Berbagai obat yang dikonsumsi ibu selama hamil, kesehatan ibu saat
hamil, adanya radiasi, dan berbagai komplikasi kehamilan atau
persalinan juga merupakan faktor mikrokosmos yang akan
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
b. Faktor Makrokosmos
Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak yang juga
akan memengaruhipertumbuhan perkembangan. Faktor tersebut meliputi
pola asuh yang dilakukan ayah, ibu,saudara, atau teman di lingkungannya
(Yusuf, 2015).
1) Asuhan Lingkungan
Ayah, ibu, saudara, dan teman lebih sering mendidik anak seperti
keinginannya. Menginginkan anak menjadi seperti dirinya, pola asuh
yang diberikan, cara hidup, dan strategi menghadapi kehidupan
diajarkan sesuai pengalaman mereka. Padahal zaman orang tua dengan
zamannya anak berbeda. Beda zaman, beda tantangan, maka berbeda
strategi menghadapi kehidupan. Dengan demikian, pola asuh orang tua
harus tetap mengajarkan strategi kehidupan yang akurat untuk
menghadapi tantangan pada zamannya anak. Berikan gambaran (figur)
orang tua dalam menghadapi kehidupan. Contohnya, Figur ibu (mother
figure) merupakan gambaran sosok seorang ibu dalam kehidupan.
2) Lingkungan
Lingkungan dengan berbagai macam keadaannya menuntut anak
mampu beradaptasi,serta membandingkan dengan ajaran yang telah
diperoleh atau dipelajari dari rumah untukdikembangkan dalam
lingkungan sosial. Lingkungan adalah mediator dan fasilitator
dalampembentukan perilaku anak. Anak dapat belajar kehidupan
melalui asosiasi, konsekuensi, atau observasi.
1. Belajar dari pergaulan
2. Belajar dari konsekuensi atau sebab akibat
B. Terapi Spesialis Pada Kelompok Khusus Yang Dapat dilakukan Antara lain
1. Terapi Individu : CBT (Cognitive Behavior Therapy)
CBT merupakan kombinasi dari terapi cognitive dan behaviour, dan
memiliki pengaruh untuk mengatasi gangguan mood dan ansietas. CBT adalah
salah satu bentuk terapi komunikasi (Kassel & Rais, 2010), Sehingga dapat
dikatakan bahwa CBT merupakan terapi yang menggunakan pendekatan
penyelesaian masalah dengan mempelajari cara pengontrolan pikiran melalui
perubahan persepsi terhadap orang dan situasi tertentu. CBT adalah intervensi
terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi tingkah laku mengganggu dan
maladaptif dengan mengembangkan proses kognitif. CBT didasarkan pada
asumsi bahwa afek dan tingkah laku adalah produk dari kognitif oleh karena
itu intervensi kognitif dan tingkah laku dapat membawa perubahan dalam
pikiran, perasaan, dan tingkah laku. CBT pada dasarnya bertujuan untuk
mengubah keadaan atau status emosi individu, akan tetapi emosi tidak dapat
diintervensi secara langsung. Emosi dihasilkan dari adanya stimulasi internal
dan eksternal dan dipengaruhi oleh adanya perubahan pola pikir dan perilaku.
Tujuan CBT untuk menstabilkan emosi dicapai menggunakan CBT dengan
merubah pikiran dan perilaku yang berkontribusi menyebabkan distress emosi.
Tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan ketrampilan yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan kesadaran akan pikiran dan perasaannya,
mengidentifikasi bagaimana situasi, pikiran dan perilaku mempengaruhi
perasaan dan meningkatkan kemampuan untuk merubah pikiran dan perilaku
maladaptif (Cully & Teten, 2008).
Penerapan terapi perilaku kognitif akan mengubah status pikiran dan
perilaku klien, sehingga perilaku negatif yang muncul akan menjadi perilaku
yang positif. Diharapkan putusnya hubungan antara pikiran dan perilaku yang
negatif pada klien, secara keseluruhan akan mengubah cara berpikir dan
berperilaku individu tersebut tidak mengarah pada perilaku yang maladaptif,
sehingga akan meningkatan kemampuan klien isolasi sosial untuk melakukan
interaksi sosial dan pada akhirnya akan meningkatnya kepercayaan klien
dalam melakukan interaksi klien dengan orang lain dan mengurangi pikiran
negatif yang muncul pada klien. Selain itu juga merubah perilaku negative
klien seperti marah marah membahayakan diri sendiri dan orang lain. Pada
proses pelaksanaan terapi perilaku kognitif dibagi dalam 5 sesi, setiap sesi
dilaksanakan selama 30-45 menit untuk setiap klien. Pada sesi satu adalah
pengkajian, sesi dua adalah terapi kognitif klien, sesi tiga terapi perilaku klien,
sesi ke empat adalah evaluasi terapi kognitif dan terapi perilaku dan sesi ke
lima adalah kemampuan merubah pikiran dan perilaku maladaptive untuk
mencegah kekambuhan klien (Workshop Keperawatan Jiwa FIK UI ke-X,
Depok. 23 Agustus 2016).
5. Interpersonal Therapy
Interpersonal Therapy (IPT) ini adalah terapi fokus singkat kepada
hubungan personal pasien dan interaksinya dengan yang lain. Pasien dan
terapis bersama-sama menemukan masalah interpersonal yang akan menjadi
focus utama pengobatan. IPT terdisi dari 3 fase yaitu fase inisiasi yaitu
menyediakan fokus untuk mengatasi masalah interpersonal yang terjadi. Fase
menengah yaitu tugas utama untuk memperbaiki masalah interpersonal. Fase
akhir yaitu diskusi langsung dan mengakhiri. IPT membantu pasien
menyelesaikan masalah interpersonal yang terjadi pada dirinya sendiri (Arini,
2016).
6. Psikodinamik Terapi
Psikodinamik terapi adalah terapi yang menggunakan penggambaran
ulang riwayat hidup klien yang meliputi riwayat masa lalu saat ini dan masa
depan. Terapi ini mengasumsikan bahwa perilaku dan perasaan manusia
dipengaruhi oleh alam bawah sadar (Stuart, 2013). Seperti peristiwa masa
kecil dapat berpengaruh terhadap perilaku yang tampak pada kepribadian dan
perilaku seseorang, termasuk kemampuan individu dalam hubungan sosial
(Townsen, 2018). Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh id, ego dan
super ego. Id adalah insting seseorang yang mendorong individu untuk
melakukan suatu tindakan, super ego berkaitan dengan norma, nilai, etika
dalam kehidupan sosial, dan ego adalah penyeimbangkan antara id dan super
ego. Terapi psikodinamik terdiri dari lima tahap yaitu: aliansi terapeutik,
masalah psikodinamik inti, formulasi psikodinamik, strategi untuk
memfasilitasi perubahan dan terminasi (Summers, & Barber, 2015).
Maramis W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Kiwa: Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta:
Penerbit Andi