Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR SOAL UJIAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UDINUS


Jl. Nakula I No. 5-11 Smg Telp. 024. 3567010 Fax. 024. 3565441
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP T.A. 2020/2021

Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran Sifat : Buka Buku


Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022 Waktu : 90 menit
Kelompok : MM Reguler 30 Dosen : Dr. Yohan Wismantoro
Nama : Ayu Wulan Agustiyanti
NIM : P32.2021.00805

Marketing is an organizational function and a set of creating, communicationg and delivering


value to customers and for managing customer relationships in ways that benefit the organization
and its stakeholders (Kotler, 2018)
Soal
CLV (Customer Lifetime Value) sebenarnya lebih dari sekedar tentang memaksimalkan
profitabilitas. Ini adalah tentang memaksimalkan profitabilitas pelanggan yang memiliki jangka
waktu terlama. Dengan kata lain, mempertahankan pelanggan lebih lama.
Buatlah analisis tentang Customer Lifetime Value untuk ke dua produk diatas, yaitu Oppo dan
pesaingnya Vivo. Analisis meliputi strategi Pemasaran (Segmentasi, Target, Positioning dan
Marketing Mix – 4 P). Menurut anda mana strategi mana yang relative paling efektif, mengapa?

Jawaban

ANALISIS CLV (Customer Lifetime Value) OPPO dan VIVO


Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan dalam sebuah usaha. Pelanggan
atau customer adalah salah satu faktor utama yang menentukan kesuksesaan perusahaan.
Secara umum, customer lifetime value ini akan membantu untuk mempertahankan konsumen
yang ada. Sebab mendapatkan konsumen baru jauh lebih sulit dan membutuhkan waktu serta
biaya lebih besar dibanding mempertahankan yang sudah ada.
Customer Lifetime Value (CLV) adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan
nilai dari pelanggan sebuah perusahaan, CLV berarti nilai umur pelanggan. yang dimaksud
dengan umur pelanggan di sini bukanlah umur pelanggan yang dilihat dari tahun kelahirannya,
melainkan dari rentang waktu ia menggunakan produk atau jasa dari suatu perusahaan. Customer
lifetime value ini sering disamakan dengan net promoter score (NPS), namun sebenarnya
keduanya sangatlah berbeda sebab NPS hanya mengukur kepuasan pelanggan tanpa
menghubungkannya dengan rentang waktu seorang konsumen dalam menjalin interaksi
dengan brand suatu perusahaan.
banyak keuntungan yang bisa didapat dari CLV sebagai pemiliki usaha. Dengan menghitung
CLV, perusahaan dapat memperkirakan biaya maksimal untuk melakukan akuisisi pelanggan.
Lebih mendasar lagi, perusahaan bisa mengetahui mana pelanggan yang nilainya paling tinggi.
Dengan begitu, jika perusahaan berniat melakukan segmentasi pelanggan, maka akan sangat
terbantu.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan CLV. Yaitu sistem reward,
meningkatkan pengalaman pelanggan, Upsell dan Cross-Sell , Optimasi teknologi dan software
Namun, ada salah satu cara yang terbukti efisien dalam meningkatkan CLV. Cara tersebut adalah
dengan menerapkan program promosi bagi pelanggan. Program semacam ini akan mengikat
pelanggan sehingga retensinya dapat meningkat. Katakanalah Perusahaan melakukan promosi
“Buy One Get One” atau “Gift with Purchase” setiap hari Senin, maka potensi pelanggan untuk
kembali ke tempat tersebut di hari Senin pun semakin besar.
Persaingan smartphone semakin ketat, banyak brand baru yang terus bermunculan setiap
tahunnya. Brand baru tersebut didominasi oleh Brand yang berasal dari negeri China. pada awal
kedatangannya di Indonesia, OPPO yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali langsung
mendapat cibiran, Tapi tiga tahun berselang, OPPO menjelma jadi raksasa di industri
smartphone. Tidak hanya di negara asalnya dan di tanah air, tapi secara global. OPPO saat ini
menduduki peringkat keempat daftar smartphone terlaris dunia untuk periode Q4 2016 hingga
Q1 2017. Selain OPPO, produsen lain yang juga patut mendapat perhatian khusus adalah VIVO.
Brand yang masih satu induk dengan OPPO ini tiba-tiba juga merangsek menempel OPPO
menjadi produsen smartphone terlaris kelima di dunia. Oppo memasuki industri ponsel pintar
sejak 2008, sedangkan Vivo pada tahun 2011 silam. Meski satu induk perusahaan, keduanya
tetap bersaing di pasar Berdasarkan pada data yang dikeluarkan oleh Perusahan riset
Counterpoint, pada Q2 tahun 2020, Oppo dan Vivo berhasil menduduki puncak penjualan
smartphone di tanah air
Kesuksesan besar yang diraih OPPO dan Vivo tak lepas dari marketing unik nan agresif yang
mereka lakukan serta series smartphone andalan mereka. Di Indonesia, OPPO lebih dulu eksis
dengan berpromosi jor-joran. OPPO tercatat sebagai produsen smartphone yang paling aktif
beriklan di TV nasional selama tahun 2016. Bukan cuma itu, OPPO memiliki cakupan “wilayah
jajahan” yang luas di pelosok Indonesia. Belum lagi gerilya offline yang dilakukan di toko-toko
tradisional. Maka jangan heran bila kita melihat banner OPPO bertebaran di beberapa pusat
elektronik di kota besar maupun kecil. Bahkan OPPO juga berhasil menciptakan tren “berjualan”
publik figur. Sederet nama tenar mulai dari Robby Purba, Ayu Ting Ting, Chelsea Olivia,
Laudya Cinthya Bella, Rio Haryanto, Isyana Sarasvati, Raisa Andriana, Chelsea Islan, hingga
Reza Rahadian sukses mereka boyong sebagai ambassador.

