Muthmainnah
diwan_nafil@yahoo.co.id
PGPAUD FIP Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Anak memiliki potensi kepribadian sesuai dengan gaya pengasuhan dan warna
lingkungan. Sebagai orang tua sudah menjadi suatu keniscayaan untuk bisa
memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tidak sekedar mencarikan sekolah
terbaik untuk anak, tetapi memberikan kasih sayang dengan membantu anak
mencapai tugas perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang perlu
dicapai adalah mengenal diri dan lingkungan. Anak-anak dapat mengenal diri dan
lingkungannya melalui kegiatan bermain yang merupakan dunia mereka. Melalui
bermain, salah satu aspek yang dapat dikembangkan adalah aspek sosial-emosional,
termasuk di dalamnya adalah kepribadian. Kepribadian anak laki-laki identik dengan
sisi maskulinitas, sedangkan anak perempuan identik dengan sisi feminitas. Anak
laki-laki yang hanya dibiasakan untuk mengembangkan sisi maskulinitasnya dan
anak perempuan yang hanya dikondisikan untuk menumbuhkan sisi feminitasnya
dikhawatirkan akan tumbuh menjadi pribadi yang timpang dan terlalu kaku. Upaya
untuk mencegah tumbuhnya kepribadian yang timpang dan terlalu kaku dapat
dilakukan dengan mengkondisikan anak agar memiliki pribadi yang androgynius,
yaitu pribadi yang memiliki kecenderungan sifat seimbang.
Abstract
Children have potential of personality that fits with the style of parenting and the
color of environment. As people become parents, it is a necessity to be able to give
their best to their children. It is not only finding the best school for the children, but
also giving their love to help their children reach their development tasks. One of the
development tasks that need to be achieved is knowing oneself and the environment.
Children can recognize themselves and their environment through playing activities
that constitute their world. One aspect that can be developed through playing is
social emotional including the personality. Boy’s personality is synonymous with
masculinity side while girls are identical with femininity side. Boys who are only
accustomed to develop their masculinity and girls who are only conditioned to
cultivate their femininity side are worried to grow into lame and too rigid persons.
Some efforts to prevent the children from growing into lame and too stiff
personality are done by conditioning the children to have androgynous personality,
i.e., a person who has tendency to have a balance nature.
103
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
104
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
yang diasuh oleh orang tua yang kepribadian anak? Tampaknya hal ini
memiliki pola asuh baik tentunya akan perlu menjadi pemikiran.
menjadi pribadi yang baik. Pola asuh Dalam kesehariannya dapat kita
yang baik adalah pola asuh yang bisa amati bahwa orang tua akan me-
menempatkan pada situasi dan kondisi mbiasakan dan mengkondisikan anak
anak yang dapat mendukung per- sesuai dengan jenis kelaminnya. Mi-
kembangannya. Keluarga memiliki pe- salnya anak laki-laki akan dibiasakan
ran strategis dan krusial untuk dapat untuk menggunakan celana, bermain
mengantarkan anaknya menjadi pri- yang maskulin seperti berlarian, te-
badi yang baik dan bermanfaat bagi mbak-tembakan, bermain bola dan
lingkungannya. kelereng. Sedangkan jika anak laki-laki
bermain dengan boneka dan masak-
Pribadi Androgynius dan masakan, maka hal ini kadangkala
Urgensinya dianggap aneh. Begitu pula sebaliknya,
Anak sangat menyukai kegiatan anak perempuan cenderung dilarang
bermain karena dianggap men- untuk memanjat dan bermain bola.
yenangkan. Melalui kegiatan bermain, Anak perempuan lebih dikondisikan
anak sekaligus dapat mengembangkan dengan permainan yang lebih me-
aspek perkembangannya, baik aspek numbuhkan sisi feminitasnya seperti
nilai dan moral, kognitif, fisik-motorik, permainan masak-masakkan. Padahal
bahasa, dan sosial-emosional. Bermain seorang anak laki-laki perlu me-
menjadikan anak menjadi sehat karena mahami perasaan anak perempuan
bergerak bebas, terlatih pola pikirnya dan sebaliknya, anak perempuan di-
untuk membuat strategi bermain dan harapkan untuk memahami pula
terasah hatinya untuk bersikap sportif, perasaan lawan jenisnya. Agar bisa
menaati aturan bersama dan mengenal memahami perasaan lawan jenisnya
berbagai karakter temannya. Interaksi maka orang tua perlu mengenalkan
dengan teman-teman saat bermain anak pada kebiasaan dan ke-
merupakan salah satu kebutuhan anak cenderungan lawan jenis semasa kecil.
