Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

MATA KULIAH TERMODINAMIKA


(FI39322)

Oleh
Dra. NI NYOMAN RATINI, M.Si
19670401 199303 2 001

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
I KONSEP DASAR TERMODINAMIKA Termodinamika dalam arti sempit merupakan salah satu ranting dari
Ilmu Alam, Ilmu fisika yang mempelajari materi yang ada dalam
1.1.Pengertian keadaan setimbang terhadap perubahan temperatur, tekanan,
volume, dan komposisi kimia. Termodinamika didasarkan pada empat
Termodinamika merupakan bagian dari cabang Fisika yang namanya konsepsi empiris, yaitu: hukum ke nol, pertama (yang berkaitan
Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari dengan kerja suatu sistem), kedua, dan ketiga Termodinamika. Oleh
hubungan antara energi dan kerja dari suatu sistem. Termodinamika hanya karena itu, sebagian ahli menyatakan, Termodinamika merupakan
mempelajari besaran-besaran yang berskala besar (makroskopis) dari ranting Fisika yang mempelajari hubungan antara kalor dan kerja.
sistem yang dapat diamati dan diukur dalam eksperimen. Besaran-besaran Secara umum Termodinamika dapat dimanfaatkan untuk:
yang berskala kecil (mikroskopis) dipelajari dalam Teori Kinetik Gas (Kinetic 1. menjelaskan kerja beberapa sistem termodinamis.
Theory of Gas) atau Fisika Statistik (Statistical Physics). 2. menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis tidak bekerja
Termodinamika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan kaitan sesuai dengan yang diharapkan.
antara besaran fisis tertentu yang menggambarkan sikap zat di bawah 3.menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis sama sekali
pengaruh kalor. Besaran fisis ini disebut koordinat makroskopis sistem. Kaitan tidak mungkin dapat bekerja.
atau rumus yang menjelaskan hubungan antar besaran fisis diperoleh dari
eksperimen dan kemudian dapat digunakan untuk meramalkan perilaku zat
di bawah pengaruh kalor. Jadi, Termodinamika merupakan ilmu yang
berlandaskan pada hasil-hasil eksperimen.

1.2. Sistem Termodinamika


Termodinamika memusatkan perhatiannya pada faham mengenai:
1. ketetapan energi. Setiap penerapan hukum pertama pada suatu bagian diskrit dari alam
semesta memerlukan definisi sistem dan lingkungannya. Sistem adalah
2. ketetapan entropi, dalam arti, proses yang menghasilkan sejumlah zat yang dibatasi oleh dinding tertutup. Yang dimaksud dengan zat
entropi mungkin dapat terjadi, namun proses yang menghapuskan di sini dapat berupa zat padat, cair atau gas, dapat pula dipol magnet, energi
radiasi, foton dan lain-lain. Dinding yang membatasi sistem dapat dengan
entropi mustahil terjadi. lingkungan dapat dinyatakan nyata atau imajiner, dapat diam atau bergerak,
3. entropi yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah daya dapat berubah ukuran atau bentuknya. Segala sesuatu di luar sistem yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap sistem disebut lingkungan. Suatu
berguna maksimum yang dapat diperoleh dari berbagai sumber
sistem dengan lingkungannya disebut dengan semesta (universe)
energi untuk melakukan kerja.
• Aplikasi Termodinamika
Aplikasi termodinamika dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak dan
setiap saat selalu berkembang. Secara alamiah dapat dilihat bagaimana
energi dapat diubah menjadi kerja yang bermanfaat bagi manusia.
Kemampuan manusia menciptakan mesin-mesin yang mampu mengubah
kalor menjadi kerja sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan
Gambar 1.1 Sistem dan lingkungan
energi. Sebagai contoh penerapan prinsip dan metode termodinamika
dapat dilihat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PLTN,
refrigerator, mesin kalor, roket dan lain-lain.

• Berdasarkan hubungan antara sistem dengan lingkungannya, 1.3. Pandangan Makroskopik


sistem dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Suatu sistem dalam volume tertentu dicirikan dengan empat
besaran, yaitu komposisi, volume, tekanan dan temperatur. Kuantitas
- Sistem Terisolasi, yaitu bila antara sistem dengan yang empat ini disebut sebagai koordinat makroskopik. Ciri umum atau
sifat skala besar dari sistem pada umumnya dapat dinyatakan dengan
lingkungannya tidak terjadi pertukaran energi kuantitas tersebut.
dan materi. Kuantitas yang harus dipilih untuk dapat mencirikan secara
makroskopik suatu sistem dengan sistem lainnya tentu saja berbeda,
- Sistem Tertutup, yaitu bila antara sistem dan tetapi pada umumnya koordinat makroskopik memiliki ciri khusus yang
lingkungannya hanya dapat dipertukarkan sama, yaitu:
energi, materi tidak dapat menembus 1. koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus
mengenai struktur materi
sistem tersebut. 2. jumlah koordinatnya sedikit
- Sistem Terbuka, bila antara sistem dan 3. koordinat ini dipilih melalui daya terima indera secara
langsung
lingkungan dapat dipertukarkan energi
4. pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.
maupun materi. Jadi ciri makroskopik suatu sistem meliputi perincian beberapa sifat pokok
sistem yang dapat diukur.
1.4. Pandangan Mikroskopik
Menurut mekanika statistik, sistem diandaikan terdiri dari sejumlah besar
1.5. Kesetimbangan termal
N molekul, yang masing-masing dalam sekumpulan keadaan yang Keadaan setimbang dalam suatu sistem bergantung
energinya e1 , e2 , e3 ,…, eN.. Molekul ini diangap saling berinteraksi melalui pada sistem lain yang ada didekatnya dan sifat dinding yang
tumbukan atau melalui gaya yang ditimbulkan oleh medan. Sistem ini
memisahkannya. Dinding pemisah sistem dengan sekitarnya
dapat diilustrasikan terisolasi atau dalam beberapa hal dapat dianggap
terdapat dalam sekumpulan sistem yang serupa atau ensemble sistem. atau dengan sistem lain dapat disebut dinding adiabat atau
dinding diaterm.
Pencirian mikroskopik suatu sistem meliputi ciri-ciri khusus sebagai
berikut: Jika dinding pembatasnya adiabat, keadaan X dan Y
1. terdapat pengandaian mengenai stuktur materi, yaitu molekul untuk sistem A dan X’ dan Y’ untuk sistem B dapat bersama-
dianggap ada sama sebagai keadaan setimbang untuk setiap harga yang
2. banyak kuantitas yang harus diperinci dapat dimiliki oleh keempat kuantitas itu, asal saja dinding
3. kuantitas yang diperinci tidak berdasarkan penerimaan panca itu dapat menahan tegangan yang ditimbulkan oleh
indera perbedaan antara kedua perangkat koordinat itu.
4. kuantitasnya tidak dapat diukur

• Kesetimbangan termal adalah keadaan yang dicapai oleh dua (atau


• Kesetimbangan termal lebih) sistem yang dicirikan oleh keterbatasan harga koordinat
Diding A
Semua harga X, Y mungkin
Dinding A sistem itu setelah sistem saling berinteraksi melalui dinding diaterm.
Hanya harga X, Y terbatas yg mungkin
• Misalkan dua sistem A dan B yang dipisahkan oleh dinding adiabat
Dinding Adiabatik
Dinding Diaterm
tetapi kedua sistem bersentuhan dengan sistem ketiga yaitu C
Dinding B melalui dinidng diaterm. Seluruh sistem dibungkus dengan dinding
Hanya harga X’,Y’ terbatas yg mungkin
Dinding B
adiabat, sehingga tidak ada interaksi dengan lingkungan luarnya.
Semua harga X’,Y’ mungkin Jika kedua sistem A dan B mencapai kesetimbangan termal dengan
sistem ketiga, C, dan tidak ada perubahan lagi jika dinding adiabat
yang memisahkan A dan B diganti dengan dinding diaterm. Artinya
Gambar 1.2 Sifat dinding adiabat dan diaterm jika A dan B yang semula dipisahkan dengan adiabat tetapi masing-
Jika kedua sistem dipisahkan oleh dinding diaterm, harga X, Y masing setimbang termal dengan C, ternyata jika dinidng adiabat
dan X’, Y’ akan berubah secara spontan sampai keadaan diganti dengan dinding diaterm maka sistem gabungan akan tetap
setimbang sistem gabungan tercapai. Dalam keadaan ini dalam keadaan setimbang termal.
sistem dinyatakan dalam keadaan ‘kesetimbangan termal’.

1.6. Skala Temperatur Celcius


• Temperatur
‘Temperatur sistem adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem
dalam kesetimbangan termal dengan sistem lainnya’
• Skala Temperatur Celcius
Skala temperatur celcius memakai derajat yang besarnya sama dengan
skala temperatur gas ideal, tetapi titik nolnya digeser sehingga
temperatur celcius titik tiple air adalah 0,01 derajat celcius (0,01oC).
Jika t menyatakan temperatur celcius
t (oC) = θ (K) – 273,15
Dengan demikian temperatur Celcius ts, yaitu temperatur pada waktu
uap air mengembun pada tekanan atmosfer baku adalah:
ts = s – 273,15
= 373,125 – 273,15
Postulat hukum ke Nol Termodinamika ( R.H. Fowler). = 99,975 oC
“Dua sistem yang berada dalam kesetimbangan termal Untuk titik es (temperatur terjadinya es yang dalam kesetimbangan
dengan air jenuh dalam udara pada tekanan atmosfer baku) pada skala
dengan sistem ketiga berarti kedua sistem tersebut dalam Celcius adalah 0,00oC.
kesetimbangan termal satu sama lainnya.
II SISTEM TERMODINAMIKA SEDERHANA
2.2 Diagram PV Untuk Zat Murni
2.1. Kesetimbangan Termodinamika
Untuk sistem termodinamika maka keadaan
makroskopisnya dicirikan dengan suatu koordinat tertentu. Bila
koordinat tersebut berubah baik secara spontan ataupun
karena adanya pengaruh dari luar, maka sistem mengalami
perubahan keadaan.
Kesetimbangan termal terjadi apabila tidak ada perubahan
spontan dalam koordinat sistem yang setimbang mekanis dan
setimbang kimia bila sistem dipisahkan dari lingkungan dengan
dinding diaterm. Dalam kesetimbangan termal, semua bagian
sistem bertemperatur sama, dan temperatur ini sama dengan
temperatur lingkungannya. Bila pernyataan ini tidak terpenuhi,
perubahan keadaan akan berlangsung sampai kesetimbangan
termalnya tercapai

2.4 Permukaan PVT


2.3 Diagram PT Untuk Zat Murni (dlm gb θ=T)

2.5. Persamaan Keadaan 2.6. Perubahan Difrensial Keadaan


Persamaan keadaan gas ideal
Variabel P,V dan T ini sering digunakan untuk menyatakan
Pv  RT ;molar v  V= volume keadaan (status) dari suatu zat, dan hub fungsinya :
n 1. implisit :
n= banyaknya mol gas F (P,V ,T )  0
R = tetapan gas
pers. di atas adalah pers keadaan yg dapat dipecahkan untuk
P = tekanan memperoleh tiap variabel :
T = temperatur
Persamaan Beattie-Bridgman 2. eksplisit
V  V (T , P )
RT A
P  (i  ε ) B )  P  P (T ,V )
2
(v 
v v 2

Persamaan keadaan van der Waals T  T (P ,V )


a
(P  )( v  b )  RT
2
v
Kedua turunan parsial di atas mempunyai arti fisis yang
fundamental kegunaanya dalam analisis termodinamika.
Persamaan difrensial parsial : Dan kaitannya dengan kuantitas fisis yang disebut dengan
koefisien muai volum rata-rata yaitu perubahan volume
 V   V  akibat temperatur pada tekanan tetap persatuan valume
dV   dT   dP :
  T  P   P  T 1  V 
β   
V  T P
dV dikenal sebagai difresial total β dinyatakan sebagai perderajat ( 1/derajat)
Akibat perubahan volume yang menyertai perubahan
 V   V  tekanan dengan temperatur tetap persatuan volume
  ,  
yang didefinisikan sebagai ketermaanfaatan isoterm :
 T P  P T 1  V 
κ    
V  P T
satuanya : Pa  1 bar  1
dikenal sebagai turunan parsial atau

2.7. Teorema Matematis Dari ketiga koordinat tsb hanya ada dua yang bebas, yaitu x dan z.
Jika ada hub. antara tiga koordinat yaitu x,y dan z; jadi, jika dz=0, maka dx ≠0, kita dapatkan
jadi
f(x,y,z) = 0, kemudian :   x    y 
  x   x y
  1
x 
x=x(y,z
) dx    dy    dz. . .(1)  z  z
 y z  z y  x  1
   y 
y=y(x,z) y
 y  y ......(2) atau  z  
  x
dy    dx    z  dz   z

 x  z  x
jika dx=0, dz≠0, maka :
dengan mensubstitusikan (2) ke (1) :   x    y   x 
    0
y z    z 
  x    y   y  x    z x y


dx     dx    dz 
   dz   x    y   x 
   y  z   x   z x   z y y z   
z z
 z  x   y

 x   y  x  y  x    x  y z
  
dx    y    x  z dx     y    z     z  y  dz   y       1
   x
z x
z  z  z x  y

Dalam hal sistem hidrostatik, terorema di atas menghasilkan : Perubahan tekanan  P P 

  x    y    z  P=P(T,V) dP    dT    dV
f (x,y,z) =0 y z x  1
V  T V T
 z x  y

 P   V  atau β 1
  P  dP  dT  dV
f(P,V,T) =0        κ κV
 V T  T  P  T V
didefinisikan :
1  V  untuk volume tetap (dV=0):β
β    dP  dT
V  T  P
1  V  dgn mengintegralkan keduaκ keadaan itu, kita dapatkan:
κ   T
 
