Anda di halaman 1dari 17

MATERI SKI XII _KD. 3.

1
(pertemuan minggu 2 Agustus 2020)

B. SEJARAH KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad


ke-13 sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh
maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab,
India, Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan
wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
1. Kerajaan Islam di Jawa
a. Kesultanan Demak (1500 - 1550)
Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah kesultanan
Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478.
Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) dari kerajaan
Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa
dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan
segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara
kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke
Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan
bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan
didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada
masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah
menjadi kota Demak di Jawa Tengah.
1) Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Demak dan proses
perkembangannya
Pada saat kerajaan
Majapahit mengalami masa
surut, secara praktis
wilayah-wilayah
kekuasaannya mulai
memisahkan diri. Wilayah-
wilayah yang terbagi
menjadi kadipaten-
kadipaten tersebut saling
Gbr. Masjid Demak serang, saling mengklaim
Sumber http://pendidikan
sejarah.blogspot.com sebagai pewaris tahta
Majapahit. Pada akhirnya
Raden Patah mendapat
dukungan dari para wali untuk mendirikan Kerajaan Demak. Raden Patah
juga mendapat dukungan daerah perdagangan seperti daerah pesisir Tuban
dan Cirebon. Pada masa pemerintahannya Raden Patah, agama Islam
mengalami perkembangan pesat. Hal ini dimungkinkan karena gencarnya
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para walisongo dan bantuan dari
daerah pesisir. Raden Patah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah
sebagai raja Demak dipimpin langsung oleh Sunan Ampel dan didukung
para wali lainnya. Pada masa pemerintahannya wilayah Kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa
daerha di Kalimantan. Pada waktu kerajaan Malaka jatuh ke tangan
Portugis, Raden Patah ikut membantu dengan mengirimkan putranya yang
bernama Pati Unus untuk menyerang Portugis.

2) Demak di bawah Pati Unus


Demak di bawah Pati Unus adalah dengan menjadikan Demak sebagai
kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa
terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di
Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu
waktu.
3) Demak di bawah Sultan Trenggono
Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah
Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaranserta menghalau
tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun
(1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan,
kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima
perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera),
yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal
pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan
kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.
4) Kemunduran Demak
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Ia ditentang
oleh adik Sultan Trenggono, yaitu Pangeran Suksesi ke tangan Sunan Prawoto
tidak berlangsung mulus Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen
akhirnya terbunuh. Pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya
"dihabisi" oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen.
Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya
Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri adipati Jepara, dan hal ini
menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.
Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh
pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko Tingkir memindahkan
istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang.

b. Kesultanan Banten (1524 - 1813)


Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan
mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber
Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda
selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan
Cimanuk.
Peletak dasar Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah datau Sunan
Gunung Jati. Syarif Hidayatulloh menguasai nagian barat pantai utara Jawa
untuk menundukkan kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten dijadikan sebagai
basis penyerangan kerajaan Demak dan Cirebon untuk menguasai kerajaan
Pajajaran dan pelabuhan Sunda kelapa. Penyerangan ke kerajaan Pajajaran
dilakukan karena penolakan kerajaan Pajajaran dalam penyebaran agama Islam.
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari
Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang pertama bernama
Maulana Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali
Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan
kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat
(1570). Pangeran Jepara merasa
berkuasa atas Kerajaan Banten
daripada anak Maulana Yusuf yang
bernama Maulana Muhammad karena
Maulana Muhammad masih terlalu
Lukisan litograf Masjid Agung Banten
.pada kurun 1882-1889 muda. Akhirnya Kerajaan Jepara
Sumberhttp://id.wikipedia.org/wiki
menyerang Kerajaan Banten. Perang ini
dimenangkan oleh Kerajaan Banten
karena dibantu oleh para ulama.
1) Puncak kejayaan
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan
Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan
internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah
kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan
Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung.
Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi
Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
2) Masa kekuasaan Sultan Haji
Pada jaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682,
wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat
Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di
Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan
dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC
memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
3) Penghapusan kesultanan
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial
Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa
turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks
dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman
William Daendels tahun 1808.
4) Nama-nama Kesultanan Banten
a) Sunan Gunung Jati
b) Sultan Maulana Hasanudin 1552 - 1570
c) Maulana Yusuf 1570 - 1580
d) Maulana Muhammad 1585 - 1590
e) Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir1605 - 1640 (dianugerahi
gelar tersebut pada tahun 1048 H (1638) oleh Syarif Zaid, Syarif
Makkah saat itu.)
f) Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
g) Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1680
h) Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) 1683 - 1687
i) Abdul Fadhl / Sultan Yahya (1687-1690)
j) Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
k) Muhammad Syifa Zainul Ar / Sultan Arifin (1750-1752)
l) Muhammad Wasi Zainifin (1733-1750)
m) Syarifuddin Artu Wakilul Alimin (1752-1753)
n) Muhammad Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
o) Abul Mafakir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
p) Muhyiddin Zainush Sholihin (1799-1801)
q) Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
r) Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
s) Aliyuddin II (1803-1808)
t) Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
u) Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
v) Muhammad Rafiuddin (1813-1820)

