Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : JKKI

VOLUME 08 No. 04 Desember • 2019 Halaman 158-163

Artikel Penelitian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014


PASAL 88 DI KABUPATEN BANYUMAS
IMPLEMENTATION OF LAW POLICY NUMBER 36 YEAR 2014 ARTICLE IN BANYUMAS DISTRICT

Yuditha Nindya Kartika Rizqi1, Laksono Trisnantoro2, Dwi Handono Sulistyo1

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan


1

Keperawatan, Universitas Gadjah Mada


2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Isu strategis tenaga kesehatan yang masih dihadapi hingga saat ini antara lain adalah pengembangan tenaga kesehatan
belum dapat memenuhi pelayanan/pembangunan kesehatan. Selain itu, kualitas tenaga kesehatan di Indonesia belum memiliki
daya saing dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 Pasal 88
merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Di Kabupaten Banyumas,
sebanyak 4,39% atau 221 orang dari jumlah total tenaga kesehatan memiliki latar belakang lulusan pendidikan di bawah Diploma
III. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan UU Nomor 36 tahun 2014 Pasal 88 tentang Tenaga
Kesehatan lulusan pendidikan di bawah Diploma III di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus
menggunakan riset implementasi yang dilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Metode pengumpulan data
yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam dan studi data sekunder. Implementasi kebijakan UU Nomor 36 Tahun 2014
Pasal 88 tentang Tenaga Kesehatan lulusan pendidikan di bawah Diploma III di Kabupaten Banyumas dilaksanakan melalui
program Rekognisi Pembelajaran Lampau. Kebijakan UU No 36 Tahun 2014 diimplementasikan melalui kebijakan yang disusun
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas berupa Peraturan Bupati dan Peraturan Daerah. Implementasi kebijakan UU No
36 Tahun 2014 telah dilaksanakan di Kabupaten Banyumas sejak lama. Meski begitu, perlu dilakukan evaluasi terhadap kebijakan
tenaga kesehatan tersebut sehingga dapat disusun strategi pengembangan tenaga kesehatan di masa yang akan datang.

Kata kunci: Kebijakan, Tenaga kesehatan, Pemerintah Daerah

ABSTRACT
The strategic issue of health workers still facing up to now include the development of health workers have not been able to
meet health services / development. In addition, the quality of health personnel in Indonesia has not had the competitiveness
in meeting the demand of health workers from abroad. Law Number 36 Year 2014 Article 88 is a form of government
responsibility to improve the quality of health personnel. In Banyumas District, 4.39% or 221 of the total number of health
workers have a background of graduate education under Diploma III. This study aims to describe the implementation of the
policy of Law No. 36 of 2014 Section 88 on Health Workers graduated under Diploma III in Banyumas Regency. This research
is a case study research using implementation research conducted in Banyumas District Health Office. Data collection
methods to be conducted are in-depth interviews and secondary data studies. Implementation of the policy of Law Number
36 Year 2014 Article 88 on Health Workers undergraduate graduate of Diploma III in Banyumas Regency implemented
through Recognition Learning program past. The policy of Law No. 36 of 2014 is implemented through a policy developed
by the Regional Government of Banyumas Regency in the form of Major District Regulation and Regional Regulation.

Keywords: Policy, Health workers, Local government

PENDAHULUAN & Deutsche Gesellschaft fur Internationale


Isu strategis tenaga kesehatan yang dihadapi Zusammenarbeit(GIZ), 2011).
hingga saat ini antara lain adalah pengembangan Data nasional menunjukkan jumlah tenaga
tenaga kesehatan yang belum dapat memenuhi kesehatan belum mampu memenuhi target
pelayanan/pembangunan kesehatan. Sehingga tenaga kesehatan bagi per 100.000 pernduduk.
terdapat ketidaksesuaian kompetensi lulusan Ketersediaan tenaga kesehatan Daerah Tertinggal
pendidikan tenaga kesehatan dengan pelayanan Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTTPK), seperti
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Nusa Tenggara Timur dan Papua, sangat terbatas.
Kerjasama antara pelaku pembangunan Selain ketersediaan tenaga kesehatan, terdapat
kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan juga kesenjangan antara kebijakan pendidikan tinggi
lemah sehingga pendidikan kesehatan tenaga dengan kondisi tenaga kesehatan di lapangan,
kesehatan lebih dominan berorientasi ke rumah khususnya tenaga perawat dan bidan. Sebanyak
sakit dibandingkan dengan pelayanan kesehatan 146.542 tenaga aktif (perawat dan bidan) belum
primer (Global Health Workforce Alliance, memenuhi kualifikasi pendidikan setara Diploma
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, III (AIPHSS, 2013).

158 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 08, No. 04 Desember 2019
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

Kebijakan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 17


2014 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan bahwa tenaga ayat (2) tentang Puskesmas yang menyebutkan
kesehatan dengan latar belakang pendidikan bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja
di bawah Diploma III diberikan kesempatan di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik
hingga tahun 2020 untuk meningkatkan standar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
pendidikan ke jenjang Diploma III. Implementasi Surat izin praktik (SIP) tenaga kesehatan sendiri
kebijakan publik seperti UU No 36 Tahun 2014 hanya dapat diperoleh dengan pendidikan minimal
tersebut memerlukan program implementatif atau Diploma III.
kebijakan turunan agar dapat mencapai tujuan “Karena di Permenkes yang mengatur Puskesmas,
kebijakan. Data Profil Sumber Daya Manusia kalo yang terbaru adalah Permenkes 75 tahun 2014
Kesehatan 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten apa yaa..” (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas)
Banyumas menunjukkan terdapat 221 orang
tenaga kesehatan memiliki latar belakang “…merekrut tenaga kesehatan sendiri lah kalau
pendidikan di bawah Diploma III. Penelitian ini puskesmas itu dasarnya Permenkes 75 tahun 2014
itu ada kalau rumah sakit itu sesuai kebutuhan ya
penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kan” (Biro Hukum Pemerintah Daerah Kabupaten
implementasi kebijakan UU No 36 Tahun 2014 Banyumas).
Pasal 88, khususnya di Kabupaten Banyumas. Implementasi kebijakan diawali dengan proses
Dengan diketahui implementasi kebijakan sosialisasi. Sosialisasi kebijakan Undang-Undang
tersebut, diharapkan dapat diperoleh strategi Tenaga Kesehatan khususnya Pasal 88 yang
pengembangan dan peningkatan kualitas tenaga berkaitan dengan tenaga kesehatan di bawah
kesehatan di Kabupaten Banyumas. Diploma III dilaksanakan di seluruh unit pelaksana
teknis (UPT) pemerintah, seperti puskesmas dan
METODE PENELITIAN balai kesehatan. Namun, sosialisasi ini belum
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dilaksanakan di rumah sakit maupun fasilitas
menggunakan riset implementasi dengan pendekatan kesehatan swasta lain.
kualitatif. Penelitian ini disajikan dengan rancangan “...Sementara yang langsung di bawah Dinas
penelitian studi kasus tunggal terjalin (embedded) Kesehatan itu puskesmas sama beberapa balai... yang
karena mencakup lebih dari satu unit analisis, yaitu pemerintah, tetapi tidak di bawah Dinas Kesehatan
Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Institusi seperti rumah sakit... mereka kan secara kepegawaian
Kesehatan serta Tenaga Kesehatan itu sendiri. urusan kepegawaiannya sendiri-sendiri karena mereka
bukan UPT nya Dinas Kesehatan...” (Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas).
HASIL DAN PEMBAHASAN
“...jadi tugasnya ketua ranting untuk menyampaikan
Implementasi Kebijakan info terupdate yang salah satunya adalah undang-
Kebijakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun undang yang harus sekarang minimal D3 ya...” (Ikatan
2014 tentang Tenaga Kesehatan sudah sejak lama Bidan Indonesia Kabupaten Banyumas).
dilaksanakan di Kabupaten Banyumas. Dinas “Undang-undang si belum... Kalo aku kayak e belum
Kesehatan Kabupaten Banyumas menerapkan lho mba... ... makanya kok kayaknya asing banget.”
pengaturan standar pendidikan bagi tenaga (Tenaga Kesehatan RS Swasta).
kesehatan sesuai dengan kebijakan tersebut. Akibatnya tenaga kesehatan di rumah sakit
Hal ini didukung dengan pernyataan responden dan fasilitas kesehatan swasta tidak semua
sebagai berikut. mengetahui mengenai kebijakan Undang-Undang
“Nah di Banyumas sebenernya sebelum jauh jauh Tenaga Kesehatan tersebut.
ketentuan yang mengatur bahwa pendidikan D3 minimal Kebijakan Undang-Undang Tenaga Kesehatan
profesi kesehatan kita udah jauh-jauh sebelumnya...
itu jelas bahwa standar pendidikan tenaga kesehatan
kemudian dilaksanakan melalui program rekognisi
adalah D3. Dan itu kita sudah melakukan semuanya...” pembelajaran lampau atau RPL. Program RPL bagi
(Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas). tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
“Jadi semua perawat yang dianggap perawat adalah
capaian pembelajaran tenaga kesehatan dengan
pendidikan minimal D3 terapan...” (Ketua PPNI pendidikan formal SMK/sederajat dan Diploma I agar
Kabupaten Banyumas). sampai ke jenjang pendidikan Diploma III sesuai
“...sudah sesuai dengan apa yang diharapkan di kami dengan kebijakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
berdasarkan ketentuan undang-undang itu” (Komisi D 2014. Program RPL dimulai pada tahun 2016 dengan
DPRD Kabupaten Banyumas). harapan pada tahun 2020 semua tenaga kesehatan
“Iya mbak sekarang minimal D3 di sini...” (Pengelola sudah memenuhi kualifikasi pendidikan standar
Fasilitas Kesehatan II). Diploma III. Sehingga tenaga kesehatan yang tidak
Implementasi kebijakan Undang-Undang dapat memenuhi kualifikasi pendidikan standar
Tenaga Kesehatan didukung dengan kebijakan Diploma III pada tahun 2020 akan berubah status dan
kewenangannya menjadi asisten tenaga kesehatan.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 07, No. 03 Desember 2019 • 159
Yuditha Nindya Kartika Rizqi, Laksono Trisnantoro, Dwi Handono Sulistyo: Implementasi Kebijakan

Setting Internal Pengelolaan, dan Pemberhentian Pegawai Non


Setting internal implementasi kebijakan PNS pada BLUD. Sedangkan, pengadaan sumber
dalam penelitian ini dilihat dari kesiapan institusi daya manusia kesehatan di Rumah Sakit BLUD
kesehatan sebagai penyelenggara program RPL. diatur dalam Peraturan Bupati Banyumas Nomor
Berdasarkan Keputusan Menteri Riset Teknologi 19 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Rumah Sakit
dan Pendidikan Tinggi Nomor 113/M/KPT/2017 Umum Daerah Banyumas.
tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara Program “Karena di Permenkes yang mengatur Puskesmas,
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan kalo yang terbaru adalah Permenkes 75 tahun 2014
apa yaa..” (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau, Banyumas)
institusi kesehatan yang menjadi penyelenggara
program RPL di Kabupaten Banyumas adalah “...Lah kalau puskesmas itu dasarnya Permenkes
75 tahun 2014 itu ada... kalau rumah sakit itu sesuai
Poltekkes Kemenkes Semarang dan STIKES kebutuhan ya kan? Untuk yang pengisian formasi
Harapan Bangsa. Kedua perguruan tinggi ini tenaga kesehatan yang BLUD kita ada perbupnya..
telah menyelenggarakan program RPL melalui Perbup No 36 Tahun 2016 tata cara pengadaan
kelas khusus. Berbagai persiapan telah dilakukan pengangkatan pengelolaan dan pemberhentian
institusi kesehatan penyelenggara program untuk pegawai non PNS pada BLUD..” (Biro Hukum
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas).
mendukung proses pembelajaran.
“Di sini sih memang sudah ada satu kelas yang Selain kedua Peraturan Bupati tersebut,
memfasilitasi RPL itu yang dari SPK...di sini modelnya Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
mereka mengikuti perkuliahan seperti pada umumnya juga menyusun Peraturan Daerah Kabupaten
dari semester 1 cuma dibedakan kelasnya dibedakan Banyumas Nomor 24 Tahun 2014 tentang
kelasnya terus selain dibedakan kelasnya mereka
mengikuti kuliah tapi masuknya nggak full kaya anak
Pelayanan Perizinan Kesehatan Di Dinas
reguler...” (Prodi Keperawatan STIKES Harapan Kesehatan Kabupaten Banyumas. Perda ini
Bangsa). berisi tentang pengaturan perizinan usaha
“Fasilitas umumnya sama dengan kelas reguler,
bidang kesehatan, termasuk izin praktik tenaga
ada kelas, laboratorium, perpustakaan, bengkel kesehatan.
kerja punya kesling.. Yaa sama sajalah dengan Penyelenggaraan program Rekognisi
yang reguler..(Kurikulumnya) Ngikut poltekkes, tapi Pembelajaran Lampau bagi tenaga kesehatan di
prinsipnya minimal 108 sks ditempuh untuk D3. Nah, bawah Diploma III didasarkan pada Permenkes
sks tersebut berdasarkan hasil assessment dan mata
kuliah yang ditempuh selama dua semester...” (Prodi Nomor 41 tahun 2016 dan Permenristekdikti Nomor
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang). 26 Tahun 2016 tentang Program Percepatan
Persiapan dalam menyelenggarakan program Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi
RPL di institusi kesehatan tersebut antara lain Pembelajaran Lampau. Dinas Kesehatan
berupa fasilitas pendukung pembelajaran, Kabupaten Banyumas juga telah melaksanakan
pengaturan waktu belajar dengan menyesuaikan program RPL bagi tenaga kesehatan melalui
jadwal kerja tenaga kesehatan, penyesuaian atau Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
upgrading keilmuan bidang kesehatan, praktek Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia Nomor
lapangan hingga persiapan uji kompetensi tenaga B/2/M.SM.03.03/2018 tentang Permohonan
kesehatan. Izin Tenaga Kesehatan Mengikuti Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Tenaga kesehatan yang sampai tahun 2020 tidak
Setting Eksternal
melanjutkan pendidikan ke Diploma III melalui
Setting eksternal implementasi kebijakan dilihat
program RPL dan status serta kewenangannya
berdasarkan kebijakan eksternal dan strategi
berubah menjadi asisten tenaga kesehatan akan
di luar kebijakan yang dapat mempengaruhi
tetap diberikan perlindungan hukum berupa
implementasi kebijakan Undang-Undang Tenaga
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017 tentang Asisten
Kesehatan, baik secara langsung maupun tidak
Tenaga Kesehatan.
langsung. Kebijakan Undang-Undang Tenaga
“...yaa implementasi kita ya mendasarkan kepada ini..
Kesehatan diimplementasikan menggunakan kepada jawaban dari surat Menpan terhadap Menteri
kebijakan turunan yang disusun oleh Pemerintah Kesehatan.” (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Daerah Kabupaten Banyumas. Dasar penerimaan Banyumas)
tenaga kesehatan pada Puskesmas BLUD di “Kemarin terakhir ada surat yang Menpan.. yang
Kabupaten Banyumas dilakukan berdasarkan Menpan itu tentang RPL....Iya yang nomor 20 tahun
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 dan Peraturan 2017 itu. Itu juga udah itu di registrasi...” (Kepala
Bupati Banyumas Nomor 36 Tahun 2016 Sumber Daya dan Informasi Dinas Kesehatan
tentang Tata Cara Pengadaan, Pengangkatan, Kabupaten Banyumas).