jadi V  P T
f
β
P  Pi  dT
  V  f
 P   T β T i  β
 P   V
 
 T V
    
  V  T   T  P
 
   V  P  κ perubahan infinitesimal : P f  P
i
κ
T f
 T 
i
 
T
 
2.8. Kawat teregang Turunan ini berkaitan dgn kuantitas fisis, kita difinisikan kemuaian
Untuk seutas kawat dlm koordinat linier α :
termodinamika ( ,L,T) pada temperatur tetap, 1  L 
 
hukum Hooke berlaku α 
L

  tetapan(L  L0 Menurut definisi, modulus Young isoterm, yg dilambangkan Y :
L   
) Y  

dgn L0 A  L T
menyatakan panjang ketika dengan :
tegangannya nol  = gaya tegangan kawat (N)
Jika kawat mengalami perubahan Y = modulus Young ( N / m2)
perubahan panjang infinitesimal : A= luas penampang kawat
 L   L  L = panjang kawat
L  L(T ,
) dL  
d  dT    T = temperatur gas ideal
 T   T

2.9. Batang Paramagnetik 2.10 Kuantitas intensif dan ekstensif


Imbas magnetik dalam batang diberi simbul B
Sistem sederhana Koordinat intensif Koordinat ekstensif
B  μo   M  Sistem hidrostatik Tekanan P Volum V
 V  Gaya tegang  Panjang L
Kawat teregang
berdasarkan percobaan bahwa magnetisasi sebagian besar Selaput permukaan Tegangan permukaan
Luas A
padatan paramagnetik mrpkan fungsi dari hasil bagi intensitas Sel listrik Elektromotansi 𝑙
ε Muatan Z
magnetik dgn temperatur,
H yaitu : Lempeng dielektrik Intensitas listrik E Polarisasi П
C
pers Curie Batang paramagnetik Intensitas magnetik H Magnetisasi M
dgn : M  c
T
Cc = tetapan Curie
3
A.m2

Cc  K m K
A/m

III. KERJA 3.2. Proses kuasi-statik


3.1. KERJA Sistem dlm kesetimbangan termodinamika memenuhi persyaratan
sbb:
Kerja Bila sistem mengalami pergeseran karena 1. kesetimbangan mekanis
beraksinya gaya. 2. kesetimbanagan termal
3. kesetimbangan kimia
● kerja eksternal : kerja yang dilakukan oleh sistem atau pada
sistem
Catatan : jadi, kita didorong untuk menerima keadaan ideal dengan
● kerja internal : kerja yang dilakukan oleh bagian sistem hanya mengubah sedikit saja gaya eksternal yang beraksi pada
pada bagian sistem yang lain sistem sehingga gaya tak berimbang sangat kuat. Proses ini
disebut proses kuasi-statik.
Yang berperan dalam termodinamika adalah kerja eksternal “ selama proses kuasi-statik berlangsung pd setiap saat keadaan
yakni interaksi sistem dan ligkungan, sehingga perubahan sistem itu sangat mendekati keadaan setimbang termodinamika”
yang terjadi dapat diberikan oleh kuantitas makroskopik dan semua keadaan yg dilewati oleh sistem yg diberikan dgn
menggunakan koordinat termodinamika yg mengacu pd sistem
yang berhubungan dengan sistem secara keseluruhan. secara keseluruhan
Tanda - di depan PdV menyatakan :
3.3. Kerja sistem hidrostatik dV = positif (pemuaian) kerja yang negatif
Pada gb. berikut ; silinder memp. luas penampang A, tekanan dV = negatif (pemampatan) kerja yang positif
oleh piston P, sehingga mengakibatkan besarnya gaya : PA
Proses kuasi-statik dgn perubahan volume dari v i ke v f

v f

W
PA if    PdV
v i

Sedangkan pemuaian dari f ke i sepanjang lintasan sama tetapi


dgn arah yg berlawanan, :
dx vi
Jika piston bergerak sejauh dx dlm arah berlawanan gaya PA,
maka sistem melakukan kerja infinitesimal dW, dgn : W fi    PdV
v
f

Beda lintasannya kuasi-statik :


dW   PAdx, Adx  dV W if  W fi

maka
dW   PdV

3.4 Kerja bergantung pada lintasan 3.5. Kerja dalam proses kuasi-statik
Pemuaian atau pemampatan isoterm yang kuasi-statik dari gas ideal
(isobar) :
vf

