Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi

Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya-biaya dibedakan berdasarkan
waktu atau kapan biaya-biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan (revenue). Pengklasifikasian
seperti ini berguna bagi manajemen dalam membandingkan beban-beban (expenses) dengan pendapatan
(revenues) secara layak dalam rangka penyusunan laporan keuangan (financial statement). Sehubungan
dengan periode akuntansi ada dua kategori kelompok biaya sebagai berikut.

 Biaya Produk
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya produksi (manufacturing cost) yaitu
bahan langsung , tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini pada saat terjadinya
dicatat dan dialokasikan sebagai persediaan (inventory), tetapi apabila terjadi penjualan atas
persediaan atau produk, maka biaya dari persediaan akan menjadi “harga/beban pokok penjualan”
(expenses) yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah terealisir dari penjualan
tersebut.
 Biaya Periode
Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan
periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini bisa bermanfaat untuk memperoleh
pendapatan dalam beberapa periode akuntansi yang berjalan. Contoh biaya ini adalah biaya
pemasaran dan biaya administrasi.
Jika dihubungkan dengan manfaat yang diterima dari suatu pengeluaran, di mana biaya
yang dikeluarkan ini hanya bermanfaat untuk satu periode akuntansi, maka disebut pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure) dan dicatat sebagai beban (expenses). Apabila biaya ini
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi disebut pengeluaran modal (capital
expenditure) dan mula-mula dicatat sebagai aset (asset) dan berdasarkan berlakunya waktu akan
berubah menjadi beban (expense). Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya perawatan
mesin, sedangkan contoh untuk pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian gedung
di mana awalnya akan dicatat sebagai gedung (bagian dari aset tetap) dan secara bertahap
dibebankan melalui beban penyusutan gedung.
Kebijakan manajemen dalam bidang keuangan juga memengaruhi ketepatan kedua
pengelompokan dari biaya periode ini. Pertimbangannya tidak hanya berdasarkan pada masa
manfaatnya saja tetapi juga kepada besarnya jumlah pengeluaran. Manajamen juga menetapkan
batas jumlah pengeluaran tertentu (materiality) yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran
modal. Misalnya untuk pengeluaran Rp500.000 atau lebih dicatat sebagai pengeluran modal
(capital expenditure), dan untuk pengeluaran dibawah itu langsung dicatat sebagai beban
(revenue expenditure) periode akuntansi berjalan.
Penyesuain atas biaya periode ini dari aset (capital expenditure) menjadi beban (revenue
expenditure) karena berlalunya waktu atau habis masa manfaatnya, biasanya terdapat pada biaya-
biaya yang berhubungan dengan fungsi penjualan dan fungsi administrasi sebagai contoh
mengenai beban penyusutan gedung di atas.

Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Fungsional

Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen
dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian biaya atas dasar fungsi-fungsi yanga da dalam suatu
organisasi perusahaan,
Anggaran operasi disusun untuk setiap fungsi, dan selanjutnya dibandingkan dengan biaya yang
sesunguhnya terjadi dan juga dihimpun menurut fungsi-fungsi tersebut. Penyimpangan yang terjadi akan
dianalisis oleh manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan atas penyimpangan yang tidak
wajar. Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Biaya produksi, biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk hingga siap untuk dijual.
b. Biaya penjualan, biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk atau jasa.
c. Biaya umum/administrasi, biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin, mengendalikan, dan
menjalankan sutau perusahaan.
Siklus Akuntansi Biaya
Pada dasarnya prosedur-prosedur dalam siklus akuntansi biaya tidak berbeda dengan apa yang dipelajari
dalam akuntansi keuangan. Akuntansi biaya lebih rinci dalam menyajikan persediaan yang
dikelompokkan menjadi 3(tiga) yaitu sebagai berikut.
a. Persediaan bahan baku, adalah akun persediaan untuk bahan baku yang belum diolah dalam
proses produksi.
b. Persediaan barang dalam proses adalah akun persediaan untuk barang yang pada saat pelaporan
masih di dalam proses produksi.
c. Persediaan barang jadi adalah akun persediaan untuk barang siap dijual
Ketiga jenis persediaan tersebut akan terkait dalam siklus akuntansi biaya yang menggambarkan
arus biaya(cost) dan beban (expense) serta proses pencatatan transaksi dalam suatu perusahaan
manufaktur untuk maksud penentuan harga pokok
Akuntansi biaya mencatat dan mengukur elemen-elemen biaya yang timbul dan mengalir melalui
proses produksi. Akun-akun yang biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kegiatan produksi
adalah: persediaan bahan (materials), gaji dan upah(payroll), biaya overhead pabrik(factory overhead
control), barang dalam proses (work in process/goods in process), dan barang jadi(finished goods).

Gambar 2d. Siklus Akuntansi Biaya


Akun-akun ini tidak hanya terkait pada kegiatan dalam proses produksi saja yaitu dari pemakaian
bahan untuk produksi hingga barang selesai dan siap untuk dijual, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan
lainnya yang bersifat umum seperti perolehan bahan dan penjualan barang. Oleh karena itu, dalam
mencatat arus biaya dari perolehan bahan kemudian dipakai untuk proses produksi dan hingga terjadinya
penjualan tergambar adanya hubungan antara akun-akun biaya (cost accounts) tersebut di atas dengan
akun-akun umum (general accounts) dalam akuntansi keuangan yakni pada waktu perolehan bahan dan
penjualan barang yang diproduksi. Hubungan antara akun biaya ini dengan akun-akun umum dapat dilihat
pada Gambar 2d.
Akun-akun buku besar umum (general ledger) yang mempunyai buku tambahan (subdiary
ledger) disebut dengan akun induk atau akun pengendali (controlling account). Dalam perusahaan
manufaktur, buku tambahan yang dipergunakan lebih diperluas lagi dari buku tambahan yang umumnya
ada dalam perusahaan dagang, seperti misalnya buku tambahan piutang dagang yang merupakan rincian
dari akun piutang dagang di buku besar, buku tambahan utang dan buku tambahan persediaan barang
dagang.
Perluasan buku tambahan yang utama untuk perusahaan manufaktur adalah buku tambahan bahan
(material ledger card) yang merupakan rincian akun buku besar bahan. Akun ini mencakup beratur-ratus
elemen-elemen bahan yang berbeda. Akun biaya overhead pabrik meliputi bahan tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, biaya-biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti sewa, asuransi, penyusutan,
pemeliharaan, dan lain-lain. Dalam buku ini digunakan satu akun pengendali untuk mencatat persediaan
bahan baku dan bahan tidak langsung yaitu akun persediaan bahan.
Siklus akuntansi biaya juga bermula dari bukti transaksi atau dokumen sumber yang setelah dicek
dan disetujui, selanjutnya dijurnal dan dipindahbukukan ke akun-akun buku besar umum (general ledger)
dan ke akun-akun buku besar tambahan yang diperlukan (subsidiary ledgers).
Untuk memindahbukukan arus biaya dari bukti transaksi ke akun-akun buku besar, dapat
dipermudah dengan menggunakan jurnal voucher (journal voucher). Dokumen ini merupakan bukti
transaksi yang disediakan perusahaan untuk menggolongkan transaksi yang sejenis ke akun-akun yang
ada dalam bagan akun perusahaan. Jurnal voucher yang telah ditandatangani atau diperi persetujuan
merupakan ayat-ayat jutnal yang siap untuk dipindahbukukan ke akun-akun buku besar. Contoh jurnal
voucher dengan transaksi pembelian bahan baku sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut.
Dokumen sumber yang biasa dipergunakan sebagai bukti transaksi untuk mendukung transaksi
yang dicatat dalam jurnal voucher dapat ditunjukkan dalam tabel berikut.

BAHAN BAKU DAN BAHAN TIDAK DOKUMEN SUMBER


LANGSUNG
1. Pembelian dan penerimaan bahan baku dan - faktur pembelian, order pembelian, bukti
bahan tidak langsung. permintaan pembelian, bukti penerimaan
barang (the receiving report)
2. Permintaan atau pemakaian bahan baku dan - Bukti permintaan bahan (materials
bahan tidak langsung untuk produksi. requistions)
3. Pengembalian bahan baku dan bahan tidak - nota debit
langsung ke pemasok (suplier)
4. Pengembalian bahan dari produksi ke gudang - Slip pengembalian baham (materials returned
slip)
TENAGA KERJA
1. Pembuatan daftar gaji dan upah - Kupon waktu atau daftar waktu serta kartu
waktu
2. Pembebanan gaji dan upah - Kupon waktu atau daftar waktu serta kartu
waktu
OVERHEAD PABRIK - Slip penentuan alokasi biaya penyusutan dan
asuransi, faktur, surat penagihan untuk listrik,
air, telepon, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai