Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS PENGENDALIAN KARYAWAN DALAM

MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA


(Studi Pada Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh:

JAUHAROTUN NAFISAH
NIM: 1320210026

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI SYARIAH

2017
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jauharotun Nafisah


NIM : 1320210026
Jurusan : Syari’ah
Prodi : Ekonomi Syari’ah
Menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan plagiat dari karya tulis orang lain, baik sebagaian
maupun sepenuhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Kudus, 18 Agustus 2017


Yang membuat pernyataan
Saya,

Jauharotun Nafisah
NIM: 1320210026
MOTTO

 ِ‫ﺳﺒِ ْﯿ ِﻞ ﷲ‬
َ ‫ﺐ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢِ ﻓَﮭُﻮَ ﻓﻰ‬
ِ َ‫طﻠ‬
َ ‫ﻣَﻦْ ﺧَﺮَ َج ﻓِﻰ‬

‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’
(HR.Turmudzi)

 Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam

ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri

sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.

Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita

berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.


PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulillah dan dengan segala kerendahan hati,


kupersembahkan karya kecilku untuk:

 Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan keringanan dalam


setiap langkah dan hanya pada-Nyalah semua bergantung
 Ayahku Rozib alm. dan Ibuku Siti Kholifah yang selalu memberikan
samudera kasih sayang dan tidak pernah lelah ataupun bosan
mendoakan disetiap langkah untuk putrinya, pengorbanannya tanpa
balas jasa.
 Kakakku Siti khotimah, Zumrotuz zakiyah dan Eko santoso, serta
kedua keponakanku yang imut-imut Dek Rizqy dan Dek Shaqueena
tersayang yang selalu menjadi penghibur hati dengan canda
tawanya.
 Buat Amrul tersayang yang selalu memotivasi, mendo’akan dan setia
menemaniku dalam suka maupun duka
 Para sahabat-sahabatku (Ami, Rachma, Uun, Aeni) yang selalu
memberikan semangat
 Teman-temanku seperjuangan yang ada di kelas A Ekonomi Syariah
angkatan 2013 yang selalu berjuang bersama-sama
 Tak lupa juga kepada semua pihak yang telah membantuku untuk
menyelesaikan skripsi ini
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
curahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman Jahiliyyah menuju
zaman yang berilmu. Semoga kelak di yaumil qiyamat kita semua diakui sebagai
ummatnya yang mendapat syafa’at dari beliau. Aamiin.
Skripsi yang berjudul: “Analisis Pengendalian Karyawan dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Pada Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog
Kudus” ini telah disusun dengan sungguh-sungguh sehingga memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S.1) pada Jurusan Syari’ah
dan Ekonomi Islam Prodi Ekonomi Syari’ah STAIN Kudus.
Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa bantuan, saran, dan arahan dari berbagai pihak, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan material maupun
spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. H. Mundakir, M.Ag selaku Ketua STAIN Kudus yang telah merestui
pembahasan skripsi ini.
2. Dr. Supriyadi, SH., MH selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Kudus.
3. Suhadi M.S.I. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan segenap
waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan
penyususnan skripsi ini.
4. Para dosen/staf pengajar di lingkungan STAIN Kudus yang membekali
berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana beserta karyawan dan
konsumennya yang telah bersedia meluangkan waktu demi terselesainya
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan pendidikan karakter, selalu
memberikan keleluasaan kepada penulis serta saudara-saudaraku yang dengan
tulus ikhlas memberikan dukungan dan do’a.
7. Semua teman-temanku kelas ESRA yang senasib seperjuangan, terima kasih
atas segala kerja sama dan bantuannya. Saran dan kritiknya yang
membangun, serta kebersamaannya yang tidak dapat penulis lupakan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena “tidak ada gading yang tak retak”. Oleh karenanya tegur sapa
yang bersifat konstruktif dari para pembaca dan pendidik sangat diharapkan demi
tercapainya kesempurnaan dimasa mendatang.
Untuk itu saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
karya ini bermanfaat bagi para pendidik pada khususnya serta masyarakat pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kudus, 18 Agustus 2017


Penulis,

Jauharotun Nafisah
NIM: 1320210026
ABSTRAK

Jauharotun Nafisah, 1320210026, Analisis Pengendalian Karyawan dalam


Meningkatkan Disiplin Kerja Pada pabrik Roti Al-Hana Besito
Gebog Kudus, 2017
Pengendalian merupakan sebuah usaha untuk menjamin bahwa sumber
daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan. Sedangkan kedisiplinan yaitu kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Disiplin kerja akan berjalan dengan baik apabila seluruh pegawai mengetahui,
memahami dan secara patuh melaksanakannya dalam kegiatan kerja sehari-hari.
Penelitian ini termasuk dalam field research atau penelitian lapangan
dengan pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini sumber data primer dan sumber data sekunder. Subjek dalam
penelitian ini adalah pimpinan pabrik, karyawan dan konsumen. Metode
pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi. Menggunakan
teknik analisis data kualitatif yang bersifat induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor yang menentukan disiplin
kerja karyawan di Pabrik Roti Al-Hana adalah keteladanan pimpinan, keberanian
pimpinan dalam mengambil sebuah keputusan serta besar kecilnya pemberian
kompensasi yang diberikan kepada para karyawannya. Strategi pengendalian yang
digunakan di Pabrik Roti Al-Hana yaitu dengan pengawasan langsung dari atasan
sedangkan waktu pengendaliannya adalah repressive control yang mana proses
pengendalian dilakukan setelah karyawan melakukan kesalahan dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang dihadapi Roti Al-Hana yaitu masalah
standar kerja, pengabsenan kehadiran karyawan serta belum adanya pembuatan
peraturan secara tertulis sehingga kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
kurang dimengerti oleh karyawan Pabrik Roti Al-Hana.

Kata Kunci : Pengendalian Karyawan, Disiplin Kerja


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
ABSTRAK...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Penegasan Istilah.................................................................................. 7
C. Fokus Penelitian................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah................................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian................................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian............................................................................... 9
G. Sistematika Penelitian.......................................................................... 10

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Pengendalian....................................................................................... 12
1. Pengertian Pengendalian............................................................... 12
2. Asas-asas Pengendalian................................................................ 15
3. Jenis-jenis Pengendalian............................................................... 17
4. Proses dan Cara-cara Pengendalian.............................................. 22
5. Sifat dan Waktu Pengendalian...................................................... 25
6. Karakteristik Pengendalian yang Efektif...................................... 26

x
B. Kedisipinan......................................................................................... 28
1. PengertianKedisiplinan................................................................. 28
2. Pentingnya Disiplin Kerja............................................................. 29
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja....................... 30
4. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja....................................................... 35
5. Pendekatan Disiplin Kerja............................................................ 37
C. Disiplin dalam Pandangan Islam........................................................ 39
D. Penelitian Terdahulu........................................................................... 42
E. Kerangka Berfikir............................................................................... 43

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian......................................................... 45
B. Lokasi Penelitian................................................................................. 46
C. Subjek dan Objek Penelitian............................................................... 46
D. Sumber Data....................................................................................... 47
E. Instrumen Penelitian........................................................................... 48
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 48
1. Metode Wawancara...................................................................... 49
2. Metode Observasi......................................................................... 49
3. Metode Dokumentasi................................................................... 50
G. Uji Keabsahan Data............................................................................ 51
H. Teknik Analisis Data........................................................................... 52
1. Reduksi Data (Data Reduction).................................................... 52
2. Penyajian Data (Display Data)...................................................... 53
3. Kesimpulan (Verification)............................................................ 54
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................... 55
1. Sejarah Desa Besito Gebog kudus................................................ 55
2. Letak Geografis Desa Besito Gebog Kudus................................. 55
3. Jumlah Penduduk Desa Besito Gebog Kudus.............................. 56
4. Kondisi Perekonomian Desa Besito Gebog Kudus...................... 56

xi
B. Gambaran Khusus Objek Penelitian................................................... 57
1. Sejarah Berdirinya Pabrik Roti Al-Hana Kudus........................... 57
2. Struktur Organisasi Pabrik Roti Al-Hana Kudus.......................... 58
3. Visi dan Misi Pabrik Roti Al-Hana Kudus................................... 59
4. Tujuan Pabrik Roti Al-Hana Kudus.............................................. 60
5. Jumlah Karyawan Pabrik Roti Al-Hana Kudus............................ 60
6. Jam Kerja Karyawan Pabrik Roti Al-Hana Kudus....................... 60
7. Produk yang Dihasilkan Pabrik Roti Al-Hana Kudus.................. 60
8. Proses Pembuatan Roti Pabrik Roti Al-Hana Kudus.................... 61
C. Hasil Penelitian................................................................................... 62
1. Data tentang Faktor yang Menentukan Disiplin Kerja................. 62
2. Data tentang Strategi Pengendalian Karyawan............................ 64
3. Data tentang Kendala dan Solusi Pengendalian Karyawan.......... 67
D. Analisis Data Penelitian...................................................................... 69
1. Analisis Faktor yang Menentukan Disiplin Kerja........................ 69
2. Analisis Strategi Pengendalian Karyawan.................................... 73
3. Analisis Kendala dan Solusi Pengendalian Karyawan................. 77

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 81
B. Keterbatasan Penelitian....................................................................... 82
C. Saran................................................................................................... 83
D. Penutup............................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Pabrik Roti Desa Besito Gebog Kudus............................... 6


Tabel 2.1 Prespektif Disiplin Karyawan........................................................ 37
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Besito....................................................... 56
Tabel 4.2 Mata pencaharian Desa Besito....................................................... 57
Tabel 4.3 Persentase Kedisiplinan Karyawan................................................ 63
Tabel 4.4 Cara Pengendalian..................................................................... 66

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pengendalian.................................................................... 23


Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian...................................................... 43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pabrik Roti Al-Hana.................................. 58
Gambar 4.2 Sistem Disiplin Kerja................................................................. 76

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata
ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan organisasi yang
bersangkutan.1 Suatu organisasi akan dapat tetap bertahan dan berkembang
menyesuaikan lingkungan manakala didukung oleh ketangguhan manusianya.
Organisasi dan manusia, sebagai orang yang bekerja di dalamnya,
mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Organisasi perlu
memperhatikan 2 hal:
1. Organisasi memiliki tujuan yang hendak dicapai
2. Manusia menginginkan sesuatu yang mungkin akan diperolehnya di
dalam organisasi di mana bekerja.
Dengan demikian organisasi harus memperhatikan manusia dan manusia
itu sendiri juga harus memberikan perhatian mereka pada organisasi tempat
mereka bekerja. Organisasi itu sendiri juga harus dapat memastikan bahwa
orang-orang yang bekerja tersebut dapat memberikan yang terbaik bagi
organisasi sehingga tujuan yang ada dapat tercapai secara maksimal. 2
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan
organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu tujuan
organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan
meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Alat-alat
canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika
peran aktif karyawan tidak diikutsertakan.

1
Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Cet. 16, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2002, hlm. 195
2
Willy Tri Hardianto, Peranan Motivasi Serta Disiplin Kerja Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik Di Era Otonomi Daerah (Studi pada BPTP Jawa Timur Di Karangploso),
Jurnal Reformasi, Vol. 1, No. 1 Juli-Desember 2011

1
2

Pengendalian manajemen merupakan keharusan dalam suatu organisasi


yang mempraktikkan desentralisasi. Salah satu pandangan berargumentasi
bahwa sistem pengendalian manajemen harus sesuai dengan strategi
perusahaan.3
Perusahaan yang memiliki daya saing juga memerlukan manajemen
perusahaan yang senantiasa memerlukan peningkatan (improvement) terhadap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa. Untuk
mempertahankan sebuah perusahaan, perlu adanya pemikiran-pemikiran yang
lebih kritis dan inovatif dalam memperdayakan sumber daya sehingga
stabilitas perusahaan lebih terjaga.
Dorongan utama yang diberikan kepada seorang muslim pada saat dia
bekerja adalah bahwa Islam memandang aktivitas bekerjanya itu merupakan
bagian dari ibadah. Bekerja merupakan pelaksanaan kewajiban yang sangat
terpuji. Hasil usaha yang diperoleh seorang muslim dari kerja kerasnya
merupakan penghasilan yang mulia.
“Tidaklah seorang di antara kamu, makan suatu makanan lebih baik
daripada memakan dari hasil keringatnya sendiri,” (HR. Baihaqi).
Bukan hanya pujian, Islam juga menjelaskan bahwa bekerja dengan
sungguh-sungguh dapat menghapus dosa, dimana dosa itu tidak bisa dihapus
oleh aktivitas shalat, zakat dan ibadah utama.

“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya


keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia
diampuni,” (HR. Ahmad).4
Dalam Al-Qur’an Islam mengajarkan kita untuk selalu bekerja. Sebagai
Firman Allah SWT:

‫وَ ﻣِ ﻦ رﱠ ۡﺣ َﻤﺘِ ِﮫۦ َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ٱﻟﱠﯿۡ َﻞ وَ ٱﻟﻨﱠﮭَﺎرَ ِﻟﺘ َﺴۡ ُﻜﻨُﻮاْ ﻓِﯿ ِﮫ وَ ِﻟﺘ َﺒۡ ﺘَﻐُﻮاْ ﻣِ ﻦ ﻓَﻀۡ ِﻠ ِﮫۦ‬
(٧٣) َ‫وَ ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢۡ ﺗ َﺸۡ ﻜُﺮُ ون‬

3
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, MANAGEMENT CONTROL SYSTEM
Sistem Penegndalian Manajemen, Buku 1, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hlm. 1
4
M. Karebet Widjajakusuma & M. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariat, Cet.
2, Khairul Bayaan, Jakarta, hlm. 159-160
3

Artinya: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan


siang, supaya kamu beristirahat pada malam hari dan supaya
kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan
agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash: 73)5
Ayat tersebut menjelaskan bahwa pergantian antara malam dan siang
sebagai petunjuk penggunaan waktu tersebut, Allah menjadikan malam gelap
supaya waktu itu digunakan sebagai waktu istirahat untuk menyiapkan fisik
menghadapi kerja di siang harinya. Sebaliknya, menjadikan siang terang
supaya pada waktu itu dapat mengerjakan berbagai urusan penghidupan untuk
menjemput rezeki.
Kerja sebenarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Karena
kerja bukan hanya sekedar aktivitas yang bersifat duniawi tetapi juga memiliki
nilai transendensi. Namun dalam menggerakkan dan mengendalikan
manusia agar mau bekerja sesuai dengan harapan bukanlah hal yang
mudah, karena manusia adalah makhluk yang mempunyai perasaan,
keinginan, ego dan harapan. Di dalam suatu organisasi seringkali
menghasilkan kualitas kerja yang berbeda-beda dari setiap karyawan.
Adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
seperti disiplin kerja.
Semua perusahaan pasti mempunyai standar perilaku yang harus dilakukan
dalam hubungannya dengan pekerjaan, baik secara tertulis maupun tidak, dan
menginginkan para karyawan untuk mematuhinya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas. Tetapi dalam kenyataannya sering terjadi
karyawan sebagai manusia mempunyai kelemahan, diantaranya masalah
kedisiplinan. Maka disini seorang pemimpin berperan penting untuk mampu
menjadi creator (pencipta) dan motivator (pendorong) bagi para karyawannya
dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu
peningkatan disiplin kerja karyawannya. Oleh karena itu, peningkatan disiplin
menjadi bagian yang penting dalam manajemen sumber daya manusia. 6

5
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010, hlm. 79
6
Eka Nabila Aprilianti, Penerapan Disiplin Kerja Karyawan Pada SMA Islam PB
Soedirman 1 Bekasi, Jurnal Administrasi Kantor, Vol. 4, No. 1 Juni 2016
4

Penyesuaian diri dari tiap individu terhadap segala sesuatu yang ditetapkan
kepadanya, akan menciptakan suatu masyarakat yang tertib dan bebas dari
kekacauan-kekacauan. Demikian juga kehidupan dalam suatu perusahaan akan
sangat membutuhkan ketaatan dari anggota-anggotanya pada peraturan dan
ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, disiplin
kerja pada karyawan sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan
perusahaan akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja.
Disiplin kerja diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan
yang sesuai peraturan dari organisasi dalam bentuk tertulis maupun tidak.7
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah
kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta
masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan,
karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya
adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat dan
kuat biasanya pun mempunyai disiplin yang baik, dalam arti ia mempunyai
keteraturan di dalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olah
raga dan tertib dalam segala hal.8
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian bila
peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan, atau sering
dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya
jika karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya
kondisi disiplin yang baik.9
Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik
bagi kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi
adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran

7
Didit Darmawan, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, PT. JePe Press Media Mulya,
Surabaya, 2013, hlm. 41
8
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Peusahaan: Dari
Teori ke Praktik, Edisi 3, Jakarta, Rajawali Pers, 2014, hlm. 598
9
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2009, hlm. 86
5

pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun bagi


karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan
menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.10
Dalam prespektif Islam disiplin kerja adalah suatu ibadah. Ibadah yang
dilakukan oleh seseorang dengan rasa tulus ikhlas dann taat mengikuti semua
aturan yang ada. Sesuai dengan kenyataannya yang bekerja pada sebuah
organisasi memiliki aturan dan standar umum yang diberlakukan dalam
karyawan. Begitu juga dengan karyawan yang ada di Pabrik Roti Al-Hana,
mereka dituntut untuk bisa bekerja sesuai dengan peraturan yang sudah
ditetapkan di Pabrik Roti Al-Hana, misalnya disiplin dalam bekerja, baik
dalam tertib waktu pada saat masuk kerja, ijin keluar pada saat jam kerja
maupun tidak masuk kerja dengan keterangan yang jelas. Dalam hal ini
perilaku disiplin kerja terjadi pada karyawan yang berada dilingkungan
Pabrik Roti Al-Hana.
Pada dasarnya sikap disiplin bekerja pada karyawan yaitu bekerja
dengan menaati aturan-aturan yang ada pada organisasi atau sistem kerja
yang telah ditetapkan oleh Pabrik Roti Al-Hana dimana karyawan harus
bisa bekerja sesuai aturan. Hal ini apabila dilihat dalam pandangan islam
dimana seseorang yang bisa bekerja secara disiplin berarti sudah dapat
melaksanakan amanah yang telah diberikan oleh orang banyak dengan
baik. Dimana seorang yang bekerja secara berorganisasi menghendaki
akan perubahan dan mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Roti merupakan makanan yang banyak dikonsumsi di berbagai negara,
bahkan dijadikan sebagai makanan pokok karena sarat akan kandungan gizi
yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Di Indonesia, roti termasuk produk pangan yang populer
dan konsumennya tersebar di berbagai lapisan masyarakat.
Adapun daftar Pabrik Roti yang ada di Desa Besito Gebog Kudus yaitu
sebagai berikut:

10
Ibid, hlm. 88
6

No Nama Pabrik Roti Lama Berdirinya Alamat


1 Roti Al-Hana 8 Tahun Besito Rt 02 Rw 04
Gebog Kudus
2 Roti Nabila 5 Tahun Besito Rt 02 Rw 03
Gebog Kudus
3 Roti An-Nur 1 Tahun Besito Gebog Kudus
4 Roti Ananda 4 Bulan Besito Gebog Kudus
Tabel 1.1: Daftar Pabrik Roti Desa Besito
Adapun alasan penulis melakukan penelitian di Pabrik Roti Al-Hana yang
utama yaitu adanya ketersediaan dari pihak Pabrik, karena tidak semua pabrik
roti yang ada di Besito mau dijadikan tempat penelitian, seperti di Pabrik Roti
Nabila. Pemilihan lokasi sangat penting, karena betapa pun menariknya suatu
kasus, tetapi jika sulit dimasuki lebih dalam oleh seorang penulis, maka akan
menjadi suatu kerja yang sia-sia. Selain itu penulis tertarik terhadap
permasalan pengendalian karyawan dan disiplin kerja yang ada di Pabrik itu.
Usaha pembuatan roti ini berjalan dengan baik dan terus berkembang
sehingga Roti Al-Hana kemudian dikenal oleh orang melalui rasa dan
harganya yang terjangkau. Dalam rangka memajukan dan lebih memperluas
usahanya serta membantu pemerintah memperluas lapangan kerja, Roti Al-
Hana memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar menjadi karyawan
dan menjadi pengecer roti Al-Hana. Para pengecer mendapatkan potongan
harga pada saat membeli roti untuk kemudian dijual lagi kepada konsumen.
Berdasarkan observasi awal penulis terhadap Pabrik Roti Al-Hana
ditemukan adanya permasalah yaitu, sulitnya mengimplementasikan
perencanaan yang sudah dibuat oleh pihak Pabrik dan ketidak disiplinan
karyawan yang masuk kerja tidak sesuai dengan peraturan yang ada dalam
Pabrik atau datang terlambat, itu berarti mereka melalaikan tanggung jawab
atau melanggar peraturan dalam hal ketepatan waktu kerja, ketidaktepatan
waktu kerja disebabkan oleh lemahnya pengawasan manajemen yang dapat
membuka keleluasaan karyawan untuk melakukan tindakan yang tidak
semestinya dilakukan oleh karyawan yang dapat merugikan perusahaan,
7

sehingga perlu adanya pengendalian dalam mengatasi hal tersebut. Adapun


persentase tingkat kedisiplinan karyawan di Pabrik Roti Al-Hana yaitu rata-
rata 60% terdiri 6 karyawan dibagian produksi.
Pengendalian tenaga kerja, atau pengendalian karyawan perusahaan
merupakan salah satu unsur yang penting di dalam pengendalian produksi.
Berhasil tidaknya suatu proses produksi akan tergantung kepada kemampuan
kerja dan kesungguhan kerja daripada para karyawan perusahaan.11
Penerapan proses pengendalian yang dilakukan di Pabrik Roti Al-Hana
agar karyawannya memiliki disiplin kerja atau tepat waktu dalam bekerja dan
melaksanakan tanggung jawabnya adalah dengan cara melakukan
pengabsenan kepada seluruh karyawan dan menerapkan hukuman potong gaji
dan teguran bagi karyawan yang telat masuk kerja.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis merasa perlu untuk
membahas mengenai hal tersebut dengan judul: “Analisis Pengendalian
Karyawan dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di Pabrik Roti
Al-Hana”

B. Penegasan Istilah
Untuk memberikan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi
kesalahpahaman tentang judul skripsi ini maka diperlukan penegasan istilah.
Adapun istilah yang dimaksud antara lain:
1. Pengendalian
Mengembangkan rencana kerja dan perkiraan biaya-waktu untuk
memproduksi dan menyampaikan produk / jasa, menelusuri
produktivitas, memastikan kualitas produk atau efektivitas jasa, serta
menganalisis efektivitas operasional.12
2. Karyawan
Orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dsb) dengan
mendapat gaji (upah).
11
Agus Ahyari, Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, Edisi ketiga, BPFE,
Yogyakarta, 1983, hlm. 149
12
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi 5, PT. Indeks, 2005, hlm. 34
8

3. Disiplin
Tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada peraturan.
4. Kerja
Kegiatan melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan untuk mencari
nafkah.13
Melihat penegasan judul di atas, dapat dipahami bahwa dalam penelitian
ini memfokuskan pengendalian karyawan dalam meningkatkan disiplin kerja
pada Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus.

C. Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah yang terpapar diatas, diperoleh gambaran
dimensi permasalahan yang begitu luas, namun menyadari adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan. Agar pembahasan penelitian dapat
berfokus sesuai dengan permasalahan, maka disajikan batasan penelitian
sebagai berikut:
1. Obyek penelitian adalah Pabrik Roti Al-Hana
2. Penelitian yang akan dilakukan tentang pengendalian karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor yang memotivasi karyawan dalam meningkatkan
disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus?
2. Apa saja strategi pengendalian karyawan yang digunakan dalam
meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus?
3. Apa saja kendala dan solusi pengendalian karyawan dalam meningkatkan
disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus?

13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2007, hlm 488
9

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data atau
informasi yang digunakan untuk mengetahui pengendalian karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja, yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memotivasi karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana
2. Untuk mengetahui strategi pengendalian yang digunakan di Pabrik Roti
Al-Hana dalam meningkatkan disiplin kerja
3. Untuk mengetahui kendala dan solusi pengendalian karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan dalam bidang Manajemen Sumber Daya
Manusia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan kajian bagi
penelitian selanjutnya, mengenai Pengendalian Karyawan dan Disiplin
Kerja Karyawan.
2. Manfaat Secara Praktis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan arah kepada pemilik
Pabrik Roti Al-Hana mengenai pengendalian karyawan, sehingga dapat
mendorong dan meningkatkan disiplin kerja karyawan.

G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran serta garis-garis besar dari masing-masing bagian atau
saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang
sistematis dan ilmiah.
Berikut adalah sistematika penulisan skripsi yang akan penulis susun:
10

1. Bagian Awal
Bagian awal ini, terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing,
halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata
pengantar, halaman abstraksi, halaman daftar isi, dan daftar tabel.
2. Bagian Isi Meliputi:
Pada bagian ini. Memuat garis besar yang terdiri dari lima bab, antara bab
1 dengan bab lainnya saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan
yang utuh. Adapun kelima bab itu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah,
batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat dari penelitian, dan sitematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang sistem pengendalian, pengertian
pengendalian manajemen, asas-asas pengendalian, jenis-
jenis pengendalian, proses dan cara pengendalian, sifat dan
waktu pengendalian, karakteristik pengendalian yang
efektif, pengertian disiplin kerja, pentingnya disiplin kerja,
faktor-faktor disiplin kerja, bentuk-bentuk disiplin kerja,
pendekatan disiplin kerja dan disiplin dalam pandangan
Islam. Disamping itu, dalam bab ini juga dicantumkan hasil
penelitian terdahulu, dan kerangka berpikir.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang dimulai dari
jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek
dan objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan
data, uji keabsahan data, metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum Pabrik Roti Al-
Hana Besito Gebog-Kudus sebagai lokasi penelitian, hasil
penelitian strategi pengendalian karyawan di Pabrik Roti
11

Al-Hana Besito Gebog-Kudus, disiplin kerja karyawan di


Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog-Kudus dan hambatan-
hambatan pengendalian di Pabrik Roti Al-Hana Besito
Gebog-Kudus. Kemudian analisis strategi pengendalian
karyawan di Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog-Kudus,
disiplin kerja karyawan di Pabrik Roti Al-Hana Besito
Gebog-Kudus dan hambatan-hambatan pengendalian di
Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog-Kudus.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran untuk penelitian
yang akan datang dan penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan,
lampiran-lampiran, dan sebagainya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengendalian
1. Pengertian Pengendalian
Pengendalian menjadi fungsi keempat dan merupakan bagian ujung
dan sebuah proses kegiatan. Griffin, memberikan batasan tentang
pengendalian sebagai pengamatan secara organisatoris terhadap sasaran
yang dicapai perusahaan.1 Pengendalian adalah proses untuk membuat
sebuah organisasi mencapai tujuannya.2 Pengendalian menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
a. Earl P.Strong, controlling is the process of regulating the various
factors in an enterprise according to the requirement of its plans.
Artinya : pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan,agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan
dalam rencana.
b. Harold Koontz, control is the measurement and correction of the
performance of subordinates in order to make sure that enterprise
objectives and the plans devised to attain then are accomplished.
Artinya :Pengendalian adalah pengukuran dan koreksi kinerja
bawahan,agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.3
c. Arief Suadi berpendapat bahwa pengendalian manajemen adalah
sebuah usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan
digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan. Efektif berbeda dengan efisien, efektif diartikan sebagai

1
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, ALFABETA,
Jakarta, 2010, hlm. 166
2
Arief Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995, hlm. 3
3
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT Bumi Aksara,
Jakarta, 2006, hlm. 241-242

12
13

kemampuan untuk mengerjakan yang benar, sedangkan efsien


diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan dengan benar.4
d. Siswanto mengemukakan pengendalian manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk mendapatkan standar kinerja dengan sasaran
perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah terhadap penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efektif dan efisien
guna mencapai sasaran perusahaan.5
e. Robert Anthony mendefinisikan sistem pengendalian manajemen
sebagai proses untuk memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
f. Zahinul Hoque berpendapat bahwa sistem pengenalian manajemen
sebagai suatu alat untuk memperoleh data dalam membantu
mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan keputusan
pengendalian dalam organisasi.
g. Mulyadi dan Setyawan mendefinisikan sistem pengendalian manajemen
sebagai suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai
kegiatan dalam rangka pencapaian visi organisasi melalui misi yang
telah dipilih dan untuk mengimplementasikan serta memantau
pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.6
h. Robert J. Mockler mendefinisikan Pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,

4
Ibid, hlm. 6-7
5
Siswanto, Pengantar Manajemen, cet. 1, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 139-140
6
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
Yogyakarta, hlm. 62
14

serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin


bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin”
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang
direncanakan.7
Pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan
kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:
a. Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan
b. Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana
c. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan
baik
d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau penilaian dilakukan
Berdasarkan batasan di atas, terdapat empat langkah dalam
pengendalian yaitu sebagai berikut:
a. Menetapkan standar dan metode untuk mengukur kinerja (establish
standard and methods for measuring performance)
Penetapan standar dan metode untuk mengukur kinerja bisa
mencakup standar dan ukuran untuk segala hal, mulai dari target
penjualan dan produksi sampai pada catatan kehadiran dan
keamanan pekerja. Untuk menjamin efektivitas langkah ini, standar
tersebut harus dispesifikasi dalam bentuk yang berarti dan diterima
oleh para individu yang bersangkutan.
b. Mengukur kinerja (measure the performance)
Langkah mengukur kinerja merupakan proses yang berlanjut dan
repetitif, dengan frekuensi aktual bergantung pada jenis aktivitas
yang sedang diukur.

7
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm.359
15

c. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar (compare the


performance match with the standar)
Membandingkan kinerja adalah membandingkan hasil yang telah
diukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila
kinerja ini sesuai dengan standar, manajer berasumsi bahwa segala
sesuatunya telah berjalan secara terkendali. Oleh karena itu, manajer
tidak perlu campur tangan secara aktif dalam organisasi.
d. Mengambil tindakan perbaikan (take corrective action)
Tindakan ini dilakukan manakala kinerja rendah di bawah standar
dan analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan
perbaikan dapat berupa mengadakan perubahan terhadap satu atau
beberapa aktivitas dalam operasi organisasi atau terhadap standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajer hanya memantau kinerja
dan bukan melaksanakan pengendalian, kecuali apabila manajer
mengikuti terus proses tersebut sampai berakhir. Yang perlu
mendapat prioritas adalah menentukan cara yang konstruktif agar
kinerja dapat memenuhi standar dan tidak mengidentifikasi
kegagalan yang telah terjadi.8
2. Asas-asas Pengendalian
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, mengemukakan asas-asas
pengendalian yaitu:
a. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), artinya
pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan dari rencana.
b. Asas efisiensi pengendalian (Principle of efficiency of control), artinya
pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari penyimpangan dari
rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang di luar
dugaan.

8
Siswanto, Op.Cit, hlm. 140
16

c. Asas tanggung jawab pengendalian (Principle of control


responsibility), artimya pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika
manajer bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana.
d. Asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control),
artinya pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan
penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
e. Asas pengendalian langsung (Principle of direct control), artinya
teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya
manajer bawahan yang berkualitas baik. Pengendalian itu dilakukan
oleh manajer, atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara
yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai
dengan rencana adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas
memiliki kualitas yang baik.
f. Asas refleksi rencana (Principle of reflection plans), artinya
pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat
mencerminkan karakter dan susunan rencana.
g. Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organization
suitability), artinya pengendalian harus dilakukan sesuai dengan
struktur organisasi. Manajer dengan bawahannya merupakan sarana
untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengendalian yang
efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
h. Asas pengendalian individual (Principle of individual of control),
artinya pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan
kebutuhan manajer. Teknik pengendalian harus ditujukan terhadap
kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer. Ruang lingkup
informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada
tingkat dan tugas manajer.
i. Asas standar (Principle of standard), artinya pengendalian yang
efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan
17

dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan


dicapai.
j. Asas pengendalian terhadap strategi (Principle of strategic point
control), artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan
adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor strategis
dalam perusahaan.
k. Asas kekecualian (The exception principle), artinya efisiensi dalam
pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan
tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.
l. Asas pengendalian fleksibel (Principle of flexibility of control),
artinya pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan
pelaksanaan rencana.
m. Asas peninjauan kembali (Principle of review), artinya sistem
pengendalian harus ditujukan berkali-kali, agar sistem yang digunakan
berguna untuk mencapai tujuan.
n. Asas tindakan (Principle of action), artinya pengendalian dapat
dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan
directing.9
3. Jenis-jenis pengendalian
Terdapat beberapa klasifikasi pengendalian yang harus dilakukan
oleh seorang manajer. Klasifikasi tersebut bisa dilihat dari sistem maupun
waktu pelaksanaannya. Ditinjau dari sistem pelaksanaannya,
pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Sistem pengendalian umpan balik
Sistem pengendalian umpan balik beroperasi dengan pengukuran
beberapa aspek proses yang sedang dikendalikan dan perbaikan
proses apabila ukuran menunjukkan bahwa proses menyimpang dari
rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian ini memantau operasi

9
Malayu S.P. Hasibuan, Op.Cit, hlm. 243-244
18

proses maupun masukan dalam suatu usaha untuk menerka


penyimpangan yang potensial agar tindakan perbaikan atas
penyimpangan yang terjadi dapat dilakukan guna mencegah
permasalahan kompleks menimpa organisasi.
Sistem pengendalian umpan balik biasanya terdiri atas lima
komponen berikut:
1) Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
2) Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian
3) Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik
4) Serangkaian standar atau kriteria di mana kondisi proses yang
diukur dengan standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan
evaluasi
5) Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar
karakteristik proses dengan standar yang mengambil tindakan
untuk adaptasi proses apabila perbandingan tersebut
menunjukkan terjadinya penyimpangan proses dari rencana
yang telah ditetapkan10
Umpan balik mempunyai dua keunggulan atas pengendalian
umpan depan dan pengendalian sejalan. Adapun keunggulannya
yaitu:
1) Umpan balik memberi para manajer informasi yang bermakna
tentang seberapa efektifnya usaha perencanaan itu. Umpan balik
yang menunjukkan sedikit penyimpangan anatara kinerja standar
dengan kinerja sesungguhnya merupakan bukti bahwa pada
umumnya perencanaan mencapai tujuan.
2) Pengendalian umpan balik dapat meningkatkan motivasi
karyawan.11

10
Siswanto, Op.Cit, hlm. 143-144
11
Stephen P. Robbins, Manajemen, Edisi kedelapan/Jilid 2, PT Indeks, 2007, hlm. 250
19

b. Sistem pengendalian umpan maju


Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik
adalah bahwa sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu
penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti.
Dampaknya, penyimpangan yang memakan biaya besar dapat
berlangsung terus atau semakin buruk sebelum tindakan perbaikan
yang efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengendalian umpan
maju dengan maksud untuk bertindak secara langsung pada
permasalahan tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan
ini terjadi lagi.
Sistem pengendalian umpan maju memiliki komponen yang sama
dengan sistem pengendalian umpan balik, yaitu:
1) Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
2) Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian
3) Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik
4) Serangkaian standar atau kriteria di mana kondisi proses yang
diukur dengan standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan
evaluasi
5) Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar
karakteristik proses dengan standar yang mengambil tindakan
untuk adaptasi proses apabila perbandingan tersebut
menunjukkan terjadinya penyimpangan proses dari rencana
yang telah ditetapkan.
c. Sistem pengendalian pencegahan
Jenis pengendalian yang paling didambakan yaitu pengendalian
pencegahan yaitu mencegah masalah yang telah diantisipasi.
Tindakan ini disebut pengendalian pencegahan karena terjadi
sebelum kegiatan yang sesungguhnya.12 Dua sistem pengendalian
yang telah dideskripsikan di atas, baik sistem pengendalian umpan
balik maupun sistem pengendalian maupun umpan maju, berfungsi

12
Ibid, hlm. 248
20

secara ekstern terhadap proses yang sedang dikendalikan, memantau


operasi, dan terlibat dalam mengambil tindakan perbaikan apabila
terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
Sebaliknya, sistem pengendalian pencegahan adalah kebajikan dan
prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses tersebut.
Pengendalian pencegahan merupakan pengendalian intern
organisasi.
Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakan
menjadi empat jenis pokok, yaitu:
a. Pengendalian sebelum tindakan (Preaction controls)
Pengendalian sebelum tindakan sering disebut sebagai
pengendalian pendahuluan (precontrol). Pengendalikan memastikan
bahwa sebelum tindakan dimulai maka sumber daya manusia, bahan,
dan finansial yang diperlukan telah dianggarkan.
b. Pengendalian kemudi (Steering controls)
Pengendalian kemudi dirancang untuk mendeteksi penyimpangan
dari standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan
tindakan perbaikan sebelum suatu urutan kegiatan tertentu
dilaksanakan.
c. Penyaringan atau pengendalian ya/tidak (Sceening or yes/no controls)
Pengendalian ya atau tidak merupakan suatu proses penyaringan
yang aspek-aspek spesifikasi dari suatu prosedurnya harus disetujui
atau syarat tertentu dipenuhi sebelum aktivitas dapat diteruskan.
d. Pengendalian setelah tindakan (Post antion controls)
Pengendalian ini berusaha untuk mengukur hasil atas suatu
kegiatan yang telah diselesaikan. Penyebab penyimpangan dari
rencana atau standar yang telah ditentukan dan temuan tersebut
diaplikasikan pada aktivitas yang sama di masa yang akan datang.
21

Sebelum itu pengendalian sesudah tindakan juga digunakan sebagai


dasar untuk balas jasa atau untuk memotivasi karyawan.13
Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian karyawan (Personnel control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya
dengan kegiatan karyawan.
b. Pengendalian keuangan (Financial control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut
keuangan, tentang pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya
perusahaan termasuk pengendalian anggarannya.
c. Pengendalian produksi (Production control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau
rencananya.
d. Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah
waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan
rencana.
e. Pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang
berhubungan degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
f. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah
kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah digariskan,
g. Pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau
jasa yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.

13
Siswanto, Op.Cit, hlm. 143-145
22

h. Pengendalian inventaris (Inventory control)


Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah invenaris
perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.
i. Pengendalian pemeliharaan (Maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua
inventaris perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak,
dan jika ada yang rusak apa kerusakannya, apa masih dapat
diperbaiki atau tidak.14
4. Proses dan Cara-cara Pengendalian
a. Proses Pengendalian
Sebelum mengetahui bagaimana proses-proses pengendalian,
maka harus dipahami terlebih dahulu tujuan dan manfaat dari
pengawasan dan pengendalian (wasdal). Adapun tujuannya adalah:
1) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
2) Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
3) Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah
baik
4) Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan
akuntabilitas organisasi
5) Meningkatkan kelancaran operasi organisasi
6) Meningkatkan kinerja organisasi
7) Memberikan opini atas kinerja organisasi
8) Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-
masalah pencapaian kerja yang ada
9) Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih
Sedangkan manfaat wasdal adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
dan keterbukaan. Wasdal pada dasarnya menekankan langkah-langkah

14
Malayu S.P. Hasibuan, Op.Cit, hlm. 244-245
23

pembenahan atau koreksi yang objektif jika terjadi perbedaan atau


penyimpangan antara pelaksanaan dengan perencanaannya.15
Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses di mana semua
tingkatan manajer menjamin bahwa orang-orang yang mereka pimpin
telah menjalankan strategi yang mereka maksud. Proses pengendalian
manajemen memerlukan perencanaan secara sadar (tidak otomatis) dan
melibatkan interaksi di antara individu-individu.16
Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah yang meliputi mengukur
kinerja sebenarnya, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar,
dan mengambil tindakan manajerial untuk membetulkan penyimpangan
atau standar yang tidak memadai.

Mengukur Kinerja
Tahap 1. Sebelumnya

SASARAN DAN Membandingkan


TUJUAN Kinerja Sebenarnya
Organisasi Divisi dengan Standar
Departemen
Individu
Tahap 2.

Melakukan Tindakan
Manajerial

Tahap 3.
Gambar 2.1: Proses Pengendalian17

15
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, hlm.469-470
16
Hery, Controllership Knowledge and Management Approach, PT Gramedia, Jakarta,
2014, hlm. 3
17
Stephen P. Robbins, Op.Cit, hlm. 236-237
24

b. Cara-Cara Pengendalian
1) Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh
seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang
dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan
hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Kelebihannya
pengawasan langsung yaitu:
 Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga
perbaikannya dilakukan dengan cepat
 Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,
sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan
bawahannya
 Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena
merasa diperhatikan atasannya
 Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang
mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya
 Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal
Bapak senang”
2) Pengawasan tidak langsung
Pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang
diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau
tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah
dicapai. Kelebihan pengawasan tidak langsung yaitu:
 Waktu manajer mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin
banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan, dan lain-lain.
 Biaya pengawasan relatif kecil
 Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang
dalam melaksanakan pekerjaan
3) Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang
luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian
25

semacam ini dilakukan dengan cara mengkombinasi langsung dan


tidak langsung oleh manajer.18
5. Sifat dan Waktu Pengendalian
Sifat dan waktu pengendalian/kontrol dibedakan atas:
a. Preventive control, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum
kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaan.
Preventive control ini dilakukan dengan cara:
1) Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan
2) Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu
3) Menjelaskan dan atau mendemontrasikan cara pelaksanaan
pekerjaan itu
4) Mengorganisasi segala macam kegiatan
5) Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility
bagi setiap individu karyawan
6) Menentukan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan
7) Menentukan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat
kesalahan
b. Repressive control, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi
kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi
pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan.
Repressive control ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Membandingkan antara hasil dengan rencana
2) Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan
mencari tindakan perbaikannya
3) Memberikan penilaian terhadap pelaksananya, jika perlu dikenakan
sanksi hukuman kepadanya
4) Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
5) Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana

18
Malayu S.P Hasibuan, Op.Cit, hlm. 245-246
26

6) Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana


melalui training atau education
c. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera
diperbaiki
d. Pengendalian berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara
berkala, misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain
e. Pengendalian mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan
secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-
peraturan yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik.
Pengendalian mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya
kedisiplinan karyawan tetap terjaga baik
f. Pengamatan melekat (waskat) adalah pengawasan/pengendalian yang
dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah
kegiatan dilakukan.19
6. Karakteristik Pengendalian yang Efektif
Pengendalian yang efektif berarti pengendalian yang tepat sesuai
dengan proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang
dianut sehingga tahapan yang dilaluinya benar.
Pengendalian sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem-sistem yang
lain memiliki karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting
karakteristik tersebut berlaku relatif, artinya pada kondisi yang berbeda,
karakteristik itu pun berbeda pula. Pada kondisi yang sama, karakteristik
tersebut berlaku sama. Secara umum pengendalian yang efektif
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat.
b. Tepat Waktu (Timely)
Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika
akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan
perbaikan.

19
Malayu S.P. Hasibuan, Op.Cit, hlm. 247-248
27

c. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)


Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami
dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya.
d. Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategis (Focused on
Strategic Control Points)
Sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang
yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari
standar, atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar.
Selain itu, sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada
tempat di mana tindakan perbaikan dapat dilaksanakan seefektif
mungkin.
e. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum
mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
Usaha untuk meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah
dengan cara mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan
untuk memastikan bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai
tujuan.
f. Secara Organisasi Realistik (Organizationally Realistic)
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas
organisasi. Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan antara
tingkat kinerja yang harus dicapainya dan imbalan yang akan
menyusul kemudian.
g. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with
the Organization’s Work Flow)
Informasi pengendalian perlu untuk dikoordinasikan dengan arus
pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan, yaitu:
1) Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi
2) Informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang
perlu untuk menerimanya
28

h. Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat
flexsibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat
segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau
memanfaatkan peluang baru.
i. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)
Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan
perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari
standar. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan
ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggung jawab untuk
mengambil tindakan perbaikan.
j. Diterima Para Anggota Organisasi (Accespted by Organization
Members)
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota
organisasi, pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang
berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan
aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan. 20

B. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari manajemen sumber daya
manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya
manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin
tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit
bagi organisasi mencapai hasil yang optimal.21
1. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-
peraturan perusahaan.22 Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

20
Siswanto, Op.Cit, hlm. 149-150
21
Abdurrahmat Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006, hlm. 172
22
Robert L. Mathis & John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba
Empat, Jakarta, hlm. 314
29

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial


yang berlaku.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan
kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang
sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.
Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan
baik, mamatuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan,
karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka sulit
perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci
keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan.23
Jadi disiplin dapat diartikan jika:
a. Pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya
b. Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik
c. Mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku24
Disiplin kerja akan berjalan dengan baik apabila seluruh pegawai
mengetahui, memahami dan secara patuh melaksanakannya dalam
kegiatan kerja sehari-hari.
2. Pentingnya Disiplin Kerja
Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah
satu metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Disiplin dibutuhkan
untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efesiensi dengan
mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad tidak
baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin berusaha untuk

23
Abdurrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. 1, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hlm. 126
24
Malayu S.P. Hasibuan, Manaje men Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
2000, hlm. 194
30

melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan responden yang


dikehendaki.
Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya,
baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi
organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib
dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan
sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Jadi disiplin pegawai adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan
peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah
laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik
tertulis maupun yang tidak tertulis.25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo (2000), faktor yang mempengaruhi displin
pegawai adalah: 26
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.
Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih
payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia
menerima kompensasi yang memadai, mereka akan dapat bekerja
tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-
baiknya. Akan tetapi, bila ia merasa kompensasi yang diterimanya
jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua, dan berusaha untuk
mencari tambahan penghasilan lain di luar, sehingga menyebabkan ia
sering mangkir, sering minta izin keluar.
Namun demikian, pemberian kompensasi yang memadai belum
tentu pula menjamin tegaknya disiplin. Karena pemberian kompensasi
25
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Kencana Predana Media Group,
Jakarta, 2009, hlm. 88-89
26
Ibid, hlm 89-92
31

hanyalah merupakan salah satu cara meredam kegelisahan para


karyawan, di samping banyak hal-hal yang di luar kompensasi yang
harus mendukung tegaknya disiplin kerja dalam perusahaan.
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam
lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan
bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan
bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan,
dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah
ditetapkan. Misalnya, bila aturan jam kerja pukul 08.00, maka si
pemimpin tidak akan masuk kerja terlambat dari waktu yang sudah
ditetapkan.
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Para karyawan akan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang
jelas dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya
menurut selera pimpinan saja, atau berlaku untuk orang tertentu saja,
jangan diharap bahwa para karyawan akan mematuhi aturan tersebut.
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil keputusan
Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu
ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan
terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka
semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji
tidak akan berbuat hal yang serupa. Dalam situasi demikian, maka
semua karyawan akan benar-benar terhindar dari sikap sembrono, asal
jadi seenaknya sendiri dalam perusahaan. Sebaliknya, bila pimpinan
tidak berani mengambil tindakan, walaupun sudah terang-terangan
karyawan tersebut melanggar disiplin, tetapi tidak ditegur / dihukum,
maka akan berpengaruh kepada suasana kerja dalam perusahaan.
32

e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan


Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula bahwa mereka
selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat oleh peraturan apa pun
juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit
banyak para karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.
Mungkin untuk sebagian karyawan yang sudah menyadari arti
disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan
lainnya, tegaknya disiplin masih perlu dipaksakan, agar mereka tidak
berbuat semaunya dalam perusahaan.
Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap
disiplin ini tentulah atasan langsung para karyawan yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan para atasan langsung itulah yang
paling tahu dan paling dekat dengan para karyawan yang ada di
bawahnya. Pada tingkat manapun ia berada, maka seorang pemimpin
bertanggungjawab melaksanakan pengawasan melekat ini, sehingga
tugas-tugas yang dibebankan kepada bawahan tidak menyimpang dari
apa yang telah ditetapkan.
f. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter
antara satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas
dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang
menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang
besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin
didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan
yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para karyawan
akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia bukan
hanya dekat dengan arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat
dalam artian jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu dihormati dan
33

dihargai oleh para karyawan, sehingga akan berpengaruh besar kepada


prestasi, semangat kerja, dan moral kerja karyawan.
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
Kebiasaan-kebiasaa positif itu antara lain:
1) Saling menghormati, bila ketemu di lingkungan pekerjaan
2) Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya,
sehingga para karyawan akan turut merasa bangga dengan
pujian tersebut
3) Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-
pertemuan, apabila pertemuan yang berkaitan dengan nasib
dan pekerjaan mereka
4) Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan
sekerja, dengan menginformasikan, ke mana dan untuk urusan
apa, walaupun kepada bawahan sekalipun
Pemimpin yang kurang baik, yang memakai kekuasaannya dengan
sewenang-wenang dan menggunakan ancaman terus-menerus, kadang
dapat memperoleh apa yang tampak sebagai disiplin yang baik, namun
rasa gelisah dan tidak tenteram yang timbul dari peraturan yang keras dan
paksaan saja, dapat meledak di muka pemimpin setiap waktu.
Menurut H. Malayu Hasibuan (2007:194) Pada dasarnya banyak
indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu
organisasi, di antaranya ialah:
a. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini
berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan
harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia
bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. Akan
tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah
kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah.
34

b. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin
baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik.
c. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin
baik pula.
d. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan,
karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan
minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang
dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau hukuman
akan tercipta kedisiplinan yang baik.
e. Waskat (Pengawasan melekat)
Adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan karyawan, karena dengan waskat ini, atasan harus aktif
dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti bahwa atasan harus selalu
ada/hadir di tempat pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahnnya yang mengalami kesulitan
dalam menggerakkan pekerjaan. Jadi, waskat ini menuntut adanya
kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
f. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan
35

akan semakin takut melanggar peraturan-peratuan perusahaan, sikap,


dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
g. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan
mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus
berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang
indisipliner sesuai sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan
yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang
indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannnya oleh
bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara
kedisplinan karyawan perusahaan.
h. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan
ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.
Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan
yang serasi baik diantara semua karyawan. Kedisiplinan karyawan
akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut
baik.27
4. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja
Terdapat empat prespektif daftar yang menyangkut disiplin kerja yaitu:
a. Disiplin Retributif (Retributive Discipline), yaitu berusaha
menghukum orang yang berbuat salah.
b. Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu
karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak tepat.
c. Prespektif hak-hak individu (Individual Rights Perspective), yaitu
berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan
disipliner.
d. Prespektif Utilitarian (Utilitarian Perspective), yaitu berfokus kepada
penggunaaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi
tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

27
Ibid, hlm. 195-198
36

Prespektif Definisi Tujuan Akhir


Retributif Para pengambil keputusan Menghukum si
mendisiplinkan dengan suatu pelanggar
cara yang proposional terhadap
sasaran. Dengan tidak
melakukan hal seperti itu akan
dianggap tidak adil oleh orang-
orang yang bertindak secara
tidak tepat.
Korektif Pelanggaran-pelanggaran Membantu
terhadap peraturan-peraturan karyawan
harus diperlakukan sebagai mengoreksi
masalah-masalah yang perilaku yang
dikoreksi daripada sebagai tidak dapat
pelanggaran-pelanggaran yang diterima sehingga
mesti dihukum. Hukuman akan dia dapat terus
lunak sebatas pelanggar dikaryakan oleh
menunjukkan kemauan untuk perusahaan.
mengubah perilakunya.
Hak-hak Disiplin hanya tepat jika Melindungi hak-
Individu terdapat alasan yang adil untuk hak individu.
menjatuhkan hukuman. Hak-
hak karyawan lebih diutamakan
daripada tindakan disiplin.
Utilitarian Tindakan-tindakan disiplin Memastikan
diambil tergantung pada bahwa faedah-
bagiamana disiplin itu akan faedah tindakan
mempengaruhi produktivitas disiplin melebihi
dan profitabilitas. Biaya konsekuensi-
penggantian karyawan dan konsekuensi
37

konsekuensi-konsekuensi negatifnya.
memperkenankan perilaku yang
tidak wajar perlu
dipertimbangkan. Karena biaya
pengganti karyawan kian
melambung, maka kerasnya
disiplin hendaknya semakin
menurun. Karena konsekuensi
membiarkan perilaku yang
tidak terpuji terus meningkat,
maka demikian pula kerasnya
hukum.
Tabel 2.1: Prespektif Disiplin Karyawan28
5. Pendekatan Disiplin Kerja
Terdapat tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan disipliner, yaitu:
a. Aturan tungku panas
Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagai
aturan tungku panas (hot stove rule). Menurut pendekatan ini,
tindakan disipliner haruslah memiliki konsekuensi yang analog
dengan menyentuh sebuah tungku panas:
1) Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akan diambil,
tindakan itu harus dilaksankan segera sehingga individu
memahami alasan tindakan tersebut.
2) Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikan
peringatan sebelumnya bahwa hukuman akan mengikuti perilaku
yang tidak dapat diterima.
3) Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disipliner
haruslah konsisten ketika setiap orang yang melakukan tindakan
yang sama akan dihukum sesuai dengan hukuman yang berlaku.

28
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Peusahaan: Dari
Teori ke Praktik, Edisi 3, Jakarta, Rajawali Pers, 2014, hlm. 599-600
38

4) Membakar tanpa membeda-bedakan. Tindakan disipliner


seharusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akan
membakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih-
milih.29
b. Tindakan disiplin progresif
Disiplin profresif melambangkan sejumlah langkah dalam
membentuk perilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin
progresif menggunakan peringatan lisan dan tertulis sebelum berlanjut
ke PHK. Dengan demikian, disiplin progresif menekankan bahwa
tindakan-tindakan dalam memodifikasi perilaku akan bertambah berat
secara progresif (bertahap), jika si karyawan tetap menunjukkan
perilaku tidak layak. Langkah progresif difungsikan sebagai kontrol
sosial dan individu tertuju untuk karyawan sehingga tindakan
karyawan di luar ketentuan yang disepakati dapat dibatasi sekecil
mungkin.30
c. Tindakan disiplin positif
Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan filosofi bahwa
pelanggaran merupakan tindakan yang biasanya dapat dikoreksi
secara konstruktif tanpa perlu hukuman. Dalam tindakan ini, fokusnya
adalah penemu fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang
diharapkan dan bukannya menggunakan hukuman untuk mencegah
perilaku yang tidak diharapkan.31
Prasyarat yang perlu bagi disiplin positif adalah
mengomunikasikan persyaratan-persyaratan pekerjaan dan peraturan-
peraturan kepada para karyawan. Setiap orang mesti mengetahui, pada
saat diangkat jadi pegawai dan seterusnya, apa yang diharapkan oleh
penyelia dan manajemen.32

29
Ibid, hlm. 600-601
30
Didit Darmawan, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, PT. Jepe Press Media Utama,
Surabaya, 2013, hlm. 45
31
Ibid, hlm. 43
32
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Op.Cit, hlm. 603
39

C. Disiplin dalam Pandangan Islam


Kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Arti kesadaran adalah
sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar
akan tugas dan tanggung jawabnya, sedangkan arti kesediaan adalah suatu
sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan
perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.33
Disiplin dalam islam disebut istiqamah, yaitu teguh pendirian atau patuh
dalam tauhid dan tetap beramal saleh. Di dalam Al-Quran disebutkan, bahwa
bagi orang-orang yang istiqamah tidak akan ada rasa khawatir dan sedih,
karena mereka betul-betul menyakini (haqqul yakin) akan kebenaran ajaran
islam.34
Islam memandang pekerjaan merupakan salah satu bentuk ibadah sehingga
harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dengan berdisiplin tinggi serta
sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan untuk memenuhi
kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Bekerja adalah kewajiban dan
dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan
sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk membanting tulang,
memeras keringat dan memutar otak. Selain itu juga, bekerja perlu adanya
kedisiplinan dan kesabaran. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surah Al-‘Ashr ayat 1-3:

‫ﺖ‬
ِ ‫ﺼ ٰـ ِﻠ َﺤ ٰـ‬
‫( إ ﱠِﻻ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮاْ وَ ﻋَﻤِ ﻠُﻮاْ ٱﻟ ﱠ‬٢) ‫ﺴـٰﻦَ ﻟَﻔِﻰ ﺧُﺴۡ ٍﺮ‬
َ ‫ٱﻹﻧ‬
ِ ۡ ‫( إِنﱠ‬١) ‫وَ ٱﻟۡ ﻌَﺼۡ ِﺮ‬
(٣) ‫َﻖ وَ ﺗَﻮَ اﺻ َۡﻮاْ ﺑِﭑﻟﺼﱠﺒۡ ِﺮ‬
ِ ّ ‫وَ ﺗَﻮَ اﺻ َۡﻮاْ ﺑِﭑﻟۡ ﺤ‬

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam


kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr:1-
3)35

33
Malayu S.P Hasibuan, Op.Cit, hlm. 190
34
Ahmad Gazali, Menuju Masyarakat Industri yang Islami, Jakarta, 1998, hlm. 31-32
35
Al-Qur’an, Surat Al-‘Ashr Ayat 1-3, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan
Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 1099
40

Dalam ajaran islam perintah disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan
yang telah ditetapkan, sebagaimana diterangkan dalan firman Allah SWT
dalam surat An-Nisa’ ayat 59:

‫ۖ ﻓَﺈ ِن‬ َ‫ﯾَ ٰـٓﺄَﯾﱡﮩَﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦ‬


ۚ
(٥٩) ً‫ذَٲﻟِﻚَ ﺧَﯿۡ ﺮٌ۬ وَ أ َۡﺣﺴَﻦُ ﺗ َ ۡﺄوِﯾﻼ‬
Artinya:“Hai orang-orang yag beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (Q.S. An-Nisa’:59)36
Salah satu sarana dalam menegakkan disiplin adalah pengendalian diri
yang selalu berupaya untuk melakukan kebaikan (amal saleh), dan
menghindari kejahatan (munkar dan keji). Islam juga telah mengajarkan
disiplin yang berkaitan dengan perilaku shalat yang merupakan tiang agama,
karena disiplin yang ditegakkan dalam perilaku dan perbuatan sehari-hari
(bekerja). Disiplin ini menyangkut disiplin terhadap waktu dan disiplin
terhadap perbuatan seseorang untuk mengikuti dengan ketat aturan-aturan
dalam bekerja untuk menghasilkan atau mencapai sesuai dengan standar.

Islam mengangkat nilai tenaga kerja dan memerintahkan manusia bekerja,


baik untuk mencapau kehidupan yang layak dan menghasilkan barang-barang
dan jasa yang menjadi keperluan hidupnya, maupun untuk amal shaleh karena
bekerja itu sendiri bersifat ibadah semata-mata kepada Allah SWT. Seperti
yang dijelaskan dalam Al Qur’an Surat At-Taubah ayat 105:

‫ﺐ‬
ِ ۡ‫ﻋ ٰـﻠِﻢِ ٱﻟۡ ﻐَﯿ‬
َ ‫ﺳﺘ ُﺮَ دﱡونَ إِﻟ َٰﻰ‬
َ َ‫ۥ وَ ٱﻟۡ ﻤ ُۡﺆﻣِ ﻨُﻮنَ ۖ و‬
(١٠٥) َ‫ﺸ َﮩ ٰـﺪَةِ ﻓَﯿُﻨَ ِﺒّﺌُﻜُﻢ ِﺑﻤَﺎ ﻛُﻨﺘ ُﻢۡ ﺗ َﻌۡ َﻤﻠُﻮن‬
‫وَ ٱﻟ ﱠ‬

36
Al-Qur’an, Surat Al-Nisa’ 59, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 183
41

Artinya: Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya


serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang akan nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan” (Q.S Surat At-Taubah ayat 105)37
Suatu pekerjaan akan menjadi ibadah jika dimaksudkan demi
melaksanakan perintah Allah, dan agar berkecukupan sehingga tidak
meminta-minta kepada orang lain. Di samping itu apabila dalam bekerja
senantiasa bertujuan lillahi ta’ala seperti menjauhi larangan-Nya atau untuk
mendapat rezeki sehingga bisa berzakat, naik haji dibelanjakan di jalan Allah
SWT, sudah pasti pekerjaan itu menjadi ibadah pula, dan pelakunya
mendapat pahala.

Al-Qur’an mengajarkan bahwa dengan bekerja sebaik-baiknya dan


menjaga peraturan-peraturan agama secara proporsional berarti bersyukur
kepada Allah dan ia akan diberikan kehidupan yang layak. Seperti dalam Al-
Qur’an surat An-Nahl ayat 97:

ۡ‫ط ِﯿّﺒَ ً۬ﺔۖ وَ َﻟﻨ َۡﺠ ِﺰﯾَﻨﱠﮭُﻢ‬


َ ‫ۥ َﺣﯿ َٰﻮ ً۬ة‬ ‫ﺻ ٰـ ِﻠ‬
َ ‫ﻣ َۡﻦ ﻋَﻤِ َﻞ‬
(٩٧)
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl ayat 97)38
Dengan demikian dipahami bahwa dalam ajaran islam bekerja dengan
benar dan baik atau disiplin dalam bekerja tergolong perbuatan ibadah atau
dengan kata lain bahwa bekerja adalah mengandung nilai-nilai ‘ubudiyah.
Bekerja yang hanya mementingkan kepentingan dunia saja, dalam arti
mengabaikan perintah ibadah adalah suatu perilaku merugi sekalipun ia
mendapat keuntungan dunia. Kerja menentukan status manusia.

37
Al-Qur’an, Surat At-Taubah 105, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 203
38
Al-Qur’an, Surat An-Nahl 97, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 278
42

D. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Nabila Aprillianti, tentang
“Penerapan Disiplin Kerja Karyawan pada SMA Isalam PB Soedirman 1
Bekasi”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa penerapan
disiplin kerja yang diterapkan pada SMA Islam PB Soedirman 1 Bekasi
dengan memberikan peraturan mengenai kehadiran, kelengkapan dalam
berseragam dan peraturan lainnya. SMA Islam PB Soedirman 1 Bekasi
juga menindak lanjuti terhadap sikap dan perilaku karyawannya dengan
cara memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi serta sanksi
kepada karyawan yang tidak menerapkan disiplin yang berlaku di SMA
Islam PB Soedirman 1 Bekasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Peni Sawitri, tentang “Interaksi budaya
organisasi dengan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja unit
bisnis industri manufaktur dan jasa”. Dari penelitian tersebut diperoleh
hasil bahwa peranan sistem pengendalian manajemen sangat signifikan
dalam peningkatan kinerja perusahaan yang tergantung pada bentuk
maupun budaya organisasi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Willy Tri Hardianto, tentang “Peranan
Motivasi serta Disiplin Kerja dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di
Era Otonomi Daerah pada BPTP Jawa Timur di Karangploso”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dengan memberlakukan disiplin
serta motivasi kerja, BPTP Jawa Timur mengalami beberapa perubahan.
Perubahan ini dipandang baik untuk memajukan perusahaan serta dapat
meningkatkan kualitas SDM. Sebagai buktinya banyak yang ingin
meningkatkan tingkat pendidikan atau kemampuan mereka.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Hardianti Musa, tentang “Evaluasi
Sistem Pengendalian Manajemen untuk Meningkatkan Kinerja Manajer
Penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Manado”. Dari penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa proses sistem pengendalian manajemen sudah baik
terbukti dengan pendelegasian wewenang dengan baik, pelaksanaan
program yang mengacu pada rencana sebelumnya, penyusunan anggaran,
43

pelaksanaan atau pengukuran, pelaksanaan atau pengukuran yang


diawasi dengan baik sampai pada evaluasi yang dilakukan dari masing-
masing divisi sehingga penjualan meningkat dari tahun ke tahun.
Manajer penjualan melakukan sistem kontrol dengan baik diantaranya
dengan melakukan pendekatan-pendekatan secara persuasif dengan
para karyawan dibawahmya maupun memberi penghargaan kepada
karyawan yang mencapai target. Pada bagian penjualan, pelaksanaan
atau pengukuran, diawasi dengan penggunaan sistem jaringan on-line
antar divisi di dalam perusahaan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Raja Ade Fitrasari Mochtar, tentang
“Evalusi Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah pada
PT. Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau”. Dari penelitian
tersebut diperoleh hasil bahwa PT Permodalan Ekonomi Rakat
Provinsi Riau masih menemui permasalahan yang umumnya terjadi
pada Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia, yaitu kurangnya
sumber daya manusia pengelola baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan mutu hasil
produksi.

E. Kerangka Berfikir

Strategi
Pengendalian

Faktor-faktor Kendala & Solusi

Disiplin Kerja

Gambar 2.2: Kerangka Berpikir Penelitian


44

Penelitian ini pada prinsipnya berusaha mencari penjelasan tentang


strategi pengendalian dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di
Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus. Strategi pengendalian dapat
dilakukan dengan menelaah lebih dahulu mengenai permasalahan yang
dihadapi para pemimpin melalui faktor-faktor yang menentukan disiplin
kerja karyawan dan hambatan-hambatan yang sering dijumpai dalam
melakukan pengendalian. Tujuan diadakannya pengendalian yaitu untuk
menciptakan karyawan yang memiliki tangggung jawab dalam melakukan
tugas dan memiliki sikap disiplin kerja yang tinggi.
Untuk mempermudah proses dalam melakukan penelitian ini maka
penulis membuat kerangka penelitian seperti bagian diatas yang mana
bagian tersebut membantu penulis untuk melaksanakan penelitian
sehingga dapat efektif dan dapat fokus terhadap pembahasan penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui seluk-


beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan karena ada suatu
masalah yang memerlukan jawaban atau ingin membuktikan sesuatu yang telah
dialami selama hidup, atau mengetahui berbagai latar belakang terjadinya
sesuatu.1
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Suatu penelitian tentu memerlukan data-data yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam penyusunan skripsi. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian
yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan)
kerja penelitian.2
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan jenis pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif. Metode ini
mencoba meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pendekatan ini digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah,
(lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti merupakan instrumen kunci.3
Dalam penelitian ini penulis akan langsung masuk kedalam obyek sehingga
masalah-masalah yang dirumuskan dapat terungkap.
Subyek yang diteliti dapat berupa individu, kelompok, lembaga atau
komunitas tertentu. Tujuan studi kasus lapangan adalah melakukan
penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan
gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu. Lingkup penelitian
kemungkinan berkaitan dengan suatu siklus kehidupan atau hanya mencakup

1
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, CV. Pustaka
Setia, Bandung, 2012, hlm. 41
2
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis, UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm.
34
3
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit, hlm. 57

45
46

bagian tertentu yang difokuskan pada faktor-faktor tertentu atau unsur-unsur


dan kejadian secara keseluruhan.4
Penelitian ini akan dilaksanakan secara langsung dengan mendatangi
narasumber atau informasi di lapangan. Dalam hal ini penulis ingin
mendeskripsikan tentang pengendalian dalam meningkatkan disiplin kerja di
Pabrik Roti Al-Hana.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang diteliti dan diambil data-data
yang diperlukan. Penentuan lokasi dimaksud untuk mempermudah dan
memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan
tidak terlalu luas. Tempat penelitian dipilih karena adanya kesediaan penuh
dari pihak manajemen untuk bekerjasama dan membantu penulis dengan
memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan guna kelancaran
penelitian ini.
Penelitian lokasi dan setting penelitian selain dibingkai dalam kerangka
teoritik juga dilandasi oleh pertimbangan teknis operasional. Untuk itu lokasi
dan setting penelitian dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan dapat
tidaknya dimasuki dan dikaji lebih mendalam. Hal ini penting, karena betapa
pun menariknya suatu kasus, tetapi jika sulit dimasuki lebih dalam oleh
seorang penulis, maka akan menjadi suatu kerja yang sia-sia.5
Adapun lokasi yang digunakan peneliti yaitu Pabrik Roti Al-Hana di Desa
Besito Dukuh Kauman RT 02/RW 04, Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus
penentuan fokus lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan

4
Indriantoro dan Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002, hlm. 26
5
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,
hlm. 101
47

diperoleh dari situasi sosial (lapangan).6 Maka yang dijadikan fokus dalam
penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian ini adalah Pabrik Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus
2. Subjek penelitian ini adalah pimpinan, karyawan dan konsumen Pabrik
Roti Al-Hana Besito Gebog Kudus

D. Sumber Data
Dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber dan bersifat
mentah atau belum diolah. Data primer belum mampu memberikan
informasi dalam pengambilan keputusan sehingga perlu diolah lebih
lanjut.7 Jadi yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari para responden dengan cara wawancara, yaitu dengan
mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman
dengan variasi-variasi yang disesuaikan ketika wawancara agar
memperoleh sejumlah keterangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini. Data primer contohnya data mengenai tanggapan responden. Dalam
hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Pemilik Usaha dan
Karyawan yang bekerja di sana tentang pengendalian karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang
menerbitkan dan bersifat siap pakai. Data sekunder mampu memberikan
informasi dalam pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih
lanjut.8
Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-
surat pribadi, kitab hanan, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-

6
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 377
7
Tony Wijaya, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2013, hlm. 19
8
Ibid, hlm. 19
48

dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Sumber sekunder ini


sungguh kaya dan siap sedia menunggu penggunaanya oleh peneliti yang
memerlukannya. Untuk itu peneliti harus dengan menghemat waktu dan
biaya.9
Jadi data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi
dan telah diolah oleh pihak lain. Data sekunder ini dalam bentuk
dokumen-dokumen yang membahas tentang objek penelitian. Dalam
penelitian ini data sekunder dapat diperoleh dari instansi yang menjadi
objek penelitian yaitu Pabrik Roti Al-Hana.

E. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif instrumen penelitian utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan melalui observasi dan
wawancara.10

F. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara ini merupakan metode pengumpulan data yang
sangat sering digunakan alam penelitian. Metode wawancara sangat
sederhana dan lebih mudah mempersiapkan dan melakukannya.
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden. 11 Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka
dan sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden

9
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Bumi aksara, Jakarta, 2003, hlm. 143
10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hlm. 61
11
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit, hlm. 131
49

tidak diberikan kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.


Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.12
Ada beberapa teknik dalam wawancara yaitu:
a) Teknik berjenjang (laddering) yaitu mengeksplorasi alasan mendasar
(motivasi) dari informan seperti dasar psikologis/emosional
konsumen.
b) Teknik pertanyaan implisit (tersembunyi) yaitu mengeksplorasi
masalah pribadi yang mendalam.
c) Analisis simbolik yaitu menganalisis makna simbolik objek dengan
cara membandingkannya dengan kebalikannya.13
Dalam penelitian ini peneliti melakukan metode wawancara
terstruktur, di mana peneliti telah menyiapkan beberapa pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber. Tujuan dari wawancara ini adalah
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan topik penelitian.
2. Metode Observasi
Disamping wawancara, data dalam penelitian kualitatif dapat
dikumpulkan melalui metode observasi. Observasi merupakan cara
memperoleh data dengan mengamati (perilaku-bukan perilaku dari)
subjek penelitian dan merekam jawabannya untuk dianalisis. Metode
dalam observasi bisa dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur.
Dalam observasi bentuk struktur, peneliti merinci secara detail sesuatu
yang akan diamati dan bagaimana pengukuran dapat direkam. Dalam
observasi bentuk tidak terstruktur, peneliti berupaya mengamati segala
aspek fenomena yang berkaitan atau relevan dengan masalah yang sedang
ditangani.14
Menurut Nawawi & Martini, observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala dalam obyek penelitian. Observasi

12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2012, hlm. 44
13
Toni Wijaya, Op.Cit, hlm. 21
14
Ibid, hlm. 23
50

dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya wawancara dan hasil


wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.15 Metode observasi ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai situasi umum di Pabrik Roti
Al-Hana yang meliputi sejarah berdirinya, gamabaran umum, dan letak
atau lokasi Pabrik tersebut.
Adapun manfaat yang diperoleh dari teknik pengumpulan data
dengan observasi adalah:16
a) Memperoleh data secara langsung yang menambah keabsahan
data
b) Memperoleh data lapangan yang lebih meyakinkan
c) Mengungkap masalah yang sebenarnya terjadi di lokasi
penelitian
d) Menambah wawasan konsepsional yang bersifat empiris
e) Memperoleh data-data baru yang terkait meskipun ebelumnya
tidak dipikirkan
f) Memperdalam pengamatan dengan berbagai teknik komunikasi
langsung, dialog interaktif, dan diskusi
g) Memperkuat validitas data dan memudahkan melakukan
antitesisi terhadap teori-teori yang sudah ada berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Oleh sebab itu, bersifat membangun
teori
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi biasanya dilakukan peneliti untuk mencari
dan mendapatkan data-data primer dengan melalui data-data dari prasasti-
prasasti, naskah-naskah kearsipan (baik dalam bentuk barang cetakan
maupun rekaman), data gambar/foto/blue print dan lain sebagainya.
Dengan adanya data tersebut, maka peneliti akan dapat memecahkan
masalah penelitian sekaligus usaha membuktikan hipotesis penelitian.17

15
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit, hlm. 134
16
Ibid. hlm. 135
17
Supardi, Op.Cit, hlm. 138
51

Penggunaan metode dokumentasi ini untuk memperkuat dan


mendukung informasi-informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan
interview. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
dokumentasi untuk memperkuat dan menperjelas informasi-informasi
yang penulis dapatkan dari hasil observasi dan interview.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa gambaran
umum mengenai obyek penelitian yang berupa profil, proses produksi dan
lainnya mengenai Pabrik Roti Al-Hana.

G. Uji Keabsahan Data


Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa
hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi
tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk menguji keabsahan data yang
dikumpulkan peneliti antara lain:
Pertama, dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dan sumber data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu
mengecek kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasipartisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang yang sama secara serempak. Triangulasi sumber
52

berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan


teknik yang sama. 18
Sedangkan yang kedua, pengecekan kebenaran informasi kepada para
informan yang telah ditulis oleh penulis dalam melakukan penelitian di objek
yang telah ditentukan.

H. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data
merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data yang terkumpul dapat
berupa catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen,
biografi, artikel dan sebagainya. Kegiatan analisis data ialah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema
dan konsepsi kerja yang akan diangkat menjadi teori subtantif.19
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Jadi
dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang
diperoleh dalam laporan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan
dianalisis.20
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus
bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak
mulanya. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok, difokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau
polanya, Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah” disingkatkan,
direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting,
diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.
18
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hlm.83
19
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit, hlm.145
20
S. Nasution, Op.Cit, hlm.129
53

Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.21
Dalam tahap ini peneliti akan memfokuskan pada pengendalian
dan disiplin kerja karyawan dengan melihat perilaku orang yang memiliki
tingkat kedisiplinan tinggi, faktor pendukung dan penghambat disiplin
kerja, serta bentuk-bentuk pengendalian yang ada di Pabrik Roti Al-Hana.
2. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan
“the most frequent form of display data for qualitative research data in the
past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.22
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah difahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam
melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat
berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chat. Untuk mengecek
apakah peneliti telah memahami apa yang didisplaykan. 23 Adapun dalam
penelitian ini selain menggunakan uraian teks yang naratif juga
menggunakan matrik, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam
memahami suatu data dan dapat merencanakan kerja berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.

21
Ibid, hlm. 129
22
Sugiono, Op.Cit, hlm. 95
23
Ibid, hlm. 95
54

Penyajian data ini dapat berupa data yang telah diperoleh peneliti
melalui reduksi data, yaitu peneliti membuat tabel yang berupa koding
data agar jelas dalam menyusun data sehingga akan mudah dipahami.
Artinya peneliti membuat koding data yang memuat isi tentang
pengendalian karyawan dalam meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti
Al-Hana.
3. Kesimpulan (Verification)
Dalam penelitian kualitatif kesimpulan dapat menjawab rumusan
masalah-masalah yang dirumuskan sejak awal, jika didapat bukti-bukti
yang valid dan konsisten maka didapatkan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal
atau interaktif, hipotesis atau teori.24
Agar penelitiannya bersifat kredibel atau dapat dipercaya, penulis
berusaha mendapatkan bukti-bukti yang valid mengenai pengendalian
karyawan dalam meningkatkan disiplin kerja di Pabrik Roti Al-Hana,
sehingga bukti-bukti tersebut mampu untuk menjawab rumusan masalah
yang sudah dirumuskan sebelumnya.

24
Ibid, hlm. 99
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Sejarah Desa Besito Gebog Kudus
Sebenarnya nama asli Desa Besito adalah Mbesito yang merupakan
singkatan dari “mugo-mugo bisaha eling sakabehane insyaallah tentrem
ora ono opo-opo”. Kalimat tersebut mempunyai makna bahwa orang
yang memberi nama Desa Besito mempunyai harapan agar desa tersebut
dapat selalu nyaman dan tentram.
Dari legenda desa Besito dapat disimpulkan bahwa asal mula desa
Besito bermula dari Mbah Suwargi Kerto Gento Kesumo yang
mendirikan Pesantren di daerah telogo karena menemui jalan buntu ketika
hendak melakukan pencarian ayahnya. Beliau pun berhenti di daerah
tersebut karena mematuhi perintah gurunya yaitu Sunan Muria yang
mengatakan bahwa jika beliau menemukan jalan buntu, maka Mbah
Suwargi Kerto Gento Kesumo harus mengehentikan perjalanannya dan
mendirikan sebuah pesantren di daerah tersebut.1
2. Letak Geografis Desa Besito Gebog Kudus
a. Batas Wilayah
1) Sebelah Utara : Desa jurang
2) Sebelah Timur : Desa Bae
3) Sebelah Selatan : Desa Karang Malang
4) Sebelah Barat : Desa Karang Malang dan Gondosari
b. Luas Wilayah
1) Luas seluruhnya : 297,6 ha
2) Luas sawah : 243,7 ha
3) Luas pekarangan : 37,2 ha
4) Luas tegalan :-

1
Dokumentasi Desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, dikutip tanggal 10
Desember 2016

55
56

5) Luas lain-lain : 16,5 ha


c. Wilayah Dusun
Desa Besito terdiri dari 4 dusun 8 RW dan 40 RT terinci dalam
dusun/dukuh sebagai berikut:
1) Dusun Mbabrik (2 RW, 9 RT)
2) Dusun Kauman (2 RW, 12 RT)
3) Dusun Tasgading, Magangan dan Bonalas (2 RW, 8 RT)
4) Dusun Modinan dan Besito Lor (2 RW, 11 RT)2
3. Jumlah Penduduk Desa Besito Gebog Kudus
No Jumlah Penduduk Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 5596 52,47%
2 Perempuan 5069 47,53%
Jumlah 10.665 100%
Tabel 4.1: Jumlah Penduduk Desa Besito
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduknya
sebanyak 10.665 orang dari jumlah laki-laki sebanyak 5596 atau 52,47%
dan jumlah perempuan sebanyak 5069 atau 47,53%. Melihat jumlah
penduduk yang ada banyak didominasi oleh kaum adam (laki-laki) karena
pertumbuhan penduduk di Desa Besito banyak laki-laki yaitu sebesar
52,47%.3
4. Kondisi Perekonomian Desa
Desa Besito sebagai salah satu desa di wilayah Kecamatan Gebog
dimana kecamatan Gebog merupakan salah satu kecamatan perindustrian
bagi Kabupaten Kudus, dan juga menjadi lumbung pertanian maka mata
pencaharian warga masyarakat adalah mayoritas karyawan dan petani.
Dengan demikian bidang industi dan pertanian merupakan prioritas utama
dalam pengembangan perekonomian masyarakat desa. Adapun mata
pencaharian masyarakat desa Besito secara rinci sebagai berikut :

2
Dokumentasi Desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, dikutip tanggal 10
Desember 2016
3
Dokumentasi Desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, dikutip tanggal 10
Desember 2016
57

No Jenis Pekerjaan Jumlah Orang


1 Petani 401 Orang
2 Buruh Tani 307 Orang
3 Nelayan - Orang
4 Pengusaha 21 Orang
5 Buruh Industri 2.969 Orang
6 Buruh Bangunan 2.271 Orang
7 Pedagang 86 Orang
8 Pengangkutan 7 Orang
9 Pegawai Negeri ( PNS, TNI, POLRI ) 191 Orang
10 Pensiunan 27 Orang
11 Lain – lain 511 Orang
Tabel 4.2: Mata Pencaharian