2 Po i
a (isovolum) W    PdV
vi

Po b f Pers. Gas ideal : PV  nRT


substitusikan Pv, shg
dV :
f
V
f
v 2 v W   nRT ln V
W   nRT 
o o

Dalam hal ini kerja yg dilakukan :


2 vo
vi i V
● luas di bawah garis ai : Wai    2 P dV o  2 PoVo
● luas di bawah garis bf : vo
W   2vo P dV V  P dalam logaritma: Vf
● garis
: lurus dari i ke f bf 
vo
o o o W  2,30 nRT log
2vo
1 3 Vi
W if   o 2
( Po  2 Po ) dV  
2
PoV o
v

Pertambahan tekanan, proses isoterm yang kuasi-statik pada zat padat bila :
: m mκ 2 2
V  W  (P P )
ρ 2ρ
f i

W    PdV
Contoh : untuk tembaga pada 0 C o

V=V(P,T)  V 
  V   dP 
dV   
dT diketahui : ρ  8930 kg / m 3
 PT   T   κ  7 ,16 x10  12 Pa  1
P m  100 kg
ingat ketermampatan isoterm (kompresibilitas): Pi  0
P f  1000 atm  1,01 x10 8 Pa
1  V 
κ   V P dV  κVdP
  T 12 1
jadi :
8 2
100 kgx 7,16 x10 Pa x (1,01 x10 Pa )
W
substitusika dV, kita peroleh : 2 x8930 kg / m
3

κV
Pf W  (P2  P2)  0,411 kJ
W  κ
2 f i

VPdP
Pi
Tabel kerja sistem sederhana Soal
Sistem sederhana Kuantitas
intensif Kuantitas Kerja (J) 1. Hitunglah kerja yang dilakukan oleh 1 mol gas
ekstensif
dalamv i proses pemuaivan isoterm kuasi-
dW   PdV statik dari volume awal f ke
Sistem hidrostatik P (pa) V (m3 )
volume akhir bila
dW  FdL
persamaan keadaannya :
Kawat F (N) L(m)
a.
Selaput permukaan S (N/m) A(m2 ) dW  SdA P(v  b)  RT (R,b = tetapan)
Sel terbalikkan ε (V) Z (C) dW  ε dZ
Padatan dielektrik E (V/m) П (C.m) B
dW  Ed  b.
Pv  RT (1 [ R =tetapan, B=f(T)]
Padatan magnetik Н (A/m) М (A. m2) dW  μ 0  dM ) v

IV KALOR DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


4.2. Kesetaraan Kerja dan Kalor
4.1. Definisi dan Satuan Kalor Untuk mengubah keadaan sistem, tidak hanya dilakukan dengan
cara melibatkan kerja pada sistem. Tinjau kasus-kasus berikut
Kalor disebut juga dengan panas didefinisikan sebagai
ini:
energi yang mengalir atau berpindah (masuk atau keluar) – Sejumlah fluida mengalami pemuaian adiabat dalam suatu
sistem, karena adanya perbedaan temperatur. Kalor berpindah kombinasi silinder piston yang tergandeng dengan lingkungan
dari sistem bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur melalui benda tergantung, sehingga ketika pemuaian terjadi akan
rendah. Kalor yang masuk ke dalam sistem dianggap positif dan mengakibatkan benda terangkat, sedangkan fluidanya selalu
mendekati kesetimbangan (kerja adiabat)
kalor yang keluar dari sistem dianggap negatif. Simbol Q – Sejumlah cairan yang dalam kesetimbangan dengan uapnya,
digunakan untuk menyatakan kalor. Proses yang menyatakan melalui dinding diatermal, bersentuhan dengan suatu pembakar
tidak ada perubahan panas (Q=0) disebut sebagai proses Bunsen dan mengalami penguapan disertai dengankenaikan
temperatur dan tekanan tanpa adanya kerja (Aliran kalor tanpa
adiabat.
kerja)
Kalor seperti halnya juga dengan kerja sama-sama terkait – Sejumlah fluida dimuaikan ketika bersentuhan dengan
dengan energi, sehingga satuan kalor sama saja dengan satuan pembakaran Bunsen (kerja dan kalor).
energi yaitu joule (J).

4.3. Kerja Adiabat dan Energi Internal


• Jika suatu sistem diubahdari keadaan awal ke keadaan akhir hanya  Energi internal adalah suatu fungsi koordinat termodinamika P,V,
secara adiabat, maka kerja yang dilakukan sama besar untuk semua dan T yang digunakan untuk mengamati kedua keadaan hanya
lintasan adiabat yang menguhubungkan kedua keadaan itu. berbeda infinitesimal, perubahan energi-internalnya adalah dU ,
yang merupakan diferensial eksak, karena merupakan diferensial
• Bila suatu kuantitas hanya bergantung pada keadaan awal dan
dari fungi sebenarnya. Untuk sistem hidrostatik U dipandang
keadaan akhir tanpa memperhatikan proses pencapaian keadaan
sebagai fungsi dari Tdan V, maka:
tersebut, maka kesimpulan penting dapat diambil: bahwa terdapat  U   U 
fungsi koordinat ruang dari benda, yang apabila harga akhirnya
dikurangi dengan harga awalnya sama dengan kerja yang dilakukan. dU    dT    dV
Fungsi itu dikenal dengan ‘fungsi energi potensial’.    
T V  T
 Fungsi ini dikenal dengan sebagai ‘fungsi energi internal’ yang
dilambangkan dengan U. atau dengan memandang U sebagai fungsi dari T dan P.
Wi-f(adiabat) = Uf - Ui
 U   U 
dU  dT  dP
   
Artinya jika kerja positif dilakukan pada sistem atau lingkungan  T P  P T
melakukan kerja pada sistem maka energinya bertambah.
4.4. Perumusan Matematis Hukum I Termodinamika
Tinjau dua percobaan yang berbeda yang dilakukan pada Definisi termodinamika dari kalor adalah:
sistem yang sama. ‘Bila suatu sistem yang lingkungannya bertemperatur berbeda
dan kerja bisa dilakukan padanya (mengalami suatu proses),
– ukur kerja adiabat yang dilakukan untuk mengubah maka energi yang dipindahkan dengan cara non mekanis yang
keadaan sistem dari i ke f yang besarnya adalah sama dengan perbedaan antara perubahan energi internal dan
Wif=Ui – Uf kerja yang dilakukan disebut kalor.
– buat sistem mengalami perubahan keadaan yang Jika kalor dilambangkan dengan Q, maka Q = Uf – Ui – W atau
sama tapi berlangsung tidak adiabat, maka kerjanya
U f Ui  Q  W
non adiabat, maka Wif≠Ui - Uf
 Supaya cara kedua memenuhi prinsip kekekalan energi, Dengan kesepakatan Q positif jika kalor masuk sistem (kalor
disimpulkan bahwa energi telah dipindahkan dengan cara sistem bertambah) dan sebaliknya negatif jika kalor keluar dari
lain dari pelaksanaan kerja. sistem. Persamaan ini dikenal dengan perumusan matematis
 Perpindahan energi antara sistem dan lingkungan yang hukum pertama termodinamika,
terjadi karena perbedaan temperatur sistem dan lingkungan
disebut dengan kalor

4.5. Bentuk Differensial Hukum I Termodinamika


• Secara sederhana, hukum I Proses yang hanya menyangkut perubahan infinitesimal dari
termodinamika dapat dinyatakan sebagai koordinat termodinamika (proses infinitesimal), sehingga hukum I
menjadi:
berikut: dU  dQ  dW
“Jika suatu benda (misalnya krupuk) Untuk proses kuasi-statik infinitesimal sistem hidrostatik, hukum I
menjadi:
dipanaskan (atau digoreng) yang berarti
dU  dQ  PdV
diberi kalor Q, benda (krupuk) akan
mengembang atau bertambah volumenya Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan kerja
dan sistem yang mengalami perubahan temperatur akan
yang berarti melakukan usaha W dan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan kerja dan
benda (krupuk) akan bertambah panas mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai
hukum kekekalan energi dalam termodinamika
(coba aja dipegang, pasti panas!) yang
berarti mengalami perubahan energi dalam
∆U”.

Tabel Hukum pertama termodinamika untuk 4.6. Persamaan Untuk sistem Hidrostatik
sistem sederhana Hukum I untuk sistem hidrostatik adalah :
Sistem sederhana Hukum Pertama U fungsi dari dQ  dU  PdV
dua antara
Untuk U fungsi T dan V di dapat
Sistem hidrostatik
 U   U 
dU  dQ  PdV P, V, T dU  dT  dV
   
Kawat dU  dQ  FdL F, L, T  T V  V T
Sehingga hukum I dapat ditulis sebagai:
Selaput permukaan dU  dQ  SdA S, A, T  U   U  
Sel terbalikkan Ε, Z, T dQ    dT     PdV
dU  dQ  εdZ  T V 
 V T 
Padatan dielektrik
dU  dQ  Ed E, П, T dQ  U   U   dV
 
dU  dQ  μ dM    P
dT T  dT
 V
Padatan magnetik 0 Н, M, T  V  T 
Persamaan ini berlaku untuk setiap proses yang menyangkut b) jika P tetap, maka:
perubahan temperatur dT dan perubahan volume dV.  dQ  U   U   V 
a) jika V tetap, dV = 0, maka:       
   T  V T
 dT P  V  T  P
 dQ   V 
 Vβ

 dQ    U  menurut definisi: dan juga , shg:


CP   dT   

P T

 dT V  T V
 U 
Nisbah ruas kiri merupakan definisi kapasitas kalor pada volume CP   PVβ
CV  

tetap  V 
 T 
 U  atau  U  C C
C 
V    V T  PVβ V  P
T V dengan menggunakan
Jika U dihitung secara matematis
pengandaian khusus tentang atom suatu bahan khusus, maka
dilakukan dengan mendefinisikan U terhadap T pada V tetap, Persamaan terakhir ini menyatakan (∂U/∂V)T yang terukur
dengan CP , CV , β, V, P yang bisa diukur.
dan membandingkannya dengan CV yang terukur dari percobaan.

 PROSES ISOKHORIK
 KERJA :
Vf
 PROSES-PROSES TERMODINAMIKA
 Proses Isobarik (1)
W  pdV
Vi
 Tekanan konstan
Vf  Vi  W0
 Proses Isotermis (2)
 Temperatur kontan  KALOR
 Proses Adiabatik (3) dQ  CV dT  CV (Tf  Ti )
 Tidak ada kalor yang hilang
 PERUBAHAN ENERGI DALAM :
 Proses Isokorik (4)
 Volume konstan
dU  dQ   dU  CV dT
dW
CV = Kapasitas panas volume konstan

 PROSES ISOBARIK
 KERJA :
V f • Soal
p  kons tan Andaikan konduksi kalor terjadi pada laju yang
W 
pdV
tetap Q melalui dinding silinder berongga
Vi

W  p(Vf Vi ) dengan jejari dalam r1 pada temperatur T1 dan


 KALOR jejari luar r2 pada temperatur T2 . Tunjukkan
dQ  CPdT  CP (Tf  Ti ) untuk silinder yang panjangnya L dan
 PERUBAHAN ENERGI DALAM :
konduktivitas termal tetap K, perbedaan
dU  dQ  dW  dU  CPdT  pdV temperatur antara kedua permukaan dinding
diberikan oleh pers. 
pV  nRT  pdV  nRdT Q r
C  C  nR  dU  C dT  nRdT  C dT T T ln 2

P V P V 1 2
2πLK r 1

R = Konstanta gas universal = 8.31


J/mol.K CP = Kapasitas panas tekanan

konstan
V GAS IDEAL Dalam tekanan antara 0 hingga 40 atmosfer baku, hubungan Pυ
dengan 1/υ praktis linier, sehingga suku pertama dan kedua
5.1. Persamaan Gas Ideal yang berperan
Andaikan tekanan P, dan volume V dari n mol gas yang  B
Pυ  A 1 
 
dipertahankan pada temperatur tetap, diukur dalam daerah  υ
harga tekanan yang besar dan perkalian Pυ, dengan υ=V/n, Sifat gas menjadi faktor penting dalam termometri. Perkalian Pυ
dinyatakan sebagai fungsi 1/υ. Hubungan Pυ dan 1/υ dapat yang dirajah terhadap P untuk 4 macam gas berbeda, semuanya
dinyatakan sebagai deret pangkat (uraian virial) yang berbentuk: pada temperatur titik didih air , pada temperatur titik triple air ,
dan pada temperatur CO2 padat . Pada setiap kasus, terlihat
B C D ketika tekanannya mendekati nol, perkalian Pυ mendekati harga
Pυ  A(1     ...) yang sama untuk semua gas pada temperatur yang sama.
υ υ2 υ3
dengan A, B, C, D, … merupakan koefisien virial pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya, yang bergantung pada temperatur dan
jenis gas.

5.2. Gas Ideal


0
Tahun 1972, Bateuces menentukan lim (Pυ) C Gas sejati dalam limit tekanan mendekati nol sajalah
persamaan keadaannya yang sederhana PV=nRT. Energi internal
0
untuk oxygen adalah 22,4132 liter , atm/mol gas sejati merupakan fungsi tekanan dan temperatur.
Kemudian didefinisikan gas ideal yang mendekati gas sejati
(=2,27102 kJ/mol). Jadi tetapan R = 8,31441 pada tekanan rendah, yang memenuhi
J/mol K. Dengan mengganti υ dengan V/n, PV nRT
didapat persamaan keadaan gas dalam limit  U 
 
 T 
tekanan rendah: 
Persyaratan kedua dapat ditulis sebagai:
lim (PV) = n R T  U   U   P 
     
