Anda di halaman 1dari 30

401 ABDOMEN LANJUT

NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN


1 Sambung rasa
a. menyapa pasien dan
memperkenalkan
diri
b. menanyakan
identitas pasien
2 Menyiapkan pasien :
a. menerangkan tujuan
pmx
b. meminta pasien
membuka baju
seperlunya
c. MENCUCI TANGAN
ASEPTIK
d. Meminta pasien
berbaring, tidur
telentang, rileks
dengan KAKI
DITEKUK, diajak
berbicara, meminta
pasien memberi
respon thd pmx
e. DOKTER BERDIRI DI
KANAN PASIEN
3 Melakukan INSPEKSI 1. Menilai kulit abdomen, membandingkan tinggi
abdomen  menilai dinding dada dan dinding perut, apakah ada
gerakan peristaltic dengan jaringan parut
posisi DOKTER DUDUK 2. Gelombang peristaltic  pada orang kurus
ATAU SEDIKIT terlihat
MEMBUNGKUK 3. Pulsasi  orang kurus terlihat, aneurisma
apabila terlihat ada massa
4 Melakukan AUSKULTASI Auskultasi pada 5 titik 
dengan posisi yg tepat aorta, renal, iliac
Menyampaikan berapa bising
usus  normal 5-34 x/menit
5 Melakukan PERKUSI dengan
kuadran 4 ABDOMEN

Perkusi pada 4 abdomen :


a. KANAN ATAS  redup
b. KIRI BAWAHtimpani
c. KANAN BAWAHtimpani
d. KIRI ATAS timpani
6 Melakukan PALPASI Palpasi dilakukan di 4 abdomen  apakah ada nyeri
SUPERFICIAL secara pak?
menyeluruh
7 Melakukan PERKUSI untuk Batas atas hepar  linea medklavikularis dextra dari
menilai batas bawah hepar cranial ke kaudal  sonor ke redup
8 Melakukan PERKUSI untuk Batas bawah hepar  linea midklavikularis dextra
menilai batas atas hepar dari bawah umbilicus hingga cranial  timpani ke
pekak
Ukuran normal  midklavikula (6-12), midsternalis
(4-8)
9 Melakukan PALPASI HEPAR 1. Tangan kiri di bawah pasien menekan kea rah
ventral (iga 11 dan 12 sekitar garis liver
span)
2. Tangan kanan diletakkan di bagian kanan
pasien tepat di batas pekak hati (bagian
bawah terdengar bunyi pekak)
3. PASIEN TARIK NAPAS DALAM
4. Raba ujung tepi hepar  laporkan lokasinya
ditemukan ujung hepar, konsistensi,
permukaan, nyeri tekan
10 Melakukan PERKUSI LIEN Perkusi di linea aksilaris anterior sinistra pada bagian
iga terendah  bunyinya TIMPANI
Lalu, suruh pasien Tarik napas dalam dan tahan 
perkusi lagi ditempat yang sama bunyi timpani 
tidak ada SPLENOMEGALI
11 Melakukan PALPASI LIEN 1. Tangan kiri di bawah perut kanan pasien 
lokasi lien dorong ke ventral
2. Tangan kanan pasien berada di atas dugaan
lokasi lien
3. Pasien disuruh Tarik napas dalamrasakan
lien yang turun ke caudal menyentuh jari
4. Lanjutkan ke lateral dan medial
5. Bila ada perbesaran ikuti skala shuffner 
dari arcus costa kiri ke umbilicus ke sias kanan
 ada 8 skala
12 Melakukan PALPASI GINJAL Palpasi kanan dan kiri pasien
a. Ginjal kanan  tangan kiri di belakang pasien
 dorong ke ventral  tangan kanan di
kuadran kanan atas  pasien inspirasi
dalam raba ginjal
b. Ginjal kiri  dokter pindah ke kiri pasien 
tangan kanan di bawah pasien  dorong ke
ventral  tangan kiri di kuadran kiri atas 
pasien inspirasi dalam  raba ginjal
13 Melakukan NYERI KETOK Pasien disuruh duduk  pakai 2 tangan  tangan
GINJAL bebas mana yang ngetuk mana yang jadi pegangan 
mengetuk di sudut kostovertebrata
14 Melakukan PALPASI AORTA Letakkan tangan kanan di atas linea mediana bagian
DAN VESICA URINARIA atas lateral  aorta abdominalis
Tanya sudah pipis / belum  tekan bagian agak
bawah perut
15 Melakukan TES KHUSUS Kemungkinan ascites  undulasi, pekak alih, pasien
yang berkaitan dengan tidur telentang (dari lateral ke medial) pekak alih
keluhan dan mendukung left lateral decubitus lalu timpani di atas dan pekak di
DIAGNOSIS bawah

Kolesistitis akut  murpy sign (+) bila ketika ditekan


di dekat hepar mengalami nyeri  Tarik napas dalam

Appendicitis akut  mcburney(garis dari sias dextra


ke umbilicus1/3 lateralditekan pake telunjuk, +
bila ada nyeri)
rebound tenderness(palpasi dalam 4 jari di kuadran
kanan bawah, + bila nyeri ketika dilepas mendadak),
rovsing sign (teken perut kiri kuadran bawah, + bila
ada nyeri),
psoas sign(kaki kanan di Tarik ke belakang/kontraksi,
+ bila ada nyeri),
obturator sign (paha ditekuk 90, terus rotasi
eksternal, + ada nyeri)

SOAL KASUS : (semua soalnya  lakukan pmx abdomen dan tes khusus yang sesuai)

1. Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD puskesmas dengan keluhan.
Nyeri perut kanan bawah sejak tiga hari yang lalu. Pasien lebih nyaman dengan
berjalan membungkuk. Dokter sudah melakukan anamnesis dan curiga pasien
mengalami appendicitis
2. Pasien seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan.perut
terasa membesar dan sebah. Dokter sudah melakukan anamnesis dan curiga pasien
mengalami ascites
3. Pasien seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan. Nyeri
perut yang menusuk di bagian kanan atas. Dokter sudah melakukan anamnesis dan
curiga pasien mengalami Kolesistitis akut.
NGT
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Sambung rasa pada pasien : Selamat pagi pak/bu, saya
a. Menyapa pasien, memperkenalkan diri dokter … yg berjaga di klinik.
b. Menanyakan identitas pasien (nupam) Bagaimana kabarnya?
Sehat?
Baik, saya bertanya
identitas ya, nama? Umur?
Pekerjaan? Alamat?
2 Persiapan : Indikasi NGT :
a. Mempersiapkan alat dan bahan a. Membantu
b. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT memasukkan
c. Menjelaskan prosedur pemasangan NGT makanan
d. Meminta inform consent pasien b. Menegakkan
e. Meminta pasien berbaring diagnosis
f. Mencuci tangan dan sarung tangan c. Mengeluarkan cairan
dari lambung
(dekompresi
lambung)
Prosedur : nanti akan
dimasukkan pipa kecil dari
hidung hingga lambung,
agak tidak nyaman, nanti
bila ada rasa menelan,
silakan ditelan.
3 Persiapan memasang NGT Mengukur pipa dari ujung
a. Memeriksa lubang hidung yg akan dipasang hidung  tengah telinga 
NGT tengah antara umbilicus dan
b. Mempersiapkan pipa NGT procc. xiphoideus
c. Mengukur Panjang pipa NGT yg masuk ke
pasien (ujung hidung, ke telinga, lalu ke proc.
Xiphoideus-umbilikus)
4 Pemasangan : Whoosh test :
a. Memberikan gel di 15 cm pertama untuk
melicinkan pada pipa o Memasang membran
b. Memasukkan ujung pipa ke lubang hidung stetoskop setinggi epigastrium
kiri.
sembari meminta pasien untuk menelan o Melakukan aspirasi udara
c. Menguji apakah sudah masuk lambung dengan spoit 10 cc.
dengan WHOOSH TEST o Memasang spuit 10 cc yang
d. Bila tidak ada di lambung, segera Tarik pipa telah berisi udara ke NGT.
NGT, bila ada sianosis juga Tarik o Menyemprotkan udara yang
e. Memfiksasi pipa di hidung dengan plester berada di dalam spoit dengan
cepat sambil
f. Mengikat ujung pipa bila tidak digunakan atau o Mendengarkan ada tidaknya
dihubungkan dengan spuit bila ada injeksi suara “whoosh” pada
bolus stetoskop. Jika terdengar suara
“whoosh” maka NGT telah
masuk ke dalam lambung. Jika
tidak terdengar maka selang
NGT dimasukkan/dikeluarkan
beberapa cm. Kemudian
dilakukan pengulangan metode
“whoosh” hingga terdengar
suara pada stetoskop.

5 Penutup :
a. Edukasi pasien
b. Merapikan alat dan membuang sampah
c. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

SOAL KASUS :

Pasien seorang laki-laki berusia 60 tahun dirawat di RS karena stroke. Pasen mengeluh sulit
menelan sehingga tidak bisa makan dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien,
dokter memutuskan untuk memasang nasogastric tube.

Lakukan pemasangan NGT pada pasien!


402 EKG (memasang dan interpretasi)

Memasang EKG
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Menjelaskan pada pasien Tujuan pemeriksaan EKG = untuk melihat kelistrikan
pemeriksaan yang akan jantung
dilakukan
2 Mencuci tangan sebelum JANGAN LUPA CUCI TANGAN SEBELUM PERSIAPAN
melakukan pemeriksaan MEMASANG DAN SETELAH MEMBERSIHKAN DENGAN
KAPAS ALKOHOL
3 Persiapan probandus/pasien 1. “pak, mohon aksesoris seperti jam, sabuk,
dilepas ya”
a. Bila menggunakan 2. “mohon maaf pak, baju bagian atas dibuka
perhiasan/logam/gaw nggih, unttuk memasang alat EKG”
ai supaya dilepas 3. “silakan tidur telentang nggih pak, sembari
b. Pasien diminta
saya mempersiapkan alat dan selama
membuka baju bagian
pemeriksaan nanti rileks saja dan mohon
dada
untuk tidak berbicara nggih”
c. Pasien disuruh tidur
telentang 4. CUCI TANGAN  sarung tangan
d. Pasien diusahakan 5. Membersihkan bagian yang akan dipasang
untuk tenang, rileks, dengan kapas alcohol  beri pasta EKG 
bernafas tenang, pasang elektroda
selama perekaman
tidak boleh bicara
e. Bersihkan daerah
yang akan dipasang
elektroda dengan
alcohol
f. Pasangkan pasta EKG
pada elektroda

4 Memasang lead ekstremitas Memberi gel  Memasang lead pada lengan kanan
bipolar dan unipolar lengan kiri, kaki kanan kaki kiri.
5 Memasang lead precordial 1) Pasang lead V1 pada spatium intercostale IV linea
a. Pasang lead V1 parasternalis kanan
b. Pasang lead V2
c. Pasang lead V3 2) Pasang lead V2 pada spatium intercostale IV linea
d. Pasang lead V4 parasternalis kiri
3) Pasang lead V3 di antara V2 dan V4
e. Pasang lead V5
4) Pasang lead V4 pada spatium intercostale V linea
f. Pasang lead V6 medio klavikularis kiri

5) Pasang lead V5 pada spatium intercostale V linea


aksilaris anterior kiri

6) Pasang lead V6 pada spatium intercostale V linea


aksilaris media kiri

6 Melepas semua alat EKG Setelah membersihkan, jangan lupa buang kapas
dan membersihkan badan alcohol.
pasien dengan kapas Lalu, lepas sarung tangan  cuci tangan 6 langkah.
alcohol Bilang : “pemeriksaan EKG sudah selesai”
INTERPRETASI EKG
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Irama jantung
2 Frekuensi denyut jantung
3 Aksis jantung
4 Transitional zone
5 Durasi gelombang P
6 Amplitude gelombang P
7 Interval P-R
8 Morfologi kompleks QRS
9 Durasi kompleks QRS
10 Gelombang Q
11 Segmen ST
12 Gelombang T
13 Gelombang U
14 Interval QT
15 Kesimpulan interpretasi

SOAL 1
SOAL 2

SOAL 3
403 KARDIO DAN PAYUDARA
KARDIO
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Menjelaskan kepada pasien pemeriksaan yang akan
dilakukan
2 Mencuci tangan
3 Meminta pasien melepas baju bagian atas, berbaring,
dokter berada di sisi kanan pasien
4 Mengukur JVP
INSPEKSI
5 Menilai simetri bentuk dada
6 Mencari iktus kordis
PALPASI
7 Melakukan palpasi iktus kordis (3 posisi = tiduran,
miring, bungkuk)
8 Melaporkan hasil pmx iktus kordis (amplitude, lokasi,
diameter, durasi)
9 Melakukan pemeriksaan dan melaporkan ada
tidaknya thrill
PERKUSI
10 Melakukan pmx batas jantung
11 Melaporkan hasil pmx batas = batas kanan dan batas
kiri
AUSKULTASI
12 Melakukan auskultasi dengan benar (3 posisi)
13 Mengidentifikasi bj normal
14 Melaporkan BJ 1, BJ 2, intensitas, ada tidaknya
splitting
15 Mengidentifikasi BJ 3, BJ 4, opening snap, klik ejeksi,
ketukan pericardial, pericardial friction rub
16 Menilai dan melaporkan karakteristik bunyi
tambahan
17 Mengidentifikasi jantung
18 Menilai dan melaporkan bising jantung
19 Cuci tangan
KASUS

Seorang wanita 35 tahun memeriksakan diri ke IGD Rumah Sakit karena mengeluhkan sesak
napas, sesak dirasakan sejak 2 minggu yang lalu dan memberat 3 jam yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan batuk disertai bercak darah, perut terasa penuh, dan kaki bengkak. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat penyakit jantung katup yang diketahui sejak 5 tahun yang lalu
namun tidak pernah kontrol

PEMERIKSAAN FISIK :
Tekanan darah : 110/80
Laju jantung : 130x per menit
Laju nadi: 113x per menit
Laju Napas: 34x per menit
General Survey: Pasien terlihat sesak nafas hebat
JVP: distensi, R+5cm H2O
Jantung:

Inspeksi :

 normochest, dinding dada kanan kiri simetris, pengembangan dada kanan kiri sama
 Ictus cordis tampak di SIC V, linea midclavicular sinistra

Palpasi :

 Ictus cordis teraba pada SIC V, linea midclavicular sinistra


 Ictus cordis irregular, amplitude kuat
 Thrill (+) pada SIC III-IV linea parasternal kiri

Perkusi :

 Batas jantung kanan atas : : SIC III linea parasternal kiri


 Batas jantung kanan bawah : SIC V linea parasternal kiri
 Batas jantung kiri atas : SIV II-III 1cm medial linea mid clavicula kiri
 Batas jantung kiri bawah : SIC V 2 cm lateral linea mid clavicula kiri

Auscultasi :

 BJ I-II irregularly irregular, gallop (+), splitting fisiologis (+)


 bising pansistolik 4/6, paling keras terdengar di SIC V linea parasternal kiri,
penjalaran sepanjang parasternal kiri
 pada saat LLD  bising mid diastolic 3⁄4 , paling keras terdengar di SIC V linea mid
clavicula kiri

Tugas Responsi

Buatlah video responsi berdasarkan skenario kasus di atas (video wajib dibuat dengan
menggunakan probandus manusia)! Jelaskan penyakit katup jantung yang diderita pasien!
PAYUDARA
N ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
O
1 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pmx,
meminta izin melakukan pmx
2 Melakukan anamnesis berupa :
a. Sejak kapan terjadi keluhan
b. Pertama sebesar apa, sekarang seberapa?
c. Berapa jumlah benjolan
d. Hilang timbul/terus menerus
e. Ada luka/tidak
f. Apakah keluar cairan dari putting? Bila ada
warna apa
g. Putting retraksi/tidak
h. Ada nyeri, demam?
i. Ada benjolan di ketiak kanan/kiri?
j. Ada benjolan di sekitar tulang selangka?
k. Ada benjolan di sekitar tulang dada?
l. Ada sakit pada tulang, sesak napas, batuk,
sebah?
3 Menanyakan Riwayat penyakit
a. Riwayat dahulu yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
b. Riwayat keluarga
c. Riwayat ekonomi
4 Menanyakan factor risiko
a. Usia menarche
b. Usia melahirkan anak pertama
c. Riwayat menyusui
d. Riwayat KB
e. Jumlah kehamilan
f. Usia menopause
5 CUCI TANGAN
6 Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan Manuver pectoralis =
INSPEKSI (pasien duduk), meliputi : tangan di pinggang, lalu
suruh pasien meregangkan
a. Simetrisitas posisi pasien duduk, tangan di dada.
pinggang

b.  Simetrisitas posisi pasien membungkuk


(bending)

c. Adanya nodul jumlah dan letak

d. Adanya perubahan warnakulit


e. Adanya luka/borok

f. Adanya bengkak pada kulit

g. Adakah nipple discharge

h. Adanya dimpling pada saat pasien


mengangkat tangan

i. Adanya kelainan, perubahan warna kulit atau


benjolan tampak pada axilla maupun
supraclavicula

j. Melakukan manuver pectoralis

7 Melakukan PALPASI (pasien berbaring, dari yang 3 cara, yaitu :


sehat dahulu baru ke sakit) a. Linier = tangan dari
a. Kedua payudara atas ke bawah lalu
b. Dimulai dari yg sehat ke atas lagi lalu ke
c. Menggunakan dua tangan bawah
d. Tangan pasien di atas kepala b. Radier = seperti
e. Pmx axilla dan supraklavikula roda, arahnya dari
f. MELAPORKAN HASIL PALPASI DENGAN BENAR tengah ke perifer
c. Sirkuler = dari luar
ke dalam, arahnya
sesuai jarum jam
(kanan ke kiri)

Pemeriksaan ketiak perlu 2


tangan. Satu untuk
menyangga (sisi pmx = sisi
pasien), satu untuk palpasi.
Contoh = axilla kanan
berarti disangga tangan
kanan
8 PMX axilla palpasi limfonodi pasien dalam posisi
duduk
a. Axilla kanan diperiksa tangan kiri dokter
b. Melaporkan jumlah, konsistensi, lokasi,
ukuran, mobilitas, permukaan, sensitivitas
9 PMX palpasi limfonodi pada SUPRACLAVICULA dalam
posisi pemeriksa ada di belakang pasien.
MELAPORKAN HASIL DENGAN BAIK DAN BENAR
10 CUCI TANGAN
11 Memberitahukan hasil ke pasien. Saran dan rujukan
12 SADARI
a. Waktu
b. Prosedur
c. Tindakan bila ditemukan benjolan

SKENARIO KASUS

1. Seorang wanita muda usia 21 tahun mengeluh ada benjolan pada payudara kanan
sejak 2 bulan terakhir, ukuran benjolansebesar telur puyuh. benjolan tidak terasa nyeri
dan mudah digerakkan. Kakak perempuannya juga mengalami keluhan serupa dan
sudah dioperasi 2 tahun yang lalu. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan payudara
pada pasien tersebut.
2. Seorang wanita umur 30 tahun mengeluh ada benjolan pada payudara kanan dan kiri
sejak 2 bulan yang lalu, benjolan hilang timbul dan kadang terasa nyeri. Pasien
merasa takut jika ada mengidap kanker payudara dan harus kehilangan salah satu
payudaranya. Ketika dokter melakukan pemeriksaan tidak terdapat benjolan pada
payudara kanan maupun kiri. Lakukan edukasi kepada pasien dengan mengajari untuk
SADARI

404 INJEKSI PUNGSI


Injeksi intravena  untuk antibiotik
no Aspek penilaian Keterangan
1 Menyapa pasien, mempersilakan duduk
2 Mengecek Kembali identitas
3 Menanyakan Riwayat alergi Apakah ada alergi terhadap
obat tertentu?
4 Menjelaskan Tindakan yang akan dilakukan Sekarang saya akan
melakukan injeksi….
5 Mengecek
a. Nama obat
b. Dosis
c. Cara pemberian
d. Tgl kadaluwarsa
e. Kondisi fisik obat
f. kontainer
6 Memilih jarum dan spuit yg tepat
7 Menyiapkan obat dan alat dalam 1 tray
8 CUCI TANGAN
9 Sarung tangan
10 Mengencangkan jarum pada spuit
11 Melakukan aspirasi obat dari vial/ampul
12 Menutup jarum
13 Mengganti jarum
14 Menghilangkan gelembung CEK BENAR2 KARENA
HARUS 0 GELEMBUNG
15 Mengecek Kembali ketepatan dosis Injeksi intravena dosisnya
 tergantung obat
16 Mengidentifikasi lokasi injeksi pada vena Vena mediana cubiti
17 Memasang torniket Dipasang 3 jari diatas lokasi
yang mau diinjeksi
18 Disinfeksi lokasi injeksi Secara sirkuler dari dalam
ke luar
19 Memegang spuit dengan benar
20 Menginsersikan jarum  sudut 15-30, bevel ke atas
21 Mengecek ujung jarum masuk vena/tidak  darah
tampak keluar di spuit
22 Melepas torniket setelah darah tampak Secara perlahan tekan
plugger.
23 Melakukan injeksi perlahan
24 Meletakkan kapas, menarik jarum perlahan setelah
obat habis, membuang spuit tanpa menutup jarum di
safety box
25 Melakukan control perdarahan
26 Memasang plester
27 Melakukan observasi pasca injeksi
28 Menyebutkan Tindakan yg dilakukan bila ada
komplikasi injeksi
Pungsi intravena untuk pemeriksaan darah
N ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
O
1 Menyapa pasien, mempersilakan duduk
2 Mencocokan identitas pasien (nama, usia, alamat)
3 Mengecek pemeriksaan yg akan dilakukan
4 Menjelaskan Tindakan yg akan dilakukan
5 Menyiapkan container sample
6 Memberi identitas di container dengan jelas
7 Memilih lokasi pungsi sesuai kondisi pasien Posisi tangan diminta
menggenggam
8 CUCI TANGAN
9 SARUNG TANGAN
10 Memasang torniket
11 Melakukan disinfeksi lokasi pungsi
12 Mengeluarkan udara dari spuit
13 Spuit dipegang tangan kanan, bevel menghadap atas Lubangnya menghadap ke
atas
14 Jarum ditusukkan dengan sudut 15-30
15 Darah diaspirasi perlahan dengan menarik plunger Bila di spuit masuk darah
spuit, tangan kiri memfiksasi supaya tidak bergerak warna merah gelap, berarti
sudah di vena m. c.
16 Setelah darah teraspirasi, lepaskan torniket Lepaskan torniket dan lepas
genggaman
17 Setelah darah teraspirasi, letakkan kapas pada tempat
pungsi, lalu Tarik jarum secara perlahan, pasien
menekan daerah pungsi selama beberapa menit
18 Melepas jarum dari spuit dengan aman
19 Mengalirkan darah ke container melalui dinding
tabung secara perlahan, spuit dibuang ke sampah
infeksius
20 Segera menghomogenkan darah dengan antikoagulan
dengan cara membalikkan tanpa mengocok. Bila tidak
ada antikoagulan gausah dihomogenkan
21 Melakukan control perdarahan hingga berhenti
22 Menutup luka dengan kapas baru lalu diplester
23 Mengedukasi untuk mencegah hematom
24 Mampu mengatasi kesulitan saat pungsi vena
tertentu

Injeksi intramuskuler untuk antibiotic, vitamin, suntik


hormone, vaksin, antipiretik
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Menyapa pasien, mempersilakan duduk
2 Mengecek Kembali identitas pasien (nama, usia,
alamat)
3 Menanyakan Riwayat alergi
4 Menjelaskan Tindakan yg akan dilakukan
5 Mengecek
a. Nama obat
b. Dosis
c. Cara pemberian
d. Tgl kadaluwarsa
e. Kondisi fisik obat
f. kontainer
6 Memilih jarum dan spuit yg tepat
7 Menyiapkan obat dan alat dalam 1 tray
8 CUCI TANGAN
9 Sarung tangan
10 Mengencangkan jarum pada spuit
11 Melakukan aspirasi obat dari vial/ampul
12 Menutup jarum
13 Mengganti jarum
14 Menghilangkan gelembung udara
15 Mengecek ketepatan dosis 2-5 ml
16 Memilih lokasi injeksi dengan benar
17 Disinfeksi lokasi injeksi
18 Meregangkan kulit
19 Memegang spuit Ibu jari dan telunjuk
20 Menginsersikan jarum  sudut 90
21 Melakukan aspirasi (cek ujung jarum apakah ada Apabila di DELTOID, ga usah
darah, tidak dilakukan bila di daerah DELTOID) di aspirasi. Tapi kalau di
pantat, Tarik plugger.
22 Melakukan injeksi
23 Menarik jarum, memberikan kapas alcohol, massase
area
24 Membuang spuit pada safety box tanpa menutup
jarum
25 Melakukan control perdarahan
26 Melakukan observasi perdarahan
27 Menyebutkan Tindakan manakala dihadapkan
dengan komplikasi

Injeksi subkutan untuk insulin, adrenaline, anestesi local


NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Menyapa pasien, mempersilakan duduk
2 Mengecek Kembali identitas pasien (nama, usia,
alamat)
3 Menanyakan Riwayat alergi
4 Menjelaskan Tindakan yg akan dilakukan
5 Mengecek
a. Nama obat
b. Dosis
c. Cara pemberian
d. Tgl kadaluwarsa
e. Kondisi fisik obat
f. kontainer
6 Memilih jarum dan spuit yg tepat
7 Menyiapkan obat dan alat dalam 1 tray
8 CUCI TANGAN
9 Sarung tangan
10 Mengencangkan jarum pada spuit
11 Melakukan aspirasi obat dari vial/ampul
12 Menutup jarum
13 Mengganti jarum
14 Menghilangkan gelembung udara
15 Mengecek ketepatan dosis 0,5-3 ml
16 Memilih lokasi injeksi dengan benar
17 Disinfeksi lokasi injeksi
18 Mencubit kulit
19 Memegang spuit
20 Menginsersikan jarum (sudut 45), mendorong
plugger secara perlahan
21 Menarik jarum, memberikan kapas alcohol, massase
area
22 Membuang spuit pada safety box tanpa menutup
jarum
23 Melakukan control perdarahan
24 Melakukan observasi perdarahan
25 Menyebutkan Tindakan manakala dihadapkan
dengan komplikasi
Injeksi intrakutan tex Mantoux, tes sensitivitas
antibiotika, BCG
N ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
O
1 Menyapa pasien, mempersilakan duduk
2 Mengecek Kembali identitas pasien (nama, usia,
alamat)
3 Menanyakan Riwayat alergi
4 Menjelaskan Tindakan yg akan dilakukan
5 Mengecek
a. Nama obat
b. Dosis
c. Cara pemberian
d. Tgl kadaluwarsa
e. Kondisi fisik obat
f. kontainer
6 Memilih jarum dan spuit yg tepat
7 Menyiapkan obat dan alat dalam 1 tray
8 CUCI TANGAN
9 Sarung tangan
10 Mengencangkan jarum pada spuit
11 Melakukan aspirasi obat dari vial/ampul
12 Menutup jarum
13 Mengganti jarum
14 Menghilangkan gelembung udara
15 Mengecek ketepatan dosis 0.1 ml
16 Memilih lokasi injeksi dengan benar
17 Disinfeksi lokasi injeksi
18 Meregangkan dan memfiksasi kulit
19 Memegang spuit
20 Menginsersikan jarum (sudut 10-15) dengan bevel ke Bila ada tahanan  di
arah atas dermis
21 Melakukan injeksi sampai terjadi indurasi kulit
22 Menarik jarum, memberi kapas alkohol, tanpa masase
23 Membuang spuit pada safety box tanpa menutup
jarum
24 Melakukan control perdarahan
25 Melakukan observasi perdarahan
26 Memberikan instruksi kepada pasien Jangan menggaruk/mencuci
tangan
27 Menyebutkan Tindakan manakala dihadapkan dengan
komplikasi

SOAL SKENARIO :

1. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke rumah bersalin untuk mendapatkan suntik
kontrasepsi.

Tugas: Lakukan injeksi yang sesuai dengan pasien tersebut!  IM deltoid

2. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dirawat di rumah sakit dan akan diberikan terapi antibiotik
intravena. Sebelum dilakukan pemberian antibiotik tersebut, dokter menginstruksikan tes
sensitivitas antibiotik.

Tugas: Lakukan tes sensitivitas antibiotik kepada pasien tersebut!  IC ANTEBRACHI

3. Seorang laki-laki berusia 20 tahun yang menderita sakit Diabetes Mellitus datang ke praktek
dokter umum untuk mendapatkan terapi insulin.
Lakukan injeksi obat insulin kepada pasien tersebut!  SC FEMUR

4. Seorang perempuan berusia 22 tahun datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit dengan
keluhan nyeri ulu hati hebat. Perempuan tersebut memiliki riwayat sering sakit maag. Setelah
dilakukan pemeriksaan, dokter memutuskan untuk memberikan terapi antagonis reseptor
histamin H2. Tugas: Lakukan tindakan yang sesuai untuk pasien tersebut!  IV

5. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan nyeri saat
kencing. Nyeri disertai dengan demam. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter memutuskan
untuk melakukan pemeriksaan darah.

Tugas: Lakukan tindakan yang sesuai untuk pasien tersebut!  pungsi VENA
405 (BHD, BEBAT, BIDAI)
BHD
 Jangan lupa perhatikan kasus, kalau ada luka di dada, hanya
menunggu ambulans atau medis saja karena berbahaya.
 Jangan lupa amankan posisi korban
 Jangan lupa hitungannya diomongkan
 Jangan lupa bertanya ke dokter penguji tentang nadi dan
napasnya
N ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
O
1 Pastikan keamanan lokasi “kita pindahkan ke sisi pinggir jalan terlebih
kejadian dahulu dan tolong beri ruang bagi bapak/ ibu
ini”
2 Memeriksa/menentukan Pastikan tidak ada cedera pada korban
kesadaran pasien, dengan (terutama di dada)
memanggil dan merangsang nyeri 1. “Pak, pak” = ada jawaban/tidak. Bila
(AVPU) tidak dilanjutkan ke nomer 2
2. Ujung jari telunjuk mengepal dan
menekan di bagian dada tengah sembari
“pak/bu” = ada jawaban/tidak. Bila tidak
ada lanjut ke nomer 3
3. Menyampaikan = Korban dalam
keadaan tidak sadar/unconcious
3 Bila tidak sadar berteriak minta “tolong telponkan ambulance dan paramedis
tolong /aktivasi sistem emergensi karena korban tidak sadarkan diri” berkata ke
orang lain bukan penolong.

4 Memeriksa ada/tidaknya denyut Menekan di bagian leher dengan 2 jari. Lalu


jantung dengan memeriksa denyut bertanya ke penguji = apakah ada denyut?
arteri karotis selama maksimal 10 Bila tidak ada, lanjutkan CRP.
detik

5 Posisi pasien harus tidur Periksa posisi pasien, tangan di samping kiri
terlentang, dipertahankan pada kanan dan tidur telentang.
posisi horizontal dengan alas yang
keras, dengan kedua tangan di
samping
6 Posisi penolong, berlutut sejajar Posisikan senyaman mungkin dan tangan siap2
di samping kanan atau kiri pasien untuk CRP dengan tangan kiri di bawah dan
tangan kanan di atas seperti gambar.

7 Lakukan resusitasi jantung paru 1. INGAT HARUS DIHITUNG BERSUARA


oleh 1 atau 2 penolong dengan 1,2,3
frekuensi 30 kompresi : 2 2. KALAU SUDAH 30 LAKUKAN VENTILASI
ventilasi selama 5 siklus dengan SEBANYAK 2 KALI
kecepatan kompresi 100-120 x 3. KALAU SUDAH 5 KALI SIKLUS 30:2 MAKA
kompresi/menit (1 siklus = 30
MELAKUKAN ROTASI DENGAN
kompresi dan 2 ventilasi), dengan
cara : PENOLONG LAIN BILA ADA

2. Lakukan initial kompresi


jantung 30 kompresi

3. Menentukan titik tumpu,


dengan meletakkan tangan
pertama pada tengah
sternum bagian setengah
bawah

4. Meletakkan telapak tangan


yang satunya di atas
tangan yang lain dengan
jari-jari tidak boleh
menempel pada di dada

5. Melakukan pijat jantung


luar dengan :
Kedalaman kompresi 5-6
cm
Memberikan dada
kesempatan untuk recoil
sempurna Minimal
interupsi ( < 10 detik)
6. Memberikan ventilasi
sebanyak 2 kali, dengan
cara salah satu tangan
menjepit hidung dan
tangan lainnya
mengangkat dagu. Berikan
ventilasi 1 detik tiap
inspirasi dengan
memberikan kesempatan
ekspirasi. Pastikan dada
korban mengembang

8 Setelah 5 siklus, lakukan evaluasi Setelah siklus 30:2 sebanyak 5 kali, cek arteri
nadi arteri carotis : jika (-), ulangi carotis. Tanya ke penguji sembari tangan kanan
sekuens RJP; jika (+), lakukan di leher. “APAKAH TERABA DENYUT NADI
evaluasi breathing. ARTERI CAROTIS?”
“LALU, BAGAIMANA DENGAN PERNAFASANNYA
DOK?”
Bila teraba dan nafas kuat langsung posisi
MANTAP.
Bila belum ada nadi dan napas, maka ROTASI ke
penolong kedua.
Bila ada nadi namun napas tidak kuat maka
lakukan VENTILASI.
9 Jika breathing pasien tidak Berikan breathing tiap 6 detik.
adekuat, maka berikan breathing Jangan lupa hitung 1,2,3,4,5,6.
support sebanyak 10x nafas/menit
(1 kali nafas tiap 6 detik).
10 Jika pasien kembali nadi dan Di akhir berkata = pemeriksaan sudah selesai.
nafasnya, maka baringkan pasien
pada posisi mantap

SOAL SKENARIO

1. Seorang laki-laki 30 th mengantarkan orang tuanya periksa ke sebuah rumah sakit.


Saat menunggu antrian periksa, tiba-tiba lelaki itu tidak sadarkan diri. Anda berada di
dekat lelaki tersebut.
a. Tindakan apa yang anda lakukan pertama kali?
b. Bagaimana cara menilai kesadaran pasien?
c. Bagaimana urutan resusitasinya?
d. Kapan anda menghentikan bantuan hidup dasar kepada pasien?
e. Edukasi apa yang diberikan kepada keluarga?
2. Anda sedang berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama keluarga. Saat
menyantap hidangan makan anda mendengar ada teriakan dari meja yang lain.
Ternyata ada orang tidak sadar dan membuat orang-orang disana panik.
a. Tindakan apa yang anda lakukan pertama kali?
b. Bagaimana cara memeriksa nadi korban?
c. Bagaimana cara kompresi jantung luar?
d. Jelasan triple airway manuver!
e. Apa yang bisa dilakukan jika sebagai orang awam tidak mengetahui siklus
resusitasi?

BEBAT

NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN


1 Berkomunikasi dengan pasien dan Mohon maaf pak/bu/pasien, jadi saya
menjelaskan tujuan dari pembebatan dan akan melakukan pembebatan pada
meminta persetujuan tertulis pasien
dan/atau keluarga (informed consent)
bagian yang terluka/terkilir. Pembebatan
ini dilakukan supaya menutup
luka/mencegah adanya gerakan
berlebihan pada bagian yang sakit
pak/bu/pasien. Selama proses
pembebatan akan terasa tidak nyaman
apakah bapak/ibu/pasien bersedia?
2 Cuci tangan sesuai prosedur (sebelum dan JANGAN LUPA CUCI TANGAN SEBELUM
setelah tindakan) INSPEKSI DAN SETELAH EVALUASI BEBAT
KENCANG/TIDAK.
3 Inspeksi dan palpasi bagian tubuh yang Inspeksi = melihat bagian tubuh yang luka
terluka, memeriksa neurovaskuler di bagian (dematom, luka, edema, deformitas) 
distal luka dan range of motion.
dilaporkan “tampak ada …”
Palpasi = apakah ada nyeri dicurigai
krepitasi/fraktur. Jangan dilakukan bila
ada trauma akut. Di tekan pelan saja.
“pak, bu, apakah ada nyeri?”
Neurovaskuler = meraba pada bagian
deltoid, apakah terasa denyut. Bila terasa,
berarti aman dan berkata = “teraba
denyut nadi”
ROM = berkata “karena adanya trauma
pada lokasi… tidak dilakukan ROM.”
4 Perlindungan diri (sarung tangan steril) CUCI TANGAN DULU  PAKE SARUNG
TANGAN  MEMBERSIHKAN
LUKAPASANG BEBAT
5 Memberikan perawatan pertama pada luka Bila ada luka basah dan kotor, dibersihkan
(dengan disinfektan, kasa steril, reposisi) terlebih dahulu.
Jangan lupa bilang = permisi
pak/bu/pasien, saya mau membersihkan
luka, mohon ditahan sakitnya sebentar
ya.
6 Memilih bebat yang sesuai dengan luka Menyampaikan ke pasien dan dokter
penguji mengenai bebat yg dipilih.
“saya akan memasang bebat ya Pak/bu”
Ke dokter penguji : “saya akan memasang
bebat dengan Teknik…”
7 Melakukan pembebatan sesuai prosedur Lakukan sesuai Teknik!!
dan posisi anatomis yang benar
8 Mengevaluasi hasil pembebatan : terlalu Cek NVD dan bertanya “Apakah sudah
kencang? Mudah lepas? Cek pulsasi dan kencang? Atau terlalu kencang Pak/bu?”
pergerakan di distal
Selanjutnya, bila sudah selesai, cuci
tangan.
9 Edukasi pada pasien untuk R (REST) = istirahatkan yang di bebat
mengistirahatkan bagian yang dibebat dan I (ICE) = bila merasa nyeri, boleh
melakukan elevasi (prinsip RICE) dikompres es yang dimasukkan ke plastic
lalu dibungkus handuk.
C (COMPRESSION) = saat dikompres es,
boleh ditekan sedikit untuk mengurangi
rasa nyeri, namun jangan ditekan
berlebihan.
E (ELEVATION) = pada saat istirahat,
tinggikan/topang bagian yang dibebat
supaya lebih nyaman dan membantu
sirkulasi darah sehingga mempercepat
redanya bengkak.
BIDAI
NO ASPEK PENILAIAN KETERANGAN
1 Berkomunikasi Tujuan pembidaian = untuk mengistirahatkan anggota badan
dengan pasien dan yang trauma.
menjelaskan tujuan
dari tindakan dan
meminta persetujuan
tertulis pasien
dan/atau keluarga
(informed consent)
2 Cuci tangan sesuai JANGAN LUPA CUCI TANGAN SEBELUM INSPEKSI DAN
prosedur (sebelum SETELAH EVALUASI BEBAT KENCANG/TIDAK.
dan setelah tindakan)
3 Inspeksi dan palpasi Inspeksi = melihat bagian tubuh yang luka (dematom, luka,
bagian tubuh yang edema, deformitas)  dilaporkan “tampak ada …”
terluka, memeriksa
neurovaskuler bagian
Palpasi = apakah ada nyeri dicurigai krepitasi/fraktur. Jangan
distal luka, dan range dilakukan bila ada trauma akut. Di tekan pelan saja. “pak, bu,
of motion apakah ada nyeri?”
Neurovaskuler = meraba pada bagian deltoid, apakah terasa
denyut. Bila terasa, berarti aman dan berkata = “teraba
denyut nadi”
ROM = berkata “karena adanya trauma pada lokasi… tidak
dilakukan ROM.”
4 Perlindungan diri CUCI TANGAN DULU  PAKE SARUNG TANGAN 
(sarung tangan steril) MEMBERSIHKAN LUKAPASANG BEBAT
5 Memberikan Bila ada luka basah dan kotor, dibersihkan terlebih dahulu.
perawatan I pada Jangan lupa bilang = permisi pak/bu/pasien, saya mau
luka (dengan
disinfektan, kasa
membersihkan luka, mohon ditahan sakitnya sebentar ya.
steril, reposisi,
menutup luka /
pembebatan)
6 Memilih splint yang Sesuaikan dengan ukuran ya….
tepat dengan tulang
yang patah
7 Melakukan prosedur Kalau di lengan bawah, jangan lupa gunakan mitela.
pemasangan splint Mengikat bidai, jangan lupa di pinggir talinya supaya kencang
dengan benar
meliputi dua sendi di
dan erat.
proksimal dan distal Kalau di lengan atas atau di kaki, cukup bidai saja tanpa
tulang yang patah mitela.
Bila pasien datang sudah dengan fleksi, jangan di luruskan.
Tapi gunakan mitela.
- Fraktur humerus dan lengan bawah

- Fraktur tulang selangka

- Fraktur paha

- Fraktur tungkai bawah


8 Memeriksa hasil Cek NVD dan bertanya “Apakah sudah kencang? Atau terlalu
pemasangan splint: kencang Pak/bu?”
terlalu kencang?
Mudah lepas?
Selanjutnya, bila sudah selesai, cuci tangan.
Membatasi gerakan
sendi normal?
Mengimobilisasi
ekstremitas yang
terluka?
9 Edukasi pada pasien “pembidaian sudah selesai pak/bu, selanjutnya saya rujuk ke
untuk menjaga dokter bedah ortopedi untuk ditindaklanjuti segera nggih
stabilitas fraktur dan
merujuk pasien
supaya tidak terjadi hal-hal yang memperburuk kondisi
dengan kondisi trauma bapak/ibu. Dan jangan digerakkan nggih selama
terpasang bidai ke dibidai, supaya tidak menambah nyeri yang dirasakan.”
dokter bedah
orthopedi
10 Menjelaskan masa “bidai ini dipasang sementara saja sampai sudah ke ortopedi
penyembuhan tulang, pak/bu, nanti di sana akan ditindaklanjuti. Dipasang bidai
waktu serta
keuntungan dan
supaya bapak/ibu tidak banyak menggerakkan bagian yang
kerugian sakit supaya keadaannya tidak makin parah. Begitu pak/bu,
pemasangan bidai apa ada yang mau ditanyakan lagi? Kalau tidak ada, saya
berikan rujukan ke ortopedi dan segera saja ke sana ya
pak/bu”

1. Seorang wanita berusia 30 tahun datang memeriksakan diri ke UGD Rumah Sakit
karena mengeluhkan nyeri pada lengan kanan bawahnya setelah diserempet sepeda
motor saat sedang mengendarai sepeda. Pasien tidak mengeluhkan nyeri di bagian
tubuh lainnya. Pemeriksaan Fisik :
VS : T/N/Rr/t : 110/70mmHg; 90x/menit; 16x/menit; 36 C ̊ per axiler
Skala Nyeri VAS : 7 dari 10
General survey : pasien nampak kesakitan.
Status lokalis :
Regio Antebrachii kanan :
Look : kulit intak (+), oedem (+), tidak didapatkan deformitas
Feel : nyeri tekan (+) pada antebrachii sisi dorsal, pulsasi arteri radialis teraba kuat,
tidak didapatkan defisit neurologis
Move : ROM elbow dan wrist aktif dan pasif dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang :
X-Ray Antebrachii kanan AP dan lateral: Tidak tampak tanda fraktur atau dislokasi
Lakukan tatalaksana non farmakologis pada kasus di atas!
2. Seorang pria berusia 35 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit oleh keluarganya karena
pergelangan kaki kirinya bengkak. Sebelumnya, pasien jatuh terpeleset pada saat
menuruni tangga. Pergelangan kaki kirinya bengkak dan nyeri tetapi masih dapat
digunakan untuk berjalan. Akan tetapi, lama kelamaan bengkak dan nyeri dirasakan
semakin memberat. Pemeriksaan Fisik :
VS : T/N/Rr/t : 110/70mmHg; 90x/menit; 16x/menit; 36 C ̊ per axiler
Skala Nyeri VAS : 7 dari 10
General survey : pasien nampak kesakitan.
Status lokalis :
Regio Ankle kiri :
Look : kulit intak (+), oedem (+), memar (+), deformitas tidak jelas
Feel : nyeri tekan (+) pada maleolus lateral, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba kuat,
tidak didapatkan defisit neurologis
Move : ROM ankle aktif dan pasif terbatas nyeri
Pemeriksaan penunjang : X-Ray Ankle kiri AP dan lateral: Tidak tampak tanda
fraktur atau dislokasi
Lakukan tatalaksana non farmakologis pada kasus di atas!

3. Seorang wanita berusia 40 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
pada lengan kirinya. Satu jam sebelumnya, pasien jatuh terpeleset saat mengendarai
sepeda motor karena bannya selip. Pasien terjatuh dan lengan kirinya terbentur stang
sepeda motornya sehingga memar dan nyeri bila digerakkan.
Pemeriksaan Fisik :
VS : T/N/Rr/t : 110/70mmHg; 90x/menit; 16x/menit; 36 C ̊ per axiler
Skala Nyeri VAS : 8 dari 10
General survey : pasien tampak sangat kesakitan sambil memegangi lengan kirinya
dan tampak cemas.
Status lokalis :
Regio Humerus kiri :
Look : kulit intak (+), oedem (+), memar (+), deformitas tidak jelas
Feel : nyeri tekan (+) pada 1/3 tengah humerus, pulsasi arteri radialis teraba kuat,
tidak didapatkan defisit neurologis
Move : ROM bahu aktif dan pasif terbatas nyeri, ROM siku aktif dan pasif terbatas
nyeri
Pemeriksaan penunjang :
X-Ray Humerus kiri AP dan lateral: Tampak fraktur os humerus 1/3 tengah
Lakukan tatalaksana non farmakologis pada kasus di atas!

4. Seorang pria berusia 30 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
pada tungkai kanannya. Nyeri dirasakan setelah kakinya dijegal saat sedang bermain
bola 1 jam yang lalu. Tampak tungkai kanan membengkok dan bertambah nyeri jika
kaki digerakkan. Pemeriksaan Fisik :
VS : T/N/Rr/t : 120/80mmHg; 90x/menit; 16x/menit; 36 C ̊ per axiler Skala Nyeri
VAS : 8 dari 10
General survey : pasien nampak sangat kesakitan, dan cemas.
Status lokalis :
Regio Cruris kanan:
Look : kulit intak (+), oedem (+), tampak medial angulasi pada 1/3 tengah cruris
Feel : nyeri tekan (+) pada 1/3 tengah cruris, krepitasi (+), arteri dorsalis pedis teraba
kuat
Move : ROM lutut aktif dan pasif terbatas nyeri, ROM ankle aktif dan pasif terbatas
nyeri
Pemeriksaan penunjang :
X-Ray Cruris kanan AP dan lateral: Tampak fraktur os tibia dan os fibula 1/3 tengah
Lakukan tatalaksana non farmakologis pada kasus di atas!

5. Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke UGD Rumah Sakit tempat anda bekerja
dengan keluhan nyeri pada bahu kiri. Keluhan nyeri semakin lama bertambah
terutama jika digerakkan. Awalnya pasien terjatuh saat melakukan salto ketika
berlatih senam 1 jam yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
VS : T/N/Rr/t : 120/80mmHg; 90x/menit; 16x/menit; 36 C ̊ per axiler
Skala Nyeri VAS : 8 dari 10
General survey : pasien nampak sangat kesakitan.
Status lokalis :
Regio Shoulder kiri :
Look : kulit intak (+), oedem (+), memar (+), deformitas tidak jelas
Feel : nyeri tekan (+) pada 1/3 tengah clavicula, pulsasi arteri radialis teraba kuat,
tidak didapatkan defisit neurologis
Move : ROM bahu aktif dan pasif terbatas nyeri
Pemeriksaan penunjang :
X-Ray Clavicula kiri AP: Tampak fraktur os clavicula 1/3 tengah, minimal displaced
Lakukan tatalaksana non farmakologis pada kasus di atas!

Anda mungkin juga menyukai