Anda di halaman 1dari 52

Nama : Rut Irine Vebiola Roring

NIM : 181440019
Kelas : INS 1

TUGAS TEKNIK PENGUKURAN INDUSTRI MIGAS 1


Soal dan Jawaban :
1. Apa yang dimaksud dengan sensor ? beri contoh sensor pressure, temperature, flow dan
level beserta dengan cara kerjanya !
Jawaban :
 Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis,
magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering
digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian.
 Contoh Sensor Pressure, Temperature, Level dan Flow
a. Sensor Pressure
1) Bourdon Tube
Bourdon tube adalah tabung dengan ujung tertutup yang
apabila diberikan pressure, bentuknya akan meregang
sesuai besarnya pressure yang diberikan, serta dapat
kembali ke bentuk semula. Terdapat beberapa bentuk
bourdon tube, yaitu:
Bourdon C : Bourdon tube dengan bentuk menyerupai
huruf “C”.
Bourdon Spiral : Bourdon tube dengan bentuk spiral.
Bourdon Helix : Bourdon tube dengan bentuk helical.
Cara Kerja Bourdon Tube :
1. Bourdon Tube ini terbuat dari Pipa pendek lengkung yang mana salah satu ujungnya tertutup.
Saat bourdon tube diberikan tekanan, maka ia akan “menegang”.
2. Perubahan yang dihasilkannya akan sebanding dengan besarnya tekanan yang diberikan. Hal
ini dapat dilihat dari indikator dial yang tertera pada alat Bourdon Tube.
3. Perubahan tekanan yang dideteksi oleh Bourdon tube akan menyebabkan pipa bergerak
4. Kemudian gerakan pipa tersebut ditransmisikan untuk menggerakkan jarum meter
2) Bellows
Bellows adalah elemen pengukur tekanan yang
mampu ber-defleksi (mengembang). Bellows
akurat untuk digunakan mengukur tekanan gage
(Pgage) dengan range antara absolute zero sampai
350 kPa. Terdiri atas sebuah tubing metal yang bisa
mengembang searah mengikuti panjangnya.
Bellows dengan diameter yang lebar bisa membaca
low pressure lebih baik daripada bourdon tube.
Digunakan untuk mengukur tekanan yang mempunyai daerah ukur kecil dan menghasilkan
penyimpangan yang besar dengan akurasi +/- 0,1 %.
Cara Kerja Bellows :
Elemen bellows merupakan elemen elastis yang fleksibel pada arah aksial. Biasanya dibuat
dari bahan kuningan, fosfor-perunggu, beriliun-tembaga, monel, stainless steel, inconel, dan
bahan metal lainnya. Dengan elemen ini dapat diperoleh hubungan yang linear antara tekanan
dan simpangan (perubahan volume).
Apabila tekanan masuk ke bellow maka bellow akan mengembang. Gerakan pengembangan
bellow ini diteruskan ke pointer dan skala melalui system linkage.

3) Diapraghm ( Diafragma )
Diafragma adalah piringan fleksible
(flexible disc) yang bisa berbentuk tipis (flat
diaphragm) atau memiliki lipatan konsentris
(corrugated diaphragm). Banyak digunakan
untuk mengukur tekanan rendah sampai
dengan 300 psi. dasar pemilihannya
tergantung pada besarnya simpangan yang
diinginkan, range tekanan yg diperlukan dan
nonlinearity yg ditolerir.
Capsule Diafragma
Capsule tersusun atas dua buah diafragma
yang dilas bersama-sama di sekitar
lingkarannya. Sensitivitas capsule
meningkat proporsional dengan
diameternya, yang pada umumnya
berdiameter secara konvensional bervariasi
antara 25 sampai 150 mm.

b. Sensor Temperature
1.) Termokopel
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan
dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan
listrik dan Elektronika yang berkaitan
dengan Suhu (Temperature). Beberapa
kelebihan Termokopel yang membuatnya
menjadi populer adalah responnya yang
cepat terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar
diantara -200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas,
Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Cara Kerja Termokopel :

Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang
sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah
“NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian
diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan
suhu diantara dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan Listrik yang
ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan
tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.

2.) RTD ( Resistance Temperature Detector)


Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD
terbuat dari kawat yang tahan korosi, yang dililitkan
pada bahan keramik atau kaca, yang kemudian ditutup
dengan selubung probe sebagai pelindung. Selubung
probe ini biasanya terbuat dari logam inconel (logam
dari paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih
sebagai selubung dari RTD karena tahan korosi dan
Ketika ditempatkan dalam medium cair atau gas,
selubung inconel cepat dalam mencapai suhu medium
tersebut. Antara kawat RTD dan selubung juga terdapat
keramik (porselen isolator) sebagai pencegah hubung
pendek antara kawat platina dan selubung pelindung. Sedangkan jenis logam untuk
kawat dari RTD umumnya adalah platina. Kawat RTD biasanya juga terbuat dari
tembaga dan nikel. Namun platina adalah bahan yang paling umum digunakan, karena
memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas.
Cara Kerja RTD :
Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat.
Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus
dengan resistansinya. elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam
ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω (RTD
PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus menunjukkan nilai resistansi
100 Ω.
Dalam prakteknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD (elemen resistor) yang
terletak pada tempat atau daerah yang mana suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD
kemudian akan diukur oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan
dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik resistansi yang
diketahui dari RTD.
3.) Bimetallic Termometer
Thermometer jenis ini berprinsip pada perbedaan
muai dari dua logam yang berlainan jenis yang
dijadikan satu misal Invar dan Copper yang
dibentuk menjadi satu seperti gambar dibawah
ini pada ujung yang bebas tersebut jika ada
perubahan suhu akan melakukan defleksi
(simpangan). Besarnya defleksi ini proporsi
dengan perubahan temperature. Untuk
mendapatkan pembacaan yang sebaik baiknya
dan sensitive yang tinggi maka bimetal tersebut dibuat dalam beberapa bentuk /
type yaitu berupa, Spiral, Single Helix dan Multiple Helix seperti gambar dibawah
ini
Cara Kerja Bimetallic Termometer :
Apabila elemen bimetal ini mengalami
perubahan temperature maka bimetal akan
mengembang atau menyusut. Pengembangan
dan penyusutan ini mendekati linier terhadap
perubahan temperature dan ini tergantung dari
koeffisien muai dari logam yang digunakan.
Gerakan dari pengembangan dan penyusutan
diteruskan oleh batang penghubung dan akan
menggerakkan jarum penunjuk sehingga
perubahan temperature dapat diketahui pada penunjukkan skala. Bimetallic thermometer ini
biasanya digunakan untuk industri industri dan laboratorium. Range pengukuran untuk low
temperature berkisar - 30 0 C s/d 200 0 C, untuk high temperature sampai 500 0
C. Macam
macam logam yang sering digunakan sebagai elemen bimetal ini adalah chromium, nikel, iron,
kadang kadang juga dipakai campuran beberapa logam, misalnya metal Invar (alloy nikel, iron
dan Na) mempunyai koeffisien muai 10 -5 per 0
C dan metal alloy Ni, Fe, chrom yang
mempunyai koeffisien yang lebih pendek 10 - 6 per 0 C.
c. Sensor Level
1.) Sight Glass
Sight Glass merupakan salah satu metode
pengukuran level fluida yang paling
konvensional dan biasa disebut dengan
gauge glass.
Sight Glass merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk melihat tingkatan
cairan/gas yang berada didalam system, atau
untuk melihat apa yang sedang terjadi dalam
system.
Cara Kerja Sight Glass :
Sight Glass digunakan untuk pengukuran level fluida di dalam tangki secara kontinyu, Ketika
Level fluida di dalam tangki bergerak naik maka level cairan di dalam sight glass juga akan
naik dan begitu juga sebaliknya.

2.) Floater ( Float Level Measurement )


Cara Kerja Floater :

Pergerakan Float di dalam tangki akan ditransmisikan


ke counter weight di dalam sight glass melalui kabel
seling dan pulley. Prinsip Float hampir sama seperti
halnya sight glass di atas, hanya saja logikanya yang
terbalik. Ketika level fluida di dalam tangki bergerak
naik maka level cairan yang berada di sight glass akan
turun.
3.) Displacer

Displacer merupakan metode pengukuran level


fluida yang paling popular sejak beberapa tahun
yang lalu. Prinsip pengukuran metode Displacer
ini menggunakan Prinsip Archimedes dengan
mendeteksi berat batang displacer yang direndam
dalam fluida tersebut.

Cara Kerja Displacer :


Ketika level fluida semakin tinggi maka batang displacer akan mengalami gaya apung yang
lebih besar sehingga ketika berat batang displacer semakin ringan maka controller akan
membaca bahwa level fluida semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya.

d. Sensor Flow
1.) Orifice
Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran volum atau massa
fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa) berdasarkan prinsip beda tekanan dengan
mengubah kecepatan aliran fluida. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang yang diapit diantara
flens pipa.
Cara Kerja Orifice :
Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran dengan prinsip beda tekanan atau disebut
juga Bernoulli’s principle yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tekanan fluida
dan kecepatan fuida. Jika kecepatan meningkat, tekanan akan menurun begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya di tengah).
Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice akan dipaksa untuk melewati
lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan. Titik
dimana terjadi kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah
melewati vena contracta kecepatan dan tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan
mengetahui perbedaan tekanan pada pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran
volume dan laju aliran massa dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.

2.) Positive Displacement Meter ( PD Meter )

PD meter merupakan jenis flow meter yang mengukur volume atau flow rate gerakan fluida
dengan membagi suatu ruangan media yang tetap dengan volume yang terukur. Positif
perpindahan (PD) flowmeters membuat pengukuran aliran volumetrik mengambil kenaikan
terbatas atau volume dari fluida. Sebuah analogi dasar akan memegang ember di bawah keran,
mengisi ke tingkat yang ditetapkan, lalu cepat-cepat menggantinya dengan yang lain dan waktu
ember tingkat di mana ember diisi (atau jumlah ember untuk aliran "ditotal") . Dengan tekanan
yang tepat dan kompensasi suhu, laju aliran massa dapat ditentukan secara akurat.
Cara Kerja PD Meter :
Postive Displacement Flowmeters (PD meters), bekerja berdasarkan pengukuran volume
dari fluida yang sedang mengalir dengan menghitung
secara berulang aliran fluida yang dipisahkan kedalam suatu volume yang diketahui
(chamber), selanjutnya dikeluarkan sebagai volume tetap yang diketahui.
Bentuk dasar dari PD meter adalah suatu chamber yang berfungsi
memisahkan atau menghalangi aliran fluida. Di dalam chamber tersebut
terdapat sebuah alat mekanik yaitu rotating/reciprocating unit yang
ditempatkan untuk menciptakan paket volume tetap dari fluida yang sedang
mengalir. Oleh karena itu, volume dari fluida yang melewati chamber dapat diketahui
dengan menghitung jumlah discreate parcels yang lewat atau setara dengan
jumlah putaran dari rotating/reciprocating. Dengan demikian volume flow rate dapat
dihitung dari laju perputaran alat rotating/reciprocating.

2. Apa yang dimaksud dengan transmitter? Bagaimana cara kerja transmitter pneumatik,
transmitter elektronik, dan transmitter fieldbus?

Jawaban :
 Transmitter adalah suatu alat kelanjutan dari sensor, dimana merupakan salah satu
elemen dari sistem pengendalian proses. Untuk mengukur besaran dari suatu proses
digunakan alat ukur yang disebut sebagai sensor (bagian yang berhubungan langsung
dengan medium yang diukur), dimana transmitter kemudian mengubah sinyal yang
diterima dari sensor menjadi sinyal standart. Berdasarkan besaran yang perlu
ditransformasikan transmitter dapat digolongkan sebagai transmitter temperatur,
transmitter tinggi permukaan, transmitter aliran.Transmitter dapat dihubungkan dengan
berbagai alat penerima seperti instrument penunjuk, alat pencatat, pengatur yang
mempunyai sinyal masukan yang standart.
Cara Kerja Transmitter :
Transmitter adalah alat yang mengubah dan mentransmisikan besar nilai terukur dari
suatu besaran dalam range tertentu kedalam sinyal yang dapat dibaca receiver.

Misal suatu transmitter digunakan untuk mengukur tekanan 0 – 10 Kg/cm2. Selanjutnya


tekanan yang diukur transmitter tadi akan diubah dan ditransmisikan dalam output 3-
15 psi (pneumatic) atau 4-20 mA (mili ampere) (elektronik)
Selain dalam bentuk 3-15 psi dan 4-20 mA beberapa transmitter menggunakan standar
1-5 vdc, 6-30 psi atau standar sinyal lainnya yang sesuai dengan receivernya.
 Cara Kerja Transmitter Pneumatik :

Transmitter pneumatic memiliki prinsip kerja


mekanis. Karena transmitter ini menggunakan
udara (3-15 psi) sebagai output yang dikirimkan ke
receiver sinyalnya.

Blok Diagram Transmitter Pneumatic :

Cara kerja dari alat ini diperlihatkan pada gambar diatas. Jika tekanan input pada meter body
naik, maka pada batang torsi (torque rod) akan terjadi kenaikan torsi. Primary beam yang
dihubungkan langsung ke batang torsi mengakibatkan buffle (flapper) menutup nozzle. Pada
nozzle terjadi tekanan balik, tekanan balik dari nozzle ini diperkuat oleh amplifier (pilot relay)
dan relay output akan mengirimkan sinyal yang telah diperkuat ke receiver (receiver bellows)
ataupun instrument lainnya berupa optional external devices. Dalam waktu yang sama, tekanan
balik ini juga masuk ke feedback capsul. Kenaikan tekanan output dalam feedback capsul
memberikan gaya feedback ke secondary beam, dan melalui span rider, gaya tersebut menekan
primary beam untuk menggerakkan buffle menjauhi nozzle. Dalam umpan balik loop tertutup
akan terjadi gaya perlawanan untuk menghambat/melawan gaya akibat tekanan balik dari
nozzle. Pada akhirnya tekanan sinyal output akan sebanding dengan nilai proses variable yang
diukur.
 Cara Kerja Transmitter Elektronik :
Secara garis besar untuk prinsip kerja
transmitter elektronik hampir sama
dengan transmitter pneumatic. Bedanya
untuk transmitter elektronik
menggunakan prinsip kerja elektrolis
sedangkan pneumatic menggunakan
prinsip kerja mekanis.
Transmitter elektronik juga memiliki
sensing element sebagai pengukur besaran, memiliki displayer screen untuk menampilkan hasil
pengukuran, filter current dan rangkaian elektronik sebagai penerima tegangan input (24 VDC
dari DCS *Beberapa transmitter menggunakan tegangan 110 / 220 / 240 VAC dari power
source sebagai tegangan inputnya dan menghasilkan tegangan output 24 VDC ke DCS ) dan
sebagai pengubah besaran terukur kedalam output arus (4-20 mA) ke DCS.

Pada transmitter elektronik, kita tidak akan menemukan part-part yang ada pada pneumatic
transmitter seperti air relay, flapper dan nozzle, serta belows. Pengaturan range transmitter dan
zero/span adjustment dilakukan menggunakan alat yang bernama field communicator. Jenis
field communicator sendiri umumnya menggunakan HART protocol sebagai protokol
komunikasinya. Sehingga proses setting range akan lebih mudah dilakukan.
Blok Diagram Transmitter Elektronik :

Transmitter elektronik juga mempunyai mekanisme umpan balik pada sistem keseimbangan
gaya untuk mendapatkan ketelitian dan stabilitas yang tinggi. Sistem ini menjaga tetap suatu
keseimbangan gaya antara input dan output. Input sinyal atau variable proses dirubah kedalam
suatu gaya melalui input transfer element, output sinyal listrik juga suatu gaya akibat dari
feedback transfer element. Output akan berubah, yang disebabkan berubahnya beban,
akibatnya keseimbangan dari mekanisme transmitter akan berubah. Jika hal ini terjadi, maka
system akan menjadi seimbang kembali melalui mekanisme umpan balik sebagaimana elemen
detektor mendeteksi terjadinya kesalahan. Setiap transfer element mempunyai karakteristik
yang linear dan oleh karena itu output juga linear dan seimbang dengan sinyal input.

 Cara Kerja Transmitter Fieldbus :


Transmitter dengan kemampuan fieldbus
sebenarnya tidak diperlukan lagi setting kalibrasi
signal untuk melakukan linearisasi transmitter. Yang
dimaksudkan di sini adalah jika dibandingkan
dengan HART yang memerlukan setting Zero is 4
mA and Maximum is 20 mA kemudian dilakukan
linearisasi 25%, 50%, 100% maka Foundation
Fieldbus tidak memerlukan kegiatan ini. Yang
diperlukan dalam fieldbus adalah kalibrasi sensor
bahwa 0 Barg harus terkirim data 0 Barg pula. Begitu
pula 100 Barg harus terkirim data digital 100 Barg. Begitu seterusnya tanpa perlu melakukan
linearisasi, karena linearisasi hanya ada dalam teknologi analog.
 Data oleh fieldbus dikirimkan melalui data digital 0 and 1 yang diambil dari
data increasing dan decreasing dari gelombang square dari voltage yang
dihasilkan oleh Bus Power melalui kabel H1. Pengambilan data pada puncak
dan lembah dari gelombang kotak untuk menunjukkan 1 dan 0 sebagaimana
teknologi digital lama tidak digunakan di fieldbus karena rawan terhadap
interferensi. Bus Power rata-rata pada range rating 24-32 VDC. Terkhusus pada
bus power yang dihasilkan oleh Yokogawa Fieldbus adalah 27 VDC. Pada level
komunikasi lebih tinggi antar module pengontrol fieldbus menggunakan
jaringan ethernet yang dikenal sebagai HSE (High Speed Ethernet). Untuk
mengkomunikasinya dengan intranet atau internet bisa saja dilakukan melalui
gateway. Demikian juga dengan jaringan komunikasi industrial yang lain
seperti Modbus.

3. Apa yang dimaksud dengan Transducer ? Beri contohnya !


Jawaban :
 Transducer berasal dari kata ”Traducere” dalam bahasa latin yang berarti mengubah.
Sehingga transducer dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat
mengubah suatu energi ke energi yang lain, khususnya sinyal sensor ke bentuk
sinyal standar untuk keperluan transmisi data. Bentuk-bentuk energi tersebut
diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi
Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya,
semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya
dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).

 Jenis – Jenis Transducer dan Contohnya :


Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu Transduser Input dan
Transder Output. Berikut ini adalah Blok Diagram sederhana dari Transduser Input ke
Transduser Output.

 Transducer Input
Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical
energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga dikonversikan
ke tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk Cahaya, Tekanan,
Suhu maupun gelombang suara. Seperti contohnya Mikropon (Microphone), Mikropon
dapat mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui
kabel listrik. Transduser Input sering disebut juga dengan Sensor.
Contoh komponen elektronika transducer input :
 LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi
(Hambatan)
 Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
 Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi
(Hambatan)
 Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik

 Transducer Output
Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker, Loudspeaker
mengubah sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh manusia. Transduser
Output sering disebut juga dengan istilah Actuator.
Contoh komponen elektronika transducer output :
 LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
 Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
 Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion)
 Heater mengubah listrik menjadi Panas
 Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara

4. Jelaskan perbedaan sinyal analog dan digital ! Beri contohnya !


Jawaban :
 Pengertian Sinyal Analog

Sinyal analog / Isyarat Analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang
kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang.
Dua parameter/ karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah
amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang
sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat
analog.
Gelombang pada Sinyal Analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus
memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
• Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
• Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
• Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
 Pengertian Sinyal Digital

Sinyal digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami
perubahan yang tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1.Teknologi Sinyal digital
hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
derau/noise, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau
pengiriman data yang relatif dekat. Sinyal Digital juga biasanya disebut juga Sinyal
Diskret.
Sistem Sinyal Digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog. digital pada
dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu system
digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit (bandwidth). jumlah bit juga sangat
mempengaruhi nilai akurasi system digital.
 Perbedaan Sinyal Analog dan Sinyal Digital
1. Sinyal Analog
 Gelombang elektromagnetik kontinous yang disebar melalui suatu
media, tergantung pada spektrumnya. Memiliki amplitude yang
merupakan sinyal pada satu ukuran waktu dan frekuensi yang
merupakan banyaknya gelombang per detik.
 Dirancang untuk suara
 Perbaikan error sulit
 Mudah terkena noise
 Kecepatan rendah
 Media penyimpanan sinyal analog adalah pita tape magnetik.
 Sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinyu, yang
membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang
2. Sinyal Digital
 Serangan tegangan yang dapat ditransmisikan melalui suatu medium
kawat. Tersusun atas dua keadaan yang disebut bit, yaitu keadaan 1 yang
berarti aktif dan 0 non aktif.
 Dirancang untuk data dan suara
 Perbaikan error mudah
 Lebih tahan terhadap noise
 Kecepatan tinggi
 Untuk menyimpan sinyal digital dapat menggunakan media digital
seperti CD, DVD, Flash Disk, Hardisk.
 Sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yang
tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1.

 Contoh Sinyal Analog dan Sinyal Digital


1. Sinyal Analog
 Sinyal suara pada radio konvensional,
 Sinyal gambar (foto) pada kamera konvensional,
 Sinyal video pada televisi konvensional.
 Televisi analog, dimana televise analog ini dapat mengkodekan informasi
gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal.
Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.
2. Sinyal Digital
 Aplikasi pengolahan suara pada kanal telepon
 Pemrosesan citra serta transmisinya
 Dalam bidang seismologi dan geofisika
 Eksplorasi minyak
 Deteksi ledakan nuklir
 Pemrosesan sinyal yang diterima dari luar angkasa

5. Mengapa besarnya sinyal standar pneumatic sebesar 3 – 15 psi ?


Jawaban :
 Pneumatic instruments operate on the (baffle-nozzle) principle. It appears 3-15 psi
with the 1:5 ratio was chosen because it the most linear portion on the curve for the
movement of the flapper (baffle) and the backpressure resulting in the nozzle.
 Also for a pneumatic 3-15 psi signal it is difficult to control very low pressures
accurately with a simple regulator, plus you have to provide vacuum to allow for
calibration and measurement hysteresis & repeatability errors.
 Before 4-20 mA the signals were 3-15 psi and 10-50 mA. These signals all have a
“live zero” (3 psi, 10 mA, and 4 mA) rather than a “dead zero” (0 psi, 0 mA) which
can be used to detect a severed pneumatic tube or signal wire. The live zero can also
be used to power a 2-wire loop powered device. 3-15 psi, 10- 50 mA, and 4-20 mA
etc. all have a ratio of 1:5 (20% bias).
 Keuntungan dari 3-15 psi vs 0-15 psi
a. Easier to regulate pressure from 3 psi
b. No need to provide vacuum when regulating zero signal at 3 psi
c. Distinguish between zero pneumatic signal and a pressure failure

6. Mengapa besarnya sinyal standar elektrik sebesar 4 – 20 mA ?


Jawaban :
 Banyak orang (terutama Eropa) menggunakan zero based signal, seperti 0~10 VDC,
0~20 mA, 0~1 mA, dan sebagainya, tetapi field wiring memerlukan 4 wire (2-pairs,
atau bisa disederhanakan menjadi 3-wire kalau sinyal dan sumber daya mempunyai
tujuan yang sama), dimana 1-pair untuk sinyal dan 1-pair lagi untuk sumber daya
field device.
 Juga, karena orang sudah terbiasa dengan bilangan desimal, maka dipikirkan
menggunakan 4~40 mA (1:10), tetapi daya yang hanya 10% dari sinyal maksimum
dianggap tidak ideal (boros energi), maka orang menentukan untuk mengambil
rasio 1:5 (daya 20% dari sinyal maksimum), sehingga 4~20 mA dipergunakan
sebagai standar sampai sekarang.
 With the introduction of the transistor it became possible to make devices operating
on 4 mA. Thus the signal was chosen 4-20 mA maintaining the 1:5 ratio. With the
introduction of microprocessors in instrumentation and digital communication, the
HART protocol was introduced superimposed over the 4-20 mA signal. The HART
commands supported by the device, how device information is displayed, and the
wizards to make tasks like calibration easy etc.
 Dipilih 4mA untuk zero-nya, hal ini menganut sistem live-zero, atau non-zero lower
limit. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi apakah peralatan instrument failure
atau tidak, jika sinyal yang diterima oleh receiver (misalnya dari transmitter ke
controller/DCS) lebih kecil dari 4mA, maka controller/DCS akan mengidentifikasi
bahwa transmitter tersebut failure, atau tidak terkalibrasi dengan baik, atau bahkan
transmitternya rusak. Untuk beberapa transmitter, biasanya meng-clamp sinyal di
3,8mA jika transmitter rusak.
 Keuntungan dari 3-15 psi vs 0-15 psi
a. Using 2 instead of 3/4 wires reduces cost of wiring
b. Power supply and signal circuit is combined into one
c. Distinguish between zero signal and a fault
d. Zero offset can be adjusted without need for polarity change of signal

7. Apa kepanjangan dari psi ? Bagaimana simbol untuk satuan psi ?


Jawaban :
 Pengertian psi, “psi” adalah kependekan dari Pounds per Square Inch artinya kekuatan
tekanan per inchi persegi, psi bisa disebut juga lb/in2, pfsi atau lbf/in2.
 Satuan psi sudah umum dan banyak dipakai untuk satuan pengukur tekanan terutama
di kawasan Eropa dan Amerika. 1 psi adalah sama dengan 6.894,76 pascal.
 Simbol psi = Ψ
8. Bagaimana cara kalibrasi Transmitter Pneumatik ?
Jawaban :

Pneumatic Pressure Transmitter Foxboro 11GM


a) Rangkailah Transmitter tersebut seperti berikut, pastikan tidak ada kebocoran di setiap
sambungan tubing. Gunakan sealtip ketika memasang konektor tubing agar tidak terjadi
kebocoran.
Rangkaian kalibrasi pneumatic pressure transmitter.
b) Bagilah range transmitter ke dalam 5 bagian, 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Dalam
hal ini kita akan membagi range transmitter ini menjadi 0 kg/cm2, 25 kg/cm2, 50
kg/cm2, 75 kg/cm2 dan 100 kg/cm2.
c) Lakukan pengetesan transmitter pada masing-masing tekanan mulai dari 0, 25, 50, 75,
100 kemudian kembali ke 75, 50, 25, 0. Catat hasil outputnya di lembar laporan
kalibrasi sebagai nilai sebelum kalibrasi.
d) Dari hasil pengetesan tahap awal, kita dapat memperkirakan apakah transmitter
mengalami zero error, span error atau keduanya. Zero Error adalah suatu kondisi
dimana sinyal output hanya mengalami pergeseran Zero. Misalnya dari hasil
pengetesan sebelum kalibrasi, di dapatkan data sebagai berikut.

Maka kita cukup melakukan Kalibrasi nilai Zero saja. Pastikan Span Adjuster nantinya
tidak diganggu. Namun kalau seperti ini

Maka perlu melakukan kalibrasi nilai Zero dan Span.


e) Mulailah kalibrasi dengan memberikan tekanan 0 Kg/cm2 pada transmitter, perhatikan
penunjukan outputnya. Apabila melenceng dari 3 psi, gunakan obeng minus untuk
mengatur Zero Screw Adjustmen (nomor 13) agar output menunjukan nilai 3 psi.

f) Kemudian naikkan tekanan input hingga 100 Kg/cm2. Perhatikan output transmitter,
apabila nilai output belum 15 psi, putar range wheel di gambar yang dtunjukan dengan
nomor 18 hingga output mengeluarkan nilai 15 psi. Setelah di adjust range wheel
tersebut, kencangkan dengan menguncinya menggunakan locknut.
g) Ulangi langkah no.5 dan 6 sampai transmitter benar-benar menunjukan nilai output
yang sesuai dengan kesalahan di bawah toleransi ketika diberikan tekanan 0 dan 100
Kg/cm2.
h) Apabila dirasa sudah pas, cek hasil kalibrasi dengan menginput tekanan 0, 25, 50, 75,
100 kemudian catat hasilnya.
i) Hasil kalibrasi yang baik adalah yang nilai outputnya sesuai standar. Apabila terjadi
error maka nilai errornya harus di bawah toleransi error. Toleransi error setiap
perusahaan bisa berbeda, ada yang 0,5% bahkan ada yang 0,2%. Pastikan hasil kalibrasi
memiliki prosentase error di bawah nilai tolerable error.
j) Bila hasilnya belum baik, ulangi langkah no. 5 dan 6 hingga didapatkan hasil yang baik.
k) Pengalaman melakukan kalibrasi menentukan seberapa lama kita dapat menemukan
setting yang pas untuk zero dan span transmitter.
l) Laporkan hasil kalibrasi dengan mengisi form kalibrasi alat.
9. Bagaimana cara kalibrasi Transmitter Elektronik ?
Jawaban :
 Kalibrasi Transmitter Tipe Elektronik untuk Pressure Transmitter

 Spesifikasi transmitter yang akan di kalibrasi mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar,
Type Differential pressure transmitter, model SMART transmitter HART applicable,
output transmitter 4-20 mA, type sensor diaphragm, material 316SS.
 Langkah-langkah kalibrasi.
1. Pertama-tama kita siapkan alat kerja seperti; Multimeter, kunci pas, kunci inggris,
obeng, sumber power 24V DC, kalibrator misalnya DWT, HART communicator.
2. Pasangkan pressure transmitter pada DWT pastikan tidak ada kebocoran, karena
kita akan memberikan tekanan sampai 100 Bar pada transmitter tersebut.
3. Pasangkan power dan multimeter untuk membaca keluaran transmitter( lihat
gambar A)
4. Siapkan alat untuk mencatat nilai-nilai hasil kalibrasi,
5. Pasangkan HART, karena transmitter ini HART applicable maka proses konfigurasi
dan eksekusi kalibrasi akan dilakukan melalui alat yang disebut HART.

6. Setelah semua perlengkapan terpasang, dalam keadaan tanpa tekanan lihat keluaran
transmitter harus 4mA jika tidak lakukan pengaturan zero trim melalui HART
sehingga keluaran yang terukur pada multi meter menunjukkan 4mA.
7. Naikan tekanan ke transmitter sampai mencapai tekanan batas atas (100Bar)
pertahankan tekanan dalam keadaan ini untuk beberapa saat sementara itu amati
multimeter harus menunjukkan 20mA jika tidak maka lakukan langkah pengaturan
melalui HART yang biasa disebut span adjustment.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 hingga keluaran transmitter menunjukkan nilai yang
seharusnya yaitu 4mA ketika transmitter tidak bertekanan dan 20mA pada saat
transmitter mendapat tekanan 100Bar.
 Jika sudah demikian maka proses kalibrasi hampir selesai, tetapi jangan lupa untuk
memeriksa nilai keluaran transmitter pada beberapa titik antar LRV dan URV, untuk
itu mulai dengan memberi tekanan sebesar 25% catat mA yang dihasilkan, lakukan hal
yang sama untuk tekanan 50% dan tekanan 75%, nila mA yang dihasilkan pada point-
point antara LRV dan URV tersebut dapat dihitung dengan formula dibawah ini;

10. Bagaimana cara kalibrasi Pressure Gauge ?


Jawaban :
 Langkah – langkah kalibrasi pressure gage :
1. Persiapkan alat-alat untuk kalibrasi diantaranya,
 Kunci inggris, – Obeng,
 Puller (alat untuk mencabut jarum pressure gauge)
 Strap band (alat untuk membuka kaca pressure gauge)
 Kalibrator misalnya Dead Weight Tester atau Dead Weight Gauge
 Spidol permanent, kertas dan ballpen.
2. Pasangkan pressure gauge pada kalibrator, dibawah ini adalah gambar Dead Weight
Gauge sebagai kalibrator
A-Pressure gauge standard
B-Pressure gauge yang dikalibrasi
C-Tabung oli
D-Valve Pengatur tekanan halus
E-Manifold pengencang pressure gauge
F-Valve
G-Piston pengatur tekanan kasar
3. Lepaskan kaca pressure gauge, dengan memakai strap band
4. Dengan menggunakan spidol beri tanda pada casing sesuai angka angka yang tertera
pada skala, karena piringan skala nantinya akan dilepas pada waktu kalibrasi
5. Lepaskan jarum dengan menggunakan puller.
6. Siapkan kertas dan ballpen untuk mencatat nilai-nilai yang diperoleh sepanjang
kalibrasi. Catat range pressure gauge, misalnya nilai range bawah 0 Bar, nilai range
bawah ini biasa juga disebut titik zero, lalu catat nilai range atas misalnya 25Bar.
7. Kalibrasi dimulai dengan memeriksa kondisi pressure gauge ketika tidak di beri
tekanan, jarum harus menunjukkan angka nol (range bawah).
8. Naikkan tekanan pada kalibrator hingga mencapai tekanan range atas yaitu 25 Bar.
9. Amati posisi jarum pressure gauge, harus menunjuk tepat pada angka 25, jika tidak
setel dengan menggeser posisi baud span adjuster.

10. Kemudian turunkan tekanan kalibrator sampai menjadi 0 Bar, pada kondisi ini
jarum pressure gauge harus menjunjuk angka 0, jika tidak , cabut jarum dengan
menggunakan puller lalu pasang kembali jarum dengan menempatkannya pada possisi
0 ( nol).
11. Ulangi langkah 8 , 9, 10 hingga posisi jarum menunjuk pada angka yang sama
dengan besarnya tekanan kalibrator.
12. Setelah kondisi jarum pada tekanan nol dan pada tekanan range atas sesuai dengan
besarnya tekanan kalibrator , langkah berikutnya adalah memeriksa linearitas, caranya
yaitu dengan menaikkan tekanan kalibrator per 25% lalu membandingkannya dengan
posisi jarum pressure gauge jika sudah sesuai maka langkah kalibrasi selesai, jika ada
penyimpangan atau penunjukkan pressure gauge tidak linear misalnya pada saat
tekanan kalibrator 12,5 Bar lalu pressure gauge menunjuk angka 13,5 berarti telah
terjadi penurunan kualitas bagian dalam pressure gauge seperti bourdon flexsibilitasnya
sudah tidak merata, untuk kasus seperti ini maka pressure gauge sudah tidak layak pakai
lagi.
11. Bagaimana memasang transmitter pada proses cairan, gas, dan uap ?
Jawaban :
 Pemasangan Transmitter pada proses cairan :
Transmiter ditempatkan agak kebawah dari sambungan tekanan pada flange. Tekanan
ini diambil dari samping gunanya mencegah terjebaknya vapor pada sensing line dan
menghindari adanya endapan-endapan yang terpanjang dasar pipe line masuk kedalam
instrument, untuk cairan yang kental dan korosip untuk pengukuran liquidini harus
memakai seal.
 Untuk pipa horizontal
1. Bila mengukur cairan, transduser Vortex dan Transmitter harus dipasang di
bagian bawah pipa jika cairan mengandung sedikit gas.

 Untuk pipa vertical


1. Bila digunakan dalam cairan, arah aliran harus dari bawah ke atas, hindari
berat ekstra cairan untuk digunakan pada probe.

 Pemasangan transmitter pada proses gas :


Transmitter ditempatkan agak keatas dari sambungan tekanan pada flange dan tekanan
diambil dari bagian atas untuk flow yang horizontal dan dari samping untuk flow yang
vertikal. Hal ini untuk menghindari gas yang mengembun masuk kedalam instrument
 Untuk pipa horizontal
1. Bila mengukur gas atau uap, transduser aliran vortex harus dipasang di
bagian atas pipa jika gas atau uap mengandung sedikit cairan.
 Untuk pipa vertical
1. Ketika meter aliran Vortex digunakan dalam pengukuran gas, transduser
atau transmitter dapat dipasang pada pipa vertikal tanpa mempertimbangkan
arah aliran, namun untuk gas mengandung sedikit cairan, arah aliran gas
harus dari bawah ke atas.

 Untuk pemasangan inverse pada pipa horizontal


1. Hal ini tidak disarankan untuk memasang transduser aliran vortex secara
terbalik untuk gas normal atau uap super panas, namun sangat sesuai dengan
uap jenuh, cairan suhu tinggi atau situasi yang sering dibersihkan oleh pipa
kotor.

 Pemasangan transmitter pada proses uap :


Transmitter ditempatkan agak kebawah dari sambungan tekanan. Hal ini untuk
memberi kecempatan agar steam menjadi kondensat Apabila transmitter dipasang
diatas dari sambungan tekanan, maka capsule akan mudah rusak karena steam.
 Untuk pemasangan lateral pada pipa horizontal :
1. Transduser aliran Vortex dapat dipasang secara lateral pada pipa horizontal
untuk semua cairan. Khusus untuk steam super panas, uap jenuh dan cairan
kriogenik, jika diizinkan, transduser harus dipasang secara lateral untuk
menghindari penguat agar tidak terpengaruh oleh suhu.

 Untuk pemasangan inverse pada pipa horizontal :


1. Hal ini tidak disarankan untuk memasang transduser aliran vortex secara
terbalik untuk gas normal atau uap super panas, namun sangat sesuai dengan
uap jenuh, cairan suhu tinggi atau situasi yang sering dibersihkan oleh pipa
kotor.

12. Apa itu MPMS ?


Jawaban :
 MPMS atau Manual of Petroleum Measurement Standard adalah standar pengukuran
minyak dan gas bumi yang di publikasikan oleh API (American Petroleum Institute).

