Anda di halaman 1dari 12

Cirebon

Kesultanan

Braino Daud Arizal – 122111433025


Apa yang akan kita
bahas?
Awal Berdiri
Ekspansi Wilayah
Masa Kejayaan
Masa Kehancuran
Peninggalan
Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi
sejarah adalah ibrah, pelajaran, yang bisa
kita tarik ke masa sekarang, untuk
mempersiapkan masa depan yang lebih
baik.
Ahmad Fuadi
Awal Berdiri
Awalnya wilayah Cirebon terdiri dari Cirebon Larang (pesisir) di bawah
kuasa Ki Gendeng Jumajan Jati yang mencakup daerah Singapura
(Sekarang Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon)
dan Pelabuhan Muara Jati, serta Cirebon Girang (pedalaman) di bawah
kuasa Ki Gendeng Kasmaya yang meliputi seluruh daerah Wanagari.
Kemudian, Pangeran Walangsungsang (Haji Abdullah Iman), putra Prabu
Siliwangi menyatukan kedua wilayah Cirebon pada tahun 1430. Lalu pada
tahun 1479, Sang Pangeran menyerahkan kekuasaannya kepada
keponakannya, Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang kemudian
berusaha melepaskan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran. Pada tahun 1482,
Sunan Gunung Jati menyatakan kepada Prabu Siliwangi bahwa Cirebon
tidak akan lagi membayar upeti dan berakhirlah pengaruh Pajajaran di
sana.
Ekspansi Wilayah
Banten (1526)
Putra Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin berhasil
menyatukan wilayah pesisir dan pedalaman Wahanten menjadi
Kesultanan Banten, lalu diangkat sebagai Sultan.
Sunda Kelapa (1527)
Fatahillah beserta pasukan koalisi Cirebon-Demak-Banten
berhasil menguasai pelabuhan strategis di Sunda Kelapa dan
mengusir pasukan Portugis.
Rajagaluh (1528)
Prabu Cakraningrat memaksa Adipati Awangga dari Kuningan
untuk bayar upeti, namun dibalas dengan penaklukan Rajagaluh
oleh Kesultanan Cirebon selaku induk wilayah Kuningan.
Masa Kejayaan
Penyebaran Dakwah Pelabuhan
Berhasil menyebarkan ajaran Berhasil menguasai seluruh
Islam ke hampir seluruh Jawa pelabuhan di pantai utara Jawa
Barat dan Banten, serta Barat dan menjadi jalur
beraliansi dengan Demak dan pelayaran internasional.
Banten.

Pembangunan Perdagangan
Berhasil membangun jalan Berhasil menjalin hubungan
penghubung Alun-Alun perdagangan dengan bangsa-
Keraton Pakungwati dan bangsa lain seperti Cina,
Pelabuhan Muara Jati sebagai Arab, India, Campa, dan
penopang perekonomian. Malaka.
Masa Kehancuran
Kehancuran Kesultanan Cirebon dimulai ketika Pangeran Abdul
Karim menjadi sultan bergelar Panembahan Ratu II,
menggantikan kakeknya yang merupakan cicit Sunan Gunung
Jati, Sultan Mas Zainul Arifin yang meninggal pada 1649. Ia
sendiri adalah menantu dari Susuhunan Amangkurat I dari
Kesultanan Mataram yang sangat menginginkan wilayah
Cirebon. Mengetahui hal itu, VOC langsung mengambil
kesempatan dengan adu domba para adipati Mataram dengan
Sang Sunan yang menghasilkan kerja sama Mataram dan VOC.
Masa Kehancuran
Lalu, Sunan Amangkurat I membuat undangan dan mengirimkannya kepada Panembahan
Ratu II dan dua putranya antara 1650-1662. Sesampainya di Mataram dan setelah upacara
penghormatan itu selesai, mereka langsung dijadikan tahanan politik. Mengetahui hal itu,
Sultan Ageng Tirtayasa langsung menjadikan Cirebon sebagai wilayah proktetorat
Kesultanan Banten dan mengangkat putra ketiga Sultan Karim, Pangeran Wangsakerta
sebagai wali sultan. Sampai akhirnya antara 1662-1677, Panembahan Ratu II wafat dan
dimakamkan di Girilaya, Yogyakarta. Saat itu juga Sultan Ageng Tirtayasa melalui tangan
Raden Tronojoyo menyerang Mataram dan berhasil membebaskan 2 putra Sultan Karim.
Setelah itu mereka diberi 3 kekuasaan di Cirebon. Pangeran Wangsakerta di Panembahan
Cirebon, Pangeran Martawijaya di Kesultanan Kanoman, dan Pangeran Kartawijaya di
Kesultanan Kasepuhan. Meski sudah pecah, VOC tetap saja punya campur tangan di sana.
Dan pada akhirnya tahun 1906, pemerintah Belanda resmi menghapus pemerintahan
Kesultanan Cirebon dan diganti dengan Gemeente Cheirebon yang sampai masa
kemerdekaan Indonesia diteruskan oleh Kota dan Kabupaten Cirebon.
Peninggalan

Masjid Makam Keraton


Masjid Agung Sang Makam Sunan Gunung Jati Keraton Keprabon
Cipta Rasa
Referensi
Bochari, Sanggupri dan Kuswiah, Wiwi, 2001. Sejarah Kerajaan
Tradisional Cirebon. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Lubis, Nina Herlina, et.al. 2003. Sejarah Tatar Sunda. Jilid I.
Bandung: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dan Masyarakat
Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat
Sulendraningrat, Pangeran Sulaiman, 1985. Sejarah Cirebon.
Jakarta: Balai Pustaka
Bukti
Unggahan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai