia menja- di
musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man
beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.126
penimbunan barang pokok dapat dipahami secara tekstual bahwa, tidak menimbun
pokok yang merupakan kebutuhan masyarakat akan mendapatkan dosa dari allah.
sesuatu.127 Dalam kitab Faid} al- Ba>ri‘ bahwasanya An-Najasy menurut bahasa yaitu
seseorang menaikkan harga suatu produk, tetapi dia tidak membutuhkan produk
tersebut dan tidak ingin membelinya. Harapannya saja harga akan naik sehingga
Disebutkan dalam kitab H{as> yiah al-Sanadi> ala> Sunan Ibnu Ma>jah bahwa an-
Najasy adalah teknik Penjual dengan menjelaskan tentang barangnya agar bisa
terjual dengan cepat. Begitu pula sebaliknya, yakni mengatakan harga tinggi agar
126
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2008), 455.
127
Muh}ammad bin Makram bin ‘Ali> Abu al-Fad}il Jama>luddin Ibn Manz}u>r al-Ans}a>ri<, Lisa>n al-
‘Arab, Juz VI (Beiru>t: Da>r S{a>dr, 1414 H), 351.
128
Ibnu Bat}t}a>l Abu> al-Hasan Ali< bin Khalaf bin Abd al-Malik, Syarh S{ah}ih al-Bukha>ri> li< ibn
Bat}t}a>l, Juz VI (Maktabah al-Rasyid; Riyad}, 1423 H), 269.
129
Muh}ammad bin Abd al-Ha>di< Abu> Hasan Nur al-Di>n al-Sanadi<, H{a>syiah al-Sanadi> ala>
Sunan Ibnu Ma>jah, Juz II (Da>r al-Ji>l; Beirut, t.th.) 13. Lihat juga Maman Firmansyah, “Hadis Tentang
Ibnu Abi> ‘Auf berkata An-Najasy sama dengan memakan riba dan merupakan
perbuatan yang batil dan tidak dihalalkan melakukan praktik tersebut.130 Begitu juga
yang dikatakan oleh Ibnu al-‘Arabi> bahwasanya Najasy itu adalah suatu perbuatan
yang keluar dari seseorang yang dilakukan untuk menghasut calon pembeli agar
Dasar pelarangan praktek Najasy ini berdasarkan hadis Rasulullah saw yaitu:
ِ ِ َ ﻋﻦ اﺑ ِﻦ ﻋﻤﺮ أَ ﱠن رﺳ
ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧَـ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ اﻟﻨ
ِ ﱠﺠ
ﺶ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ ََ ُ ْ ْ َ
Artinya:
dari Ibnu Umar berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual beli
dengan cara Najasy (menambah harga untuk menipu pembeli)." (HR. Ibnu Majah)
Pada prinsipnya Rasulullah melarang jual beli an-Najasy. An-Najasy yang
dimaksud dalam hadis ini adalah suatu bentuk praktik jual beli yang dilakukan oleh
seorang penjual dengan cara menugaskan seseorang untuk menawar barang milik
pelaku usaha dengan harga yang lebih tinggi dari yang harga biasanya. Sementara
orang tersebut tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk membelinya. Kegiatan itu
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Ini merupakan salah satu bentuk
penipuan, dan oleh karenanya jual beli ini termasuk praktik jual beli terlarang.132
Praktik-Praktik yang Terlarang Dalam Jual beli” , Repository UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi S1,
2011, 47.
130
Ibnu Bat}t}a>l Abu> al-Hasan Ali< bin Khalaf bin Abd al-Malik, Syarh S{ah}ih al-Bukha>ri> li< ibn
Bat}t}a>l, Juz VI, 269.
131
Muh}ammad bin Makram bin ‘Ali> Abu al-Fad}il Jama>luddin Ibn Manz}u>r al-Ans}a>ri<, Lisa>n al-
‘Arab, Juz VI, 351.
132
Deby Melani et. al, “Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Jual Beli Najasy pada
Marketplace Lazada, SPESIA: Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, vol. 6, no. 2 Tahun 2020. 246.
Sejalan dengan beberapa pengertian ulama tentang Najasy, Al-Hafiz Ibnu
H{a>jar al-‘Asqala>ni> mengatakan dalam kitabnya Fath al-Bari>, jual beli najasy adalah
menaikan harga penawaran yang dilakukan oleh orang yang sebenarnya tidak ingin
Dalam ilmu Fiqih, jual beli An-Najasy memiliki banyak cara, diantaranya:134
Pertama, Orang yang tidak ingin membeli produk berpura-pura menawar produk
dengan harga yang lebih tinggi dari harga penawaran sebelumnya, tujuannya adalah
untuk membujuk penawar pertama untuk menaikkan harga penawaran, terlepas dari
apakah kesepakatan telah dicapai antara penjual. dan penawar palsu, tujuan penawar
adalah untuk menarik pembeli, menguntungkan penjual atau hanya untuk hiburan.
Kedua, Mereka yang tidak berniat membeli berpura-pura mengapresiasi barang yang
ditawarkan dan memuji barang tersebut sehingga calon pembeli bisa meningkatkan
penawarannya. Ketiga, Pemilik barang, perwakilan dari pemilik barang atau orang
yang memberitahu calon pembeli bahwa barang yang akan ditawarkan telah ditawar
seseorang dengan harga tertentu tetapi tidak akan dilepas untuk menipu calon
pembeli. Keempat, membuat iklan menggunakan media visual, audio atau cetak,
perbuatan itu menyebabkan kerugian yang amat besar bagi konsumen untuk
133
Al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993),
355.
134
Kholid Syamhudi, “Jual Beli Terlarang”, Blog Kholid Syamhudi.
http://klikuk.com/2013/12/05/ Jual Beli Terlarang 1 html. (diakses 25 Desember 2020).
Jika mencari ayat alquran yang relevan melarang transaksi Najasy secara
jelas tidak akan ditemukan tetapi secara umum al-Quran sebagai sumber rujukan
utama dalam ajaran agama islam, tentunya banyak ayat-ayat al-Quran yang
dengan ajaran islam. Sehingga dalil al-Quran yang sejalan dengan larangan prilaku
najasy yaitu ayat al-Quran yang melarang umat manusia untuk memakan harta
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
untuk tidak memakan harta sesamanya dengan cara yang jahat, kecuali harta yang
diperoleh dengan cara berdagang yang berlaku musyawarah di antara mereka. Dan
dalam ayat di atas, Allah SWT juga melarang bunuh diri, karena Allah Maha
Kata yang perlu digaris bawahi terkait korelasi ayat ini dengan larangan
transaksi Najasy adalah verba bathil sebagai oponen dari transaksi jual beli yang
dilakukan atas dasar kerelaan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.135
135
Alwan Sobari, “Larangan Menjual Barang yang Sudah Dijual”, Tawshiyah, vol. 18 no. 8
Tahun 2017, 7.
Muhammad mengutip dalam karya Al-Maraghi, surah an-Nisa ayat 29 ini
merupakan kaidah umum tentang transaksi terhadap harta yang dilakukan sebagai
pembersihan jiwa dalam mengumpulkan harta. Kebathilal dalam harta benda itu
berarti melakukan transaksi tanpa keridhaan salah satu pihak dalam artian ada salah
satu pihak yang dirugikan. Namun bukan hanya tentang transaksi tapi juga
lawan dari kebenaran yang artinya segala sesuatu yang tidak mengandung apa-apa
didalamnya ketika diteliti atau diperiksa tidak manfaatnya baik di dunia maupun di
akhirat.137
berpandangan ayat ini merupakan pelarangan yang jelas terhadap perilaku memakan
harta dengan jalan yang bathil. Memakan harta sendiri dengan jalan yang bathil
adalah membelanjakan harta pada jalan maksiat. Sedangkan memakan harta orang
lain dengan cara yang bathil ada berbagai cara yaitu, memakan dengan jalan riba,
judi, menipu, dan menganiaya, termasuk juga didalamnya segala jenis jual beli yang
Jika menarik pada pemaknaan Najasy dalam kitab Faid al-Bari> bahwasanya
najasy adalah menghasut hati. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. dalam Q.S
al-Qalam ayat 10-11:
136
Alwan Sobari, “Larangan Menjual Barang yang Sudah Dijual”, Tawshiyah, vol. 18 no. 8
Tahun 2017, 7
137
Taufiq, “Memakan Harta Secara Bathil”, Jurnal Ilmiah Syariah, vol. 17, no. 2 Juli-
Desember 2018, 248.
138
Taufiq, “Memakan Harta Secara Bathil”, Jurnal Ilmiah Syariah, vol. 17, no. 2 Juli-
Desember 2018, 248.
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
Ayat ini menjelaskan kullu bisa dartikan dengan makna semua, tetapi diayat
ini bukan berarti nabi di perintahkan untuk tidak mengikuti semua penyumpah tetapi
kullu yang dimaksud disini adalah anjuran untuk semua orang. Quraish Shihab
menjelaskan bahwa sifat orang yang banyak bersumpah adalah kehinaan. Kemudian
tongkat. Lalu lebih jauh pengertian ini berkembang lagi sehingga dorongan ini
dengan menggunakan lidah atau ucapan. Sehingga dapat dipahami dalam ari
perselisihan.140
Berdasarkan penjelasan ayat diatas walaupun ayat ini bukan ditujukan ubtuk
perilaku najasy tetapi jika ditarik benang merah antara perbuatan hammaz dan
139
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Jilid. Ke-14,
cet. ke-3 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), 384, Lihat juga Ibnu Kasi>r, Tafsir Ibnu Kasir, terj. Bahrun
Abu Bakar, ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), 5.
140
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Jilid. Ke-14,
cet. ke-3, h. 384.
atau larangan. Sehingga orang yang berbuat najasy dengan cara merayu atau seolah-
olah ingin membeli atau pun dengan cara melebih-lebihkan barang penjual agar
pembeli ini semakin tertarik untuk membeli barang tersebut. Perbuatan seperti ini
Tidak dapat disangkal bahwa di zaman sekarang ini, kita telah menemukan banyak
orang yang berhasil dengan cara yang tidak jujur. Namun, kesuksesannya bukanlah
Jika esensi kejujuran bisa diterapkan untuk urusan sekuler, apalagi urusan
kekejaman, keserakahan, dan yang terpenting esensi tipu daya akan hilang.
Salah satu ciri pebisnis yang jujur adalah orang yang menjual tidak memuji
barang dagangannya, dan tidak pula meminta orang lain memuji atau menawarkan
barangnya dengan harga yang lebih tinggi untuk menipu pembeli. Dalam sebuah
Artinya:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya bergabung dengan para nabi, orang-
141
Muh}ammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin al-D{ah}a>k al-Turmuz\i>, Sunan al-Turmuz\i>,
Juz III, 507. Lihat juga, A.Darussalam, Etika Bisnis dalam Perspektif Hadis, 195.
Keberhasilan berdagang atau berbisnis tidak hanya bergantung pada hasil.
Namun, bagaimana memperoleh kebahagiaan Allah SWT melalui upaya sekuler, dan
kiamat, tetap akan melikuidasi semua amal. Inilah sebabnya mengapa nabi memberi
tahu kita melalui hadits ini bahwa dalam transaksi, penjual harus menyatakan
dengan jelas keadaan sebenarnya dari barang yang disediakan. Jangan gunakan orang
lain untuk menaikkan harga barang, sehingga Anda bisa mendapat banyak
keuntungan.
Praktik jual beli an-Najasy yang telah tertera dalam hadis Ibnu Umar ra.
yaitu menawar barang dengan harga lebih tinggi melalui persekongkolan dengan
tujuan untuk membuat harganya naik, bukan dengan maksud untuk membelinya,
melainkan untuk memperdaya orang lain agar membeli dengan harga yang tinggi ini.
Dalam Fath} al-Ba>ri<, Ibn H{ajar berkata para ulama berbeda pendapat tentang
hukum transaksi Najasy. Ibn Munzi>r menukilkan dari sekelompok ahli hadis bahwa
jual beli Najasy itu batal. Ini merupakan pendapat Ahli Zahir dan salah satu riwayat
dari Malik. Hukum jual beli itu batal apabila telah ada persetujuan dari pemilik atau
telah direkayasa.143
142
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, terj. Mujahidin Muhayan, Jilid 5 (Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2010), 94.
143
Al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 355.
Sedangkan pendapat yang terkenal diantara ulama mazhab Maliki terhadap
jual beli ini adalah tetapnya Khiar144. Ini juga merupakan salah satu pendapat yang
dimiliki oleh oleh para ulama mazhab Syafi‘i berdasarkan qiyas kepada tashriyah
pendapat yang paling benar menurut mereka adalah bahwa jual beli ini sah disertai
Inilah beberapa bentuk dari kecurangan yang sering terjadi dalam pratek jual
beli yang ada pada masyarakat. Sehingga menyebabkan ada pihak yang dirugikan
yang haknya telah diambil oleh pihak tertentu. Makanya prilaku curang apa pun
bentuknya harus dihindari karena telah ada ketentuannya sebagai seorang muslim
untuk berpedoman tidak hanya pada al-Quran tetapi juga harus memperhatikan hadis
144
Khiar adalah memilih yang paling baik diantara dua perkara, yaitu melanjutkan jual beli
atau membatalkannya.
C. Penutup
a. Kesimpulan
dirugikan dengan tidak mendapatkan haknya. Dalam bahasa arab, curang disebut
dengan al-ghisy yang berarti curang atau menipu. Sedangkan secara istilah al-ghisy
adalah segala bentuk penipuan atau kecurangan dalam akad jual beli, sewa menyewa,
Bentuk kecurangan yang sering terjadi dalam jual beli ada begitu banyak
tetapi yang sering dilakukan ialah a) menjual barang yang cacat dengan
b)kecurangan dengan melakukan monopoli barang (menimbun) ini juga sering kali
ddilakukan dengan menimbun barang pokokd bertujuan ketika barang pokok itu
langka sehingga penjual bisa menjualnya dengan harga tinggi, c) Kecurangan dengan
melakukan Praktek Najazy yaitu praktek ini bertujuan untuk menghasut calon
pembeli dengan menyuruh seseorang seakan akan ingin membeli dengan harga tinggi
dan alasan semacamnya agar calon pembeli ini terhasut untuk membeli diatas harga
‘Abd al-Gafu>r bin ‘Abd bin ‘Abd al-H}aq al-Balu>syi>, ‘Ilm Takhri>j Wudu>rih fi> H}ifs} al-
Sunnah al-Nabawiyyah, Madinah: Majma’ al-Ma>lik, t.th.
‘Umar Ibn Rid}a> Kah}}a>lah al-Na>syir, “Mu’jam al-Mu’allifin” Bei>ru>t: Dar Ihya>’i al-
Tara>s\i al-‘Arabi> Bei>ru>t, t.th.
A.J. Weinsinck, Al-Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-H}adi>s\ al-Nabawi>y, ( Laiden:
Baril, 1965 M.
Abd al-Rahma>n bin Abi> Bakr, Jala>luddi>n al-Suyu>ti>, Tabaqa>t al-H{uffa>z}, Beirut: Da>r
al-Kutu>b al-‘Ilmiyah, 1403 H.
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008.
Abdulla>h bin Yu>suf al-Ju>di>’,Tah}ri> Ulu>m al-H}adi>s\, Cet; I, Beiru>t: Muassasah al-
Riya>d}, 2003.
Abdullah Ibn Muh}ammad Abu> Muh}ammad al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi, Beirut: Da>r
al-Kutub al-‘Arabi>, 1407.
Abu al-‘Abbas Ah}mad bin Muh}ammad bin Abi> Bakar bin Khalka>n, Wafaya>t al-
A‘ya>n wa Anba>’ Abna>’ al-Zama>n, Juz I(Beirut: Da>r Sa>dir, 1900M), h. 63.
Abū al-Faḍl Aḥmad ibn ‘Aliy ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Ḥajar al-‘Asqalāniy,
Tahżīb al-Tahżīb, India: Dā’irah al-Ma‘ārif al-Niẓāmiyah, 1326 H.
Abu Muh}ammad Mah}mu>d Ibn Ah}mad Ibn Mu>sa Ibn Ah}mad Ibn H}usain, “Maga>ni al-
Akhya>r” (t.d.)
Abū Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn Idrīs ibn al-Munżir al-Tamīmiy al-Ḥanẓaliy
al-Rāziy ibn Abī Ḥātim, al-Jarh wa al-Ta‘dīl, Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāṡ al-
‘Arabiy, 1952.
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir diterjemahkan S. Agil Husin
Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits, Semarang:
Dina Utama.
Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad Ah}mad bin H{anbal, Beirut: ‘A>lim al-Kitab, 1419 H/1998 M.
Abu> ‘Abdillah Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri>, al-Tari>kh al-Kabi>r, Beirut: Da>r al-
Fikr, t.th.
Abu> ‘Abdullah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asadi al-Syai>ba>ni>,
Musnad Ah}mad bin H{anbal. t.t.: Muassasah al-Risalah, 1421 H.
Abu> al-Fad}il Ah}mad bin Ali> bin Muhammad bin Ahmad bin H{ajar al-Asqala>ni>,
Taqri>b al-Tah}z}i>b, Suriah: Da>r al-Rasyi>d,1406 H/ 1986 M.
Abu> Bakr Ah}ma>d bin Ali> bin S|abit bin Ah}madbin Mahdi> al-Khati>b al-Bagda>di>,
Ta>ri>kh Bagda>di> wa Z|uyulih, Beiru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Ilmiyah, 1417 H.
Abu> Da>wud Sulaima>n bin al-Asyas\ bin Ish}a>k bin Basyir bin Syida>d bin ‘Amru al-
Azadi> al-Sijista>ni>, Sunan Abi> Da>wud, Beirut: al-Maktabah al-As\ariyah, t.th.
Abu> Dawu>d Sulaima>n bin al-Asy‘as\ bin Ish}a>k bin Basyi>r bin Syida>d bin ‘Amru al-
Azadi> al-Sijista>ni>, Sunan Abi> Dawu>d, Beirut: al-Maktabah al-As\ariyah, t.t.
Abu> Ha>tim Muhammad bin Hibba>n bin Ah}mad al-Tami>mi>, Masya>hi>r ‘Ulama>’ al-
Amsa>r, Beirut: Da>r al-kutu>b al-Ilmiyah, 1959 M.
Abu> Muh}ammad Mahmud bin Ah}mad bin Mu>sa bin Ahmad bin Husain al-Gi>ta>bi> al-
Hanafi>, Maga>ni al-Akhya>r fi Syarh Asmi Rija>l Ma‘a>ni al-As\a>r, [t.d.]
Abu> Muhammad ‘Abd al-Rahma>n bin Abi Ha>tim al-Ra>zi>, al-Jarh wa al-Ta’di>l,
Beirut: Da>r Ihya> al-Tura>s al-Arabi>, 1271 H/1952 M.
Abuddin Nata, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Lehtiar Baru Van Hoeve, 2001.
Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariya> al-Qazwaini>, Mu’jam Maqa>yis al-Lugah, Da>r al-Fikr,
1979 M.
Ahmad Sya’bi, Kamus al-Qalam Indonesia-Arab Arab-Indonesia, Surabaya: Halim
Jaya, t.th),
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlemgkap,
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993.
Alā’ al-Dīn Muglaṭāy ibn Qalīj ibn ‘Abd Allāh ibn al-Bakjariy al-Miṣriy al-Ḥakariy
al-Ḥanafiy, Ikmāl Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Ed. Muḥammad
‘Uṡmān, Beirut: Dāral-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2011.
Ali Sami al-Nasyar, ‘Aqaid al-Salaf, Iskandariyah: Maktab al-Itsar al-Salafiyah,
1971.
Alwan Sobari, “Larangan Menjual Barang yang Sudah Dijual”, Tawshiyah, vol. 18
no. 8 Tahun 2017.
Bakr bin Abdulla>h Abu> Zai>d bin Muh}ammad bin Abdulla>h bin Bakr bin Us\ma>n bin
Yah}ya, T|abaqa>t al-Nisa>bain, Riya>d}: Da>r al-Rasyad, 1407 H/ 1987 M.
Deby Melani et. al, “Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Jual Beli Najasy pada
Marketplace Lazada, SPESIA: Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, vol. 6,
no. 2 Tahun 2020.
Ensiklopedi Hadis, Kitab 9 Imam, Lidwa Pustaka; Lembaga Ilmu Dakwah dan
Publikasi Sarana Keagamaan. CD. Digital.
H}amzah ‘Abdulla>h al-Mali>ba>ri> dan S}ult}an> al-Aka>ilah, Kaifa Nadrus ‘Ilm Takhri>j al-
H}adi>s\, Cet; I, Yaman: S}ult}a>n al-Aka>ilah, 1998.
Ibn Ma>jah Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad bin Yazi>d al-Qazwaini>, Sunan Ibnu Ma>jah,
Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.
Ibnu Bat}t}a>l Abu> al-Hasan Ali< bin Khalaf bin Abd al-Malik, Syarh S{ah}ih al-Bukha>ri>
li< ibn Bat}t}a>l, Maktabah al-Rasyid; Riyad}, 1423 H.
Ibnu Kasi>r, Tafsir Ibnu Kasir, terj. Bahrun Abu Bakar, ( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000.
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, Malang: Uin Malang Press, 2008.
Inayah Rahmaniyah, Studi Kitab Hadis, Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal,
Yogyakarta: Teras, 2003.
Indriyati, “Penerapan Khiyar Pada Jual Beli”, Al-SYIRAH: Jurnal Ilmiah, vol. 2, no.
2 2014.
Jamaluddi>n Abi al-H}ajja>j Yusuf al-Mizzi>, “Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>i al-Rija>l” ,
Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1406 H/1985 M.
KBBI
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta : PT. Karya Azzahra
Mandiri, 2014.
Kholid Syamhudi, “Jual Beli Terlarang”, Blog Kholid Syamhudi.
http://klikuk.com/2013/12/05/ Jual Beli Terlarang 1 html. (diakses 25
Desember 2020).
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006.
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Cet. I, Jakarta: Bulan
Bintang, 1992 M.
Ma>lik bin Anas Ibn Ma>lik bin ‘A<mir, Muwat}t}a Ma>lik, (t.d.),
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, Cet; III , Beiru>t: Da>r al-
Qur’a>n al-Kari>m, 1981 M.
Maji>d al-Di>n Muh}ammad bin Ya’qu>b al-Fairu>z, al-Qamu>s al-Muh}i>t}, Cet. II; Beiru>t:
Muasasah al-Risa>lah,t.th.
Majma‘ al-Lugah al-‘Arabi>yah, al-Mu‘jam al-Wasit}, Teheran: al-Maktabah al-
‘Ilmiyah, t.th.
Maman Firmansyah, “Hadis Tentang Praktik-Praktik yang Terlarang Dalam Jual
beli” , Repository UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi S1, 2011, 47.
Muh}ammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin al-D{ah}ak> al-Turmuz\i>, Sunan
Turmudzi, Mesir: Syirkah Maktabah wa Mutabbiah Must}afa al-Ba>b al-
H{alabi>, 1395 H/1975 M.
Muh}ammad bin Abd al-Ha>di< Abu> Hasan Nur al-Di>n al-Sanadi<, H{as> yiah al-Sanadi> ala>
Sunan Ibnu Ma>jah, Da>r al-Ji>l; Beirut, t.th.
Muh}ammad bin Makram bin ‘Ali> Abu al-Fad}il Jama>luddin Ibn Manz}u>r al-Ans}a>ri<,
Lisa>n al-‘Arab, Beiru>t: Da>r S{a>dr, 1414 H.
Muh}ammad bin Ulwy al-Maliki al-Hasany, al-Minh{aj al-Lati>f Us}ul al-H{adi>s\ al-
Syari>f, Jeddah: Mata>bi‘u Sahr, 1982.
Muḥammad ibn Ḥibbān ibn Aḥmad ibn Ḥibbān ibn Mu‘āż ibn Ma‘bad al-Tamīmiy
Abū Ḥātim al-Dārimiy al-Bustiy, al-Ṡiqāt, Ed. Muḥammad ‘Abd al-Mu‘īd
Khān , Heydarabad: Dā’irah al-Ma‘ārif al-‘Uṡmāniyah, 1973.
Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{asan al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ry, S|ah}ih} Muslim, Beirut:
Da>r Ih}ya‘ al-Tura>s\ al-‘arabi>, t.th.
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Jakarta:
Lentera Hati, 2005.
Rachmat Syafe’I, al-Hadis, Aqidah , Akhlak Sosial dan Hukum, Bandung: CV
Pustaka setia, 2000.
Sa’id bin ‘Abdilla>h ’Ali> H}umaidi>, Turuq Takhri>j al-H}adi>s, Da>r ‘Ulu> al-Sunnah,t.th.
Safuan, Ismartaya, Budiandru, Fraud dalam Perspektif Islam,Owner Riset & Jurnal
Akuntansi 5, no. 1 (2021), h. 219-220.
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, terj. Mujahidin Muhayan, Jilid 5 (Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2010.
Subhi al-Salih, Ulu>m al-H{adi>s\ wa Musthalahuhu, Beirut: Da>r Ilmi wa al-Ma‘ayin,
1988.
Syams al-Di>n Muhamad bin Ahmad bin ‘Usma>n al-Z|ahabi>, Siyar A‘la>m al-Nubala>’,
Cet.IX; Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1413 H/1993 M.
Tasmin Tangareng, Metode Takhrij Dalam Penelitian Sanad Hadis, makalah
disajiakan pada forum kajian Islam Program Pascasarjana IAIN Alauddin
Ujung pandang, tanggal 31 mei 1999.
Taufiq, “Memakan Harta Secara Bathil”, Jurnal Ilmiah Syariah, vol. 17, no. 2 Juli-
Desember 2018.
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.
Yusuf Qaradhawi, Peran , Nilai dan Moral dalam Perekonomian, terj. Didin
Hafidhuddin, Jakarta: Robbani Press, 1997.
Yūsuf ibn ‘Abd al-Raḥmān ibn Yūsuf Abū al-Ḥajjāj Jamāl al-Dīn ibn al-Zakiy Abī
Muḥammad al-Qaḍā‘iy al-Kalbiy al-Mazziy, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā’ al-
Rijāl, Ed. Basysyār ‘Awād Ma‘rūf, Beirut: Mu’assasah al- Risālah, 1980.
Ziaul Haque, Ahmad ibn Hanbal: The Saint Scholar of Baghdad, terj. Nurul
Agustina, Jurnal Studi-studi Islam al-Hikmah, Bandung:Yayasan Muthahari,
1992.