yang dapat membantu tumbuh ke- Anak laki-laki yang hanya
mbangnya di masa depan. dibiasakan untuk mengembangkan sisi
Jenis permainan yang dilakukan maskulin semata dan anak perempuan
anak umumnya dibedakan ber- yang hanya dikondisikan untuk
dasarkan jenis kelamin. Perbedaan menumbuhkan sisi feminitasnya
jenis hormon, bentuk tubuh dan semata dikhawatirkan akan tumbuh
kekuatan menjadi faktornya. Anak menjadi pribadi yang timpang dan
laki-laki yang cenderung kuat lebih terlalu kaku. Upaya untuk mencegah
memilih permainan yang aktif dan tumbuhnya kepribadian yang timpang
kasar. Sedangkan anak perempuan dan terlalu kaku dapat dilakukan
memilih permainan yang lembut, me- dengan mengkondisikan anak agar
merlukan pembicaraan dan tidak memiliki pribadi yang androgynius,
banyak memerlukan kekuatan fisik. yaitu pribadi yang memiliki ke-
Kecenderungan alami ini akan cenderungan sifat seimbang. Seimbang
membantu menumbuhkan kepribadian tidak dimaknai sebagai separuh-
feminin bagi anak perempuan dan me- separuh atau fifty-fifty, tapi seimbang
numbuhkan watak maskulin bagi anak dalam kadar sesuai dengan keadaan
laki-laki (Irawati Istadi, 2007). Yang dan kebutuhan (Irawati Istadi). Anak
me-njadi pertanyaannya, apakah me- laki-laki tumbuh sebagaimana karakter
mbedakan permainan berdasarkan dan sifat kelaki-lakiannya, namun
jenis kelamin adalah hal yang benar tetap memiliki sifat feminin dalam
dan sejauhmana hal ini mempengaruhi kadar secukupnya seperti sabar,
105
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
telaten dan lembut. Begitu pula anak Dilihat dari segi aspek sosial-
perempuan, selain memiliki ke- emosional, melalui kegiatan bermain
pribadian feminin namun juga perlu anak dapat dilatih untuk memahami
memiliki sifat maskulin seperti tegas, adanya aturan main dan mau
pemberani dan menyukai tantangan. menaatinya. Selain itu, anak dapat
Pada umumnya anak yang dilatih untuk bersikap kooperatif dan
memiliki pribadi androgynius akan menunjukkan antusiasme dalam
lebih mudah menyesuaikan diri dan melakukan permainan kompetitif
diterima dalam pergaulan di ma- secara positif. Anak dibiasakan untuk
syarakat. Bagi anak laki-laki, ia akan mengembangkan sikap gigih untuk
tumbuh menjadi pribadi yang bersikap mencapai kemenangan dan memiliki
lembut, penyayang dan sabar dalam sportif. Tujuan tersebut sesuai dengan
menghadapi dan membantu pe- isi dari standar PAUD yang tertuang
rempuan, termasuk ibu, saudara pe- dalam Permendiknas No 58 tahun
rempuannya, teman perempuannya 2009. Hal ini didukung dengan
bahkan istrinya kelak. Anak laki-laki pendapat Slamet Suyanto (2003)
akan menjadi sosok yang menyayangi bahwa pada saat anak berinteraksi
dan melindungi keluarganya. Ia pun dengan anak yang lain, maka secara
tidak segan untuk membantu pe- tidak langsung mengajarkan anak ba-
kerjaan perempuan seperti memasak, gaimana merespon, memberi dan
merawat bayi atau anak, memasak atau menerima, menolak atau setuju
membersihkan rumah. Sebaliknya terhadap ide dan perilaku anak lain.
perempuan yang memiliki pribadi Di sisi lain melalui kegiatan
androgynius akan tampil sebagai bermain, anak laki-laki dapat me-
sosok perempuan yang lembut tapi ngamati dan memahami karakteristik
tegas, kuat (tegar), percaya diri dan anak perempuan. Sebaliknya, anak
mandiri. Perempuan dilatih untuk perempuan pun bisa mencermati dan
mandiri dan tidak bergantung pada mengenal karakteristik anak laki-laki.
laki-laki dan tampil percaya diri Apabila anak laki-laki hanya bermain
dengan wawasan pemikirannya yang perang-perangan, mobil-mobilan dan
luas. ditertawakan atau dipermalukan ketika
memegang boneka, maka hal ini perlu
Relevansi Bermain dan dipikirkan kembali. Bisa jadi dengan
Kepribadian bermain boneka dan masak-masakan,
Dunia anak adalah dunia anak laki-laki akan terasah fe-
bermain. Melalui kegiatan bermain, minitasnya, sehingga akan tumbuh ra-
anak belajar banyak hal. Bermain sa kasih sayang dan mampu bersikap
merupakan bagian yang amat penting lembut. Begitu pula anak perempuan,
dalam tumbuh kembang anak untuk apabila anak perempuan diperbo-
menjadi manusia seutuhnya (Dwi lehkan memanjat dan berlarian, maka
Sunar Prasetyono, 2007). Anak-anak memungkinkan anak perempuan akan
menggunakan sebagian besar tumbuh menjadi pribadi pe-mberani
waktunya untuk bermain, baik dengan dan lincah. Tentunya sisi yang berbeda
dirinya sendiri maupun dengan tersebut perlu diperhatikan porsinya,
temannya. Bermain memiliki esensi agar kekhawatiran orang tua kalau
dalam mendukung tumbuh kembang anak laki-lakinya diejek dengan istilah
anak. Tidak hanya sekedar me- bencong dan anak pe-rempuannya
ngembangkan aspek fisik motorik saja, tumbuh menjadi anak ya-ng terlalu
namun juga mengembangkan aspek tomboy tidak akan terjadi.
