Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 (angka proyeksi) sebanyak 34.490.835 jiwa. (BKKBN,
prov. Jateng 2018)

Berdasarkan data nasional BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)


Provinsi Jawa Tengah tentang pecapaian peserta KB aktif pada tahun 2012 jumlah PUS
(Pasangan Usia Subur) yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.784.150 peserta.
Sedangkan, pada bulan Desember 2014 pencapaian peserta KB aktif mengalami peningkatan
sebesar 9.85% dengan jumlah peserta sebanyak 5.307.068 dengan rincian masing-masing pada
MKJP yaitu AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 463.671 (8.74%), MOW(Metode Operasi
Wanita) sebanyak 282.427(5.32%), MOP (Metode Operasi Pria) sebanyak 52.296 (0.99%),
implant sebanyak 609.611 (11.49%), dan pada non MKJP yaitu suntik sebanyak 3.008.402
(56.69 %), pil sebanyak 767.448 (14.46%) dan kondom sebanyak 123.213 (2.32 %). (Erna
Setiawati, Oktia W. K. Handayani & Asih Kuswardinah / Unnes Journal of Public Health 6 (3)
(2017)).

Jumlah PUS Provinsi jawa tengah tahun 2018 sebanyak 6.527.869 pasang. Dari seluruh
PUS yang ada , sebesar 73,7 persen adalah peserta KB aktif. Cakupan peserta KB aktif Provinsi
Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 73,69 persen, mengalami penurunan dibandingkan pencapaian
tahun 2017 yaitu 76,9 persen. Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah Temanggung
yaitu 83,31 persen, diikuti Batang 82,05 persen, dan Pekalongan 81,86 persen. Kabupaten/kota
dengan cakupan terrendah Kota Surakarta yaitu 64,77 persen, diikuti Kota Pekalongan 64,78
persen, dan Kendal 66,38 persen. Peserta Keluarga Berencana (KB) Baru adalah PUS yang baru
pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah
satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Cakupan peserta KB baru
di Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 10,5 persen, menurun dibandingkan cakupan tahun 2017
yang sebesar 12,4 persen. (BKKBN Prov. Jateng 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penggunaan kontrasepsi suntik di


seluruh dunia yaitu sebanyak 4.000.000 atau sekitar 45%. Di Indonesia kontrasepsi suntik
merupakan salah satu kontrasepsi yang populer. Kontrasepsi yang paling banyak digunakan
adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) atau depo provera (suntik tiga bulan) dan
cyclofem (suntik satu bulan). Dari 61,4% warga Indonesia yang menggunakan kontrasepsi
sebanyak 31,6% yang memilih kontrasepsi suntik (Gabbie, 2006).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah pemakai kontrasepsi jenis injeksi dari 11,7% pada tahun
2010, pada tahun 2011 menjadi 15,2%, dan 21,1% pada tahun 2012, kemudian tahun 2013
meningkat menjadi 27,8%. Metode kotrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling
banyak digunakan di Indonesia (Subakti, 2014).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Biran Affandi pada tahun 1987 tentang
kembalinya kesuburan setelah berhenti memakai kontrasepsi adalah sebagai berikut; setelah
observasi satu tahun, kejadian kehamilan pada bekas akseptor LNG (KB susuk) adalah 76,5 per
100 wanita, sedangkan pada tahun kedua kejadian kehamilan adalah 90,2 per 100 wanita.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
perbedaan kembalinya masa subur pasca kontrasepsi pada multigravida berdasarkan jenis
kontrasepsi yang dipakai sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai