Anda di halaman 1dari 20

Penerapan Metoda Selisih Hingga di

Bidang SDA

1. Metode Selisih Hingga.........................................................................


2. Langkah Penerapan Metoda Beda Hingga....................................II-1
2. Penerapan pada Bidang Sumber Daya Air....................................II-2
1. Metoda Selisih Hingga

 Sejarah Singkat
 Metoda Selisih Hingga diterapkan dalam aplikasi praktis pada awal
tahun 50’an. Salah satu penerapan yang bersejarah adalah saat
Pembangunan Bendungan Aswan di Sungai Nil (Mesir).
 Meskipun demikian beberapa konsep yang mendasari metoda ini
(Misal Deret Taylor) ditemukan jauh sebelum penerapan
praktisnya.
 Meskipun nampak berbeda, Metoda Selisih Hingga memiliki kaitan
yang erat dengan Metoda Elemen Hingga dan Metoda Volume
Hingga.

 Pendekatan Beda Maju

Untuk mendapatkan Turunan Pertama dengan pendekatan beda maju


(forwardDifference), Tinjau fungsi F(x) harga F(x+dx) dapat didekati
dengan Deret Taylor sebagai berikut :

Δxn ∂n F
F( x+Δx ) = F ( x)+ ∑
n=1 n ! ∂ x
n

2 2 3 3 n n
∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F
F( x +Δx ) = F ( x )+Δx + + +⋯+ +⋯
∂ x 2 ! ∂ x 3 ! ∂x
2 3 n ! ∂ xn
F(x)
B

x
x
x x+x

1
∂F
selanjutnya ∂x dapat dinyatakan sebagai
2 2 3 n−1 n
∂ F F (x +Δx ) − F( x ) Δx ∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F
= + + +⋯+ +⋯
∂x Δx 2 ! ∂ x 3 ! ∂x
2 3 n ! ∂ xn
Jika suku-suku orde tinggi 0(x) diabaikan, akan didapat Pendekatan
Beda Maju (Forward Difference) dengan ketelitian orde-1sbb :

∂ F F ( x+ Δx)−F ( x )
= + 0( Δx )
∂x Δx
Jika notasi subsript digunakan, maka i = x dan i+1 = x+x, sehingga

∂ F F i+1 −Fi
= + 0( Δx )
∂x Δx

 Pendekatan Beda Kebelakang


Formulasi Beda Kebelakang (Backward Difference) dapat diperoleh
dengan cara mendekati fungsi F(x), dengan deret Taylor sebagai
berikut :
∞ n n
Δx ∂ F
F( x− Δx) = F (x )± ∑
n=1 n ! ∂ xn {
+ untuk n genap
dimana − untuk n ganjil
2 2 3 3 n n
∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F
F( x− Δx) = F (x )−Δx + − +⋯± +⋯
∂ x 2 ! ∂ x2 3 ! ∂ x 3 n ! ∂ xn
∂F
Maka ∂ x dapat dinyatakan sebagai :
2 2 3 n−1 n
∂ F F (x ) − F ( x−Δx ) Δx ∂ F Δx ∂ F Δx ∂ F
= + + +⋯+ +⋯
∂x Δx 2 ! ∂ x2 3 ! ∂ x3 n ! ∂ xn
Jika suku-suku orde tinggi 0(x) dibaikan, akan didapat pendekatan
Beda Mundur (Forward Difference) dengan ketelitian orde-1sbb :

∂ F F (x )−F( x− Δx)
= + 0 ( Δx)
∂x Δx
atau dalam Notasi Subscript

2
∂ F F i−F i−1
= + 0 ( Δx)
∂x Δx

 Pendekatan Beda Tengah


Formulasi Beda Tengah (Central Difference) dapat diperoleh dengan
mengurangkan Deret taylor maju dan Mundur sbb :

∂F
Maka ∂ x dapat dinyatakan sebagai :
3 3
∂ F F ( x+ Δx) − F( x− Δx) Δx ∂ F
= +2 +⋯
∂x 2 Δx 3 ! ∂ x3
Jika suku-suku orde tinggi 0(x2) diabaikan, akan didapat Pendekatan
Beda Tengah (Central Difference) dengan ketelitian orde ke-2 sbb :

∂ F F ( x+ Δx) − F( x− Δx)
= + 0 ( Δx 2 )
∂x 2 Δx
Dalam notasi subscript
∂ F Fi + 1 − F i − 1
= + 0 ( Δx 2 )
∂x 2 Δx

3
2. Langkah Penerapan Metoda Beda Hingga

 Langkah Umum Penyelesaian Dengan Metoda Beda Hingga


Jika Suatu Model Matematik dalam bentuk PDP diberikan, maka
untuk menyelesaikan persamaan pengatur dengan syarat batas yang
diberikan dengan metoda beda hingga perlu dilakukan tahapan sbb :
1. Diskritisasi domain : Domain  dibagi menjadi sejumlah titik
dimana solusi beda hingga akan dicari. Secara umum solusi akan
semakin akurat jika jumlah titik semakin banyak.
2. Diskritisasi Persamaan : Persamaan pengatur didiskritisasi
dengan mendekati turunan fungsi dengan pendekatan beda
hingga.
 Titik Ditengah (Internal Point) : Untuk titik internal dilakukan
turunan fungsi didekati dengan pendekatan selisih hingga
sesuai dengan orde turunannya.
 Titik Batas Neumann : Pada batas Neumann dilakukan
turunan fungsi didekati sesuai bentuk turunan pada batas
Neuman.
 Titik Batas Dirichlet : Harga variabel pada titik yang terletak
pada batas Dirichlet tidak perlu didekati dengan metoda beda
hingga tapi cukup diberikan harganya sesuai harga batas.
3. Penyelesaian Persamaan Diskrit : Hasil dari proses diskritisasi
adalah persamaan aljabar linear simultan yang selanjutnya dapat
diselesaikan dengan berbagai metoda penyelesaian Matrix.
Hasilnya adalah harga variable pada titik-titk grid (variable primer).
4. Perhitungan Variabel Sekunder : Dari harga variable pada titik-
titik grid selanjutnya dapat dihitung beberapa besaran tambahan
(disebut variable sekunder), misal kecepatan dll.
5. Perhitungan Tambahan : Dari harga variable primer dan
sekunder pada titik-titik grid selanjutnya dilakukan plotting atau
visualisasi untuk menganalisa hasil perhitungan. Jika solusi analitik

4
tersedia, dapat dilakukan perbandingan hasil numerik dengan hasil
analitik.

3. Penerapan Pada Bidang Sumber Daya Air

3.1 Untuk Kasus 1 Dimensi

 Model Persamaan Satu Dimensi


Salah satu contoh paling sederhana dari PDP Elliptic adalah
persamaan aliran air tanah pada medium aquifer dengan
transmisivitas dan pengisian (recharge) konstan. Secara skematis
problem ini ditunjukkan pada Gambar-1
Pengisian q

Muka Air

Aquife
H
X

Gambar-1 : Model aquifer 1-Dimensi

Untuk problem aliran air tanah diatas, dapat ditunjukan bahwa model
matematik yang menggambarkan problem fisik tsb dapat dinyatakan
sbb :
 Persamaan Pengatur
 2h
T  q
x 2 (0 < x < L)
 Syarat batas
h(0)
0
x di x=0  S.B. Neumann
h(L )  H di x=L  S.B. Dirichlet

5
 Dapat ditunjukan bahwa solusi analitik problem tsb adalah

(L2  x 2 )
hq H
2T

 Penyelesaian Dengan Metoda Beda Hingga

Dengan berpedoman pada Langkah Umum Penyelesaian Dengan


Metoda Beda Hingga seperti diuraikan pada butir-1. Penyelesaian
PDP Elliptic berupa persamaan aliran air tanah diatas dapat dilakukan
sbb :
1) Diskritisasi domain : . Jika panjang domain adalah L, dan domain
dibagi menjadi 5 titik simpul (grid point) yang berjarak sama
sebesar X = L/4.

 Titik- Batas Neumann : Karena syarat batas pada x = 0,


secara fisik berarti tidak ada aliran yang masuk. Pada titik-1
berlaku syarat batas Neumann. Untuk itu perlu ditambahkan
satu titik fiktif sebagai titik cermin (lihat kuliah air tanah). Hasil
diskritisasi ditunjukan pada Gambar-2.

 Titik-Batas Dirichlet : Pada titik-5 berlaku syarat batas


Dirichlet, yaitu h(L) = H. Jadi pada titik-5 berlaku h 5 = H

Titik Cermin
X = L/4

0 1 2 3 4 5

Gambar-2 : Diskritisasi domain model aquifer 1-Dimensi

6
2) Diskritisasi Persamaan : Pada Model matematik terlihat bahwa
operator differensial pada persamaan pengatur adalah orde-2.
 2h
T  q
x 2  Bentuk Kontinyu (Continous Form)
Dengan operator beda hingga yang sesuai dan diskritisasi domain
seperti pada Gambar-2, diskritisasi dilakukan dengan pendekatan
beda tengah sbb :

 h  2 h i  h i1 
Ti  i1 2   q i
 x   Bentuk Diskrit (Discrete Form)
qi x 2
h i1  2 h i  h i1 
Ti
Karena q dan T sama untuk setiap titik grid, maka untuk titik
tengah (2 s/d 4) berlaku
 h  2 h i  h i1 
Ti  i1   q i
 x 2 
Dengan demikian
Titik-1  h0 2 h1 + h2 = q x2/T
Titik-2  h1 2 h2 + h3 = q x2/T
Titik-3  h2 2 h3 + h4 = q x2/T
Titik-4  h3 2 h4 + h5 = q x2/T

Dengan memasukan syarat batas h0 = h2 dan h5 = H, maka


Titik-1  -2 h1 + 2 h2 = q x2/T
Titik-2  h1 2 h2 + h3 = q x2/T
Titik-3  h2 2 h3 + h4 = q x2/T
Titik-4  h3 2 h4 = q x2/T  H

Jika ditetapkan H = 50 meter, q = 2.0 m/hari, L= 400 m dan


T=1000 m2/hari, maka persamaan diatas ditulis dalam bentuk
matrik sbb

7
 2 2   h1    q x 2 / T 
 1 2 1  h   
   2     q x 2 / T 
 2 
 1  2 1  h 3    q  x / T 
 
 1  2 h 4   q x 2 / T  H
 

3) Solusi Persamaan : Persamaan aljabar linier diatas selanjutnya


dapat diselesaikan dengan berbagai metoda penyelesaian
persamaan aljabar simultan. Jika diselesaikan didapat

h1 = 210 m ; h2 = 200 m, h3 = 170 m, h4 = 120 m

4) Perhitungan Variabel Sekunder : Misal diinginkan mengitung


kecepatan pada batas kanan. Dari rumus Darcy

qx= − ( )
T ∂h
B ∂x
Dengan pendekatan beda kebelakang didapat

qx= −
B (
T hi − hi−1
Δx )
=− (
1000 50−120
100 100 )
=7 . 0 m/hari →

5) Perhitungan Tambahan : Ketelitian hasil numerik dapat


dibandingkan harga solusi analitik (Lihat Tabel-1). Hasil perbandingan
dapat digambarkan secara grafis seperti ditunjukan pada Gambar-3.
Tabel-1 : Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik

x Analitik Numerik % Error


0 210 210 0
100 200 200 0
200 170 170 0
300 120 120 0
400 50 50 0

8
Analitik Numerik
250

200

150
H (m)

100

50

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
x (m)

