Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANAJEMEN RESIKO OPERASI

KERETA API

Disusun Oleh :
Fresha Resita Tri Lukitawati
20194064
D-III Manajemen Transportasi Perkeretaapian 3C

Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun


Tahun Akademik 2021/2022
EVALUASI RESIKO
Evaluasi risiko dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan
hasil analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara level risiko yang
ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya.
Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan perlakuan dan
bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko tersebut dengan mengacu pada “kriteria
risiko”. Dengan kata lain hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang
memerlukan penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko yang dapat
diterima.
Tujuan evaluasi risiko adalah mengambil keputusan mengenai risiko mana yang perlu
ditangani dan prioritas pelaksanaan tindak lindung risiko berdasarkan hasil analisis risiko
setelah membandingkan tingkat risiko dengan batas toleransi risiko (kriteria penerimaan
risiko).
Dalam proses evaluasi risiko, tingkat risiko yang diperoleh melalui analisis risiko dibandingkan
dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan dalam konteks manajemen risiko. Kebutuhan
penanganan risiko ditetapkan berdasarkan hasil perbandingan yang telah dilakukan.
Keputusan mengenai penanganan risiko harus mempertimbangkan konteks risiko seluas-
luasnya, selain adanya batas toleransi risiko dari pihak internal, juga dipertimbangkan 3
toleransi risiko dari pihak-pihak di luar organisasi yang terlibat dalam suatu risiko. Keputusan
juga harus diambil dengan memperimbangkan hukum, regulasi dan hal-hal terkait lainnya.
Dalam kondisi tertentu evaluasi risiko dapat memerlukan analisis risiko lebih lanjut. Evaluasi
risiko juga dapat memutuskan untuk tidak menangani suatu risiko atau cukup mempertahankan
pengendalian yang sudah ada (Existing control). Keputusan ini akan dipengaruhi oleh
pandangan organisasi terhadap risiko dan kriteria risiko yang telah ditetapkan.
Tahapan evaluasi Risiko meliputi :
1. Menyusun prioritas Risiko berdasarkan besaran Risiko dengan ketentuan :
a) Besaran Risiko tertinggi mendapat prioritas paling tinggi.
b) Apabila terdapat lebih dari satu Risiko yang memiliki besaran Risiko yang sama
maka prioritas Risiko ditentukan berdasarkan urutan area dampak dari yang
tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak.
c) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran dan area
dampak yang sama maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan kategori
risiko yang tertinggi hingga terendah sesuai kategori risiko.
d) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran, area dampak,
dan kategori yang sama maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan judgement
pemilik risiko.
2. Menentukan Risiko utama
a) Risiko yang berada di luar area penerimaan risiko dan perlu ditangani, baik risiko
yang merupakan hasil penurunan dari UPR di atasnya maupun risiko lainnya,
disebut dengan risiko utama. Jika Level Risiko berada pada area penerimaan risiko,
maka risiko tersebut tidak perlu ditangani.
b) Setiap risiko utama memiliki suatu ukuran yang dapat memberikan informasi
sebagai sinyal awal tentang adanya peningkatan besaran risiko yang disebut
Indikator Risiko Utama (IRU).
3. Menetapkan IRU
Penyusunan IRU dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Analisis penyebab antara dan akar masalah risiko
1) Untuk memprediksi munculnya suatu kejadian Risiko, perlu diidentifikasi
berbagai penyebab yang berpotensi menimbulkan kejadian Risiko. Berdasarkan
penyebab risiko yang telah diidentifikasi, dilakukan analisis untuk mendapatkan
urutan kejadian yang menyebabkan Risiko terjadi (chain of events).
2) Urutan kejadian penyebab Risiko dimulai dari kejadian penyebab antara sampai
dengan akar masalah. Penyebab antara merupakan kejadian yang berpotensi
menimbulkan suatu penyebab Risiko yang bermula dari munculnya suatu akar
masalah. Urutan kejadian penyebab risiko dapat dilihat pada gambar berikut :

b) Memilih IRU
1) IRU dapat ditetapkan dari penyebab antara atau akar masalah. Setiap penyebab
antara atau akar masalah meiniliki 1 IRU. Apabila setiap penyebab antara atau
akar masalah memiliki lebih dari 1 opsi IRU, maka dilakukan pemilihan IRU
berdasarkan indikator yang paling dini memberikan informasi kemungkinan
terjadinya Risiko.
2) Pemilihan IRUmempertimbangkan hal sebagai berikut :
(a) Indikator dapat memberikan informasi yang signifikan terhadap kejadian
Risiko secara dini.
(b) Indikator dapat diukur dan tersedia datal informasi yang relevan.
(c) Manfaat informasi yang diperoleh lebih tinggi dari biaya pengukurannya.
c) Menentukan batasan nilai IRU
1) Setiap IRU mempunyai batasan nilai sesuai karakteristiknya. Batasan ini
digunakan untuk menentukan status kemungkinan terjadinya Risiko sesuai nilai
aktual IRU. Batasan IRU·terdiri dari :
(a) Batas aman merupakan nilai yang diharapkan dan menunjukkan bahwa
indikator terse but masih dalam kondisi normal. Seluruh IRU harus
memiliki batas aman.
(b) Batas atas merupakan nilai maksimal yang dapat diterima atas indikator
tersebut.
(c) Batas bawah merupakan nilai minimal yang dapat diterima atas indikator
tersebut.
Penetapan batasan IRU berdasarkan karakteristik IRU dan Risikonya dengan
mempertimbangkan Level Risiko yang dapat ditoleransi. Batasan tersebut
bersifat kuantitatif yang dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan
pertimbangan profesional oleh pemilik Risiko.
2) Berdasarkan batasan yang ada, IRU dapat dibedakan atas :
(a) IRU yang hanya memiliki batas atas.
(b) IRU yang hanya memiliki batas bawah.
(c) IRU yang memiliki batas atas dan batas bawah.
3) Status IRU memberikan informasi kemungkinan terjadinya Risiko sebagai
berikut :
(a) Status hijau menunjukan kemungkinan terjadinya Risiko rendah.
(b) Status kuning menunjukan kemungkinan terjadinya Risiko sedang.
(c) Status merah menunjukan kemungkinan terjadinya Risiko tinggi.
d) Menyusun manual IRU Manual IRU mendeskripsikan tentang IRU, definisi IRU,
batasan nilai, formula, satuan pengukuran, penanggung jawab, penyedia data,
sumber data dan data aktual IRU didokumentasikan dalam manual IRU. Manual
tersebut menjadi acuan dalam menyusun dan melaporkan aktual IRU serta
interpretasinya.

PENANGGUNG JAWAB RESIKO


Perihal Tanggung Jawab Penyelenggara Perkeretaapian terdapat dalam ketentuan-ketentuan
berikut ini dalam Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2009 :
• Masinis adalah awak sarana perkeretaapian yang bertugas mengoperasikan kereta api
serta bertanggung jawab sebagai pemimpin perjalanan kereta api (Pasal 1 angkat 31).
• Pembangunan, pengoperasian, perawatan, dan keselamatan perpotongan antara jalur
kereta api dan jalan menjadi tanggung jawab pemegang izin. Dalam melaksanakan
pembangunan prasarana perkeretaapian, Badan Usaha yang telah mendapatkan izin
pembangunan prasarana perkeretaapian wajib bertanggung jawab terhadap dampak
yang timbul selama pelaksanaan pembangunan prasarana perkeretaapian (Pasal 328
huruf c).
• Penyelenggara prasarana perkeretaapian yang telah mendapat izin operasi wajib
bertanggung jawab atas pengoperasian prasarana perkeretaapian yang bersangkutan
(Pasal 336 huruf d).
• Penyelenggara sarana perkeretaapian yang telah mendapat izin operasi wajib:
bertanggung jawab atas pengoperasian sarana perkeretaapian (Pasal 348 huruf d).
• Dalam melaksanakan pembangunan perkeretaapian khusus, badan usaha yang telah
mendapatkan izin pembangunan perkeretaapian khusus wajib: bertanggung jawab
terhadap dampak lingkungan yang timbul selama pelaksanaan pembangunan prasarana
perkeretaapian khusus (Pasal 362 huruf b).
• Badan usaha yang telah memiliki izin operasi perkeretaapian khusus wajib bertanggung
jawab atas pengoperasian perkeretaapian khusus (Pasal 372 huruf c).
Berikutnya adalah ketentun-ketentuan tentang Tanggung Jawab dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Kereta Api :
• Petugas pengatur perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggung jawab terhadap keselamatan urusan perjalanan kereta api di wilayah
pengaturannya (Pasal 30 ayat 3).
• Pengaturan perjalanan kereta api yang dilakukan oleh petugas pengendali perjalanan
kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi tanggung jawab
petugas pengatur perjalanan kereta api (Pasal 34 ayat 3).
• Dalam hal tidak memungkinkan masinis memastikan bagian belakang rangkaian kereta
api tidak terlihat sebagaimana dimaksud pada Pasal 66 ayat (1), maka masinis
dibebaskan atas tanggung jawab memperhatikan tanda ujung belakang rangkaian
kereta api (Pasal 67).
• Masinis bertanggung jawab terhadap perjalanan kereta api (114 ayat 4).
• Tanggung jawab terhadap binatang peliharaan yang dibawa penumpang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penumpang yang bersangkutan (Pasal 126 ayat 2).
• Dalam hal tarif yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a lebih rendah dari tarif yang ditetapkan
penyelenggara sarana perkeretaapian, selisih tarif menjadi tanggung jawab Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota dalam bentuk kewajiban pelayanan publik (Pasal 149
ayat 2).
• Dalam hal Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menugaskan kepada penyelenggara
sarana perkeretaapian untuk menyelenggarakan angkutan perintis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dan biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara sarana
perkeretaapian lebih tinggi dari pendapatan yang diperoleh berdasarkan tarif yang
ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota, maka selisihnya menjadi
tanggung jawab Menteri, gubernur, atau bupati/walikota, dalam bentuk subsidi
angkutan perintis (Pasal 149 ayat 3).

Anda mungkin juga menyukai