B. Gambaran Khusus Objek Penelitian


1. Sejarah Berdirinya Pabrik Roti Al-Hana Kudus
Usaha roti Al-Hana telah berdiri sejak 8 tahun yang lalu, usaha ini
membuat berbagai macam roti. Bermula dari ide keponakan Ibu Hj.
Suwanah yang menawarkan usaha pembuatan roti, karena dirasa dalam
usaha pembuatan roti di Desa Besito belum banyak sehingga mempunyai
peluang yang cukup besar dalam memperoleh keuntungan. Dari situlah Ibu
Hj. Suwanah tergerak hatinya untuk memulai sebuah usaha pembuatan roti
dengan di modali anaknya yang ke dua yaitu Ibu Hj. Setyoningsih.
Arti nama roti Al-Hana yaitu produk yang enak, dengan tujuan
menjadikan produk roti yang memiliki kualitas baik walaupun di produksi
dari wilayah desa. Al-Hana terletak di desa Besito Rt. 02 Rw. 04
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Lokasinya masih satu rumah dengan
pemilik usaha, namun ada pemisahan tempat bagian timur untuk
pembuatan roti dan bagian barat tempat tinggal pemilik.
Al-Hana mengajukan nomor PIRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Kudus. Dengan nomor seri yaitu P-IRT NO. 206331901408. Jenis roti
58

yang diproduksi oleh Al-Hana termasuk dalam kategori roti manis. Saat
ini jenis roti yang diproduksi oleh Al-Hana ada lima, yaitu roti donat, roti
rasa, roti bolu, roti pisang, dan roti salju. Disamping jenis roti yang
diproduksi oleh Al-Hana semakin beragam, maka saat ini Al-Hana juga
telah memiliki beberapa agen atau sales untuk memasarkan produknya.
Selain itu, berbeda dengan saat awal berdirinya Roti Al-Hana yang
masih menggunakan peralatan sederhana dan tradisional, maka saat ini
untuk menunjang proses produksinya, Al-Hana telah menggunakan
beberapa peralatan modern yang cara kerjanya tidak menggunakan tenaga
manusia, misalnya mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg serta mesin
mixer untuk mengaduk cokelat sebagai salah satu isi roti.4
2. Struktur Organisasi Pabrik Roti Al-Hana Kudus
Struktur organisasi merupakan suatu petunjuk bagaimana tugas,
tanggung jawab antara anggota-anggotanya sehingga dapat memudahkan
pimpinan dalam mengadakan pengawasan maupun meminta pertanggung
jawaban pada bawahannya. Adapun struktur organisasi Pabrik Roti Al-
Hana Kudus adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Pabrik Roti Al-Hana Kudus

Pemilik

Hj. Suwanah

Karyawan Karyawan Karyawan

4
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal
13 Februari 2017 pukul 09.30 WIB
59

Gambar di atas menunjukkan bahwa Pabrik Roti Al-Hana belum


mempunyai struktur organisasi yang khusus, yang ada hanya hubungan
langsung antara pemilik usaha dengan karyawan Al-Hana, tapi pihak
pabrik roti telah melakukan pembagian tugas dan jabatan dalam
operasionalisasinya meskipun pembagian kerja tersebut masih sederhana.
Pemilik Al-Hana adalah Ibu Hj. Suwanah yang bertugas sebagai
pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan
yang terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan, menentukan
perencanaan, memberikan pengarahan dan perkembangan pekerjaan yang
dilaksanakan bawahannya, serta bertanggung jawab terhadap pemasaran
produk Al-Hana sehingga hal-hal yang berkaitan dengan agen atau sales
Al-Hana menjadi tanggung jawab Ibu Hj. Suwanah.
Bagian Produksi bertugas mengatur kegiatan produksi dan
bertanggung jawab penuh dalam kelancaran proses produksi, serta
mengawasi kinerja tenaga kerja supaya bekerja dengan baik.
Bagian Pemasaran bertugas mencatat hasil penjualan produk,
mencatat konsumen baru serta melayani pembelian bagi pembeli, dan
mengirimkan barang kepada pemesan atau pembeli.
Karyawan mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
menjalankan proses produksi, baik dari bahan mentah sampai barang jadi.
Dan karyawan ini bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi.
3. Visi dan Misi Pabrik Roti Al-Hana Kudus
Sebelum merancang dan kemudian mendirikan sebuah bisnis atau
usaha maka perlu dirumuskan adanya visi dan misi yang hendak dicapai.
Visi dan misi tersebut diharapkan dapat berjalan efektif dalam jangka
waktu tertentu. Adapun visi dan misi Pabrik Roti Al-Hana dijabarkan
sebagai berikut:
1) Visi
 Memperoleh keuntungan yang besar
 Menjadi produk roti yang murah dan berkualitas
60

2) Misi
 Memberikan kualitas yang terbaik
 Membangun masyarakat agar memiliki jiwa entrepreneur
 Menjual produk dengan harga yang terjangkau tetapi dengan
kualitas dan rasa yang memukau
4. Tujuan Pabrik Roti Al-Hana Kudus
1) Membangun usaha dengan tipe social enterpreneur
2) Mengembangkan usaha dan membuka lapangan pekerjaan untuk
masyarakat sekitar
5. Jumlah Karyawan Pabrik Roti Al-Hana
Jumlah karyawan yang dimiliki Pabrik Roti Al-Hana secara
keselurahan ada 12 orang, tapi yang bagian produksi ada 6 orang wanita
semua. Untuk bagian produksi, pihak yang bertanggung jawab terhadap
proses produksi roti adalah Ibu Ulya. Dalam proses produksi ini, Ibu Ulya
bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas produksi mulai dari
penggilingan, penimbangan, pengepresan, pencetakan, pemasakan melalui
oven, dan pengemasan roti dengan menggunakan pembungkus plastik atau
kardus.
6. Jam Kerja Karyawan Pabrik Roti Al-Hana
Untuk karyawan yang sudah memiliki keluarga jam kerjanya mulai
jam 07.00 – 16.00 WIB. Sedangkan bagi karyawan yang masih lajang jam
kerjanya dimulai dari jam 06.00 – 17.00 WIB. Hari minggu libur, tapi jika
ada pesanan karyawan diminta masuk oleh pihak pabrik.
7. Produk Yang Dihasilkan Pabrik Roti Al-Hana
Ruang lingkup produk yang dihasilkan dari Roti Al-Hana fokus
pada pembuatan roti:
 Roti donat
 Roti rasa (Coklat, Strawberi, Nanas)
 Roti bolu
 Roti pisang
 Roti salju
61

8. Proses Pembuatan Roti Di Pabrik Roti Al-Hana


a. Tahap Persiapan5
1) Semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan disediakan dalam
jumlah dan takaran masing-masing
2) Alat yang akan digunakan dicuci dan disterilkan dari kuman
3) Sedangkan bahan-bahan yang digunakan sebaiknya yang benar-
benar baik dan kering, tidak terlalu lama serta higenis dalam
penyimpanannya
4) Ukur suhu ruangan yang akan digunakan untuk produksi
5) Air yang digunakan sebagai pencampur dimasak dahulu untuk
menghindari kuman
b. Tahap Pembuatan
1) Peralatan yang digunakan
a) Dough mixer
b) Oven
c) Loyang/nampan
d) Baskom plastik ukuran sedang
e) Kain penutup
f) Teko penakar
g) Sendok
2) Bahan yang dibutuhkan
a) Tepung terigu
b) Air
c) Ragi instant
d) Garam halus
e) Gula
f) Susu bubuk full krim
g) Margarine
h) Mentega
i) Kuning telur

5
Hasil Dokumentasi Perusahaan Roti, Dikutip Tanggal 15 Mei 2017
62

j) Pengembang adonan
3) Cara pembuatan
Semua bahan kecuali garam dan mentega diaduk dengan dough
mixer dengan kecepatan rendah selama ± 7 menit, kemudian sisa
bahan dimasukkan dan diaduk dengan kecepatan tinggi selama ± 8
menit atau sampai menjadi kalis.
Adonan diistirahatkan selama 15 menit dengan ditutup kain
dingin kemudian dibuang gasnya dengan cara ditekan.
Adonan dibagi-bagi dengan berat ± 65 gram, lalu dibulatkan,
diistirahatkan 10 menit di atas meja dengan ditutup kain dingin.
Setelah itu, adonan ditekan dan dibulat-bulatkan lagi, dan
kemudian disusun di loyang yang telah disemir/diolesi dengan
mentega. Setelah itu, dipanggang di oven pada suhu 150˚C selama
±11 menit sampai warna roti kuning kecoklatan.

C. Hasil Penelitian
1. Data tentang Faktor-faktor yang Memotivasi Karyawan dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Pabrik Roti Al-Hana
Secara garis besar disiplin kerja sangatlah penting untuk
meningkatkan efisiensi dengan cara mencegah pemborosan waktu dan
energi. Demikian halnya dengan Pabrik Roti Al-Hana yakni sebuah
Pabrik yang bergerak di bidang penjualan Roti di Desa Besito Gebog
Kudus. Salah satu yang dilakukan pemimpin dalam meningkatkan
kualitas usahanya adalah memperhatikan kedisiplinan karyawannya.
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik
Roti Al-Hana terkait persentase kedisiplinan karyawan yaitu sebagai
berikut:
63

Persentase
No Nama Karyawan Jenis Kelamin
Kedisiplinan
1 Himmatul Ulya Perempuan 70%
2 Nor Fatiyah Perempuan 60%
3 Nia Perempuan 65%
4 Iis Perempuan 50%
5 Eva Perempuan 65%
6 Lis Perempuan 60%
Tabel 4.3: Persentase Kedisiplinan

“Tingkat kedisiplinan karyawan di pabrik saya rata-rata hanya 60%


mbak. Padahal saya suadah membuat kebijakan tentang perbedaan waktu
masuk dan pulang bagi karyawan yang belum berumah tangga dengan
yang sudah berumah tangga. Untuk karyawan yang sudah memiliki
keluarga jam kerjanya mulai jam 07.00 – 16.00 WIB. Sedangkan bagi
karyawan yang masih lajang jam kerjanya dimulai dari jam 06.00 – 17.00
WIB.”6
Dalam prakteknya, membangun sikap disiplin bukanlah hal yang
mudah. Oleh sebab itu para owner mencari cara supaya karyawannya
mempunyai sikap disiplin dengan hati nuraninya tanpa ada tekanan dari
pemimpin. Sebagaimana hasil wawancara dengan saudari Nia selaku
karyawan Pabrik Roti Al-Hana:

“Tujuan saya bekerja tidak lain adalah untuk membantu ibu saya
membiayai sekolah adik-adik saya mbak. Iya saya bekerja sesuai dengan
tujuan dan kemampuan mbak, sikap disiplin yang saya lakukan adalah
semata-mata merupakan kewajiban seorang karyawan untuk mematuhi
semua peraturan dan ketentuan yang ada di pabrik.”7
Faktor-faktor yang menentukan disiplin kerja kayawan yaitu:
a. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan
Karakter kuat seorang pemimpin bisa menjadi panutan yang baik
bagi bawahannya. Tegas, berani mengambil keputusan, tidak ragu-

6
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal
13 Februari 2017 pukul 12.00 WIB
7
Wawancara dengan Saudari Nia selaku Karyawan Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal 27
April 2017 pukul 15.30 WIB
64

ragu, serta memiliki tujuan yang tepat mengenai visi dan misi
perusahaan, wajib diperlihatkan kepada setiap karyawan. Hal ini akan
memacu semangat kerja para karyawan untuk bersama-sama
mencapai target yang ditentukan. Hasil wawancara dengan Ibu Hj.
Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Dalam hal pengambilan keputusan penempatan karyawan saya
sesuaikan dengan keahlian, misalnya karyawan yang mempunyai
keahlian dalam membuat adonan kue ditaruh di bagian pembuatan
adonan dll, penempatan karyawan di bagian pembuatan adonan roti
lebih selektif, karena hal yang paling susah dalam pembuatan roti
adalah adalah pembuatan adonan dan tidak semua karyawan bisa
membuat adonan. Selain itu keputusan penerimaan pesanan roti
biasanya saya melibatkan karyawan, dengan bertanya kepada
karyawan saya apakah sanggup atau tidak memproduksi roti yang
banyak dengan tepat waktu.”8

b. Besar kecilnya pemberian kompensasi


Faktor disiplin yang paling dominan salah satunya adalah
pemberian gaji dan bonus. Gaji diberikan diberikan satu minggu sekali
dan bonus diberikan ketika karyawan bekerja selama satu bulan tanpa
ada halangan. Sebagaimana disampaikan oleh Himmatul Ulya selaku
karyawan Pabrik Roti Al-Hana yaitu sebagai berikut:
“Sangat sejutu mbak, sebab balas jasa adalah sesuatu yang sangat
ditunggu-tunggu oleh karyawan. Ketika balas jasa yang diberikan
pimpinan sebanding dengan hasil kerjaan karyawan akan lebih giat
dalam bekerja. Sistem pemberian bonus disini diberikan kepada
karyawan yang selama satu bulan bekerja tanpa ada halangan.”9

2. Data tentang Strategi Pengendalian Karyawan di Pabrik Roti Al-


Hana Kudus
a. Pembuatan perencanaan
Secara umum strategi pengendalian dilakukan supaya proses
pelaksanaan dapat sesuai dengan ketentuan. Pengendalian bukan

8
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal
13 Februari 2017 pukul 12.00 WIB
9
Wawancara dengan Ibu Himmatul Ulya selaku karyawan di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 22 April 2017 Pukul 13.30 WIB
65

hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk


menghindari terjadinya kesalahan. Startegi ialah cara atau
perencanaan dari suatu hal. Hasil wawancara dengan ibu Hj. Suwanah
selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana sebagai berikut:
“Sebenarnya rencana kedepan yang ingin saya lakukan adalah
meningkatkan penjualan, meningkatkan kualitas roti, meningkatkan
kualitas SDM dan ingin menambah karyawan. Dari rencana tersebut
maka saya membuat peraturan supaya karyawan lebih disiplin lagi
dalam bekerja.”10

b. Pengawasan dan menanamkan rasa tanggung jawab


Maju mundurnya suatu perusahan ditentukan oleh besar kecilnya
tanggung jawab sumber daya manusia yang ada didalamnya dan tidak
hanya mengandalkan sumber daya alam. Strategi pengendalian yang
diharapkan disini tak lain untuk membantu pemimpin dalam
meningkatkan disiplin kerja karyawannya, sebagaimana disampaikan
oleh pelanggan Pabrik Roti Al-Hana yaitu Ibu Tatik sebagai berikut:
“Meskipun pabrik mampu berkembang dan mampu menghasilkan
produk yang diminati konsumen, namun karyawan yang bekerja
didalamnya kurang disiplin dan mematuhi peraturan, maka hal
tersebut sama dengan akan membuat kemunduran bagi pabrik roti Al-
Hana sendiri mbak.”11

No Cara Pengendalian Implementasi


1 Pengawasan langsung Pemimpin terjun langsung ke
pabrik untuk memeriksa
pekerjaan yang sedang dilakukan
karyawan untuk mengetahui
apakah dikerjakan dengan benar
dan hasilnya sesuai dengan yang
dikehendakinya.

10
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
11
Wawancara dengan Ibu Tatik selaku pelanggan di Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal 16
Mei 2017 Pukul 08.00 WIB
66

2 Pengawasan tidak langsung Pemimpin memberikan amanat


kepada orang anak atau orang
yang telah dipercayainya untuk
mengawasi para karyawan.
Tabel 4.4: Cara Pengendalian

Disiplin pada hakikatnya mencerminkan besarnya tanggung jawab


seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya tanpa ada
rasa tertekan. Hasil wawancara dengan Ibu Himmatul Ulya selaku
karyawan pabrik roti Al-Hana sebagai berikut:
“Menurut saya ada tidaknya pengawasan sama saja karena dalam
bekerja kita harus mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan pemimpin. Pengawasan yang dilakukan
pemimpin disini sangat membantu ketika ada kesulitan dan
permasalahan dalam hal pembuatan roti. Tapi kadang-kadang jika
terlalu diawasi terus ya tidak enak mbak, rasanya kaya orang dipenjara
atau tidak bisa bebas melakukan apapun.”12

c. Pemberian sanksi hukuman


Jika pengabsenan dipandang kurang berhasil, maka cara lain yang
yang dapat ditempuh pemimpin dalam rangka mendisiplinkan
karyawan yaitu dengan cara memberikan saksi atau hukuman kepada
para karyawan yang indisipliner dalam bekerja. Sebagaimana hasil
wawancara dengan ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-
Hana:
“Tidak semudah yang saya bayangkan dulu mbak, ternyata sulit
mengatur bawahan yang tingkat kedisiplinannya kurang. Salah satu
strategi yang saya terapkan dipabrik ketika karyawan tidak disiplin
yaitu pemberian teguran, pemberian sanksi berupa potong gaji,
meliburkan karyawan beberapa hari dan yang paling parah yaitu
memecat karyawan.”13

12
Wawancara dengan Ibu Himmatul Ulya selaku Karyawan Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 22 April 2017 pukul 14.00 WIB
13
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
67

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pengendalian berhasil


dilakukan apabila ada perubahan pada diri pemimpin dan karyawan ke
arah yang lebih baik walaupun itu hanya sedikit, sesuai pernyataan
pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Ya lumayan ada perubahan sedikit mbak, saya bersyukur karyawan
masih bisa diatur dan diandalkan, walaupun kadang-kadang karyawan
lupa akan peraturan yang sudah saya tetapkan.”14

Pengendalian berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat


dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai dicari faktor penyebabnya,
dengan demikian dapat dilakukan tindakan perbaikan. Dengan adanya
pengendalian juga dapat memungkinkan manajer untuk mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya dalam
melakukan tindakan perbaikan sebelum penyimpangan menjadi jauh.

3. Data tentang Kendala dan Solusi Pengendalian Karyawan dalam


Meningkatkan Disiplin Kerja
a. Kendala pengendalian
1) Kinerja yang tidak sesuai dengan standar
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak selalu berjalan mulus,
adakalnya mendapatkan goncangan berupa masalah. Seringkali,
masalah tersebut menjadi hambatan tersendiri dalam memajukan
sebuah bisnis. Dalam kaitannya dengan memimpin karyawan yang
memiliki karakteristik dan kemampuan kerja yang berbeda-beda
tentu dapat memicu timbulnya sebuah hambatan. Sebagaimana
wawancara saya dengan ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik
Roti Al-Hana:
“Tidak semuanya mampu bekerja sesuai standar yang
ditetapkan, karena dalam bekerja jika perusahaan sedang
memproduksi banyak roti karyawan biasanya cepat capek dan itu
berakibat melanggar standar yang ditetapkan dalam usaha roti ini.
Misalnya, pabrik menetapkan standar khusus dalam proses

14
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
68

pengepakan, namun berhubung pabrik memproduksi banyak maka


standar yang telah ditetapkan tersebut dilanggar berganti dengan
standar baru yaitu yang penting kelar semua kerjaan beres.”15

2) Alat pengendalian yang masih sederhana


Dalam prakteknya, melakukan pengendalian bukanlah hal
yang mudah. Oleh sebab itu pemilik usaha harus mempunyai jiwa
enterpreneur yang tinggi serta memiliki ide-ide yang cemerlang
untuk menciptakan karyawan yang memiliki kedisiplinan.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Hj. Suwanah selaku
pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Berdasarkan pengalaman yang saya alami dari tahun ketahun
yang awalnya tidak ada pengendalian sama sekali sekarang saya
memutuskan untuk melakukan pengabsenan sebagai upaya
pengendalian saya kepada seluruh karyawan yang bekerja di
pabrik saya, supaya dapat terlihat jelas siapa saja karyawan yang
berangkat tepat waktu dan terlambat serta mengetahui siapa saya
yang berhalangan masuk kerja tanpa ijin terlebih dahulu.”

Penerapan proses pengendalian yang dilakukan di Pabrik Roti


Al-Hana agar karyawannya memiliki disiplin kerja yaitu dengan
cara yang sederhana. Sebagaimana wawancara saya dengan ibu
Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Cara yang kami digunakan untuk mengantisipasi karyawan
agar disiplin atau tepat waktu dalam bekerja dan melaksanakan
tanggung jawabnya adalah dengan cara melakukan pengabsenan
kepada seluruh karyawan dan menerapkan hukuman potong gaji
dan teguran bagi karyawan yang telat masuk kerja”16

b. Solusi Pengendalian
1) Motivasi
Pemberian motivasi atau dorongan dari seorang pemimpin
sangat dibutuhkan untuk memacu semangat kerja karyawan di

15
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
16
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
69

Pabrik. Sebagaimana wawancara saya dengan ibu Hj. Suwanah


selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Saat karyawan saya sudah mulai lelah dan kurang serius
dalam bekerja serta tidak sesuai dengan standar yang saya
tetapkan, saya memberikan motivasi atau dorongan tentang betapa
pentingnya bekerja serta memberikan nasehat kepada karyawan
bahwa yang berkeingin untuk bekerja itu banyak tetapi tidak ada
lapangan pekerjaan. Sehingga karyawan mampu berpikir untuk
tidak sewenang-wenang dalam bekerja.”17

2) Memperbaharui alat pengendalian


Pembaharuan suatu alat yang lebih canggih di dalam sebuah
organisasi sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan suatu
organisasi. Seperti hal nya di Pabrik Roti Al-Hana yang berusaha
untuk memperbaharui alat yang digunakan untuk mengendalikan
karyawan. Hasil wawancara saya dengan ibu Hj. Suwanah selaku
pemilik Pabrik Roti Al-Hana:
“Rencana saya kedepan dalam mengatasi karyawan yang
kurang disiplin yaitu berusaha memperbaharui alat pengendalian
yang lebih modern dan menerapkan sanksi nyata yang berupa
potong gaji, agar karyawan berpikir dua kali ketika mau
melanggar peraturan.”18

C. Analisis Data Penelitian


1. Analisis Faktor-faktor yang Menentukan Disiplin Kerja Karyawan di
Pabrik Roti Al-Hana
Disiplin dalam Islam disebut istiqamah, yaitu teguh pendirian atau
patuh dalam tauhid dan tetap beramal saleh. Orang-orang yang berdisiplin
akan terhindar dari jiwa pesimis. Mereka akan menjadi orang-orang yang
selalu optimis, meyakini masa depan lebih baik daripada masa sekarang,

17
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
18
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.15 WIB
70

dikarenakan teguh pendirian dalam mematuhi ketentuan-ketentuan yang


jelas bertujuan kebaikan di dunia dan di akhirat.19
a. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan
Diantara tugas manajerial seorang manajer ialah membuat
keputusan (decision making). Membuat suatu keputusan adalah
pekerjaan yang sangat penting, karena suatu keputusan mempunyai
dampak dan resiko yang jauh ke depan. Seorang manajer adalah sosok
yang bertanggung jawab terhadap bidang yang dipercayakan
kepadanya.20
Pola tanggung jawab dalam suatu keputusan, di dalam Al-Qur’an
juga digambarkan dalam surah As-Sajdah ayat 13:

‫وَ ﻟ َۡﻮ ِﺷ ۡﺌﻨَﺎ َﻷَﺗَﯿۡ ﻨَﺎ ُﻛ ﱠﻞ ﻧَﻔۡ ٍﺲ ُھﺪَﯨٰ ﮭَﺎ وَ ﻟَ ٰـﻜ ِۡﻦ ﺣَﻖﱠ ٱﻟۡ ﻘ َۡﻮ ُل ﻣِ ﻨِّﻰ َﻷ َۡﻣ َﻸ َنﱠ َﺟ َﮭﻨﱠ َﻢ ﻣِ ﻦَ ٱﻟۡ ﺠِ ﻨﱠ ِﺔ‬
(١٣) َ‫ﱠﺎس أ َۡﺟ َﻤﻌِﯿﻦ‬
ِ ‫وَ ٱﻟﻨ‬

Artinya: “Dan jika kami menghendaki niscaya kami berikan kepada


setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan
perkataan (ketetapan) dari-Ku, “pasti akan Aku penuhi neraka
Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.”” (Q.S. As-
Sajdah: 13)21

Keputusan atau peraturan yang sudah dibuat oleh pimpinan Pabrik


Roti Al-Hana yaitu mengenai jam operasional kerja di pabrik, sebisa
mungkin pemimpin memberi batasan waktu kerja hanya 10-11 jam,
apabila ada jam tambahan/lemburan karyawan diberi tambahan gaji dan
pemberian bonus. Untuk karyawan yang sudah memiliki keluarga jam
kerjanya mulai jam 07.00 – 16.00 WIB. Sedangkan bagi karyawan yang
masih lajang jam kerjanya dimulai dari jam 06.00 – 17.00 WIB. Serta
peraturan pembersihan alat-alat produksi yang dilakukan satu bulan
sekali.
19
Ahmad Gazali, Menuju Masyarakat Industri yang Islami, Jakarta, 1998, hlm. 31
20
Nasharuddin Baidan, Erwati Aziz, Etika Islam Dalam Berbisnis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2014, hlm. 113
21
Al-Qur’an, Surat As-Sajdah Ayat 13, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan
Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 416
71

Tidak ada pengaturan kepada manusia yang tidak menyangkut


waktu. Bahkan Allah SWT sendiri meyakinkan kepada manusia
mengenai kegunaan waktu dengan menyebut “masa” sebagai andalan,
tersebut dalam surat Al ‘Ashr ayat 1-3:

‫ﺖ‬
ِ ‫ﺼ ٰـ ِﻠ َﺤ ٰـ‬
‫( إ ﱠِﻻ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮاْ وَ ﻋَﻤِ ﻠُﻮاْ ٱﻟ ﱠ‬٢) ‫ﺴـٰﻦَ ﻟَﻔِﻰ ﺧُﺴۡ ٍﺮ‬
َ ‫ٱﻹﻧ‬
ِ ۡ ‫( إِنﱠ‬١) ‫وَ ٱﻟۡ ﻌَﺼۡ ِﺮ‬
(٣) ‫َﻖ وَ ﺗ َﻮَ اﺻ َۡﻮاْ ﺑِﭑﻟﺼﱠﺒۡ ِﺮ‬
ِ ّ ‫وَ ﺗ َﻮَ اﺻ َۡﻮاْ ﺑِﭑﻟۡ ﺤ‬

Artinya: “Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada


dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengajarkan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” (Q.S Al ‘Ashr ayat 1-3)22

Pada dasarnya dalam hal disiplin, terdapat 3 faktor yang berfungsi


menumbuhkan dan selanjutnya memelihara disiplin itu ialah kesadaran,
keteladanan dan adanya keketatan peraturan (law enforcement).
Kesadaran jelas merupakan faktor utama, sedang keteladanan dan
keketatan peraturan merupakan penyerta dan penguat terhadap faktor
utama tersebut. Teladan dan keketatan peraturan tidak akan mampu
bertahan tanpa dilandasi oleh kesadaran. Sebaliknya jika sudah ada
kesadaran, maka keteladanan dan keketatan peraturan akan memperkuat
sikap disiplin seseorang. Faktor keteladanan mendahului faktor keketatan
peraturan. Sebab meskipun ada keketatan peraturan tetapi tanpa ada
keteladanan, jelas hal itu pun tidak akan dapat bertahan terhadap waktu.
Sebaliknya akan terjadi, keteladanan yang berjalan secara terus menerus
akan membawa pada sikap dan kebiasaan berdisiplin, dan bersamaan
dengan itu makin mengurangi faktor pemaksaan berdasarkan aturan
semata-mata.23

22
Al-Qur’an, Surat Al ‘Ashr Ayat 1-3, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan
Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 601
23
A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi & Organisasi terhadap Pembinaan
Kepegawaian, PT Inti Indayu Press, Jakarta, 1983, hlm. 183
72

b. Besar kecilnya pemberian kompensasi


Seorang muslim dapat bekerja keras karena adanya keinginan
untuk memperoleh imbalan atau penghargaan (reward) materil dan
nonmateriil seperti gaji atau penghasilan, karier dan kedudukan yang
lebih baik serta pujian, dan sebagainya. Diperbolehkan juga seorang
muslim bekerja keras karena dia khawatir terhadap hukuman
(punishment) yang akan diterima, baik hukuman tersebut berupa
penghasilan yang berkurang, karier yang mandek, maupun jabatan yang
rendah. Semuanya ini boleh dilaksanakan selama sesuai dengan
ketentuan syariat Islam dan motivasi utama dia bekerja adalah karena
melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sistem pengupahan yang baik adalah sistem yang mampu
menjamin kepuasan para anggota organisasi atau perusahaan (tenaga
kerja atau karyawan) yang pada akhirnya suatu perusahaan tersebut
akan mendapatkan hasil yang baik dari sikap dan perilaku positif
karyawan. Karena karyawan merupakan salah satu faktor penentu
terhadap tinggi rendahnya pertumbuhan perusahaan. Keberhasilan suatu
perusahaan sangat ditentukan oleh tenaga kerja dalam mempersiapkan
dirinya memberikan kemampuan terbaik yang dimilikinya sebagai
sarana untuk tetap eksis dalam persaingan.
Kesejahteraan sosial bagi para karyawan merupakan segala unsur
yang diterima karyawan baik berupa uang atau barang. Baik yang
diberikan dengan langsung atau tidak langsung. Dan hal ini sangat
penting sebagai salah satu pembentukan loyalitas karyawan kepada
perusahaan, pembentukan kedisiplinan dan pembentukan moral seluruh
karyawan. Urusan pengupahan atau penggajian memang sangat sensitif
bagi para pekerja dan pemberi kerja (perusahaan). Para karyawan
sebagai pekerja tentunya menginginkan upah yang layak sebagai bentuk
kompensasi dari keahliannya dalam memberikan kontribusi positif
kepada perusahaan.
73

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesorang muslim


dalam menjalankan setiap pekerjaan haruslah bersungguh-sungguh dan
penuh semangat. Dengan kata lain, harus dengan etos kerja yang tinggi.
Seorang muslim adalah seorang pekerja lebih (smart-worker),
mempunyai disiplin yang tinggi, produktif, dan inovatif.24
2. Analisis Strategi Pengendalian Karyawan dalam Meningkatkan
Disiplin Kerja di Pabrik Roti Al-Hana
Menurut Arief Suadi Pengendalian manajemen adalah sebuah
usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Efektif berbeda
dengan efisien, efektif diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan
yang benar, sedangkan efisien diartikan sebagai kemampuan untuk
mengerjakan dengan benar.25
a. Pembuatan perencanaan
Perencanaan strategis diperlukan untuk menjadi tolak ukur dalam
menjalankan suatu organisasi. Perencanaan strategis/perencanaan
peraturan pada Pabrik Roti Al-Hana yang dilakukan melalui
musyawarah antara pimpinan dan kepala bagian produksi. Hasil
musyawarah tersebut kemudian di sosialisasikan kepada semua
karyawan yang ada dibagian produksi untuk dijalankan sesuai strategi
yang telah ditetapkan.
Jenis pengendalian yang digunakan di Pabrik Roti Al-Hana yaitu
pengendalian karyawan dimana pengendalian ini ditujukan kepada
hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, serta
penggunaan waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau
tidak dengan rencana.

24
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani, Jakarta, 2002,
hlm. 116
25
Arief Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995, hlm. 6-7
74

Sebagaimana yang ada di Pabrik Roti Al-Hana bahwa sifat dan


waktu pengendalian yang digunakan dalam strategi pengendalian
yaitu Repressive control yang mana proses pengendalian dilakukan
setelah karyawan melakukan kesalahan dalam pelaksanaannya.26
Pengendalian Repressive control dilakukan dengan cara
Membandingkan antara hasil dengan rencana menganalisis sebab-
sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan
perbaikannya: memberikan penilaian terhadap pelaksananya, jika
perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya, menilai kembali
prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada, mengecek kebenaran
laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana, dan jika perlu
meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui
training atau education27
b. Pengawasan
Pengawasan pemimpin juga ikut serta dalam faktor disiplin kerja, di
dalam Islam, fungsi pengawasan dapat terungkap pada ayat-ayat di
dalam al Qur’an surat As-Shof ayat 3:

(٣)

Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu


mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S As-Shof: 3)28
Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang
yang mengabaikan pengawasan terhadap perbuatannya. Kandungan
ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pengatur alam.
Keteraturan alam raya ini, merupakan bukti kebesaran Allah swt
dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan

26
Wawancara dengan ibu Hj. Suwanah selaku pemilik Pabrik Roti Al-Hana pada tanggal
15 Februari 2017 Pukul 13.30 WIB
27
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT Bumi
Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 247
28
Al-Qur’an, Surat As-Shof Ayat 3, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1992, hlm. 551
75

Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus
mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana
Allah mengatur alam raya ini.
Sejalan dengan kandungan ayat tersebut, manajemen merupakan
sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang
lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai
secara efektif, efesien, dan produktif. Fungsi manajemen adalah
merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan. Sejalan dengan ayat di atas, Allah Swt memberi
arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain rencana
apa yang akan dilakukan dikemudian hari.
c. Pemberian sanksi hukuman
Adapun yang digunakan oleh Pabrik Roti AL-Hana dalam
meningkatkan disiplin kerja karyawan adalah pemberian sanksi atau
hukuman pada setiap karyawan yang tidak mau mematuhi peraturan
dan semaunya sendiri dalam bekerja. Pemberian sanksi itu awalnya
berupa teguran pada tingkat kesalahan yang masing ringan, potong
gaji untuk pelanggaran sedang, meliburkan karyawan beberapa hari
dan yang paling parah yaitu memecat karyawan untuk pelanggaran
diluar batas.”29
Ada aturan, tentunya ada sanksi. Setiap karyawan yang melakukan
pelanggaran harus dikenakan sanksi sesuai yang berlaku di pabrik.
Jika aturan hanya dipajang dan ada karyawan yang melanggar tapi
tidak diberlakukan sangsi, ini akan membuat mereka mengulangi
kesalahan itu lagi dan lagi. jadi, selain aturan, sangsi juga harus
ditegakkan. Dengan adanya sanksi yang nyata, karyawan akan
berpikir dua kali sebelum melakukan pelanggaran.
Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja, terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

29
Wawancara dengan Ibu Hj. Suwanah selaku pemilik di Pabrik Roti Al-Hana pada
tanggal 13 Februari Pukul 09.00 WIB
76

Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan


merupakan faktor penting bagi efektivitas seorang pemimpin.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong
sejumlah orang (dua orang atau lebih) untuk bekerja salam dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan
kerja atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan
pokok suatu organisasi, dalam usaha mencapai tujuannya.30

Perusahaan
(Melalui manajer)

Menetapkan peraturan
dan standar

Mengkomunikasikan peraturan-
peraturan dan standar tersebut

Mengukur perilaku dan kinerja

Berusaha mengubah perilaku


yang tidak tepat atau kinerja
yang buruk

Karyawan

Gambar 4.2: Sistem Disiplin Kerja

30
Undang Ahmad Kamaludin, Op.Cit, hlm. 155-156
77

Sistem disiplin karyawan seperti pada gambar dapat dipandang


sebagai suatu penerapan modifikasi perilaku untuk karyawan bermasalah
atau karyawan yang tidak produktif. Disiplin yang terbaik adalah jenis
disiplin diri. Karena sebagian besar orang memahami apa yang diharapkan
dari dirinya di pekerjaan dan biasanya karyawan diberi kepercayaan untuk
menjalankan pekerjaannya secara efektif.31
Manfaat yang dirasakan setelah adanya pengendalian yaitu:
a. Kita bisa lebih menghargai waktu
b. Menciptakan sikap positif akan perubahan dalam diri.
c. Kita bisa mengatur keuangan dalam keseharian dengan baik dan
benar
d. Senantiasa melakukan inovasi atas kegiatan sehingga kita hidup
kita lebih teratur.
e. Menanamkan disiplin dan formalitas dalam manajemen kita
f. Dengan manajamen segala kegiatan yang dilakukan hasilnya akan
baik
g. Meningkatkan kesadaran kita akan ancaman eksternal sehingga kita
akan terbiasa mempersiapkan rencana lain atas kejadian yang tidak
diinginkan dari faktor luar.
h. Menjadikan kita kooperatif , terintegrasi,dan antusias dalam
mengahadapi masalah dan peluang
3. Analisis Kendala dan Solusi pengendalian karyawan dalam
meningkatkan disiplin kerja
Pada organisasi usaha yang masih dalam skala kecil, manajemen
sumber daya manusia seringkali dipegang sendiri oleh pimpinan
perusahaan. namun apabila organisasi usaha telah tumbuh dan
berkembang, maka pengelolaan sumber daya manusia tidak mungkin lagi
dipegang oleh pelaku usaha sendiri. Setidaknya ketika itu pelaksanaan
administrasi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia telah

31
Didit Darmawan, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, PT. JePe Press Media Utama,
2013, hlm. 42
78

memerlukan bantuan unit kerja sendiri, namun kebijakan tetap dipegang


dan dikendalikan oleh pimpinan perusahaan.
Diantara sumber daya yang paling krusial yang dimiliki perusahaan
adalah sumber daya manusia. Dikatakan paling krusial oleh karena
sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang
sekaligus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
sumber daya yang lain. Sumber daya manusia mampu merencanakan,
melaksanakan dan mengatur sumber daya keuangan, sumber daya fisik,
dan sumber daya informasi.
Dengan demikian didalam organisasi usaha sumber daya manusia
memikili fungsi yang sangat stratejik. Oleh karena memiliki fungsi yang
sangat stratejik, maka didalam pengelolaannya pun memerlukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalianyang statejik pula.32
a. Kendala
Kedisiplinan merupakan hal yang terpenting karena semakin baik
disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dicapainya.
Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan
mencapai hasil yang optimal, namun dalam pencapaian tujuan tidak
lepas dari hambatan.
Adapun hambatan yang dihadapi Pabrik Roti Al-Hana yaitu
sulitnya mengimplementasikan perencanaan yang sudah dibuat oleh
pihak Pabrik Roti Al-Hana dan ketidak disiplinan karyawan yang
masuk kerja tidak sesuai dengan peraturan yang ada dalam Pabrik atau
datang terlambat, itu berarti mereka melalaikan tanggung jawab serta
melanggar peraturan dalam hal ketepatan waktu kerja, ketidaktepatan
waktu kerja disebabkan oleh lemahnya pengawasan manajemen yang
dapat membuka keleluasaan karyawan untuk melakukan tindakan
yang tidak semestinya dilakukan oleh karyawan yang dapat merugikan

32
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil, Alfabeta, Bandung,
2010, hlm. 170
79

perusahaan, sehingga perlu adanya pengendalian dalam mengatasi hal


tersebut.
1) Penetapan standar kerja
Penentuan standar atas prediktor dan hasil akhir merupakan
suatu bagian penting dalam desain proses pengendalian. Tanpa
tolok ukur, manajer barangkali bereaksi secara berlebihan
terhadap penyimpangan yang tidak berarti atau gagal memberikan
reaksi terhadap penyimpangan yang signifikan.
Suatu standar memiliki dua tujuan pokok, yaitu:
a) Untuk memotivasi agar para karyawan dapat berprestasi tinggi
b) Berfungsi sebagai patokan atas kinerja aktual yang akan
dibandingkan33
Sebuah prasyarat mengendalikan merupakan standar
dengan mana kinerja dapat dibandingkan. Jika tidak ada
standar yang ditetapkan, tidak akan ada langkah-langkah efektif
kinerja. Standar untuk semua tingkat manajemen dan
pengawasan harus ditetapkan pada tahap perencanaan dan yang
akan mencerminkan kinerja yang diperlukan untuk setiap
kegiatan. Standar jatuh ke dalam dua kategori besar, standar
kuantitas dan standar kualitas. Setelah standar telah ditetapkan,
beberapa mekanisme harus dibuat. Perangkat dipasang harus
diaktifkan untuk setiap kegiatan, untuk menjaga cek pada
kinerja dan membandingkannya dengan standar yang
ditetapkan.
2) Alat pengendalian
Sistem pengendalian manajemen membantu manajer
menjalankan organisasi menuju tujuan strategisnya. Jadi,
pengendalian manajemen terutama fokus pada pelaksanaan
strategi. Pengendalian manajemen hanyalah merupakan salah satu
alat yang digunakan manajer dalam mengimplementasikan

33
Siswanto, Pengantar Manajemen, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 148
80

strategi yang diingkan. Strategi juga diimplementasikan melalui


struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, dan
budaya.34
Bentuk pengendalian yang digunakan pabrik saat ini sama
dengan yang digunakan pada masa-masa sekolah dulu dimana
pemimpin melakukan pengecekan kehadiran karyawan melalui
pengabsenan menggunakan buku absen.
b. Solusi
1) Memotivasi karyawan
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah
kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,
manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang
termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat.
Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan
dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang akan
senang melakukan pekerjaannya.
2) Pemberharuan alat pengendalian
Adapun Akibat dari ketidakdisiplinan karyawan di dalam suatu
perusahaan adalah target produksi tidak tercapai, biaya produksi
makin besar, dan tujuan jangka panjang terhambat. Maka dari itu
setiap pemimpin harus segera mencari solusi dalam masalah
pengendalian karyawan.
Selain melakukan pengabsenan kepada karyawan pada saat
pagi hari, pengawasan langsung oleh pemimpin serta ketegasan
pemimpin dalam menerapkan sanksi atau hukuman kepada
karyawan bisa juga dijadikan sebagai alat dalam pengendalian
untuk mencegah tindakan karyawan yang tidak sesuai dengan
standar di Pabrik.

34
Hery, Controllership: Knowledge and Management Approach, PT Grasindo, Jakarta,
2014, hlm. 5
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang paling dominan dalam meningkatkan disiplin kerja
karyawan pada Pabrik Roti Al-Hana yaitu tingkat kesadaran diri karyawan,
adanya peraturan yang tegas dari pimpinan, serta pemberian balas jasa
yang seimbang dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Pemimpin yang disiplin akan membuat bawahannya merasa segan
sehingga mereka pun akan mengikuti sifat disiplin pemimpin tersebut.
Selain memberikan contoh yang baik, sebagai atasan juga harus tegas.
Jangan segan untuk menegur karyawan yang kurang disiplin misalnya
terus-terusan mengobrol di jam kerja atau datang terlambat. Jadi disiplin
karyawan adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan,
prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis
maupun yang tidak tertulis.
2. Strategi pengendalian pada Pabrik Roti Al-Hana pada dasarnya sudah baik
karena jelasnya dalam pembuatan peraturan dibuat secara musyawarah dan
disosialisakan langsung kepada kayawan. Selanjutnya pemimpin
melakukan pengamatan terhadap karyawan, bahwa dalam kenyataan
sehari-hari peraturan-peraturan tersebut ada yang ditaati dan ada pula yang
dilanggar. Startegi yang digunakan pimpinan untuk mencegah karyawan
yang telat masuk kerja yaitu dengan melakukan pengabsenan. Selain itu
ada sanksi yang telah diatur oleh pimpinan. Adapun sanksi yang diberikan
oleh Pabrik Roti Al-Hana yaitu:
a) Sanksi pelanggaran ringan berupa teguran lisan
b) Sanksi pelanggaran sedang berupa penurunan gaji
c) Sanksi pelanggaran berat berupa pemberhentian kerja

81
82

3. Kendala
a) Karyawan belum sesuai dengan standar kerja yang ada di pabrik Roti
Al-Hana
b) Alat pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan karyawan
masih sederhana yaitu berupa buku absen
Solusi
a) Memberikan motivasi atau dorongan kepada karyawan yang mulai
melanggar standar-standar kerja di pabrik roti Al-Hana.
b) Berusaha memperbaharui alat pengendalian yang lebih modern dan
menerapkan sanksi nyata yang berupa potong gaji, agar karyawan
berpikir dua kali ketika mau melanggar peraturan.

B. Keterbatasan Penelitian
Meskipun telah diupayakan semaksimal mungkin, namun ternyata
penelitian ini masih banyak keterbatasan penelitian, yang meliputi:
1. Apabila hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai masukan, maka perlu
dipertimbangkan adanya beberapa keterbatasan. Hal ini perlu diperhatikan
dengan maksud agar hasil penelitian ini bermanfaat secara optimal.
2. Objek penelitian yang masih kecil, artinya luas penelitian yang masih
kurang, pada daerah tingkat dua, sehingga kurang bisa digeneralisasi untuk
kota besar.
3. Jumlah responden dalam penelitian ini yang masih sedikit untuk
mendukung kemampuan menggeneralisasi hasil penelitian, sehingga
diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk memperbanyak responden
agar bisa mendukung kemampuan menggeneralisasi hasil penelitian.
4. Kurangnya variabel penelitian yang dimasukkan dalam model, sehingga
memiliki kontribusi penelitian yang kurang luas.
5. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga sehingga penelitian ini kurang
maksimal.
83

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, adapun saran yang diberikan untuk
penelitian selanjutnya meliputi:
1. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama
disarankan untuk lebih meluaskan objek dan subjek penelitian, tidak hanya
di satu desa saja.
2. Bagi Pabrik Roti Al-Hana diharapkan, strategi pengendalian karyawannya
diperbaiki lagi dan berusaha membuat peraturan secara tertulis supaya
dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan. Serta hambatan-hambatan
dalam pengendalian perlu diminimalisir agar tercapai semua tujuan yang
ingin dicapai oleh Pabrik Roti Al-Hana.

D. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahlan kepada Baginda Rasulullah Muhammad
SAW yang kita harapkan syafa’atnya kelak di hari kiamat.
Penulis menyadari meskipun dalam penulisan skripsi ini telah
berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekeliruan, hal ini semata-mata merupakan keterbatasan ilmu
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang
akan datang untuk mencapai kesempurnaan.
Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat menambah
khazanah keilmuan, bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin Yaa Rabbal’Alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, CV.


Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Ahyari Agus, Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, Edisi ketiga, BPFE,
Yogyakarta, 1983.
Alma Buchari, Kewirausahaan, Alfabet, Bandung, 2004

Anthony Robert N. & Govindarajan Vijay, MANAGEMENT CONTROL SYSTEM


Sistem Penegndalian Manajemen, Buku 1, Edisi 11, Salemba Empat,
Jakarta, 2005.

Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, 2012

Baidan Nasharuddin, Etika Islam Dalam Berbisnis, Yogyakarta, 2014

Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, Prenada Media Group, Jakarta, 2007.

D. Sanjari Anno, Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, Bandung, 2014

Darmawan Didit, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, PT. Jepe Press Media


Utama, Surabaya, 2013.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai


Pustaka, Jakarta, 2007.
Fathoni Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Fathoni Abdurrahmat, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. 1, PT Rineka
Cipta, Jakarta, 2006.
Gazali Ahmad, Menuju Masyarakat Industri yang Islami, Jakarta, 1998.
Goenawan Kian, Panduan Paktis Mengurus Izin Usaha, Yogyakarta, 2008

Hani Handoko, Manajemen, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003


Hantoro Sirod, Kiat Sukses Berwirausaha, Adicipta Karya Nusa, Yogyakarta,
2005

Hasibuan Malayu S.P., Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT Bumi


Aksara, Jakarta, 2006.

Hasibuan Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2000.

Hery, Controllership Knowledge and Management Approach, PT Gramedia,


Jakarta, 2014.

Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta, 2002

Kamaluddin Ahmad Undang, Etika Manajemen Islam,Bandung, 2010

Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Akademi Manajemen Perusahaan


YKPN, Yogyakarta.

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Cet. 16, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta, 2002.
Mathis Robert L. & Jackson John H., Manajemen Sumber Daya Manusia,
Salemba Empat, Jakarta.
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta, 2003
Nitisusastro Mulyadi, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil,
ALFABETA, Jakarta, 2010.
Robbins Stephen P., Manajemen, Edisi kedelapan/Jilid 2, PT Indeks, 2007.

Saiman Leonardus, Kewirausahaan:Teori, Praktik, dan Kasus-kasus, Jakarta,


2009
Suadi Arief, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,Bandung, 2008

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005.

Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis, UII Press, Yogyakarta, 2005.
Supomo dan Indriantoro, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntasi dan
Manajemen, Yogyakarta, 2002
Sutrisno Edi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, 2009
Suwiknyo Dwi, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010.
Siswanto, Pengantar Manajemen, cet. 1, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005.

Usman Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan

Widjajakusuma M. Karebet & Yusanto M. Ismail, Pengantar Manajemen Syariat,


Cet. 2, Khairul Bayaan, Jakarta.

Wijaya Toni, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, 2013

Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan


Terjemahannya, Jakarta, 1992
Yukl Gary, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi 5, PT. Indeks, 2005.
Zainal Veithzal Rivai, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Peusahaan:
Dari Teori ke Praktik, Edisi 3, Jakarta, Rajawali Pers, 2014.

Anda mungkin juga menyukai