160 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 08, No. 03 Desember 2019
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

“...kalau peraturannya ya paling kayak kemarin “Bisanya ya itu, untuk memacu juga supaya mau
yang apa ada Menpan apa ya itu langsung ke belajar... terus supaya mau belajar...” (Pengelola
Dinas Kesehatan...” (Komisi D DPRD Kabupaten Fasilitas Kesehatan I).
Banyumas).
“dari pihak rumah sakite yang udah nyediain gitu lo,
kalo emang dituntut ngelanjutin emang ada...” (Tenaga
Engagement Kesehatan 1).
Proses implementasi kebijakan dilihat berdasarkan “Kalo aku sih semisal suruh ngelanjutin, insyaa Allaah
engagement para stakeholder dan pihak yang terlalu siap...” (Tenaga Kesehatan 2).
dalam implementasi kebijakan Undang-Undang “Yaa seperti air mengalir aja gimana... hahahha... jadi
Tenaga Kesehatan. Bentuk engagement oleh saya sih siap mbak..” (Tenaga Kesehatan 3).
Dinas Kesehatan ditunjukkan dengan melakukan Hasil di atas menunjukkan bahwa para
sosialisasi kebijakan dan melaksanakan regulasi stakeholder dan pihak yang terlibat langsung
kebijakan terhadap tenaga kesehatan. Selain itu, dalam kebijakan memiliki engagement yang
Dinas Kesehatan juga melakukan pengawasan kuat untuk mewujudkan implementasi kebijakan
terhadap kinerja tenaga kesehatan dan memberikan Undang-Undang Tenaga Kesehatan guna
izin belajar terhadap tenaga kesehatan yang akan mencapai tujuan.
melanjutkan pendidikan. Penelitian ini menganalisis implementasi
“...itu kita bisa melakukan instruksi maupun kebijakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
sosialisasi kepada bawahannya secara langsung.
Kita yang memegang, melaksanakan regulasi yang
Pasal 88 tentang tenaga kesehatan di bawah
ada. Seperti itu.. Yaa memberi ijin dan mengendalikan Diploma III berdasarkan setting internal, proses
ya dari ketentuan yang sudah diberikan oleh implementasi kebijakan, dan setting eksternal.
pemerintah..” (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hasil penelitian menunjukkan kebijakan Undang-
Banyumas). Undang Nomor 36 Tahun 2014 sudah diterapkan
“Yaa kita kemaren mensosialisasikan ke tenaga di Kabupaten Banyumas. Komitmen Pemerintah
tenaga penguji asnakes itu tentang Permenkes ini... Daerah Kabupaten Banyumas ditunjukkan
Ya memberi izin belajar ... (menunjukkan menpan) ini dalam pengaturan standar pendidikan bagi
yang bisa jadi dasar dari program RPL itu..” (Kepala
Bidang Sumber Daya dan Informasi Kesehatan tenaga kesehatan sesuai dengan kebijakan
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas). tersebut. Pemerintah Daerah bersama dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas organisasi profesi berupaya melakukan sosialisasi
juga menunjukkan bentuk dukungan terhadap kebijakan terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas
implementasi kebijakan Undang-Undang Tenaga kesehatan sehingga kebijakan Undang-Undang
Kesehatan. Peran Pemerintah Daerah sejauh Tenaga Kesehatan dapat diketahui dan diterima
ini dilakukan dengan merumuskan kebijakan oleh berbagai pihak.
Peraturan Bupati Nomor 36 Tahun 2016 Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas juga
tentang Tata Cara Pengadaan, Pengangkatan, melaksanakan program Rekognisi Pembelajaran
Pengelolaan dan Pemberhentian Pegawai Non Lampau bagi tenaga kesehatan di bawah Diploma
PNS pada BLUD. Selain merumuskan kebijakan, III sebagai bentuk implementasi kebijakan dalam
Pemerintah Daerah juga melakukan pembinaan pengembangan tenaga kesehatan. Meski begitu,
terhadap implementasi berbagai kebijakan. sosialisasi kebijakan baru berjalan di fasilitas
kesehatan milik pemerintah saja dan belum
“Untuk yang pengisian formasi tenaga kesehatan
yang BLUD kita ada perbupnya.. nek Perdanya sih yaa menjangkau fasilitas kesehatan swasta. Akibatnya
tentang praktek usaha izin… anu itu kan lebih ke ijin informasi mengenai program pendukung
praktek pelaku usaha bidang kesehatan. Kemudian implementasi kebijakan belum dapat dijangkau
yang kedua kan pembinaan juga terhadap pelaksanaan oleh tenaga kesehatan di sektor swasta. Tenaga
Perda maupun Perbup itu” (Biro Hukum Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyumas)
kesehatan di sektor swasta belum mendapat
dukungan penuh dari fasilitas kesehatan untuk
Bentuk engagement tenaga kesehatan melanjutkan pendidikan ke jenjang Diploma III.
ditunjukkan dengan kesediaan untuk melanjutkan Sehingga tenaga kesehatan di sektor swasta
pendidikan dan komitmen dalam menyediakan kurang termotivasi untuk melanjutkan pendidikan
biaya pendidikan secara mandiri jika tidak ada ke jenjang Diploma III. Penelitian yang dilakukan
bantuan dari pemerintah. Hal tersebut didukung oleh Aarts, et al (2011) menunjukkan penerimaan
penuh oleh pengelola fasilitas kesehatan melalui kelompok terhadap suatu informasi menjadi salah
kesempatan belajar bagi tenaga kesehatan. satu aspek penting dalam feasibility kebijakan
Meski begitu, pengelola fasilitas kesehatan tidak (Aarts, Schuit, van de Goor, & van Oers, 2011).
menyediakan insentif khusus untuk memberi Setting internal kebijakan menunjukkan kesiapan
motivasi kepada tenaga kesehatan sehingga Kabupaten Banyumas dalam melaksanakan
bersedia melanjutkan pendidikan. program RPL sesuai ketentuan dalam Permenkes