13. Apa itu MMSFD ?


Jawaban :
 MMSCFD adalah singkatan dari Million Standard Cubic Feet per Day (gas)
atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari (gas).
M adalah 1.000 (seribu) jika digunakan dalam hubungan dengan satuan SCF atau BTU.
MM adalah 1.000.000 (satu juta) jika digunakan dalam hubungan dengan satuan SCF
atau BTU.
 STANDARD CUBIC FOOT atau SCF adalah sejumlah gas yang diperlukan untuk
mengisi ruangan 1 (satu) kaki kubik, dengan tekanan sebesar 14,73 psi (empatbelas dan
tujuh tiga per sepuluh pound per square inch) atau 14,696 psi (empatbelas dan enam
sembilan enam per seratus pound per square inch) dan pada temperatur 60° F
(enampuluh derajat Fahrenheit) dalam kondisi kering
14. Apa itu density? Apa bedanya dengan berat jenis? Beri contohnya!
Jawaban :
 Pengertian Density
Density didefinisikan sebagai massa suatu zat per satuan volume.
m
ρ=
V
 Perbedaan Density dengan Berat Jenis
1. Density
 Massa Jenis adalah prtbandingan antara massa zat dengan volume zat tersebut.
 Satuan : g/mL
 Tidak dipengaruhi oleh gravitasi
2. Berat Jenis
 Berat jenis adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda
tersebut.
 Satuan : Kg/m3
 Dipengaruhi oleh gravitasi
15. Apa itu SG? Apa hubungannya dengan °API?
Jawaban :
 Pengertian SG
SG didefinisikan sebagai rasio dari rapat massa suatu substansi dengan substansi
standar pada suhu tertentu (biasanya 4℃).

 Hubungan SG dengan °API


Hubungan berat jenis dengan °API adalah saling berkebalikan, semakin kecil berat
jenis minya bumi maka semakin tinggi ° APInya, semakin berharga minyak bumi
tersebut karena lebih banyak mengandung bensin.

141,5
°𝐴𝑃𝐼 = − 131,5
𝑆𝐺
16. Apa itu viskositas? Ada berapa macam viskositas? Apa satuan dari viskositas?
Jawaban :
 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya
gesekan internal fluida.
 Macam-Macam Viskositas dan Satuannya
1. Viskositas Dinamik
Viskositas dinamik merupakan gaya tangensial persatuan luas yang digunakan agar
dapat memindahkan suatu bidang horisontal ke sebuah bidang yang lain, dalam unit
velositas (velocity), ketika mempertahankan jarak dalam sebuah cairan.
Satuan : Poise (P) → cgs
1 P = 1dyne cm-2s
1 P = 0,1 Pa s
Satuan SI : MKS = Nm-2s = Pa s
2. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematis ialah suatu rasio antara viskositas absolut untuk kepadatan
(densitas) dengan jumlah dimana tidak ada kekuatan yang terlibat.
Satuan : Stokes (St)
1 St = 1 cm2/s
17. Bagaimana cara menentukan Density, SG, dan Viskositas ?
Jawaban :
 Density → Alat = Piknometer
1. Timbang bobot piknometer kosong
W piknometer = A g
2. Timbang bobot piknometer + sampel
W pinometer + sampel = B g
B−A
3. Tentukan density sampel → ρ = V
Sampel

 SG → Alat : Piknometer
1. Timbang bobot piknometer kosong
W piknometer = A g
2. Timbang bobot piknometer + sampel
W pinometer + sampel = B g
B−A
ρsampel VSampel
3. Tentukan SG sampel → SG = =
ρH 2 O ρ H2 O

 Viskositas → Alat : Viskometer Hoppler


Prinsip Kerja :
Suatu bola (logam/kaca) karena adanya gravitasi bumi akan jatuh melalui cairan yang
berviskositas dengan kerapatan semakin besar hingga mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan dicapai bila gaya gravitasi bumi yang arahnya kebawah
sama dengan gaya yang arahnya keatas karena adanya tekanan fraksional cairan yang
berviskositas. Besarnya tahanan fraksional untuk benda bola didalam sesuai dengan
HUKUM STOKES yang dirumuskan f = 6πȠrv. Pada keadaan setimbangan gaya
keatas, karena tekanan fraksional cairan sama dengan gaya kebawah, karena keadaan
gravitasi bumi.
2r 2 (ρ − ρ0 )g
Ƞ=
9V

18. Apa fungsi orifice concentric, orifice exentric, dan orifice segmental ?
Jawaban :

 Tipe Concentric
Ini adalah tipe yang paling populer dipakai untuk suatu range yang luas dari fluida
seperti air, steam dan gas. Tipe ini mempunyai suatu lubang yang concentris (di tengah-
tengah) dengan pinggiran dari up stream face. Pinggiran ini harus tajam, sehingga
cahaya tidak dapat direfleksikan dari padanya. Tipe ini khusus liquid yang sudah bersih
tidak boleh mengandung zat padat yang abrasive yang akan menyebabkan erosi.
 Tipe Eccentric
Tipe ini dipakai pada aliran yang masih mengandung partikel.
 Tipe Segmental
Khusus dipakai pada aliran berat, yaitu fluida yang mengandung bagian-bagian padat
(solid) atau suatu aliran yang bersifat corrosive

19. Buktikan bahwa Hukum Bernoulli dan Kontinyuitas menghasilkan Q = C√∆P !


Jawaban :
Constant Energy Line P1

(P 1 P2)

P2

p, V 2 , A2
Dengan nilai 𝐴 , 𝜌, 𝑑𝑎𝑛 𝛽 ( 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡 )
1 p, V 1 , A1 2

Arbitrary Datum Plane Z1 Z2

 Persamaan Bernoulli :
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2 ( 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡 )……… (1)
𝜌 2𝑔 𝜌 2𝑔

 Untuk fluida inkompresible , berlaku juga hukum kontinyuitas :

𝑉1 𝐴1 = 𝑉2 𝐴2 = 𝑄………….. (2)
Berasumsi bahwa 𝜌 constant dan dengan sebuah pipa sirkular dan dan sebuah
pembatas ( restriction ) sirkular, sehingga :
 Hubungan antara Hukum Bernoulli dan Hukum Kontinyuitas :
1
 𝐴1 = 𝜋𝐷2
4
1 2
𝐴2 = 𝜋𝑑
4
Dimana : A1 = Area pada Pipa
A2 = Area pada Pelat Orifice
1
𝐴2 𝜋𝑑 2 𝑑2
= 4
1 = = 𝛽2 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 ………. (3)
𝐴1 𝜋𝐷2 𝐷2
4

2
𝐴22 𝑑2
= [ 2] = 𝛽4 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
𝐴12 𝐷

 Sehingga, sematkan persamaan (2) dengan (3)


𝑉1 𝐴1 = 𝑉2 𝐴2
𝐴2 𝑑2
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉2 ……………….. (4)
𝐴1 𝐷2

 Lalu, gabungkan persamaan (1) dan (4)


𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2
𝜌 2𝑔 𝜌 2𝑔
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ = +
𝜌 2𝑔 𝜌 2𝑔
𝑃1 𝑃2 𝑉22 𝑉12
− = −
𝜌 𝜌 2𝑔 2𝑔
𝑃1 − 𝑃2 𝑉22 − 𝑉12
=
𝜌 2𝑔
2𝑔(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑉22 − 𝑉12 =
𝜌
𝐴22 2𝑔(𝑃1 − 𝑃2)
𝑉22 − 𝑉22 =
𝐴12 𝜌
2𝑔(𝑃1 − 𝑃2)
𝑉22 (1 − 𝛽 4 ) =
𝜌
2𝑔(𝑃1 − 𝑃2)
𝑉22 =
𝜌(1 − 𝛽 4)
 Finally :
𝑄 = 𝑉2 𝐴2

2𝑔(𝑃1 − 𝑃2)
𝑄 = 𝐴2 √
𝜌(1 − 𝛽 4)

2𝑔 2𝑔
𝑄 = 𝐴2 √ . √𝑃1 − 𝑃2 = 𝐴2 √ . √∆𝑃
𝜌(1− 𝛽4 ) 𝜌(1− 𝛽4 )

𝑄 = C√∆𝑃 ……… (Terbukti)

20. Apa perbedaan satuan PSIG dan PSIA ?


Jawaban :
 PSIA ( Tekanan Absolute )
1. Absolute pressure bisa dikatakan sebagai tekanan total atau tekanan
sebenarnya dari fluida. Sedangkan gauge pressure adalah tekanan fluida
yang ditunjukkan oleh alat ukur (gauge ). Perlu kita pahami bahwa gauge
pressure akan mengindikasikan nol pada tekanan atmosfer. Sehingga
absolute pressure adalah jumlah dari tekanan atmosfer dengan gauge
pressure.
Jadi bisa disimpulkan :
Absolute pressure = gauge pressure + tekanan atmosfer
= gauge pressure + 14,7 psi
 PSIG ( Tekanan Gauge )
1. tekanan gauge alias tekanan tolok. Tekanan gauge merupakan
kelebihan tekanan di atas tekanan atmosfir. merupakan tekanan yang
relatif terhadap tekanan atmosfer. tekanan gage sering digunakan untuk
mengukur perbedaan tekanan antara sistem dan lingkungannya.
Misalnya kita tinjau tekanan ban sepeda motor. Ketika ban sepeda motor
kempes, tekanan dalam ban = tekanan atmosfir (Tekanan atmosfir =
1,01 x 105 Pa = 101 kPa). Jika dirimu ingin mengunakan ban tersebut
sehingga sepeda motor yang “ditunggangi” bisa kebut-kebutan di jalan,
maka dirimu harus mengisi ban tersebut dengan udara. Ketika ban diisi
udara, tekanan ban pasti bertambah. Nah, ketika tekanan ban menjadi
lebih besar dari 101 kPa, maka kelebihan tekanan tersebut disebut juga
tekanan gauge.

21. Sebutkan satuan – satuan Temperature, Flow, Pressure dan Level!


Jawaban :
 Satuan Temperature
 Satuan internasional untuk suhu adalah kelvin, tetapi untuk memudahkan
pengukuran, banyak satuan lainnya yang digunakan sebagai satuan suhu.
Perbedaan suhu ini juga dipakai untuk membuat jenis termometer (alat
pengukur suhu) yang berbeda-beda. Beberapa Skala Suhu yang paling sering
dipakai antara lain adalah :
1. Satuan atau Skala Celsius (oC)
Skala Celcius merupakan skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
0oC dan titik didih air pada 100oC pada tekanan atmosfer standari. Skala ini
diperkenalkan oleh Anders Celsius pada tahun 1742. Definisi baku dari 1 derajat
celsius adalah 1/273,16 dari perbedaan antara triple point air dan nol absolut,
berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa satu derajat celsius
mempresentasikan perbedaan suhu yang sama dengan satu kelvin.
2. Satuan atau Skala Fahrenheit (oF)
Skala Fahrenheit adalah skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
32oF dan titik didih air adalah 212oF, dengan demikian perbedaan titik lebur dan
titik didih pada skala ini adalah 180 derajat.
3. Satuan atau Skala Reaumur (oR)
Skala Reaumur adalah skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
0oR dan titik didihnya 80oR, artinya terdapat perbedaan sebesar 80o antara titik
beku dan titik didih.
4. Satuan atau Skala Kelvin (oK)
Skala Kelvin adalah skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
273oK dan titik didihnya adalah 373 oK. Jadi perbedaan antara titik beku dan
titik didihnya adalah 100 derajat. Sampai saat ini Kelvin merupakan Satuan
Internasional untuk suhu karena dinilai paling akurat.
 Tabel Konversi
 Satuan Flow
 Laju alir volumetrik
Pada fisika dan teknik, terutama dinamika fluida dan hidrometri, laju alir
volumetrik adalah volume fluida yang mengalir per satuan waktu. Satuan
SInya adalah m3/s (meter kubik per sekon). Satuan Inggris yang digunakan
adalah ft3/s (kaki kubik per sekon) dan di Amerika digunakan galon per menit.
Simbolnya Q.
Laju alir volumetrik tidak sama dengan fluks volumetrik, yang didefinisikan
oleh Hukum Darcy dengan simbol q, satuannya m3/(m2·s), atau m·s−1.
Integrasi fluks terhadap luas menghasilkan laju alir volumetrik.

Simbol
V, Q
umum

Satuan m3/s
SI

 Konversi Satuan
1 US ( Gallon per Minute ( GPM))
Per detik

 Kilometer kubik per detik (km³/s) 6,31×10-14


 Meter kubik per detik (m³/s) 6,31×10-5
 Desimeter kubik per detik (dm³/s) 0,06
 Centimeter kubik per detik (cm³/s) 63,09
 Milimeter kubik per detik (mm³/s) 63.090,2
 Inchi kubik per detik (in³/s) 3,85
 Kaki kubik per detik (ft³/s) 2,23×10-3
 Galon per detik (US) 0,02
 Galon per detik (imperial) 0,01
 Liter per detik (l/s) 0,06
 Mil kubik per detik 1,51×10-14
 Hektar per detik 5,11×10-8
 Gayung per detik (US) 1,79×10-3
 Gayung per detik (imperial) 1,73×10-3
Per menit

 Kilometer kubik per menit (km³/min) 3,79×10-12


 Meter kubik per menit (m³/min) 3,79×10-3
 Desimeter kubik per menit (dm³/min) 3,79
 Centimeter kubik per menit (cm³/min) 3.785,41
 Milimeter kubik per menit (mm³/min) 3.785.411,78
 Inchi kubik per menit (in³/min) 231
 Kaki kubik per menit (ft³/min) 0,13
 Galon per menit (US) 1
 Galon per menit (imperial) 0,83
 Liter per menit (l/min) 3,79
 Mil kubik per menit 9,08×10-13
 Hektar per menit 3,07×10-6
 Gayung per menit (US) 0,11
 Gayung per menit (imperial) 0,1

 Satuan Pressure
 Defenisi
Pressure (tekanan) adalah gaya yang diberikan pada per unit area. Bisa juga
dijelaskan bahwa pressure adalah ukuran intensitas gaya yang diberikan pada
suatu titik permukaan.
 Satuan tekanan :
psi bar
psf atmosphere (atm)
mm Hg N/m2 (Pascal)
in. Hg
 Tabel Satuan
 Tabel Konversi

Satuan bar kPa In Hg Kgf/cm2 Psi atm

Bar 1 100 29,53 1,019 14,5 0,98

kPa 0.01 1 0,295 0,01019 0,145 0,0098

InHg 0.033 3.38 1 0.0345 0.491 0.033

Kgf/cm2 0.980 98.06 28.95 1 14.22 0.96

Psi 0.068 6.89 2.036 0.0703 1 0.068

atm 1.013 101.32 29.92 1.033 14.69 1

 Satuan Level
 Level merupakan parameter yang ada pada hampir setiap proses industri, ada
banyak cara mengukur level, yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan sight glass. Dengan menggunakan sight glass, ketinggian dari
liquid di dalam sebuah bejana/vesel akan secara fisik terlihat, sehingga dengan
membuat skala pada sight glass, kita dapat langsung menentukan berapa
persenkah tinggi permukaan cairan tersebut dari tinggi vessel/tangki/bejana.
 1 kilopascal = 0.1450377377 PSI (pound per square inch)
1 kilopascal = 0.01019716213 kg/cm²
 Tabel Satuan :

22. Buktikan bahwa satuan tekanan bias dalam satuan ketinggian air ( inH 2O,
cmHg, cmH2O, mmHg)

Jawaban :

 Memahami arti dari 1 InH2O adalah tekanan yang diberikan oleh H2O (air)
pada suatu titik dengan jarak dari titik tersebut ke permukaan air adalah 1 Inchi.
Kalau kita memiliki tangki berapapun diameter atau luas alasnya jika diisi oleh
air setinggi 1 inchi maka tekanan di dasar tangki adalah 1 InH2O + Tekanan
Atmospher (atau Tekanan Permukaan). Konsep tekanan 1 InH2O memang tidak
secara langsung menunjukkan berapa gaya yang harus diderita oleh permukaan
tangki per satuan luas. Karena yang pernah bersekolah di SMA akan
mengatakan bahwa tekanan adalah Gaya per Satuan Luas. Keberadaan satuan
InH2O ini terlihat seakan-akan tidak sejalan dengan konsep satuan tekanan
seperti N/m2 atau Pound Square Inch yang memang gamblang menghubungkan
gaya terhadap luas. Padahal InH2O pasti bisa dihubungkan dengan konsep gaya
per luas N/m2 dan Psi.
 Tanki dengan air di dalamnya setinggi 1 Inch tanpa ada tekanan awal Po dari
atmospher maka dasarnya menderita tekanan 1 InH2O. Berapa equivalent Psi-
nya? Tentu saja adalah gaya yang diderita oleh permukaan dasar seluas 1 square
inch akibat air di atas-nya setinggi 1 inchi. Kita timbang air dengan volume 1
qubic-Inch (luas 1 square-inch x tinggi 1 inch) berapa pound (lbs) beratnya
maka itulah beban yang diterima per square-inch. Kalau tidak mau menimbang
kita bisa menghitung pound-nya dengan menggunakan konsep density atau
berat jenis yang menghubungkan volume 1 qubic-inch ke berat dalam pound.
Maka InH2O akan mendapatkan equivalent PSI sebagaimana konsep tekanan
adalah gaya per luasan. Jadi ada satu faktor penting untuk menghubungkan
keduanya yaitu Density
 berawal dari penggunaan SG (Specific Gravity) dalam perhitungannya.
Dimana SG merupakan rasio antara Masa Jenis cairan dengan masa jenis
cairan referensi, umumnya yang menjadi referensi adalah masa jenis benda
yang memiliki fasa yang sama, misalnya cairan dengan cairan. Untuk cairan
umumnya digunakan air pada tekanan atmosfer dan pada temperatur yang
disepakati, sebagai referensi (1000 kg/m³ atau 1 g/cm³).
 Misalnya ada bejana berisi air dengan ketinggian 1m (1000mm), maka
tekanan hidrostatiknya adalah (kita sepakati ρ = 1000 kg/m³ dan g = 9,8m/s²):
P=ρ•g•h
P = 1000 kg/m³ • 9,8 m/s² • 1 m
P = 9800 Pascal
Kemudian kita juga bisa menyatakan tekanan tersebut dalam satuan mH2O,
cmH2O atau mmH2O:
P = SG • h
P = {(1000 kg/m³) / (1000 kg/m³)} • 1 m
maka:
P = 1 mH2O atau 100 cmH2O atau 1000 mmH2O
Dalam satuan mmH2O, H2O merupakan warisan dari rasio masa jenis cairan
terhadap masa jenis air.
23. Apa yang dimaksud dengan Reynold Number ? Rumusnya , Satuannya apa ?
Untuk tujuan apa ?

Jawaban :

 Definisi
Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap
gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu.
 Tujuan :
Bilangan Reynold adalah bilangan yang digunakan sebagai penentu jenis aliran
fluida apakah laminar atau turbulen. Bilangan reynold sangat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran fluida dan kekentalan fluida.
 Rumus :
- Bilangan Reynold terbagi dua, yaitu:
a. Internal flow
Merupakan aliran fluida yang mengalir di dalam pipa. Untuk aliran
internal, jenis aliran yang terjadi dapat diketahui dengan mendapatkan
bilangan Reynold nya dari persamaan:
𝑉𝐷
Re = 𝑣

v = kecepatan aliran fluida


D = Diameter
υ = viskositas
Bilangan Reynold untuk aliran internal:
Aliran laminar : Re < 2300
Aliran transisi : 2300 < Re < 4500
Aliran turbulen : Re > 4500
b. Eksternal flow
Adalah aliran fluida diluar atau aliran fluida yang mengalir pada
permukaan suatu benda. Untuk menentukan jenis aliran, dapat diketahui
dengan menentukan nilai bilangan Reynold nya dengan persamaan:
𝑉𝐿
Re = 𝑣

v = kecepatan aliran fluida


L = panjang
υ = viskositas
Bilangan Reynold untuk jenis alirannya:
Laminer (Re < 5.105)
Turbulen (Re > 5.105)

1. a.) Apa perbedaan antara orifice plate, venturi, dan nozzle ?


b.) Jelaskan prinsip kerja dari orifice plate, venturi, dan nozzle !
Jawaban :
a. Perbedaan antara Orifice Plate, Venturi, dan Nozzle
 Orifice Plate
Keunggulan Orifice adalah repeatability yang baik, mudah dalam pemasangan,
dipakai pada semua ukuran pipa, low cost, tersedia banyak macam / tipe dan material,
dan relative mudah diganti-ganti. kekurangan Orifice adalah rentan terhadap
kerusakan yang disebabkan benda asing yang terbawa fluida dan erosi. Rangeability
5:1 (perbandingan batas aliran maksimum dan minimum) rendah.
 Venturi
Keuntungan Venturi mempunyai repeatability yang baik, low permanent loss, dapat
dipakai untuk liquid berlumpur dan kotor. Kekurangan Venturi termasuk katagori
differential pressure yang high cost dan memerlukan additional support pada
pemasangannya. Memerlukan Straight run pada upstream dan downstream pipa.
 Flow Nozzle
Keuntungan Flow Nozzle mempunyai repeatability yang baik, low permanent head
loss, tersedia dalam berbagai macam bahan, memerlukan Straight Run pada upstream
dan downstream. Kekurangan Flow Nozzle lebih High cost, terbatas pada ukuran pipa
sedang, terbatas pada aplikasi liquid yang viskosnya tinggi.
b. Prinsip Kerja
 Orifice Plate

Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran dengan prinsip beda tekanan atau
disebut juga Bernoulli’s principle yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
tekanan fluida dan kecepatan fuida. Jika kecepatan meningkat, tekanan akan menurun
begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya di
tengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice akan dipaksa
untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya perubahan
kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi kecepatan maksimum dan tekanan
minimum disebut vena contracta. Setelah melewati vena contracta kecepatan dan
tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan mengetahui perbedaan tekanan pada
pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran volume dan laju aliran massa
dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.
 Venturi

Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu:


 Bagian Inlet : Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti
diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada
bagian ini.
 Inlet Cone: Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk
menaikkan tekanan fluida.
 Throat (leher): Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini
berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari
aliran yang keluar dari inlet cone.
 Outlet Cone : Berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan
pada outlet cone ini tekanan kembali normal.

Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet
cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian
inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet
cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida
masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat
ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter
yaitu outlet cone.

 Nozzle
Bentuk alat ini seperti lonceng dengan profil ellips diikuti dengan leher silindris. Flow
nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk
mendapatkan beda tekanannya. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan
semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara
bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice.

2. a.) Berapa besar gain untuk orifice plate ?


b.) Berapa besar gain untuk venture ?
c.) Berapa besar gain untuk nozzle?
Jawaban :

3. Bagaimana prinsip kerja dari magnetic dan rotameter ? Jelaskan beserta rumusnya !
Jawaban :
 Prinsip Kerja Magnetik
 Prinsip Kerja Magnetik
Prinsip kerja magnetic flow meter adalah berdasarkan
prinsip hukum faraday mengenai induksi elektromagnetik.
Menurut hukum ini , ketika medium konduktif melewati
medan magnet menghasilkan tegangan yang berbanding
lurus dengan kecepatan medium konduktif, kecepatan
medan magnet, dan panjang konduktor. Dalam hukum
faraday 3, nilai tersebut dikalikan secara bersama-sama
beserta dengan konstanta, untuk menghasilkan besarnya tegangan. Oleh karena
itu, medium yang diukur oleh elektromagnetik flow meter harus bersifat sebagai
konduktor magnetik.
𝐕𝐞 = 𝐁 × 𝐋 × 𝐕 𝐐 = 𝐀 × 𝐕

Dimana :
Ve = Induced Voltage V = Flow Velocity
B = Magnetic Induction Q = Volume Flow
(Magnetic Field) A = Pipe Cross-Section
L = Electroda Gap I = Current Strength

 Prinsip Kerja Rotameter


 Prinsip kerja Rotameter
Mula-mula float berada pada posisi setimbang (angka nol
pada scale line) menunjukkan bahwa tidak adanya gaya
yang bekerja pada float, dengan demikian tidak ada fluida
yang mengalir. Ketika terjadi aliran fluida berakibat pada
naiknya float keatas akibat gaya angkat dari fluida.
Pembacaan tinggi float pada scale line sebanding dengan
perubahan besarnya aliran yang terjadi.

𝐅𝐝 × 𝐠𝐜 = (𝐕𝐟 × 𝛒𝐟 × 𝐠) − (𝐕𝐟 × 𝛒 × 𝐠)

Dimana :
Fd = Gaya (lb) g = Vf = Volume Float (ft 3)
Percepatan Gravitasi 𝜌𝑓 = Densitas Float (𝑙𝑏⁄𝑓𝑡3)
(9,81 𝑚⁄𝑠2 = 32,17 𝑓𝑡⁄𝑠) 𝜌 = Densitas Fluida (𝑙𝑏⁄𝑓𝑡3)
gc = Faktor Konversi Newton Vf = mf = Massa dari float
(32,17 𝑓𝑡. 𝑙𝑏⁄𝑙𝑏. 𝑠2)

4. a.) Jelaskan definisi sistem pengukuran dan sistem pengontrolan !


b.) Jelaskan perbedaan sistem pengukuran dan sistem pengontrolan !
c.) Jelaskan komponen sistem pengukuran dan sistem pengontrolan !
d.) Jelaskan diagram blok sistem pengukuran dan sistem pengontrolan !
Jawaban :
 Sistem pengukuran digunakan untuk menentukan besaran fisis dan memberi harga
pada besaran tersebut. Sedangkan sistem pengendalian dalam instrumen yang
digunakan untuk mengendalikan variabel proses sesuai dengan set point.
Pengendalian bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal secara kualitas,
kuantitas, efisien dan efektifitas dalam proses produksi, dimana pengendalian
merupakan usaha pengaturan agar sesuai dengan program kerja yang dikehendaki.
 Perbedaan sistem pengukuran dan sistem pengontrolan
 Sistem Pengukuran Pengukuran adalah proses pengumpulan informasi dari
besaran fisis. Pengumpulan informasi ini berupa tindakan membandingkan
harga variabel yang diukur dengan variabel lain yang harganya sudah
diketahui. Besaran fisis yang dimaksud adalah besaran panjang, waktu,
temperatur, tekanan, kecepatan dan sebagainya. Pengukuran diperlukan
untuk mengindikasi dan monitoring suat proses, kontrol dan otomasi serta
untuk billing dan custody transfer.
 sistem pengendalian dalam instrumen yang digunakan untuk
mengendalikan variabel proses sesuai dengan set point. Pengendalian
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal secara kualitas, kuantitas,
efisien dan efektifitas dalam proses produksi, dimana pengendalian
merupakan usaha pengaturan agar sesuai dengan program kerja yang
dikehendaki. Banyak cara melakukan pengendalian, pengaturan keluaran
yang dikehendaki melalui input (set point), yang diharapkan keluaran dari
proses pengendalian, output sesuai yang dikehendaki oleh set point dengan
kualitas yang diijinkan.
 Komponen
A. Komponen Sistem Pengukuran
 Bagian input/elemen sensor = Merubah suatu besaran fisis menjadi besaran fisis
yang lain. Contoh : dari panas ke listrik, dari tekanan ke perpindahan dan lain-lain.
 Bagian process = Melakukan pengolahan data atau sinyal yang diberikan oleh
bagian input untuk dimodifikasi, dikuatkan atau diubahnya menjadi bentuk lain
sesuai dengan besaran/signal yang dibutuhkan read out device.
 Bagian output/read out device = Memperagakan informasi yang dihasilkan bagian
proses dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan sistem.
B. Komponen Sistem Pengontrolan
 Primary element = Suatu alat yang digunakan untuk mengubah suatu besaran phisis
(suhu, tekanan, aliran dan level) menjadi besaran phisis yang lainnya.
 Secondary Element/Transmitter = Berfungsi mengolah perubahan fisik yang
dihasilkan oleh sensor menjadi suatu penunjukan (indicator) atau menjadi suatu
signal standar untuk ditranmisikan ke receiver (indicator dan recorder) maupun
control element (controller).
 Controller = Melakukan pengaturan terhadap variable proses dengan cara
memerintahkan final control elemen mengatur variable proses. Kemudian hasil
pengaturan dirasakan oleh sensing element untuk dilaporkan ke controller untuk
dibandingkan dengan nilai yang diinginkan (set point).
 Final Element (Control Valve) = Merupakan komponen akhir dari control system
yang disebut juga dengan final control element. Fungsi dari control valve adalah
untuk mewujudkan signal koreksi dari controller menjadi suatu aksi yang dapat
mengembalikan kondisi proses ke harga yang telah ditentukan bila terjadi
penyimpangan.
 Disturbance/Gangguan = Besaran lain selain manipulated variable yang dapat
menyebabkan berubahnya controlled variable. Besaran ini juga disebut Load/Beban.
 Controlled Variable = Besaran atau variable yang dikendalikan. Besaran ini disebut
juga sebagai Process Variable.
 Manipulated Variable = Input/masukan dari suatu proses yang dapat dimanipulasi
atau diubah-ubah besarnya agar process variable atau controlled variable besarnya
sama dengan set point.
 Process/Plant = Seperangkat peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu atau
melakukan suatu operasi tertentu.

 A. Blok Diagram Sistem Pengontrollan

B. Blok Diagram Sistem Pengukuran

5. Jelaskan sistem pengukuran dan pengontrolan dari gambar berikut !


Jawaban :
 Temperature Transmitter 2A (TT2A) yang terpasang di Lapangan/Field
Process Area digunakan untuk mengukur besarnya temperature yang ada pada
Tanki 26 (T26). Temperature Transmitter pneumatik diatas dicatu oleh udara
bertekanan/Air Supply (AS)/Instrument Air Supply (IAS) yang besarnya 20
Psig. Output dari TT2A ini berupa Signal Pneumatik yang besarnya 3-15 Psig
yang ditransmisikan melalui tubing. Output TT2A diteruskan ke Junction Box
nomor urut 7 (JB7) yang berada pada panel belakang Control Room/Ruang
Kendali dimana Operator berada dan diteruskan ke input Temperature Recorder
2A (TR2A) yang berfungsi untuk menyimpan/merekam data hasil pengukuran
temperature saat ini dan data lalu (history). Signal Pneumatik keluaran dari
TT2A juga menjadi input pada Temperature Indicator Controller 2A (TIC2A)
yang berada pada panel depan Control Room. TR2A dan TIC2A juga dicatu
oleh udara bertekanan/Air Supply (AS) sebesar 20 Psig. Adapun fungsi dari
TIC2A adalah sebagai indicator (menunjukkan indikasi temprature saat ini) dan
sebagai control yang dikendalikan oleh Operator (melakukan fungsi koreksi
terhadap Set Point dan Measurement Variable). Adapun output dari TIC2A
menjadi Set Point dari Temperature Indicator Controller 2 (TIC2) yang biasa
disebut control cascade/kontrol bertingkat (merupakan sistem kontrol Umpan
balik yang terdiri dari kontrol loop utama/primary loop dan kontrol loop
pembantu/secondary loop). Adapun Input dari TIC2 berasal dari Temperature
Transmitter 2 (TT2) yang bertugas melakukan pengukuran besarnya
temperature steam coil pada Tanki T26 yang ditransmisikan dengan tubing
melalui Junction Box nomor urut 9 (JB9) . Selain itu juga output TT2 menjadi
input Temperature Recorder 2 (TR2). TR2 dan TIC2 juga dicatu oleh udara
bertekanan/Air Supply (AS) sebesar 20 Psig. Adapun output dari TIC2
digunakan untuk mengendalikan bukaan Control Valve 2 (TV2) yang berada di
Field Process Area sesuai dengan hasil perbandingan atau koreksi (error) di
Controller.
6. Apa nama sinyal output keluaran transmitter ?
Jawaban :
 Sinyal pengukuran (Measurement signal/Measured value) yang merupakan
sinyal standar instrument yakni sinyal pneumatik yang besarnya 3 – 15 Psi atau
0,2 – 1,0 kg/cm2 dan sinyal elektrik yang besarnya 4 – 20 mA DC dan 1 – 5 V
DC

7. Apa nama sinyal input masukan controller ?


Jawaban :
 Sinyal Process Variable (PV) yang besarnya 4 – 20 mA DC dan 1 – 5 V DC

8. Apa nama sinyal output keluaran controller ke control valve ?


Jawaban :
 Signal Manipulated Variable (MV) keluaran dari Electronic Controller sebesar
4 – 20 mA DC dan diterjemahkan oleh I/P Transducer ( Current to Pressure
Converter ) menjadi informasi sinyal pnematik 3 – 15 psi ke positioner atau
aktuator control valve.
9. Sebutkan contoh satuan pressure !
Jawaban :
 Tabel Satuan
Satuan bar kPa In Hg Kgf/cm2 Psi atm

Bar 1 100 29,53 1,019 14,5 0,98

kPa 0.01 1 0,295 0,01019 0,145 0,0098

InHg 0.033 3.38 1 0.0345 0.491 0.033

Kgf/cm2 0.980 98.06 28.95 1 14.22 0.96

Psi 0.068 6.89 2.036 0.0703 1 0.068

atm 1.013 101.32 29.92 1.033 14.69 1

10. Tuliskan rumus konfersi suhu dari ℉ ke ℃ dan sebaliknya !


Jawaban :
°F = 9/5 °C + 32
°C = 5/9 (°F - 32)
Dimana:
°F = Derajat Fahrenheit
°C = Derajat Celsius
11. Sebutkan contoh satuan flowrate !
Jawaban :

 Perusahaan Amerika umumnya menggunakan satuan british dimana flow (Q)


dalam gpm (gallons per minute), sehingga rumus diatas disesuaikan menjadi: Q =
449 x A x V. Dengan A dalam feet kuadrat (ft^2), dan V dalam ft/s.
 KNM3/H ( Kilo Normal Cubic Metric Per Hour )
KNM3/H ini merupakan satuan untuk flow atau kapasitas dalam satuan Sistem
International ( SI ). Kilo disini diterjemahkan dengan 1000, untuk Normal
merupakan pengukuran terhadap properties gas yang dilakukan pada pressure 1
atm dan temperatur 0oC.
 MMSCF/H ( Million Standart Cubic Feet Per Hour )
MMSCF/H ini sama dengan KNM3/H yaitu satuan untuk flow atau kapasitas yang
dinyatakan dalam Satuan British. M ini sama arti dengan kilo yaitu 1000. Jadi klo
Million ( MM ) itu setara dengan Mega dalam SI atau 1000000. Sedangkan untuk
standart ini merupakan pengukuran dilakukan pada pressure 14.7
Psi dan temperatur 60 F atau dalam standart ISO 6776
 MMBTU ( Million British Thermal Unit )
Maksud dari BTU yaitu jumlah energy panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 lb ( 1 pound ) air sebesar 1oF pada tekanan 14.7 psi. Nilai Kalor (
Heating Value ) ini memiliki nilai Gross dan Net, Gross Heating Value ( GHV ) dan
Net Heating Value ( NHV ), di Indonesia sering disebut dengan High dan Low (
HHV dan LHV )
12. Apa rotasi dari MMSCFD ? Apa kepanjangannya ?
Jawaban :
 MMSCFD adalah singkatan dari Million Standard Cubic Feet per Day (gas)
atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari (gas).
M adalah 1.000 (seribu) jika digunakan dalam hubungan dengan satuan SCF
atau BTU. MM adalah 1.000.000 (satu juta) jika digunakan dalam hubungan
dengan satuan SCF atau BTU.
 STANDARD CUBIC FOOT atau SCF adalah sejumlah gas yang diperlukan
untuk mengisi ruangan 1 (satu) kaki kubik, dengan tekanan sebesar 14,73 psi
(empatbelas dan tujuh tiga per sepuluh pound per square inch) atau 14,696 psi
(empatbelas dan enam sembilan enam per seratus pound per square inch) dan pada
temperatur 60° F (enampuluh derajat Fahrenheit) dalam kondisi kering. Pengukuran
yang berhubungan adalah MMSCMD singkatan dari Million Standard Cubic
Meters per Day (of gas).
13. Sebutkan contoh sensor level beserta prinsip kerja dan rumus matematikanya !
Jawaban :

14. Apa perbedaan massa dan berat ? Tuliskan contoh, rumus, dan satuannya !
Jawaban :
 Perbedaan Massa dan Berat
 Massa merupakan jumlah partikel(banyaknya materi) yang dikandung
zat/benda, sedangkan berat massa yang dipengaruhi gravitasi.
 Nilai massa tidak berubah/tetap, sedangkan nilai berat dapat berubah,
bergantung gravitasi di mana benda itu berada.
 Massa dinyatakan dalam satuan kg(Kilogram), sedangkan berat dinyatakan
dalam satuan Newton
 Massa termasuk besaran skalar dan pokok, sedangkan berat termasuk
besaran vektor dan turunan.
 Massa merupakan besaran yang tidak mempunyai arah, sedangkan berat
besaran yang mempunyai arah.
 Massa diukur menggunakan neraca, sedangkan berat diukur menggunakan
neraca pegas atau dinamometer.
 Contoh Massa dan Berat
Massa merupakan ukuran banyaknya materi yang terkandung dalam suatu benda.
Massa diukur dengan menggunakan neraca. Satuan massa dalam SI adalah kilogram.
Massa termasuk besaran skalar. Massa merupakan besaran yang tidak memiliki arah
Berat merupakan gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda. Berat
termasuk besaran vektor, berat merupakan besaran yang memiliki arah. Arah berat
selalu tegak lurus terhadap permukaan bumi. Berat merupakan salah satu bentuk
gaya, berat dapat diukur dengan menggunakan neraca pegas atau dinamometer.
Satuan berat dalam SI dinyatakan dalam Ne.
Contohnya sebuah apel yang bermassa 200 g akan mempunyai berat yang berbeda-
beda ketika ditimbang pada tempat yang berbeda. Apel yang bermassa 200 g,
mempunyai berat 1,96 N ketika ditimbang dipermukaan bumi (percepatan gravitasi
9,8 m/s2), beratnya 1,952 ketika ditimbang di atas gunung (percepatan gravitasi
9,76 m/s2), bahkan beratnya hanya 0,327 ketika ditimbang di bulan.
 Rumus dan Satuannya
Berat dihitung dengan mengalikan massa sebuah benda dengan percepatan gravitasi
di mana benda tersebut berada. Berat sebuah benda di bumi akan berbeda dengan
beratnya di bulan. Sebuah benda bermassa 10 kilogram, akan tetap mempunyai
massa 10 kilogram di bumi maupun di bulan, namun di bumi benda tersebut akan
mempunyai berat 98 Newton, sedangkan di bulan, benda tersebut akan mempunyai
berat 16,3 Newton saja.
W = mg

Anda mungkin juga menyukai