Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

Disusun oleh :
Kelompok 2

 Nada Nova Wanda (Al A221 073)


 Reski Amelia (Al A221 086)
 Nurul Ulfa Ahmad (Al A221 084)
 Lili Maisara Mirsyad (Al A221 096)

UNIVERSITAS MEGA REZKY FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


KEBIDANAN PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI
KEBIDANAN TAHUN 2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan


Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penulis juga panjatkan kehadiran
ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah dengan judul
“PERAN BIDAN SEBAGAI PRAKTISI YANG OTONOM” ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa adanya sumber materi


pembelajaran yang baik dan bantuan dari berbagai pihak , makalah ini tidak akan
terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi yang membaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 23 Agustus 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

KATA PENGANTAR ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Otonomi 3

B. Bentuk-Bentuk Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan 4

C. Transisi dari Mahasiswa Keotonom Bidan yang Akuntabel..................4


D. Pekembangan Profesional Berkelanjutan 4

E. Rencana Belajar Sepanjang Hayat 5

F. Keterampilan Belajar Mandiri 7

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

B Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
The International Confederation of Midwives (ICM) merupakan profesi bidan
dunia. Pada saat ini ICM telah memiliki lebih dari 1000 organisasi profesi bidan
dari berbagai negara di dunia ini. Misi ICM berusaha memperkuat asosiasi
anggota dan untuk memajukan profesi kebidanan secara global dengan
mempromosikan bidan otonom sebagai pengasuh yang paling tepat untuk
melahirkan anak perempuan dan dalam menjaga persalinan normal, dalam rangka
meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan, dan kesehatan bayi dan keluarga.
Akuntabilitas bidan dalam pratik kebidanan merupkan suatu hal yang penting
dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat
(accuuntability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu landasan hukum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya
legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan
mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui :
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b. Penelitian dalam bidang kebidanan
c. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
d. Akreditasi
e. Sertifikasi
f. Registrasi
g. Uji Kompetensi
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan?
b. Apa bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan?
c. Bagaimana transisi dari mahasiswa ke otonom bidan yang akuntabel?
d. Bagaimana pengembangan profesi berkelanjutan?
e. Apa yang dimaksud rencana belajar sepanjang hayat?
f. Apa yang dimaksud keterampilan belajar mandiri?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan
c. Untuk mengetahui transisi dari mahasiswa ke otonom bidan yang
akuntabel
d. Untuk mengetahui pengembangan profesional berkelanjutan
e. Untuk mengetahui rencana belajar sepanjang hayat
f. Untuk mengetahui keterampilan belajar mandiri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi
Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya
sendiri, dan nomosyang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian
otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979).
a. Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9),
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa
menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki
pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur)
b. Menurut Wayong (1979: 16),
Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara
dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri,
menentukan hukuman sendiri, dan pemerintahan sendiri.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi kebidanan
adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan fungsi bidan sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang bidan ( suatu bentuk
mandiri dalam memberikan pelayanan).
Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan,
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya
promotif, preventif, kualitatif, rehabilitatif untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas,
bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam 
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang
registrasi dan praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/
IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana:
a. UU No.10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
di Dalam Rumah Tangga.

B. Bentuk-bentuk Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan


Bentuk-Bentuk Otonomi Bidan Dalam Praktek Kebidanan:
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan kebidanan
c. Melaksanakan asuhan kebidanan
d. Melaksanakan dokumentasi kebidanan
e. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup tanggung jawab

C. Transisi dari Mahasiswa Keotonom Bidan yang Akuntabel


Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada suatu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012). Secara umum mahasiswa
merupakan seseorang yang belajar di bangku perkuliahan dengan
mengambil jurusan yang disenangi sekaligus jurusan yang didalamnya ada
kemungkinan besar untuk mengembangkan bakatnya.Tentu saja semakin
tinggi mahasiswa dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi akan semakin
linier dan spesifik terhadap ilmu pengetahuan yang digelutinya.
Mahasiswa kebidanan merupakan orang yang sedang menempuh
pendidikan tinggi dalam fakultas kesehatan dengan ilmu kebidanan atau
profesi bidan. Dalam pendidikannya mahasiswa kebidanan memang
dikhususkan belajar tentang kehamilan, persalinan, pelayanan setelah
persalinan, bahkan perencanaan kehamilan. Sama seperti jurusan-jurusan
kesehatan lain, jurusan kebidanan mendidik calon-calon pekerja kesehatan
profesional yang dapat membantu masyarakat segera setelah masa kuliah
usai.
D. Perkembangan Profesional Berkelanjutan
Perkembangan profesional berkelanjutan atau CPD (continuing
professional development) adalah perkembangan usaha pembinaan secara
sistematis bagi bidan yang bertujuan untuk memelihara, meningkatkan
kompetensi baik pengetahuan, keterampilan serta mengembangkan sikap
profesionalisme. Pengembangan keprofesian wajib diikuti oleh setiap
bidan sebagai bagian dari pembinaan, melalui mekanisme sertifikasi,
registrasi, dan lisensi.
Perkembangan profesi bidan merupakan kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan jenjang bagi seorang bidan baik
pengetahuan,keterampilan dan jabatan. Peningkatan tersebut bisa melalui
pendidikan, pelatihan berkelanjutan baikformal maupun non formal yang
hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam
melaksanakan fungsinya.
Pengembangan karir (career development) terdiri dari :
a. Perencanaan karir (career planning), yaitu suatu proses dimana
individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah
untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya.
b. Manajemen karir (career management). Proses dimana organisasi
memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya
guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.
Berikut ini beberapa yang menjadi prinsip pengembangan profesional
bidan:
1. Pendidkan Lanjut
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai
dengan kebutuhan atau pelayanan dan standar yang telah ditentukan
oleh hasil melalui pendidikan formal dan non formal.
2. Job Fungsional
Job fungsional merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas,
kewajiban, hak serta wewenang pegawai sipil dalam melaksanakan
tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya
menggunakan angka kredit.
E. Rencana Belajar Sepanjang Hayat
Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (lifelong Education)
adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa,
tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat ini
menjadi lebih tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus
menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam
lingkungan masyarakat yang selalu berubah.
Konsep belajar sepanjang hayat pertama kali dikemukakan oleh Edgar
Faure dari International Council For Educational Development (ICED)
atau Komisi Internasional Pembangunan Pendidikan.
Para ilmuan ilmu pendidikan yang semula mengatakan bahwa pendidikan
berakhir pada saat individu telah tumbuh menjadi dewasa. Kemudian,
mereka melakukan peninjauan kembali terhadap konsep pemikiran
sebelumnya sehingga tercetuslah pemikiran atau gagasan tentang
pendidikan sepanjang hayat ini.
Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah
perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu
memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik.
Gestrelius (1977) menegemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat
mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan
metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi
lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan.
1. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat
a. Tinjauan Ideologis
Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama,
khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya
b. Tinjauan Ekonomis
Salah satu cara keluar dari lingkaran antara kebodohan dan
kemelaratan atau kemiskinan ialah dengan pendidikan seumur
hidup.
c. Tinjauan Sosiologis
Salah satu masalah pendidikan di negara berkembang adalah
pemborosan pendidikan yang disebabkan oleh sebagian orang tua
kurang menyadari pentingnya pendidikan, putus sekolah,bahkan
tidak sekolah sama sekali. Hal itu yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah buta huruf, terutama orang tua yang lahir
pada zaman yang belum berkembang pesat seperti sekarang ini.
d. Tinjauan Politis
Negara kita adalah negara demokrasi di mana seluruh warga negara
wajib menyadari hak dan kewajibannya disamping memahami
fungsi pemerintah. Agar politik dan demokrasi pada suatu negara
dapat berkembang dengan baik dan tidak ketinggalan oleh zaman.
e. Tinjauan Teknologi
Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para pemimpin,
teknisi, guru, dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu harus
senantiasa menyesuaikan perkembangan ilmu dan teknologi untuk
menambah cakrawala pengetahuan disamping keterampilan.
f. Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Tidak ayal lagi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berpengaruh besar terhadap pendidikan khusunya konsep
dan teknik penyampaiannya. Oleh karena perkembanagan ilmu dan
teknologi semakin luas dan kompleks maka tidak mungkin
segalanya itu dapat diajarkan.
2. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat
Adapun beberapa karakteristik pendidikan sepanjang hayat yaitu :
a. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah,
tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang
hidup.
b. Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang
dewasa, tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan
memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan sebagainya).
c. Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok
pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar
sekolah.
3. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
a. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan
kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin.
b. Sebagai pembelajaran mandiri (self learning) yaitu menyesuaikan
diri dengan perubahan positif yang terus menerus dan berkembang
dalam sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat serta
menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang.
c. Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya.
F. Keterampilan Belajar Mandiri
Belajar mandiri didefinisikan sebagai usaha individu mahasiswa yang
otonom untuk mencapai suatu kompetensi guna mengatasi masalah dan
dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.
Keterampilan belajar mandiri pada dasarnya dijelaskan dalam dua
perspektif yaitu belajar mandiri sebagai sebuah proses pembelajaran yang
menjadikan pembelajaran bertanggung jawab penuh dalam merencanakan,
melaksanakan, memiliki kebebasan penuh untuk mengontrol materi
pembelajaran yang penting serta mengevaluasinya dan strategi belajar
mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri.
Belajar mandiri memberikan kesempatan untuk menentukan tujuan
belajarnya, merencanakan proses belajarnya, menggunakan sumber-
sumber yang dipilihnya, membuat keputusan akademis, melakukan
kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya.
1. Tujuan belajar mandiri
Adapun tujuan akhir belajar mandiri adalah pengembangan
kompetensi intelektual yang dapat membantu untuk menjadi :
a. Seorang terampil dalam memecahkan maslah
b. Pengelola waktu yang unggul
c. Seorang yang terampil belajar
2. Pelaksana belajar mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Faktor karakteristik peserta didik yang meliputi pengalaman dalam
melakukan pembelajaran mandiri sehingga membentuk faktor
psikologis, kesadaran akan pentingnya lingkungan yang
mendukung pembelajaran dan mengetahui gaya belajar yang tepat
untuk dirinya sendiri.
b. Faktor kemampuan self monitoring, self management dan motivasi
dari peserta didik dalam belajar mandiri.
c. Faktor keterampilan juga perlu dimiliki oleh peserta
didikdiantaranya keterampilan menggunakan sumber informasi
misalnya mencari materi terbaru agar dapat menggabungkan antara
informasi yang baru serta informasi tersebut dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan.
d. Faktor yang menghambat belajar mandiri misalnya, mood peserta
didik yang tidak stabil, kurangnya motivasi akan penting belajar
mandiri, fasilitas kampus yang tidak memadai sehingga peserta
didik sulit untuk melakukan belajar mandiri.
3. Ciri utama belajar mandiri :
a. Pengembangan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan
tidak tergantung faktor-faktor dosen, kelas, teman dan lain-lain.
b. Peran utama dosen dalam belajar mandiri adalah sebagai konsultan
dan fasilitator, bukan sebagai otoritas dan satu-satunya.
c. Keinginan untuk belajar, pengendalian diri dan pengelolaan diri
meliputi: pengelolaan waktu, kedisiplinan, percaya diri.
Sesuai dengan tujuan proses belajar mandiri perlu dipertimbangkan
kriteria untuk mengevaluasi proses belajar. Evaluasi harus berfokus pada
pencapaian perilaku belajar mandiri yang dapat diukur termasuk,
menentukan tujuan belajarnya, memilih sumber belajar, menganalisis dan
mengevaluasi masalah, memecahkan masalah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi kebidanan menyangkut dengan keselamatan jiwa manusia
yang menjadi tanggung jawab dan tanggung gugat atas semua tindakan
kebidanan yang dilakukan. Praktik kebidanan merupakan sesuatu yang
sangat penting dan dituntut dalam profesi kebidanan. Tindakan yang
dilakukan oleh profesi kebidanan ini didasari oleh kompetensi dan
evidence base dan diperkuat oleh landasan hukum yang mengatur profesi
yang bersangkutan.Seorang bidan memiliki kewenangan atas hak otonomi
dan kemandirian untuk bertindak secara professional yang memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar profesi kebidanan.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan agar para pembaca
mampu mendapatkan ilmu pengetahuan tentang otonom bidan yang akuntabel
dan pengembangan profesi berkelanjutan, dan rencana belajar sepanjang
hayat, keterampilan belajar mandiri. Dan diharapkan para pembaca dapat
mengambil manfaat dalam makalah ini untuk dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Kh Endah Widhi Astuti, dkk. Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam


Praktik Kebidanan.Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan : Desember 2016.

Suhartin, Rubiah. Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Bidan (Continuing Professional Development). Pengurus Ikatan Bidan Indonesia
2018.

Sugianti Tuning. Persepsi Mutu Pembelajaran Praktek Laboratorium


Kebidanan Menentukan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III. Vol. 7 No.4,
November 2017.

Yuningsi Rahmi. Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan dalam Upaya


Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak. Aspirasi: Vol 7 No. 1, Juni 2016

Ngadiyono, Elisa, dkk. Obyek Ilmu Kebidanan dalam Perspektif Ilmu


Menurut Prof. Ahmad Tafsir Sebagai Arah Pengembangan Ilmu Kebidanan.
Jurnal Kebidanan: Vol. 3 No.7, Oktober 2014.

Erawati, Rinayati, dkk. Persepsi Bidan Terhadap Kualifikasi Pendidikan


Bidan dalam Undang-undang No.4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Jurnal
SMART Kebidanan: Vol. 6 No. 2, Desember 2019.

Trisiana Atina, Optimalisasi Belajar Mandiri Tata Pamong. Widya Wacana:


Vol 9 No. 2 , Agustus 2014.

Anda mungkin juga menyukai