Anda di halaman 1dari 10

Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang

Androgynius Melalui Kegiatan Bermain

Muthmainnah
diwan_nafil@yahoo.co.id
PGPAUD FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak

Anak memiliki potensi kepribadian sesuai dengan gaya pengasuhan dan warna
lingkungan. Sebagai orang tua sudah menjadi suatu keniscayaan untuk bisa
memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tidak sekedar mencarikan sekolah
terbaik untuk anak, tetapi memberikan kasih sayang dengan membantu anak
mencapai tugas perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang perlu
dicapai adalah mengenal diri dan lingkungan. Anak-anak dapat mengenal diri dan
lingkungannya melalui kegiatan bermain yang merupakan dunia mereka. Melalui
bermain, salah satu aspek yang dapat dikembangkan adalah aspek sosial-emosional,
termasuk di dalamnya adalah kepribadian. Kepribadian anak laki-laki identik dengan
sisi maskulinitas, sedangkan anak perempuan identik dengan sisi feminitas. Anak
laki-laki yang hanya dibiasakan untuk mengembangkan sisi maskulinitasnya dan
anak perempuan yang hanya dikondisikan untuk menumbuhkan sisi feminitasnya
dikhawatirkan akan tumbuh menjadi pribadi yang timpang dan terlalu kaku. Upaya
untuk mencegah tumbuhnya kepribadian yang timpang dan terlalu kaku dapat
dilakukan dengan mengkondisikan anak agar memiliki pribadi yang androgynius,
yaitu pribadi yang memiliki kecenderungan sifat seimbang.

Kata kunci: Anak, Kepribadian, Maskulinitas, Feminitas

Abstract

Children have potential of personality that fits with the style of parenting and the
color of environment. As people become parents, it is a necessity to be able to give
their best to their children. It is not only finding the best school for the children, but
also giving their love to help their children reach their development tasks. One of the
development tasks that need to be achieved is knowing oneself and the environment.
Children can recognize themselves and their environment through playing activities
that constitute their world. One aspect that can be developed through playing is
social emotional including the personality. Boy’s personality is synonymous with
masculinity side while girls are identical with femininity side. Boys who are only
accustomed to develop their masculinity and girls who are only conditioned to
cultivate their femininity side are worried to grow into lame and too rigid persons.
Some efforts to prevent the children from growing into lame and too stiff
personality are done by conditioning the children to have androgynous personality,
i.e., a person who has tendency to have a balance nature.

Keywords: parents, children, personal androgynous, play

103 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

Pendahuluan bangkannya lagi. Pengasuhan tidak


Setiap orang tua mendambakan hanya berfungsi sebagai pengem-
anaknya menjadi anak yang cerdas dan bangan kompetensi, tapi juga berfungsi
bermanfaat. Cerdas dari sisi kemam- sebagai pengembangan karakter yang
puan kognitif atau intelektual, cerdas meliputi tanggung jawab sosial yang
spiritual, dan cerdas eksistensial. positif, komitmen moral, dan disiplin
Terdapat beberapa faktor yang mem- diri, pengaturan pikiran dan kehendak.
pengaruhi kecerdasan anak yaitu Membantu anak menjadi pribadi
faktor genetik (bawaan) dan faktor yang sehat, seimbang dan mampu
lingkungan. Untuk mewujudkan hara- menyesuaikan diri dengan lingkungan
pan memiliki anak cerdas, upaya yang dan zamannya merupakan harapan
dilakukan tidak sekedar mem-berikan kita bersama. Apalagi saat ini anak
asupan gizi yang seimbang, mengasuh adalah milik zaman dan zaman
dan mendidik dengan baik, meng- semakin penuh dengan tantangan.
upayakan lingkungan yang “se-hat” Orang tua perlu membekali anak
dan memberikan fasilitas, tetapi juga dengan sisi spiritual dan sosial-
mengupayakan lingkungan psi-kologis emosional yang matang, sehingga
yang kondusif. Lingkungan psikologis anak-anak memiliki kepribadian yang
yang kondusif dapat memberikan rasa baik. Kepribadian baik identik dengan
aman dan nyaman, sehingga anak akan kepemilikan budi pekerti. Salah satu
tumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian yang perlu dikembangkan
rasa percaya diri (self-confidence) dan adalah pribadi androgynius, yaitu
memiliki keyaki-nan pada kemam- pribadi yang seimbang.
puannya (self-efficacy). Dalam hal ini,
orang tua memiliki peran penting Kepribadian
untuk membantu anak mengem- Setiap individu memiliki ke-
bangkan potensi dan mencapai tugas pribadian (personality). Makna ke-
perkembangannya. pribadian kadangkala jumbuh dengan
Salah satu aspek psikologis yang makna karakter. Pada dasarnya ka-
perlu dikembangkan pada anak adalah rakter merupakan bagian dari ke-
kepribadian. Sisi kepribadian kadang pribadian. Individu setiap saat selalu
kala menjadi aspek yang terabaikan berhubungan dengan lingkungan so-
dan terkesan kurang penting daripada sial, maka yang dapat diketahui orang
aspek kognitif. Saat anak mendapatkan terlebih dahulu adalah karakter. Secara
nilai tidak baik, maka orang tua etymology, personality atau ke-
terlihat kecewa atau bahkan sangat pribadian berasal dari kata personal
kecewa yang seringkali ditunjukkan yang bermakna: 1) topeng yang di-
dengan kemarahan. Namun saat orang mainkan ole pemain drama untuk
tua melihat anaknya menyayangi menjalankan suatu rol tertentu; dan 2)
binatang peliharaannya, rukun ketika menunjukkan “the true self” atau “the
bermain dengan teman-temannya dan inner man” (Sri Rumini dkk, 1998).
membantu temannya yang kesulitan, Ki Hajar Dewantara berpendapat
hal ini dianggap hal sepele yang bahwa anak belum memiliki budi
sepertinya tidak perlu diberikan pekerti tertentu, belum memiliki
komentar dan penguatan positif. Ten- bentuk jiwa yang tetap dan masih
tunya pemikiran seperti ini perlu bersifat global. Hal senada
direnungkan kembali dan dikoreksi. diungkapkan oleh John Locke yang
Orang tua yang terlalu menitik- menyatakan bahwa anak ibarat kertas
beratkan anak pada kemampuan kog- putih. Lingkunganlah yang nantinya
nitifnya saja dan mengabaikan kemam- akan mewarnai sisi individu, baik sisi
puan lainnya perlu mempertim- kognitif maupun kepribadiannya. Anak

104 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

yang diasuh oleh orang tua yang kepribadian anak? Tampaknya hal ini
memiliki pola asuh baik tentunya akan perlu menjadi pemikiran.
menjadi pribadi yang baik. Pola asuh Dalam kesehariannya dapat kita
yang baik adalah pola asuh yang bisa amati bahwa orang tua akan me-
menempatkan pada situasi dan kondisi mbiasakan dan mengkondisikan anak
anak yang dapat mendukung per- sesuai dengan jenis kelaminnya. Mi-
kembangannya. Keluarga memiliki pe- salnya anak laki-laki akan dibiasakan
ran strategis dan krusial untuk dapat untuk menggunakan celana, bermain
mengantarkan anaknya menjadi pri- yang maskulin seperti berlarian, te-
badi yang baik dan bermanfaat bagi mbak-tembakan, bermain bola dan
lingkungannya. kelereng. Sedangkan jika anak laki-laki
bermain dengan boneka dan masak-
Pribadi Androgynius dan masakan, maka hal ini kadangkala
Urgensinya dianggap aneh. Begitu pula sebaliknya,
Anak sangat menyukai kegiatan anak perempuan cenderung dilarang
bermain karena dianggap men- untuk memanjat dan bermain bola.
yenangkan. Melalui kegiatan bermain, Anak perempuan lebih dikondisikan
anak sekaligus dapat mengembangkan dengan permainan yang lebih me-
aspek perkembangannya, baik aspek numbuhkan sisi feminitasnya seperti
nilai dan moral, kognitif, fisik-motorik, permainan masak-masakkan. Padahal
bahasa, dan sosial-emosional. Bermain seorang anak laki-laki perlu me-
menjadikan anak menjadi sehat karena mahami perasaan anak perempuan
bergerak bebas, terlatih pola pikirnya dan sebaliknya, anak perempuan di-
untuk membuat strategi bermain dan harapkan untuk memahami pula
terasah hatinya untuk bersikap sportif, perasaan lawan jenisnya. Agar bisa
menaati aturan bersama dan mengenal memahami perasaan lawan jenisnya
berbagai karakter temannya. Interaksi maka orang tua perlu mengenalkan
dengan teman-teman saat bermain anak pada kebiasaan dan ke-
merupakan salah satu kebutuhan anak cenderungan lawan jenis semasa kecil.
yang dapat membantu tumbuh ke- Anak laki-laki yang hanya
mbangnya di masa depan. dibiasakan untuk mengembangkan sisi
Jenis permainan yang dilakukan maskulin semata dan anak perempuan
anak umumnya dibedakan ber- yang hanya dikondisikan untuk
dasarkan jenis kelamin. Perbedaan menumbuhkan sisi feminitasnya
jenis hormon, bentuk tubuh dan semata dikhawatirkan akan tumbuh
kekuatan menjadi faktornya. Anak menjadi pribadi yang timpang dan
laki-laki yang cenderung kuat lebih terlalu kaku. Upaya untuk mencegah
memilih permainan yang aktif dan tumbuhnya kepribadian yang timpang
kasar. Sedangkan anak perempuan dan terlalu kaku dapat dilakukan
memilih permainan yang lembut, me- dengan mengkondisikan anak agar
merlukan pembicaraan dan tidak memiliki pribadi yang androgynius,
banyak memerlukan kekuatan fisik. yaitu pribadi yang memiliki ke-
Kecenderungan alami ini akan cenderungan sifat seimbang. Seimbang
membantu menumbuhkan kepribadian tidak dimaknai sebagai separuh-
feminin bagi anak perempuan dan me- separuh atau fifty-fifty, tapi seimbang
numbuhkan watak maskulin bagi anak dalam kadar sesuai dengan keadaan
laki-laki (Irawati Istadi, 2007). Yang dan kebutuhan (Irawati Istadi). Anak
me-njadi pertanyaannya, apakah me- laki-laki tumbuh sebagaimana karakter
mbedakan permainan berdasarkan dan sifat kelaki-lakiannya, namun
jenis kelamin adalah hal yang benar tetap memiliki sifat feminin dalam
dan sejauhmana hal ini mempengaruhi kadar secukupnya seperti sabar,

105 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

telaten dan lembut. Begitu pula anak Dilihat dari segi aspek sosial-
perempuan, selain memiliki ke- emosional, melalui kegiatan bermain
pribadian feminin namun juga perlu anak dapat dilatih untuk memahami
memiliki sifat maskulin seperti tegas, adanya aturan main dan mau
pemberani dan menyukai tantangan. menaatinya. Selain itu, anak dapat
Pada umumnya anak yang dilatih untuk bersikap kooperatif dan
memiliki pribadi androgynius akan menunjukkan antusiasme dalam
lebih mudah menyesuaikan diri dan melakukan permainan kompetitif
diterima dalam pergaulan di ma- secara positif. Anak dibiasakan untuk
syarakat. Bagi anak laki-laki, ia akan mengembangkan sikap gigih untuk
tumbuh menjadi pribadi yang bersikap mencapai kemenangan dan memiliki
lembut, penyayang dan sabar dalam sportif. Tujuan tersebut sesuai dengan
menghadapi dan membantu pe- isi dari standar PAUD yang tertuang
rempuan, termasuk ibu, saudara pe- dalam Permendiknas No 58 tahun
rempuannya, teman perempuannya 2009. Hal ini didukung dengan
bahkan istrinya kelak. Anak laki-laki pendapat Slamet Suyanto (2003)
akan menjadi sosok yang menyayangi bahwa pada saat anak berinteraksi
dan melindungi keluarganya. Ia pun dengan anak yang lain, maka secara
tidak segan untuk membantu pe- tidak langsung mengajarkan anak ba-
kerjaan perempuan seperti memasak, gaimana merespon, memberi dan
merawat bayi atau anak, memasak atau menerima, menolak atau setuju
membersihkan rumah. Sebaliknya terhadap ide dan perilaku anak lain.
perempuan yang memiliki pribadi Di sisi lain melalui kegiatan
androgynius akan tampil sebagai bermain, anak laki-laki dapat me-
sosok perempuan yang lembut tapi ngamati dan memahami karakteristik
tegas, kuat (tegar), percaya diri dan anak perempuan. Sebaliknya, anak
mandiri. Perempuan dilatih untuk perempuan pun bisa mencermati dan
mandiri dan tidak bergantung pada mengenal karakteristik anak laki-laki.
laki-laki dan tampil percaya diri Apabila anak laki-laki hanya bermain
dengan wawasan pemikirannya yang perang-perangan, mobil-mobilan dan
luas. ditertawakan atau dipermalukan ketika
memegang boneka, maka hal ini perlu
Relevansi Bermain dan dipikirkan kembali. Bisa jadi dengan
Kepribadian bermain boneka dan masak-masakan,
Dunia anak adalah dunia anak laki-laki akan terasah fe-
bermain. Melalui kegiatan bermain, minitasnya, sehingga akan tumbuh ra-
anak belajar banyak hal. Bermain sa kasih sayang dan mampu bersikap
merupakan bagian yang amat penting lembut. Begitu pula anak perempuan,
dalam tumbuh kembang anak untuk apabila anak perempuan diperbo-
menjadi manusia seutuhnya (Dwi lehkan memanjat dan berlarian, maka
Sunar Prasetyono, 2007). Anak-anak memungkinkan anak perempuan akan
menggunakan sebagian besar tumbuh menjadi pribadi pe-mberani
waktunya untuk bermain, baik dengan dan lincah. Tentunya sisi yang berbeda
dirinya sendiri maupun dengan tersebut perlu diperhatikan porsinya,
temannya. Bermain memiliki esensi agar kekhawatiran orang tua kalau
dalam mendukung tumbuh kembang anak laki-lakinya diejek dengan istilah
anak. Tidak hanya sekedar me- bencong dan anak pe-rempuannya
ngembangkan aspek fisik motorik saja, tumbuh menjadi anak ya-ng terlalu
namun juga mengembangkan aspek tomboy tidak akan terjadi.
nilai-nilai dan moral, kognitif, bahasa,
dan sosial-emosional.