V P V
Karena Pυ = A = RT , maka uraian virialnya  T  T  T
Pυ B C maka untuk gas ideal :  U 
 1   ...  V T 
RT υ υ2

Akhirnya, karena (∂U/∂P)T dan (∂U/∂V)T keduanya sama dgn nol,


maka Dengan mensubstitusikan pers. di atas, kita dptkan:
U = fungsi (T) saja dQ  (CV  nR)dT VdP
Khusus untuk gas ideal U merupakan fungsi temperatur T dQ dP
saja, sehingga turunan parsial terhadap Tsama dengan turunan  (CV nR) V
totalnya, jadi: dT dT
pada P tetap :

dU CP  CV  nR, jadi utk gas ideal CP CV


CV  dT dQ  CV dT  PdV
d U = fungsi (T) saja, maka :
semua keadaan setimbang dinyatakan oleh pers. gas ideal dU
C  = fungsi dari T saja, dan
V
PV  nRT dT

dan untuk proses kuasi statik infinitesimal CP  CV  nR = fungsi dari T saja


dan juga dQ  CPdT VdP
PdV  VdP  nRdT
5.3. Penentuan Kapasiatas Kalor Menurut Percobaan 3) Untuk gas dwiatomik permanen, yaitu udara, H2, D2, O2,
Hasil pengukuran ini untuk gas bertekanan rendah (mendekati gas idela) N2, NO, dan CO, berlaku:
dapat dinyatakan secara sederhana dalam bentuk kapasitas kalor molar a. cV, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan hampir
1) Untuk semua gas berlaku: sama dengan 5/2 R, serta bertambah ketika temperatur
a. cV fungsi dari T saja dinaikkan
b. cP fungsi dari T dan cP > cV b. cP, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan
c. cP - cV =tetap = R hampir sama dengan 7/2 R, serta bertambah ketika
d. γ = cP/cV= fungsi dari T saja dan γ > 1 temperatur dinaikkan
c.  = cP/ cv, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan
2) Untuk gas monoatomik, seperti He, Ne, Ar, serta hampir semua uap hampir sama dengan 7/5, serta bertambah ketika
metalik seperti uap NA, Cd, dan Hg, berlaku temperatur dinaikkan
a. cV, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup besar dan 4)Untuk gas poliatomik dan gas yang aktif secara kimiawi seperti
hampir sama dengan 3/2 R CO2, NH3, cH4, Cl2, dan Br2, maka cV, cP, dan  bervariasi
b. cP, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup besar dan terhadap temperatur, variasinya berbeda untuk masing-
hampir sama dengan 5/2 R masing gas.
c.  = cP/ cv, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup
besar dan hampir sama dengan 5/3

dan dengan menyatakan perbandingan kapasitas kalor dgn lambang


5.4. Proses Kuasi Statik Adiabat γ, maka :
Bila gas ideal mengalami proses adiabat kuasi-statik, maka dP dV
 γ
P V
tekanan, volume, dan temperatur berubah dengan cara yang diberikan
Karena  tetap untuk gas monoatomik, sedangkan untuk gas
oleh hubungan antara P dan V, P dan T, V dan T. Untuk mendapatkan dwiatomik dan poliatomik  dapat berubah menurut temperatur.
persamaan keadaannya, khusus untuk gas ideal dimulai dari: Namun  akan mengalami perubahan yang berarti jika perubahan
dan temperaturnya cukup besar, seperti Carbon Monoksida yang
dQ  CV dT  dQ  CPdT VdP penaikkan temperaturnya dari 0 hingga 2000oC menimbulkan
PdV
karena proses yang dilakukan adiabat, dQ= 0, sehingga kedua penurunan  dari 1,4 menjadi 1,3. Karena sebagian besar proses
persamaan di atas dapat ditulis sebagai: adiabat tidak menyangkut perubahan temperatur yang cukup besar,
maka  dapat dianggap tetap.
CV dT   PdV
dan
C P dT  VdP ln P  γ lnV  ln tetapan
dengan me mbagi pers pertama dgn yg kedua
: atau PV γ  tetap

dP CP dV

P CV V

dU  dQ  dW
Soal
1. Uraikan persamaan berikut dlm bentuk :
dW dQ dU B C D
Pυ  A(1    ...)
2 3
υ υ υ
Isokhorik 0 nCV dT nCV dT
tentukan koefisien
a
virial untuk persamaan
Isobarik p(Vf  Vi ) nCPdT nCV dT (P  )(v  b)  RT
υ2
a. RT
Isotermis Vf Vf 0 P e
nRT ln nRT ln vb a / RTv
van der Waals
V1 V1 b.
Dieterici
Adiabatik 1 0 nCVT
pi Vi  p f Vf
1 

Anda mungkin juga menyukai