c. Kesultanan Mataram (1586 - 1755)


Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Jawa yang didirikan oleh
Sutawijaya, keturunan dari Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah
sebidang tanah dari raja Pajang, Hadiwijaya, atas jasanya. Kerajaan Mataram
pada masa keemasannya dapat menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya
termasuk Madura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat
hingga kini, seperti wilayah Matraman di Jakarta dan sistem persawahan di
Karawang.
1) Masa awal
Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal
Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya
hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang.
Pusat pemerintahan berada
di Mentaok, wilayah yang
terletak kira-kira di timur
Kota Yogyakarta dan selatan
Bandar Udara Adisucipto
sekarang. Lokasi keraton
pada masa awal terletak di
Gbr.Kesultanan Mataram Banguntapan, kemudian
Sumberhttp://www.kumpulansejarah.com
dipindah ke Kotagede.
Sesudah ia meninggal
kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar
Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena
beliau wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak.
Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda
Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas
Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro
menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas
Jolang yang bernama Mas Rangsang.
2) Sultan Agung
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung
Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada
masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah
Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura. Ia memindahkan lokasi kraton
ke Kerta. Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara
Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi
dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam
beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat, ia
digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).
3) Terpecahnya Mataram
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647), tidak
jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan,
melainkan sunan. Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak
ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan
besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu
dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga
dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat
Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak
puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan
lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton
yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-
1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726),
Pakubuwana II (1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena
menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai
raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan
perpecahan internal. Amangkurat III memberontak hingga tertangkap di
Batavia lalu dibuang ke Ceylon.
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III
setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari1755.
Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil
dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa
Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan
wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan
bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris"
dari Kesultanan Mataram.

2. Kerajaan Islam di Sumatera, Malaka dan Aceh


Dalam catatan sejarah, ada kerajaan Islam di Sumatera, Malaka dan Aceh,
antara lain:
a. Kesultanan Samudera Pasai

Kesultanan
Samudera Pasai, juga
dikenal dengan
Samudera, Pasai, atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan Islam yang
terletak di pesisir timur Laut Aceh.Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Kerajaan ini merupakan keraaan Islam
pertama di Indonesia. Penguasa kerajaan Samudera Pasai terdiri atas dua
dinasti, yaitu Dinasti Meurah Khair dan Meurah Silu sebagaimana dalam
penjelasan berikut.

1) Dinasti Meurah Khair


Pendiri dan raja pertama kerajaan Samudera Pasai adalah Murah
Khair yang bergelar Maharaja Mahmud Syah. Pengganti beliau adalah
Maharaja Mansyur Syah. Kemudian dilanjutkan oleh Maharaja Giyasuddin
Syah. Raja kerajaan Samudera Pasai
berikutnya adalah Meurah Noe yang
bergelar Maharaja Nuruddin, beliau
juga dikenal dengan Tengku Samudera
atau Sultan Nazimuddin al Kamil,
beliau tidak dikaruniai keturunan
sehingga ketika ia wafat, kerajaan
samudra pasai mengalami kekacauan
.karena perebutan kekuasaan
Gbr. Makam Malik as Saleh

2) Dinasti Meurah Silu


Dinasti ini didirikan oleh Meurah Silu yang bergelar Malik al-Saleh. Ia
merupakan keturunan Raja Perlak yang mendirikan kedua dinasti
.diKerajaan Samudera Pasai

Nama-nama raja yang memerintah pada Kerajaan Samudera Pasai, antara lain:

1) Malik as Saleh (1285-1297 M)


Pada masa Malik as Saleh sistem pemerintahan kerajaan dan angkatan
perang laut telah terstruktur rapi, serta mengalami kemakmuran terutama
setelah pelabuhan Pasai dibuka. Menjadikan hubungan kerajaan Samudera
Pasai dan Perlak berjalan harmonis. Terbukti Meurah Silu menikah dengan
puteri raja Perlak yang bernama Ganggang Sari. Kondisi demikian semakin
memperkuat pengaruh kerajaan Samudera Pasai di Pantai Timur Aceh dan
.berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di Selat Malaka

2) Muhammad Malik Zahir (1297-1326M)


3) Mahmud Zahir (1326-1345M)
4) Mansur Malik Zahir (1345-1346M)
5) Achmad Malik Zahir (1346-1383M)
6) Zainal Abidin (1383-1403M)
Masa pemerintahannya meliputi
daerah Kedah di Semenanjung Malaya,
beliau juga aktif dalam menyebarkan
Islam ke pulau Jawa dan Sulawesi
dengan mengrim ahli dakwah seperti
Maulana Malik Ibrahim dan Maulana
Ishak.

Samudera Pasai merupakan kota dagang yang mengandalkan lada


sebagai komoditi andalannya dan pada umumnya masyarakat Pasai telah
menanam padi di ladang yang dipanen dua kali dalam setahun bahkan
memiliki sapi perah yang mengasilkan keju. Selain itu letak Pasai sangat
strategis di selat Malaka yang menyebabkan pelabuhan Samudera Pasai
dikunjungi banyak pedagang.
Perkembangan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang besar
ditunjang dengan diberlakukannya hukum
atau syariá t Islam dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

b. Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17)

Kesultanan Malaka (1402-1511)


adalah sebuah kesultanan yang
didirikan oleh Parameswara, seorang
putera Sriwijaya yang melarikan diri
dari perebutan Palembang oleh
.Majapahit
Pada 1402, dia mendirikan
sebuah ibu kota baru, Melaka yang
terletak pada penyempitan Selat
Malaka. Pada 1414, dia berganti
menjadi seorang Muslim dan menjadi
.Sultan Malaka
Kesultanan ini berkembang pesat
menjadi sebuah entrepot dan menjadi
pelabuhan terpenting di Asia Tenggara
16 pada abad ke-15 dan awal
.Kegemilangan yang dicapai oleh Kerajaan Melaka adalah daripada beberapa
faktor yang penting. Antaranya, Parameswara telah mengambil kesempatan
untuk menjalinkan hubungan baik dengan negara Cina ketika Laksamana Yin
Ching mengunjungi Melaka pada tahun 1402. Malah, salah seorang daripada
sultan Melaka telah menikahi seorang putri dari negara Cina yang bernama
Putri Hang Li Po. Hubungan erat antara Melaka dengan Cina telah memberi
banyak manfaat kepada Melaka. Melaka mendapat perlindungan dari negara
Tiongkok yang merupakan sebuah kuasa besar di dunia untuk mengelakkan
.serangan Siam
Malaka diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque pada 10 Agustus1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus1511.
Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di
sana. Pada tahun 1526 Portugis
membumihanguskan Bintan, dan Sultan
kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat
dia wafat dua tahun kemudian. Putranya
Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak,
sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat
Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Berikut nama-nama raja-raja Malaka, antara
:lain
Gbr. Masjid Raya
Baiturrahman
1) Parameswara (1402-1424)
Sumberhttp://id.wikipedia.org/wiki 2) Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3) Sultan Muzaffar Syah (1444-1459)
4) Sultan Mansur Syah (1459-1477)
5) Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
6) Sultan Mahmud Syah (1488-1528)

c. Kesultanan Aceh (abad ke-16 - 1903)

Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari


Samudera Pasai yang pada tahun 1360 ditaklukkan oleh Majapahit hingga
kemundurannya di abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau
Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamnya
adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil
awal 913H atau pada tanggal 8 September1507. Dalam sejarahnya yang
panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan
begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam
menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan
sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga
.kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain
1) Sejarah Awal mula
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun
1496. Diawal-awal masa pemerintahannya wilayah Kesultanan Aceh
berkembang hingga mencakup Daya, Deli, Pedir, Pasai, dan Aru. Pada
tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537.
Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-
Kahar yang berkuasa hingga tahun 1568.
2) Masa kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636). Pada masa
kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul mundur kekuatan
Portugis dari selat Malaka. Kejadian ini dilukiskan dalam La Grand
Encyclopedie bahwa pada tahun 1582, bangsa Aceh sudah meluaskan
pengaruhnya atas pulau-pulau Sunda (Sumatera, Jawa dan Borneo) serta
atas sebagian tanah Semenanjung Melayu. Selain itu Aceh juga melakukan
hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia.
Pada tahun 1586, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap
Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal
perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas
dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Walaupun
Aceh telah berhasil mengepung Melaka dari segala penjuru, namun
penyerangan ini gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara
Portugis dengan kesultanan Pahang.
Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh
telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka
menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah
Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-
Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin ar-
Raniry dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili
dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil.
3) Kemunduran
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan
Iskandar Tsani pada tahun 1641. Kemunduran Aceh disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda
di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah
Minangkabau, Siak, Deli dan Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan
Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan
diantara pewaris tahta kesultanan.
Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi
kekuasaan kepada Belanda untuk menguasai segala kawasan
British/Inggris di Sumatra sementara Belanda akan menyerahkan segala
kekuasaan perdagangan mereka di India dan juga berjanji tidak akan
menandingi British/Inggris untuk menguasai Singapura.
Pada akhir Nopember 1871, lahirlah apa yang disebut dengan
Traktat Sumatera, dimana disebutkan dengan jelas "Inggris wajib berlepas
diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di
bagian manapun di Sumatera. Pembatasan-pembatasan Traktat London
1824 mengenai Aceh dibatalkan." Sejak itu, usaha-usaha untuk menyerbu
Aceh makin santer disuarakan, baik dari negeri Belanda maupun Batavia.
Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh
akhirnya jatuh ke pangkuan kolonial Hindia-Belanda. Sejak kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945, Aceh menyatakan bersedia bergabung ke
dalam Republik indonesia atas ajakan dan bujukan dari Soekarno kepada
pemimpin Aceh Tengku Muhammad Daud Beureueh saat itu

3. Kerajaan Islam di Sulawesi


a. Kesultanan Gowa dan Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo merupakan
kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan
dan memiliki hubungan baik. Pada awalnya di
daerah Gowa terdapat sembilan komunitas,
yang dikenal dengan nama Bate Salapang
(Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung,
Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara,
baik damai maupun paksaan, komunitas
lainnya bergabung untuk membentuk
Kerajaan Gowa. Masing-masing kerajaan
tersebut membentuk persekutuan sesuai
dengan pilihan masing-masing. Salah satunya
adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah
ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama
ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
1) Letak geografis
Secara geografis daerah
Sulawesi Selatan memiliki posisi
yang sangat strategis, karena
berada di jalur pelayaran
(perdagangan Nusantara). Bahkan
daerah Makasar menjadi pusat
persinggahan para pedagang baik
yang berasal dari Indonesia bagian
Timur maupun yang berasal dari
Indonesia bagian Barat. Dengan
posisi strategis tersebut maka
Kerajaan Gowa dan Tallo
berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.

2) Faktor-faktor penyebab Kerajaan Gowa Tallo berkembang


menjadi pusat perdagangan, sebagai berikut:
a) Letaknya strategis yaitu
sebagai penghubung
pelayaran Malaka dan
Jawa ke Maluku.
b) Letaknya di muara sungai,
sehingga lalu lintas
perdagangan antar
daerah pedalaman
berjalan dengan baik.
c) Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk
menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di
pelabuhan ini terjamin.
d) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari
daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
e) Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang
memperhatikan pemngembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa.
Akibatnya dapat diambil alih oleh Makasar.
f) Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan
kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.

3) Pendiri Gowa dan Tallo dan raja terkenalnya


a) Raja Tumanurunga (1300+), merupakan Raja pertama sekaligus pendiri
dari Kerajaan Gowa dan Tallo (Kerajaan Makassar)dan yang terakhir
adalah Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad
Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir,
meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
b) Sultan Alauddin (1591-1638M) yang nama aslinya Karaeng Ma’towaya
Tumamenanga merupakan raja pertama yang memeluk agama Islam dan
kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim.
c) Setelah Sultan Alauddin wafat dilanjutkan Muhammad Said (1639-
1653M)
d) Raja yang terkenal dari Kerajaan Gowa dan Tallo adalah Sultan
Hasanuddin dengan julukannya Ayam Jantan dari Timur.

Dengan prestasinya untuk memporak-


porandakan kedudukan Belanda (VOC) dalam
menguasai wilayah Makassar. Ini menyebabkan
Belanda terpaksa mundur dari wilayah
Makassar sebelum melakukan penyerangan
besar-besaran.

4. Kerajaan Islam di Maluku


a. Ternate dan Tidore

1) Letak Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate dan Tidore,
sebelah barat pulau Halmahera.
Kerajaan ini terletak di kepulauan
Maluku, di wilayah ini terdapat dua
persekutuan yaitu:

a. Ulilima (pulau Obi, Bacan).


b. Seram,Ambon, Ternate pemimpinnya).
c. Ulisiwa (pulau Makyan, Jailolo, dansekitar Irian Barat yang di pimpin
oleh Tidore.
2) Kehidupan Politik
Persaingan antar Ulilima dan Ulisiwa bersaing menguasai Maluku
(dimanfaatkan oleh bangsa pendatang seperti Portugis dan Spanyol)
a) Portugis àTernate.
b) Spanyol àTidore (dikalahkan)
c) Menghasilkan perjanjian Saragosa1528
d) Menetapkan Portugis sebagai penguasa Maluku dan Spanyol pindahke
Filipina.
e) Kesewenangan Portugis membuat Ulilima
dan Ulisiwa bersatu Sultan Hairun.
f) Baru pada masa Sultan Baabullah Maluku (Ternate dan Tidore)
mengusir Portugis 1575.
g) Ternate-Tidore mencapai kejayaannya. 

3) Kehidupan Ekonomi
a) Ternate-Tidore berkembang sebagai kerajaan Maritim.
b) Penghasil komoditi perdagangan rempah-rempah.
c) Kedatangan pedagang Ternate, Jawa, Melayu,pedagang Arab
4) Kehidupan Sosial Budaya
a) Islam berkembang di Maluku
b) Seni Bangunan Mesjid dan Istana Raja
c) Agama Katolik juga berkembang
d) Jumlah perahu (kora-kora)
e) Keaneka ragaman agama.

b. Sejarah berdirinya kerajaan Ternate


Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk
Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Momole (kepala
marga), merekalah yang pertama - tama mengadakan hubungan dengan para
pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah - rempah. Tahun
1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai Kolano
(raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Sehingga
dibangunlah kerajaan yang berpusat di kampung ternate tersebut.
1) Silsilah raja-raja Kerajaan Ternate
Zainal Abidin - Sultan Tarbaji - Sultan Khairun - Sultan Baabullah. Kerajaan
Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah.
2) Prestasi Kerajaan Ternate
a) Berhasil mengusir portugis dari maluku
b) Berhasil menahan spanyol untuk kembali lagi menguasai maluku
c) bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang
digunakan masyarakat timur Indonesia
d) Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate
Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November
1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
3) Penyebab kemunduran bahkan keruntuhan kerajaan Ternate :
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat
terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-
orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa
barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses
perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat.
Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi
kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

c. Sejarah berdirinya kerajaan Tidore

Tidore merupakan salah satu pulau


yang terdapat di gugusankepulauan
Maluku. Sebelum Islam datang ke
bumi Nusantara, Tidore dikenal
dengan nama Kie Duko, yang berarti
Sumberhttp://mastugino.blogspot.com
pulau yang bergunung api.
Penamaan ini sesuai dengan kondisi
topografi Tidore yang memiliki gunung api bahkan tertinggi di
gugusankepulauan Malukuyang mereka namakan gunung Marijang. Saat ini,
gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore berasal dari gabungan
dua rangkaian kata bahasa Tidore dan Arab dialek Irak : bahasa Tidore, To ado
re, artinya, ‘aku telah sampai’ dan bahasa Arab dialek Irak anta thadore yang
berarti ‘kamu datang’. Penggabungan dua rangkaian kata dari dua bahasa ini
bermula dari suatu peristiwa yang terjadi di Tidore. Menurut kisahnya, di
daerah Tidore ini sering terjadi pertikaian antar para Momole (kepala suku),
yang didukung oleh anggota komunitasnya masing-masing dalam
memperebutkan wilayah kekuasaan persukuan. Pertikaian tersebut
seringkalimenimbulkan pertumpahan darah. Usaha untuk mengatasi
pertikaian tersebut selalu mengalami kegagalan.
1) Silsilah raja-raja Kerajaan Tidore
Sultan Jamaludin - Sultan Almansur -Sultan Amiruddin Iskandar
Zulkamaen- Sultan Saifuddin - Sultan Kamaluddin - Sultan Nuku. Kerajaan
Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
2) Penyebab kemunduran bahkan keruntuhan kerajaan
Tidore :
1635 : Rakyat melawan belanda atas keputusannya
untuk menebang pohon besar-besaran
1641 : Pasukan yang dipimpin oleh Ambon Salahakan
Luhu menggempur markas belanda, tetapi dia
ditangkap dan dieksekusi mati
1650 : Bangsawan ternate melakukan perlawanan atas
sikap Sultan Mandarsyah yang terlampau akrab
dan dianggap cenderung menuruti kemauan
Belanda.
: Sultan Sibori melakukan perlawanan kepada
belanda dengan menjalin persekutuan dengan
Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao.
1914 : Sultan Haji Muhammad Usman Syah melakukan
perlawanan terhadap belanda, tapi kalah karena
senjata belanda lebih tangguh dan canggih

3) Masuknya agama Islam di maluku melalui jalur


perdagangan
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa
menyebarkanIslam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di
Maluku, contohnya kerajaan ternate dan tidore. Mereka adalah dua kerajaan
yang memiliki peran yang menonjol dalammenghadapi kekuatan-kekuatan
asing yang mencoba menguasai Maluku.
Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing
memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate
dan Tidore merupakan daerah yang menjadi pusat perdagangan rempah-
rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua),
dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah
Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan
Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Dari persaingan tersebut
muncul 2 persekutuan dagang:
a) Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate
meliputiBacan, Seram, Obi, dan Ambon.
b) Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore
meliputi; Halmahera, Jailalo sampai ke Papua.(3)
Tugas untuk dikerjakan minggu depan

Silahkan anak-anak membuat rangkuman singkat tentang materi sejarah kerajaan Islam awal .1
! di Indonesia dengan diketik dan filenya dikumpulkan di GC ini bagi yang PJJ

Anda mungkin juga menyukai