Jawaban
Langkah ini pun turut dilakukan oleh Vivo. Melalui lini produk terbarunya, V5 series, Vivo
memboyong beberapa nama beken seperti Agnez Mo, Afgansyah Reza, Pevita Pearce, Zaskia
Sungkar, Shireen Sungkar, Prilly Latuconsina, dan sederet buzzer kenamaan lainnya. Maka
tidak heran jika nama OPPO dan Vivo langsung terngiang di telinga dan hati masyarakat.
Dengan segala kesuksesan yang sudah diraih, OPPO dan Vivo memiliki cukup banyak haters.
Hal ini tidak bisa dimungkiri lagi. Seringkali ketika kami membuat artikel maupun video terkait
produk OPPO dan Vivo, banyak komentar miring bernada negatif yang dilontarkan netizen.
Mengapa demikian? marketing agresif tadi lah yang jadi penyebabnya. Sebagian besar komentar
netizen menyiratkan kalau mereka merasa risih dengan marketing agresif yang dilakukan kedua
brand ini. Contohnya ketika mengunjungi toko smartphone, mereka mengklaim seringkali
dibujuk oleh para promotor untuk membeli perangkat OPPO dan Vivo. Bahkan tak jarang sang
promotor seolah melakukan black campaign dengan menjelek-jelekkan produk lain. Kami pun
pernah mencoba langsung saat mengunjungi toko smartphone di mall maupun ITC. Dan memang
benar ada kejadian seperti ini. Tapi perlu dicatat, tidak semua promotor berlaku demikian karena
ada promotor yang tetap objektif.
Alasan lain yang menimbulkan kebencian adalah mahalnya harga smartphone OPPO atau Vivo.
Bila dibandingkan dengan merek smartphone asal Cina lainnya, harga smartphone OPPO dan
Vivo terlampau mahal, padahal spesifikasinya dianggap biasa saja. Hal ini memang benar
adanya. Bisa jadi mahalnya harga yang dipatok disebabkan besarnya biaya promosi maupun
pembangunan pabrik dan eksosistem di Indonesia.
Oppo memasuki industri ponsel pintar sejak 2008, sedangkan Vivo pada tahun 2011 silam.
Meski satu induk perusahaan, keduanya tetap bersaing di pasar.
Strategi Pemasaran Marketing Agresif dengan promosi Jor Joran dengan artis artis terkenal
sebagai Brand Ambassadornya
Target Untuk sukses menjadi merek ponsel pintar di Indonesia OPPO dan
VIVO menyebutkan akan fokus terhadap 35% populasi segmen
millenial tersebut. Targeting terhadap 35% populasi millenial tersebut
adalah masyarakat atau generasi yang mengikuti trend teknologi
kemudian sesuai dengan kebiasaan dan preferensi millennial yang
doyan selfie, maka keduanya pun menawarkan produk yang mampu
menjawab kebutuhan mereka. Kemudian jika melihat pada kelasnya
targeting fokus pada segmen middle dan high-end
Positioning Selain iklan di televisi yang memang salah satu untuk membentuk
strategi positioning, yang dilakukan kedua brand tersebut untuk
membentuk brand awareness atau melekatkan kepada benak konsumen
untuk mengenali dan mengingatkan merek, keduanya menggandeng
beberapa brand ambasador, selain itu keduanya juga menggunakan para
influencer serta Key Opinion Leader (KOL) yang aktif di social media.
Marketing Mix Marketing Mix merupakan business tool yang diciptakan oleh Neil
Borden, presiden American Marketing Association tahun 1953. Tool
ini masih digunakan hingga saat ini untuk membuat keputusan penting
yang mengacu pada pelaksanaan strategi pemasaran. Marketing Mix
terdiri dari 4P, yakni Product, Place, Price, dan Promotion.
Promotion
Upaya promosi yang dilakukan oleh keduanya sangatlah gencar,
dengan segementasi millenial yang didalamnya terdapat segmen
ekonomi menengah dan segmen ekonomi menengah ke atas, berarti ada
banyak media promosi yang digunakan diantaranya adalah.
• Advertaising (iklan) • Marketer (Promotor) • Layanan purna jual
Place
distribusi yang digunakan oleh keduanya untuk mendongkrak
penjualan produknya sebagian besar dijual dengan cara retail, yaitu
bersentuhan secara langsung dengan konsumen atau user. Walaupun
perusahaan ini terlihat seperti distributor yang menjual produknya
kepada toko, counter atau modern store, perusahaan tidak melepas
langsung produknya kepada pihak tersebut tetapi perusahaan akan
menempatkan tenaga penjual (Promotor) di toko-toko tersebut untuk
berinteraksi langsung dengan konsumen. Langkah penyaluran produk
tersebut disebut sebagai retail.