106 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

Pola Asuh Orang Tua menurut Jane Nelsen dibagi menjadi 3


Baumrind membagi pola asuh gaya (http://n4il4.multiply.com/journal).
menjadi tiga macam, yaitu otoritatif, Gaya tersebut antara lain:
otoritarian dan permisif. Pola asuh Model Ciri-ciri
otoritatif memiliki karakteristik antara Pendidikan
Gaya Keras Memerintah secara
lain: mengarahkan anak secara ra- kaku tanpa memberi
sional, berorientasi pada tindakan atau (Terlalu dikontrol) kebebasan.
perbuatan, mendorong komunikasi Tak ada pilihan lain,
lisan, memberi penjelasan atas ke- harus dituruti.
inginan dan tntutan yang diberikan “Kamu harus
tapi juga menggunakan kekuasaan jika melakukannya, karena
itu perintahku”.
diperlukan, mengharapkan anak untuk Gaya Lunak Bebas tanpa batas.
menyesuaikan dengan harapan orang Bebas memilih.
tua tapi juga mendorong untuk ma- (Tanpa batas) “Kamu boleh
ndiri, menetapkan standar perilaku se- melakukan apapun
cara fleksibel. Sedangkan ka-rakteristik yang kamu mau”.
pola asuh otoritarian antara lain: Gaya Disiplin Bebas tapi ada
membentuk, mengontrol, mengeva- Yang Positif batasnya.
luasi sikap dan perilaku anak dengan Pilihan terbatas.
“Kamu boleh memilih
menggunakan standar yang absolut apapun asal dalam
dan kaku, menekankan pada kepa- batas yang ditentukan”.
tuhan, penghormatan, kekuasaan dan
tradisi serta menjaga keteraturan dan Orang tua yang memilih gaya
kurang menjalin komunikasi lisan. mendidik yang satu akan berbeda
Pola asuh permisif memiliki ka- pandangan dan sikap dari orang tua
rakteristik antara lain: memiliki sikap yang memilih gaya mendidik lainnya.
positif pada anak, sedikit meng- Berikut ini penjelasan dari ketiga gaya
gunakan hukuman, membiarkan anak atau pola asuh menurut Jane Nelsen.
mengatur perilakunya, tidak banyak 1. Gaya keras:
menuntut anak, dan menghindari “Ini peraturan yang harus kamu
pengontrolan dan menggunakan rasio- taati dan jika tidak kamu taati, kamu
nal dalam mencapai tujuan. akan dihukum”. Jadi anak tidak ikut
Orang tua yang bersikap otoriter mempengaruhi keputusan. Ibarat-
dan yang memberikan kebebasan nya anak adalah terdakwa dan
penuh menjadi pendorong bagi anak orangtua adalah hakim.
untuk berperilaku agresif. Sedangkan 2. Gaya Lunak
orang tua yang bersikap demokratis “Tidak ada peraturan ketat. Kami
tidak memberikan andil terhadap yakin kita semua akan hidup saling
perilaku anak untk agresif dan menjadi menyayangi dan bahagia. Kelak
pendorong terhadap perkembangan anak akan bisa memilih peraturan-
anak ke arah yang positif. Dijelaskan mu sendiri kelak. Jika anak me-
pula bahwa dalam pola asuh dan sikap lakukan sesuatu yang bagus, akan
orang tua yang demokratis menjadikan kami beri hadiah”.
adanya komunikasi yang dialogis 3. Gaya Disiplin Yang Positif
antara anak dan orang tua dan adanya “Kita bisa sama-sama menentukan
kehangatan yang membuat anak peraturan mana yang sama-sama
merasa diterima oleh orang tua, menguntungkan (win-win solution)
sehingga ada pertautan rasa (M dan apa solusi yang diperlukan jika
Sochib, 2000). ada masalah. Jika mama atau papa
Dalam mendidik anak, orang tua harus menentukan keputusan tanpa
memiliki gaya asuh. Gaya asuh masukan dari kalian (anak-anak),
107 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

kita akan tegas tetapi sayang, tetap pengaruhi juga oleh faktor lingkungan,
menghormati kalian tanpa menja- baik teman sebaya, lingkungan mas-
tuhkan harga diri kalian. yarakat maupun media masssa seperti
(http://n4il4.multiply.com/journal) tayangan televisi dan internet. Dilema
Pola asuh dapat mempengaruhi muncul apabila orang tua sudah
kepribadian anak. Kepribadian anak menanamkan pola asuh dan nilai-nilai
terbentuk melalui pembiasaan dalam yang baik pada anak, namun karena
kehidupan sehari-hari, baik di rumah pengaruh lingkungan, maka tidak
maupun di lingkungan luar rumah. mustahil anak menjadi berkepribadian
Oleh karena itu, orang tua perlu tidak baik. Oleh karena itu, komu-
mempertimbangkan dan mengkom- nikasi, pengawasan dan pendampingan
promikan pola asuh atau gaya asuh harus dilakukan orang tua agar anak
manakah yang akan diterapkan pada mampu memilih dan memilah sikap
anak, sehingga tujuan untuk serta perbuatan yang harus dicontoh
membantu perkembangan anak akan dan tidak patut dicontoh.
tercapai. Sebagai orang tua tentunya Terkait dengan permainan, maka
ayah dan ibu harus memiliki aturan orang tua perlu memberikan kese-
yang sama dalam mengasuh. Dari mpatan anak untuk bermain dan ber-
beberapa gambaran beberapa tipe atau baur bersama melalui permainan.
pola asuh, memang tidak semua tipe Ayah dan Ibu perlu menyediakan
dapat diterapkan untuk semua anak. sarana dan media bermain untuk me-
Secara umum pola demokratis mbantu mengembangkan potensi dan
dianggap menghasilkan anak-anak kepribadian anak. Tidak menjadi
yang patuh dan taat, sedangkan pola masalah apabila ayah mengajak anak
permisif dikritik sebagai bukan bentuk perempuannya bermain bola, dan Ibu
disiplin (Suryadi, 2007). meminta anak laki-lakinya terlibat di
dapur. Melalui permainan, anak dapat
Pendidikan Anak dalam Keluarga diberikan pemahaman untuk lebih
Setiap orang tua mendambakan mengenal karakter dan kekhasan
anaknya memiliki budi pekerti luhur masing-masing serta menghargai per-
dan berhasil. Sebagai upaya untuk bedaan. Misalnya tidak selamanya
mencapai tujuan tersebut, maka anak perempuan itu cengeng dan
pendidikan keluarga memiliki urgensi ternyata anak laki-laki pun diper-
yang pertama dan utama. Hal ini bolehkan menangis.
dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara
(M Sochib, 2000) bahwa keluarga Peran Orang Tua
merupakan “pusat pendidikan” yang Keluarga merupakan lembaga
pertama dan terpenting karena sejak yang paling penting dalam membentuk
timbulnya adab kemanusiaan sampai kepribadian anak. Ki Hajar Dewantara
saat ini, keluarga selalu mempengaruhi menyatakan bahwa esensi pendidikan
pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap merupakan tanggung jawab keluarga,
manusia. Di samping itu, orang tua sedangkan sekolah hanya berpa-
dapat menanamkan benih kebatinan rtisipasi (M Sochib, 2000). Orang tua
yang sesuai dengan kebatinannya se- memiliki peran paling besar untuk
ndiri ke dalam jiwa anak-anaknya. mempengaruhi anak pada saat anak
Upaya untuk memantapkan ke- peka terhadap pengaruh luar, serta
pribadian anak tampaknya bukan mengajarnya selaras dengan temponya
suatu hal yang mudah. Orang tua perlu sendiri. Orang tua adalah sosok yang
menetapkan suatu pola dan perlu seharusnya paling mengenal kapan
adanya kekompakan antara ayah dan dan bagaimana anak belajar sebaik-
ibu. Selain itu, kepribadian anak di- baiknya (Dwi Sunar, 2007). Dalam

108 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

proses perkembangan anak, peran komunikasi dengan saling men-


orang tua antara lain: dengarkan lewat cerita dan obrolan.
a. Mendampingi c. Memberikan kesempatan
Setiap anak memerlukan perha- Orang tua perlu memberikan
tian dari orang tuanya. Sebagian kesempatan pada anak. Kesempatan
orang tua bekerja dan pulang ke pada anak dapat dimaknai sebagai
rumah dalam keadaan lelah. Bahkan suatu kepercayaan. Tentunya ke-
ada juga orang tua yang meng- sempatan ini tidak hanya sekedar
habiskan sebagian besar waktunya diberikan tanpa adanya pengarahan
untuk bekerja, sehingga hanya dan pengawasan. Anak akan tum-
memiliki sedikit waktu bertemu dan buh menjadi sosok yang percaya diri
berkumpul dengan keluarga. Bagi apabila diberikan kesempatan untuk
para orang tua yang menghabiskan mencoba, mengekspresikan, meng-
sebagian waktunya untuk bekerja di eksplorasi dan mengambil kep-
luar rumah, bukan berarti mereka utusan. Kepercayaan merupakan
gugur kewajiban untuk mendam- unsur esensial, sehingga arahan,
pingi dan menemani anak-anak bimbingan dan bantuan yang di-
ketika di rumah. Meskipun hanya berikan orang tua kepada anak akan
dengan waktu yang sedikit, namun “menyatu” dan memudahkan anak
orang tua bisa memberikan menangkap maknanya (M Sochib,
perhatian yang berkualitas dengan 2000). Orang tua kadangkala perlu
fokus menemani anak, se-perti membiarkan anak per-empuannya
mendengar ceritanya, bercanda atau bermain perang-perangan dan ber-
bersenda gurau, bermain bersama larian selama tidak membahayakan
dan sebagainya. Menyediakan dan anak laki-lakinya yang ikut
fasilitas dan media bermain yang membeli pada per-mainan “masak-
lengkap tidak menjamin anak masakan”.
merasa senang. Anak merupakan d. Mengawasi
makhluk sosial yang memiliki Pengawasan mutlak diberikan
kebutuhan sosial, yaitu ber-interaksi pada anak agar anak tetap dapat
dengan orang lain, mendapatkan dikontrol dan diarahkan. Tentunya
perhatian serta kehangatan dari pengawasan yang dimaksud bukan
orang-orang yang ada di sekitarnya. berarti dengan memata-matai dan
b. Menjalin komunikasi main curiga. Tetapi pengawasan
Komunikasi menjadi hal yang dibangun dengan dasar
penting dalam hubungan orang tua komunikasi dan keterbukaan. Orang
dan anak karena komunikasi me- tua perlu secara langsung dan tidak
rupakan jembatan yang meng- langsung untuk mengamati dengan
hubungkan keinginan, harapan dan siapa dan apa yang dilakukan oleh
respon masing-masing pihak. Me- anak, sehinga dapat meminimalisir
lalui komunikasi, orang tua dapat dampak pengaruh negatif pada
menyampaikan harapan, masukan anak. Dalam kegiatan bermain,
dan dukungan pada anak. Begitu tentunya jenis permainan perlu
pula sebaliknya, anak dapat ber- diperhatikan agar anak laki-laki
cerita dan menyampaikan pen- tidak terlalu menonjol (memiliki
dapatnya. Komunikasi yang di- sikap kasar dan keras) dan atau
warnai dengan keterbukaan dan tu- kehilangan sisi maskulinitasnya
juan yang baik dapat membuat su- (seperti perempuan). Begitu pula
asana yang hangat dan nyaman da- anak perempuan, terlalu menonjol
lam kehidupan keluarga. Saat ber- sisi feminitasnya (terlalu sensitif
main, orang tua dan anak menjalin

109 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

atau cengeng) dan atau kehilangan ngkinkan anak tumbuh menjadi


sisi feminitasnya (tomboy). pribadi seimbang.
e. Mendorong atau memberikan b. Memberikan kesempatan meme-
motivasi rankan permainan lawan jenisnya
Motivasi merupakan keadaan Memerankan permainan lawan
dalam diri individu atau organisme jenis memiliki keasyikan tersendiri.
yang mendorong perilaku ke arah Selain sebagai variasi, permainan ini
tujuan (Bimo Walgito, 2002). dapat mengarahkan pada sisi
Motivasi bisa muncul dari diri kepribadian. Anak laki-laki bisa saja
individu (internal) maupun dari luar memainkan boneka untuk men-
individu (eksternal). Setiap individu umbuhkan feminitasnya. Mungkin
merasa senang apabila diberikan tidak menggendong-gendong bon-
penghargaan dan dukungan atau eka seperti anak perempuan, tetapi
motivasi. Motivasi menjadikan bisa meletakkan boneka tersebut di
individu menjadi semangat dalam atas mobil-mobilan layaknya penu-
mencapai tujuan. Motivasi diberikan mpang (Irawati Istadi, 2007). Anak
agar anak selalu berusaha me- perempuan pun diperbolehkan unt-
mpertahankan dan meningkatkan uk mengecat, memasang lampu, pa-
apa yang sudah dicapai. Apabila ku memaku dan sebagainya.
anak belum berhasil, maka motivasi c. Mengijinkan sesekali berpakaian
dapat membuat anak pantang seperti lawan jenisnya (khusus anak
menyerah dan mau mencoba lagi. perempuan)
f. Mengarahkan Pada umumnya anak perempu-
Orang tua memiliki posisi an dibiasakan menggunakan rok.
strategis dalam membantu agar Namun kadangkala tidak ada
anak memiliki dan mengembangkan salahnya apabila anak perempuan
dasar-dasar disiplin diri (M Sochib, menggunakan celana agar lebih
2000). memungkinkan keleluasaan berger-
ak dan melakukan berbagai kegiatan
Upaya yang Bisa Dilakukan maskulinitas, seperti berlarian,
Melalui permainan diharapkan memanjat, dan bersepeda. Anak
dapat menumbuhkan pribadi and- perempuan perlu dirangsang untuk
rogynius pada anak-anak. Pola per- melakukan kegiatan maskulinitas,
mainan yang dilakukan secara per- meskipun porsinya tidak sebanyak
lahan memungkinkan munculnya ke- laki-laki (Irawati Istadi, 2007). Bagi
pribadian yang terinternalisasi. Untuk anak laki-laki, tentunya tidak perlu
menumbuhkan pribadi androgynius, dilatih mengggunakan rok karena
maka orang dewasa dalam hal ini pada umumnya sesuai norma dan
orang tua, angggota keluarga dan budaya kita, laki-laki menggunakan
pendidik dapat melakukan beberapa celana.
hal, diantaranya: d. Membiarkan anak untuk berbaur
a. Mengenalkan dunia lawan jenisnya Melalui kegiatan bersama, anak-
Anak perlu dikenalkan pada anak akan memahami bahwa anak
dunia lawan jenis, misalnya jenis perempuan tidak selamanya identik
permainan, kesempatan untuk me- dengan sifat cengeng. Anak per-
merankan permainan lawan jenis, empuan juga memiliki karakter
kebiasaan berpakaian, dan seb- penyayang dan suka menolong.
againya. Pola permainan yang di- Sebaliknya anak perempuan juga
lakukan secara perlahan akan mem- bisa memahami bahwa anak laki-
beri bentuk kepribadian. Kese- laki tidak hanya suka menggoda dan
mpatan untuk bergaul memu- kadangkala membuat tangis (se-

110 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

benarnya hanya bercanda), tapi juga Daftar Pustaka


bisa menjadi pembela ketika ada
anak lain yang mengganggu. Ketika Istadi, Irawati. 2007. Istimewakan
kadangkala anak-anak saling ber- Setiap Anak. Bekasi: Pustaka Inti.
bincang, pukul-pukulan, bercanda,
saling dorong, maka biarkanlah Prasetyono, Dwi Sunar. 2007.
karena melalui hal tersebut anak Membedah Psikologi Bermain
bisa saling mengenal. Pemberian Anak. Yogyakarta: Penerbit
batasan untuk dipisah apabila anak- Think.
anak sudah beranjak 10 tahun
(Irawati istadi, 2007). Rumini, Sri dkk. 1998. Psikologi
Umum. Fakultas Ilmu Pendidikan
Penutup IKIP Yogyakarta.
Orang tua memiliki peran untuk
membantu mengoptimalkan tumbuh Sochib, M. 2000. Pola Asuh Orang Tua
kembang anak, sehingga dapat men- Dalam Membantu Anak
capai tugas perkembangannya dengan Mengembangkan Disiplin Diri.
baik. Salah satu lingkup perkembangan Jakarta: Rineka Cipta.
yang tidak kalah penting adalah sosial
emosional, termasuk di dalamnya ada- Suryadi. 2007. Cara Efektif
lah kepribadian. Melalui kegiatan ber- Memahami Perilaku Anak Usia
main, orang tua dapat membentuk Dini. Jakarta: EDSA.
pribadi anak yang androgynius dengan
memperkenalkan anak-anak pada dun- Suyanto, Slamet. 2003. Konsep
ia lawan jenis. Tentunya pengenalan Pendidikan Anak Usia Dini.
tersebut disesuaikan dengan porsi agar Yogyakarta.
mencapai keseimbangan. Dalam artian
anak laki-laki tidak menonjol karakter Walgito, Bimo. 2004. Pengantar
keperempuan-perempuanan dan anak Psikologi Umum. Yogyakarta:
perempuan tidak terlalu tampak Penerbit Andi.
kelaki-lakiannya (terlalu tomboy).
Diharapkan dengan mengenal dan http://n4il4.multiply.com/journal/ite
memperoleh pengalaman tentang keg- m/229/Awas-Jangan-Terlalu-
iatan bermain lawan jenis, anak-anak Keras-Mendidik-Anak- diakses
lebih mampu menghayati, memahami tanggal 12 September 2012
dan menyikapi karakteristik lawan jen-
is serta tidak memiliki pribadi yang
timpang dan kaku. Anak laki-laki tum-
buh sebagaimana karakter dan sifat ke-
laki-lakiannya, namun tetap memiliki
sifat feminin dalam kadar secukupnya
seperti sabar, telaten dan lembut. Be-
gitu pula anak perempuan, selain me-
miliki kepribadian feminin namun juga
perlu memiliki sifat maskulin, seperti
tegas, pemberani dan menyukai tan-
tangan.

111 
 
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
 

112 
 

Anda mungkin juga menyukai