nilai-nilai dan moral, kognitif, bahasa,
dan sosial-emosional.
106
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
kita akan tegas tetapi sayang, tetap pengaruhi juga oleh faktor lingkungan,
menghormati kalian tanpa menja- baik teman sebaya, lingkungan mas-
tuhkan harga diri kalian. yarakat maupun media masssa seperti
(http://n4il4.multiply.com/journal) tayangan televisi dan internet. Dilema
Pola asuh dapat mempengaruhi muncul apabila orang tua sudah
kepribadian anak. Kepribadian anak menanamkan pola asuh dan nilai-nilai
terbentuk melalui pembiasaan dalam yang baik pada anak, namun karena
kehidupan sehari-hari, baik di rumah pengaruh lingkungan, maka tidak
maupun di lingkungan luar rumah. mustahil anak menjadi berkepribadian
Oleh karena itu, orang tua perlu tidak baik. Oleh karena itu, komu-
mempertimbangkan dan mengkom- nikasi, pengawasan dan pendampingan
promikan pola asuh atau gaya asuh harus dilakukan orang tua agar anak
manakah yang akan diterapkan pada mampu memilih dan memilah sikap
anak, sehingga tujuan untuk serta perbuatan yang harus dicontoh
membantu perkembangan anak akan dan tidak patut dicontoh.
tercapai. Sebagai orang tua tentunya Terkait dengan permainan, maka
ayah dan ibu harus memiliki aturan orang tua perlu memberikan kese-
yang sama dalam mengasuh. Dari mpatan anak untuk bermain dan ber-
beberapa gambaran beberapa tipe atau baur bersama melalui permainan.
pola asuh, memang tidak semua tipe Ayah dan Ibu perlu menyediakan
dapat diterapkan untuk semua anak. sarana dan media bermain untuk me-
Secara umum pola demokratis mbantu mengembangkan potensi dan
dianggap menghasilkan anak-anak kepribadian anak. Tidak menjadi
yang patuh dan taat, sedangkan pola masalah apabila ayah mengajak anak
permisif dikritik sebagai bukan bentuk perempuannya bermain bola, dan Ibu
disiplin (Suryadi, 2007). meminta anak laki-lakinya terlibat di
dapur. Melalui permainan, anak dapat
Pendidikan Anak dalam Keluarga diberikan pemahaman untuk lebih
Setiap orang tua mendambakan mengenal karakter dan kekhasan
anaknya memiliki budi pekerti luhur masing-masing serta menghargai per-
dan berhasil. Sebagai upaya untuk bedaan. Misalnya tidak selamanya
mencapai tujuan tersebut, maka anak perempuan itu cengeng dan
pendidikan keluarga memiliki urgensi ternyata anak laki-laki pun diper-
yang pertama dan utama. Hal ini bolehkan menangis.
dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara
(M Sochib, 2000) bahwa keluarga Peran Orang Tua
merupakan “pusat pendidikan” yang Keluarga merupakan lembaga
pertama dan terpenting karena sejak yang paling penting dalam membentuk
timbulnya adab kemanusiaan sampai kepribadian anak. Ki Hajar Dewantara
saat ini, keluarga selalu mempengaruhi menyatakan bahwa esensi pendidikan
pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap merupakan tanggung jawab keluarga,
manusia. Di samping itu, orang tua sedangkan sekolah hanya berpa-
dapat menanamkan benih kebatinan rtisipasi (M Sochib, 2000). Orang tua
yang sesuai dengan kebatinannya se- memiliki peran paling besar untuk
ndiri ke dalam jiwa anak-anaknya. mempengaruhi anak pada saat anak
Upaya untuk memantapkan ke- peka terhadap pengaruh luar, serta
pribadian anak tampaknya bukan mengajarnya selaras dengan temponya
suatu hal yang mudah. Orang tua perlu sendiri. Orang tua adalah sosok yang
menetapkan suatu pola dan perlu seharusnya paling mengenal kapan
adanya kekompakan antara ayah dan dan bagaimana anak belajar sebaik-
ibu. Selain itu, kepribadian anak di- baiknya (Dwi Sunar, 2007). Dalam
108
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
109
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
110
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
111
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012
112