Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI

UNIVERSITAS SEMARANG

DIBUAT OLEH :
KHOIRUDDIN
NIM. C.131.14.0039
BAB I PENDAHULUAN

1.1 DATA PEKERJAAN


Spesifikasi pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan RPU / RPH
Penggaron yang akan dilelangkan adalah sebagai beikut :
Nama Pekerjaan : Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan RPU /
RPH Penggaron
Lokasi Pekerjaan : Kawasan RPU / RPH Penggaron, Semarang
Pengguna Jasa : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber
Daya Mineral (PSDA dan ESDM) Kota Semarang
Sumber Dana : APBD Kota Semarang
Tahun Anggaran : 2016
Jangka Waktu : 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender
1.2 LATAR BELAKANG
Kota semarang yang dekenal sebagai kota yang sering terkena bencana ROB dan
banjir dikarenakan elevasi muka air laut yang saat ini lebih tinggi dari muka air
tanah, khususnya untuk daerah semarang sisi utara (daerah tambak) ini akan
sangat berdampak bagi pencemaran udara dan lingkungan, sangat potensial
sekali di daerah – daerah yang terkena ROB dan banjir akan tercemar dan bau.
RPU / RPH Penggaron merupakan sebuah industri pengolahan / penyembelihan
unggas / hewan yang mana limbah hasil penyembelihan harus segera dibuang
atau dialirkan ke saluran pembuangan agar tidak menyebabkan pencemaran baik
bau ataupun penyakit yang ditimbulkan dari limbah hasih penyembelihan. Untuk
sekarang ini saluran yang digunakan untuk mengalirkan limbah hasil
pemyembelihan unggas / hewan mampet (sudah tidak berfungsi) dan
meneyebabkan pencemaran bagi lingkungan / warga masyarakat yang
berdomisili dilingkungan tersebut untuk itu sangat diperlukan saluran pembuang
yang berupa siphon (saluran bawah tanah) untuk mengelola limbah hasil
penyembelihan supaya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan RPU
/ RPH Penggaron adalah sebagai berikut :
1. Disain perencanaan harus dapat mengatasi pencemaran yang terjadi
disekitar / daerah yang dialiri limbah hasil penyembelihan unggas / hewan.
2. Pekerjaan harus dapat terealisasi dalam tahun anggaran 2016 ini.
BAB II ISI
2.1 CARA PELELANGAN
1. TATACARA PELELANGAN
Tatacara pelelangan adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
a. Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat
Lelang kecuali ditentukan lain oleh undang-undang atau peraturan
pemerintah.
b. Untuk pelaksanaan lelang ditetapkan harga limit dan uang jaminan yang harus
disetorkan oleh peserta lelang.
c. Pengumuman lelang dilakukan melalui harian yang terbit di kota/kabupaten
atau kota/kabupaten terdekat atau ibukotapropinsi atau ibukota negara dan
beredar di wilayah kerja KPKNL atau wilayah Pejabat Lelang Kelas II tempat
barang akan dilelang.
d. Untuk dapat turut serta dalam pelelangan, para peserta lelang diwajibkan
menyetor uang jaminan yang jumlahnya dicantumkan pejabat lelang, uang
mana akan diperhitungkan dengan harga pembelian jika peserta lelang yang
bersangkutan ditunjuk sebagai pembeli.
e. Penjualan lelang dilakukan dengan penawaran lisan dengan harga naik-naik.
f. Penawar/pembeli dianggap bersungguh-sungguh telah mengetahui apa yang
telah ditawar/dibeli olehnya. Apabila terdapat kekurangan atau kerusakan baik
yang terlihat atau tidak terlihat atau terdapat cacat lainnya terhadap barang
yang telah dibelinya itu maka ia tidak berhak untuk menolak menarik diri
kembali setelah pembeliannya disahkan dan melepaskan semua hak untuk
meminta ganti kerugian berupa apapun juga.
g. Pembeli lelang adalah penawar tertinggi yang mencapai dan atau melampaui
harga limit yang disahkan oleh Pejabat Lelang.
h. Pembayaran dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah
pelaksanaan lelang.
i. Pembeli tidak diperkenankan untuk menguasai barang yang telah dibelinya itu
sebelum uang pembelian dipenuhi/dilunasi seluruhnya, jadi harga pokok, bea
lelang dan uang miskin. Kepada pembeli lelang diserahkan tanda terima.
j. Dalam setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang.
k. Barang terjual pada saat itu juga menjadi hak dan tanggungan pembeli dan
apabila barang itu berupa tanah dan rumah, pembeli harus segera
mengurus/membalik nama hak tersebut atas namanya.
l. Apabila yang dilelang itu adalah tanah/tanah dan rumah yang sedang
ditempati/dikuasai oleh tersita lelang dan tersita lelang tidak bersedia
menyerahkan tanah/tanah dan rumah itu secara kosong maka terlelang
beserta keluarganya akan dikeluarkan dengan paksa apabila perlu dengan
bantuan yang berwajib dari tanah/tanah dan rumah tersebut.
m.Termasuk orang-orang yang dikeluarkan dari tanah/tanah dan rumah adalah
para penyewa, pembeli, orang yang mendapat hibah, yang memperoleh
tanah/tanah dan rumah tersebut setelah tanah/tanah dan rumah tersebut
disita dan sita telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
n. Mereka yang menyewa, menerima sebagai jaminan, membeli atau
memperoleh tanah/tanah dan rumah tersebut sebelum dilakukan penyitaan,
baik sita jaminan atau sita eksekutorial tidak dapat dikeluarkan secara paksa
dari tahan/tanah dan rumah. Pembeli lelang harus menempuh jalan damai
dengan mereka atau mengajukan gugatan ke pengadilan dengan prosedur
biasa.
o. Hipotik atau hak tanggungan yang didaftarkan di kantor pertanahan setelah
tanah disita maka tidak mempunyai kekuatan hukum.
p. Suatu pelelangan yang telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
tidak dapat dibatalkan.
q. Dalam hal terjadi kecurangan atau pelelangan dilaksanakan dengan ceroboh
dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, pelelangan tersebut dapat
dibatalkan melalui suatu gugatan yang diajukan kepada pengadilan negeri.
2. JENIS LELANG
1. Pelelangan Umum
Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan Sederhana
Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
4. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
5. Seleksi Umum
Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang
memenuhi syarat.
6. Seleksi Sederhana
Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
7. Sayembara
Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak
dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
8. Kontes
Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
9. Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

Adapun jenis pelelangan yang dipakai dalam Pekerjaan Pembangunan Saluran


Drainase Kawasan RPU / RPH Penggaron adalah pelelangan umum dimana
semua pihak yang sekiranya memenuhi persyaratan dalam lelang tersebut dapat
mengikuti pelelangan.

2.2 KONTRAKTOR YANG MELAKSANAKAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan lelang secara umum yang dilaksanakan oleh LPSE Kota
Semarang tahun anggaran 2016 dengan nama paket Pekerjaan “ Pembangunan
Saluran Drainase Kawasan RPU / RPH Penggaron” (data pekerjaan terlampir
diatas), pelaksanaan pekerjaan untuk nama paket Pekerjaan Pembangunan
Saluran Drainase Kawasan RPU / RPH Penggaron ini telah dimenangkan oleh CV.
SINAR TIGA MITRA.

2.3 PIHAK – PIHAK TERKAIT

Analisa stakeholder perlu dilakukan tinjauan untuk mengetahui pihak-pihak mana


saja yang berhubungan dengan proyek yang akan dibangun. Dalam
pembangunan proyek pihak-pihak yang biasanya terlibat adalah:

1. Investor (owner) merupakan orang/perusahaan yang akan menanamkan


modal pertama kali pada proyek. Owner disini merupakan pihak yang memiliki
ide untuk membangun suatu proyek. Owner akan melakukan tinjauan
mengenai ide membuat suatu proyek untuk mengetahui seberapa lama
investasi yang mereka tanamkan mencapai BEP (Break Event Point) dan akan
dibandingkan dengan produk investasi lainnya yang lebih menjanjikan baik
berupa produk perbankan, obligasi (saham/reksadana) atau produk investasi
lainnya. Dalam Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan Rpu / RPH
Penggaron adalah Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang yang sekarang
berganti nama menjadi Dinas pekerjaan Umum Kota Semarang.
2. Lenders merupakan orang/badan/perusahaan yang bekerja sama dengan
peminjamnya, menyuntikan modalnya dengan bunga yang disepakati. Lenders
biasanya adalah bank. Saat pengajuan pinjaman, lenders akan melihat cash
flow pengembalian pinjaman yang diajukan.
3. Asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjaminan,
dalam konteks ini merupakan pihak yang menjamin berlangsungnya proyek
selama proses pelaksanaan pembangunan. Pihak asuransi akan melakukan
ganti rugi bila terjadi kendala pada proyek sesuai dengan perjanjian yang
disepakati. Sebagai gantinya, orang/badan yang mengajukan asuransi harus
membayar premi yang dibebankan.
4. Kontraktor merupakan pihak yang akan melaksanakan atau membangun suatu
proyek yang telah disetujui oleh pemilik modal (owner). Kontraktor dituntut
untuk melaksanakan proyek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
owner. Dalam hal ini yang bertindak sebagai penyedia jasa (kontraktor)
adalah CV. SINAR TIGA MITRA.
5. Konsultan merupakan pihak yang dipekerjakan oleh owner sebagai perwakilan
owner saat pelaksanaan proyek berlangsung, baik sebagai perencana maupun
pengawas selama pelaksanaan proyek. Dalam Pekerjaan Pembangunan
Saluran Drainase Kawasan RPU / RPH Penggaron yang bertindak selaku
Konsultan Supervisi adalah CV. STUDI TEKNIK.
6. Konsultan FS merupakan pihak yang dipekerjakan oleh owner untuk membuat
studi kelayakan mengenai suatu rencana proyek konstruksi. Fungsi dari studi
kelayakan yang dibuat adalah untuk mengetahui apakah suatu rencana proyek
tersebut layak untuk dikerjakan atau tidak (go or not go).
7. Kompetitor merupakan pihak yang memiliki suatu kepentingan yang sama dan
pangsa pasar yang hampir serupa dari produk yang akan dihasilkan dari
pelaksanaan proyek. Kompetitor perlu dipetakan untuk mengetahui tingkat
persaingan dari produk yang akan dihasilkan. Kompetitor yang akan dianalisa
adalah resort yang memiliki fasilitas hampir serupa atau pangsa pasar yang
sama di lokasi yang berdekatan dengan proyek yang akan dibangun.
8. Regulator merupakan pihak yang membuat peraturan berkaitan dengan
pembangunan proyek ini, apakah sesuai dengan perencanaan tata ruang
wilayah dan telah memenuhi studi kelayakan serta AMDAL.

2.4 JENIS KONSULTAN YANG DIGUNAKAN


Pengertian Konsultan sendiri dalam sebuah pekerjaan konstruksi adalah
pihak / lembaga yang ditunjuk atau ditugaskan oleh pengguna jasa (owner) yang
bertugas untuk mengawasi jalannya suatu pekerjaan (bisa disebut wakil owner)
baik selama pekerjaan tersebut masih dalam perencanaan / gagasan,
pelaksanaan / eksekusi lapangan ataupun masa pemeliharaan pekerjaan.

Adapun jenis – jenis konsultan sendiri adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Proyek (Project Management)


2. Manajemen Konstruksi (Construction Management)
3. Pengawasan (Supervisi)

Dalam Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan SRPU / RPH


Penggaron digunakan jasa Konsultan Supervisi dikarenakan hanya diperlukan
untuk pengawasan dalam masa pelaksanaan pekerjaan & masa pemeliharaan
pekerjaan. Adapun konsultan yang berperan sebagai Konsultan Supervisi dalam
paket Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan RPU / RPH Penggaron
adalah CV. STUDI TEKNIK.

2.5 PERBEDAAN ANTARA KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN KONSULTAN


SUPERVISI

Di dunia proyek sering kali kita menyebut dan menggeneralisasikan bahwa


konsultan yang bertugas sebagai pengawas sekaligus sebagai wakil owner di
lapangan dengan sebutan konsultan MK (Manajemen Konstruksi). Namun pada
dasarnya menurut keterlibatannya dalam pelaksanaan proyek dibagi menjadi 3
jenis jasa konsultan yang ditawarkan oleh perusahaan konsultan ke pihak
pemberi tugas / pemilik proyek. Biasanya perusahaan konsultan akan
menawarkan ketiga layanan jasa tersebut dengan tarif berbeda sesuai dengan
tahapan keterlibatannya dalam pelaksanaan sebuah proyek. Ketiga jenis jasa
konsultan tersebut adalah Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi dan
Supervisi.

1. Manajemen Proyek (Project Management)

Dalam jasa manajemen proyek ini ada 7 pentahapan pelaksanaan proyek yang
menjadi lingkup kerjanya, antara lain :

a. Tahap Gagasan Proyek


b. Tahap Studi Kelayakan
c. Tahap Pra Perencanaan
d. Tahap Perencanaan
e. Tahap Pra Konstruksi
f. Tahap Konstruksi
g. Tahap Pemeliharaan
2. Manajemen Konstruksi (Construction Management)

Dalam jasa manajemen konstruksi ini ada 4 pentahapan pelaksanaan proyek


yang menjadi lingkup kerjanya, antara lain :

a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pra Konstruksi
c. Tahap Konstruksi
d. Tahap Pemeliharaan

3. Pengawasan (Supervisi)

Dalam jasa pengawasan / supervisi ini ada 2 pentahapan pelaksanaan proyek


yang menjadi lingkup kerjanya, antara lain :

a. Tahap Konstruksi
b. Tahap Pemeliharaan

Ketiga jasa konsultan tersebut semuanya memiliki tujuan dan berperan untuk
mengendalikan biaya, mutu dan waktu dalam sebuah pelaksanaan proyek.
BAB III PENUTUP
3.1 PENUTUP

Demikian beberapa penjelasan yang dapat saya sampaikan mengenai


rencana pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Kawasan RPU /
RPH Penggaron dan beberapa penjelasan mengenai proses pelelangan, semoga
dapat bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai