Anda di halaman 1dari 3

Nomor : 1292/VIII-02/0622 Balikpapan, 13 Juni 2022

Hal : Kebijakan Pelayanan Haji

Yth. Direktur/Kepala Rumah Sakit dan Klinik Utama


Mitra BPJS Kesehatan Cabang Balikpapan
di
Tempat

Sehubungan dengan akan diselenggarakannya ibadah haji untuk tahun 2022 serta
dalam rangka memberikan memberikan jaminan pelayanan Kesehatan yang bermutu kepada
peserta program Jaminan Kesehatan Nasional khususnya Jemaah Haji Indonesia, bersama
ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat ketentuan baru merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2022 tentang
Koordinasi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji
di Arab Saudi.
2. Jaminan pelayanan kesehatan haji diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah
terdaftar sebagai Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat
(JKN-KIS) dan membayar iuran dengan cakupan manfaat pelayanan mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk Program JKN.
3. Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah penyelenggaraan kesehatan haji selama
Jemaah Haji berada di Indonesia, dengan pemberian layanan kesehatan yaitu:
a. FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan beserta jejaringnya; dan/atau
b. FKRTL yang bekerja sama denan BPJS Kesehatan beserta jejaringnya.
4. Bagi Jemaah Haji yang telah melakukan registrasi dan mendapatkan nomor porsi, maka
selanjutnya tahapan pelayanan kesehatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a. Pemeriksaan kesehatan tahap pertama sampai dengan masa tunggu
b. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua (penetapan Istithaah) sampai dengan pembinaan
masa keberangkatan.
c. Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga
5. Prosedur pelayanan kesehatan Jemaah Haji Peserta JKN-KIS sebagaimana penjelasan
berikut:
a. Pemeriksaan kesehatan tahap pertama sampai dengan masa tunggu
1) Jemaah Haji Peserta JKN-KIS mengunjungi FKTP tempat Peserta terdaftar.
2) Dokter di FKTP melakukan pemeriksan kepada Jemaah Haji untuk menentukan
kondisi kesehatan Peserta dan edukasi kesehatan jika diperlukan.
3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter di FKTP dan/atau hasil skrining
kesehatan primer terindikasi penyakit kronis dengan Resiko Tinggi, dan
membutuhkan penegakan diagnosa atau pelayanan lebih lanjut di FKRTL, maka
Jemaah Haji Peserta JKN-KIS dapat dirujuk ke FKRTL yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
4) Pada masa ini, Jemaah Haji yang terdiagnosa penyakit kronis dapat mendaftarkan
diri sebagai Peserta Program Rujuk Balik (PRB) sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku. Hal ini bertujuan agar Jemaah Haji memahami risiko penyakit
dan tetap menjada kondisi kesehatannya.
b. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua (penetapan Istithaah)
1) Pemeriksaan kesehatan pada tahap ini pada umumnya dilaksanakan paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum masa keberangkatan Jemaah Haji.
2) Peserta mendapatkan pelayanan di FKTP tempat Peserta terdaftar, untuk
mendapatkan ketetepan Istithaah dengan kriteria:
a) Memenuhi syarat
b) Memenuhi syarat dengan pendamping
c) Memenuhi syarat Untuk sementara
d) Tidak memenuhi syarat
3) Penetepan kriteria mengacu pada Petunjuk Teknis Permenkes Nomor 15 Tahun 2-
16 tentang Istithaah Kesehatan Haji.
4) Bagi peserta PRB/penyakit kronis yang perlu mengkonsumsi obat kronis secara rutin
setiap bulan, maka sebelum keberangkatan menuju Embarkasi, Peserta dapat
mengambil obat PRB/kronis/Kemoterapi sesuai peresepan maksimal dan rektriksi
yang tercantum dalam ketentuan Formularium Nasional di Apotek PRB/Instalasi
Farmasi RS yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
c. Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga atau pembinaan masa tunggu keberangkatan dan
kepulangan (di Embarkasi/Debarkasi)
1) Pelayanan kesehatan di Embarkasi/Debarkasi dilaksanakan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
2) Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan di Klinik Embarkasi/Debarkasi bukan
merupakan biaya yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan (dibiayai oeleh Pemerintah/
Pemerintah Daerah)
3) Apabila atas indikasi medis, Jemaah Haji memerlukan pemeriksaan atau penunjang
diagnostic di FKRTL (rumah sakit/ klinik utama), maka mekanisme rujukan sesuai
dengan ketentuan dalam Program JKN.
4) Dalam rangka memfasilitasi pelayanan rujukan bagi peserta JKN, Klinik
Embarkasi/Debarkasi dapat membentuk Kerjasama dengan FKTP yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
5) Namun dalam kondisi emergensi, Jemaah Haji yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut ke Dokter Spesialis/Sub Spesialis di FKRTL maka Dokter PPIH di
Embarkasi/Debarkasi dapat langsung merujuk Peserta ke FKRTL terdekat dekat
sesuai dengan ketentuan pelayanan emergensi dalam program JKN.
6. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian:
a. Penjaminan pelayanan kesehatan kepada Jemaah Haji sesuai dengan cakupan
pelayanan dan mekanisme penjaminan dan sistem rujukan yang berlaku pada
Program JKN-KIS.
b. BPJS Kesehatan tidak menjamin pelayanan kesehatan yang berupa Medical Check
Up, vaksin dan hal lain yang termasuk dalam hal-hal yang tidak dijamin dalam
Program JKN-KIS.
c. Maksimal peresepan obat bagi Jemaah Haji Peserta PRB atau penderita penyakit
kronis yaitu paling banyak untuk pemberian 30 (tiga puluh) hari

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima
kasih.

Kepala

$$

Sugiyanto

Tembusan:
1. Dinas Kesehatan Kab/Kota di Wilayah Kerja BPJS Kesehatan KC Balikpapan
2. PERSI Wilayah Kalimantan Timur
3. Verfikator BPJS Kesehatan Cabang Balikpapan

RM/ra/PK.00

Anda mungkin juga menyukai