Anda di halaman 1dari 11

Apotek BPJS

Apotek BPJS Medika Antapani merupakan bagian dari Apotek Medika Antapani
yang khusus melayani pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) khusus
program pengelolaan penyakit kronis dan program rujuk balik. Apotek BPJS buka
setiap hari senin sampai dengan sabtu (kecuali tanggal merah) dengan jam kerja di
mulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00. Apotek BPJS Medika
Antapani melayani pasien dengan kuota 510 resep setiap harinya.
Bangunan Apotek BPJS Medika Antapani berada di sebrang Klinik
Utama Medika Antapani 1 dan Apotek Reguler. Bangunan Apotek BPJS terdiri
dari dua lantai. Pada lantai satu terdapat ruang tunggu pasien, ruang registrasi dan
administrasi pasien, ruang peracikan dan dispensing obat, ruang pelayanan
informasi obat. Lantai dua digunakan sebagai ruang manajemen, penyimpanan
arsip, serta mushola pegawai, dan gudang penyimpanan obat.
Apotek BPJS memiliki Apoteker Penanggung Jawab yaitu Shifana Tri
Armytha, S.Farm., Apt. Awalnya antara apotek regular dan apotek BPJS bearada
dalam satu Gedung dan hanya dibatasi dengan sekat pintu saja. Namun, pelayanan
dari kedua apotek ini dilakukan secara terpisah atas beberapa pertimbangan,
diantaranya:
a. Jumlah pasien BPJS yang sangat banyak dan terus bertambah, sehingga
pelayanan akan menjadi sangat sulit, antrean pasien menjadi sangat panjang,
dan pelayanan akan menjadi tidak maksimal apabila pelayanan pasien regular
dan BPJS ini digabung menjadi satu.
b. Obat-obatan yang diadakan untuk pasien BPJS mengacu pada formularium
nasional serta memerlukan persyaratan administrasi tertentu agar pasien dapat
memperoleh obat, sedangkan obat-obatan untuk aptek reguler mayoritas
adalah obat-obatan bermerk/ethical
c. Sistem pengadaan oat-obatan BPJS harus melalui aplikasi e-purchasing
dari e-cataloge secara nasional

d. Sistem pembayaran obat untuk Apotek BPJS adalah non tunai dimana Apotek
harus mengajukan klaim kepada BPJS untuk mendapatkan pembayaran dari
obat-obatan yang telah diserahkan kepada pasien, sedangkan pembayaran di
Apotek Reguler dilakukan secara tunai.
Secara umum, alur pelayanan di Apotek BPJS adalah sebagai
berikut:
1. Pasien mengambil nomor antrian untuk proses administrasi, screening resep, dan
pemeriksaan kelengkapan persyaratan berkas yang diperlukan untuk dapat memperoleh
obat.
2. Pasien menuju loket administrasi saat nomor antrian dipanggil untuk menyerahkan
berkas-berkas administrasi yang diperlukan , diantaranya meliputi :
 Fotocopy KTP pasien
 Fotocopy kartu BPJS pasien
 Surat eligibilitas peserta BPJS
 Resep asli dan fotocopy resep. Batas waktu pengambilan obat di Apotek maksimal
adalah 15 hari semenjak tanggal penulisan resep
 Fotocopy hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya ,
serta memo dari dokter yang menjadi persyaratan untuk dapat memperoleh obat.
3. Petugas administrasi akan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian berkas
administrasi dengan persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan
formularium nasional serta memeriksa ketersediaan obat melalui system
MACS. Bagian administrasi harus memastikan agar berkas dan seluruh
persyaratan lengkap terpenuhi oleh pasien sebelum menginput data obat-
obatan yang akan diserahkan kepada pasien, karena jika berkas dan
persyaratan tidak lengkap, maka klaim obat tidak akan disetujui oleh
pihak BPJS dan akan menyebabkan kerugian bagi Apotek.
4. Jika persyaratan administrasi telah tepenuhi dan obat-obatan yang
dibutuhkan pasien tersedia, maka petugas akan menginput data obat-
obatan yang akan diambil oleh pasien ke sistem MACS serta ke sistem
BPJS online. Namun, jika obat-obatan yang diperlukan pasien tidak
tersedia,maka pasien diberikan beberapa pilihan, yaitu:
 Pasien mencari Apotek jejeraing BPJS lain untuk dapat mengambil
seluruh obat yang tertera pada resep. Untuk kasus ini, pihak
Medika akan mengembalikan seluruh berkas dan resep asli kepada
pasien.
 Pasien hanya mengambil obat-obatan yang tersedia di Apotek
Medika Antapani dan menyetujui untuk membeli obat-obatan yang
tidak tersedia dengan biaya sendiri. Resep untuk pasien BPJS
dalam satu hari hanya boleh satu kali diinput ke sistem BPJS online
di satu Apotek, sehingga pasien tidak dapat mengamil setengah
obat di satu Apotek dan setengah obat lagi di Apotek yang lain.
Jika pasien
setuju hanya mengambil obat-obat yang tersedia dan akan membeli
obat di apotek lain, maka pasien akan diberikan copy resep.
5. Petugas menginput data dan memberikan nomor antrian pengambilan
obat kepada pasien
6. Petugas mencetak struk yang berisi daftar obat-obatan yang akan diambil
oleh pasien
7. Petugas melakukan penyiapan, pengemasan, dan pemberian etiket yang
sesuai. Jumlah dan jenis obat yang diberikan kepada pasien harus
dipastikan sesuai dengan yang tercantum pada resep.
8. Petugas menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pelayanan
informasi obat (PIO) untuk dapat memastikan agar pasien menggunakan
obat secara benar dan tepat.
Apotek BPJS Medika Antapani melayani resep obat-obatan untuk
pasien BPJS Program Rujuk Balik (PRB), Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis), dan pasien Rujukan Tingkat Lanjutan (RJTL)/ Resep
Kronis Belum Stabil 7-23 ( Obat untuk 7 hari diberikan oleh Rumah Sakit
dan 23 sisanya diambil di Apotek Jejaring).
Pelayanan Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang
dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas
rekomendasi atau rujukan dari dokter spesialis atau sub spesialis yang
merawat. Pelayanan Program Rujuk Balik diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan penderita penyakit kronis, yaitu:
1. Diabetes Melitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. ASMA
5. PPOK( Penyakit Paru Obstruktif Kronis )
6. Epilepsy
7. Stroke
8. Schizophrenia
9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Ketentuan Program Rujuk Balik:
 Kasus yang diagnosisnya sudah ditegakkan oleh Dokter Spesialis.
 Kondisi pasien Stabil/terkontrol, yaitu kondisi dimana penderita
penyakit kronis berdasarkan diagnosis mempunyai parameter-parameter
yang stabil sesuai tata laksana penyakit kronis dan ditetapkan oleh
dokter Spesialis/Sub spesialis.
 Dokter faskes primer meneruskan pelayanan obat rujukan balik dari
dokter faskes rujukan.
 Bila kondisi pasien stabil, dilayani 3 kali di Faskes Primer kemudian
kunjungan ke 4 dirujuk ke RS. Bila kondisi tidak stabil, sewaktu-waktu
dapat dirujuk ke RS.
 Tiap kali kunjungan diberi pengobatan untuk 1 bulan.
Alur Pelayanan Obat PRB yaitu sebagai berikut:
1) Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan :
a. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
b. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis
c. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
d. Lembar resep obat/salinan resep
2) Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB
3) Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB
4) Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
a. Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya
terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku
kontrol peserta PRB.
b. Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan
menuliskan resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol
peserta PRB.
5)Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk pelayanan obat PRB.
a. Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama.
b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta.
6) Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3
bulan di Faskes Tingkat Pertama.
7) Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/subspesialis.
8) Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke
dokter Spesialis/Sub Spesialis sebelum 3 bulan dan menyertakan
keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes
Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau
mengalami gejala/tandatanda yang mengindikasikan perburukan dan
perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
9) Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih
terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/subspesialis, maka pelayanan
program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali dengan memberikan
SRB baru kepada peserta.
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan
program BPJS yang diadakan dengan tujuan untuk mencegah komplikasi
dan memburuknya penyakit kronis, yaitu Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Untuk dapat mengikuti program Prolanis, peserta BPJS dengan risiko DM
dan HT, mendaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang sudah
membentuk klub.
Prolanis setelah mendapat rujukan dari dokter. Jika telah terdaftar
peserta akan diberikan penyuluhan rutin tentang pengelolaan Penyakit DM
dn HT serta dapat mengikuti kegiatan-kegiatan Klub seperti Senam,
Pemeriksaan Gula Darah berkala (sebulan sekali), Konsultasi rutin dengan
Dokter FKTP, dan juga dapat memperoleh obat untuk penyakit yang
dideritanya.
Ketentuan mengenai restriksi dan persyaratan yang harus dipenuhi
pasien untukobat-obatan yang dijamin oleh JKN diatur dalam Formularium
Nasional yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 01.
07/ MENKES/ 707/ 2018 tentang perubahan atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HL. 01.07/ MENKES/ 659/ 2017 tentang Formularium
Nasional. Beberapa obat-obatan dan persyaratan yang dibutuhkan untuk
dapat diambil di Apotek BPJS Medika Antapani diantaranya adalah:

10 Penyakit Kronis lain yang ditetapkan MENKES bersama Organisasi


Profesi
Persyaratan Beberapa Obat BPJS
No Obat Persyaratan
1. Simvastatin 10, 20, 40  Melampirkan hasil lab kolsesterol LDL maksimal 6
mg. bulan terakhir dengan Batasan:
a. Untuk pasien jantung Jika LDL > 100 mg/dL
b. Untuk pasien Diabetes jika LDL > 130 mg/dL
c. Untuk pasien tanpa komplikasi Diabetes dan
Jantung jika LDL > 160 mg/dL
 Melampirkan hasil lab kolesterol LDL maksimal 3
Bulan terakhir untuk pasien yang melampirkan hasil
post PCI, CABG, stroke iskemi dan/atau MSCT atau
riwayat angiografi (dilampirkan hasil pemeriksaannya
yang masih belaku), dijamin jika hasil Lab LDL > 70
mg/dL
2. Atorvastatin 20 mg dan  Melampirkan memo/catatan ditandatangani oleh
Resouvastatin 10 mg/ dokter/bagian farmasi yang menunjukkan bahwa
Recansa/ Suvesco pasien sebelumnya telah menggunakan Simvastatin
selama 3 bulan berturut-turut
 Melampirkan hasil Lab Kolesterol LDL Maksimal 6
bulan terakhir hanya untuk pasien yang melampirkan
hasil post PCI, CABG, stroke iskemi dan/atau PAD,
beserta melampirkan EKG yang hasilnya Abnormal
atau MSCT atau riwayat angiografi (dilampirkan
hasil pemeriksaannya yang masih belaku), dijamin
jika hasil Lab LDL > 70 mg/dL
 Pemberian maksimal atorvastatin/resouastatin hanya
3 bulam. Apanila selama 3 bulan terapi tidak
mencapai terget, maka dikembalikan ke terapi
simvastatin disetai
dengan edukasi untuk diet rendah lemak.
3. Fenofibrat 100, 300 mg Hanya untuk Hipergliseridemia dengan melampirkan
hasil lab Trigliserida maksimal 6 bulan terakhir dengan
kadar trigliserida ? 350 mg/dL
4. Clopidrogel  Melampirkan resume CT Scan Pasca Stroke dengan
kesimpulan terdapat infark (maksimal 1 tahun
terakbir
 Resume keterangan katerisasi janung/ PCI (maksimal
1 Tahun terakhir)
 Resume operasi sten/pemasangan sten jantung
(maksimal 1 Tahun terakhir)
 Resume keterangan sudah Nuklir dan MSCT dengan
kesimpulan iskemia miokard/ established Peripheral
Arterial Disease (PAD) (maksimal 1 Tahun terahir)
 Hasil ECHO/ DOpler dengan kesimpulan
CAD/Iskemia/CABG (Maksimal 1 Tahun terakhir)
 Melampirhan hasil EKG dengan kesimpulan dalam
kondisi Abnormal (maksimal 6bulan terakhir) atau
dengan kesompulan Pasien yang ada riwayat Stemi
dan Non Stemi
5. Micardis 40, 80 mg  Hanya untuk pasien yang telah mendapat obat ACE
Inhibitor sekurang-kurangnya 1 bulan dan mengalami
intoleransi ACE Inhibitor (melampirkan memo
keterangan riwayat penggunaan obat ACE Inhibitor
dengan bulan dan tahun yang jelas, ditandatangani
oleh petugas yang berwenang dna cap rumah sakit)
 Melampirkan Bukti EGFR dengan hasil < 30
mL/menit/1,73 m2 maksimal 6 bulan terakhir
6. Irbesartan 150, 300 mg, Hanya untuk pasien yang telah mendapat obat ACE
Candesartan 8, 16 mg, Inhibitor sekurang-kurangnya 1 bulan dan mengalami
Valsartan/ Diovan 8 mg intoleransi ACE Inhibitor (melampirkan memo
keterangan riwayat penggunaan obat ACE Inhibitor
dengan bulan dan tahun yang jelas, ditandatangani oleh
petugas yang berwenang dna cap rumah sakit)
7. Brilinta Melampirkan hasil PCI/Katerisasi Jantung (maksimal 1
Tahun Terakhir)
8. Dorner Hanya untuk pasien dengan diagnosa Hipertensi Arteri
Pulmonal (HAP)
9. Gabapentin Hanya untuk pasien Neuralgia Pasca Herpes
dan
Neuropati Diabetikum
10. Onbrez Hanya untuk pasien dengan diagnose Penyakit Paru
150/300, Seretide Obstruksi Kronis (PPOK)
500 mcg,
Spiriva 80 mcg
11. Simarc Melampirkan Hasil Laboratorium INR: Hanya untuk
pasien dengan hasil kurang dari 2 atau hasil di atas 3
(maksimal 6 bulan terakhir)
12. Depakote/Asam Hanya untuk pasien dengan gangguan bipolar dan epilepsi
Valporat

13. Symbicort Hanya untuk pasien dengan hasill spirometry Abnormal

14. Mestinon Hanya untuk pasien dengan diagnosa myasthenia gravis

15. Donepezil/Aricept Hanya untuk pasien dengan diagnosa alzheimer

16. Alprazolam Hanya dari resep dokter kejiwaan

Pengadaan Obat di Apotek BPJS mengacu pada Formularium


Nasional dan e-catalogue. Obat-obatan yang diadakan di Apotek BPJS
adalah untuk penyakit kronis seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke,
Jantung, SLE, Asma, PPOK, Skizofrenia, dan Epilepsi. Sebelum melakukan
pengajuan pengadaan obat, bagian pengandaan membuat Rencana
Kebutuhan Obat (RKO). RKO dibuat untuk dapat memenuhi kebutuhan
Apotek selama 1 tahun kedepan dengan mengacu pada data konsumsi tahun
sebelumnya ditambah dengan perkiraan peningkatan/pengurangan konsumsi
obat. Alur Pengajuan RKO adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 7 Alur Pengajuan RKO
Apotek BPJS meiliki Gudang penyimpanan dengan suhu ruang
terkontrol. Di Gudang Apotek BPJS obat-obatan dikelompokkan
berdasarkan efek farmakologinya dan disusun secara alfabetis. Di Gudang
ini juga terdapat lemari pendingin untuk menyimpan obat-obatan yang tidak
stabil pada suhu ruang, seperti insulin. Di ruang dispensing obat-obatan
disusun secara alfabetis dan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan.
Obat dengan bentuk sediaan tablet disimpan dalam wadah berwarna hijau,
sedangkan obat-obatan untuk penggunaan luar disimpan dalam wadah
berwarna biru. Untuk obat-obatan tertentu dan psikotropika disimpan dalam
lemari terpisah, serta perlu dicatat nama pasien dan jumlah yang diberikan
pada kartu stok secara manual setiap kali obat tersebut dikeluarkan.
Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO)
dan First Expired First Out (FEFO).

Anda mungkin juga menyukai