Gambar-3 : Gambar Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik

3.2 Syarat Batas Turunan (Model 1-D)

 Model Persamaan Satu Dimensi


Dengan mengacu pada contoh model satu dimensi terdahulu, maka
selain dengan metoda cermin, syarat batas pada titik batas kiri dapat
didiskritkan dengan berbagai cara :

1) Pedekatan beda tengah orde-2

Turunan pertama didekati dengan operator beda tengah orde-2


sbb :

∂h(0 ) h2 −h0
=0 =0 h2 =h0
∂x  2 Δx atau

Pendekatan diatas adalah sama dengan metoda cermin dan


hasilnya sudah ditunjukan pada bagian terdahulu. Dengan kata lain

9
dapat disimpulkan bahwa metoda cermin adalah sama dengan
pendekatan beda tengah orde-2.

2) Pedekatan beda maju orde-1

Turunan pertama didekati dengan operator beda maju orde-1 sbb :

∂h(0 ) h2 −h1
=0 =0
∂x  Δx atau h2 =h1
Setelah memasukan syarat batas Dirirclet pada titik-5 yaitu h 5 = H.
didapat

Titik-2  h1 2 h2 + h3 = q x2/T
Titik-3  h2 2 h3 + h4 = q x2/T
Titik-4  h3 2 h4 + H = q x2/T
Atau

[ ]{ } { }
−1 1 h2 −qΔx 2 /T
1 −2 1 h3 = −qΔx 2 /T
1 −2 h −qΔx 2 /T −H
4

Jika diselesaikan didapat : h2 = 170 m, h3 = 150 m dan h4 = 110 m

3) Pedekatan beda maju orde-2

Turunan pertama didekati dengan operator beda maju orde-2 sbb :

∂h(0 ) −3 h1 + 4 h2 −h 3 4 h 2−h3
=0 =0 h1 =
∂x  2 Δx atau 3
Setelah memasukan syarat batas Dirirclet pada titik-5 yaitu h 5 = H.
didapat

Titik-2  h1 2 h2 + h3 = q x2/T
Titik-3  h2 2 h3 + h4 = q x2/T
Titik-4  h3 2 h4 + H = q x2/T
atau

10
[ ]{ } { }
−2/ 3 2/ 3 h2 −qΔx 2 / T
1 −2 1 h3 = −qΔx 2 / T
1 −2 h −qΔx 2 / T −H
4

Jika diselesaikan didapat : h2 = 200 m, h3 = 170 m dan h4 = 120 m

 Perbandingan Hasil : Perbandingan hasil ketiga metoda diatas


dengan hasil analitik ditunjukan pada Gambar-4 dan Tabel-2.

Tabel-2 : Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik

Hasil Numerik % Kesalahan


X Hasil
Analitik BT BM BM BT BM BM
O(x2) O(x) O(x2) O(x2) O(x) O(x2)
0 210 210 170 210 0 -19% 0
100 200 200 170 200 0 -15% 0
200 170 170 150 170 0 -12% 0
300 120 120 110 120 0 -8% 0
400 50 50 50 50 0 0% 0

 Kesimpulan : Dari hasil-hasil diatas dapat disimpulkan


1) Cara penanganan syarat batas sangat mempengaruhi hasil
perhitungan.
2) Secara umum ketelitian meningkat jika order ketelitian operator
beda hingga yang digunakan meningkat
3) Metoda beda tengah memerlukan titik fiktif, sedang metoda beda
maju tidak memerlukan titik fiktif.

11
Analitik Cara-1 dan 3 Cara-2
250

200

150
H (m)

100

50

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
x (m)

Gambar-4 : Gambar Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik

12
3.3 Penerapan Pada Persamaan Elliptic 2-D

 Model Persamaan Dua Dimensi


Salah satu contoh paling sederhana dari PDP Elliptic adalah
persamaan aliran air tanah pada medium aquifer 2-Dimensi dengan
permeabilitas konstant dan debit pompa Q p konstan. Secara skematis
problem ini ditunjukan pada Gambar-4

1000 m Lapisan Kedap


 Pompaa

(Tampak atas) (potongan)


Gambar-5 : Model aquifer bebas 2-Dimensi
Untuk problem aliran air tanah diatas, dapat ditunjukan bahwa model
matematik yang menggambarkan problem fisik tsb dapat dinyatakan
dalam Persamaan Poisson sbb :
 Persamaan Pengatur
  2  2 
T( x, y )  2    P( x, y )
2 
  x  y  dalam 
 Syarat batas
( x,0)   0 
( x, L )   0 

  S.B. Dirichlet
( 0, y )   0 
(L, y )   0 

13
Dalam persoalan diatas, Syarat Batas Dirichlet ditetapkan sebesar 0
= 100 m, Ketebalan aquifer B = 50 meter, Transmisibilitas T(x,y)
dianggap konstant sebesar T = 1000 m2/hari

 Penyelesaian Dengan Metoda Beda Hingga

Dengan berpedoman pada Langkah Umum Penyelesaian Dengan


Metoda Beda Hingga seperti diuraikan pada butir-1. Penyelesaian
PDP Elliptic berupa persamaan aliran air tanah diatas dilakukan sbb :

 Diskritisasi domain : Jika panjang domain adalah L, dan domain


dibagi menjadi 5 x 5 titik simpul (grid point) yang berjarak sama
sebesar x = 250, dan y = 250. Karena syarat batas pembatas 
adalah batas Dirichlet, harga variabel pada batas  ditetapkan.. Hasil
diskritisasi ditunjukan pada Gambar-2.
J

Lokasi Pompa P(x,y) = QP

Dirichlet BC
=

Gambar-6 : Diskritisasi domain model aquifer 2-Dimensi

1) Diskritisasi Persamaan : Pada Model matematik terlihat bahwa


operator differensial pada persamaan pengatur adalah orde-2.

  2  2 
T( x, y )  2    P( x, y )
2 
  x  y   dalam 

14
Dengan operator beda hingga yang sesuai dan diskritisasi domain
seperti pada Gambar-6, diskritisasi dilakukan dengan pendekatan
beda tengah. Tinjau grid point (i,j ). Pada titik (i,j) turunan kedua
didekati dengan

  2    2  i, j   i,1j
   i1, j  0( x ) 2
 x 2  ( x ) 2
  i, j

  2    2  i, j   i, j1
   i, j1  0( x ) 2
 y 
2
( y ) 2
  i, j
Maka bentuk diskrit pers pengatur adalah sebagai berikut :

  i1, j  2  i, j  h i1, j    i, j1  2  i, j   i, j1 


 2  2   Pi, j
  x    y 
x 2

jika ratio x dan y dinyatakan sebagai y 2 , maka

 i1,j   i,j   i1,j     i,j1   i,j   i,j1   0


 i1, j  2(1  )  i, j   ii, j    i, j1    i, j1  0
Jika x  y digunakan maka akan didapat 9 persamaan aljabar
linier simultan sebagai berikut :

Titik-(2,2)   1,2  2(1  )  2,2   3,2    2,1    2,3  0


 2(1  )  2,2   3,2    2,3   (1  )  0
 2,2  2(1  )  3,2   4,2    3,1    3,3  0
Titik-(3,2) 
 2,2  2(1  )  3,2   4,2    3,3     0

Titik-(4,2)   3,2  2(1  )  4,2   5,2    4,1    4,3  0


 3,2  2(1  )  4,2    4,3   (1  )  0

Titik-(2,3) 
 1,3  2(1  )  2,3   3,3    2,2    2,4  0

 2(1  )  2,3   3,3    2,2    2,4    0

15
Titik-(3,3)   2,3  2(1  )  3,3   4,3    3,2    3,4  P(i, j)
 2,3  2(1  )  3,3   4,3    3,2    3,4  Q p

Titik-(4,3)   3,3  2(1  )  4,3   5,3    4,2    4,5  0


 3,3  2(1  )  4,3    4,2    4,5   0
 1,4  2(1  )  2,4   3,4    2,3    2,5  0
Titik-(2,4) 
 2(1  )  2,4   3,4    2,3   (1  )  0

Titik-(3,4)   2,4  2(1  )  3,4   4,4    3,3    3,5  0


 2,4  2(1  )  3,4   4,4    3,3     0
 3,4  2(1  )  4,4   5,4    4,3    4,5  0
Titik-(4,4) 
 3,4  2(1  )  4,4    4,3   (1  )  0

Jika dimisalkan (  2(1  )) , maka kesembilan persamaan diatas


dituliskan dalam bentuk matrix didapat

  1 0  0 0 0 0 0   2,2   (1  )  0 
 1  1      
 0  0 0 0 0   3,2   0 
 0 1  0 0  0 0 0   4,2   (1  )  0 
    
  0 0  1 0  0 0   2,3    0 
 0    
 0 1  1 0  0   3,3    Qp 
 
 0 0  0 1  0 0    4,3    
   0

 0 0 0  0 0  1  
0  2,4   (1  )  0 
      
 0 0 0 0  0 1   1   3,4   0 
 0 0 0 0 0  0 1     4,4   (1  )  0 

2) Solusi Persamaan : Persamaan aljabar linier diatas selanjutnya


dapat diselesaikan dengan berbagai metoda penyelesaian
persamaan aljabar simultan. Untuk x = y = 250 m, Qp = 10000
m3/hari (Qp = 115.74 liter/sec) Jika diselesaikan didapat
2,2 = 87.5 m, 3,2 = 75.5 m, 4,2 = 87.5 m,
2,3 = 75.5 m, 3,3 = 25.0 m, 4,3 = 25.0 m,

16
2,4 = 87.5 m, 3,4 = 75.5 m, 4,4 = 87.5 m,
3) Perhitungan Variabel Sekunder : Dari harga variable pada titik-
titik grid selanjutnya dapat dihitung beberapa besaran tambahan
(disebut variable sekunder). Misal diinginkan menghitung flux
kecepatan pada titik (2,4). Dari rumus Darcy
T  T 
qx   qy  
B x B y
Dengan pendekatan beda tengah didapat
T   i1, j   i1,h  1000  75.5  87.5 
qx        2.02 m/hari 
B  2X 
 50  500 

T   i, j1   i, j1  1000  87.5  75.5 


qy        2.02 m/hari 
B  2X 
 50  500 

4) Perhitungan Tambahan : Dari harga variable primer dan


sekunder pada titik-titik grid selanjutnya dilakukan plotting atau
visualisasi untuk menganalisa hasil perhitungan (Lihat Gambar-6).
Contoh hasil plotting perhitungan adalah sbb Jika solusi analitik
tersedia, lakukan perbandingan hasil numerik dengan hasil analitik.

120
J=2 J=3 J=4

100

80
H (m)

60

40

20

0
0 200 400 600 800 1000
X (meter)

17
Gambar-7 : Gambar Penurunan Tekanan

 Contoh Hasil untuk kasus 4 pompa

Diberikan kasus 4 pompa, grid selisih hingga untuk diskritisasi


persamaan Elliptic 2-D seperti ditunjukkan pada Gambar-8. Harga 
pada batas luar (External BC) diambil  = 10. Pada titik (2,2) harga 
ditetapkan  = 5.
J

Internal BC = 5

External BC = 10

Gambar-8 : Diskritisasi domain model typikal persamaan elliptic

Jika hasil solusi diplot dalam bentuk kontur, potongan muka air dan
prespektif permukaan air 3-D akan didapat hasil seperti ditunjukan
pada Gambar-9.

18
(a) Kontur Muka Air (b) Potongan J = 50

(c) Potongan J = 75 (d) Gambar perspektif 3-D

Gambar-9 : Gambar Hasil model kasus 4 pompa

19

Anda mungkin juga menyukai