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 07, No. 03 Desember 2019 • 161
Yuditha Nindya Kartika Rizqi, Laksono Trisnantoro, Dwi Handono Sulistyo: Implementasi Kebijakan

Nomor 41 tahun 2016 dan Permenristekdikti Nomor (2000) menunjukkan dalam implementasi
26 Tahun 2016 tentang Program Percepatan kebijakan, potensi stakeholder untuk memperkuat
Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi atau melemahkan dukungan politik tergantung
Pembelajaran Lampau. Penelitian yang dilakukan pada komitmen dan ketertarikan stakeholder
oleh Damschroder et al (2009) menunjukkan terhadap suatu isu strategis (Brugha, 2000).
kesiapan implementasi diukur berdasarkan
indikator langsung komitmen organisasi yang nyata KESIMPULAN
terhadap keputusan melaksanakan intervensi Berdasarkan pertimbangan terhadap setting
(Damschroder et al., 2009). Hal ini dapat dilihat internal, proses implementasi kebijakan dan
dari keterlibatan kepemimpinan, sumber daya setting eksternal, implementasi kebijakan UU
yang tersedia, dan akses terhadap informasi dan No 36 Tahun 2014 Pasal 88 tentang tenaga
pengetahuan. Pernyataan tersebut sesuai dengan kesehatan lulusan pendidikan di bawah Diploma
hasil penelitian yang menunjukkan terdapat III sudah dilaksanakan di Kabupaten Banyumas
keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten melalui program rekognisi pembelajaran lampau.
Banyumas dalam pemberian izin belajar bagi Implementasi kebijakan UU No 36 Tahun 2014
tenaga kesehatan yang mengikuti program RPL tersebut juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan
melalui Dinas Kesehatan serta penyusunan turunan berupa Peraturan Bupati Banyumas
kebijakan berupa Peraturan Bupati dan Peraturan Nomor 36 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Daerah. Program RPL di Kabupaten Banyumas Pengadaan, Pengangkatan, Pengelolaan, dan
pun sudah difasilitasi oleh dua institusi kesehatan Pemberhentian Pegawai Non PNS pada BLUD
sesuai dengan ketentuan dari Kementerian bagi Puskesmas dan Peraturan Bupati Banyumas
Kesehatan. Tenaga kesehatan juga mendapatkan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Rumah
informasi mengenai kebijakan Undang-Undang Sakit Umum Daerah Banyumas.
Tenaga Kesehatan melalui organisasi profesi
kesehatan. UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan setting eksternal dan proses Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada
implementasi, dapat terlihat keterlibatan dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian
komitmen berbagai pihak dalam implementasi Keuangan Republik Indonesia selaku pemberi
kebijakan Undang-Undang. Pemerintah Daerah dana penelitian. Ucapan terima kasih dapat juga
Kabupaten Banyumas telah merumuskan penulis sampaikan kepada Prodi Ilmu Kesehatan
kebijakan daerah sebagai bentuk pelaksanaan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Kesehatan
kebijakan pusat. Kebijakan daerah tersebut Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah
berupa Peraturan Bupati Banyumas Nomor Mada, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas,
36 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengadaan, serta pihak lain yang membantu pelaksanaan
Pengangkatan, Pengelolaan, dan Pemberhentian penelitian ini.
Pegawai Non PNS pada BLUD bagi Puskesmas
dan Peraturan Bupati Banyumas Nomor 19 DAFTAR PUSTAKA
Tahun 2016 tentang Tata Kelola Rumah Sakit 1. Aarts, M. J., Schuit, A. J., van de Goor, I. A. M.,
Umum Daerah Banyumas. Pemerintah Daerah & van Oers, H. A. M. (2011). Feasibility of multi-
Kabupaten Banyumas juga mengatur perizinan sector policy measures that create activity-
praktik tenaga kesehatan dan perizinan bidang friendly environments for children: Results of
kesehatan melalui kebijakan Peraturan Daerah a Delphi study. Implementation Science, 6(1),
Kabupaten Banyumas Nomor 24 Tahun 2014 128. https://doi.org/10.1186/1748-5908-6-128
tentang Pelayanan Perizinan Bidang Kesehatan 2. AIPHSS. (2013). Sumber Daya Manusia
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Kesehatan: Apa yang Masih Kurang?
Implementasi kebijakan oleh Pemerintah Retrieved September 25, 2017, from http://
Daerah Kabupaten Banyumas tersebut sejalan aiphss.org/id/sumber-daya-manusia-
dengan penelitian yang dilakukan oleh Massie kesehatan-apa-yang-masih-kurang/
(2009) yang menyebutkan bahwa pengembangan 3. Brugha, R. (2000). Stakeholder analysis:
kebijakan dilakukan secara top-down dimana a review. Health Policy and Planning,
pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam 15(3), 239–246. https://doi.org/10.1093/
proses penyiapan kebijakan (Massie, 2009). Meski heapol/15.3.239
begitu, kebijakan seharusnya dikembangkan 4. Damschroder, L. J., Aron, D. C., Keith, R.
dengan partisipasi berbagai pihak yang terlibat E., Kirsh, S. R., Alexander, J. A., & Lowery,
dalam kebijakan tersebut untuk memastikan J. C. (2009). Fostering implementation
kebijakan tersebut realistik dan dapat mencapai of health services research findings
sasaran. Penelitian Brugha dan Varvasovszky into practice: a consolidated framework

162 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 08, No. 03 Desember 2019
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

for advancing implementation science. 6. Massie, R. G. A. (2009). Kebijakan Kesehatan:


Implementation Science, 4(1), 50. https://doi. Proses, Implementasi, Analisis dan Penelitian.
org/10.1186/1748-5908-4-50 Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 12(4),
5. Global Health Workforce Alliance, 409–417. https://doi.org/10.22435/BPSK.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, V12I4.2747
& Deutsche Gesellschaft fur Internationale
Zusammenarbeit(GIZ). (2011). Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun
2011 – 2025, (September), 9,21,39. Retrieved
from http://www.who.int/workforcealliance/
countries/inidonesia_hrhplan_2011_2025.pdf

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 07, No. 03 Desember 2019 • 163

Anda mungkin juga menyukai