Langkah ini pun turut dilakukan oleh Vivo. Melalui lini produk terbarunya, V5 series, Vivo
memboyong beberapa nama beken seperti Agnez Mo, Afgansyah Reza, Pevita Pearce, Zaskia
Sungkar, Shireen Sungkar, Prilly Latuconsina, dan sederet buzzer kenamaan lainnya. Maka
tidak heran jika nama OPPO dan Vivo langsung terngiang di telinga dan hati masyarakat.

Dengan segala kesuksesan yang sudah diraih, OPPO dan Vivo memiliki cukup banyak haters.
Hal ini tidak bisa dimungkiri lagi. Seringkali ketika kami membuat artikel maupun video terkait
produk OPPO dan Vivo, banyak komentar miring bernada negatif yang dilontarkan netizen.
Mengapa demikian? marketing agresif tadi lah yang jadi penyebabnya. Sebagian besar komentar
netizen menyiratkan kalau mereka merasa risih dengan marketing agresif yang dilakukan kedua
brand ini. Contohnya ketika mengunjungi toko smartphone, mereka mengklaim seringkali
dibujuk oleh para promotor untuk membeli perangkat OPPO dan Vivo. Bahkan tak jarang sang
promotor seolah melakukan black campaign dengan menjelek-jelekkan produk lain. Kami pun
pernah mencoba langsung saat mengunjungi toko smartphone di mall maupun ITC. Dan memang
benar ada kejadian seperti ini. Tapi perlu dicatat, tidak semua promotor berlaku demikian karena
ada promotor yang tetap objektif.

Alasan lain yang menimbulkan kebencian adalah mahalnya harga smartphone OPPO atau Vivo.
Bila dibandingkan dengan merek smartphone asal Cina lainnya, harga smartphone OPPO dan
Vivo terlampau mahal, padahal spesifikasinya dianggap biasa saja. Hal ini memang benar
adanya. Bisa jadi mahalnya harga yang dipatok disebabkan besarnya biaya promosi maupun
pembangunan pabrik dan eksosistem di Indonesia.

Oppo memasuki industri ponsel pintar sejak 2008, sedangkan Vivo pada tahun 2011 silam.
Meski satu induk perusahaan, keduanya tetap bersaing di pasar.

KETERANGAN OPPO dan VIVO

Strategi Pemasaran Marketing Agresif dengan promosi Jor Joran dengan artis artis terkenal
sebagai Brand Ambassadornya

Wilayah Pemasaran luas sampai ke pelosok Indonesia baik toko offline


dan online

Komusikasi kepada konsumen dilakukan secara masif melalui berbagai


lini misalnya iklan, sosial media,penyelenggaraan event serta
komunikasi langsung antara agen dengan calon pembeli

Segmentasi OPPO dan VIVO mengarah ke segmen millenial yang populasinya


mencapai setengah dari seluruh penduduk Indonesia. Tentunya jika
populasinya mencapai setengah dari seluruh masyarakat Indonesia
maka perekonomiannya pun sangat beragam. Sedangkan pada dasarnya
ponsel dibagi kedalam 4 segmen yaitu low end (menengah kebawah),
middle (menengah), High End (menengah ke atas) dan Flagship
(mewah). Pembagian segmen ponsel tersebut biasanya dapat dilihat
dari spesifikasi dan harga produk yang ditawarkan.

Target Untuk sukses menjadi merek ponsel pintar di Indonesia OPPO dan
VIVO menyebutkan akan fokus terhadap 35% populasi segmen
millenial tersebut. Targeting terhadap 35% populasi millenial tersebut
adalah masyarakat atau generasi yang mengikuti trend teknologi
kemudian sesuai dengan kebiasaan dan preferensi millennial yang
doyan selfie, maka keduanya pun menawarkan produk yang mampu
menjawab kebutuhan mereka. Kemudian jika melihat pada kelasnya
targeting fokus pada segmen middle dan high-end

Positioning Selain iklan di televisi yang memang salah satu untuk membentuk
strategi positioning, yang dilakukan kedua brand tersebut untuk
membentuk brand awareness atau melekatkan kepada benak konsumen
untuk mengenali dan mengingatkan merek, keduanya menggandeng
beberapa brand ambasador, selain itu keduanya juga menggunakan para
influencer serta Key Opinion Leader (KOL) yang aktif di social media.

Marketing Mix Marketing Mix merupakan business tool yang diciptakan oleh Neil
Borden, presiden American Marketing Association tahun 1953. Tool
ini masih digunakan hingga saat ini untuk membuat keputusan penting
yang mengacu pada pelaksanaan strategi pemasaran. Marketing Mix
terdiri dari 4P, yakni Product, Place, Price, dan Promotion.

Product dan Price


Oppo dan Vivo merajai pasar Indonesia saat ini. Memiliki tampilan
mewah, dua merek smartphone ini memiliki harga relatif terjangkau
dan spesifikasi yang lumayan canggih. Persamaan tersebut dapat dilihat
mulai dari jaringan, sistem operasi, batterai yang digunakan, memory
penyimpanan hingga harga yang dibanderol oleh kedua perusahaan
yang bersaing tersebut

Promotion
Upaya promosi yang dilakukan oleh keduanya sangatlah gencar,
dengan segementasi millenial yang didalamnya terdapat segmen
ekonomi menengah dan segmen ekonomi menengah ke atas, berarti ada
banyak media promosi yang digunakan diantaranya adalah.
• Advertaising (iklan) • Marketer (Promotor) • Layanan purna jual

Place
distribusi yang digunakan oleh keduanya untuk mendongkrak
penjualan produknya sebagian besar dijual dengan cara retail, yaitu
bersentuhan secara langsung dengan konsumen atau user. Walaupun
perusahaan ini terlihat seperti distributor yang menjual produknya
kepada toko, counter atau modern store, perusahaan tidak melepas
langsung produknya kepada pihak tersebut tetapi perusahaan akan
menempatkan tenaga penjual (Promotor) di toko-toko tersebut untuk
berinteraksi langsung dengan konsumen. Langkah penyaluran produk
tersebut disebut sebagai retail.

Anda mungkin juga menyukai